balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com
-
Upload
truongquynh -
Category
Documents
-
view
254 -
download
1
Transcript of balitbang-bulukumba.com filebalitbang-bulukumba.com
ISSN : 2442-3939 VOL. 12 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2017
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai
Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media Comic
Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani
Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa
2
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif
Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of
SMP Negeri Bulukumba Ray Suryadi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada
Materi Asam, Basa, Dan Garam Darmaeni
1, Muhammad Danial
2, Nurdin Arsyad
3
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model
Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan MenggunakanAlat Peraga
Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN
Jurnal Pinisi Research
Vol. 12 No. 4 Hal. 217 – 292 Bulukumba, November 2017
ISSN 2442-3939
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH BULUKUMBA
VOL.12 NO. 4 ISSN: 2442-3939 NOVEMBER 2017
Pelindung : Bupati Bulukumba
Pembina : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten
Bulukumba
Penanggungjawab : Hj. A. Ruhaya, S.Pd.
Dewan Redaksi : A. Rakhmat Syarif, S.E.
A. Nurhayati B., S.E.
Hj. Nuraeni, S.E., M.Si.
Abdul Rajab, SP., M.Si.
Pemimpin Redaksi : Dr. Drs. Baharuddin P., SE, M.Si.
Penyunting/Editor : Drs. Abd. Rajab, M.Si.
Drs. Rusli Umar, M.Pd.
Muh. Jafar, S. Pd, M.Pd.
H. Arafah, S. Pd, M.Pd.
Jihad Talib, S.Pd.,M.Hum.
Design Grafis & Fotografer : Ani, SP., M.AP.
Makraus Nursyam, S.ST.
Pemimpin Sekretariat : Muhammad Yunus, S.Sos.
Urusan Administrasi : A. Aswan, S.Sos.
Kedurvian Heryanto
Urusan Keuangan : Hj. Nur Aeni, S.E.
Urusan Sirkulasi dan Distribusi : Mansur
Wati Iswati, S.E.
Irdana, S.E.
Urusan Artistik dan Multimedia : Abd. Wahid S., S.E.
Alamat Sekretariat :
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Jl. Durian No. 2 Bulukumba Sulawesi Selatan
Telp. +62413 81102, Faks. +62413 81102
Email : [email protected]
Jurnal Pinisi Research memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kajian penelitian, atau tinjauan kepustakaan
bidang penelitian dan pengembangan yang terbit empat kali dalam setahun
(Februari, Mei, Agustus, dan November)
Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel kajian, gagasan di bidang penelitian dan pengembangan.
Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah makna substansi tulisan.
ISSN : 2442-3939
Redaksi Jurnal Pinisi Research:
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Durian No. 2 Bulukumba 92511
Telepon: +62413 81102, Faks: +62413 81102
e-mail: [email protected]
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN BULUKUMBA
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga di akhir tahun 2017 ini, penyusunan Jurnal “PINISI
RESEARCH” terbitan Volume 12 No. 4 Edisi November 2017
dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan Jurnal “PINISI RESEARCH” yang sederhana ini, sebagai media sosialisasi dan informasi
bagi para pemangku kepentingan, senantiasa melakukan perbaikan, baik jenis kajian riset
maupun isi materi kajian. Kami warga Balibangda Kabupaten Bulukumba, berusaha
mengarahkan jenis riset pada alur yang terintegrasi, menjawab secara langsung tantangan dan
permasalahan yang sedang dihadapi. Riset-riset yang dikategorikan sebagai riset dasar, pada
kenyataannya mampu menjadi kunci solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi, seperti
keragaman hayati, pendidikan, kesehatan, dan bahkan memberikan jawaban yang lebih
optimistik terhadap kelangsungan hidup kita sebagai manusia di muka bumi. Kami dari tim
penyusun akan selalu berusaha berbuat yang terbaik, demi terwujudnya sebuah media baca
yang berkualitas dalam menghimpun karya komunitas ilmuwan maupun masyarakat luas.
Atas bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, tim penyusun berhasil
menyelesaikan Jurnal “PINISI RESEARCH” ini. Untuk itu, kami menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan jurnal ini.
Wabillahi Taupiq Walhidayah,
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Bulukumba, November 2017
MUHAMMAD AMRAL, S.E., M.Si.
VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017
PENGANTAR
PEMIMPIN REDAKSI JURNAL PINISI RESEARCH
KABUPATEN BULUKUMBA
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Hadirnya “Jurnal Pinisi Research” yang dikelola oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Bulukumba sebagai
media penyaluran informasi dan sosialisasi hasil-hasil kajian dan
penelitian, serta karya tulis ilmiah menghadirkan wadah yang dapat
memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bulukumba pada khususnya, dunia penelitian masyarakat atau
komunitas akademik pada umumnya, diharapkan dapat mengagregasi dan mengelaborasi
berbagai potensi baik seumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam berbagai
prespektif, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.
Kumpulan tulisan yang secara berkala diterbitkan khususnya pada Jurnal Volume 12
Nomor 4 Edisi November 2017 telah melalui proses yang selektif, dirangkum dalam bentuk
kajian, dan diharapkan menjadi bahan yang memperkaya pengetahuan bagi setiap pembaca.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) hadir dengan konfigurasi
Membangun perubahan dengan gagasan yang cemerlan dengan sistem informasi, kajian
ilmiah, hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang dituangkan melalui goresan pena,
yang memberikan solusi terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bulukumba pada khususnya. Sebagai wadah sosialisasi hasil kajian ilmiah dalam
rangka membangun kesejahteraan masyarakat, yang tetap eksis pada kajian riset, kajian di
bidang pendidikan, dan kajian di bidang pertanian. Hal yang pasti bahwa kehadiran berbagai
media informasi kelitbangan menjadi kebutuhan penting untuk menunjang hadirnya ragam
kegiatan riset atau kelitbangan yang dilakukan tidak hanya oleh institusi pemerintah daerah
tapi dikalangan lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya.
Terima kasih atas responnya dan dukungan seluruh pembaca yang budiman atas
eksistensi Jurnal Pinisi Research.
Bulukumba, November 2017
Dr. Drs. BAHARUDDIN P., S.E., M.Si.
VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017
i
Pengantar Redaksi Membangun Kemitraan
Profesionalisme
uji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Kabupaten Bulukumba telah berhasil menerbitkan Jurnal Pinisi Research pada
Volume 12 Nomor 4 Edisi November 2017. Sebuah upaya yang dilandasi komitmen
para Penulis maupun Dewan Redaksi untuk senantiasa bersama-sama
meningkatkan profesionalisme kelitbangan bidang pemerintahan daerah. Dalam upaya
membangun kemitraan profesionalisme, redaksi senantiasa melakukan perluasan komunitas
profesionalisme, intelektual, dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka untuk
berpartisipasi dalam Jurnal Pinisi Research.
Pada edisi ini redaksi menyajikan 8 (delapan) artikel yang membahas tentang : Mengatasi
Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Daerah di Kabupaten Bulukumba*), Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui
Pengintegrasian Tik dengan Media Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40
Bulukumba*), Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang*), Peningkatan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode Problem
Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba*), The Implementation Of
Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of SMP Negeri Bulukumba*), Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, Dan Garam*), Peningkatan Motivasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya
pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba*), Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara*).
Pada bulan November tahun 2017, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Bulukumba terus berinisiatif menerbitkan lagi Jurnal Pinisi Research Volume 12 No. 4
Edisi November 2017 yang menjadi icon media berkala ilmiah yang mampu mendorong kuriositas
para peneliti/perekayasa.
Selain itu demi terwujudnya para calon peneliti/perekayasa di bidang pemerintahan,
pendidikan dan kesehatan yang berkiprah secara profesional, sehingga mempercepat terwujudnya
tata kelola pemerintahan yang lebih baik.
Akhir kata, segenap staf redaksi Jurnal Pinisi Research mengucapkan selamat berkarya
dan salam sejahtera sukses bahagia selalu.
Salam Redaksi
VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017
ii
Daftar Isi ]
Pengantar Redaksi i
Daftar Isi ii
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik Melalui Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai
Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pengintegrasian Tik dengan Media
Comic Digital pada Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani
Analisa Usaha Tani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang Rachmat Seno Adji
1, Mustafa
2
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran
Koperatif Metode Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1
Bulukumba
Rosma D.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013 In English Subject Of
SMP Negeri Bulukumba Ray Suryadi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam,
Basa, Dan Garam Darmaeni
1, Muhammad Danial
2, Nurdin Arsyad
3
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui
Model Pembelajaran Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang
Kabupaten Bulukumba Nirwana
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga
Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati
i
ii
217 - 228
229 - 238
239 - 246
247 - 254
255 - 262
263 - 276
277 - 284
285 - 292
VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 217
PENDAHULUAN
Masalah sosial merupakan situasi yang
dinyatakan sebagai keadaan yang bertentangan
dengan nilai-nilai oleh warga masyarakat yang
cukup penting, dimana masyarakat sepakat
melakukan suatu tindakan guna mengubah
situasi tersebut (Martin S.Winberg
dalam:wayankrish.blogspot.co.id), di Negara-
negara berkembang seperti Indonesia, banyak
sekali masalah-masalah sosial yang terjadi di
masyarakatnya sebagai salah satu pemicunya
adalah kepadatan penduduk yang meningkat
tajam tetapi tidak diberengi dengan
perkembangan sumber daya manusia yang
memadai terutama dan umumnya terjadi di
perkotaan yang besar. Beberapa contoh
masalah sosial kemiskinan, pengangguran,
masalah pendidikan, masalah kriminalitas,
kesenjangan sosial ekonomi, kenakalan remaja.
Kesemuanya itu berdampak pada faktor-faktor
sosial yaitu faktor ekonomi, faktor psikologis,
MENGATASI MASALAH SOSIAL YANG DIRASAKAN OLEH PUBLIK MELALUI
PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
DI KABUPATEN BULUKUMBA
Baharuddin Patangngai *)
Bidang Pembangunan Inovasi dan Teknologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Balitbangda) Kabupaten Bulukumba
Email: [email protected],id
Abstrak
Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai kebijakan yang menyangkut aspek sosial dalam pengertian
sempit, yakni yang menyangkut bidang kesejahteraan sosial.Proses perumusan kebijakan sosial yaitu
terdiri atas tahap identifikasi, implementasi, dan evaluasi. Mekanisme kebijakan sosial terdiri atas
departemen pemerintahan, badan perencanaan nasional dan isu-isu kebijakan sosial terdiri atas peran
Negara dan masyarakat dan perangkat hukum dan penerapannya. Model-model analisis kebijakan
sosial yaitu terdiri atas pendekatan empiris, normative dan evaluative. Merumuskan masalah kebijakan
sosial terdiri atas masalah kebijakan, klaim kebijakan, justifikasi dan pendukung. Pelaksanaan
percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bulukumba dengan memanfaatkan pemutahiran
Basis Data Terpadu untuk mempertajam keakuratan dan layanan serta efektifitas intervensi program
pemerintah dalam penenggulangan kemiskinan terutama pada penerima manfaat bantuan sosial
pemerintah
Kata Kunci: Percepatan pengentasan kemiskinan di Bulukumba
Abstract *)
Social policy can be interpreted as a policy concerning social aspects in a narrow sense, ie
concerning the field of social welfare. The process of formulating social policy consists of the stage of
identification, implementation, and evaluation. The social policy mechanisms comprise government
departments, national planning bodies and social policy issues comprising the role of the State and
society and the instruments of law and its application. The social policy analysis models consist of
empirical, normative and evaluative approaches. Formulating social policy issues consists of policy
issues, policy claims, justifications and support. Implementation of accelerated poverty reduction in
Bulukumba District by utilizing the update of Integrated Database to sharpen the accuracy and
service and effectiveness of government program intervention in poverty alleviation especially to
government social assistance beneficiaries.
Keywords: Accelerating Poverty Reduction Bulukumba District
218 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
faktor budaya, faktor biologis, media
elektronik, lingkungan yang tidak
menguntungkan sehingga dalam pengelolaan
dan layanan kebijakannya sangatlah kompleks.
Kebijakan sosial adalah seperangkat
tindakan (course of action), kerangka kerja
(framework), petunjuk (guideline), rencana
(plan), peta (map) atau strategi, yang di
rancang untuk menterjemahkan visi politis
pemerintah atau lembaga pemerintah kedalam
program dan tindakan untuk mencapai tujuan
tertentu di bidang kesejahteraan sosial (social
welfare). Kerana urusan kesejahteraan sosial
seringkali menyangkut orang banyak, maka
kebijakan sosial seringkali diidentikan dengan
kebijakan publik. Kebijakan sosial seringkali
menyetuh, berkaitan, atau bahkan, selintas
bertumpang-tindih dengan bidang lain yang
umumnya dikategorikan sebagai bidang sosial,
semisalnya kesehatan, pendidikan, perumahan,
atau makanan. Lebih dari itu makna sosial
tidak jarang di artikan secara luas. Spicker
(1995:5) membantu mempertegas subtansi
kebijakan sosial dengan menyanjikan tiga
karakteristik atau aras pendefinisi kebijakan
sosial.
Elemen utama kebijakan adalah tujuan
proses implementasi dan pencapaian hasil
suatu inisiatif atau keputusan kolektif yang
dibuat oleh, misalnya departemen pemerintah
(pada tingkat makro) atau lembaga pelayanan
sosial (pada skala mikro). Karena meskipun
kebijakan sosial tidak jarang berhubungan
dengan makanan, ia tidak mempelajari atau
mengurusi soal makanan itu sendiri. Melainkan
dengan regulasi dan distribusi makanan.
Kebijakan sosial berurusan dengan isu-isu yang
bersifat sosial. Namun, seperti dijelaskan di
muka, arti sosial di sini tidak bersifat luas.
Melainkan merejuk pada beragam respon
kolektif yang dibuat guna mengatasi masalah
sosial yang dirasakan oleh publik. Istilah sosial
menunjuk pada “some kind of collective social
respone made to perceived problem,”
khususnya Pemerintah Kabupaten Bulukumba
berupaya secara terus menerus dan
berkelanjutan untuk melakukan percepatan
penanggulangan kemiskinan yang dirumuskan
dalam program dan kegiatan yang
terkoordinasi pada seluruh organisasi perangkat
daerah sebagai manifestasi pelaksanaan
layanan masyarakat. Berdasarkan pada Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia (IPM).
Kabupaten Bulukumba sesuai laporan LP2KD
berada pada angka 65,58 dengan rata-rata
64,45% pada tahun 2015 dengan jumlah
penduduk miskin sebanyak 34.200 jiwa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah pada penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian kebijakan sosial?
2. Bagaimana proses perumusan kebijakan
sosial?
3. Bagaimana mekanisme dan isu-isu
kebijakan sosial?
4. Bagaimana model-model analisis kebijakan
sosial?
5. Bagaimana merumuskan masalah kebijakan
sosial?
6. Bagaimana pelaksanaan percepatan
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Bulukumba
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah
ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan
sosial.
2. Untuk mengetahui proses perumusan
kebijakan sosial.
3. Untuk mengetahui mekanisme dan isu-isu
kebijakan sosial.
4. Untuk mengetahui model-model analisis
kebijakan sosial.
5. Untuk mengetahui cara merumuskan
masalah kebijkan sosial.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan percepatan
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Bulukumba
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai sumber pengetahuan kepada
masyarakat untuk memahami arti dari
kebijakan sosial. Dan cara penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Bulukumba
2. Sebagai syarat mengikuti uji pemilihan
pejabat Pratama di Pemerintah Kabupaten
Bulukumba
3. Sebagai bahan referensi dalam penulisan
selanjutnya
PEMBAHASAN
Pengertian Kebijakan Sosial
Istilah ‘kebijakan’ yang dimaksud dalam
materi ini disepadankan dengan kata bahasa
Inggris ‘policy’ yang dibedakan dari kata
‘wisdom’ yang berarti ‘kebijaksanaan’ atau
‘kearifan’. Kebijakan sosial terdiri dari dua
kata yang memiliki banyak makna, yakni kata
‘kebijakan’ dan kata ‘sosial’ (social). Untuk
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 219
menghindari ambiguitas istilah tersebut, ada
baiknya kita diskusikan terlebih dahulu
mengenai pengertian keduanya.
Menurut Ealau dan Prewitt, kebijakan
adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang
dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan
berulang, baik dari yang membuatnya maupun
yang mentaatinya (yang terkena kebijakan itu)
(Suharto, 1997). Kamus Webster memberi
pengertian kebijakan sebagai prinsip atau cara
bertindak yang dipilih untuk mengarahkan
pengambilan keputusan. Titmuss
mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-
prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan
kepada tujuan-tujuan tertentu (Suharto, 1997).
Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa
berorientasi kepada masalah (problem-
oriented) dan berorientasi kepada tindakan
(action-oriented). Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu
ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat
secara terencana dan konsisten dalam mencapai
tujuan tertentu.
Seperti halnya kata ‘kebijakan’, kata
‘sosial’ pun memiliki beragam pengertian.
Conyers (1992: 10-14) mengelompokkan kata
sosial ke dalam 5 pengertian:
1. Kata sosial mengandung pengertian umum
dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan kegiatan yang bersifat
hiburan atau sesuatu yang menyenangkan.
Misalnya, kegiatan olah raga, rekreasi,
arisan sering disebut sebagai kegiatan
sosial.
2. Kata sosial diartikan sebagai lawan kata
individual. Dalam hal ini kata sosial
memiliki pengertian sebagai sekelompok
orang (group), atau suatu kolektifitas,
seperti masyarakat (society) warga atau
komunitas (community).
3. Kata sosial sebagai istilah yang melibatkan
manusia sebagai lawan dari pengertian
benda atau binatang. Pembangunan sosial
berkaitan dengan pembangunan kualitas
manusia yang berbeda dengan
pembangunan fisik atau infrastruktur,
seperti pembangunan gedung, jalan,
jembatan.
4. Kata sosial sebagai lawan kata ekonomi.
Dalam pengertian ini kata sosial berkonotasi
dengan aktifitas-aktivitas masyarakat atau
organisasi yang bersifat volunter, swakarsa,
swadaya, yang tidak berorientasi mencari
keuntungan finansial. Organisasi sosial,
seperti Karang Taruna, PKK adalah
organisasi yang menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang tidak mencari keuntungan
yang berupa uang. Ini berbeda dengan
organisasi ekonomi, seperti perusahaan,
Perseroan Terbatas (PT), atau Bank yang
tentunya kegiatan-kegiatannya bertujuan
untuk mencari keuntungan ekonomi.
5. Dengan demikian, kebijakan sosial dapat
diartikan sebagai kebijakan yang
menyangkut aspek sosial dalam pengertian
sempit, yakni yang menyangkut bidang
kesejahteraan sosial. Pengertian kebijakan
sosial seperti ini selaras dengan pengertian
perencanaan sosial sebagai perencanaan
perundang-undangan tentang pelayanan
kesejahteraan sosial yang pertama kali
muncul di Eropa Barat dan Amerika Utara,
sehingga meskipun pengertian perencanaan
sosial diintegrasikan secara meluas, di
masyarakat Barat berkembang anggapan
bahwa perencanaan sosial senantiasa
berkaitan erat dengan perencanaan
kesejahteraan sosial (Conyers, 1992).
Proses Perumusan Kebijakan Sosial
Proses perumusan kebijakan sosial dapat
dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap
Identifikasi, tahap implementasi dan tahap
evaluasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa
tahapan yang saling terkait: Secara garis besar,
tahapan perumusan kebijakan dapat adalah
sebagai berikut (Suharto, 1997):
1. Tahap Identifikasi
a. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Tahap pertama dalam perumusan
kebijakan sosial adalah mengumpulkan
data mengenai permasalahan sosial yang
dialami masyarakat dan mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang
belum terpenuhi (unmet needs).
b. Analisis Masalah dan Kebutuhan Tahap berikutnya adalah mengolah,
memilah dan memilih data mengenai
masalah dan kebutuhan masyarakat yang
selanjutnya dianalisis dan
ditransformasikan ke dalam laporan yang
terorganisasi. Informasi yang perlu
diketahui antara lain: apa penyebab
masalah dan apa kebutuhan masyarakat?
Dampak apa yang mungkin timbul
apabila masalah tidak dipecahkan dan
kebutuhan tidak dipenuhi? Siapa dan
kelompok mana yang terkena masalah?
c. Penginformasian Rencana Kebijakan Berdasarkan laporan hasil analisis
disusunlah rencana kebijakan. Rencana
ini kemudian disampaikan kepada
berbagai sub-sistem masyarakat yang
terkait dengan isu-isu kebijakan sosial
220 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
untuk memperoleh masukan dan
tanggapan. Rencana ini dapat pula
diajukan kepada lembaga-lembaga
perwakilan rakyat untuk dibahas dan
disetujui.
d. Perumusan Tujuan Kebijakan Setelah mendapat berbagai saran dari
masyarakat dilakukanlah berbagai
diskusi dan pembahasan untuk
memperoleh alternatif-alternatif
kebijakan. Beberapa alternatif kemudian
dianalisis kembali dan dipertajam
menjadi tujuan-tujuan kebijakan.
e. Pemilihan Model Kebijakan Pemilihan model kebijakan dilakukan
terutama untuk menentukan pendekatan,
metoda dan strategi yang paling efektif
dan efisien mencapai tujuan-tujuan
kebijakan. Pemilihan model ini juga
dimaksudkan untuk memperoleh basis
ilmiah dan prinsip-prinsip kebijakan
sosial yang logis, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f. Penentuan Indikator Sosial Agar pencapaian tujuan dan pemilihan
model kebijakan dapat terukur secara
objektif, maka perlu dirumuskan
indikator-indikator sosial yang berfungsi
sebagai acuan, ukuran atau standar bagi
rencana tindak dan hasil-hasil yang akan
dicapai.
g. Membangun Dukungan dan
Legitimasi Publik Tugas pada tahap ini adalah
menginformasikan kembali rencana
kebijakan yang telah disempurnakan.
Selanjutnya melibatkan berbagai pihak
yang relevan dengan kebijakan,
melakukan lobi, negosiasi dan koalisi
dengan berbagai kelompok-kelompok
masyarakat agar tercapai konsensus dan
kesepakatan mengenai kebijakan sosial
yang akan diterapkan.
2. Tahap Implementasi a. Perumusan Kebijakan:
Rencana kebijakan yang sudah
disepakati bersama dirumuskan kedalam
strategi dan pilihan tindakan beserta
pedoman peraturan pelaksanaannya.
b. Perancangan dan Implementasi
Program: Kegiatan utama pada tahap ini adalah
mengoperasionalkan kebijakan ke dalam
usulan-usulan program (program
proposal) atau proyek sosial untuk
dilaksanakan atau diterapkan kepada
sasaran program.
3. Tahap Evaluasi Evaluasi dan Tindak Lanjut: Evaluasi
dilakukan baik terhadap proses maupun
hasil implementasi kebijakan. Penilaian
terhadap proses kebijakan difokuskan pada
tahapan perumusan kebijakan, terutama
untuk melihat keterpaduan antar tahapan,
serta sejauhmana program dan pelayanan
sosial mengikuti garis kebijakan yang telah
ditetapkan. Penilaian terhadap hasil
dilakukan untuk melihat pengaruh atau
dampak kebijakan, sejauh mana kebijakan
mampu mengurangi atau mengatasi
masalah. Berdasarkan evaluasi ini,
dirumuskanlah kelebihan dan kekurangan
kebijakan yang akan dijadikan masukan
bagi penyempurnaan kebijakan berikutnya
atau permusan kebijakan baru.
Mekanisme dan Isu-Isu Kebijakan Sosial
Untuk lebih memahami proses
perumusan kebijakan sosial, kiranya perlu
ditelaah secara singkat mekanisme dan
kerangka kerja perumusan kebijakan sosial.
Telaah ini akan membantu kita dalam
memahami peranan lembaga atau aktor yang
terlibat dalam merumuskan kebijakan sosial
(Suharto, 1997). Setiap negara memiliki
mekanisme tersendiri dalam proses perumusan
suatu kebijakan sosial. Sebagain besar negara
menyerahkan tanggungjawab ini kepada setiap
departemen pemerintahan, namun ada pula
negara yang memiliki badan khusus yang
menjadi sentral perumusan kebijakan sosial.
Terdapat pula negara-negara yang melibatkan
baik lembaga pemerintahan maupun swasta
dalam merumuskan kebijakan sosialnya.
Tidaklah mudah untuk membuat generalisasi
lembaga mana yang paling berkompeten dalam
masalah ini (Suharto, 1997).
1. Mekanisme Kebijakan Sosial a. Departemen pemerintahan.
Sebagian besar negara menyerahkan
tanggungjawab mengenai perumusan
kebijakan sosial kepada kementrian,
departemen atau lembaga-lembaga
pemerintah yang berperan. Misalnya
Departemen Sosial di Indonesia
merupakan salah satu departemen yang
memiliki kewenangan langsung dalam
merumuskan kebijakan kesejahteraan
sosial. Di Departemen Sosial, terdapat
satu biro khusus yang memiliki
kewenangan penting dalam kegiatan ini,
yaitu Biro Perencanaan.
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 221
b. Badan Perencanaan Nasional.
Dalam konteks pembangunan yang lebih
luas, perumusan kebijakan sosial juga
seringkali menjadi tugas khusus dari
Badan Perencanaan Nasional yang
sengaja dibentuk untuk merumuskan dan
sekaligus mengatur mekanisme
kebijakan sosial. Badan Perencanaan
Nasional (Bappenas) merupakan
lembaga khusus yang menangani
berbagai perencanaan sosial sekaligus
perumusan kebijakan sosial dalam
pembangunan nasional. Kebijakan yang
dihasilkan lembaga ini kemudian
menjadi acuan bagi departemen dan
lembaga-lembaga terkait dalam
melaksanakan berbagai program
pembangunan.
c. Badan legislatif.
Badan legislatif seperti Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki
kewenangan dalam merumuskan
kebijakan sosial. Lembaga ini biasanya
memiliki komisi khusus yang mengurusi
perumusan kebijakan sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya, di Indonesia, DPR
memiliki komisi khusus yang
bertanggungjawab mengatur urusan
ekonomi, hukum, dan kesejahteraan
sosial.
c. Pemerintah Daerah dan Masyarakat
Setempat. Di sejumlah negara di mana administrasi
pemerintahannya lebih terdesentralisasi,
Pemerintah Daerah (PEMDA) memiliki
peran yang sangat penting dalam
perumusan kebijakan sosial, khususnya
yang menyangkut persoalan dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat di
daerahnya. Lebih-lebih lagi di negara-
negara yang telah sangat matang
menjalankan konsep demokrasi,
masyarakat setempat memiliki hak dan
kewenangan dalam mengungkapkan
aspirasi kebutuhannya yang kelak
menjadi bagian dari tema-tema penting
dalam kebijakan sosial.
d. Lembaga Swadaya Masyarakat. Peranan lembaga-lembaga sosial atau
organisasi-organisasi non pemerintah
(ORNOP) adalah berbeda dalam setiap
negara. Namun demikian, kini terdapat
kecenderungan bahwa di negara-negara
berkembang, pemerintah semakin
memberi peran yang leluasa kepada
sektor-sektor non pemerintahan untuk
juga terlibat dalam perumusan
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini
terutama terjadi sejalan dengan
rekomendasi atau bahkan tekanan dari
negara-negara donor yang memberi
bantuan dan konsultasi finansial kepada
negara yang bersangkutan. Selain itu,
kini semakin disadari bahwa sebesar
apapun pemerintah menguasai sumber-
sumber ekonomi dan sosial, tidaklah
mungkin mampu memenuhi kebutuhan
segenap lapisan masyarakat secara
memuaskan.
2. Isu-Isu kebijakan Sosial Kebijakan sosial tidak dapat dilepaskan dari
proses dan dimensi pembangunan secara
luas. Karenanya perlu ditelaah secara
singkat beberapa isu kebijakan sosial yang
mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan
dalam proses dan mekanisme perumusan
kebijakan sosial (Suharto, 1997)
a. Peran negara dan masyarakat. Walaupun pemerintah memiliki peran
yang besar dalam perumusan kebijakan
sosial, tidaklah berarti bahwa hanya
pemerintah sajalah yang berhak
menangani masalah ini. Seperti
dinyatakan dimuka, bahwa pemerintah
tidak akan pernah mampu memenuhi
seluruh kebutuhan warganya. Sebesar
apapun sumber-sumber ekonomi-sosial
yang dimilikinya dan sehebat apapun
kemampuan para pejabat dan aparatur
pemerintah, tetap membutuhkan peran
masyarakat. Oleh karena itu, perumusan
kebijakan sosial mensyaratkan adanya
keseimbangan dan proporsionalitas
dalam hal pembagian peran dan
kekuasaan pemerintah dan masyarakat.
b. Perangkat Hukum dan Penerapannya. Perangkat hukum memiliki kekuatan
memaksa, melalui sangsi dan hukuman
yang melekat di dalamnya. Kebijakan
sosial memerlukan perangkat hukum
yang dapat mendukung diterapkannya
kebijakan sosial. Kebijakan sosial dapat
berjalan secara efektif apabila
dinyatakan secara tegas melalui
perundang-undangan dan peraturan
pelaksanaannya. Namun demikian,
adakalanya perangkat hukum yang sudah
ada tidak dapat diimplementasikan
secara baik dalam kegiatan-kegiatan
operasional, baik dikarenakan oleh
faktor manusianya, maupun kurang
lengkapnya peraturan teknis yang
mengatur secara lebih rinci perundang-
undangan tersebut. Oleh karena itu, perlu
usaha keras agar terjamin adanya
222 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
keselarasan antara perangkat hukum dan
implementasinya. Ketidak-konsistenan
antara ‘dassein’ dan ‘dasollen’ akan
menimbulkan ketidak-percayaan
masyarakat dan merosotnya citra
lembaga-lembaga pembuat kebijakan,
yang pada gilirannya menimbulkan sikap
apatis dan bahkan antipati masyarakat
kepada setiap produk kebijakan sosial.
c. Koordinasi antar Lembaga.
Seperti sudah dinyatakan di muka,
kebijakan sosial seringkali menjadi
urusan berbagai departemen dan
lembaga, baik pemerintah maupun
swasta. Oleh karena itu, perlu adanya
koordinasi dan kerjasama antar lembaga
tersebut agar kebijakan sosial tidak
bersifat tumpang tindih dan saling
bertentangan satu sama lain.
d. Sumber Daya Manusia. Aspek mengenai SDM ini menyangkut
jumlah dan kualitas para pembuat
kebijakan yang akan diserahi tugas
dalam merumuskan kebijakan sosial.
Meskipun kebijakan sosial, menyangkut
‘aspek sosial’, tetapi dalam merumuskan
kebijakan tersebut diperlukan sejumlah
orang yang memiliki beragam profesi
dan latar belakang akademik tertentu.
Oleh karena itu, perumusan kebijakan
harus memperhatikan kualifikasi SDM
yang tepat. Selain ahli-ahli sosial,
perumusan kebijakan sosial seringkali
membutuhkan pakar-pakar ekonomi,
hukum, dan bahkan ahli statistik.
e. Pentingnya pelayanan sosial. Pentingnya pelayanan sosial bagi
peningkatan kualitas hidup masyarakat
merupakan isu penting lainnya yang
perlu mendapat perhatian dalam
kebijakan sosial. Isu ini terutama muncul
karena adanya kecenderungan
pemerintah yang semakin menurunkan
anggaran belanjanya untuk kepentingan-
kepentingan pelayanan sosial. Pelayanan
sosial pada dasarnya merupakan
investasi sosial yang berkorelasi positif
dengan kualitas hidup masyarakat.
Pengalaman penulis berkunjung ke Costa
Rica menunjukkan bahwa berkat
kesigapan pemerintah dalam
mengalokasikan sumber daya bagi
pelayanan sosial, kualitas hidup warga
masyarakat negara tersebut sangat
memuaskan terutama bila dilihat dari
indikator kualitas hidup (Human
Development Index), seperti angka
harapan hidup, jumlah kematian bayi per
1000 kelahiran, dan bahkan pendapatan
per kapitanya.
f. Penentuan prioritas pelayanan sosial.
Di sebagian besar negara berkembang
keinginan untuk memperbaiki pelayanan
sosial sangat besar, namun demikian
sumber dana untuk pengadaan pelayanan
tersebut sangat terbatas (Conyers, 1991).
