KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

7
Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 17 - 23 DOI: 10.31983/link.v15i2.4845 Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077 http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link _________________________________________________________________ KELORCOOKING CLASS: MODIFIKASI EDUKASI DALAM UPAYA PENATALAKSANAAN STUNTING Nur Chabibah *)1) ; Milatun Khanifah ; Rini Kristiyanti 1) Program Studi Kebidanan ; STIKES Muhammadiyah Pekajangan Jl. Raya Ambokembang No.8 ; Kedungwuni ; Pekalongan ; Jawa Tengah ; Indonesia Abstrak Karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu mengenai gizi berhubungan terhadap kejadian stunting. Pengetahuan ibu tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam menyediakan makanan untuk anaknya. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah mendorong perubahan perilaku dan membekali ibu yang memiliki balita stunting dengan melakukan modifikasi edukasi yang dirancang dalam “Kelor” cooking class. Metode yang dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antopometri, penyuluhan nilai gizi daun kelor, ceramah tanya jawab, demonstrasi dan praktik memasak. Pelaksanaan kegiatan selama enam bulan, dilaksanakan Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Hasil kegiatan modifikasi edukasi dengan “Kelor“ cooking class dapat meningkatkan pengetahuan ibu dengan peningkatan rata-rata nilai 0.657 (p-value: 0.000 CI:-0.907 s.d -0.407) dan menghasilkan karya menu berupa bubur tempe kelor, pancake kelor dan kue jala saus nangka. Keseluruhan anak balita menyatakan suka dengan rasanya. Modifikasi edukasi dengan “Kelor” Cooking class” meningkatkan pengetahuan dan menarik minat memasak ibu balita. Pemberian edukasi diharapkan dapat bersifat interaktif dengan metode demonstrasi atau praktik. Kata kunci: stunting ; modifikasi edukasi ; cooking class ; kelor Abstract Family socio-economic characteristics include mother's education, family income, and mother’s knowledge about nutrition related to the incidence of stunting. The mother's knowledge about nutrition will determine the mother's behavior in providing food for her child. The purpose of this community service activity is to encourage behavior change and equip mothers who have stunting toddlers to make educational modifications designed in the "Moringa" cooking class. The method used was anthropometric examination, moringa leaf nutritional value counseling, question and answer lecture, demonstration and cooking practice. The implementation of the activities for six months, was carried out in Kedungwuni II Health Center in Pekalongan Regency. The results of educational modification activities with the "Moringa" cooking class can increase mother's knowledge by increasing the average value of 0.657 (p-value: 0.000 CI: -0.907 to -0.407) and produce menu works in the form of moringa tempe porridge, moringa pancakes and fishnet sauce cake jackfruit. Overall toddlers said they liked the taste. Modification of education with "Moringa" Cooking class increases knowledge and attracts cooking interests of toddler mothers. Providing education is expected to be interactive with demonstration methods or practices. Keywords: stunting ; educational modification ; cooking class ; moringa 1. Pendahuluan Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat berpengaruh pada anak balita pada jarak panjang yaitu mengganggu kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya dikemudian hari. Balita stunting cenderung akan sulit mencapai potensi baik secara pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik *)Correspondence Author (Nur Chabibah) E-mail: [email protected]

Transcript of KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Page 1: KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 17 - 23DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link

_________________________________________________________________

“KELOR” COOKING CLASS: MODIFIKASI EDUKASI DALAMUPAYA PENATALAKSANAAN STUNTING

Nur Chabibah*)1) ; Milatun Khanifah ; Rini Kristiyanti

1)Program Studi Kebidanan ; STIKES Muhammadiyah PekajanganJl. Raya Ambokembang No.8 ; Kedungwuni ; Pekalongan ; Jawa Tengah ; Indonesia