Ini berarti bahwa kebijakan sosial harus
mampu diprioritaskan terhadap
pelayanan sosial yang benar-benar
penting dan berdampak luas bagi
kesejahteraan masyarakat. Misalnya,
apakah pelayanan sosial akan lebih
diprioritaskan untuk perawatan anak
terlantar, para manula, para penyandang
cacat, rehabilitasi permukiman kumuh,
atau peningkatan peran pemuda dan
wanita.
g. Penentuan bentuk pelayanan sosial.
Isu berikutnya berkaitan dengan
pertanyaan mengenai bentuk-bentuk
pelayanan sosial apa yang cocok untuk
negara berkembang. Dewasa ini semakin
disadari bahwa bentuk-bentuk dan
standar pelayanan di negara maju tidak
dapat sepenuhnya diterapkan di negara
berkembang. Oleh karena itu, perlu
diusahakan suatu bentuk pelayanan
sosial yang sesuai dengan kondisi
setempat dan cocok ditinjau dari segi
fisik, ekonomi, sosial dan politik negara
yang bersangkutan. Secara luas kita
dapat mengusulkan apakah pelayanan
sosial akan berbentuk uang tunai (cash
payment), barang (benefit in kind), atau
berupa bantuan konsultasi dan pelatihan-
pelatihan.
h. Distribusi pelayanan sosial.
Hampir bisa dipastikan bahwa semua
negara menghadapi masalah yang sama
dalam kaitannya dengan persoalan
‘supply’ dan ‘demand’ pelayanan sosial,
dalam arti kebutuhan akan pelayanan
sosial selalu lebih besar dari kemampuan
pemerintah atau lembaga penyelenggara
dalam mengusahakan pelayanan sosial.
Keadaan ini tentunya memaksa kita
untuk memikirkan secara sungguh-
sungguh mengenai distribusi pelayanan
sosial. Beberapa hal yang dapat
dijadikan pertimbangan dalam
pendistribusian pelayanan ini antara lain
menyangkut segi geografis (desa, kota,
daerah khusus), jender (pria, wanita, atau
waria), usia (anak, remaja, manula) atau
berdasarkan permasalahan-permasalahan
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 223
khusus yang mendesak untuk segera
dipecahkan.
i. Penetapan kuantitas atau kualitas
pelayanan sosial.
Karena sumber daya manusia dan dana
relatif selalu terbatas, maka isu mengenai
pilihan dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pelayanan harus pula menjadi
bahan pertimbangan yang matang bagi
para pembuat kebijakan sosial. Antara
kuantitas dan kualitas pelayanan sering
kali terjadi trade-off, dilema, sehingga
perlu ditentukan mana dahulu yang akan
diutamakan. Misalnya, mengingat masih
besarnya sasaran pembangunan
kesejahteraan sosial, peningkatan jumlah
lembaga pelayanan kesejahteraan sosial
masih dianggap lebih penting daripada
meningkatkan kualitas pelayanan
lembaga tersebut. Dengan demikian,
secara terpaksa diadakan pengorbanan
dalam hal kualitas pelayanan sosial.
j. Pembiayaan pelayanan sosial. Isu kebijakan sosial lainnya yang sangat
penting adalah mengenai pendanaan
pelayanan sosial yang menyangkut,
sistem, sumber dan metoda pendanaan.
Terdapat suatu sistem di mana pelayanan
sosial sepenuhnya atau sebagian besar
dibiayai oleh pemerintah yang dananya
diambil dari subsidi sektor-sektor lain
dalam bidang perekonomian negara
tersebut. Pelayanan pendidikan dasar
merupakan salah satu contoh sistem ini.
Sebaliknya, ada pula pelayanan sosial
yang didasarkan pada segi komersial,
baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta, seperti
asuransi kesehatan dan asuransi sosial
tenaga kerja. Kini terdapat
kecenderungan di mana sistem
pendanaan lembaga pelayanan sosial
(panti jompo, TPA) yang tadinya
disubsidi penuh oleh pemerintah, kini
bersifat komersial. Pada kenyataanya,
sebagian besar negara maju dan
berkembang banyak yang memilih jalan
tengah di antara kedua sistem di atas.
Model-Model Analisis Kebijakan Sosial
Menurut Dunn (1991), analisis kebijakan
adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan
berbagai metode penelitian dan argumentasi
untuk menghasilkan informasi yang relevan
dalam menganalisis masalah-masalah sosial
yang mungkin timbul akibat diterapkannnya
suatu kebijakan. Ruang lingkup dan metoda
analisis kebijakan umumnya bersifat deskriptif
dan faktual mengenai sebab-sebab dan akibat-
akibat suatu kebijakan.
Model-Model Kebijakan Sosial
Menurut Quade (1982) analisis kebijakan
adalah suatu jenis penelaahan yang
menghasilkan informasi sedemikian rupa yang
dapat dijadikan dasar-dasar pertimbangan para
pembuat kebijakan dalam memberikan
penilaian-penilaian terhadap penerapan
kebijakan sehingga diperoleh alternatif-
alternatif perbaikannya. Kegiatan
penganalisisan kebijakan dapat bersifat formal
dan hati-hati yang melibatkan penelitian
mendalam terhadap isu-isu atau masalah-
masalah yang berkaitan dengan evaluasi suatu
program yang telah dilaksanakan. Namun
demikian, beberapa kegiatan analisis kebijakan
dapat pula bersifat informal yang melibatkan
tidak lebih dari sekadar kegiatan berfikir secara
cermat dan hati-hati mengenai dampak-dampak
diterapkannya suatu kebijakan.
Analisis kebijakan pada dasarnya
bertujuan untuk menghasilkan informasi dan
argumen-argumen rasional mengenai tiga
pertanyaan yang berkaitan dengan:
a. Fakta-fakta;
b. Nilai-nilai; dan
c. Tindakan-tindakan
Berdasarkan hal tersebut, maka ada tiga
model pendekatan dalam analisis kebijakan
sosial, yaitu:
a. Pendekatan Empiris;
b. Pendekatan Evaluatif; dan
c. Pendekatan Normatif.
Dalam kaitannya dengan tiga model
tersebut, terdapat empat prosedur analisis yang
dapat dijadikan patokan dalam melakukan
analisis kebijakan sosial:
224 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
a. Monitoring yang dapat menghasilkan
informasi deskriptif mengenai sebab-sebab
dan akibat-akibat kebijakan.
b. Peramalan yang dapat menghasilkan
prediksi atau informasi mengenai akibat-
akibat kebijakan di masa depan.
c. Evaluasi yang dapat menghasilkan
informasi mengenai nilai atau harga dari
dampak-dampak kebijakan yang telah lalu
maupun di masa datang.
d. Rekomendasi yang dapat memberikan
preskripsi atau informasi mengenai
alternatif-alternatif atau kemungkinan-
kemungkinan yang ditimbulkan dari suatu
kegiatan.
Merumuskan Masalah Kebijakan Sosial
Perumusan masalah kebijakan sosial
adalah suatu proses penyelidikan untuk
mengumpulkan informasi mengenai
konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang
mempengaruhi kelompok sasaran. Perumusan
masalah kebijakan juga mencakup pencarian
solusi-solusi terhadap dampak-dampak
kebijakan yang bersifat negatif.
Masalah-masalah kebijakan sosial secara
umum memiliki enam elemen, yaitu:
1. Masalah kebijakan. Informasi ini meliputi argumen mengenai
bukti-bukti pemasalahan, alternatif-
alternatif kebijakan, tindakan-tindakan
kebijakan, hasil-hasil kebijakan, dan
keberhasilan-keberhasilan kebijakan.
2. Klaim kebijakan.
Klaim kebijakan adalah kesimpulan-
kesimpulan mengenai argumen-argumen
kebijakan. Sebagai contoh, pemerintah
harus berinvestasi dalam bidang pendidikan
atau mengeluarkan dana lebih besar lagi
bagi penanggulangan anak jalanan dsb.
3. Justifikasi atau pembenaran. Aspek ini meliputi asumsi mengenai
argumen kebijakan yang memungkinkan
analisis kebijakan untuk melangkah dari
masalah kebijakan ke klaim kebijakan.
Suatu asumsi bisa mencakup informasi yang
bersifat otoritatif, intuitif, analitis, kausal,
pragmatis maupun kritis.
4. Pendukung. Pendukung adalah informasi-informasi yang
dapat digunakan sebagai dasar yang
mendukung justifikasi. Pendukung dapat
berupa hukum-hukum keilmuan, pendapat-
pendapat para ahli atau prinsip-prinsip etis
dan moral.
5. Keberatan-keberatan atau sanggahan-
sanggahan.
Keberatan-keberatan adalah kesimpulan
yang kedua atau argumen alternatif yang
menyatakan bahwa suatu kondisi tidak
dapat diterima (ditolak) atau dapat diterima
dengan syarat-syarat tertentu.
6. Prasyarat.
Aspek ini merupakan kondisi-kondisi yang
dapat meyakinkan atau menjadi dasar bagi
analis kebijakan untuk membenarkan klaim
kebijakan. Dalam analisis kebijakan,
prasyarat biasanya dinyatakan dalam bahasa
“kemungkinan” atau probabilitas. Misalnya,
“kemungkinan besar”, “kecenderungannya
adalah” atau “pada taraf signifikansi 1
persen”.
Perumusan masalah kebijakan, tidak
dapat dilakukan begitu saja, melainkan
harus memenuhi beberapa syarat agar dapat
diterima secara logis. Prasyarat tersebut
meliputi:
a. Perumusan masalah harus jelas atau tidak
ambigu.
b. Produk analisis harus terbaru (up-to-
date).
c. Produk analisis harus berharga atau
bernilai (valuable).
d. Proses analisis tidak bersifat
konvensional, artinya menggunakan
teknik-teknik yang mutakhir.
e. Proses analisis memiliki daya motivasi,
berkesinambungan, berhubungan satu
sama lain dan komprehensif.
Teknik-teknik dalam perumusan masalah
kebijakan:
a. Analisis Klasifikasi. Teknik ini dipergunakan untuk memperjelas
konsep yang digunakan dalam
mendefinisikan situasi problematis. Prinsip-
prinsip dari sistem klasifikasi adalah:
1) Relevansi Substantif. Dasar klasifikasi
harus dibangun menurut tujuan analisis
dan situasi problematis.
2) Ketuntasan. Dasar klasifikasi harus
memiliki argumen yang tepat dan benar-
benar kuat.
3) Keterpilahan. Kategori-kategori harus
benar-benar terpilah dan berdiri sendiri
agar tidak ada kelompok yang masuk
dalam dua kategori.
4) Konsistensi. Kategori-kategori harus
bersifat pasti atau tetap berdasarkan
sistem klasifikasi tunggal sehingga
kesimpulan tidak bersipat tumpang
tindih atau mengalami “the fallacy of
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 225
cross division” (kekeliruan dalam
pembagian silang).
5) Pembedaan hirarkis. Tingkat dalam
sistem klasifikasi harus dapat dibedakan
secara jelas; mulai dari kategori, sub-
kategori, sampai sub-sub kategori.
b. Analisis Hirarki. Teknik ini dipakai untu menganalisis sebab-
sebab yang mungkin dalam sistem
permasalahan. Terdapat tiga macam sebab
yang perlu diperhatikan dalam analisi
hirarki:
1) Sebab yang mungkin (possible cause).
2) Sebab yang masuk akal (plausible
cause). Sebab ini didasari penelitian
ilmiah atau pengalaman langsung.
3) Sebab yang dapat dirubah (actionable
cause) atau disebut pula sebab yang
dapat dikontrol dan dimanipulasi.
c. Synectic. Teknik ini dilakukan untuk
mengembangkan pengenalan masalah
secara analogis. Beberapa prinsip analogi
meliputi:
1) Analogi personil. Analis berusaha
membayangkan dirinya mengalami
situasi-situasi problematis sebagaimana
dialami kelompok sasaran kebijakan.
2) Analogi langsung. Mencari hubungan
serupa diantara 2 atau lebih situasi
problematis.
3) Analogi simbolik. Menemukan contoh
yang serupa dengan situasiproblematik
dengan menggunakan simbol-simbol.
4) Analogi fantasi. Secara bebas mencari
kesamaan antara situasi problematis
secara khayali.
d. Branstorming atau curah pendapat.
Teknik memunculkan ide atau gagasan,
tujuan dan strategi-strategi tertentu dengan
melibatkan banyak pihak dalam suatu forum
diskusi.
e. Analisis Asumsi.
Teknik untuk menciptakan sintesa
(kesimpulan) kreatif atas beberapa asumsi
mengenai masalah-masalah kebijakan.
Prosedur analisis asumsi meliputi:
1) Identifikasi pelaku yang terlibat
(stakeholder identification).
2) Pemunculan asumsi (assumption
surfacing).
3) Pembenturan atau penentangan asumsi
(assumption challenging).
4) Pengelompokan asumsi (asumption
pooling).
5) Sintesa asumsi atau penyimpulan
asumsi.
f. Pelaksanaan percepatan penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Bulukumba
Kegiatan penanggulangan
kemiskinan Kabupaten Bulukumba adalah
sebagai berikut :
1. Bidang kesehatan
Dengan kegiatan sebagai berikut;
pelayanan kesehatan puskesmas gratis,
peningkatan kesehatan masyarakat,
pelayanan jaminan kesehatan masyarakat
nasional (JKN), penanggulangan Kurang
Energi Protein (KEP), anemia gizi besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium
(GAKY), kurang vitamin A dan
kekurangan zat gizi mikro lainnya,
Penyusunan Peta Informasi kurang Gizi,
penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil
dan keluarga kurang mampu,,
pertolongan persalinan bagi ibu hamil
dan keluarga kurang mampu, Perbaikan
Gizi Masyarakat, Penyemprotan/Fogging
sarang nyamuk, Penanggulangan
Penularan Penyakit TB Paru,
penanggulangan penyakit kusta, serta
pelayanan kesehatan gratis, penyediaan
pelayanan KB dan Kontrasepsi bagi
Keluarga Miskin
2. Bidang Pendidikan
Dengan kegiatan sebagai berikut;
Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak
mampu, pelaksanaan pendidikan gratis
atau layanan pendidikan dasar serta
Pengembangan Program Keluarga
Harapan (PKH) Bidang Pendidikan.
3. Bidang Perumahan
Dengan kegiatan sebagai berikut;
Fasilitasi pembangunan prasarana dan
sarana dasar pemukiman berbasis
masyarakat, Fasilitasi dan stimulasi
pembangunan perumahan masyarakat
kurang mampu (P2KP), penyediaan
prasarana dan sarana air Limbah,
rehabilitasi pemeliharaan sarana dan
prasarana air bersih pedesaan
4. Bidang Infrastruktur
Dengan kegiatan sebagai berikut;
Rehabilitasi atau pemeliharaan jaringan
irigasi, peningkatan partisipasi
masyarakat dalam penanggulangan
banjir, peningkatan pasrtisipasi
masyarakat dalam pengelolaan air,
Pemberdayaan petani pemakai air,
optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang
226 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
telah dibangun, pembangunan pintu air,
pembangunan pasar pedesaan,
rehabilitasi pemeliharaan pasar
pedesaan, pengadaan sarana dan
prasarana bagi keluarga miskin
5. Bidang Ketahanan Pangan
Dengan kegiatan sebagai berikut;
peningkatan kemampuan lembaga
petani, pemanfaatan pekarangan untuk
pengembangan pangan, pengembangan
cadangan pangan daerah, pengembangan
desa mandiri pangan, peningkatan mutu
dan keamanan pangan, peningkatan
kemampuan lembaga petani, koordinasi
perumusan kebijakan pertahanan dan
infrastruktur pertanian dan pedesaan,
peningkatan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan air, pelatihan petani
dan pelaku agribisnis
6. Bidang Ekonomi
Dengan kegiatan sebagai berikut;
penyelenggaraan pelatihan
kewirausahaan, pengembangan jaringan
infrastruktur usaha kecil menengah,
pelatihan manajemen pengelolaan
kopersi/KUD, kegiatan pembinaan
organisasi pedagang kaki lima dan
asongan, pembinaan industry kecil dan
menengah dalam memperkuat jaringan
klaster industry, pembinaan kemampuan
teknologi industry, penyebarluasan
informasi bursa tenaga kerja,
peningkatan kualitas pelayanan saranan
dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan
social bagi PMKS, Pelatihan
perencanaan pembangunan berwawasan
gender, pengadaan sarana dan prasarana
teknologi peternakan tepat guna,
pembibitan dan perawatan ternak,
pengembangan sumber daya, dan
kelembagaan peternakan, kajian
optimalisasi pengelolaan dan pemasaran
produksi perikanan, pembinaan
kelompok ekonomi masyarakat pesisir,
pembentukan kelompok pesisir swakarsa
penggunaan sumber daya kelautan,
pembinaan dan pengembangan
perikanan, pendampingan, pada
kelompok nelayan perikanan tangkap.
Total Anggaran untuk program dan kegiatan
penanggulangan kemiskinan Kabupaten
Bulukumba Tahun 2015 sebesar Rp.
124.153.267,891,- dan berdasarkan laporan
yang masuk dari total anggaran tesebut
terealisir sebesar Rp. 100.477.911.387,- atau
80,93% dan pencapaian fisik mencapai 100%
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai
kebijakan yang menyangkut aspek sosial
dalam pengertian sempit, yakni yang
menyangkut bidang kesejahteraan sosial.
2. Proses perumusan kebijakan sosial yaitu
terdiri atas tahap identifikasi, implementasi,
dan evaluasi.
3. Mekanisme kebijakan sosial terdiri atas
departemen pemerintahan, badan
perencanaan nasional dan isu-isu kebijakan
sosial terdiri atas peran Negara dan
masyarakat dan perangkat hukum dan
penerapannya.
4. Model-model analisis kebijakan sosial yaitu
terdiri atas pendekatan empiris, normative
dan evaluative.
5. Merumuskan masalah kebijakan sosial
terdiri atas masalah kebijakan, klaim
kebijakan, justifikasi dan pendukung.
6. Pelaksanaan percepatan penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Bulukumba
dengan memanfaatkan pemutahiran Basis
Data Terpadu untuk mempertajam
keakuratan dan layanan serta efektifitas
intervensi program pemerintah dalam
penenggulangan kemiskinan terutama pada
penerima manfaat bantuan sosial
pemerintah.
SARAN
Sebagai penulis berharap bahwa
kebijakan sosial ini dapat diaplikasikan di
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat
khususnya di Kabupaten Bulukumba, Terhusus
pada pelaksanaan Program Penangulangan
Kemiskinan Daerah (P2KD) oleh karena
dengan diterapkannya kebijakan sosial dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. (2003).
Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat dan Intervensi
Komunitas. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Anonim. 2010. “Model Kebijakan Sosial”.
https://pmiuinbdg.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 12 Mei 2017.
Anonim. 2012. “Model-Model Studi
Kebijakan”. http://www.bisosial.com.
Diakses pada tanggal 12 Mei 2017.
Mengatasi Masalah Sosial yang Dirasakan oleh Publik melalui Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan Daerah di Kabupaten Bulukumba Baharuddin Patangngai 227
Conyers, D. 1992. An Introducing to Social
Planning in the Third World. New
York : University of Nothingham.
Effendy, Onong Uchjana.(2003). Ilmu, Teori
dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Hurareah, Abu.(2008).Pengorganisasian dan
Pengembangan Masyarakat.
Bandung: Humaniora.
Ife, Jim. (1995).Community
Development:Creating Community
Alternatives,Vision, Analysis and
Practice, Longman Australia.
Judy Dunn, Jane Brown, Cheryl Slomkowski,
Caroline Tesla and Lise Youngblade.
Child Development, vol. 62, no. 6
(Dec., 1991), pp. 1352-1366.
Martin S.Winberg, dalam:Masalah-masalah
social yang terjadi di masyarakat,
wayankrish.blogspot.co.id. diakses
pada 29 juli 2017
Nazir, Moh. (1999).Metode Penelitian
Sosial.Jakarta: PT Bina Aksara.
Paul Spicker, 1995, Sosial Policy: Themes and
Approaches. Harvester Wheatsheaf;
Sage Publications;London.Thousand
Oaks.New Delhi;
www.sagepub.co.uk.
Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Suharto, Edi (1997). Pembangunan, Kebijakan
Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran,
Bandung:Lembaga Studi
Pembangunan-STKS
Suhendra, K.(2006).Peranan Birokrasi dan
Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta.
Susanto, Astrid S.(1975). Pendapat Umum.
Bandung: Bina Cipta.
Syafiie, Kencana, Inu. (1992). Pengantar Ilmu
Pemerintahan. Jakarta: PT Eresco.
Pemerntah Kabupaten Bulukumba 2016,
Laporan Peneyelenggaraan
Pemerintah Daerah (LPPD),
Pemerintah Kabupaten Bulukumba,
Bappeda Kabupaten Bulukumba 2016,
Laporan Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(LP2KP), Kabupaten Bulukumba;
Bappeda Kab. Bulukumba 2016. Laporan
Kinerja Penanggulangan Kemiskinan
Daerah Kabupaten Bulukumba;
228 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 229
PENDAHULUAN
Guru yang mengajar saat ini memiliki
tugas menyiapkan generasi abad 21, yaitu
generasi yang lahir pada tahun 2000-an
generasi ini disebut juga generasi platinum
yaitu generasi yang berhadapan dengan
kemajuan teknologi terutama dunia digital,
generasi yang selalu bersentuhan dengan gaya
visual dan multi tasking serta generasi yang
sudah terbiasa dengan dunia digital, internet,
dan multimedia. Menurut Ian J Mc Coog,
beberapa era lalu, ketika kita pergi ke sekolah,
kita mengenal 3R sebagai “reading”, “riting”
(writing) dan “rithmetic” (arithmetic). Di abad
21 sekarang ini, lebih dikenal 3R sebagai
“rigor”, “relevance” dan “real world skills”.
Untuk mendapatkan ketrampilan abad
21, siswa perlu diberi kesempatan untuk
menghasilkan ide-ide baru, mengevaluasi dan
menganalisa bahan pelajaran yang telah
disampaikan oleh guru dan atau yang telah
dipelajari sebelumnya, serta mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGINTEGRASIAN TIK
DENGAN MEDIA COMIC DIGITAL PADA SISWA KELAS VIII H SMPN 40 BULUKUMBA
Idaharyani *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
Guru SMP Negeri 40 Bulukumba
Email: [email protected]
Abstrak
Salah satu bagian dari implementasi Kurikulum2013 adalah adanya pengintegrasian TIK pada semua
mata pelajaran. Masih banyak guru yang mengajar pada sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013
belum mengimplementasikan pengintegrasian TIK pada mata pelajaran yang diampunya, bahkan
belum memahami bagaimana cara mengimlementasikannya. Permasalahan yang dihadapi guru pada
umumnya rendahnya hasil belajar matematika siswa, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
maka akan diadakan perbaikan dengan menerapkan Pengintegrasian TIK pada kegiatan pembelajaran
Dengan menggunakan Media Comic Digital. Materi pembahasan adalah Statistik dan Peluang materi
kelas VIII semester II pada SMPN 40 Bulukumba. Subjek penelitian adalah 31 orang dengan jumlah
perempuan 19 orang dan siswa laki-laki 12 orang. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Lembar Observasi Sikap Spiritual dan Sikap
Sosial, Lembar Penilaian Proyek, dan Tes Hasil Belajar. Data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk membuktikan apakah pembelajaran dengan
Pengintegrasian TIK pada kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic Digital dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba.
Kata Kunci: Pembelajaran Terintegrasi TIK, Comic, Digital
Abstract *)
One of curriculum 2013’s implementations are the integration of Technology, Information and
Communication to every learning subjects. But, most of the teachers did not practice it moreover they
did not understand how to implement it. Most of the teachers have problems in student’s low learning
outcomes. This problem could be fixed by implementing integration of Technology, Information and
Communication by using digital comic media. The subject matters are statistic and probability in 8th
grade, 2nd semester, in SMPN 40 Bulukumba. The subject’s research are 31 students which is consist
of 19 female and 12 male. This research conducted in two cycle. The instruments in this research are:
Observation Sheet of Spiritual Attitudes and Social Attitudes, Project Appraisal Sheets, and test of
students learning outcomes. The data obtained were analyzed by qualitative and quantitative. Analysis
results are used to prove that learning which is integrated to Technology, Information and
Communication by using digital comic media could improve student’s mathematics learning outcomes
in VIII.H SMPN 40 Bulukumba.
Keywords: learning through integration of Technology, Information and Communication, comic,
digital
230 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
hari. Hal ini dapat tercapai jika gaya mengajar
guru yang masih menganut paradigma lama
yaitu proses penyampaian ilmu hanya
berdasarkan pada konten materi saja dapat
diperbarui. Sudah saatnya guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk terlibat lebih
aktif dalam pembelajaran dengan
mengintegrasikan TIK.
Penggunaan media akan menjembatani
kebutuhan pembelajaran dari guru kesiswa atau
sebaliknya. Media pembelajaran yang akan
digunakan pada tulisan ini adalah Pemanfaatan
media audio visual untuk membuat comic
digital yang selanjutnya akan di publikasi
dengan tipe video. Media video merupakan
salah satu media yang dapat digunakan untuk
menarik perhatian siswa baik sebelum maupun
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Penggunaan media pembelajaran berbasis
video diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
SMPN 40 Bulukumba memiliki visi,
misi, dan tujuan sekolah yang untuk
menyiapkan generasi abad 21, salah satu tujuan
sekolahnya adalah “Melaksanakan
Pembelajaran Berbasis ICT.” Untuk dapat
menjadi guru abad 21 maka guru pada SMPN
40 Bulukumba harus mampu mendidik dan
mengajar mereka dengan memanfaatkan
kemampuan dasar yang telah mereka ketahui
dan kuasai. Marc Prensky mengatakan,
“teknologi membantu siswa abad 21 dalam
proses belajar sebab mereka dapat membuat
teknologi melakukan apa yang mereka
butuhkan.”
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan beberapa orang guru baik
guru mata pelajaran Matematika dan IPA
maupun mata pelajaran lainnya pada SMPN 40
Bulukumba, diperoleh informasi bahwa pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung, masih
ada siswa yang diam-diam memainkan hand
phone (HP) mereka, walaupun aturan sekolah
telah melarang siswa untuk membawa dan
menggunakan hand phone (HP) baik di kelas
maupun di luar kelas selama dalam jam belajar.
Hal ini disebabkan karena ketergantungan
mereka terhadap alat yang satu ini, bisa
dikatakan siswa sudah ketagihan bermain hand
phone (HP).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
akan mengamati hasil belajar siswa jika
dilakukan Pengintegrasian TIK Pada
Pembelajaran Matematika dengan
memanfaatkan Comic Digital. Dalam
penelitian ini guru melibatkan siswa secara
langsung dalam pembuatan media
pembelajaran dengan memanfaatkan TIK
dengan hasil akhir berupa Video pembelajaran
Comic Digital yang dibagikan ke youtube dan
selanjutnya link video dikirim ke guru dengan
memanfaatkan surat elektronic atau email.
Rumusan masalah adalah “Apakah
Pembelajaran Matematika Melalui
Pengintegrasian TIK Dengan Media Comic
Digital Dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Pada siswa Kelas VIII H SMPN 40
Bulukumba.” Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut maka diadakan
perbaikan melalui penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan Pengintegrasian TIK pada
kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic
Digital.
Tujuan dari penelitian adalah “Untuk
mengetahui apakah pembelajaran dengan
Pengintegrasian TIK pada kegiatan
pembelajaran Dengan Media Comic Digital
dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pada siswa kelas VIII H SMPN 40
Bulukumba.” Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran yang jelas pada guru
tentang cara Pengintegrasian TIK pada
kegiatan pembelajaran Dengan Media Comic
Digital pada siswa kelas VIII H SMPN 40
Bulukumba.
Pengintegrasian TIK pada kegiatan
pembelajaran Dengan Media Comic Digital
dikatakan efektif jika memenuhi syarat : Hasil
Belajar Siswa memperoleh nilai rata-rata lebih
dari atau sama dengan Ketuntasan Belajar
Minimal (KBM ≥ 70), Sikap spiritual dan
sosial siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran minimal bernilai baik, tugas
Proyek yaitu tugas yang dikumpul oleh siswa
dalam bentuk video pembelajaran comic digital
yang telah dibagikan ke youtube dan dikirim ke
email guru.
Ketuntasan hasil belajar siswa
berdasarkan pada patokan yang telah
ditetapkan pada KBM (Ketuntasan Belajar
Minimal), Pengintegrasian TIK dalam
pembelajaran adalah menggunakan TIK dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkatkan
siswa dalam proses pemanfaatan media
pembelajaran berbasis IT, Comic Digital.
Komik adalah bacaan yang sangat popular dan
merupakan salah satu bacaan yang paling di
gemari di kalangan anak-anak.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 40
Bulukumba Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan pada kelas VIII H semester genap
tahun pelajaran 2016-2017. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Februari 2017 hingga
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 231
April 2017. Jumlah siswa yang menjadi subjek
penelitian adalah 31 orang yang terdiri dari 19
orang siswa perempuan dan 12 orang siswa
laki-laki.
Penelitian ini digolongkan kedalam
penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus, setiap siklus tediri dari 4 kali
pertemuan. Setiap akhir siklus diberikan tes
akhir siklus. Data pada penelitian ini
bersumber dari hasil observasi, tes, angket,
catatan lapangan, dan foto dokumentasi.
Seluruh proses kegiatan pembelajaran
menerapkan cara Pengintegrasian TIK Dengan
Media Comic Digital.
Menurut Arikunto, S. (2010) bahwa
prosedur PTK untuk masing-masing siklus
adalah melalui tahapan-tahapan : perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (actioning),
observasi (observation), dan refleksi
(reflection).
Pelaksanaan tindakan terdiri dari
kegiatan pembelajaran yang meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : Lembar Lembar Observasi sikap
spritual dan sikap sosial siswa, Penilaian
proyek, dan Tes Hasil Belajar.
Data tes hasil belajar matematika siswa
dan penilaian proyek dianalisis secara
kuantitatif. Hasil analisis digunakan untuk
membuktikan hipotesis bahwa “Jika diterapkan
pembelajaran melalui Pengintegrasian TIK
Dengan Media Comic Digital dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba.” Data
yang diperoleh dari lembar observasi sikap
spiritual dan sosial siswa dianalisis secara
kualitatif.
Untuk mengetahui kriteria dari aktivitas
belajar matematika siswa dan respon siswa
dideskripsikan dengan berpedoman pada aturan
yang berlaku (Berdasarkan Permendikbud
Nomor 23 tahun 2016 Tentang Penilaian),
sebagai berikut :
Indikator keberhasilan pada penelitian
ini adalah jika Sikap spiritual dan sosial rata-
rata kelas mengalami peningkatan dari siklus I
ke siklus II dan bernilai minimal baik, hasil
belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II, nilai KBM adalah 70.
Jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
belajar (lebih dari atau sama dengan KBM)
sebesar 75%.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Siklus 1 a. Perencanaan (Planing)
Mempelajari silabus matematika kelas
VIII semester genap, mengkaji materi
pembelajaran yang akan disampaikan pada
siklus 1, membuat RPP Terintegrasi TIK
dengan media Comic Digital, menyiapkan
lembar kerja siswa, alat penilaian berupa
soal uraian, menyiapkan instrumen
observasi untuk mengamati sikap spiritual
dan sikap sosial siswa, dan menyiapkan
lembar penilaian proyek untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam mebuat comic
digital statistic/peluang.
Kompetensi dasar yang diajarkan pada
siklus I adalah “Memahami teknik
penyajian data dua variabel menggunakan
tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan
grafik garis dengan komputer, serta
menganalisis hubungan antar variabel” dan
“Mengumpulkan, mengolah,
menginterpretasi, dan menyajikan data hasil
pengamatan dalam bentuk tabel, diagram,
dan grafik dari dua variabel serta
mengidentifikasi hubungan antar variabel.”
b. Pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan pembelajaran Terintegrasi
TIK dengan media Comic Digital mengikuti
tahapan atau fase-fase pembelajaran
berdasarkan model pembelajaran Saintific,
kegiatan diawali dengan literasi yaitu
pembiasaan membaca 15 menit sebelum
jam pertama dimulai.