Abstrak

Karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi pendidikan ibu, pendapatan keluarga,pengetahuan ibu mengenai gizi berhubungan terhadap kejadian stunting. Pengetahuan ibutentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam menyediakan makanan untuk anaknya. Tujuankegiatan pengabdian masyarakat ini adalah mendorong perubahan perilaku dan membekali ibuyang memiliki balita stunting dengan melakukan modifikasi edukasi yang dirancang dalam“Kelor” cooking class. Metode yang dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antopometri,penyuluhan nilai gizi daun kelor, ceramah tanya jawab, demonstrasi dan praktik memasak.Pelaksanaan kegiatan selama enam bulan, dilaksanakan Puskesmas Kedungwuni II KabupatenPekalongan. Hasil kegiatan modifikasi edukasi dengan “Kelor“ cooking class dapat meningkatkanpengetahuan ibu dengan peningkatan rata-rata nilai 0.657 (p-value: 0.000 CI:-0.907 s.d -0.407) danmenghasilkan karya menu berupa bubur tempe kelor, pancake kelor dan kue jala saus nangka.Keseluruhan anak balita menyatakan suka dengan rasanya. Modifikasi edukasi dengan “Kelor”Cooking class” meningkatkan pengetahuan dan menarik minat memasak ibu balita. Pemberianedukasi diharapkan dapat bersifat interaktif dengan metode demonstrasi atau praktik.

Kata kunci: stunting ; modifikasi edukasi ; cooking class ; kelor

Abstract

Family socio-economic characteristics include mother's education, family income, and mother’sknowledge about nutrition related to the incidence of stunting. The mother's knowledge aboutnutrition will determine the mother's behavior in providing food for her child. The purpose of thiscommunity service activity is to encourage behavior change and equip mothers who have stuntingtoddlers to make educational modifications designed in the "Moringa" cooking class. The methodused was anthropometric examination, moringa leaf nutritional value counseling, question andanswer lecture, demonstration and cooking practice. The implementation of the activities for sixmonths, was carried out in Kedungwuni II Health Center in Pekalongan Regency. The results ofeducational modification activities with the "Moringa" cooking class can increase mother'sknowledge by increasing the average value of 0.657 (p-value: 0.000 CI: -0.907 to -0.407) andproduce menu works in the form of moringa tempe porridge, moringa pancakes and fishnet saucecake jackfruit. Overall toddlers said they liked the taste. Modification of education with "Moringa"Cooking class increases knowledge and attracts cooking interests of toddler mothers. Providingeducation is expected to be interactive with demonstration methods or practices.

Keywords: stunting ; educational modification ; cooking class ; moringa

1. Pendahuluan

Stunting adalah masalah gizi utama yangakan berdampak pada kehidupan sosial danekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting

dapat berpengaruh pada anak balita pada jarakpanjang yaitu mengganggu kesehatan,pendidikan serta produktifitasnya dikemudianhari. Balita stunting cenderung akan sulitmencapai potensi baik secara pertumbuhan danperkembangan yang optimal baik secara fisik*)Correspondence Author (Nur Chabibah)

E-mail: [email protected]

Page 2: KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 18 - 23DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

maupun psikomotor (Dewey KG, 2014). Dalambeberapa penelitian menunjukkan bahwakarakteristik sosial ekonomi keluarga meliputipendidikan ibu, pendapatan keluarga,pengetahuan ibu mengenai gizi berhubunganterhadap kejadian stunting (Nasikhah, 2014).Secara tidak langsung tingkat pendidikan ibuberpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentangperawatan kesehatan terutama dalam peranpemberian makanan pada bayi, balita maupunanak usia prasekolah. Pengetahuan ibu tentanggizi akan menentukan perilaku ibu dalammenyediakan makanan untuk anaknya. Ibudengan pengetahuan gizi yang baik dapatmenyediakan makanan dengan jenis dan jumlahyang tepat untuk mendukung pertumbuhan danperkembangan anak balita (Nasikhah, 2014).

Ni’mah (2016) mendapatkan data bahwaibu balita yang mengalami stunting hanya 38%yang memiliki pengetahuan baik tentang gizipada balita. Hal ini menunjukkan bahwa salahsatu faktor yang berhubungan dengan kejadianstunting adalah pengetahuan ibu tentang gizibalita. Sehingga diperlukan peningkatanpengetahuan agar dapat membentuk perilakupemberian makan yang tepat pada masa bayi,balita maupun anak usia prasekolah.

Penulis melakukan program pengabdianmasyarakat sebagai salah satu upaya untukmendorong perubahan perilaku dan membekaliibu yang memiliki balita stunting berupamodifikasi edukasi yang dirancang denganpraktik cooking class bertema fortifikasi daunKelor sebagai makanan tambahan padat gizi.

Peranan penting fasilitator dari dosendiharapkan dapat menumbuhkan para agent ofchange (agen perubah) di dalam masyarakat,termasuk agen perubahan dalam polapengetahuan dan kesadaran gizi pada balitasehingga dapat menekan tingginya kasusstunting. Tujuan terpenting dalam kegiatanpengabdian masyarakat ini adalahmeningkatkan pengetahuan dan minat memasakmakanan tambahan untuk balita pada ibu yangmemiliki balita stunting sehingga dapatmendorong perbaikan pemberian makan padabalita stunting sesuai dengan anjuran.

2. Metode

Metode yang digunakan dalam pengabdianmasyarakat ini adalah penyuluhan tentang nilaigizi daun kelor, ceramah, diskusi tanya jawab,pemeriksaan status gizi balita, demonstrasipenyajian makanan dan praktik memasak

makanan tambahan untuk bayi maupun balita.Pada awal pertemuan dilakukan identifikasi

permasalahan pada sasaran yakni menggalipengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balitatentang gizi balita dan penyajian makanan padabayi maupun balita. Identifikasi masalah jugadilaksanakan dengan pendekatan pada petugasgizi dan bidan Desa Ambokembang untukmengetahui permasalahan dan kebutuhankesehatan yang ada pada kelompok sasaranserta untuk mengetahui karakteristik ibu balitatersebut guna menentukan pendekatan, waktudan pelaksanaan kegiatan dilakukan.Permasalahan tersebut dianalisis sebagai dasarpenyusunan rencana kegiatan pemecahanmasalah pada kelompok sasaran. Masalah yangdidapatkan dari hasil identifiki antara lainmasalah gizi balita, pemberian makanantambahan, cara pemberian dan pengolahanmakanan.

Metode ceramah digunakan pada saatpemberian informasi mengenai gizi balita, jenismakanan tambahan pada balita dan pengenalannilai gizi daun kelor. Metode diskusi tanya jawabdigunakan terintegrasi pada saat ceramah danjuga sebagai salah satu metode saat dibutuhkankonsultasi. Demonstrasi digunakan sebagaimetode pendidikan kesehatan pada saatpemberian makanan tambahan yangdikombinasikan dengan praktik memasak untukmemperlihatkan pada sasaran cara memasakdan menghidangkan makanan balita denganbenar dan tepat. Pemeriksaan status gizi balitadilakukan untuk mendeteksi status gizi balitayang ikut serta dalam kegiatan tersebut. Alatdan media yang digunakan pada pengabdian iniadalah kertas, bolpoint, infocus, laptop, layar, slidepower point, dan leaflet, timbangan bayi dantimbangan injak, mikrotoa, meterline dan lembardokumentasi.

Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukanselama enam bulan dengan alokasi waktu untukmasing-masing pelaksana 8 jam per bulan.Kegiatan pengabdian masyarakat pada bulanpertama diawali dengan dengan membalas suratpermohonan dari pihak mitra dalam penyediaannarasumber pada Puskesmas Kedungwuni IIdan selanjutnya Lembaga Penelitian, Pengabdiandan Inovasi Institusi memberikan rekomendasikepada penulis dan tim untuk menindaklanjutiprogram tersebut. Penulis dan tim melakukanpendekatan kepada mitra untuk identifikasimasalah dan penyusunan rencana kegiatan.