Kegiatan Pendahuluan
Fase I: Mengamati
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari, dengan
menampilkan video pembelajaran,
menjelaskan tujuan pembelajaran dan
penggunaan perlengkapan pembelajaran,
memotivasi dan mengapersepsi siswa untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Sikap Skor Kategori
92 – 100
82 – 91
72 – 81
< 72
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
232 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Kegiatan Inti
Fase 2: Menanya
Siswa dibagi kedalam kelompok belajar
yang beranggotakan 4 – 5 orang. Pembagian
anggota kelompok berdasarkan tingkat
pemahaman, sosial, ekonomi, kondisi fisik,
dan lain-lain. Guru membagikan LKS dan
Rancangan cerita. Guru menjelaskan cara
membuat Comic Digital, dan hal-hal yang
akan dilakukan oleh siswa.
Fase 3: Mengumpulkan informasi.
Mengumpulkan informasi dengan cara
memotret setiap kejadian. Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan percobaan.
Fase 4: Mengasosiasi / mengolah
informasi
Siswa bekerja secara berkelompok dan
mengolah data yang telah terkumpul lalu
membuatkan storyboard dengan
menggunakan balon kata, setiap kelompok
memasukkan data hasil pemotretan pada
soryboard ke komputer, lalu membuat
comic digital dalam bentuk video
pembelajaran.
Fase 5:Mengkomunikasikan
Membagikan video pembelajaran ke
youtube selanjutnya menyimak video teman
dari kelompok lain untuk selanjutnya
dikomentari, mengirimkan video
pembelajaran ke email guru.
Kegiatan Penutup
Guru memberikan penghargaan kelompok
maupun individu yang berhasil membuat
storyboard dan video comic digital, pada
akhir pertemuan guru memberikan tugas
kepada siswa sebagai PR.
c. Observasi (Pengamatan) dan Evaluasi
1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap
Sosial
Sikap spiritual adalah sikap siswa pada
saat kegiatan pembelajaran yaitu : 1)
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu, hampir seluruh siswa berdoa
87,09, 2) Mengucapkan rasa syukur atas
karunia Tuhan sebesar 16,13 %, 3)
memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat/presentasi
sudah sebesar 100%, dan 4)
Mengungkapakan kekaguman secara
lisan maupun tulisan terhadap Tuhan
saat melihat kebesaran Tuhan 9,67 %.
Perhatikan tabel berikut ini.
2) Sikap Sosial
Dari data hasil observasi sikap sosial
terhadap penilaian diri dan penilaian
antar teman dengan indikator yang sama
terdapat perbedaan hasil data namun
perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti
pada tabel berikut ini.
Dari tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan
sikap sosial siswa pada siklus 1 adalah
57,69 berada pada kelompok skor kurang
dari 70 dengan kategori Kurang (D).
3) Jurnal
Guru selaku peneliti menulis seluruh
kejadian menonjol yang muncul pada
saat kegiatan pembelajaran. Kejadian
menonjol yang dimaksud adalah
kejadian-kejadian yang dialami peserta
didik (kekuatan dan kelemahan),
Tabel 4.2
Hasil Observasi Sikap Spiritual
No Aspek Pengamatan
Jumlah Yang diamati
% Seharusnya Terlaksana
1 Berdoa sebelum dan
sesudah melakukan
sesuatu
31 27 87,09
2 Mengucapkan rasa
syukur atas karunia
Tuhan
31 5 16,13
3 Memberi salam
sebelum dan sesudah
menyampaikan
pendapat/presentasi
10 10 100
4 Mengungkapakan
kekaguman secara lisan
maupun tulisan
terhadap Tuhan saat
melihat kebesaran
Tuhan
31 3 9,67
Jumlah Skor 53,22
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Sosial
No Deskriptor yang
diamati
Penilaian Penilaian
Sikap Sosial Diri Diri
1 Saya selalu bekerja
sama dalam
menyelesaikan tugas
58,0
6
38,7
1
48,39
2 Saya berpendirian
teguh menyelesaikan
tugas
80,6
5
67,7
4
72,69
3 Saya tidak ceroboh
dalam
menyelesaikan tugas
83,8
7
61,2
9
72,58
4 Saya memeriksa
hasil pekerjaan
35,4
8
38,7
0
37,09
Jumlah
64,5
2
51,6
1
57,69
Kategori
Kura
ng
Kur
ang
Kurang
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 233
kejadian-kejadian yang muncul pada
umumnya siswa senang belajar sambil
menggunakan komputer, Siswa baru
dibiasakan untuk mengungkapkan rasa
syukur dengan lisan, Ada beberapa orang
siswa yang selalu mau memanfaatkan
komputer untuk bermain game dan
menggunakan Hand Phonenya untuk
melakukan kegiatan yang diluar kegiatan
pembelajaran.
4) Pelaksanaan Evaluasi
Kompetensi pengetahuan terdiri dari tes
hasil belajar akhir siklus 1. Hasil tes
akhir siklus 1 dan tes awal tabel berikut.
Nilai rata-rata tes akhir siklus 1 adalah
64,4 ada peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil tes awal yang memperoleh
nilai rata-rata 51. Jumlah siswa yang
tuntas mengalami peningkatan dari 6
orang tada tes awal menjadi 21 orang
pada tes akhir siklus 1.
Kompetensi keterampilan adalah
berupa hasil dari tugas proyek berupa
storyboard dan video comic digital yang
telah dishare ke youtube/ video yang
dikirim kelompok pada email guru.
Nama tugas Projek adalah Membuat
Video Pembelajaran Statistik dalam
bentuk Comic Digital, alokasi waktu
adalah 2 pekan, dengan batas akhir
pengumpulan/share ke youtube adalah 9
April 2017 atau bersamaan tes akhir
siklus 1. Teknik penilaian adalah
penilaian kelompok terhadap 6
kelompok. Hasil penilaian dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat
disimpulkan Hasil video comic digital , 5
kelompok telah membuat video, dan 1
kelompok belum selesai. Terdapat Video
Comic digital di Youtube, telah dikirim
ke youtube oleh 4 kelompok, dan 1
kelompok belum berhasil dikirim dengan
alasan jaringan tetapi sudah ada video
comic digital dan 1 kelompok belum
selesai videonya. Sejumlah 4 kelompok
telah berhasil kirim ke email, dan 1
kelompok telah berusaha hanya belum
berhasil membuka emailnya karena
alasan lupa pasword, sementara 1
kelompoknya lagi baru mau membuat
email.
Refleksi
Sikap spritual siswa masih perlu pembinaan
terutama pada indikator “Mengucapkan rasa
syukur atas karunia Tuhan dan
Mengungkapakan kekaguman secara lisan
maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan.” Sementara pada sikap
sosial masih perlu perbaikan terutama pada
indikator “Saya selalu bekerja sama dalam
Tabel 4.6
Deskripsi Hasil Belajar Siklus 1
Statistik Tes Awal
Tes
Siklus 1
Nilai Nilai
Nilai Ideal/Skor
Ideal
100/14 100/10
Nilai Rata-rata 51 64,4
Nilai Tertinggi 86 100
Nilai Terendah 7 20
Jumlah Peserta
Tes Akhir
Siklus 1
23 Orang 31 Orang
Jumlah Siswa
Yang Tuntas
6 Orang 21 Orang
Jumlah Siswa
Yang Tidak
Tuntas
17 Orang 10 Orang
Jumlah Siswa
Di atas Rata-
rata
10 Orang 21 Orang
Jumlah Siswa
Di bawah Rata-
rata
13 Orang 10 Orang
Tabel 4.7
Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 1
No Aspek Yang Dinilai SKOR
1 2 3 4
1. Perencanaan:
a. Persiapan Storyboard
Apakah Kegiatan sudah
direncanakan secara matang?
b. Rumusan Judul
Apakah judul sudah
memunculkan ciri khas dari
sesuatu yang hendak
diinformasikan?
1
3
2
6
2. Pelaksanaan
a. Sistematika Alur Cerita
Apakah kegiatan sudah
direncanakan secara runtut?
b. Keakuratan Informasi
Apakah sudah ada sasaran
sumber informasi, instrumen
mencari data
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan
perolehan data
1
1
2
1
3
6
4
3. Laporan Proyek
a. Hasil video comic digital
b. Terdapat Video Comic digital
di Youtube
c. Pemanfaatan email untuk
mengirim link Video Comic
digital dari youtube
1
1
1
1
1
5
4
4
Total Skor 2 6 6 36
234 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
menyelesaikan tugas” dan pada indikator
“Saya memeriksa hasil pekerjaan.“
Hasil Belajar Siklus 1, jumlah siswa
yang tuntas hanya 67,74% (21 orang dari 31
orang), ini berarti belum tuntas secara
klasikal (syarat ketuntasan klasikal 75%).
Penilaian Proyek Siklus 1, secara umum
hasil karya siswa sudah bagus hanya masih
perlu perbaikan pada beberapa bagian
perencanaan comic dan masih ada siswa
yang memiliki email. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
dengan menerapkan pengintegrasian TIK
dengan media comic digital masih perlu
mendapat perhatian. Tetapi dari beberapa
pertemuan memberikan gambaran
gambaran adanya perubahan yang positif.
Siklus 2
a. Perencanaan (Planing)
Perencanaan pada siklus 2 sama dengan
perencanaan pada siklus 1. Materi yang
akan dipelajari adalah kompetensi dasar
3.13 Menemukan peluang empirik dan
teoritik dari data luaran (output) yang
mungkin diperoleh berdasarkan
sekelompok data, kompetensi dasar 4.8
Melakukan Percobaan untuk
menemukan peluang empirik dari
masalah nyata serta membandingkannya
dengan peluang teoritik.
b. Pelaksanaan (Action)
Fase 1 : Mengamati
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari, dengan
menampilkan video pembelajaran,
memotivasi dan mengapersepsi siswa.
Siswa mendiskusikan hasil tayangan video
pembelajaran. Guru menjelaskan cara
membuat perancangan cerita dan
menuangkannya
dalam bentuk comic
digital, cara
memasukkan data
dari kamera ke
komputer, cara
membuat comic
digital, cara
membuat video
dengan
menggunakan
screencast O Matic,
cara mengirim video
ke youtube, dan cara
mengambil linknya
yang selanjutnya
dikirim ke email guru/peneliti. Fase 2 : Menanya Guru membagi kelompok belajar yang beranggotakan 4 – 5 orang. Guru membagikan LKS dan lembar Perancangan Storyboard, siswa mengamati lalu mendiskusikan materi yang terdapat pada LKS. Fase 3 : Mengumpulkan informasi Siswa mengumpulkan informasi dengan cara mencatat dan memotret setiap kejadian. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan percobaan dan siswa lainnya dalam kelompok tersebut memotretnya. Fase 4 : Mengasosiasi / mengolah informasi Siswa mengolah data lalu membuatkan comic dengan menggunakan story maker, selanjutnya membuat comic digital dengan memanfaatkan Screencast O Matic dalam bentuk video pembelajaran. Fase 5 : Mengkomunikasikan Video yang dihasilkan setiap kelompok dikirim ke youtube lalu dibagikan ke publik. Siswa dari kelompok lain mendownload comic digital temannya dan di beri komentar, hasil komentar tersebut disampaikan di kelas pada pertemuan terakhir. Video pembelajaran dalam bentuk comic digital yang telah dikirim ke youtube selanjutnya di kirim ke guru dengan menggunakan email dari salah seorang anggota kelompok.
Kegiatan Penutup Guru memberikan penghargaan kelompok maupun individu yang berhasil membuat storyboard dan comic, pada akhir pertemuan guru memberikan tugas kepada siswa sebagai PR.
c. Observasi Dan Evaluasi 1) Observasi Sikap Spiritual dan sikap
Sosial Data yang diperoleh pada siklus 2
dengan peserta 31 orang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8
Hasil Observasi Sikap Spiritual
No Aspek Pengamatan
Jumlah Yang diamati
Seharusnya
%
Terlaksana
% Siklus
1
Siklus
2
Siklus
1
Siklus
2
1 Berdoa sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu
31 31 87,09 27 31 100
2 Mengucapkan rasa syukur atas
karunia Tuhan
31 31 16,13 5 28 90,32
3 Memberi salam sebelum dan
sesudah menyampaikan
pendapat/presentasi
10 15 100 10 15 100
4 Mengungkapakan kekaguman
secara lisan maupun tulisan
terhadap Tuhan saat melihat
kebesaran Tuhan
31 31 9,67 3 27 87,09
Jumlah Skor 53,22 94,35
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 235
Berdasarkan data di atas maka
hasil penilaian dikategorikan
pada kelompok Amat baik atau
memperoleh nilai A secara
klasikal.
Penilaian diri adalah
penilaian yang dilakukan
sendiri oleh siswa tentang
dirinya sendiri. Data tentang
penilaian diri dapat dilihat pada
tabel observasi penilaian diri
berikut.
Penilaian antar teman adalah penilaian
yang dilakukan oleh teman sekolompok,
data lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Dari data hasil observasi sikap
sosial terhadap penilaian diri dan penilaian
antar teman dengan indikator yang sama
terdapat perbedaan hasil data namun
perbedaannya tidak terlalu jauh, seperti
pada tabel berikut ini.
Dari tabel 4.5 di atas dapat
disimpulkan sikap sosial siswa
pada siklus 1 adalah 57,69
berada pada kelompok skor
kurang dari 70 dengan kategori
Kurang (D) menjadi 97,99
kategori amat baik pada siklus 2.
2) Jurnal
Guru selaku peneliti
menulis seluruh kejadian
menonjol yang muncul pada
saat kegiatan pembelajaran
Berdasarkan catatan jurnal,
kejadian-kejadian yang
muncul adalah : pada
umumnya siswa senang
belajar sambil
menggunakan komputer,
Siswa sudah terbiasa mengungkapkan rasa
syukur dengan lisan, Masih ada beberapa
orang siswa yang mau memanfaatkan
komputer untuk bermain game dan
menggunakan Hand Phonenya untuk
melakukan kegiatan
yang diluar kegiatan
pembelajaran, akan
tetapi selalu diawasi
oleh guru/peneliti
Pelaksanaan Evaluasi
Hasil evaluasi terdiri
dari dua kompetensi
inti yaitu kompetensi
pengetahuan dan
kompetensi
keterampilan.
Kompetensi
pengetahuan terdiri
dari tes hasil belajar yang dilaksanakan pada
akhir siklus 2. Hasil tes akhir siklus 1 dan
tes akhir siklus 2 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Observasi Penilaian Diri Siklus 2
No Aspek
Pengamatan
Jumlah Yang diamati
Seharusnya
%
Terlaksana
% Siklus
1
Siklus
2
Siklus
1
Siklus
2
1 Saya selalu
bekerja sama
dalam
menyelesaikan
tugas
31 31 58,06 18 31 100
2 Saya
menyelesaikan
tugas
31 31 80,65 25 25 90,32
3 Saya tidak
ceroboh dalam
menyelesaikan
tugas
31 31 83,87 26 31 100
4 Saya
memeriksa
hasil pekerjaan
31 31 35,48 11 29 93,55
Jumlah Skor 64,52 95,97
Tabel 4.10
Hasil Observasi Sikap Sosial (Penilaian Antar Teman)
No Aspek Pengamatan
Jumlah Yang diamati
Seharusnya
%
Terlaksana
% Siklus
1
Siklus
2
Siklus
1
Siklus
2
1 Saya selalu bekerja sama
dalam menyelesaikan
tugas
31 31 38,71 12 31 100
2 Saya menyelesaikan tugas 31 31 67,74 21 31 100
3 Saya tidak ceroboh dalam
menyelesaikan tugas
31 31 61,29 19 31 100
4 Saya memeriksa hasil
pekerjaan
31 31 38,70 12 31 100
Jumlah Skor 64,52 100
Tabel 4.11
Hasil Observasi Sikap Sosial
N
o Deskriptor yang diamati
Penilaian Penilaian
Sikap
Sosial Diri Antar
Teman
1 Saya selalu bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas
100 100 100
2 Saya berpendirian teguh
menyelesaikan tugas
90,32 100 95,16
3 Saya tidak ceroboh dalam
menyelesaikan tugas
100 100 100
4 Saya memeriksa hasil pekerjaan 93,55 100 96,77
Jumlah 95,97 100 97,99
Kategori
Amat
Baik
Amat
Baik
Amat
Baik
236 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Nilai rata-rata tes akhir siklus 2 adalah
78,70 ada peningkatan jika dibandingkan
d. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan selama siklus 1 dan siklus 2,
maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran dengan menerapkan
pengintegrasian TIK dengan media comic
digital mengalami peningkatan. Hasil
observasi tentang sikap spiritual siswa
mengalami peningkatan dari 53,22 pada
siklus 1 menjadi 94,35 pada siklus 2,
demikian pula penilaian sosial meningkat
dengan hasil tes akhir siklus 1 yang
memperoleh nilai rata-rata 64,4. Jumlah siswa
yang tuntas mengalami peningkatan dari 21
orang pada tes akhir siklus 1 menjadi 28 orang
pada tes akhir siklus 2.
Kompetensi keterampilan adalah hasil
dari tugas proyek berupa storyboard dan video
comic digital yang telah dishare ke youtube/
video yang dikirim kelompok pada email guru,
batas akhir pengumpulan/share ke youtube
adalah 30 April 2017 atau bersamaan tes akhir
siklus 2.
Teknik penilaian adalah penilaian
kelompok terhadap 6 kelompok. Hasil
penilaian dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan data tentang penilaian projek pada
tabel di bawah ini maka dapat disimpulkan
seluruh kelompok telah menyelesaikan
tugasnya dengan sangat baik.
dari siklus 1 sebesar 57,69 % menjadi 100%
pada siklus 2, penilaian hasil belajar siswa
meningkat dengan nilai rata-rata tes akhir
siklus 1 sebesar 64,4 menjadi 78,70 pada siklus
2. Jumlah siswa yang tuntas mengalami
peningkatan dari 21 orang pada tes akhir siklus
1 menjadi 28 orang pada tes akhir siklus 2.
Penilaian proyek meningkat dari siklus 1 ke
siklus 2, demikian pula berdasarkan catatan
guru/peneliti pada jurnal mengindikasikan hasil
yang memuaskan.
Tabel 4.12
Deskripsi Hasil Belajar Siklus 2
Statistik
Tes
Siklus 1
Tes
Siklus 2
Nilai Nilai
Nilai Ideal/Skor Ideal 100/10 100/10
Nilai Rata-rata 64,4 78,70
Nilai Tertinggi 100 100
Nilai Terendah 20 40
Jumlah Peserta Tes Akhir
Siklus 1
31 Orang 31 Orang
Jumlah Siswa Yang
Tuntas
21 Orang 28 Orang
Jumlah Siswa Yang Tidak
Tuntas
10 Orang 3 Orang
Jumlah Siswa Di atas
Rata-rata
21 Orang 28 Orang
Jumlah Siswa Di bawah
Rata-rata
10 Orang 3 Orang
Tabel 4.13
Deskripsi Penilaian Proyek Siklus 2
No
Aspek Yang Dinilai
SKOR
1 2 3 4
1. Perencanaan:
c. Persiapan Storyboard
Apakah Kegiatan sudah direncanakan secara matang?
d. Rumusan Judul
Apakah judul sudah memunculkan ciri khas dari sesuatu yang
hendak diinformasikan?
6
6
2. Pelaksanaan
d. Sistematika Alur Cerita
Apakah kegiatan sudah direncanakan secara runtut?
e. Keakuratan Informasi
Apakah sudah ada sasaran sumber informasi, instrumen mencari
data
f. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan perolehan data
6
6
6
3. Laporan Proyek
d. Hasil video comic digital
e. Terdapat Video Comic digital di Youtube
f. Pemanfaatan email untuk mengirim link Video Comic digital dari
youtube
6
6
6
Total Skor 48
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pengintegrasian TIK dengan Media Comic Digital
pada Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 40 Bulukumba Idaharyani 237
SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil observasi terjadi
peningkatan sikap spiritual siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran
matematika pada siswa kelas VIII H
SMPN 40 Bulukumba dengan
pengintegrasian TIK menggunakan media
comic digital dari siklus 1 ke siklus 2.
2. Terjadi peningkatan sikap sosial siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
matematika pada siswa kelas VIII H
SMPN 40 Bulukumba dengan
pengintegrasian TIK menggunakan media
comic digital dari siklus 1 ke siklus 2.
3. Berdasarkan hasil observasi terjadi
peningkatan sikap sosial siswa, maka dapat
disimpulkan siswa kelas VIII H SMPN 40
Bulukumba memperlihatkan peningkatan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan pengintegrasian TIK menggunakan
media comic digital dengan dari siklus 1 ke
siklus 2.
4. Berdasarkan hasil tes akhir siklus, terjadi
peningkatan hasil belajar matematika siswa
kelas VIII H SMPN 40 Bulukumba setelah
diajar dengan menerapkan pengintegrasian
TIK menggunakan media comic digital
dari siklus 1 ke siklus 2.
5. Ketuntasan hasil belajar siswa Kelas VIII
H SMPN 40 Bulukumba meningkat dari
siklus 1 ke siklus 2, setelah diajar dengan
menerapkan pengintegrasian TIK
menggunakan media comic digital.
SARAN
1. Untuk memperbaiki sikap spiritual dan
sikap sosial siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran maka disarankan
untuk menerapkan pengintegrasian TIK
menggunakan media comic digital, karena
siswa dapat mengekspresikan minat dan
kemampuan mereka sambil belajar.
2. Jika ingin menerapkan pengintegrasian
TIK menggunakan media comic digital
maka disarankan untuk memperhatikan
kesesuaian materi ajar dengan tindakan
yang dipilih.
3. Jika ingin menerapkan pengintegrasian
TIK menggunakan media comic digital
maka disarankan untuk memiliki
kemampuan berikut ini : Kemampuan yang
dibutuhkan guru dan siswa dalam
memanfaatkan TIK, Mampu :
mengoperasikan komputer, mampu
memanfaatkan kamera untuk mengambil
gambar sebagai bahan untuk membuat
komic, mampu memanfaatkan Cartoon
Story Maker untuk membuat comic digital,
mampu menggunakan Screencast O Matic
untuk merekam comic sehingga menjadi
comic digital, mampu memanfaatkan LCD
untuk menayangkan video pembelajaran
comic digital, mampu memanfaatkan
internet untuk mengupload video
pembelajaran comic digital (boleh mampu
dan boleh tidak).
DAFTAR PUSTAKA
Adi Prasetyo. journal. unnes.ac.id/sju/ index.
php/seloka
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta.
Burhan, Nurgiyantoro. (2005). Sastra anak
(pengantar pemahaman dunia
anak).Yogyakarta : gadjahmada
university press.
Ian J Mc Coog. 2010. The Existential Learner.
The Clearing House: A Journal of
Educational Strategies, Issues and
Ideas. Articles
Riyana, Cepi. (2018). Media Pembelajaran
Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian. Wacana
Prima : Bandung.
Sudarmaji, dkk. 2010. Teknik Bercerita.
Yogyakarta: PT Kurnia Kalam
Semesta Http://1.bp.blogspot.com/-
Tv1mj5HxwG0/ diambil tanggal 2
April 2017
238 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa
2 239
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang terletak di
garis katulistiwa yang diapit oleh dua benua
dan dua samudra maka negeri ini bermusim
tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim
kemarau. Selain itu negeri ini dibentuk oleh
adanya berbagai gunung berapi aktif yang
menyebabkan negeri ini relative subur. Maka
tak mengherankan bila negeri ini sangat cocok
untuk berbagai komoditi tanaman baik tanaman
dataran rendah maupun tananam dataran tinggi.
Kentang sebagai komoditi dataran tinggi yang
menuntut adanya suhu yang relative rendah,
sehingga tanaman kentang sangat cocok
dibudidayakan di negeri ini. Perkembangan
tanaman ketang terus berkembang sesuai
dengan adanya tuntutan konsumen yang terus
meningkat dari tahun ketahun.
Kondisi ini tidak lepas dari manfaat dan
fungsi tanaman kentang bagi kehidupan
masyarakat, karena tanaman kentang
mempunyai manfaat yang cukup besar bagi
kehidupan manusia. Manfaat kentang bagi
kesehatan manusia antara lain : kentang kaya
akan antioksidan dari vitamin C, kentang
banyak mengandung mineral seperti zat besi,
mangan, magnesium, fosfor, tembaga dan
kalsium, ketang kaya akan vitamin A,
flavonoid seperti karoten dan zeaxanthins,
ANALISA USAHA TANI KENTANG DAN PEMASARAN PRODUK KENTANG
Rachmat Seno Adji1, Mustafa
2 *)
12Kementerian Pertanian, UPT Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku
Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan
Email: [email protected]
Abstrak
Pengkajian ini ditujukan mengetahui tingkat pendapatan usahatani kentang kelurahan Pattapang
Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa. Pada usaha tani dibutuhkan input yang berupa biaya-
biaya meliputi biaya saprodi, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja dengan pengorbanan sebesar
Rp 57.535.000 dan output nya berupa penjualan produk (kentang) sebesar Rp 225.000.000. Untuk
mengetahui pendapatan menggunakan alat ukur nilai dalam bentuk Break Even Point (BEP) produksi
yang diperoleh sebesar 6.393 Kg per ha dan harga yang diperoeleh sebesar Rp 2.301/kg, sedang untuk
nilai kelayakan digunakan alat ukur nilai dengan Benefit Cost (B/C ratio) dengan alat ini usahatani
kentang menunjukkan nialai sebesar 2,95 yang menunjukkan usaha ini layak dilakukan. Produk
kentang yang dihasilkan oleh petani Kentang Kelurahan Pattapang dalam pemasarannya menggunakan
tiga pola yaitu pola pemasaran I, petani pedangan pengumpul/pedagang besar pedagang
pengecer konsumen, pola pemasaran II, petani pedagang pengumpul pedagang pengecer
konsumen, petani pedagang pengecer petani.
Kata Kunci: Pendapatan dan distribusi pemasaran kentang, petani kelurahan Pattapang kecamatan
Tinggi Moncong Kabupaten Gowa
Abstract *)
This assessment is aimed at the health level of Pattapang village potato farm in Kecamatan Tinggi
Moncong Gowa regency. In the farming business, inputs are needed for additional costs of inputs,
medicines and labor costs with the sacrifice of Rp 57.535.000 and the output is the proceeds from the
sale of the product (potato) amounting to Rp 225,000,000. To find out the price using measuring
instrument in the form of Break Even Point (BEP) production which yielded 6,393 Kg per ha and the
price of Rp 2,301 / kg, while for the feasibility of using value measurement tool with Benefit Cost (B/C
ratio) this potato farming system shows a value of 2.95 indicating that this business is feasible. Potato
products produced by Pattapang Urban Potato farmers in their marketing use three patterns of
marketing pattern I, farmers collector's traders / wholesalers retailers consumers, marketing
patterns II, farmers collectors retailers consumers, farmers retailers farmers.
Keywords: Revenue and distribution of potato marketing, farmer of Pattapang sub-district of High
Moncong of Gowa Regency
240 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
kentang mengandung senyawa zat anti kanker
dan kardio-protektif property. Kandungan gizi
kentang bisa dilihat pada table 1.
Adanya kandungan yang baik untuk
kesehatan maka permintaan kentang terus
mengalami peningkatan dari tahun ketahun,
mendorong budidaya kentang dalam rangka
memenuhi akan permintaan tersebut.
Peningkatan budidaya kentang bukan hanya
semata memenuhi akan kebutuhan juga usaha
budidaya kentang cukup menggiurkan akan
pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut.
Perkembangan pertananam kentang bisa dilihat
dari luasan lahan dan produksi kentang yang
terus meningkat dari tahun ketahun seperti
pada table 2.
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat
Jenderal Hortikultura
Perkembangan tanaman kentang yang
terus meluas maka sering menjadi suatu
masalah pendapatan yang dihasilkan oleh
petani kentang. Kondisi ini dapat dirasakan bila
produk kentang yang kurang berhasil, dimana
ketidak berhasilan dalam budidaya tanaman
kentang terasa sekali. Tanaman kentang
sebagai tanaman yang relative manja dan perlu
penanganan yang serius karena tanaman
kentang mudah diserang oleh adanya penyakit.
Berdasarkan informasi tentang budidaya
tanaman kentang yang begitu sulit dan lebih
banyak menemui kegagalan, maka dalam usaha
ini hendaknya mampu menghasilkan
keuntungan yang maksimal. Keuntungan yang
maksimal dapat mengatasi permasalahan resiko
sehingga mampu menutupi kegagalan bila
terjadi.
2. Perumusan Masalah
Kentang termasuk dalam tanaman
hortikultura dan tanaman kentang
mempunyai istilah laian (Solanum
tuberosum L) yaitu tanaman yang
mempunyai nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Sehingga tanaman ini banyak
diminati oleh para petani khususnya petani
hortikultura dataran tinggi.
Berkembangnya tanaman ini dapat
memberikan nilai ekonomi yang baik bagi
para pengelolanya, sehingga peneliti
merumuskan masalah yang perlu dikaji
dalam penelitian ini adalah:
a. Berapa besar tingkat pendapatan
usahatani kentang di daerah penelitian
dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhinya?
b. Bagaimana bentuk saluran pemasaran
kentang dari petani/produsen sampai ke
konsumen akhir di daerah penelitian?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran yang telah
diuraikan diatas maka penelitian ini
diharapkan bertujuan untuk:
a. Menganalisis besarnya pendapatan
usahatani kentang di daerah penelitian
dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
b. Mengetahui bentuk saluran
pemasaran kentang dari
petani/produsen sampai tingkat
konsumen akhir di daerah
penelitian.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan diharapkan
dapat memberikan manfaat:
a. Sebagai bahan informasi dan bahan
pertimbangan bagi pihak dalam
Tabel 1.
Kandungan Gizi Kentang per 100 g BDD
Kandungan Gizi Jumlah
Energi 83,00 kal
Protein 2,00 g
Lemak 0,10 g
Karbohidrat 19,10 g
Kalsium 11,00 mg
Fosfor 56,00 mg
Serat 0,30 g
Besi 0,70 mg
Vitamin A 0,00 RE
Vitamin B1 0,09 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Vitamin C 16,00 mg
Niacin 1,40 mg
Tabel 2.
Produksi Kentang Menurut Nasional Tahun 2012 – 2016
Tahun/Year
2012 2013 2014 2015 2016
1.094.232 1.124.282 1.347.816 1.219.270 12.071.967
Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa
2 241
mengambil keputusan untuk melakukan
kegiatan budidaya kentang .
b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang
ingin mengetahui saluran pemasaran
kentang di Kelurahan Pattapang
Kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten
Gowa.
METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai Analisis
Pendapatan Usahatani dan Saluran
Pemasaran kentang ini dilaksanakan di
kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggi
Moncong Kabupaten Gowa. Pemilihan
lokasi ditentukan secara sengaja
(purposive) berdasarkan pertimbangan
bahwa desa tersebut termasuk penghasil
kentang di kabupaten Gowa. Pelaksanaan
penelitian dan pengolahan data dilakukan
pada bulan Juli hingga bulan Agustus
2017.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk
penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari hasil pengamatan (observasi) dan
wawancara langsung di lapangan dengan
pelaku lembaga-lembaga pemasaran seperti
petani, pedagang pengumpul, pedagang
pengecer, supplier dan konsumen akhir
kentang. Kegiatan wawancara dilakukan
untuk mengetahui kondisi dan kegiatan
yang dilakukan oleh para petani baik dari
kegiatan budidaya sampai pada tahap
saluran pemasaran. Data sekunder
diperoleh dari laporan atau catatan setiap
petani, Dinas Pertanian Kabupaten Gowa,
Biro Pusat Statistik (BPS), artikel dan
literatur yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan.
3. Metode Pengambilan Responden
Pemilihan responden petani kentang
dilakukan dengan menggunakan metode
accidental sampling, yaitu petani
responden di kelurahan Pattapang tersebut
dipilih karena secara kebetulan ditemui,
dan selanjutnya informasi untuk responden
berikutnya diketahui dari responden yang
telah diwawancarai sebelumnya. https://yudhislibra.wordpress.com/2010/10/
12
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data sebagai langkah
penting dalam penelitian, maka dalam
pengumpulan data penelitian ini peneliti
menggunakan metode pengamatan
langsung (observasi) dan metode kuesioner
(angket).
Pengamatan langsung (observasi)
dilakukan terhadap pola usaha dan pola
pemasaran kentang di lokasi penelitian.
Sedang pelaksanaan wawancara dilakukan
dengan para petani, pedagang pengumpul,
supplier, dan pedagang pengecer untuk
mengetahui sistem pemasaran kentang.