Setelah tahap perijinan dan identifikasimasalah dilaksanakan, dilakukan kegiatan

Page 3: KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 19 - 23DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

kedua yakni tahap pelaksanaan kegiatan“Kelor“ Cooking Class yang dilaksanakan setiapbulan sekali pada 4 bulan berturut-turut. Padasetiap pelaksanaan kegiatan dilakukanserangkaian kegiatan dari pemeriksaanantopometri, penyuluhan materi seputar gizidan pola asuh makan serta praktik memasakdengan menu makan dan atau kudapan untukbalita stunting. Pada akhir kegiatan, semua anakdibagikan makanan hasil cooking class dandiminta untuk memberikan respon rasaterhadap makanan tersebut. Hal ini bertujuanagar merangsang minat ibu untuk melanjutkanmencoba memasak dirumah.

Tahap akhir pada kegiatan pengabdianmasyarakat ini dilakukan pada bulan ke enamdengan melakukan evaluasi kegiatan danpenyusunan rencana tindak lanjut pada kegiatanyang telah dilaksanakan dengan melakukanpembagian kuesioner tentang pengetahuan ibuterhadap gizi dan pola asuh makan pada balitaserta wawancara mendalam pada mitra yaknikader, bidan desa dan petugas gizi PuskesmasKedungwuni II.

3. Hasil dan Pembahasan

Program pengabdian masyarakat dilakukanselama enam bulan, berikut tahapan kegiatanyang telah dilakukan:

Melakukan pendekatan dengan mengirimsurat kesanggupan permohonan sebagainarasumber pada kegiatan pemberian makanantambahan di desa Ambokembang, dilanjutkandengan koordinasi petugas gizi dan bidan DesaAmbokembang untuk identifikasi masalah,penyusunan rencana kegiatan, persiapan alatdan tempat serta teknis kegiatan. Identifikasidilakukan dengan cara melakukan interviewpetugas gizi, Bidan Desa dan kader posyanduDesa Ambokembang.

Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan antaralain sebagai berikut:1) Pemeriksaan Status Gizi Balita

Pengukuran status gizi ini dilakukan disetiap awal acara untuk memantaupertumbuhan dan perkembangan balita yangdilakukan oleh tenaga gizi setempat di bantuoleh tim pengabdi. Hasil pengukuran yang telahdilakukan oleh tim tercatat dalam tabel 1.

Tabel 1.Hasil Pengukuran Antopometri BalitaVariabel Mean SD Min-maxBB (Kg) 7.56 0.955 6-9Tb (cm) 75.90 5.485 67-86

Hasil pengukuran yang telah dilakukanoleh tim kemudian di catat dalam KMS danlaporan gizi Puskesmas sebagai hasilpemantauan yang ditindaklanjuti setiap bulanuntuk memantau kondisi pertumbuhan balitadengan stunting. Pengukuran antopometrisangat umum digunakan untuk mengukur statusgizi dari berbagai ketidakseimbangan antaraasupan protein dan energi gangguan inibiasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisikdan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, ototdan jumlah air dalam tubuh (Supariasa andNyoman 2012). Kesehatan balita dapat dilihatmelalui penghitungan BB/TB, BB/U, serta TB/U sesuai tabel standar antopometri penilaianstatus gizi anak (Kemenkes RI dalam Nurina,2017). Standar acuan ini digunakan olehPuskesmas setempat dan Dinas KesehatanPekalongan dalam menilai status gizi anak.