Selain itu juga diajukan pertanyaan
pertanyaan dalam bentuk kuesioner
mengenai kegiatan pemasaran kentang di
daerah tempat penelitian. Untuk
menganalisis pendapatan yang diperoleh
dari usahatani kentang diajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti jumlah
produksi, luas lahan, penggunaan tenaga
kerja dan biaya-biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi. Pertanyaan yang
diajukan kepada petani antara lain
karakteristik petani seperti nama, umur,
pendidikan dan sebagainya.
5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik data primer
maupun data sekunder dilakukan analisis
secara kualitatif dan kuantitatif, kemudian
disajikan dalam bentuk deskriptif tabulasi
dan statistik sederhana dengan bantuan
kalkulator dan komputer. Analisis yang
dilakukan meliputi analisis pendapatan
usahatani, analisis saluran pemasaran,
analisis efisiensi saluran pemasaran.
a. Analisis Pendapatan Usahatani
1) Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya
pendapatan usahatani kentang
digunakan rumus pendapatan
menurut Soekartawi (2002; 58)
Pd = TR – TC
Dimana :
TR = Y. Py
TC = FC + VC
Keterangan;
Pd = Pendapatan Usahatani
kentang
TR = Total Revenu (Total
Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Y = Output
Py = Harga Output
242 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Untuk mengetahui apakah usahatani
kentang layak untuk diusahakan,
maka digunakan rumus sebagai
berikut ;
a = R/C
Dengan criteria;
Jika R/C > 1 maka usahatani
kentang layak diusahakan
Jika R/C < 1 maka usahatani
kentang tidak layak diusahakan
JIka R/C = 1 maka usahatani
kentang impas
b. Analisis Lembaga dan Saluran
Pemasaran
Saluran pemasaran kentang
diteliti dari produsen sampai ke
konsumen akhir, dan pola
pemasarannya didasarkan pada alur
pemasaran yang terjadi di tempat
penelitian.
Saluran Pemasaran adalah
saluran yang digunakan oleh lembaga
pemasaran untuk menyalurkan
komoditi kentang dari titik produsen
sampai sampai ke titik konsumen yang
membentuk pola pemasaran. Lembaga
Pemasaran adalah lembaga-lembaga
yang melaksanakan fungsi-fungsi
pemasaran mulai dari titik produsen
(petani) serta lembaga perantara
lainnya. Petani kentang adalah petani
yang melakukan budidaya kentang,
memproduksi dan melalukan penjualan
kentang.
Pedagang pengumpul adalah
pedagang yang melakukan pembelian
dari petani, mengumpulkannya dan
menjual kembali ke pedagang lainnya
yang lebih besar. Pengecer adalah
pedagang yang melakukan penjualan
pepaya California ke konsumen
langsung. Harga yang diterima petani
adalah hasil produksi kentang yang
dijual petani tana memasukkan
pengepakan/pengangkutan ke dalam
harga penjualan atau dengan kata lain
harga pada saat panen. Harga
eceran/harga konsumen adalah harga
transaksi antara penjual dan pembeli
untuk setiap kentang yang diecerkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Pendapatan Usahatani Kentang
Pendapatan usaha tani sebagai akhir
dari tujuan usaha dan besarnya pendapatan
ini sngat tergantung pada besarnya
penerimaan dan pengeluaran selama jangka
waktu tertentu (Soekartawi dkk, 1986).
Menurut Hernanto (1989), analisis
pendapatan pada umumnya digunakan
untuk mengevaluasi kegiatan usaha
pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan
untuk membantu perbaikan pengelolaan
usahatani. Analisis pendapatan usahatani
bertujuan untuk mengetahui besar
keuntungan yang diperoleh dari usaha yang
dilakukan. Untuk menghitung pendapatan
usahatani dapat digunakan rumus:
Analisis pendapatan usahatani yang
dibahas dalam penelitian ini adalah analisis
pendapatan usahatani kentang yang
dilakukan pada beberapa petani yang
dikelompokkan berdasarkan skala usaha,
yaitu luas lahan yang digunakan masing-
masing petani. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui petani yang bagaimana yang
mempunyai tingkat pendapatan yang lebih
tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa pendapatan usahatani
kentang berdasarkan luasan lahan
digunakan rumus : Pendapatan (π) = TR –
TC
Sedangkan penerimaan usahatani
sebagai hasil perkalian jumlah produksi
total dan harga jual persatuan. Produksi
rata-rata kentang yang dihasilkan dari
responden penelitian adalah sebanyak
25.000 kg/ha dengan harga rata-rata kentang
yang dijual oleh petni responden adalah Rp.
9.000 per kg, sehingga rata-rata penerimaan
yang diperoleh petani responden adalah di
daerah penelitian dalam sekali tanam
kentang rata-rata sebesar Rp. 225.000.000,-
Jika dilihat produktivitasnya (jumlah
produksi per hektar) pada table 3, dapat
diketahui bahwa produktivitas kentang
adalah sebesar 25.000 kg untuk jumlah
luasan tanaman per ha.
2. Biaya Usahatani
Biaya usahatani dapat berbentuk
biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.
Biaya tunai adalah biaya yang dibayar
dengan uang, seperti biaya pembelian
sarana produksi, biaya pembelian bibit,
pupuk dan obat-obatan serta biaya upah
tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan
digunakan untuk menghitung berapa
sebenarnya pendapatan kerja petani, modal
dan nilai kerja keluarga.
Tenaga kerja keluarga dinilai
berdasarkan upah yang berlaku. Biaya
penyusutan alat-alat pertanian dan sewa
Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa
2 243
lahan milik sendiri dapat dimasukkan dalam
biaya yang diperhitungkan.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
bahwa rata-rata biaya tunai yang
dikeluarkan oleh petani responden adalah
Rp. Rp. 57.535.000,-. Per Hektar per
musim tanam. Hal tersebut disebabkan
karena para petani lebih banyak
menggunakan pupuk kompos/pupuk organic
dibandingkan input-input yang lain.
Penggunaan pupuk kompos tersebut dimulai
dari proses pengolahan lahan, persemaian,
hingga masa pra panen. Pupuk kompos tersebut
digunakan setiap melakukan pengolahan tanah
untuk kegiatan penanaman kentang.
Tabel 3.
Pendapatan Petani Responden Untuk Luas Lahan 1 Hektar Tahun 2017
No. Uraian Volume
Satuan
Harga
Satuan
Jumlah
Harga
DK LK ( Rp. ) ( Rp. )
1. Biaya Budidaya Tanaman Kentang
Biaya Saprodi :
- Bibit / Benih - 1.000 kg 27.000 27.000.000
- Pupuk Organik / Kompos - 1.250 kg 15.000 18.750.000
- Pupuk SP - - kg - -
- Pupuk Urea - 100 kg 2.000 200.000
- Pupuk ZA - 25 kg 1.800 45.000
- Pupuk NPK Phonska - 100 kg 2.400 240.000
- Pupuk KCL - - kg - -
- POC / PPC - - kg - -
TOTAL BIAYA SAPRODI
46.235.000
II Obat - Obatan :
A. Pestisida :
- Ponce
- 3 Lt 50.000 125.000
B. Fungisida
- Calidac - 15 Kg 19.000 285.000
TOTAL PESTISIDA
410.000
III Tenaga Kerja :
a. Olah Tanah/Tanam :
- Tenaga Pria 6 - hok 75.000 450.000
b. Pemeliharaan (Penyiraman,
pemupukan) -
- Tenaga Pria 60 - hok 75.000 4.500.000
- Tenaga Wanita 54 - hkw 50.000 2.700.000
c. Panen dan Pasca Panen
-
Panen (Pemanenan) :
-
- Tenaga Pria 12 - hok 75.000 900.000
- Tenaga Wanita 12 - hkw 50.000 600.000
Pasca Panen (Pengemasan,
Sortasi) : -
- Tenaga Pria 12 - hok 75.000 900.000
- Tenaga Wanita 12 - hkw 50.000 600.000
TOTAL TENAGA KERJA
- 10.650.000
IV.
Biaya Lain-lain
-
- Sewa lahan (semusim) - - ha - -
- Pompanisasi - - musim - -
- Pajak tanah (semusim) - 1 musim 40.000 40.000
- Bunga kredit, dll. - - - - -
- Penyusutan - - - - -
- Iuran P3A / Ulu ulu - 1 musim 200.000 200.000
TOTAL BIAYA LAIN-LAIN
240.000
57.535.000
244 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Dari hasil Analisis Usaha Tani
Komoditi Kentang di kelurahan Pattapang
Kecamatan Tinggimoncong Kab. Gowa,
Kami memperoleh hasil perincian analisis
sebagai berikut:
a. Total Biaya Produksi (TBP)
Total Biaya Produksi terdiri atas
beberapa komponen biaya antara lain
Biaya Saprodi yang meliputi pembelian
bibit / benih dan pupuk, Biaya obat-
obatan, Biaya tenaga kerja dan Biaya
Lain-Lainnya.
Berdasarkan hasil yang telah
didapatkan yakni bahwa total biaya
produksi diperoleh dari jumlah total
biaya saprodi sebesar Rp. 46.235.000;
total obat-obatan sebesar Rp. 410.000,-
total; total tenaga kerja sebesar Rp.
10.650.000,- dan total biaya lain-lain
sebesar Rp. 240.000,- maka total biaya
produksinya yang diperoleh sebesar
Rp.57.535.000,- per hektar per musim
tanam kentang.
b. Keuntungan
Keuntungan diperoleh dari Nilai Total
Produksi (NTP) dikurangi Total Biaya
Produksi (TBP). Jadi dari perhitungan
analisa Total produksi sebanyak 25.000
Kg dengan Harga Rp. 9.000/Kg maka
nilai total produksi sebesar Rp.
225.000.000,-
Total biaya produksi adalah Rp.
57.535.000,-. Sehingga keuntungan
yang didapatkan oleh petani adalah Rp.
225.000.000 - Rp. 57.535.000 = Rp.
167.465.000.
c. Break Event Point (BEP) Produksi
BEP Produksi diperoleh dari
perbandingan antara Total Biaya
Produksi dengan Harga Jual Per Kg
yaitu Rp. 57.535.000 : Rp. 9.000 =
6.392 Kg
Jadi, berdasarkan perhitungan analisa
biaya usaha tani nya maka diperoleh
BEP Produksi sebesar 6.392 Kg
d. Break Event Point (BEP) Harga Jual
BEP Produksi diperoleh dari
perbandingan antara Total Biaya
Produksi dengan Total Produksi yaitu
Rp. 57.535.000 : 25.000 Kg = Rp.
2.301.
Titik impas (BEP) usaha tani Kentang
ini yaitu berada pada harga Jual Rp.
2.301Nilai ini lebih kecil dari Harga
Jual di Pasaran
e. B/C Ratio
Kelayakan usaha dapat dilihat dengan
menghitung B/C Ratio didapatkan dari
perbandingan antara Keuntungan
dengan Total Biaya Produksi.
B/C Ratio =
=
B/C Ratio = 2,91
Jadi, berdasarkan perhitungan analisa
biaya usaha tani komoditi Kentang di
kelurahan Pattapang kecamatan
Tinggimoncong Kab. Gowa maka
didapatkan B/C Ratio sebesar 2,91.
Sehingga usaha tani komoditas Kentang
ini LAYAK untuk dilanjutkan.
3. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah beberapa
organisasi yang saling bergantung dan
terlibat dalam proses mengupayakan agar
Keuntungan
Total Biaya Produksi
Rp. 167.465.000
Rp. 57.535.000
No. Uraian Volume
Satuan
Harga
Satuan
Jumlah
Harga
DK LK ( Rp. ) ( Rp. )
2. Output
A. Total Biaya Produksi (TBP) - - - 57.535.000
B. Total Produksi / TP (askip) - Kg - 25.000
C. Harga rata2 setempat di petani - Rp/Kg - 9.000
D. Nilai Total Produksi (NTP) = TP
x harga - - - 225.000.000
E. Keuntungan (D - A) - Ha - 139.452.000
BEP Volume Produksi = TBP /
Harga Jual Per Kg - Kg - 9.505
BEP Harga Jual (TBP / TP) - Rp - 3.422
B / C Ratio = E/A atau ((D-A) /
TBP)) - - - 1,63
Analisa Usahatani Kentang dan Pemasaran Produk Kentang
Rachmat Seno Adji1, Mustafa
2 245
produk atau jasa tersedia untuk
dikonsumsi. Saluran pemasaran
melaksanakan tugas memindahkan barang
dari produsen ke konsumen. Hal itu
mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan
kepemilikan yang memisahkan barang dan
jasa dari orang-orang yang membutuhkan
atau menginginkannya (Kotler, 2002).
Saluran pemasaran dalam penelitian ini
menggambarkan proses penyampaian
pepaya California dari petani hingga ke
konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang
terlibat dalam memasarkan kentang dari
petani hingga ke konsumen akhir di
kelurahan pattapang adalah: petani,
supplier, pedagang pengecer dan konsumen
akhir. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan petani responden di
lokasi penelitian, maka diketahui terdapat
dua pola saluran pemasaran kentang
(Gambar 5).
Pola pemasaran I (70 %)
Petani Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar Pedagang Pengecer
Konsumen.
Pola Pemasaran II (20 %)
Petani Pedagang Besar Pedagang
Pengecer Konsumen
Pola Pemasaran III (10%)
Petani Pedagang Pengecer
Konsumen
Gambar 1.
Saluran Pemasaran Kentang di Kelurahan
Kettapang Kec. Tinggi Moncong
Kabupaten Gowa
4. Fungsi Pemasaran
Fungsi-fungsi pemasaran adalah
mengusahakan agar pembeli atau
konsumen memperoleh barang yang
diinginkan pada tempat, waktu, dan harga
yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dalam
pelaksanaan aktifitasnya dilakukan oleh
lembaga-lembaga tataniaga. Lembaga
pemasaran ini yang akan terlibat dalam
proses penyampaian barang dan jasa dari
produsen sampai ke tangan konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
Dimana fungsi ini dilakukan oleh petani,
supliyer (pedagang pengumpul, pedagang
besar), pedagang pengecer dan konsumen.
a. Petani.
Fungsi pemasaran yang umumnya
dilakukan petani responden di lokasi
penelitian adalah fungsi penjualan,
pembiayaan dan informasi harga
dimana petani tersebut merupakan
produsen yang menanam kentang dan
menjual hasil panennya. Tetapi ada
juga petani yang melakukan fungsi
pengangkutan, pengemasan, sortasi dan
penanggungan resiko. Untuk fungsi
pembiayaan, para petani membiayai
sendiri seluruh modal yang
dikeluarkannya untuk kegiatan
produksi. Petani responden di lokasi
penelitian juga melakukan informasi
harga yaitu dengan melakukan
pengamatan harga yang berlaku di
pasar.
Harga yang diterima oleh petani
dari pedagang (supplier) didasarkan
atas kesepakatan sebelumnya dengan
alasan agar petani tidak merasa
dirugikan apabila terjadi penurunan
harga di pasar swalayan. Tetapi jika hal
tersebut terjadi, maka supplier akan
memberikan informasi kepada petani
untuk selanjutnya dilakukan
kesepakatan harga yang baru.
b. Supplier (Pedagang Pengumpul/Besar).
Kegiatan fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh suppier adalah
melakukan pembelian kentang secara
langsung dari petani produsen.
Transaksi pembelian dan penjualan
dilakukan oleh petani dan supplier di
tempat yang telah ditentukan. Supplier
memasarkan kentang dari petani
responden ke pedagang pengecer untuk
ditindaklanjuti ke konsumen akhir.
Pada pedagang supplier ini
biasanya terdapat suatu tindakan dalam
pemasaran, dan fungsi pemasaran yang
dilakukan oleh supplier adalah fungsi
pertukaran (pembelian dan penjualan),
fungsi fisik (pengangkutan dan
pengemasan) dan fungsi fasilitas
(sortasi; standarisasi; pembiayaan;
penanggungan resiko yaitu: penurunan
246 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
harga pasar dan kerusakan produk; dan
informasi pasar).
c. Pedagang Pengecer.
Pedagang pengecer yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
pedagang yang membeli kentang dari
supplier di lokasi penelitian, dan
menjualnya kembali dalam bentuk
kentang yang masih utuh (belum
diolah). Sebelum melakukan
pembelian, kentang yang dibawa oleh
supplier tersebut terlebih dahulu
dibawa ke gudang untuk disortasi dan
diperiksa kualitasnya (standarisasi).
Kemudian, kentang tersebut
dimasukkan ke dalam toko untuk dijual
kepada konsumen. Kentang yang dibeli
oleh konsumen, biasanya telah
memiliki ukuran yang seragam dan
harga yang telah ditetapkan. Penetapan
harga yang dilakukan oleh pedagang
pengecer adalah berdasarkan informasi
harga yang berlaku di pasar.
SIMPULAN
a. Produksi rata-rata b tanaman kentang di
kelurahan Pattapang kecamatan Tinggi
Moncong Kabupaten Gowa sebesar
25.000kg/ha. Harga jual kentang ditingkat
petani sebesar Rp 9.000,- , sehingga
pendapatan petani sebesar Rp 225.000.000,-
dan biaya produksi rata-rata satu hektar
sebesar Rp 85.548.000,- sehingga
keuntungan usaha kentang sebesar Rp
139.425.000,-.
b. Hasil usahatani kentang mak dihitung nilai
Break Even Point (BEP), BEP harga sebesar
Rp 2,301, sedang BEP produksi sebesar
6.392 Kg, sedang B/C ratio usahatani
kentang sebesar 2,91
c. Pada saluran pemasaran kentang di
Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggi
Moncong, terdapat tiga bentuk pola
saluran. Pada pola saluran I, petani
pedagang pengumpul pedagang besar
pedagang pengecer konsumen, Pola
Saluran II, Petani Pedagang Besar
pedagang pengecer konsumen, Pola
Saluran III, Petani Pedagang pengecer
Konsumen
SARAN a. Berdasarkan nilai rasio keuntungan dan
biaya, maka usahatani kentang bias
dilanjutkan dengan perlu memperhatikan
factor-faktor yang dapat menggagalkan
usahatani kentang. Untuk itu perludilakukan
peningkatan sumberdaya bagi para petani
kentangdalam berusahataninya.
b. Semua saluran pemasaran dinilai sangat
efektif dan mampu memberikan keuntungan
yang cukup baik, maka untuk lebih
nebgefektifkan pemasaran perlu adanya
kesatuan harga jual dari petani yang
dilakukan melalui kelompoktani.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Statistik & Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2017
Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid
1. Edisi Kesepuluh. PT Prenhalindo.
Jakarta.
Soekartawi, A Suharjo. 1986. Ilmu Usahatani
dan Peneletiaan Untuk
Pengembangan Petani Kecil
Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Penerbit Universitas
Indonesia. Cetakan Ketiga. Jakarta.
https://yudhislibra.wordpress.com/2010/10/12/
macam-%E2%80%93-macam-
metode-sampling-tahap-pembuatan-
laporan-penelitian/
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 247
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan yang serba maju, modern
dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan
memegang peranan penting untuk menjamin
kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan
wahana untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya
manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan
diharapkan dapat mencetak manusia-manusia
berkualitas yang akan mendukung tercapainya
sasaran pembangunan nasional.
Mutu pendidikan sangat erat
hubungannya dengan mutu siswa, karena siswa
merupakan titik pusat proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu
pendidikan harus diikuti dengan peningkatan
mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat
dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar
siswa, sedangkan tingginya tingkat prestasi
belajar siswa dipengaruhi oleh besarnya minat
belajar siswa itu sendiri.
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN
PEMBELAJARAN KOPERATIF METODE PROBLEM SOLVING
PADA SISWA KELAS VIII.2 SMP NEGERI 1 BULUKUMBA
Rosma D. *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
Guru SMP Negeri 1 Bulukumba
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Bulukumba
melalui penerapan model pembelajaran koperatif metode Problem Solving.; (2) Mendapatkan bukti-
bukti bahwa penerapan model pembe;ajaran kooperatif metode Problem Solving dapat meningkatkan
hasil belajar IPS siswa SMP Negeri 1 Bulukumba.;. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba. Instrumen
yang digunakan adalah (1) Lembar observasi; (2) tes akhir siklus. Data dianalisis dengan statistik
deskriptif. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa; (1) metode problem solving dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba hampir semua aspek
indikator, antara lain mengajukan pertanyaan sebesar 8,33%, menjawab pertanyaan guru sebesar 6,66,
memperhatikan penjelasan guru sebesar 18,33, diskusi kelompok sebesar 30%, diskusi kelas sebesar
18,33%, . (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif problem solving dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebesar 1,76 % yaitu dari rata-rata 6,57 pada
siklus I menjadi rata-rata 8,33 pada siklus II.
Kata Kunci: Aktifitas belajar, Hasil Belajar, Problem Solving
Abstract *)
The purpose of this study are (1) To find out the students’ learning outcome on IPS of SMP Negeri 1
Bulukumba through the application of cooperative learning model, Problem Solving method; (2) To
obtain evidences that the application of cooperative learning model, Problem Solving method can
increase the students’ learning outcome on IPS of SMP Negeri 1 Bulukumba. The type of this research
is a classroom action research. The population in this study was the students of VIII.2 SMP Negeri 1
Bulukumba. The instruments used were (1) the observation sheet; (2) evaluation test in the end of each
cycle. The data were analyzed by descriptive statistics. The finding of the study provided an
illustration that; (1) problem solving method can increase students’ learning activity at the grade
VIII.2 of SMP Negeri 1 Bulukumba almost in all aspect of indicator, such as asking question around
8,33%, answering the teacher’s question around 6,66, paying attention to teacher’s explanation
around 18,33, Group discussions around 30%, class discussions around 18.33%, (2) The application
of cooperative learning problem solving model can increase the students’ learning outcome of IPS of
grade VIII.2 at SMP Negeri 1 Bulukumba around 1,76% that is from the average of 6,57 in the cycle I
become 8,33 in cycle II.
Keywords: Problem Solving, Activities and learning outcome
248 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Salah satu komponen penting dalam
pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum
disusun untuk mendorong anak berkembang ke
arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini
dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap
tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam
bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran
yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
Dalam mencapai tujuan pendidikan ini,
pemerintah menggagas diberlakukannya
kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). KTSP merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut
memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk
merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah
sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi
keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh
sekolah.
Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP
ini merupakan pengembangan kurikulum dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). Dengan
menggunakan KTSP diharapkan peserta didik
bisa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu
yang sudah ditentukan sebagai kriteria
keberhasilan.
Masih rendahnya hasil belajar IPS
disebabkan oleh masih dominannya skill
menghafal daripada skill memproses sendiri
pemahaman suatu materi. Selama ini, minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong
sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap
siswa selama mengikuti proses pembelajaran
tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada
sebagian siswa yang menganggap mata
pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan
tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan
pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu
juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar
yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi. Metode yang konvensional seperti
menjelaskan materi secara abstrak, hafalan
materi dan ceramah dengan komunikasi satu
arah, yang aktif masih didominasi oleh
pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya
memfokuskan penglihatan dan pendengaran.
Kondisi pembelajaran seperti inilah yang
mengakibatkan siswa kurang aktif dan
pembelajaran yang dilakukan kurang efektif.
Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan
bagi siswa sehingga siswa kembali berminat
mengikuti kegiatan belajar.
Selain itu penggunaan metode
pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam
pemecahan masalah, terutama pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari- hari masih
kurang. Pengembangan metode pembelajaran
tersebut sangat perlu dilakukan untuk
menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan
permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa.
Metode pembelajaran problem solving atau
pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk
merangsang berfikir dalam situasi masalah
yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab
permasalahan yang menganggap sekolah
kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata
di masyarakat.
Penggunaan metode dalam pembelajaran
sangat diutamakan guna menimbulkan gairah
belajar, motivasi belajar, merangsang siswa
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Melalui metode problem solving diharapkan
dapat lebih mempermudah pemahaman materi
pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat
mempertinggi kualitas proses pembelajaran
yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
SMP Negeri 1 Bulukumba adalah salah
satu sekolah negeri yang terletak di jalan melati
kabupaten Bulukumba, propinsi Sulawesi
selatan. Kegiatan pembelajaran di SMP Negeri
1 ini masih termasuk tradisional karena
kebanyakan guru hanya menggunakan metode
ceramah dalam penyampaian materi, sehingga
siswa merasa bosan dalam megikuti proses
pembelajaran. Hal itu diketahui dari
pengalaman pengajar yang telah dilakukan.
Dari pengalaman tersebut bahwa pembelajaran
IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses
pembelajaran terlihat masih rendah perhatian
siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan
guru hanya menggunakan metode ceramah
dalam penyampaian materi.
Diharapkan dengan menggunakan model
koperatif metode problem solving dalam proses
pembelajaran IPS akan menarik minat siswa
mengikuti kegiatan belajar sehingga akan
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil belajar IPS
Sudjana Menurut Nana Sudjana (2005:
3) hakikat hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut
Nana Sudjana (1989: 38-40) hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 249
faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.
Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang
dicapai. Disamping faktor kemampuan yang
dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap
dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Hasil belajar merupakan segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak (proses
berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam
jenjang, mulai dari yang terendah sampai
dengan jenjang tertinggi (Suharsimi Arikunto,
2003: 114-115). Keenam jenjang tersebut
adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. (2) Pemahaman
(comprehension) yakni kemampuan seseorang
untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat melalui penjelasan dari
kata- katanya sendiri. (3) Penerapan
(application) yaitu kesanggupan seseorang
untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara
atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus-
rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam
situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis
(analysis) yakni kemampuan seseorang untuk
menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-
bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah
kemampuan berfikir memadukan bagian-
bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga
menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.
(6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan
jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah
kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian
disini adalah kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi,
nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian
menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat
sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005:
50- 52).
Aktivitas belajar
Konsep Proses belajar merupakan
aktivitas psikis yang berkenaan dengan bahan
belajar. Aktivitas adalah mempelajari bahan
belajar tersebut dengan memakan waktu. Lama
waktu mempelajari tergantung pada jenis dan
sifat bahan, juga tergantung pada kemampuan
siswa. Proses belajar akan memakan waktu
lama jika bahan belajarnya sukar, dan siswa
kurang mampu untuk menyerapnya, akan tetapi
sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan
siswa berkemampuan tinggi, maka proses
belajar memakan waktu singkat. Aktivitas
belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses,
yaitu proses belajar sesuatu. Aktivitas belajar
juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan
siswa terhadap bahan belajar (Dimyati, 2006).
Aktivitas banyak macamnya, maka para
ahli mengadakan klasifikasi atas macam-
macam aktivitas tersebut. Dierich adalah salah
satu ahli yang membagi kegiatan belajar dalam
tujuh kelompok yaitu kegiatan visual (melihat),
kegiatan oral (lisan), kegiatan mendengarkan,
kegiatan menulis, kegiatan menggambar,
kegiatan metrik, kegiatan mental dan kegiatan
emosional (Hamalik, 2004).
Segala pengetahuan dalam hal kegiatan
belajar harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas
yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
maupun teknis. Proses belajar tidak mungkin
terjadi tanpa ada aktivitas (Rousseau dalam
Sardiman, 2010).
Siswa yang melakukan banyak aktivitas
positif dalam proses belajar akan memperoleh
hasil belajar yang optimal. Sejalan dengan
penelitian Megawati (2010) yang menyatakan
bahwa dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab
pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk
mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa
sangat penting agar hasil belajar yang diperoleh
siswa optimal, karena aktivitas siswa sangat
menentukan hasil belajar siswa. Siswa akan
lebih mudah menguasai materi pelajaran
dengan beraktivitas langsung dalam proses
pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa
sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa.
Model Pembelajaran Kooperatif
Miftah Toha Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar yang menempatkan
siswa pada kelompok-kelompok siswa yang
heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif
setiap anggota kelompok akan bekerjasama
dalam memahami suatu bahan pelajaran dan
belajar belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompoknya belum menguasai bahan
pelajaran tersebut.
Coperative mengandung pengertian
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Pada dasarnya cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap
atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang
250 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
terdiri dari dua atau lebih dimana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
setiap anggota kelompok itu sendiri.
Cooperative learning juga dapat diartikan
sebagai suatu struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan diantara sesama anggota
kelompok (Raharjo, Solihatin, 2007).
Menurut Slavin (1995)), pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan/
tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempuanyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau
suku yang berbeda (heterogen). Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok.
Menurut Trianto (2009), tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlihat aktif dalam proses berpikir dan
kegiatan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan
oleh guru dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan
belajar. Dengan demikian, setiap anggota
kelompok akan mempunyai ketergantungan
positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutnya akan memunculkan tanggung
jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota
kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, mereka akan mempunyai motivasi
untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama
untuk memberikan kontribusi demi
keberhasilan kelompok.
Melalui pembelajaran kooperatif, siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai
saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing. Apabila diatur
dengan baik, siswa-siswa dalam kelompk
kooperatif akan belajar satu sama lain untuk
memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok
telah menguasai konsep-konsep yang telah
dipikirkan (Slavin, 1995).
Metode Problem Solving
Metode problem solving atau sering juga
disebut dengan nama Metode Pemecahan
Masalah merupakan suatu cara mengajar yang
merangsang seseorang untuk menganalisa dan
melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau
situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif
sendiri. Metode ini menuntut kemampuan
untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-
relasi diantara berbagai data, sehingga pada
akhirnya dapat menemukan kunci pembuka
masalahnya. Kegiatan semacam ini merupakan
ciri yang khas daripada suatu kegiatan
intelegensi. Metode ini mengembangkan
kemampuan berfikir yang dipupuk dengan
adanya kesempatan untuk mengobservasi
problema, mengumpulkan data, menganalisa
data, menyusun suatu hipotesa, mencari
hubungan (data) yang hilang dari data yang
telah terkumpul untuk kemudian menarik
kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan
masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu
lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir
yang menghasilkan suatu kesimpulan atau
keputusan yang diyakini kebenarannya karena
seluruh proses pemecahan masalah itu telah
diikuti dan dikontrol dari data yang pertama
yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa
sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau
ditetapkan. Cara berfikir semacam itu benar-
benar dapat dikembangkan dengan
menggunakan Metode Pemecahan Masalah
(Jusuf Djajadisastra, 1982: 19- 20).
Penyelesaian masalah dalam metode
problem solving ini dilakukan melalui
kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan
pokok bahasan dalam pelajaran diberikan
kepada siswa untuk diselesaikan secara
kelompok. Masalah yang dipilih hendaknya
mempunyai sifat conflict issue atau
kontroversial, masalahnya dianggap penting
(important), urgen dan dapat diselesaikan
(solutionable) oleh siswa (Gulo, 2002: 116).
Tujuan utama dari penggunaan metode
Pemecahan Masalah adalah: (a)
Mengembangkan kemampuan berfikir,
terutama didalam mencari sebab-akibat dan
tujuan suatu masalah. Metode ini melatih
murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara
mengambil langkah-langkah apabila akan
memecahkan suatu masalah. (b) Memberikan
kepada murid pengetahuan dan kecakapan
praktis yang bernilai/bermanfaat bagi
keperluan hidup sehari-hari. Metode ini
memberikan dasar-dasar pengalaman yang
praktis mengenai bagaimana cara-cara
memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat
diterapkan bagi keperluan menghadapi
masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.
Problem solving melatih siswa terlatih
mencari informasi dan mengecek silang
validitas informasi itu dengan sumber lainnya,
juga problem solving melatih siswa berfikir
kritis dan metode ini melatih siswa
memecahkan dilema (Omi Kartawidjaya, 1988:
42). Sehingga dengan menerapkan metode
problem solving ini siswa menjadi lebih dapat
mengerti bagaimana cara memecahkan masalah
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 251
yang akan dihadapi pada kehidupan nyata/ di
luar lingkungan sekolah.
Untuk mendukung strategi belajar
mengajar dengan menggunakan metode
problem solving ini, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi
pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks
di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-
sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan atau peristiwa dalam
lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114).
Tujuannya agar memudahkan siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah yang
terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa
memperoleh pengalaman tentang penyelesaian
masalah sehingga dapat diterapkan di
kehidupan nyata.
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah Desain penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian
tindakan kelas dibagi dalam tiga siklus,
masing-masing siklus terdiri dari
perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observe), serta refleksi (reflect).