2) Pendidikan Kesehatan Tentang Gizi PadaBalita

Gambar 1. Penyuluhan Gizi Balita

Kegiatan penyuluhan diikuti oleh seluruhsasaran. Sasaran aktif mendengarkanpenyuluhan, peserta aktif bertanya, media yangdigunakan memadai. Masalah yang munculpada kegiatan ini adalah suasana semakin siangkurang kondusif karena beberapa anak balitarewel sehingga beberapa pertanyaandisampaikan melalui komunikasi secarapersonal. Masalah yang ditanyakan oleh orangtua pada sesi ini adalah tentang beberapakesulitan makan pada anak balitanya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhiterjadinya gizi buruk pada balita yakni faktorlangsung yaitu asupan makanan dan penyakitinfeksi serta faktor tidak langsung sepertipengetahuan gizi (pendidikan orang tua,pengetahuan tentang gizi, pendapatan orang tua,

Page 4: KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 20 - 23DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

distribusi makanan, dan banyaknya anggotakeluarga). Masalah anak pendek merupakancerminan dari keadaan sosial ekonomimasyarakat. Karena masalah gizi pendekdiakibatkan oleh keadaan yang berlangsunglama, maka ciri masalah gizi yang ditunjukkananak pendek adalah masalah gizi yang bersifatkronis (Ardiyah, 2015).

Pengetahuan orang tua terutama ibumenjadi faktor yang penting dalam perbaikangizi anak balita sehingga dapat menunjangperbaikan gizi anak balita mereka. Peningkatanpengetahuan memang tidak selalu menyebabkanperubahan perilaku, perubahan perilakuditetukan oleh tiga faktor yaitu faktorpemungkin (enabling factor), faktor penguat(reinforcing factor) dan faktor predisposisi(predisposing factor). Pengetahuan adalah salahsatu faktor yang mungkin dapat dirubah secaralangsung terhadap respon terhadap kesadarandan pengetahuan. Oleh karena itu, pengetahuandan sikap ibu balita yang baik pasti akanmenunjang perilaku ibu dalam pemberianmakanan ke anak balitanya sehingga dapatmemaksimalkan peran ibu dalam pemberianmakanan tambahan dan pemberian makananrumah tanggga yang sesuai dengan kebutuhananak balita (Kusumaningtyas, 2011).

3) Penyuluhan Pemberian makanan tambahanpada Bayi dan balita

Gambar 2. Penyuluhan Pemberian MakananTambahan pada Bayi dan Balita

Selain bekal pengetahuan gizi balita dalampengabdian ini tim juga membekali para ibuyang memiliki balita dengan penyuluhanpemberian makanan tambahan bagi bayi danbalita. Penyuluhan ini berisi tentang kapanwaktu pemberian makan, jenis makanan, prosespembuatan dan penyajian makanan yang tepatuntuk bayi dan balita. Bekal peningkatan

pengetahuan ibu balita ini diharapkan dapatmembentuk sikap dan perilaku ibu dalampemberian bayi dan balita.

Pada pengabdian masyarakat ini telahdilakukan pengukuran pengetahuan ibu yangmemiliki balita stunting pada bulan ke duapelaksanaan pengabdian sebagai penggalianpengetahuan pertama kontak dengan sasarandan pada bulan keenam pengabdian masyarakatdengan hasil pada tabel 2.

Tabel 2. Tabel Pengetahuan Ibu Balita TentangGizi Dan Pola Asuh Gizi Pada Balita

Variabel ∆ mean ᵖ-value CIPengetahuanGizi dan PolaAsuh GiziBalita

-0.657 0.000 -0.91-(-0.41)

Tabel 2. Menunjukkan adanya perubahanpengetahuan ibu yang memiliki balita stuntingsetelah mendapatkan modifikasi edukasi dalam“Kelor” Cooking class. Bekal pengetahuan yangcukup ini tentang gizi dan pola asuh gizi padabalita diharapkan dapat memperbaiki pola asuhgizi dalam rumah tangga balita dengan stunting.Pengetahuan akan menentukan perilakuseseorang. Seorang ibu yang memilikipengetahuan tinggi akan berfikir lebih dalammelakukan tindakan termasuk berhati-hatidalam melakukan pemberian makananpendamping ASI (Kristianto, 2013).

4) Cooking Class I: Menu Bubur Tempe KelorTahap ketiga dalam pelaksanaan

pengabdian masyarakat ini adalah praktikmemasak dan penyajian masakan untuk bayidan balita, dimana menu makanan telahdisesuaikan oleh tim yakni makanan padatkalori yang difortifikasi daun Moringa Oleifera(Kelor). Khanifah (2017) menyatakan bahwahasil analiss proximate bubuk daun kelor kadarlemak 1.71%, kadar protein 1.95%, kadar seratkasar 0.24%, kadar kalori 45.74%, kadar kalsium119.48 ppm, kadar Zn 2.28 ppm. Hal ini jugadikuatkan dengan penelitian lain yangmenyatakan bahwa daun kelor basahmeningkatkan kandungan protein dua kali lipatdibandingkan dengan daun kelor kering.Pemberian 5% daun kelor segar pada nasimeningkatkan kandungan protein hingga 26%.Sedangkan pemberian 5% bubuk daun kelorkering meningkatnya kandungan protein hanyasebesar 14% (Oyeyinka and Oyeyinka 2016).

Pada bulan ketiga ini tim menyusun menububur tempe kelor. Bubur tempe kelor ini dapat

Page 5: KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 21 - 23DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

disajikan dalam menu fresh langsung masakmaupun instan (masak melalui bubuk tempe)sehingga mempermudah ibu balita dalampengolahan bubur tersebut.

Gambar 3. Hasil Bubur Tempe Kelor Cooking Classdan Kegiatan Cooking Class Bubur Tempe Kelor

Penggunaan bubuk daun kelor sebagaibahan fortifikasi mulai dikembangkan olehpeneliti. Berbagai bahan makanan yang dicobadilakukan fortifikasi dengan bubuk daun kelordiantaranya dari bahan makanan pokok, danmakanan hasil olahan seperti biskuit, yogurt,agar-agar. Bahan makanan pokok berupa nasiyang difortifikasi dengan daun kelor basahmaupun bubuk kering daun kelor, keduanyamenagalami peningkatan kandungan protein.

Penelitian fortifikasi bubuk daun kelorsebanyak 15% pada bahan makanan campurantepung jagung, kedelai dan kacang berdasarkanhasil analisis proximate menunjukkan bahwakandungan crude protein bahan terfortifikasilebih tinggi (17.59 ± 0.01), dibandingkan denganbubur bayi instan (15.00 ± 0.00). Demikian pulakandungan kalori pada campuran tepung jagung,kedelai dan kacang yang difortifikasi denganbubuk daun kelor lebih tinggi dibandingkandengan kalori yang terkandung dalam buburbayi instan (Shiriki, Igyor et al. 2015).

5) Cooking Class Pancake Kelor

Gambar 4. Proses Pembuatan Pancake Kelor

Pengenalan menu kudapan untuk balitasangat diperlukan, agar anak tidak jajansembarangan. Sehingga, penting pemberianketrampilan pada ibu dalam membuat menukudapan yang lezat dan padat gizi. Hasilpenelitian Kustiyah (2014) menunjukkanpemberian kudapan pada anak akanmeningkatkan gula darah dan membuat memoriingatan anak menjadi lebih baik. Padapertemuan ke empat tim pengabdi memberitahuteknik pembuatan pancake kelor. Karena mudahdibuat dengan bahan-bahan yang mudahdidapat.

Pancake kelor ini terfortifikasi 5% bubukdaun kelor, dimana pada roti tepungmeningkatkan kandungan protein dari 9.07%menjadi 13.79%. Efek ini disebabkan karenatingginya kandungan protein pada bubuk daunkelor. Namun berbeda dengan komponenkarbohidrat. Tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kandungan karbohidart rotitepung asli dengan roti tepung yang telahdifortifikasi bubuk daun kelor (Sengev, Abu et al.2013).