2. Jenis dan Objek Tindakan
Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah
penerapan metode problem solving. Metode
problem solving ( metode pemecahan
masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan
suatu metode berfikir, sebab
dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode
lainnya dimulai dengan mencari
data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Objek penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar IPS
siswa. Hasil belajar yang
dimaksud adalah peningkatan kemampuan
kognitif siswa pada mata pelajaran IPS
setelah penerapan pembelajaran Problem
Solving. Wujud kemampuan peningkatan
kognitif meliputi: pengetahuan
(knowledge),pemahaman (comprehention),
aplikasi (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).
3. Populasi dan sampel
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas
VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebanyak
30 orang siswa. Karena pelajaran IPS
dipegang oleh peneliti sendiri sebagai guru
sehingga dapat memudahkan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini. Siswa kelas
VIII diambil sebagai subjek dengan alasan
sudah mencapai target kurikulum 50% dan
belum mempersiapkan diri untuk
menghadapi ujian nasional.
4. Instrumen Penelitian dan Teknik analisis
data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar observasi/pengamatan dan
tes akhir siklus. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan teknik observasi atau
pengamatan secara langsung untuk
mengamati tindakan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif metode
problem solving. Selanjutnya pada tiap
siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui
hasil belajar siswa.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah análisis deskriptif dengan melihat
penilaian aktivitas yang teramati dan
dianalisis dengan menggunakan kriteria
penilaian sesuai dengan ítem aktivitas pada
lembar observasi siswa. Sedangkan data
hasil belajar siswa dianalisis untuk
menentukan nilai hasil belajar yang
diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
a. Siklus 1
Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa
jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan
pada pertemuan 1 sebesar 13,33 % sedangkan
pada pertemuan 2 sebesar 20 %, hal ini
menunjukkan adanya peningkatan yang
disebabkan oleh guru memberi dorongan dan
motivasi agar siswa berani mengajukan
pertanyaan. Pada item menanggapi respon
siswa lain menunjukkan adanya peningkatan
yaitu pada pertemuan 1 sebesar 20 %
sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 23,33 %.
Hal ini disebabkan oleh guru memberi
dorongan dan motivasi agar siswa berani
Tabel 5.
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I
Aspek yang diamati
Pertemuan Rata-rata
(%) 1
( %)
2
(%)
1. Mengajukan pertanyaan 13,33 20 16,67
2. Menanggapi respon siswa lain 20 23,33 21,67
3. Menjawab pertanyaan guru 20 13,33 16,67
4. Memperhatikan penjelasan guru 70 73,33 71,67
5. Diskusi kelompok 46,67 86,67 66,67
6. Diskusi kelas 63,33 100 81,67
252 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
menanggapi respon siswa lain. Item menjawab
pertanyaan guru mengalami penurunan yaitu
pertemuan 1 sebesar 20 % sedangkan pada
pertemuan 2 sebesar
13,33 %. Hal ini mungkin
disebabkan karena pertanyaan
yang diajukan oleh guru terlalu
sulit bagi siswa sehingga
banyak dari mereka yang tidak
bisa menjawab pertanyaan.
Jumlah siswa yang
memperhatikan penjelasan guru
mengalami peningkatan
walaupun sedikit yaitu pertemuan 1 sebesar
70 % sedangkan
pada pertemuan 2 sebesar 73,33 %. Item
diskusi kelompok mengalami peningkatan
karena guru mampu memotivasi siswa agar
saling bekerja sama dengan anggota
kelompoknya yaitu pada pertemuan 1 sebesar
46,67 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar
86,67 %. Item diskusi kelas juga mengalami
peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar
63,33 % sedangkan pada pertemuan 2 sebesar
100 %. Pada akhir pertemuan siklus I
(pertemuan ke tiga) diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana peranan metode problem solving terhadap hasil belajar siswa, dari hasil tes tersebut akan dibandingkan dengan nilai semester ganjil yang lalu. Di bawah ini terdapat hasil tes siswa pada siklus I.
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
pada siklus I ini, jumlah siswa yang memperoleh nilai 8 berjumlah 4 siswa (13,33%), siswa yang memperoleh nilai 7 berjumlah 12 siswa (40%). Jumlah siswa yang memperoleh nilai 6 sebanyak 11 siswa (36,67%), siswa yang memperoleh nilai 5 sebayak 3 siswa (10%). Kemudian perolehan nilai rata-rata siswa kelas VIII pada siklus I ini adalah 6,57.
Dari perolehan tes pada siklus I di atas, kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata semester 2 pada waktu kelas VII. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata dari 6,93 menjadi 6,57. Nilai rata-rata IPS semester ganjil = 6,93 Nilai rata-rata siklus I = 6,57
b. Siklus II
Pada siklus kedua ini terdapat perubahan
dari hampir semua item. Dari tabel di atas
ditunjukkan bahwa jumlah siswa yang
mengajukan pertanyaan naik yaitu pada
pertemuan 4 sebesar 20% dan pertemuan 5
sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena guru
telah berhasil mendorong dan memotivasi
siswa agar mau mengajukan pertanyaan. Pada
item menanggapi respon siswa lain mengalami
peningkatan yaitu pada pertemuan 4 sebesar
10% sedangkan pada pertemuan 5 sebesar
26,67%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
berani menanggapi respon temannya dengan
dorongan dari guru. Item menjawab pertanyaan
guru mengalami penurunan yaitu pada
pertemuan 4 sebesar 83,33% sedangkan pada
pertemuan 5 sebesar 73,33% karena
disebabkan oleh pertanyaan yang diajukan
terlalu sulit, sehingga banyak dari mereka tidak
bisa menjawab. Jumlah siswa yang
memperhatikan penjelasan guru mengalami
peningkatan yaitu pertemuan 4 sebesar
86,67%. Dan pertemuan 5 yaitu sebesar
93,33% karena guru sudah bisa menegur siswa
yang tidak memperhatikan sehingga siswa
tidak ramai lagi. Jumlah siswa yang mengikuti
diskusi kelompok meningkat yaitu pada
pertemuan 4 sebesar 93,33% dan pertemuan 5
yaitu sebesar 100%. Item diskusi kelas tetap
yaitu pada pertemuan 4 dan 5 sebesar 100%.
Berdasarkan tabel 4 diatas, hasil tes siswa
pada siklus II yang dibandingkan hasil tes
siswa pada siklus I.
Tabel 6.
Skor tes kelas VIII.2 pada siklus I
Skor F % fx
8 4 13,33 32
7 12 40 84
6 11 36,67 66
5 3 10 15
Jumlah 30 100 197
Tabel 3.
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II
Aspek yang diamati
Pertemuan Rata-rata
(%) 1
( %)
2
(%)
1. Mengajukan pertanyaan 20 30 25
2. Menanggapi respon siswa lain 10 26,67 18,33
3. Menjawab pertanyaan guru 83,33 73,33 78,33
4. Memperhatikan penjelasan guru 86,67 93,33 90
5. Diskusi kelompok 93,33 100 96,66
6. Diskusi kelas 100 100 100
Tabel 4.
Skor tes kelas VIII.2 pada siklus II.
Skor f % fx
10 5 16,67 50
9 10 33,33 90
8 7 23,33 56
7 7 23,33 49
6 - - -
5 1 3,34 5
Jumlah 30 100 250
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Pembelajaran Koperatif Metode
Problem Solving pada Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba Rosma D. 253
Nilai rata-rata siklus I = 6,57
Nilai rata-rata siklus II = 8,33
Pembahasan
Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS telah dilaksanakan adalah 2 siklus dalam 6 kali pertemuan, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali evaluasi setiap akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:
Sumber: lampiran
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hampir semua nomor item telah mengalami peningkatan. Aktivitas siswa mengajukan pertanyaan pada siklus II mengalami peningkatan dari 13,33% pada siklus I turun menjadi 6,67% pada pertemuan keempat siklus II. Hal ini disebabkan oleh siswa yang masih tidak berani bertanya karena takut dikomentari yang jelek oleh siswa lain sehingga siswa lebih baik diam daripada membuat siswa lain mengejeknya, disamping itu guru kurang mendorong dan memberi motivasi siswa agar mau bertanya. Oleh karena itu pada siklus II pertemuan kelima, guru meningkatkan motivasi pada siswa agar lebih berani mengajukan pertanyaan dan itu membuahkan hasil dengan meningkatnya aktivitas siswa sebesar 10% pada akhir siklus.
Item menanggapi respon siswa lain pada siklus I pertemuan 1 sebesar 20% dan pertemuan 2 sebesar 23,33% menunjukkan terjadinya peningkatan walaupun tidak terlalu besar, dan persentase ini mengalami penurunan pada pertemuan 4 pada siklus II, yaitu sebesar 13,33%. Hal ini disebabkan selain karena siswa yang masih takut dan tidak berani berbicara di depan umum juga disebabkan karena sebelumnya guru kurang memberikan memotivasi siswa untuk berbicara di depan umum. Untuk itu pada siklus II pertemuan 5 guru berusaha untuk mendorong siswa agar
bisa dan mau menanggapi respon siswa lain dengan cara memberikan nilai plus bagi siapa saja yang berani berbicara menanggapi respon siswa lainnya dan cara ini membuahkan hasil yaitu persentase siswa pada siklus II pertemuan 5 sebesar 26,67%.
Item menjawab pertanyaan guru pada setiap siklus umumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh siswa yang masih kurang berani dan takut jika jawaban mereka salah dan ditertawakan oleh siswa lain. Pada pertemuan 4 sudah mengalami peningkatan dibanding pertemuan 1 dan 2. Item memperhatikan penjelasan guru pada siklus I pertemuan 1 sebesar 70% dan pertemuan 2 sebesar 73,33%, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan 4 dan 5 sebesar 86,67% dan 93,33%.. Item diskusi kelompok juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I pertemuan 1 sebesar 46,67% dan pertemuan 2 sebesar 86,67%. Siklus II pertemuan 4 dan 5 dengan persentase sebesar 93,33% dan 100%. Siswa tidak lagi bekerja sendiri-sendiri dan sudah bisa saling bekerja sama dengan menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Item diskusi kelas juga mengalami peningkatan. Siklus I pertemuan 1 sebesar 63,33% dan pertemuan 2 sebesar 100% dan bertahan hingga pertemuan 5 pada siklus II. Dari hasil persentase aktivitas siswa di atas diketahui hampir semua item pada siklus II mengalami peningkatan.
Pada akhir pertemuan setiap siklus dilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana metode problem solving dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Yang kemudian dicari nilai rata-rata tes per siklus. Adapun nilai rata-rata tes siklus I dan II adalah sebagai berikut:
Tabel 14.
Perbandingan nilai rata-rata tes siklus I dan II
Siklus I Siklus II
6,57 8,33
Sumber: hasil observasi. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
skor nilai rata-rata nilai IPS Geografi mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 6,57, siklus II sebesar 8,33.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran juga dipengaruhi oleh aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga selain melakukan pengamatan terhadap siswa, observer juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru di kelas.
Guru telah berusaha menciptakan suasana pelajaran yang kondusif. Hal ini terlihat adanya peningkatan peran guru pada setiap pertemuan, bahkan pada pertemuan 4 dan 5 peran guru dalam kelas dapat dikatakan maksimal. Hanya saja pada pertemuan 1
Tabel 13.
Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I, II.
Aspek yang diamati Siklus
I (%)
Siklus II
(%)
1. Mengajukan
pertanyaan 16,67 25
2. Menanggapi
respon siswa lain 21,67 18,34
3. Menjawab
pertanyaan guru 16,67 78,33
4. Memperhatikan
penjelasan guru 71,67 90
5. Diskusi kelompok 66,67 96,67
6. Diskusi kelas 81,67 100
254 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
sampai 3 ada aktivitas guru yang belum muncul (belum dilakukan) yaitu mengajukan pertanyaan siswa. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan metode koperatif problem solving baru pertama kali sehingga masih ada yang lupa. Selain itu aktivitas guru memberi kesimpulan tidak mencukupi karena waktu yang terbatas.
Dapat diketahui bahwa setiap aktivitas guru pada siklus akhir mengalami peningkatan, walaupun ada yang pada siklus I ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan oleh peneliti berdasarkan pengamatan observer namun pada akhirnya peneliti mampu mencapai semua indikator penilaian guru.
Siswa mempelajari sendiri materi pelajaran dengan metode pemecahan masalah dalam kelompok masing-masing. Tujuannya agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar sendiri tanpa diberikan terlebih dahulu oleh peneliti sendiri sebagai guru, disini guru hanya mengarahkan dan membimbing saja. Sedangkan pada siklus II metode yang digunakan adalah problem solving dan dipadukan dengan ceramah dan tanya jawab, sehingga hasilnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya.
Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode problem solving untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII.2 telah berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 6,57, dan siklus II sebesar 8,33. SIMPULAN a. Penerapan model pembelajaran koperatif
metode problem solving dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba hampir semua aspek indikator, antara lain sebagai berikut : 1) Mengajukan pertanyaan sebesar 8,33 % 2) Menjawab pertanyaan guru sebesar 6,66
% 3) Memperhatikan penjelasan guru sebesar
18,33 % 4) Diskusi kelompok sebesar 30 % 5) Diskusi kelas sebesar 18,33 Sedangkan indikator menanggapi respon siswa lain mengalami penurunan sbesar 3,33%.
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif problem solving dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Bulukumba sebesar 1,76 % yaitu dari rata-rata 6,57 pada siklus I menjadi rata-rata 8,33 pada siklus II
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian
dan pembahasan, maka saran yang ingin
dikemukakan peneliti sebagai berikut :
1) Diharapkan kepada guru agar dapat
memaksimalkan penggunaan sarana
prasarana yang tersedia untuk meningatkan
ketuntasan belajar sisiwa di sekolah.
2) Diharapkan kepada sekolah agar
menyediakan sarana prasarana untuk
mendukung kelancaran pembelajaran
disekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi
Pendidikan Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta
: Raja Grafindo
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Depdikbud dan PT.
Rineka Cipta. Jakarta
Gulo W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT.
Grasindo
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar
Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Jusuf Djajadiharja. 1982. Metode-metode
Mengajar. Bandung : Angkasa
Megawati. 2010. Peningkatan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas VIIIC Kartika
Wirabuana I Makassar melalui
Penerapan Scaffolding pada
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA
UNM. Makassar.
Nana sudjana. 2005. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru
Nana sudjana. 1989. Penilaian Hasil Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Omi Kartawidjaya. 1988. Metode Mengajar
Geografi. Jakarta : Depdikbud
Sardiman. 2010. Ínteraksi & Motivasi Belajar
Mengajar. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning.
Nusa Media. Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penilaian,
Suatu Praktek. Jakarta : Bina Ilmu
Trianto. 2009. Mendesain Model pembelajaran
Inovatif Berorientasi-Progresif.
Kencana. Jakarta.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013
In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 255
THE IMPLEMENTATION OF ASSESSMENT IN CURRICULUM 2013 IN ENGLISH
SUBJECT OF SMPN BULUKUMBA
Ray Suryadi *)
Universitas 19 November Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara Dosen di Universitas 19 November Kolaka
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui uraian pelaksanaan Penilaian Kurikulum 2013 dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMPN Bulukumba. (2) mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru saat melaksanakan penilaian Kurikulum 2013. (3) untuk mengetahui solusinya. Penelitian ini dilakukan di beberapa sekolah percontohan di SMP Negeri Bulukumba. Semuanya adalah sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk menerapkan kurikulum 2013. Selain itu, ada juga satu sekolah yang bukan merupakan sekolah percontohan untuk terus melaksanakan Kurikulum tahun 2013. Peserta penelitian ini adalah guru bahasa Inggris kelas 1. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan tape recorder dan melakukan wawancara dengan guru dan kepala sekolah sebagai data tambahan. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan metode kualitatif. Menurut Patton (1987) bahwa metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk mewawancarai dan menafsirkan hasilnya sesuai dengan situasi kehidupan nyata di situs. Hal ini memungkinkan penggunaan bahasa ekspres dan kehadiran suara para peserta dalam teks. Hal ini penting karena suara membawa aspek lain seperti suasana hati dan nada yang dapat berkontribusi terhadap kualitas data.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) responden telah melakukan penilaian terhadap kurikulum tahun 2013 dengan baik sesuai dengan pedoman pelaksanaan penilaian, walaupun di sisi lain, mereka belum memahaminya secara keseluruhan, kekurangan materi dalam buku teks. , dan masih butuh latihan lagi. (2) Ada lima masalah yang ditemukan dari persepsi guru mengenai penilaian dalam kurikulum 2013, seperti: (a) Guru menghadapi masalah dalam menangani perubahan kurikulum terutama dalam proses penilaian, (b) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan kurangnya materi dalam buku teks, (c) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan integrasi penilaian mendengarkan berbicara dan membaca sampai menulis, (d) Guru menghadapi masalah dalam menangani penilaian sikap siswa, (e) Guru menghadapi masalah dalam berurusan dengan waktu alokasi. (3) Solusi masalah disarankan oleh guru dan kepala sekolah. Poin sarannya adalah guru harus bisa beradaptasi dengan kurikulum tahun 2013, sehingga mudah menerapkannya dengan baik.
Kata Kunci: implementasi dan penilaian
Abstract *)
The objectives of this research are (1) to find out the description of the implementation of the Assessment in Curriculum 2013 in English Subject of SMPN Bulukumba. (2) to identify the problems that the teachers face when implementing the assessment of Curriculum 2013. (3) to find out the solution of the problems.
This research is done in several piloting schools in SMP Negeri Bulukumba. They are schools that are pointed by the government to implement the curriculum 2013. In addition, there was also one school which is not a piloting school to continue to implement the Curriculum of 2013. The participant of this research is the English teachers of the first grade. To collect the data the researcher used tape recorder and conducted interview with the teachers and headmaster as additional data. In analysing the data, the researcher used qualitative method. According to Patton (1987) that qualitative method enables the researcher to interview and to interprete the result according to the real-life situation on the site. It allows the use of expressing language and the presence of the participants’ voices in text. This is important because voices brings in other aspects such as moods and tones that may contribute to the quality of data.
The findings of this research showed that (1) The respondents had conducted the assessment of curriculum 2013 well in accordance with the assessment implementation guides, eventhough in another side, they haven’t understood it as a whole, lack of material in the text book, and still need more training. (2) There were five numbers of problem were found from the teachers’ perception on the assessment in curriculum 2013, such as: (a) Teachers face problems dealing with the curriculum changing particularly in assessment process, (b) Teachers face problems dealing with the lack of material in the text book, (c) Teachers face problems dealing with the assessment integration of listening to speaking and reading to writing, (d) Teachers face problems dealing with student’s attitude assessment, (e) Teachers face problems dealing with time allocation. (3) The problems solution were suggested by the teachers and headmaster. The points in the suggestion was the teacher should be able to adapt with the curriculum 2013, so would have been easy to implement it well..
Keywords: implementation and assessment
256 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
INTRODUCTION
Basically, there are four elements of
curriculum change in 2013, the Graduate
Competency Standards, Content Standards
(core competence and basic competences),
Standard Process, and Assessment Standards.
Orientation Curriculum 2013 is an increase in
the balance between competence and attitude
(affective), skills (psychomotor) and
knowledge (cognitive).
Conceptually draft curriculum in 2013
aspired to be able to create a future smart
generation and comprehensive that is not only
excellent intellectually, but also excellent in
emotional, social, and spiritual. It looks at the
integration of the values of the characters in the
learning process that is not longer to be a
supplement as in Curriculum 2006 but
approaches and instructional strategies that are
used to provide space for learners to construct
new knowledge based on their experience
gained from classroom learning, school
environment, and the community also will be
able to get learners closer to the culture.
Curriculum in 2013 became one of the
solutions to the changing times that would
prority to competence but synergized with the
values of the character.
The Objectives of the Curriculum
2013, based on the regulation of Ministry of
Education and Culture no. 69 2013,
“The curriculum of 2013 aims to prepare
Indonesia people to have ability to live as
individual and citizen who faithful,
productive, creative, innovative, and affective,
and to be able to contribute to the life of
society, nation, state, and world civilization”.
“Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu
berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.”
Curriculum assessment in 2013 is not
only focused on aspects of knowledge
(cognitive) alone but also covers aspects of
attitudes (affective) and aspects of skills
(psychomotor). On the aspects of knowledge
and skills, in the curriculum 2013, conducted
by the English teacher with a range of values
given are scale 1-5 (Buku Pegangan Guru,
“When English Rings a Bel”. 2014) with a 0.33
multiplier is different from the previous
curriculum using a range of 1-100. In addition
to differences in the range of knowledge and
skills assessment aspects also include a
predicate based on the value obtained by the
students. For the assessment of knowledge,
teachers can assess through written tests, oral
tests, and assignments. In the aspect of skills,
teachers can assess through performance
assessment, that is the assessment that requires
students to demonstrate a certain competence
by using the practice test, project, and portfolio
assessment.
Meanwhile, the attitude aspects is
divided into two, namely spiritual attitude and
social attitudes. Where the assessment only
lists the predicate that obtained by students. In
the attitude aspect teacher can assess student
through some instruments such as direct
observation from the teachers themselves,
student’s self assessment and peer student
assessment among themselves and other, and
the event that happen in or outside the
classroom in the form of teacher’s journsl.
Moreover the assessment form in curriculum
2013 also focuses on individual character of
each student.
But some toubles raise when the
teachers implementing the assessment, as
reported by www.tempo.com “One thing that
make teachers feel difficult is the assessment
system that contains too many aspects. In a
learning activity, each of students have to be
assessed detail, involving ten spect of
assessment. Imaging if there are 30 students in
a classroom. Teachers will spend their time
only to observe the students and assess those
aspects" said Basaria, an Indonesia language
teacher (Tempo.co Metro 16 Agustus 2014).
Same thing said by Mulyadi, a Math teacher,
he said that the assessment in curriculum 2013
is more informative and descriptive, also
contains assessment in attitude, knowledge and
skill of student. Beside that there is a lot of
variables in portfolio needed to be fulfilled.
This things, he said, made him and his collague
found difficult to assess. (http://www.koran-
jakarta.com).
By reffering to some cases above, the
researcher were interested to do a research
about the implementation of the assessment in
Curriculum 2013 conducted in English Subject
of SMPN Bulukumba. The researcher also
wanted to find out the problem that the teachers
face when deal with it. Therefore by this study
the writer came to his thesis under the title The
Implementation of Assessment in Curriculum
2013 in English Subject of SMPN Bulukumba.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013
In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 257
LITERATURE REVIEW
Concepts Deal With Curriculum and
Assessment
a. Curriculum
Curriculum is the foundation of the
teaching-learning process. The development
of programs of study, learning and teaching
resources, lesson plans and assessment of
students, and even teacher education are all
based on curriculum. Johnson (1967)
defines curriculum as “a structured series of
intended learning outcomes that prescribes
the results of instruction”. Curriculum is,
therefore, viewed as an output of the
development process. Research in
curriculum development has focused more
on improving the process of curriculum than
on curriculum theory, which aims to better
understand the educational significance of
what students are learning (Pinar, 2004).
b. Assessment
Assessment is an ongoing process
aimed at understanding and improving
student learning. It involves making
expectations explicit and public; setting
appropriate criteria and high standards for
learning quality; systematically gathering,
analyzing, and interpreting evidence to
determine how well performance matches
those expectations and standards, and using
the resulting information to document,
explain, and improve performance. (Angelo,
T. 1995).
Assessment process can be performed
by observation and reflection. Observations
can be conducted by teachers when students
are learning, asking questions/ problems,
responding or answering questions,
discussing, and doing other learning, both in
class and outside of class. In the
implementation of the curriculum, not only
one teacher in the classroom can observe
the students but the observations can be
conducted by another teacher in different
subject, help to observe each other, because
it encourages team teaching curriculum in
learning, especially in the thematic
integrative learning. Observations can also
be conducted by a companion, since the
implementation of Curriculum 2013 plans a
companion program, so that teachers will be
accompanied by the expert of curriculum
and learning.
c. Assessment in curriculum 2013
According to the Assessment Guide
of Learner’s Competence Achievement for
Junior high school 2014 (Panduan Penilaian
Pencapaian Kompetensi Peserta Didik SMP.
2014), assessment in curriculum 2013
should include aspects of knowledge, skills,
and attitudes as a whole and proportional, in
accordance with the core competencies that
have been determined. Assessment aspects
of knowledge, can be done by a written test,
an oral and a checklist of questions.
Assessment skills aspect can be done with
practice exam, analysis of skills, and
analysis of task, and assessment by the
learners themselves. While for the
assessment aspect of attitude, it can be done
by attitude questionnaire (personal
observation) of students themselves, and
checklists attitude adjusted with the core
competencies.
In the assessment process of
curriculum 2013 there are stages that
conducted by the teachers in
implementating the assessment namely
stage of instruments preparation, stage of
execution, and the stage of score
management.
Aspect of attitude
Attitude started from the feeling
associated with a person's tendency to respond
to a thing / object. Attitudes is also as the
expression of values or way of life of a person.
Attitude can be formed, so that it becomes a
behavior or an action desired. According to the
Assessment Guide of Learner’s Competence
Achievement for Junior high school 2014
(Panduan Penilaian Pencapaian Kompetensi
Peserta Didik SMP. 2014) competence attitude,
which is intended in this guide, is an
expression of values or way of life that belong
to a person and manifested in behavior.
Attitude competence in curriculum 2013
consists of spiritual and social attitudes.
Spiritual attitude is a manifestation of the
strengthening of the vertical interaction with
God Almighty, while the social attitude is a
manifestation of the existence of consciousness
in an effort to realize the harmony of life.
There are four kinds of techniques of
attitudes assessment in the curriculum 2013
namely:
a. Observation
Kemendikbud (2013) explain that
observation is a technique of evaluation that
is performed continuously by using the
senses, either directly or indirectly by using
instruments that contain a number of
indicators behavior that observed. Direct
observation conducted by the teacher
258 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
directly without intermediary of others.
While indirect observation conducted by the
teacher with the help of others, such as
teachers, parents, students, and school
employees.
b. Self assessment
Self-assessment is an assessment
technique by asking learners to express their
strengths and weaknesses in the context of
the achievement of competence.
Instruments used is the self-assessment
sheet using a check list or rating scale were
accompanied rubric. Permendikbud (2013)
c. Peer student assessment
Peer assessment is an assessment
technique by asking learners to assess each
other related to the achievement of
competence (Sadler, Philip M., and Eddie
Good. 2006). The instrument used for peer
assessment is a check list and rating scale
with a class-based sociometry techniques.
Teachers can use one or both of them.
d. Journal
Journal is a teacher’s record in and
outside the classroom containing
information of observations result about the
strengths and weaknesses of students
relating to attitudes and behavior.
Aspect of Knowledge
The assessment of learner’s knowledge
competency achievement is the assessment of
intellectual potential in understanding
knowledge (factual, conceptual, and
procedural) consist of the level of knowing,
understanding, applying, analyzing, evaluating,
and creating. Assessment towards the learner’s
knowledge can conducted through written tests,
oral tests, and assignments. (Permen Dikbud.
2013). Here are the coverage of knowledge
aspect
a. Factual Knowledge
Factual knowledge contains
convention (agreement) of the basic
elements such as a term or symbol
(notation) in order to facilitate discussion in
a field of disciplines or subjects. Factual
knowledge includes the aspects of terms
knowledge, particular knowledge and
elements relating to the knowledge of the
events, locations, people, dates, resources,
and etc.
b. Conceptual Knowledge
Conceptual knowledge contains ideas
in a discipline that allows people to
categorize an object and also categorize
various objects. Conceptual knowledge
covers principles (rules), law, theorem, or
interrelated and well structured formula
(Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).
Conceptual knowledge includes knowledge
of classifications and parts, knowledge of
basic and general, knowledge of theories,
models, and structures.
c. Procedural Knowledge
Procedural knowledge is knowledge
about how the sequence of steps in doing
something. Procedural knowledge includes
knowledge from general to specific and
algorithms, knowledge of specific methods
and techniques and knowledge of criteria to
determine the appropriate use of procedures
(Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001).
Aspect of Skill
Assessment of skills competency
achievement is the assessment conducted
toward the learners to assess on what extent the
achievement of graduate competency standard
(SKL), core competence (KI), and basic
competence (KD) particularly in dimension of
skills.
According to the Permendikbud number
66, 2013 about Standards Assessment, the
assessment in skill competence consist of
practice assessment, project assessment and
portfolio assessment that can be describe as
follows:
a. Practice Assessment
Practice test is an assessment that
requires a response in the form of skills to
do an activity or behavior in accordance
with the demands of competence. Practice
tests conducted by observing the activities
of learners in doing something. Assessment
is used to assess the achievement of
competencies that require learners to
perform certain tasks such as: practice in the
laboratory, practice to do prayer, practice to
sports, role playing, playing musical
instruments, singing, reading poetry, and so
on.
b. Project Assessment
Project is learning tasks which
includes the design, implementation, and
report by orally or writing within a certain
time. Project assessment is an assessment to
the tasks that need to be completed within a
certain time period or. The Tasks such an
investigation from planning, collecting,
organizing, processing and presentation of
data. Project assessment can be used to find
out the understanding, the ability to apply,
to investigate and to inform students on
subjects and indicators or specific topic
clearly.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013
In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 259
c. Portfolio Assessment
Portfolio assessment is the
assessment carried out by assessing the
entire collection of students' works in
certain fields that are reflective-integrative
to know the interests, developments,
achievements, and / or creativity of students
within a certain time. The work can be in
the form of concrete actions that reflect the
students’ concerns to their environment.
(Panduan Penilaian Pencapaian Kompetensi
Peserta Didik SMP. 2014)
RESEARCH METHOD
The researcher investigated the
implementation of assessment in curriculum
2013 in english subject of smpn bulukumba by
using descriptive qualitative research design.
The study was conducted in 4 Junior High
School in Bulukumba. One Junior High School
that represents districts in Bulukumba city, one
Junior High School representing the border of
Bulukumba city, and two Junior High Schools
representing the sub-districts outside of
Bulukumba city. There were eight piloting
schools of junior high school in Bulukumba.
The researcher selected the schools to be
researched by using purpose random sampling
because they were considered near from the
researcher place. The participants in this
research consist of four English teachers at
seventh grade of Junior High School who have
attended Curriculum 2013 training. In this case
one English teacher represented one school and
two headmasters representing four schools
above. The researcher chose the teachers at the
first grade because the implementation of
curriculum 2013 began from the first grade to
the second grade. Every single teacher and
headmasters had been observed and
interviewed for six meetings because the data
had been saturated.
FINDINGS
The findings consist of (1) The
implementation of the assessment in the
Curriculum 2013, (2) Teacher’s problem with
the implementation of the assessment on
Curriculum 2013 at junior high school, and (3)
The suggestion on problem solution from
English teacher and headmasters toward the
problem in conducting the assessment. The
data obtained through classroom observation,
photograph, sound recording, and interview
based on research design that was descriptive
qualitative design.
The implementation of the assessment in the
Curriculum 2013
The researcher provided questions for
teachers consisted of four parts. The first part is
their understanding about the changing of
assessment system on curiculum 2013. The
second is the actualisation of the assessment
implementation on curriculum 2013 The third
is their involvement in curriculum 2013
training. And the fourth is their respon on
curriculum changing.
a. Understanding about the changing of
assessment system on curiculum 2013
The objective of this sub part is to
investigate teacher’s understanding about
the changing of curriculum specifically to
the assessment changing. The first point
covers teachers’ point of view about
curriculum change from KTSP (Curriculum
2006) to curriculum 2013 particularly in
assessment aspect, the second point is their
understanding about assessment mechanism
in this curriculum 2013. The third point is
their point of view about authentic
assessment. The fourth point is their point
of view about the effectivity of the
assessment and the fifth point is their point
of view about the reduction of reading and
listening assessment.
b. The actualisation of the assessment
implementation in curriculum 2013
The objective of the second part is to
investigate how do the teacher implement
the assessment on curriculum 2013 such as,
how do they design the instrument of
assessment before process of learning take
place, how do they develop the assessment
instrument on every aspect, how do they
document assessment on every aspect, how
do they manage the result of the assessment,
facilitate the assessment by student, the
teacher action when there is a student
doesn’t reach the score target, components
the teacher should pay attention in
implementing the assessment, and expain
the technique and assessment format they
have done.
c. The involvement in curriculum 2013
training
The objective of this part is to
investigate how is teacher’s involvement in
assessment training and the information
they get about assessment curriculum 2013
d. Respond on curriculum changing
The objective of this sub part is to
investigate teacher’s perception about the
changing of curriculum in generally. The
first past is about the total time for English
260 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
subject, the second is piloting school, and
the third is their suggestion for the
goverment.