Page 6: KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 22 - 23DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

6) Cooking Class Dengan Menu: Kue JalaKelor Saus Nangka

Gambar 5. Tampilan Hasil Cooking Class MenuKue Jala Kelor Saus Nangka

Menu kudapan yang dipraktikan padapertemuan ke lima ini merupkan menu hasilvoting dari peserta cooking class. Perpaduan kuejala kelor dan saus nangka yang manismenunjukkan respon rasa pada anak yangsangat baik, 100% menyatakan enak danmenyantap kue hingga habis. Hal ini sangat baikuntuk menarik minat dan selera makan anak,terutama untuk anak dengan kesulitan makan.

Pemberian kudapan diharapkan memberikontribusi pada peningkatan intake kalori danprotein anak sehingga dapat mencegahterjadinya stunting. Thanziha (2013) menyatakanbahwa terdapat perbedaan pada siswa anemiasebelum dan sesudah intervensi camilan sebagaipemberian makanan tambahan di sekolahmasing masing sebelum diberikan cemilanadalah 17.9% dan 23.6%. Sedangkan kontribusienergi camilan dan protein terhadap rata-ratatotal konsumsi gizi harian masing-masing adalah26.7% dan 31.3%. antara status gizi

7) Evaluasi Pelaksanaan kegiatanSetelah rangkaian kegiatan selesai

dilakukan evaluasi kegiatan untuk mengetahuikekurangan dan kelebihan terhadap kegiatanyang telah dilakukan guna merancang rencanatindak lanjut yang akan dilakukan setelah

pengabdian selesai sehingga kegiatan dapatterus ditingkatkan. Hal ini merupakan upayauntuk membantu meningkatkan pengetahuandan kesehatan masyarakat, terutama kesehatanbayi dan balita.

Rencana tindak lanjut dari kegiatanpengabdian ini adalah perencanaan kegiatankelas kader dalam pemanfaatan tanaman kelorsebagai bahan makanan untuk pembuatanmakanan tambahan bagi ibu maupun balitasehingga kader dalam setiap posyandu maupunkesempatan bertatap muka dengan ibu danbalita dapat melakukan peningkatanpengetahuan, sikap dan perilaku agar ibu balitadapat melakukan pemberian makan pada anakbalita secara tepat.

Kendala yang dihadapi pada pelaksanaanpengabdian ini adalah kendala waktu danlingkungan, dimana waktu pelaksanaan padasiang hari sehingga kondisi anak pada jam tidurmenjadi rewel dan lingkungan pada kondisipanas sehingga balita seringkali menjadi rewelyang mengakibatkan suasana menjadi kurangkondusif. Hal ini menyebabkan kesempatan ibuuntuk melakukan praktik memasak secaralangsung sebagai metode evaluasi tim tidakterlaksana secara maksimal.

4. Simpulan dan Saran

Pelaksanaan kegiatan pengadian masyarakatdengan judul “Kelor” Cooking Class: ModifikasiEdukasi Dalam Upaya Penatalaksanaan Stuntingberlangsung lancar dan penuh antusias darisasaran. Rangkaian kegiatan pengabdian yangdilakukan meliputi tahap persiapan mitra, tahappelaksanaan kegiatan yang meliputi penyuluhangizi, penyuluhan pemberian makanan tambahanpada bayi dan balita, pemeriksaan status gizi balitadan cooking class (praktik proses pembuatan danpenyajian makanan tambahan).

Tahap akhir pada rangkaian kegiatan iniadalah evaluasi pelaksanaan kegiatan. Evaluasiterhadap kegiatan selama satu semester iniberjalan lancar, tanpa gangguan yang berarti.Kegiatan pengabdian didukung oleh seluruhkomponen baik dari pihak Desa Ambokembangmaupun dari Puskesmas Kedungwuni II. Rencanaberikutnya adalah perencanaan kelas kader dalampemanfaatan tanaman kelor, diperlukan peranserta seluruh elemen masyarakat. Pengabdianberikutnya hendaknya dilaksanakan lebih dekatdengan masyarakat dengan kelas balita dimasing-masing desa sehingga waktu dan tempatdiskusi lebih nyaman dengan jumlah sasaran yanglebih sedikit.