Teacher’s problem with the implementation
of the assessment on Curriculum 2013 at
junior high school
This study has already identified the
problem that the teachers faced. The list of
teachers’ problems dealing with the assessment
of the curiculum 2013 found in preliminary
data are the following.
a. Teachers face problems dealing with the
curriculum changing particularly in
assessment process
b. Teachers face problems dealing with the
lack of material in the text book
c. Teachers face problems dealing with the
assessment integration of listening to
speaking and reading to writing
d. Teachers face problems dealing with
student’s attitude assessment
e. Teachers face problems dealing with time
allocation
Suggestion on problem solution from
English teacher and headmasters toward the
problem in conducting the assessment
The problems solution were suggested
by the teachers and headmaster. The points in
the suggestion was the teacher should be able
to adapt with the curriculum 2013. Had they
familiar with this curriculum they would have
been easy to implement it well. And they
should always ask to their friends who know
well about this curriculum. Whether in training,
teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing
with their colleague. The teacher also should
develop their material or find another material
whether in text book or internet when they
thought it doesn’t enough with the allocation
time.
DISCUSSION
The discussion of this research deals
with the interpretation of the findings derived
from the result of the script and the
researcher’s notes during the interaction or the
conversation of teaching and learning process,
it also deals with interpretation of the findings
in interview process.
First point is The implementation of the
assessment of English learning in curriculum
2013. Assessing student learning outcomes
based on the existing principle according to
minister regulation no. 81, assessment of
students’learning outcomes is based on the
principles of (1) valid, (2) objectively, (3)
equitable, (4) integrated, (5) opened, (6)
whole, (7) systematically, (8) criteria reference,
(9) accountable, and (10) educatively.
Regarding to the teacher and student textbooks
published by the government by integrating the
ability of listening and speaking to one as well
as with the ability of reading and writing the
respondents expressed no objection with that
thing because the program directs students to
make them easier to face national exam where
there are many reading texts in it. It is also
good because there are clear standards and
uniformity of the material, but teachers should
also be given the freedom to use other learning
resources and adapted to the conditions of each
school. Based on experience, exam question
are customized with the indicators, the
demands of each school and the student's
ability.
Second point is Teacher’s problem with the
implementation of the assessment on
Curriculum 2013 at junior high school. Based
on the above finding, there are some teachers
who were having some problems in the
implementation of the curriculum in 2013 starts
from the assessment assumed enough
complicating especially in attitude assessment,
the the book contained lack of material and
insufficient with the available time and the
material also little high for the student in junior
level. The Subsequent findings was the limited
time for teacher to have training for the
assessment and instructors who come from the
teachers of themselves are still not very
proficient in the areas of curriculum 2013.
Third point is the suggestion on problem
solution from English teacher and headmasters
toward the problem in conducting the
assessment. The problems solution were
suggested by the teachers and headmaster. The
points in the suggestion was the teacher should
be able to adapt with the curriculum 2013. Had
they familiar with this curriculum they would
have been easy to implement it well. And they
should always ask to their friends who know
well about this curriculum. Whether in training,
teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing
with their colleague. The teacher also should
develop their material or find another material
whether in text book or internet when they
thought it doesn’t enough with the allocation
time.
The Implementation Of Assessment In Curriculum 2013
In English Subject Of SMPN Bulukumba Ray Suryadi 261
CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS
Based on interviews and observations
conducted by researchers it can be concluded
that the respondents had conducted the
assessment of curriculum 2013 well in
accordance with the assessment
implementation guides. For further conclussion
we can see as follows:
In the implementation of the assessment
in the Curriculum 2013, some teachers
assumed that the aspects of assessment are too
complicated because many formats of the
assessment should be completed by them and
they are uncapable to provide the appropriate
assessment according to the aspects of
curriculum assessment 2013. Although some
teachers have not understand about the aspects
of curriculum assessment in 2013 but there are
still teachers understand the assessment well
because they are able to develop themselves
and conscious upon the importance of the
assessment of the students in measuring
student’s ability and achievement actually.
There were five numbers of problem
were found from the teachers’ perception on
the assessment in curriculum 2013, such as: (a)
Teachers face problems dealing with the
curriculum changing particularly in assessment
process, (b) Teachers face problems dealing
with the lack of material in the text book, (c)
Teachers face problems dealing with the
assessment integration of listening to speaking
and reading to writing, (d) Teachers face
problems dealing with student’s attitude
assessment, (e) Teachers face problems dealing
with time allocation.
The problems solution were suggested
by the teachers and headmaster. The points in
the suggestion was the teacher should be able
to adapt with the curriculum 2013. Had they
familiar with this curriculum they would have
been easy to implement it well. And they
should always ask to their friends who know
well about this curriculum. Whether in training,
teachers’ assemble (MGMP) or just by sharing
with their colleague. The teacher also should
develop their material or find another material
whether in text book or internet when they
thought it doesn’t enough with the allocation
time.
REFERENCES
Angelo, T. (1995). Reassessing (and defining)
Assessment. The AAHE Bulletin,
48(2),7-9.
Johnson Jr., M. (1967). Definitions and models
in curriculum theory. Educational
Theory, 17(2), 127–140.
Mendikbud No.69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar Dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2013 Tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 160 Tahun 2014 Tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun
2006 dan Kurikulum 2013.
Pinar, W. F. (2004). What is curriculum
theory? Mahwah, NJ: Lawrence
Erlbaum Associates, Inc.
Sadler, Philip M., and Eddie Good. 2006) The
Impact of Self- and Peer-Grading on
Student Learning. Educational
Assessment, 11 (1), 1–31 Copyright
© 2006, Lawrence Erlbaum
Associates, Inc.
UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada penjelasan pasal 35
http://www.koran-jakarta.com http://
www.socialresearchmethods.net http:
//www.tempo.co. Metro. 16 Agustus
2014.
262 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 263
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI
TERBIMBING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK PADA MATERI ASAM, BASA, DAN GARAM
Darmaeni1, Muhammad Danial
2, Nurdin Arsyad
3 *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba 1Guru SMP Negeri 1 Bulukumba
2,3Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (i) untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri
terbimbing pada materi asam, basa, garam; (ii) untuk mendeskripsikan kevalidan, keefektifan, dan
kepraktisan perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang difokuskan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA
berbasis inkuiri terbimbing pada materi asam, basa, dan garam. Perangkat pembelajaran yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah RPP, Buku Ajar Peserta Didik (BAPD), Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD). Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model
Thiagarajan atau 4-D yang terdiri dari tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan
dan tahap penyebaran. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini divalidasi oleh
dua orang ahli dengan hasil penilaian berada pada kategori sangat valid untuk RPP dan BAPD dan
kategori valid untuk LKPD serta dapat digunakan dengan sedikit revisi. Pada penelitian ini uji coba
dilakukan satu kali. Uji coba dilakukan pada kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba. Hasil yang
diperoleh pada uji coba tersebut, yaitu: (1) perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing
sudah praktis, (2) perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada materi asam, basa, dan
garam sudah efektif karena telah memenuhi 3 dari 4 indikator keefektifan, yaitu: ketuntasan klasikal
tes hasil belajar telah tercapai, aktivitas peserta didik pada setiap pertemuan berada pada rentang
batas toleransi , dan respon peserta didik berada pada kategori positif. Dengan mengikuti tahap
pengembangan di atas, diperoleh perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada materi
Asam, Basa, dan Garam yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Berpikir Kritis
Abstract *)
The purpose of this study were (i) to produce the guided inquiry-based science learning on the
material acids, bases, salts; (Ii) to describe the validity, effectiveness and practicality of the device
guided inquiry-based science learning. This research is a development that is focused on developing
tools guided inquiry-based science learning on the material acids, bases and salts. Learning tools
generated in this study is the RPP, Textbook of Students (BAPD), Worksheet Students (LKPD). The
development model used in this study refers to the model Thiagarajan or 4-D comprising the step of
defining, designing stage, stage of development and deployment phase. Learning tools generated in
this study are validated by two experts with the assessment result is in the category very valid for the
RPP and BAPD and valid for LKPD category and can be used with minimal revision. In this study, the
test was carried one. Tests performed on grade VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba. The results obtained
in these trials, namely: (1) the learning device science-based guided inquiry has been practical, (2) the
learning device science-based guided inquiry on material acids, bases, and salts have been effective
because it has met three of the four indicators of effectiveness, namely: classical completeness
achievement test has been reached, the activity of learners at each meeting is in the range of tolerance
limits, and the response of students that are in the positive category. By following the above
development, obtained the guided inquiry-based science learning in materials Acids, Bases, and Salts
are valid criteria, practical, and effective.
Keywords: Guided Inquiry, Critical Thinking Skills
264 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
PENDAHULUAN
Konsep pembelajaran IPA yang
dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Oleh karena itu
Pendidikan IPA juga diarahkan untuk proses
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Trianto, 2013 : 153).
Seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata
pelajaran yang berkaitan erat dengan cara
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara
sistematis, ini berarti mata pelajaran IPA erat
kaitannya dengan kemampuan menggunakan
ketermpilan berpikirnya. Keterlibatan kita
dalam berbagai proses berpikir berarti kita
harus mengusai keterampilan berpikir dari
tingkat rendah (Lower Odrder Thinking Skill -
LOTS) sampai keterampilan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skill - HOTS).
LOTS adalah keterampilan berpikir yang hanya
menuntut seseorang untuk mengingat,
memahami dan mengaplikasikan sesuatu rumus
atau hukum, Sedangkan HOTS adalah
keterampilan yang lebih dari sekedar
mengingat, memahami dan mengaplikasikan
(A. Thomas & G. Thorne dalam Al’Azzy).
Menurut Resnick dan Thomson (2008)
dalam Fatmawati (2013) bahwa berpikir
tingkat dasar (Lower Order Thinking) hanya
menggunakan kemampuan terbatas pada hal-
hal rutin dan bersifat mekanis, sedangkan
berpikir tingkat tinggi ( Higher Order
Thinking) membuat peserta didik untuk
menginterpretasikan, menganalisa atau bahkan
mampu memanipulasi informasi sebelumnya
sehingga tidak monoton.
Berpikir kritis merupakan salah satu
aspek dari kegiatan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skill – HOTS).
Dalam suatu proses pembelajaran IPA, jika
seorang peserta didik menggunakan
keterampilan berpikir tingkat tingginya maka
pembelajaran tersebut akan menjadi
pembelajaran yang bermakna. Karena anak
tidak hanya harus mengingat dan menghafal
konsep yang ditemui pada pelajaran, tetapi
peserta didik juga harus mampu memecahkan
suatu masalah dan membuat keputusan-
keputusan yang rasional mengenai sesuatu
yang dapat ia yakini kebenarannya. Dengan
begitu anak juga tidak akan mudah lupa
terhadap konsep IPA.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai
guru IPA SMP Negeri 1 Bulukumba tentang
kegiatan pembelajaran IPA di sekolah tersebut
adalah materi pelajaran dominan disajikan
melalui model pembelajaran langsung dengan
metode ceramah. Begitupula materi
pembelajaran tidak dikemas menyesuaikan
kondisi peserta didik sebab berpatokan pada
buku paket yang ada sehingga terkesan
monoton dan memaksa anak untuk berbuat
sesuai apa yang diperintahkan oleh guru,
Walupun peneliti pernah mencoba menerapkan
model pembelajaran Inkuiri dalam bentuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tetapi belum
menghasilakn perangkat pembelajaran yang
tepat, dimana perangkat yang dibuat belum
optimal dapat menunjang proses pembelajaran.
Keterbatasan dalam hal pembuatan RPP yang
belum menjelaskan kegiatan pembelajaran
secara menyeluruh dan kesesuaian penyajian
materi dengan waktu yang tersedia, sumber
belajar berupa buku yang digunakan oleh
peserta didik masih menggunakan buku paket
yang telah disediakan di sekolah (buku paket
pinjaman dari perpustakaan). Sedikit peserta
didik yang memiliki koleksi buku
pribadi/sendiri untuk dapat dipelajari sendiri di
rumah., begitu pula penggunaan LKPD yang
hanya memberi instruksi langsung kepada
peserta didik,sehingga melakukan kegiatan
sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam
LKPD tanpa memikirkan alasan pengerjaan
tahap demi tahap hal ini berakibat kurangnya
pengalaman pada peserta didik untuk bekerja
secara ilmiah.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis
peserta didik juga terjadi di SMP Negeri 1
Bulukumba. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1
Bulukumba, diketahui bahwa guru masih
kurang menggali kemampuan berpikir kritis
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
terlihat dari kegiatan guru dan peserta didik
pada saat kegiatan pembelajaran antara lain:
metode pembelajaran yang biasanya digunakan
adalah ceramah, diskusi, yaitu guru
memberikan penjelasan, kemudian tanya
jawab, dan ditutup dengan pemberian tugas
atau latihan. Adapun Kelemahan diskusi yang
digunakan oleh guru selama ini adalah tidak
semua peserta didik dapat berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Keterlibatan peserta didik
kurang optimal disebabkan oleh banyaknya
peserta didik yang pasif mengikuti pelajaran
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 265
karena kegiatan pembelajaran berpusat pada
guru, serta guru tidak mengajak peserta didik
berlatih untuk menganalisis suatu informasi
data atau argument, dengan kata lain tidak
melatih untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya.
Menurut Puskur (2007) dalam
Apriliyana U (2012) bahwa proses
pembelajaran sains hendaknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (Scientic inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik (student centered), misalnya
inkuiri tepat digunakan untuk mengembangkan
kemandirian peserta didik dan mampu
memberdayakan kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis peserta didik
sangat penting dikembangkan demi
keberhasilannya dalam pendidikan secara
khusus dan dalam kehidupan bermasyarakat
secara umum. Salah satu alternatif model
pembelajaran IPA yang dapat diterapkan untuk
melatih peserta didik bekerja secara ilmiah dan
mengembangkan kemampuan berpikir dalam
hal menumbuhkan keterampilan berpikir kritis
dan hasil belajar peserta didik hingga dapat
memberikan penguatan terhadap kualitas
pembelajaran IPA di sekolah sebagai sarana
penelitian adalah model pembelajaran berbasis
inkuiri.
Dari uraian tersebut di atas, menandakan
bahwa proses pembelajaran IPA di SMP
Negeri 1 Bulukumba masih rendah ditinjau dari
segi kualitasnya. Kualitas proses pembelajaran
IPA yang rendah berakibat dari hasil belajar
peserta didik yang rendah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana
mengembangkan perangkat pembelajaran IPA
berbasis Inkuiri terbimbing pada materi
Asam, Basa, dan Garam? (2) Bagaimana
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan
perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri
yang dikembangkan?
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
Untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
IPA berbasis Inkuiri Terbimbing pada materi
Asam, Basa, dan Garam. (2) Untuk
mendeskripsikan kevalidan, keefektifan, dan
kepraktisan perangkat pembelajaran IPA
berbasis inkuiri terbimbing.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
pengembangan (Research and Development)
yang bertujuan untuk mengembangkan dan
mendesain perangkat pembelajaran IPA
berbasis Inkuiri untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik pada
materi Asam, Basa, dan Garam yang meliputi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Buku Peserta Didik (BPD), dan Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD).
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Bulukumba dan subyek ujicoba
penelitian adalah peserta didik kelas VII-2
semester genap tahun pelajaran 2015/2016
dengan jumlah peserta didik 34 orang.
Pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan model Thiagarajan yang dikenal
dengan 4D, yaitu define (pendefinisian), design
(perancangan), develop (pengembangan) dan
disseminate (penyebaran).
Instrumen penelitian digunakan untuk
memperoleh informasi tentang pembelajaran
IPA berbasis inkuiri pada materi Asam, Basa,
dan Garam. Instrumen pada penelitian ini
terdiri dari Komponen-komponen yaitu
kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
Berikut ini dikemukakan tentang data yang
akan diperoleh dengan menggunakan
instrumen-instrumen tersebut: (1) lembar
validasi perangkat pembelajaran, (2) lembar
observasi keterlaksanaan perangkat
pembelajaran, (3) lembar observasi aktivitas
peserta didik, (4) lembar angket respon peserta
diidk, (5) lembar angket respon guru, (6)
lembar penilaian hasil belajar.
Analisis data pada pengembangan
perangkat pembelajaran ini, digunakan teknik
analisis statistik deskriptif.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan
(develop)
Hasil dari setiap kegiatan pada tahap
pengembangan ini diuraikan sebagai berikut.
Analisis Hasil Penilaian Ahli
Analisis hasil validasi perangkat
pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Hasil analisis validasi RPP untuk setiap
aspek sebagaimana pada lampiran C yang
dirangkum sebagaimana tertera pada Tabel
4.2:
266 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Berdasarkan Tabel 4.2 , hasil analisis
validasi RPP menunjukkan bahwa: (1)
keseluruhan aspek RPP dinilai sangat valid dan
(2) RPP tersebut tergolong reliabel karena nilai
reliabilitasnya sama dengan 100 %, ini sesuai
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Nurdin). Dengan demikian, perangkat RPP
telah memenuhi kriteria kevalidan. Validator
juga menyimpulkan bahwa RPP dapat
digunakan dengan revisi kecil.
Walaupun secara keseluruhan aspek,
maupun masing-masing aspek sudah
memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas,
namun masih ada saran dari validator yang
perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Alokasi Waktu disesuaikan
dengan penambahan aktivitas (V2) (2) Materi
pembelajaran diuraikan lengkap pada
BPD.(V2).
Berdasarkan saran dan komentar
validator maka dilakukan revisi dan
penyempurnaan terhadap perangkat RPP.
Adapun revisi RPP tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.3 :
b) Buku Ajar Peserta Didik (BAPD)
Aspek-aspek yang diperhatikan dalam
memvalidasi buku ajar peserta didik adalah:
penjabaran konsep, konstruksi, karakteristik
sub konsep, manfaat/kegunaan buku. Hasil
analisis validasi buku ajar peserta didik
untuk setiap aspek sebagaimana pada
lampiran yang dirangkum pada Tabel 4.4.
Berdasarkan Tabel 4.4, hasil analisis validasi buku ajar peserta didik menunjukkan bahwa: (1) Keseluruhan aspek buku teks pelajaran dinilai sangat valid dan (2) Buku ajar tersebut tergolong reliabel karena nilai reliabilitasnya 100 %, ini sesuai dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin). Validator juga menyimpulkan bahwa buku ajar peserta didik dapat digunakan dengan revisi kecil.
Walaupun secara keseluruhan aspek, maupun masing-masing aspek sudah memenuhi kriteria kevalidan dan reliabilitas, namun masih ada saran dari validator yang perlu diperhatikan. Saran tersebut adalah : “Gambar diperjelas dengan memberi keterangan”.
Berdasarkan saran dan komentar validator maka dilakukan revisi dan penyempurnaan terhadap perangkat buku ajar peserta didik. Adapun hasil revisi buku ajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.5.
c) Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD)
Aspek-aspek yang
diperhatikan dalam
memvalidasi Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD)
adalah aspek aktivitas,
materi yang disajikan,
bahasa, dan waktu.. Hasil
analisis validasi LKPD
sebagaimana pada lampiran dapat dirangkum
pada Tabel 4.6. :
Tabel 4.2.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi RPP No Aspek penilaian x
Ket
1
2
3
4
5
6
Kesesuaian Tujuan
Materi yang disajikan
Bahasa
Sarana dan alat bantu
pembelajaran
Metode dan kegiatan
pembelajaran
Waktu
3,38
3,50
3,75
3,50
3,42
4,00
Sangat Valid
Sangat Valid
Sangat Valid
Sangat Valid
Valid
Sangat Valid
Jumlah 21,55
Rata-rata 3,59 Sangat
Valid
Persentase of Agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Tabel 4.3.
Hasil Revisi RPP Yang direvisi Sebelum revisi Setelah revisi
Alokasi waktu disesuaikan
dengan aktivitas
Fase penguatan dan
membuat rangkuman di
kegiatan penutup (waktu
kegiatan penutup 7
menit)
Fase penguatan dan
merangkum di kegiatan
penutup (waktu kegiatan
penutup bertambah 3
menit sehingga menjadi
10 menit.
Uraian materi
Pembelajaran
Uraian materi terlalu
padat
Uraian materi dipersempit
karena uraian lengkap
terdapat pada Buku
Peserta Didik (BPD)
Tabel 4.4.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi
Buku Ajar Peserta Didik
No Aspek penilaian x
Ket
1
2
3
4
Penjabaran konsep
Konstruksi
Karakteristik sub konsep
Manfaat/kegunaan buku
3,75
3,44
3,50
3,75
Sangat Valid
Valid
Sangat Valid
Sangat Valid
Jumlah 14,44
Rata-rata 3,61 Sangat Valid
Persentase of Agreement
(Kategori)
100,0
0
Reliabel
Tabel 4.5.
Hasil Revisi Buku Ajar Peserta Didik Hal Yang
direvisi
Sebelum revisi Setelah revisi
Validator 1 Gambar
gambar yang
diberikan tidak
dilengkapi dengan
keterangan.
Gambar sudah
dilengkapi dengan
keterangan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 267
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil analisis
validasi LKPD menunjukkan bahwa: (1)
keseluruhan aspek LKPD dinilai valid dan (2)
LKPD tersebut tergolong reliabel karena
persentase 0f agreement(R) adalah 100 %, ini
sesuai dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Nurdin). Validator juga menyimpulkan bahwa
LKPD dapat digunakan dengan revisi kecil.
Walaupun hasil akhir dari validasi untuk
lembar kerja peserta didik menunjukkan bahwa
para validator umumnya menyimpulkan bahwa
lembar kerja yang dikembangkan valid dan
dapat digunakan dengan melakukan revisi
kecil, tapi masih ada saran dari validator demi
untuk kesempurnaan lembar kerja sebelum
dilakukan uji coba. Hasil revisi berdasarkan
masukan, koreksi, dan saran-saran dari
validator sebagaimana pada Tabel 4.7. berikut
ini :
Analisis hasil validasi instrument
penelitian dideskripsikan sebagai berikut:
1) Lembar Observasi Keterlaksanaan
Pembelajaran
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran adalah aspek
tujuan, aspek cakupan unsure-unsur
pembelajaran, dan bahasa. Hasil analisis
validasi lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran sebagaimana pada lampiran
dapat dirangkum pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
No Aspek Rata-
rata Keterangan
1 Tujuan 3,50 Sangat Valid
2
Cakupan unsur-
unsur
pembelajaran 3.50 Sangat Valid
3 Bahasa 3,67 Sangat Valid
Jumlah 10,67
Rata-rata total 3,56 Sangat Valid
Persentase of
agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.8, hasil analisis
validasi lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran menunjukkan bahwa: (1)
keseluruhan aspek dinilai “ sangat valid”, (2)
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
tersebut tergolong reliabel karena semua aspek
nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Nurdin).
2) Lembar penilaian hasil belajar
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar penilaian hasil
belajar (LPHB) adalah aspek Materi soal,
konstruksi, dan bahasa. Hasil analisis
validasi penilaian hasil belajar
sebagaimana pada lampiran dapat
dirangkum pada Tabel 4.9. di bawah ini:
Tabel 4.9.
Rangkuman hasil analisis validasi LPHB
No Aspek Rata-
rata Keterangan
1 Materi soal 3,30 Valid
2 Konstruksi 3.38 Valid
3 Bahasa 3,50 Sangat Valid
Jumlah 10,16
Rata-rata
total 3,39 Valid
Persentase of
agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.9, hasil analisis
validasi LPHB menunjukkan bahwa (1)
keseluruhan aspek dinilai “ valid”, (2) LPHB
tersebut tergolong reliabel karena semua aspek
nilai reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai
dengan syarat reliabilitas (Grinnel dalam
Tabel 4.6.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi LKPD No Aspek penilaian Rata-rata Ket
1
2
3
4
Aktivitas
Materi yang
disajikan
Bahasa
Waktu
3,60
3,36
3,43
3,50
Sangat Valid
Valid
Valid
Sangat Valid
Jumlah 14,39
Rata-rata total 3,47 Valid
Persentase of
Agreement
(Kategori)
100,00 Reliabel
Tabel 4.7.
Hasil Revisi Lembar Kerja Peserta Didik Hal yang
Direvisi
Sebelum
Revisi
Setelah
Revisi
Validator
2
Alokasi
waktu
Pada fase
kegiatan
pengamatan
tidak
dicantumkan
alokasi waktu
Sudah
dicantumkan
alokasi
waktunya
268 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Nurdin). Walaupun hasil akhir dari validasi
untuk penilaian hasil belajar menunjukkan
bahwa para validator umumnya menyimpulkan
bahwa penilaian hasil belajar yang
dikembangkan valid dan dapat digunakan
dengan sedikit revisi revisi, tapi masih ada
saran dari validator demi untuk kesempurnaan
penilaian hasil belajar sebelum dilakukan uji
coba. Hasil revisi berdasarkan masukan,
koreksi, dan saran-saran dari validator
sebagaimana pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10.
Hasil Revisi Lembar Penilaian Hasil Belajar
3) Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar observasi
aktivitas peserta didik adalah aspek
petunjuk, aspek cakupan aktivitas, dan
bahasa.. Hasil analisis validasi lembar
observasi aktivitas peserta didik
sebagaimana pada lampiran dapat
dirangkum pada Tabel 4.11.
Tabel 4. 11.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
Observasi Aktivitas Peserta Didik
No Aspek Rata-
rata Keterangan
1 Petunjuk 3,50 Sangat Valid
2
Cakupan
aktivitas 3.50 Sangat Valid
3 Bahasa 3,50 Sangat Valid
Jumlah 10,50
Rata-rata total 3,50 Sangat Valid
Persentase of
agreement
(Kategori) 100,00 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.11, hasil analisis
validasi lembar aktivitas peserta didik
menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek
dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi
aktivitas peserta didik tersebut tergolong
reliabel karena semua aspek nilai
reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan
syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin).
4) Respon peserta didik dan guru
Aspek-aspek yang diperhatikan
dalam memvalidasi lembar observasi
respon peserta didik adalah aspek materi,
aspek konstruksi, dan bahasa.. Hasil
analisis validasi lembar observasi respon
peserta didik sebagaimana pada lampiran
dapat dirangkum pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12.
Rangkuman Hasil Analisis Validasi Lembar
Observasi Respon Peserta Didik dan Guru
No Aspek Rata-rata Respon Keterangan
Peserta
didik
Guru
1 Materi 3,50 3,50 Sangat Valid
2 Konstruksi 3.50 3,50 Sangat Valid
3 Bahasa 3,50 3,50 Sangat Valid
Jumlah 10,50 10,50
Rata-rata
total 3,50 3,50 Sangat Valid
Persentase
of
agreement
(Kategori)
100,00 100,00
Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.12, hasil analisis
validasi lembar respon peserta didik dan guru
menunjukkan bahwa (1) keseluruhan aspek
dinilai “ sangat valid”, (2) lembar observasi
respon peserta didik dan guru tersebut
tergolong reliabel karena semua aspek nilai
reliabilitasnya yaitu 100%, ini sesuai dengan
syarat reliabilitas (Grinnel dalam Nurdin).
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa secara umum rata-rata
penilaian atau hasil validasi dari dua orang
validator pada perangkat pembelajaran berupa
RPP dan BPD yang digunakan berada pada
kategori “sangat valid”, dan Lembar kerja
Peserta Didik (LKPD) berada pada kategori ”
Valid”. Demikian pulan hasil validasi pada
instrumen penelitian berupa lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi
aktivitas peserta didik, dan lembar angket
respon peserta didik dan guru berada pada
kategori “Sangat Valid” dan lembar penilaian
hasil belajar berada pada kategori “Valid”. Hal
ini berarti perangkat pembelajaran maupun
instrumen pembelajaran tersebut telah layak
untuk diujicobakan.
Akhirnya setelah dilakukan beberapa
revisi berdasarkan masukan dari validator
dihasilkan perangkat pembelajaran (Prototipe
II), yang digunakan pada kegiatan uji coba.
Analisis Hasil Ujicoba Lapangan
Perangkat Pembelajaran yang telah
direvisi berdasarkan masukan dari para
Hal yang
Direvisi
Sebelum
Revisi
Setelah
Revisi
Validator 2
Jumlah butir
soal disesuaikan
dengan alokasi
waktunya
Terdiri dari 10
butir soal
Terdiri
dari 8 butir
soal
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 269
validator selanjutnya diujicobakan di kelas VII2
SMP Negeri 1 Bulukumba dengan jumah
peserta didik 34 orang. Pada kegiatan ini
peneliti terlibat langsung pada proses
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang di
ujicobakan meliputi RPP, Buku peserta didik,
dan LKPD. Uji coba perangkat pembelajaran
bertujuan untuk penyempurnaan perangkat
pembelajaran. Adapun rincian pelaksanan uji
coba dirangkum dalam tabel 4.13.
Tabel 4.13.
Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Perangkat
Pembelajaran
Pertemuan Hari/Tanggal Uji coba Perangkat
Pembelajaran Buku siswa
I
II
III
Rabu, 13-4-
2016
Kamis, 14-4-
2016
Rabu, 20-4-
2016
RPP
01
RPP
02
RPP
03
LKS
01
LKS
02
LKS
03
Pembelajaran
01
Pembelajaran
01
Pembelajaran
03
IV Kamis, 21-
04-2016
Tes Hasil Belajar
V Rabu, 04-05-
2016
Pengisisan angket respon
Peserta didik
Peserta didik yang menjadi subjek uji
coba perangkat ini adalah peserta didik Kelas
VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba, semester
genap tahun pelajaran 2015/2016. Dengan
jumlah peserta didik sebanyak 34 orang dengan
kemampuan akademik yang beragam, ada
peserta didik yang berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik dikelompokkan 4
atau 5 orang dalam satu kelompok, yang terdiri
dari 1 atau 2 orang peserta didik kelompok
atas, 1 atau 2 orang peserta didik kelompok
tengah, dan 1 orang peserta didik kelompok
bawah. Pembagian kelompok didasarkan dari
rata-rata nilai ulangan harian, serta keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran IPA selama
di kelas VII. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kemampuan rata-rata tiap
kelompok relatif sama. Guru dalam penelitian
ini adalah peneliti sendiri.
Deskripsi hasil ujicoba perangkat
pembelajaran dilakukan sebanyak 4 kali
pertemuan mulai tanggal 13 April 2016 sampai
4 Mei 2016, yaitu 3 kali pertemuan untuk
KBM, 1 kali tes hasil belajar dan 1 kali
pengisian angket respon terhadap perangkat
pembelajaran. Pengisian angket respon peserta
didik dilaksanakan setelah uji coba perangkat
dilakukan. Rancangan awal perangkat
pembelajaran (Prorotipe I) divalidasi oleh ahli.
Hasil validasi ahli dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk merevisi perangkat
pembelajaran yang menghasilkan Prototipe II,
kemudian diujicobakan di kelas VII2 SMP
Negeri 1 Bulukumba.
Data yang diperoleh saat uji coba
dianalisis, kemudian hasilnya digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi
Prototipe II menjadi perangkat final
yang selanjutnya akan disosialisasikan pada
proses penyebaran..Berikut adalah gambaran
data yang diperoleh dari hasil uji coba berupa
data keterlaksanaan perangkat pembelajaran,
data aktivitas peserta didik, data tes hasil
belajar, data respons peserta didik, dan data
respon guru.
Uji kepraktisan (keterlaksanaan) perangkat
pembelajaran
a) Deskripsi hasil analisis keterlaksanaan
perangkat pembelajaran
Tujuan utama analisis data
keterlaksanaan perangkat pembelajaran
adalah untuk melihat sejauh mana tingkat
kepraktisan penggunaan perangkat dalam
proses pembelajaran. Dalam mengobservasi
keterlaksanaan perangkat, peneliti
menggunakan dua orang guru mitra sebagai
pengamat pada setiap pertemuan,
selanjutnya untuk memberikan penekanan
bahwa lembar keterlaksanaan pembelajaran
memenuhi reliabilita s maka, dihitung
reliabilitas lembar pengamatan
keterlaksanaan perangkat tersebut dengan
menggunakan hasil modifikasi rumus
percentage of agreements Grinnel (Nurdin,
2007 : 145) sebagai berikut:
dengan:
A = Jumlah frekuensi kecocokan antara,
dua pengamat
D = Jumlah frekuensi ketidakcocokan
antara dua pengamat
R = Reliabilitas instrumen
Agar lebih mudah menarik
kesimpulan, maka data pengamatan
keterlaksanaan perangkat pembelajaran
dianalisis per aspek. Adapun hasil analisis
untuk masing-masing aspek dijelaskan
sebagai berikut:
1) Komponen sintaks pembelajaran inkuiri
terbimbing. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen sintaks
%100(A) (D)
(A)
agreementntsDisagreeme
Agreements
RagreementofPercentage
270 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
pembelajaran inkuiiri terbimbing selama
uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14.
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Sintaks Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No Aspek
Pengamatan
Hasil Pengamatan
A B A B A B
1 Fase
penyampaian
tujuan
pembelajaran
dan memotivasi
peserta didik;
1 2 2 2 2 2
2 Fase Orientasi; 2 2 2 2 2 2
3 Fase
membimbing
peserta didik
dalam
merumuskan
masalah;
2 2 2 2 2 2
4 Fase
membimbing
peserta didik
dalam
merumuskan
hipotesis;
2 2 2 2 2 2
5 Fase
membimbing
peserta didik
dalam
mengumpulkan
data melalui
eksperimen
2 2 2 2 2 2
6. Fase
membimbing
peserta didik
dalam
menganalisis
data untuk
menguji
hipotesis
2 2 2 2 2 2
7. Fase
merumuskan
kesimpulan
2 2 2 2 2 2
Agreement 7 7 7
Disagreement 0 0 0
Rata-rata pengamatan 1,93 2,00 2,00
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa jumlah
agreement dua pengamat adalah 21 dan
disagreement adalah 0, berarti dua pengamat
sepakat bahwa Komponen Sintaks
pembelajaran IPA berbasis Inkuiri Terbimbing
terlaksana dengan percentage of agreement
(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria
keterlaksanaan pada bab III, maka disimpulkan
Komponen sintaks pembelajaran berbasis
Inkuiri Terbimbing terlaksana seluruhnya (1,5
≤ x ≤ 2,0).
2). Interaksi sosial. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen interaksi sosial
selama uji coba dapat dilihat pada Tabel
4.15.berikut:
Tabel 4.15.
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Interaksi Sosial
No Aspek Pengamatan
Hasil
Pengamatan
Pert.
1
Pert.
2
Pert.
3
A B A B A B
1. Interaksi antara guru
dan peserta didik,
serta peserta didik dan
peserta didik.
2 1 2 2 2 2
2. Keaktifan peserta
didik dalam
melakukan aktivitas
untuk menemukan
konsep pembelajaran
yang sesuai dengan
petunjuk pada buku
peserta didik dan
LKPD
2 2 1 2 2 2
3 Keaktifan peserta
didik dalam
menyelesaikan
masalah yang terdapat
pada LKPD.
1 2 2 2 2 2
4 Keaktifan peserta
didik dalam belajar
khususnya pada saat
peserta didik
mengkonstruksi
pengetahuan dan
menyelesaikan LKPD.
1 2 2 1 2 1
Agreement 4 4 4
Disagreement 0 0 0
Rata-rata 1.63 1.75 1,88
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa
jumlah agreement dua pengamat adalah 12
dan disagreement adalah 0, rata-rata
pengamatan 1,75 berarti dua pengamat
sepakat bahwa Komponen interaksi sosial
terlaksana dengan percentage of
agreement (PA) = 100%. Jika
dikonfirmasi dengan kriteria
keterlaksanaan pada bab III, maka
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 271
disimpulkan Komponen interaksi sosial
terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x ≤ 2,0).
3). Prinsip reaksi. Hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan komponen prinsip reaksi
selama uji coba dapat dilihat pada Tabel
4.16 berikut:
Tabel 4.16.
Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Komponen
Prinsip Reaksi
No Aspek Pengamatan
Hasil Pengamatan
Pert. 1
Pert. 2
Pert. 3
A B A B A B
1 guru
membangkitkan
motivasi peserta
didik dan
menciptakan
suasana yang
nyaman untuk
pembelajaran.
2 2 2 2 2 2
2 Guru menyedikan
dan mengelola
sumber-sumber
belajar yang sesuai
dengan KD yang
akan dicapai.
2 2 2 2 2 2
3 guru
memperhitungkan
rasionalitas alokasi
waktu dan
memecahkan
masalah pada buku
peserta didik dan
LKPD.
1 1 1 2 2 2
4 guru membimbing
peserta didik
dalam
menyelesaikan
masalah pada buku
peserta didik dan
LKPD
2 2 2 2 2 2
5 guru memberikan
penguatan kepada
peserta didik.
2 2 1 2 2 2
Agreement 5 5 5
Disagreement 0 0 0
Rata-rata pengamatan 1.80 1.80 2,00
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa jumlah
agreement dua pengamat adalah 20 dan
disagreement adalah 0 dan rata-rata
pengamatan 1,87 , berarti dua pengamat
sepakat bahwa Komponen prinsip reaksi
terlaksana dengan percentage of agreement
(PA) = 100%. Jika dikonfirmasi dengan kriteria
keterlaksanaan maka disimpulkan Komponen
prinsip reaksi terlaksana seluruhnya (1,5 ≤ x
≤ 2,0).
Uji keefektifan perangkat pembelajaran
Pada bagian sebelumnya, telah
dikemukakan hasil uji kevalidan beserta
perangkat-perangkat dan instrumen yang lain.
Selanjutnya akan dideskripsikan hasil uji
keefektifan. Pada batasan istilah telah
dinyatakan bahwa perangkat pembelajaran
dikatakan efektif apabila memenuhi 3 dari 4
kriteria keefektifan tetapi kriteria pertama harus
dipenuhi.. Kriteria tersebut yaitu : (1)
Ketercapaian ketuntasan belajar yaitu minimal
80% peserta didik mencapai penguasaan
perangkat pembelajaran yaitu mencapai nilai
minimal 75 (berdasarkan KKM untuk kelas
VII SMP Negeri 1 Bulukumba) untuk rentang
skor 0 – 100, (2) aktivitas peserta didik selama
kegiatan belajar memenuhi kriteria toleransi
waktu yang telah ditetapkan, (3) untuk respon
peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran,
sekurang-kurangnya 80% dari peserta didik
yang member respon positif:
a) Deskripsi penilaian hasil belajar.
Hasil analisis deskriptif skor tes hasil
belajar peserta didik setelah pembelajaran
dengan menggunakan perangkat
pembelajaran IPA berbasis Inkuiri
Terbimbing untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik
dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19.
Statistik Skor Hasil Belajar Peserta Didik pada
Materi Asam, Basa, dan Garam Kelas VII2
SMP Negeri 1 Bulukumba
Variabel Nilai Statistik
Subjek Penelitian 34
Skor Ideal 100
Rata-rata 88,11
Standar Deviasi 10,00
Rentang Skor 37
Skor Maksimum 100
Skor Minimum 63,00
Tabel 4.19. menunjukkan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar peserta didik Kelas
VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba pada materi
Asam, Basa, dan Garam adalah rata – rata
hasil belajar peserta didik yang diperoleh
adalah 88,11 dengan standar deviasi 10,00.
272 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
nilai tertinggi yakni 100 dan nilai terendah
63 dengan rentang nilai 37. Jika nilai hasil
belajar yang ada dikelompokkan ke dalam 5
kategori, maka diperoleh distribusi
frekuensi seperti pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor
Prestasi Hasil Belajar IPA KelasVII2 SMP
Negeri 1 Bulukumba pada Tes Hasil Belajar
Tabel 4.20, menunjukkan bahwa dari 34
peserta didik yang mengikuti tes hasil belajar,
terdapat 0% peserta didik yang berada pada
kategori sangat rendah, 0% berada pada
kategori rendah, 2,94% berada pada kategori
sedang, 29,41% peserta didik yang berada
pada kategori tinggi, dan 67,65% peserta didik
berada pada kategori sangat tinggi. Nilai rata-
rata hasil belajar IPA peserta didik Kelas VII2
SMP Negeri 1 Bulukumba adalah 88,11 dari
nilai ideal 100 berada pada interval 85 - 100.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
rata-rata nilai hasil belajar IPA peserta didik
Kelas VII2 SMP Negeri 1 Bulukumba berada
pada kategori “Sangat Tinggi”.
Apabila hasil belajar peserta didik
dianalisis maka persentase ketuntasan hasil
belajar peserta didik setelah diterapkan
perangkat pembelajaran IPA berbasis Inkuiri
Terbimbing untuk menumbuhkan keterampilan
berpikir kritis peserta didik dapat dilihat pada
Tabel 4.21.
Tabel 4.21.
Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Nilai Kategori Frek. Persentase
0 – 74
75 – 100
Tidak Tuntas
Tuntas
4
30
11,77%
88,24%
Tabel 4.21. diatas menunjukkan bahwa
dari 34 peserta didik terdapat 88,24% peserta
didik yang telah tuntas belajar. Dengan
demikian, menurut kriteria pada BAB III,
penguasaan tes hasil belajar peserta didik sudah
memenuhi standar ketuntasan klasikal.
Selain hasil analisis deskriptif skor
tes hasil belajar peserta didik juga dilakukan
analisis Pencapaian Keterampilan berpikir
Kritis Peserta Didik. Hasil analisis pencapaian
keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada
tabel 4.22. berikut:
Tabel 4.22.
Hasil Analisis Pencapaian Keterampilan
Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil analisis
keterampilan berpikir kritis peserta didik
dengan menggunakan penilaian skala lima
dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan
keterampilan berpikir kritis peserta didik
berbeda-beda, terdapat 11,76% kategori
sangat rendah, 20,59% kategori rendah,
17,65% kategori sedang, 50% kategori
baik.dan tidak terdapat pencapaian
keterampilan berpikir kritis dalam kategori
sangat tinggi. Hasil pencapaian tersebut
tentunya tidak lepas dari tingkat penguasaan
indikator berpikir kritis tiap peserta didik.
Dalam hal ini ada peserta didik yang tingkat
pemahamannya tinggi, ada yang sedang dan
ada yang rendah secara individu. Hal ini
karena tes yang mengacu pada indikator-
indikator dari berpikir kritis masih terdapat
sebagian peserta didik yang belum
memahami/menguasai dengan baik,
sehingga secara keseluruhan nilai pada
kategori sangat tinggi belum didapatkan.
b) Deskripsi hasil pengamatan aktivitas peserta
didik.
Instrumen lembar pengamatan
aktivitas peserta didik digunakan untuk
mengamati semua aktivitas peserta didik
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan oleh 2 orang
observer/pengamat terhadap 1 kelompok
peserta didik yang dipilih oleh pengamat
dari 7 kelompok yang terbentuk.
Pembagian kelompok didasarkan dari rata-
rata nilai ulangan harian, serta keaktifan
Skor
Jumlah
peserta
didik
Prs Nilai
huruf Interpretasi
48 ke atas
43 – 47
39 – 42
34 – 38
33ke bawah
0
17
6
7
4
0
50
17,65
20,59
11,76
a
b
c
d
e
sangat
tinggi
tinggi
sedang
rendah
sangat
rendah
Skor Kategori Frekuensi Persentase
0 – 34 Sangat
Rendah - 0%
35 – 54 Rendah - 0 %
55 – 64 Sedang 1 2,94%
65 – 84 Tinggi 10 29,41%
85 -100 Sangat
Tinggi 23 67,65%
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 273
peserta didik dalam pembelajaran IPA
selama di kelas VII.
Prosedur pengamatan yang dilakukan
adalah setiap 4 menit pengamat melakukan
pengamatan terhadap aktivitas peserta didik
yang dominan muncul dan 1 menit
berikutnya pengamat menuliskan hasil
pengamatannya pada lembar yang
disediakan. Frekuensi aktivitas peserta didik
terangkum pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23.
Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik
Aspek Pengamatan
Aktivitas Peserta didik
Rata-rata
Persentase
aktivitas
peserta
didik
Interval
Toleransi
PWI (%)
Aktif memperhatikan
penjelasan guru
17,50 13-23
Aktif berdiskusi
dengan teman
kelompoknya untuk
merumuskan masalah
11,67
7-17
Aktif melakukan
kegiatan bersama
teman kelompoknya
18,13 13-23
Aktif berdiskusi
dengan teman
kelompoknya dalam
menyusun konsep
terkait materi yang
dipelajari.
15,21 13-23
Meminta bimbingan
pada guru jika
mengalami kesulitan
dalam kelompok
11,25 1-11
Menyajikan dan
menanggapi hasil kerja
kelompok.
13,96 7-17
Membuat
rangkuman/kesimpulan
11,04 7-17
Melakukan kegiatan di
luar tugas belajar,
misalnya mengantuk,
ngobrol, tidur,
melamun, bermain,
dan sebagainya
1.25 0 – 5
Berdasarkan Tabel 4.23, terlihat
bahwa selama kegiatan pembelajaran IPA
berbasis Inkuiri Terbimbing berlangsung,
peserta didik telah terlibat secara aktif
sehingga dominasi guru dalam
pembelajaran dapat berkurang.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba
perangkat pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan
Garam pada kelas VII2 SMP Negeri 1
Bulukumba diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengembangan perangkat pembelajaran
pada penelitian ini menggunakan model 4-
D yang terdiri dari 4 tahap yaitu
pendefinisian (define), perancangan
(design), dan pengembangan (develop),
dan tahap penyebaran (dessiminate).
Adapun langkah-langkah kegiatan
pengembangan yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
a. Tahap pendefinisian (define); meliputi
kegiatan analisi awal-akhir, analisi
peserta didik, analisi materi, analisi
tugas dan analisis spesifikasi tujuan
pembelajaran.
b. Tahap perancangan (design); meliputi
kegiatan pemilihan media , pemilihan
format dan rancangan awal perangkat
pembelajaran (Prototipe I)
c. Tahap pengembangan(develop);
meliputi kegiatan validasi ahli, revisi I
(Prototipe II), uji coba perangkat
pembelajaran (Prototipe III) sehingga
diperoleh hasil pengembangan.
d. Tahap penyebaran (disseminate);
meliputi sosialisasi secara terbatas pada
guru IPA SMPN 1 Bulukumba.
2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan
pada penelitian ini adalah perangkat
pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri
Terbimbing pada materi Asam, Basa, dan
Garam untuk peserta didik kelas VII SMP
yang terdiri dari:
a. Rencana Pelaksanaan pembelajaran
(RPP): RPP yang dihasilkan pada
penelitian ini adalah 3 buah RPP untuk
3 pertemuan berisi garis besar tentang
hal-hal yang akan dilakukan oleh guru
dan peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung dengan
pembelajaran berbasis Inkuiri
Terbimbing
b. Buku Ajar Peserta Didik; Buku ajar
peserta didik yang merupakan buku
panduan bagi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran yang memuat
materi pelajaran dan soal latihan
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD);
Merupakan salah satu jenis alat bantu
pembelajaran, yang terdiri dari 3 buah
LKPD untuk 3 pertemuan yang
274 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
berisikan aktivitas penyelidikan berupa
petunjuk/ arahan langkah-langkah
dalam menemukan konsep, masalah
sebagai penerapan dari konsep/prinsip
3. Secara Umum hasil pengembangan
perangkat pembelajaran dalam penelitian
ini valid, praktis dan efektif. (a)
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan Buku Peserta didik (BPD)
“Sangat Valid”, Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) dikategorikan “Valid” (b)
Praktis, berdasarkan hasil pengamatan
oleh observer bahwa perangkat
pembelajaran terlaksana dengan baik pada
saat uji coba serta memperoleh respon
positif terhadap perangkat dan proses
pembelajaran dan (c) efektif, telah
memenuhi tiga kreteria yaitu ketuntasan
belajar secara klasikal tercapai, aktivitas
siswa efektif dan respon siswa terhadap
pembelajaran positif
DAFTAR PUSTAKA
Al’Azzy,U.L & Budiono Eddy.(…..).
Penerapan Strategi Brain Bassed
Learning yang dapat Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Online. http:// Jurnalonline.um.ac.id/
/artikelID7E65F5E46C6CBD3E592D3
8AF9EF0..(diakses pada tanggal 21
Januari 2016)
Apriliyana U, Fitrihidayati H, Rahardjo.
(2012). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada
Materi Pencemaran Lingkungan dalam
Upaya Melatih Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X SMA.
Asmuniv.(2015). Pendekatan Inkuiri dan Siklus
Belajar sebagai Upaya Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Keterampilan
Berpikir Kritis. Malang: PPPPTK-
VEDC.Online.(http://www.Vedcmalan
g.com/pppptkboemlg/indeks.php
diakses pada tanggal 11 Januari 2016)
Damayanti,D.S, Ngazizah,N, Setyadi K,E.
(2012). Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) dengan Pendekatan
Inkuiri Terbimbing untuk
Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir
Kritis Peserta Didik pada Materi
Listrik Dinamis SMA Negeri 3
Purwerejo kelas X Tahun Pelajaran
2012/2013. Online. Radiasi
Vol.3.No.1.Dyah Shinta Damayanti.
Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah
Purwerejo. (diakses pada tanggal ....)
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik
Indonesi Nomor 20 Tahun 2003.
Online.
http://sdm.datakemdikbud.go.id/
/undang-undang-no-20-entang.
sisdiknas. pdf. (diakses pada tanggal 14
Januari 2016)
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan
Bahan ajar. Jakarta: Depertemen
Pendidikan Nasional.
Fatmawati,H, Mardiyana, Triyanto. (2013).
Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam
Pemecahan Masalah Matematika
Berdasarkan Polya pada Pokok
Bahasan Persamaan Kuadrat
(penelitian pada Siswa Kelas X SMK
Muhammadiyah 1 Sragen Tahun
Pelajaran 2013/2014). Online. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika
ISSN: 2339-1685 Vol.2 No.9, hal 899-
910, Novemver 2014. http://jurnal
fkip.uns.ac.id.
Goldberg D E. 2008. Kimia untuk Pemula.
Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Hadiyanti, L.N. (2013). Keterampilan Berpikir
Kritis (Critical ThinkingSkill) dalam
Berbagai Deimensi Pembelajaran
Biologi. Program Magister Pendidikan
Biologi Sekolah Pascasarjana.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sintesis Jurnal Internasional.
Online.(diakses pada tanggal 16
Desember 2015).
Hamalik,O.(2001). Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bandung: Bumi Aksara.
Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri.
Online.
http://herdi07.wordpress.com/2010/05/
07/model-pembelajaran-inkuiri.html
Jusmiati Jafar. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri pada Mata
Pelajaran Biologi terhadap aktivitas,
Kemampuan Berpikir Kritis, dan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1
Alla Kabupaten Enrekang. Tesis.
Program Pascasarjana UNM Makassar.
Tidak Diterbitkan.
Kemendiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik pada Materi Asam, Basa, dan Garam Darmaeni1, Muh. Danial
2, Nurdin A.
3 275
Miftah, 2013. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berorientasi Metode
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Terhadap Pencapaian Keterampilan
Proses Sains dan Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta Didik MAN 2
Model Makassar. Tesis. Program
Pascasarjana UNM Makassar. Tidak
diterbitkan.
Nurdin. 2007. Model Pembelajaran
Matematika yang Menumbuhkan
Kemampuan Metakognitif untuk
Menguasai Bahan Ajar. Disertasi.
Tidak diterbitkan. Surabaya: PPs
UNESA
Patmawati,H. 2011. Analisis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajran
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
dengan Metode Praktikum. Program
Studi Pendidikan Kimia. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Online
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/...
/1 (diakses pada tanggal 30 Desember
2015)
Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Sohrah Saleh. 2015. Peningkatan Keterampilan
Berpikir Kritis, Aktivitas, dan Hasil
Belajar Kognitif Biologi Peserta Didik
Kelas VIIA SMP Angkasa Maros
melalui Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing.Tesis. Program
Pascasarjana UNM Makassar. Tidak
diterbitkan
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik.
Jakarta:Rineka Cipta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Prenata Media Group.
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H.B.(2008). Perencanaan Pembelajaran
Jakarta: Bumi Aksara
Zaki,I. (2014). Berpikir Kritis. Online. http://
zaki.blogspot.cpm.2014/12/berpikir
kritis.html…(diakses pada tanggal 16
Desember 2015)
Zubaidah, S.Mahanal,S. Yuliati,L. & Sigit, D.
(2014). Buku Guru Ilmu Pengetahuan
Alam SMP/MTs VIII. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Balitbang.
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
276 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 277
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI
AL-QUR’AN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA
MIS PARANGLOHE HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA
Nirwana *)
Kementrian Agama Kabupaten Bulukumba
Madarasah Ibitidayah Swasta (MIS) Paranglohe Herlang Bulukumba
Email: [email protected]
Abstrak
Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di sekolah selama ini masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru yang dianggap sebagai sumber utama pengetahuan, kebanyakan guru mengunakan
ceramah sebagai pilihan utama dalam menentukan strategi belajar, pengetahuan awal siswa sering
diabaikan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan agar proses pembelajaran lebih efektif dan
efisien adalah dengan penerapan suatu metode dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan
pembelajaran Tutor Sebaya. Permasalahan yang akan dikaji dalam Skripsi ini adalah tentang adakah
peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi al-Qur’an dengan menggunakan
model pembelajaran Tutor Sebaya pada siswa MIS Paranglohe Herlang Tujuan penelitian ini adalah
meningkatkan motivasi belajar PAI melalui model pembelajaran Tutor Sebaya. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas
sebagai pelaku tindakan kelas. Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah siswa MIS Paranglohe
Herlang yang berjumlah 34 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi,
metode dokumentasi, metode wawancara, dan metode tes. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa motivasi belajar siswa sebelum penerapan tutor sebaya masih kurang, hal
itu dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, dan
rendahnya minat dalam belajar. Setelah diterapkannya tutor sebaya motivasi belajar siswa sudah lebih
baik. Hal ini dapat dilihat bahwa kegiatan kelompok tidak didominasi oleh siswa yang aktif saja,
tetapi siswa yang pasif pun sudah dapat aktif dalam kelompok dengan baik, juga makin banyak siswa
yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru dengan antusias. Kesimpulan penelitian ini
adalah motivasi belajar PAI dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Tutor Sebaya.
Kata Kunci: Tutor Sebaya, motivasi belajar
Abstract *)
Islamic education applied in schools is still dominated by teacher-focused classes considered as the
main source of knowledge, most teachers use lectures as the primary choice in determining learning
strategies, students' early knowledge is often ignored. One alternative that can be used for the
learning process more effectively and efficiently is by the application of a method in learning in the
classroom is by learning Tutor Sebaya. The problem to be studied in this thesis is about is there
increase student learning motivation in learning PAI material of Qur'an by using model of Tutor
Sebaya in student of class MIS Paranglohe Herlang. The purpose of this research is to improve the
learning motivation of PAI through Tutor Sebaya model of learning. This type of research is a
collaborative action research (PTK) that is collaborative between researcher and classroom teacher
as a class action actor. Subjects subjected to the action were students of grade MIS Paranglohe
Herlang, amounting to 34 students. Methods of data collection is done through observation method,
documentation method, interview method, and test method. Data analysis techniques use interactive
analysis techniques that include data reduction, data presentation, and conclusions. From the result of
the research, it is found that students' learning motivation before peer tutorial application is still
lacking, it can be seen from the lack of students activeness in asking questions, answer questions from
teachers, and low interest in learning. After the implementation of peer tutors, students' motivation
motivation has been better. It can be seen that group activities are not dominated by active students
only, but passive students can already be active in groups well, as well as more and more students
who actively ask and answer questions from teachers with enthusiasm. The conclusion of this research
is the learning motivation of PAI can be improved with Peer Tutor learning model.
Keywords: Peer Tutor, motivation to learn.
278 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri. Salah satu cara untuk
memajukan dan memperkuat pendidikan
adalah dengan peningkatan motivasi belajar
terhadap peserta didik, peningkatan proses
pelajar dan pembelajaran serta memajukan
pendidikan pada umumnya. Pendidikan
umumnya tercipta dalam situasi formal di
lingkungan sekolah melalui proses
pembelajaran di kelas yang melibatkan
interaksi guru dan siswa. Suatu pendidikan
yang penting adalah prosesnya bukan hasil
akhirnya karena dengan proses siswadapat
memahami dan mengert imaksud dari
pembelajaran. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (UU No. 20 Thn 2003)Banyak
siswa di sekolah tidak menyukai pelajaran PAI.
Bermacam-macam alasan yang menyebabkan
para siswa tidak menyukai PAI. Siswa
menganggap PAI adalah pelajaran yang
membosankan dan tidak mudah dipahami
karena di dalamnya terdapat banyak materi
yang harus dihafal. Siswa yang menganggap
bahwa pelajaran PAI itu sulit dan tidak mudah
dipahami, sebenarnya bukan hanya karena
mereka malas belajar atau tidak memperhatikan
saat pendidik menerangkan, tapi bisa jadi
karena materi yang disampaikan guru tidak
menarik bagi mereka dan cara mengajar guru
yangmonoton membuat mereka merasa bosan
dan kurang bersemangat. Motivasi belajar
menurut Sardiman (2009 : 40-85) adalah
keinginan atau dorongan untuk belajar.
Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal : 1)
mengetahui apayang akan dipelajari; 2)
memahami mengapa hal tersebut patut
dipelajari. Tanpa motivasi kegiatan belajar
mengajar sulit untuk berhasil. Adanya motivasi
yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yangbaik, dengan kata lain dengan adanya
usaha yang tekun yang didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar dapat
melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi siswa
MIS Paranglohe Herlang juga tidak terlepas
dari permasalahan mengenai proses
pembelajaran Agama Islam. Hasil pengamatan
peneliti MIS Paranglohe Herlang saat
berlangsungnya pembelajaran Agam Islam
adalah sebagai berikut :1) Kurangnya keaktifan
siswa dalam mengajukan pendapat atau
komentar pada guru atau siswa lainnya
2)banyak siswa yang belum lancer membaca
al-Qur’an 3) Tidak adanya usaha dan motivasi
untuk mempelajari bahan pelajaran atau
stimulus yang diberikan guru 4) Masih sedikit
siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru pada akhir pelajaran. Dan
mengapa peneliti mengambil material al-
Qur’an, dikarenakan kebanyakan dari siswa
MIS Paranglohe Herlang kurang dalam hal
membaca al-Qur’an dan juga menganggap
sepele materi al-Qur’an ini dikarenakan mereka
beranggapan bahwa PAI tidak masuk dalam
Ujian Nasional. Dari permasalahan di atas,
hendaknya guru mampu memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran yang
mampu merangsang siswa untuk lebih aktif
dalam belajar PAIdan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran
PAI. Dari beberapa strategi pembelajaran yang
ada, strategi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan yaitu melalui strategi
pembelajaran aktif Tutor Sebaya. Menurut Mel
Silberman (2010 : 183) Tutor Sebaya adalah
strategi yang berfungsi untuk meningkatkan
pengajaran sesamayang memberikan seluruh
tanggungjawab untuk mengajar sesama peserta
dalam kelompok. Huston (dalam Ahmadi,
2004: 120) menyatakan bahwa: “tutor sebaya
yang diterapkan secara menyeluruh dalam
kelas akan mampu menimbulkan semangat
belajar siswa yang lainnya jika didukung oleh
kemampuan siswa itusendiri dan arahan terus
menerus dariguru”.
Dari uraian diatas maka penulis
mencoba mengadakan penelitian tentang
”Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan
Agama Islam Materi Al-Qur’an Melalui
Model Pembelajaran Tutor Sebaya Pada
Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten
Bulukumba Tahun Pelajaran 2017/2018”.
LANDASAN TEORI
Belajar dan Pembelajaran
Menurut Slameto (2003 : 2)menjelaskan,
“Belajar adalah suatuproses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang barusecara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 279
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh guru, sedang belajar
dilakukan oleh peserta didik” (Sagala, 2010:
61). Sedangkan konsep pembelajaran menurut
Corey(dalam Sagala, 2003:17) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset husus dari pendidikan. Dari
beberapa pendapat dan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran adalah
suatu proses hubungan interaksi antara siswa
dengan guru maupun lingkungannya untuk
mencapai tujuan dari teori yangtelah dipelajari.
Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peran penting dalam
pembelajaran PAI. Kata“motif” diartikan
sebagaidaya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak
dari dalam dan didalam subyek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2007 :
71).Menurut Hamzah B. Uno(2008 : 1)
motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku.
Dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakkan untuk melakukan
sesuatu yangsesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Berdasarkan pendapat para ahli
diatas dapat disimpulkan, motivasi
merupakan suatu dorongan yang timbul
oleh adanya rangsangan dari dalam maupun
luar sehingga seorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku atau
aktivitas tertentu lebih baik dari aktivitas
sebelumnya.
2. Jenis Motivasi
Jenis motivasi dalam belajar dibedakan
dalam 2 jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Hamalik (2006: 152), motivasi
intrinsik adalah hal dan keadaan
yangberasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Menurut Hanafiah dan
Suhana (2009 : 26), motivasi intrinsik
adalah motivasi yang datangnya secara
alamiah atau murni dari diri peserta didik
itu sendiri sebagai wujud adanya
kesadaran diri dari lubuk hati yang
paling dalam. Menurut Sardiman (2009:
89), motivasi intrinsic adalah motif-
motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu rangsangan dari
luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.Berdasarkan pendapatpara ahli
diatas dapatdisimpulkan, bahwa motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berasal
dari dalam diri seseorang, yang berupa
dorongan/kesadaran individu untuk
melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
datangnya disebabkan faktorfaktor di
luar diri peserta didik, seperti adanya
pemberian nasihat darigurunya, hadiah,
kompetisi sehat antar peserta didik,
hukuman dan sebagainya (Hanafiah dan
Suhana, 2009 :26).Menurut
Sardiman(2009) motivasi Ekstrinsik
adalah motif-motif yang aktifdan
berfungsi karena adanya perangsang dari
luar. Dari beberapa pendapat di atas,
dapat diambil pengertian bahwa motivasi
ekstrinsik merupakan dorongan-
dorongan yang berasal dari luar diri
siswa.
Pengertian dan Materi PAI
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
(PAI)Didalam GBPP PAI di Sekolah
Umum, dijelaskan bahwa Pendidikan
AgamaIslam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan
Nasional Usaha pembelajaran Pendidikan
Agama Islam disekolah diharapkan agar
mampun membentuk kesalehan pribadi dan
sekaligus kesalehan sosial, sehingga PAI
diharapkan jangan sampai (1).
Menumbuhkan semangat fanatisme, (2).
Menumbuhkan sikap intoleran dikalangan
peserta didik dan masyarakat Indonesia, dan
(3) Memperlemah kerukunan hidup
beragama serta persatuan dan kesatuan
Nasional (Menteri Agama RI,1996).
Menurut Arifin (2000 :13) Pendidikan
Agama Islam yaitu bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik yang
bersumberkan nilai-nilai agama Islam,
disamping menampakkan atau membentuk
280 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
tingkah laku yang dijiwai dengan nilai-nilai
agama, juga mengembangkan ilmu
pengetahuan yang sejalan dengan nilai
Islam. Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
PAI merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang bagaimana
menyiapkan siswadalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan/atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat yang tujuan utamanya adalah
untuk mewujudkan persatuanNasional.
2. Materi PAI
Materi PAI merupakan materi-materi yang
terdapat dalam pembelajaran Agama Islam,
yang intinya adalah bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian siswa kearah
yang baik dengan berdasarkan dan
berlandaskan Islam. Disini penulis
menggunakan materi al-Qur’an,
dikarenakan para siswa masih banyak sekali
yang kurang paham tata cara membaca al-
Quran dengan benar, dan juga tidak
mengerti artinya, dan lebih lebih lagi,
kebanyakan dari mereka jarang
mengamalkan apa yang termaktub dalam al-
Qur’an tersebut, untuk itu penulis ingin
memperdalam lagi materi ini supaya
kedepannya, para siswa dapat lebih baik
berkembangnya alam hubungannya dengan
perkembangan kepribadian siswa tersebut.
Model Pembelajaran Tutor Sebaya
1. Pengertian Tutor Sebaya
Menurut Mel Silberman(2010 : 183) Tutor
Sebayaadalah strategi yang berfungsi untuk
meningkatkan pengajaran sesama yang
memberikan seluruh tanggung jawab untuk
mengajar sesama peserta dalam kelompok.