Page 7: KELOR COOKINGCLASS:MODIFIKASIEDUKASIDALAM …

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 23 - 23DOI: 10.31983/link.v15i2.4845

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

5. Ucapan Terima Kasih

Terima kasih disampaikan kepadaUniversitas Muhammadiyah Pekajangan yangtelah mendanai proses kegiatan pengabdian inisampai akhir. Puskesmas Kedungwuni II danDesa Ambokembang yang telah membantujalannya kegiatan pengabdian masyarakat ini.

6. Daftar Pustaka

Dewey KG dan Begum K. Long-termConsequences Of Stunting In EarlyLife. Blackwell Publishing Ltd Maternaland Child Nutrition. NCBI. 2011: Vol (7):5-18 [diakses tanggal 30 Mei 2014]Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov

Nasikhah R. Faktor Risiko KejadianStunting Pada Balita Usia 24-36 Bulan DiKecamatan Semarang Timur,Semarang. JKM. 2012: Vol (1): 56-64[diakses tanggal29 Agustus 2014]

Ni’mah, K., & Nadhiroh, S. R. 2016. Faktor yangberhubungan dengan kejadian stuntingpada balita. Media Gizi Indonesia, 10(1),13-19.

Supariasa, I. and D. Nyoman .2012. "Pendidikandan konsultasi gizi." Jakarta: Penerbitbuku kedokteran ECG.

Nurina, R. 2017. Program Pemberian MakananTambahan untuk Peningkatan Status GiziIbu Hamil dan Balita di KecamatanCilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan,Karawang. JURNAL CARE: JURNALRESOLUSI KONFLIK, CSR, DANPEMBERDAYAAN, 1(1).

Kusumaningtyas, D. A. 2011. PengaruhPenyuluhan Gizi Terhadap TingkatPengetahuan Ibu Mengenai PemberianMakanan Tambahan yang Baik untukBalita (Doctoral dissertation,UNIVERSITAS SEBELAS MARET).

Kristianto, Y., Sulistyarini, T., & Kediri, S. R. B.2013. Faktor yang MempengaruhiPerilaku Ibu dalam Pemberian MakananPendamping ASI Pada Bayi Umur 6–36Bulan. Jurnal STIKes, 6(1), 99-108.

Khanifah, M., Chabibah, N., & Setyaningsih, P.2017. Analisa Proximat dan Uji CobaRasa Produk Fortifikasi Bubuk DaunKelor (Moringa Oleifera) dalam SusuKedelai. URECOL, 365-370.

Oyeyinka, A. T. and S. A. Oyeyinka. 2016."Moringa oleifera as a food fortificant:recent trends and prospects." Journal ofthe Saudi Society of AgriculturalSciences.

Shiriki, D., et al. 2015. "Nutritional evaluation ofcomplementary food formulations frommaize, soybean and peanut fortified withmoringa oleifera leaf powder." Food andnutrition sciences 6(05): 494.

Kustiyah, L., Syarief, H., Hardinsyah, H.,Rimbawan, R., & Suradijono, S. H. 2014.Pengaruh intervensi makanan kudapanterhadap peningkatan kadar glukosadarah dan daya ingat anak sekolahdasar.Media Gizi dan Keluarga, 30(1).

Sengev, A. I., et al. 2013. "Effect of Moringaoleifera leaf powder supplementation onsome quality characteristics of wheatbread." Food and nutrition sciences 4(3):270.

Tanziha, I., Prasojo, G., Rahmawati, I., &Rusmawati, D. 2013. PENGARUHPEMBERIAN KUDAPAN TERHADAPSTATUS GIZI DAN STATUS ANEMISISWA SDN PASANGGRAHAN 2PURWAKARTA (The effect of snackintervention on student nutritional andanemia status at Pasanggrahan 2elementary school, PurwakartaDistrict). Ekologia, 13(1), 35-50.