Dalam satu kelas selisih usia antara siswa
satu dengan siswa yang lain tentu relatif
kecil atau hampir sama, sehingga dalam
satu kelaster dapat kelompok teman sebaya
yang saling berinteraksi antara siswa satu
dengan yang lain sehingga akan terbentuk
pola tingkah laku yang dipakai dalam
pergaulan mereka. Dalam interaksi tersebut
tidak menutup kemungkinan antar siswa
satu dengan siswa yang lain saling
membantu dan membutuhkan dalam
pembelajaran untuk memperoleh hasil
belajar yang lebih baik. Disini, penulis
meneliti siswa MIS Paranglohe, itu berarti
kelompok umur partisipan rata-rata adalah
7-12 tahun, dimana masa-masa umur ini
mereka mengalami masa awal, dan biasanya
mereka mulai malu-malu dengan guru,
untuk itu penulis merasa metode ini tepat
digunakan. Sehingga diharapkan,
parasiswa/partisipan ini lebih termotivasi
dengan pembelajaran menggunakan tutor
sebaya. Tutor sebaya merupakan strategi
pendekatan kooperatif yaitu model
pembelajaran di mana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang dikelompokkan
dengan tingkat kemampuan yangberbeda,
semua anggota kelompok saling
bekerjasama dan membantu untuk
memahami bahan materi yang menciptakan
saling menghargai sesama teman-teman
lainnya.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Tutor
Sebaya
Menurut Mel Silberman (2010 :183)
langkah-langkah pembelajaran tutorial
teman sebaya adalah sebagai berikut:
a. Bagilah peserta menjadi beberapa
kelompok. Buatlah kelompok sebanyak
topic yang anda miliki untuk diajarkan.
b. Berikan informasi, konsep, keahlian
untuk saling diajarkan pada setiap
kelompok.
c. Mintalah setiap kelompok untuk
merencanakan cara mempresentasikan
atau mengajarkan topiknya kepada
seluruh peserta. Anjurkan kelompok
untuk menghindari presentasi berupa
ceramah dan berusaha membuat suasana
belajar menjadi seaktif mungkin bagi
para peserta.
d. Berikan waktu yang cukupuntuk
perencanaan dan persiapan.
e. Kemudian mintalah kelompok untuk
mempresentasikan pelajarannya.
f. Berikan tepuk tangan supaya siswa lebih
senang.
METODE PENULISAN
Metode-metode penelitian yang digunakan
penulis :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan ini
adalah penelitian kualiatif tindakan kelas.
Menurut Kemmis and Toggart dalam
Rubino (2010:106), PTK adalah studi yang
sisitematis, terencana, kritis untuk
memperbaiki kinerja diri.
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 281
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah
siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten
Bulukumba Tahun Pelajaran 2017/2018
yang berjumlah 34 siswa.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah penerapan model
pembelajaran Tutor Sebaya dan hasil belajar
PAI seluruh siswa MIS Paranglohe Herlang
Kabupaten Bulukumba Tahun Pelajaran
2017/2018.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data diperlukan
beberapa metode yang sesuai dengan
masalah yang akan diteliti, adapun metode
pengumpulan data yang diperlukan antara
lain :
a. Metode Wawancara Wawancara atau
interview adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara
(interviewee) (Arikunto, 2006:155).
b. Metode Observasi Observasi adalah
suatu alat yang digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu atau
proses terjadinya suatu kegiatan yang
diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun buatan. (Sudjana ,
2006: 84).
c. Metode Tes-Tes adalah seretan
pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2006: 150).
d. Metode Dokumentasi Teknik
dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,
dan sebagainya (Arikunto, 2006: 132).4.
Teknik analisis data dalam menganalisa
data, penulis menggunakan metode
kualitatif deskriptif yang terdiri dari tiga
kegiatan yaitu pengumpulan data dan
sekaligus reduksi data, penyajian dan
penarikan kesimpulan verifikasi (Miles
dan Huberman, 1992 : 16). Pertama,
setelah pengumpulan data selesai
dilakukan reduksi data yaitu
menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan
pengorganisasian sehingga data terpilah-
pilah. Kedua, data yang telah
direduksiakan disajikan dalam
bentuknarasi. Ketiga, adalah penarikan
kesimpulan dari data yang telah
disajikan pada tahap kedua dengan
mengambil kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pekaksanaan Tindakan
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Dilaksanakannya siklus 1 pada hari Sabtu
Tanggal 12 Agustus 2017. Proses
pembelajaran berlangsung selama 2 x 30
menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran
dimulai pukul 09.30 sampai pukul 10.30.
Guru mengadakan observasi dan monitoring
terhadap reaksi siswa.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai
berikut :
1) Pendahuluan
Pada awal pembelajar peneliti (sebagai
guru) melaksanakan serangkaian
kegiatan yaitu : melihat kesiapan siswa
dalam memulai pelajaran, guru
mengucapkan salam yang dilanjutkan
dengan membaca basmalah dan berdo’a
bersama. Kemudian guru menjelaskan
Standar Kompetensi dan tujuan
pembelajaran. Setelah itu kegiatan
selanjutnya yaitu : apersepsi.
2) Kegiatan Inti Guru membagi siswa yang berjumlah 34
siswa menjadi 5 kelompok. Guru
menunjuk disetiap kelompok siswa yang
mahir membaca al-Qur’an memberi
tugas untuk mengajarkan teman
sebayanya, kemudian mengidentifikasi
hukum bacaan tajwid:
a. Guru memberikan sekilas penjelasan
mengenai materi yaitu demokrasi.
Kemudian guru memberi tugas
kepadaketua kelompok untuk
berperan sebagai guru mengajarkan
Qs. Ali-Imran ayat 159 kepada
anggota kelompoknya yang berperan
sebagai siswa.
b. Setiap anggota kelompok membaca
Qs. Ali-Imran ayat 159 dengan
menyebutkan hukum bacaan dan
panjang pendek yang benar, yang
telah di ajarkan ketua tiap kelompok
yang ditunjuk oleh guru.
c. Masing-masing kelompok memberi
evaluasi tentang hasil belajar
mengajar. Guru melakukan
konsolidasi, sebagai usaha
pembetulan pemahaman siswa yang
282 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
kurang pas terhadap kompetensi yang
dipelajari.
3) Penutup
a. Guru bersama siswa membut
kesimpulan dari pelajaran pada hari
itu.
b. Refleksi terhadap materi yang telah
dipelajari dan menghubungkannya
dengan kehidupan harihari, terutama
terkait dengan demokrasi.
c. Guru menutup pelajaran dengan
bacaan hamdalah dan diakhiri salam.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pada Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 26 Agustus 2017. Proses
pembelajaran dilaksanakan selama 2 x 30
menit untuk setiap pertemuan. Pembelajaran
dimulai pukul 09.30 sampai pukul 10.030.
Pada putaran ini sebagai peneliti monitoring
terhadap reaksi siswa. Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut :
1) Pendahuluan
Awal pembelajaran peneliti sebagai guru
melaksanakan beberapa kegiatan, antara
lain : melihat kesiapan siswa dalam
memulai pelajaran, guru mengucapkan
salam yang dilanjutkan dengan membaca
basmalah dan berdo’a bersama.
Kemudian guru menjelaskan Standar
Kompetensi dan tujuan pembelajaran.
Setelah itu kegiatan selanjutnya yaitu
apersepsi.
2) Kegiatan Inti
Guru membagi yang berjumlah 34 siswa
menjadi 5 kelompok. Kemudian siswa
berkumpul sesuai dengan kelompoknya:
a. Kegiatan berikutnya Guru menunjuk
disetiap kelompok siswa yang mahir
membaca al-Qur’an memberi tugas
untuk mengajarkan teman sebayanya,
kemudian mengidentifikasi hukum
bacaan tajwid yang tercantum dalam
QS. Asy Syura ayat 38.
b. Guru memberikan sekilas penjelasan
mengenai materi yaitu demokrasi
(gemar bermusyawarah). Kemudian
guru memberi tugas kepada ketua
kelompok untuk berperan sebagai
guru mengajarkan QS. Asy Syura
ayat 38 kepada anggota kelompoknya
yang berperan sebagai siswa.
c. Setiap anggota kelompok membaca
QS. Asy Syura ayat 38 dengan
menyebutkan hukum bacaan dan
panjang pendek yang benar, yang
telah di ajarkan ketua tiap kelompok
yang ditunjuk oleh guru.
d. Masing-masing kelompok memberi
evaluasi tentang hasil belajar mengajar.
3) Penutup
a. Guru bersama siswa membut
kesimpulan dari pelajaran pada hari itu.
b. Refleksi terhadap materi yang telah
dipelajari dan menghubungkannya
dengan kehidupan hari-hari, terutama
terkait dengan demokrasi.
c. Guru menutup pelajaran dengan bacaan
hamdalah dan diakhiri salam.
Tabulasi Hasil Penelitian
Agar lebih mudah dipahami penulis
membuat tabulasi hasil penelitian, yang berupa:
kinerja
guru dalam menerapkan tutor sebaya dan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran di
kelas. Tabulasinya adalah sebagai berikut:
1. Kinerja Guru dalam Menerapkan Tutor
Sebaya hasil pengamatan terhadap kinerja
guru dalam menerapkan tutor sebaya, dapat
dilihat dari meningkatnya nilai siswa dalam
pembelajaran, dalam mengerjakan tugas
sekolah, maupun pekerjaan rumah.
Meningkatnya nilai tersebut tidak lepas dari
arahan dan kreatifitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan
metode tutor sebaya inii. Dari uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja
guru dalam menerapkan tutor sebaya ini
adalah baik dan tepat.
2. Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
di Kelas Meningkat tidaknya motivasi
siswa dalam pembelajaran dapat dilihat
dengan meningkatnya antusiasme siswa
dalam pembelajaran, motivasi yang
meningkat berbanding lurus dengan
antusiasme belajar siswa, hal ini dapat
dilihat dengan semangat siswa dalam
belajar, mereka sangat senang dengan
metode belajar yang jarang mereka
dapatkan dari Guru yang selama ini
mengampu pelajaran ini, sehingga mereka
dapat dengan mudah menerima pelajaran
yang sebelumnya mereka agak malas dalam
melaksanakan pelajaran PAI. Dari uraian
tersebut, jelas bahwa motivasi siswa dalam
pembelajaran meningkat.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis pada
bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
penerapan Tutor Sebaya dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa MIS Paranglohe
Kabupaten Bulukumba akan di jelaskan
sebagai berikut ;
Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Materi Al-Qur’an melalui Model Pembelajaran
Tutor Sebaya pada Siswa MIS Paranglohe Herlang Kabupaten Bulukumba Nirwana 283
1. Penerapan Tutor Sebaya dalam
Pembelajaran PAI Penerapan tutor sebaya
dalam pembelajaran PAI pada siswa MIS
Paranglohe dapat berjalan dengan lancar.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
motivasi belajar siswa. Pembelajaran tutor
sebaya merupakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dalam hal ini siswa
belajar dari siswa lain yang memiliki status
umur yang tidak jauhdari dirinya.
2. Motivasi Belajar Siswa sebelum dan
Sesudah Penerapan Tutor Sebaya a).
Motivasi Belajar Siswa sebelum Penerapan
Tutor Sebaya Motivasi belajar siswa
sebelum penerapan Tutor Sebaya siswa
masih telihat canggung karena belum
terbiasa dengan srategi pembelajaran yang
dilakukan. Akibatnya bila disuruh ketua
kelompok untuk membaca al-Qur’an masih
merasa malu. Hal ini dapat dilihat saat ketua
kelompok menunjuk anggotanya unuk
membaca al- Qur’an. Selain itu motivasi
siswa saat diajar ketua kelompok
(temannya) juga masih kurang, kebanyakan
dari siswa yang aktif adalah anak yang
berprestasi di kelas, dan bagi anak yang
kurang berprestasi, mereka cenderung diam
dan kurang aktif. b). Motivasi Belajar Siswa
Setelah Penerapan Tutor Sebaya Siklus II
member Motivasi siswa setelah penerapan
metode Tutor Sebaya pada siklus II ini
terbukti dengan meningkatnya antusiasme
siswa dalam mengikuti pelajaran, hamper
semua siswa sudah tidak canggung, berbeda
dengan waktu pembelajaran yang pertama.
Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa
terlihat begitu gembira, hal ini dapat dilihat
dari keceriaan dan semangat dalam kegiatan
belajar mengajar. Dengan metode ini pula,
siswa yang mula-mula malu untuk
mengemukakan pendapat dan menjawab
pertanyaan, makin percaya diri ketika
mengemukakan pendapat dan menjawab
pertanyaan yang diajukan guru. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi Dkk. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bina
Aksara.
Hamalik, Oemar. 2006. ProsesBelajar
Mengajar. Jakarta :Bumi Aksara
Hanafiah, Nanang dkk. 2009.Konsep Strategi
Pembelajaran.Bandung : Refika
Kustini. 2010. “Peningkatan Motivasi Belajar
Matematika melalui Metode Number
Sense”, tidak diterbitkan. Skripsi.
Surakarta : FKIP UMS. Lexy J. Moleong.
2008. Metodologi Penelitian
Kualitatif.Bandung : PT. remaja
Rosdakarya.
Nana, Sudjana . 2006. PenilaianHasil Proses
Belajar Mengajar.Bandung :Remaja
Rosdakarya.
Nuroini Khasanah, Siti. 2009. “Penerapan
Strategi Pembelajaran Aktif Tipe
Genius Learning trategy untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa dalam Pembelajaran
Matematika”, tidak diterbitkan.
kripsi.Surakarta : FKIP UMS.
284 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 285
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MANIK-MANIK DI KELAS IV SD NEGERI 164 ARA
Dinarwati *)
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba
Guru SD Negeri 164 Ara Kabupaten Bulukumba
Email: [email protected]
Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga manik-manik?”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga manik-manik. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkat”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara tahun ajaran 2007/208 yaitu sebanyak 7 orang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan mulai bulan januari sampai april 2007. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 (dua) siklus. Evaluasi awal diadakan terlebih dahulu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi, dan 4) Refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa dengan menggunakan alat peraga manik-manik, hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator kinerja baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun, pada siklus I mencapai 64,99%, pada siklus II mencapai 77,08%. Sedangkan dari segi hasil yang berkaitan dengan hasil belajar matematika dengan nilai 85,7% dengan nilai rata-rata 66,57 pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 100% dengan nilai rata-rata 85,57.
Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Alat Peraga Manik-Manik.
Abstract *)
Problems in this research are: "Is the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on subject of sum and reduction of integer can be improved by using props beads?". This study aims to improve the results of mathematics learning of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on the subject of addition and reduction of integers by using beads props. The hypothesis of action in this research is: "by using beads props, the result of learning mathematics of fourth graders of SD Negeri 164 Ara on subject of addition and reduction of whole number can increase". The population in this study is all students of class IV SD Negeri 164 Ara academic year 2007/208 that is 7 people. The type of this research is Classroom Action Research (CAR) conducted from January to April 2007. The implementation of this class action research consists of 2 (two) cycles. A preliminary evaluation was held in advance to determine the improvement of students' mathematics learning outcomes. The procedure in this research are: 1) Planning, 2) Action Implementation, 3) Observation and Evaluation, and 4) Reflection. Sources of data in this study are teachers and students. Types of data obtained are qualitative data and quantitative data. From the results of data analysis, it is obtained that by using props Beads, the results of learning mathematics on the fourth grade students of SD Negeri 164 Ara on the subject of addition and reduction of integers can be increased. This can be seen from the achievement of performance indicators both in terms of process and in terms of results. The results showed that in terms of implementation of learning scenarios that have been prepared, in the first cycle reached 64.99%, in the second cycle reached 77.08%. While in terms of results relating to the results of learning mathematics with a value of 85.7% with an average value of 66.57 on the first cycle, the second cycle increased to 100% with an average value of 85.57.
Keywords: Mathematics Learning Outcomes, Beads Aids
286 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era globalisasi yang
diiringi dengan perkembangan IPTEK yang
sangat pesat, maka peningkatan kualitas
sumber daya manusia mempunyai posisi yang
strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan
pembangunan nasional. Oleh sebab itu, upaya
tersebut mutlak harus mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh dan harus dirancang secara
sistematis dan seksama berdasarkan pemikiran
yang matang. Wadah yang tepat bagi upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia
adalah pendidikan.
Suatu pembelajaran baiknya efektif dan
menyenangkan. Untuk membuat siswa
menyenangi suatu mata pelajaran yang
diajarkan, guru dituntut kreatif menciptakan
situasi pembelajaran yang inovatif dengan
mengerahkan secara optimal sumber daya dan
sumber dana yang ada. Di sinilah tantangan
bagi guru agar bisa meramu pembelajaran
menjadi menarik dan menyenangkan.
Matematika yang notabene merupakan
mata pelajaran yang berisi simbol-simbol dan
sarat verbalisme merupakan tantangan
tersendiri bagi guru matematika. Terutama di
sekolah dasar siswa sebaiknya didekatkan
dengan hal-hal yang bersifat kongkret dalam
penanaman konsep dasar. Siswa sekolah dasar
secara psikologi masih suka bermain. Guru
diharapkan dapat memahami dunia anak untuk
menemukan formulasi pembelajaran dengan
tingkat pencapaian yang optimal. Guru sebagai
faktor penentu dan paling berpengaruh dalam
hal menanamkan konsep terhadap siswa.
Penguasaan guru terhadap materi pelajaran,
kemampuan guru dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran serta
kemampuan guru dalam menetapkan media
pembelajaran sangat menentukan terhadap
keberhasilan proses pembelajaran, di samping
adanya potensi dan kemauan siswa sendiri.
Hal ini sejalan dengan Bruner dalam
teorinya menyatakan bahwa belajar matematika
akan berhasil jika proses pengajaran diarahkan
kepada konsep-konsep dan struktur-struktur
yang termuat dalam pokok bahasan yang
diajarkan, di samping hubungan yang terkait
antara konsep-konsep dan struktur-struktur.
Lebih lanjut Bruner mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi
kesempatan untuk memanipulasi
benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga
tersebut, siswa dapat melihat langsung
bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat
dalam benda yang diperhatikannya.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikatakan
bahwa betapa pentingnya media pembelajaran
untuk menunjang keberhasilan dalam
pembelajaran.
Oleh karena itu, penulis bermaksud
untuk melakukan penelitian terhadap
pembelajaran matematika melalui penelitian
tindakan kelas, dengan judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Bulat Dengan
Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di
Kelas IV SD Negeri 164 Ara”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian pada latar belakang
di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : “ Apakah hasil
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri
164 Ara pada materi ajar penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan alat peraga manik-
manik?”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas
maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas IV SD Negeri 164 Ara pada materi ajar
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
dengan menggunakan alat peraga manik-
manik.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat yaitu:
1) Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai
masukan atau sumbangsi positif bagi
kemajuan dan peningkatan kualitas
pendidikan yang mengarah kepada
peningkatan kompetensi lulusan yang
mempunyai daya saing tinggi.
2) Bagi guru, dapat dijadikan sebagai masukan
yang berarti dalam upaya memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang model-
model pembelajaran khususnya dengan
menggunakan alat peraga manik-manik
dalam mengajarkan mata pelajaran
matematika.
3) Bagi siswa, dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa dalam
belajar matematika pada materi ajar
penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat.
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 287
KAJIAN PUSTAKA
Proses Belajar Mengajar Matematika
Belajar dan mengajar adalah dua
kegiatan yang penting dan saling berkaitan.
Belajar menunjuk kepada apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik yang menerima
pelajaran, sedang mengajar menunjuk kepada
apa yang harus dilakukan oleh seorang guru
sebagai pengajar.
Untuk memperoleh pengertian yang
objektif tentang proses belajar mengajar
matematika, maka terlebih dahulu
dikemukakan pengertian belajar dan mengajar
secara umum.
Slameto (1991:27) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Hudoyo (1988:1) menjelaskan bahwa
seseorang yang dikatakan belajar jika
diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah
laku itu berlaku dalam waktu relatif lama dan
terjadi karena adanya usaha orang tersebut.
Berdasarkan kedua pendapat di atas,
pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku yang relatif permanen yang
mengakibatkan bertambahnya pengetahuan,
keterampilan, nilai, sikap dan kepribadian yang
diperoleh dari interaksi individu dengan
lingkungannya.
Mengajar adalah satu kegiatan yang
mengorganisasi lingkungan yang dilakukan
oleh guru dalam usaha untuk memahami bahan
pengajaran sebagai media untuk membawa
anak-anak dalam memahami bahwa proses
pengajaran sebagai media pembentukan pribadi
termasuk pembentukan jasmani (Roestiyah,
1994:45).
Hudoyo (1988:3) mengatakan bahwa
mengajar matematika merupakan suatu
kegiatan mengajar agar siswa dapat
meningkatkan kemampuan, cakap dalam
mempelajari matematika. Untuk mewujudkan
hal itu maka guru harus pandai mencari metode
pembelajaran yang sesuai dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa proses belajar mengajar matematika
merupakan suatu rangkain kegiatan yang
melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa,
yang dilakukan secara terencana dan terarah
dalam rangka mengubah pola tingkah laku,
sikap dan kemampuan berfikir logis dan
sistematis.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar diasumsikan sebagai
perolehan siswa tentang pelajaran yang
diperoleh dari awal sampai dengan akhir
pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai.
Hal ini didukung oleh Sudjana (2005:22) yang
menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Sudjana (2005:56-57) menjelaskan
bahwa hasil belajar yang dicapai siswa melalui
proses belajar mengajar yang optimal
cenderung menunjukkan hasil yang bercirikan
sebagai berikut: (a) kepuasan dan kebanggaan
yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik
adalah semangat juang untuk belajar yang
tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. (b)
menambah keyakinan dan kemampuan dirinya.
dan (c) hasil belajar yang dicapainya bermakna
bagi dirinya seperti akan tahan lama
diingatannya, membentuk perilakunya,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
dapat digunakan sebagai alat untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan
lainnya, kemauan dan kemampuan untuk
belajar sendiri, dan mengembangkan
kreativitasnya.
Hasil belajar peserta didik dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain)
yang menurut Sudrajat (2008:3) terdiri atas
domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Namun dalam penelitian ini, hasil belajar
matematika yang hendak diukur dibatasi pada
hasil belajar di ranah (domain) kognitif.
Bloom dalam Purwanto (2004:43) membagi
tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang
termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu
pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil
belajar matematika pada ranah kognitif adalah
suatu nilai yang diperoleh sebagai hasil dari
proses pembelajaran yang mencerminkan
kemampuan peserta didik dalam memenuhi
suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar
dalam suatu kompetensi dasar yang
dirumuskan dalam pengetahuan hafalan,
pemahaman, penerapan aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Alat Peraga
Menurut Sastrapradja (1981:18) bahwa
alat peraga adalah alat-alat yang dapat
288 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
digunakan untuk membantu memperjelas
bahan atau materi yang disampaikan oleh guru
sehingga siswa dapat mengindera dengan baik
dan membawa kesan yang lebih lama. Ahmadi
(1985:123) mengatakan alat peraga adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
mengajar agar pelajaran dapat langsung diamati
melalui panca indera. Sedangkan Rahadi
(2003:10) mengatakan bahwa alat peraga
adalah alat (benda) yang digunakan untuk
memperagakan fakta, konsep, perinsip atau
posedur tertentu agar tampak lebih
nyata/konkrit.
Ruseffendi, (1980:1) mengemukakan
bahwa pelajaran matematika yang
menggunanakan alat peraga dapat berfungsi
sebagai berikut :
1) Proses belajar mengajar termotivasi. Baik
siswa maupun guru terutama siswa
minatnya akan timbul. Ia akan senang,
terangsang, tertarik, dan bersikap positif
terhadap pengajaran matematika.
2) Konsep abstrak matematika tersajikan
dalam bentuk konkrit, dan karena itu dapat
difahami dan dapat ditanamkan pada
tindakan yang lebih rendah.
3) Konsep-konsep abstrak yang disajikan
dalam bentik-bentuk konkrot yaitu dalam
bentuk model matematika yang dapat
dipakai sebagai objek penelitian maupun
sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan
relasi baru menjadi banyak.
4) Hubungan antara konsep-konsep abstrak
matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan lenih difahami.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan alat
peraga dalam pendidikan adalah sesuatu alat
yang dapat digunakan untuk memperjelas
bahan pelajaran yang disajikan oleh guru agar
proses belajar siswa berlangsung dengan baik,
yakni siswa dalam menerima pelajaran dapat
mengfungsikan alat inderanya terutama mata
dan telinga dengan baik dalam menerima
pelajaran lebih efektif dan efisien.
Penggunaan Alat Peraga Manik-Manik
dalam Operasi Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Bulat.
Alat peraga manik-manik digunakan
untuk memberikan pemahaman tentang
pengerjaan bilangan bulat dengan
menggunakan konsep himpunan. Sesuai
konsep pada himpunan, kita dapat
“menggabungkan” atau “memisahkan” dua
himpunan yang anggotanya berbentuk manik-
manik. Bentuk manik-manik ini dapat berupa
bangun setengah lingkaran, apabila sisi
diameternya dihimpitkan atau digabungkan
akan membentuk lingkaran penuh. Bentuk alat
ini juga dapat dimodifikasi kedalam bentuk-
bentuk lain asal sesuai dengan prinsip kerjanya,
dalam hal ini alat peraga manik-manik yang
dimaksud terbuat dari kertas karton dan alat ini
terdiri dari dua warna, misalnya warna hijau
untuk menandakan bilangan negatif dan warna
pink untuk untuk menandakan bilangan positif.
Dalam alat ini, bilangan nol diperlihatkan oleh
dua buah manik-manik dengan beda warna
yang dihimpitkan pada sisi diametermya,
sehingga terbentuk lingkaran penuh. Bentuk
netral ini digunakan pada saat melakukan
operasi pengurangan a – b dengan b lebih besar
dan a atau b merupakan bilangan negatif.
Dalam konsep himpunan, “opersi
gabung” atau proses penggabungan atau proses
penggabungan dapat diartikan sebagai
penjumlahan, dan “proses pemisahan” atau
“pengambilan” dapat diartikan sebagai
pengurangan. Berarti kalau kita
menggabungkan sejumlah manik-manik ke
dalam kelompok manik-manik lain, maka sama
halnya dengan melakukan penjumlahan.
Sebaliknya kalau kita melakukan proses
pemisahan sejumlah manik-manik keluar dari
kelompok manik-manik, maka sama halnya
dengan melakukan “pengurangan” (Muhsetyo.
2002:7).
Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran matematika
memerlukan media yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi atau
materi pelajaran yang dimaksudkan untuk
mengoptimalkan pencapaian sutu tujuan
pembelajaran yang telah diterapkan. Fungsi
media pembelajaran dalam pembelajaran
matematika dimaksudkan agar komunikasi
antara guru dan siswa dalam hal pencapaian
pesan, siswa lebih memahami dan mengerti
tentang konsep abstrak matematika yang
diinformasikan kepadanya. Dengan demikian
siswa yang diajar mudah memahami materi
yang diajarkan.
Penggunaan alat peraga (termasuk
manik-manik) dalam pembelajaran metematika
khususnya pada pokok bahasan operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
merupakan suatu metode yang membantu
mempermudah siswa dalam memahami materi
yang diajarkan. Dengan menggunakan alat
peraga siswa dapat mempraktekkan secara
langsung menjumlahakan maupun
mengurangkan suatu bilangan bulat. Cara ini
membantu mempermudah siswa memahami
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 289
konsep lebih baik sehingga akan mendorong
peningkatan hasil belajarnya secara optimal.
Sedangkan pembelajaran tanpa menggunakan
alat peraga pada materi yang sama akan
menyebabkan siswa mengalami kesulitan
dalam memahaminya. Hal ini disebabkan
karena guru hanya memberikan contoh-contoh
yang bersifat absatrak yang ada pada buku atau
sekedar menggambarkan di papan tulis saja
sebagai contohnya.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, maka
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan alat peraga manik-
manik, hasil belajar matematika siswa kelas IV
SD Negeri 164 Ara pada materi ajar
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
dapat meningkat.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termaksud dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang
memiliki karakteriktis 1) perencanaaan, 2)
pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) evaluasi,
dan 5) refleksi yang dilakukan dalam dua
siklus.
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara yang
terdiri atas 7 orang, 1 orang perempuan dan 6
orang laki-laki. Dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2006 /2007.
Faktor-faktor yang diselidiki
Faktor-faktor yang diselidiki dalam
penelitian ini adalah :
1) Faktor guru, mengamati aktivitas guru
dalam menyajikan materi pelajaran sesuai
dengan penggunaan alat peraga manik-
manik serta bagaimana cara guru dan
peneliti merancang atau merencanakan
tindakan perbaikan pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
2) Faktor siswa, mengamati aktivitas siswa
selama mengikuti proses pembelajaran dan
untuk mengetahui kemampuan siswa
memahami materi pelajaran setelah selesai
proses pembelajaran.
Prosedur Penelitian
Secara rinci, prosedur tindakan kelas ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Perencanaan, adapun kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini meliputi :
a. Membuat skenario pembelajaran yang
tercantum dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Setiap skenario digunakan
dalam satu kali pertemuan di kelas.
Prosedur dalam penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus.
b. Membuat lembar observasi untuk
melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika menggunakan
alat peraga manik-manik.
c. Membuat alat evaluasi untuk melihat
apakah hasil belajar matematika siswa
dengan menggunakan alat peraga manik-
manik dapat ditingkatkan.
d. Membuat jurnal refleksi diri.
2) Pelaksanaan tindakan, pada tahap ini
pemberian tindakan dilakukan sebanyak dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan.
3) Lembar observasi yang dimaksud berupa
lembar yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan proses pembelajaran
yang terdapat dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Aspek yang akan diobservasi
pada tahap ini adalah kondisi pembelajaran
di kelas ketika menggunakan alat peraga
manik-manik.
4) Evaluasi, kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini adalah melaksanakan proses
evaluasi dengan memberikan evaluasi hasil
belajar kepada siswa pada setiap akhir
siklus.
5) Refleksi, dilakukan untuk melihat
kelemahan/kekurangan maupun kelebihan-
kelebihan yang ada dijadikan dasar untuk
pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya.
Data dan Cara Pengambilan Data
1) Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah
guru dan siswa, yaitu data tentang
keterampilan guru dan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran serta data
tentang nilai evaluasi hasil belajar
matematika pada evaluasi siklus I, dan
evaluasi siklus II.
2) Jenis data
Jenis data yang diperoleh adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari evaluasi hasil
belajar siswa, sedang data kualitatif
diperoleh dari lembar observasi dan hasil
refleksi diri.
3) Cara pengambilan data
a. Data kuantitatif tentang hasil belajar
matematika diambil melalui evaluasi
hasil belajar.
290 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
b. Data kualitatif tentang pelaksanaan
pembelajaran serta perubahan-perubahan
yang terjadi di kelas diambil dengan
lembar observasi untuk hasil observasi
dan dengan jurnal untuk hasil refleksi
diri.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini ada
dua, yaitu:
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk
menganalisis data siswa yang aktif sesuai
indikator pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dalam proses
pembelajaran Matematika, sedangkan analisis
kuantatif digunakan untuk menganalisis hasil
belajar siswa pada setiap siklus I dan siklus II.
1) Dari segi proses, tindakan dikatakan
berhasil jika 80% rencana pembelajaran
terlaksana
2) Dari segi hasil, tindakan dikatakan berhasil
jika minimal 75% siswa telah memperoleh
nilai minimal 65 (Ketentuan KKM
Matematika untuk kelas IV SD Negeri 164
Ara).
1. Hasil Belajar Siswa SIKLUS I
Data atau hasil belajar yang dicapai
siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara setelah
menerapkan alat peraga manik-manik, dari
7 jumlah siswa semuanya sudah
mendapatkan nilai yang sesuai dengan
KKM. Dari jumlah tersebut terdapat 2 orang
mendapat nilai 70, 4 orang lainnya
mendapat nilai 65, dan terdapat 1 orang
siswa mendapatkan nilai 60. Secara tidak
langsung, hasil belajar siswa pada siklus
satu sudah mencapai standar ketuntasan,
meskipun nilai siswa masih sangat standar.
Hal ini terjadi karena jumlah siswa yang
sangat sedikit, sehingga pembelajaran
Alternatif
Pemecahan
(Rencana Tindakan)
II
Belum
Terselesaikan
Observasi II Evaluasi II
Refleksi II
Pelaksanaan
Tindakan II
Siklus
II
Terselesaikan
Siklus
I
Terselesaikan
Pelaksanaan
Tindakan I
Alternatif Pemecahan
(Rencana Tindakan) I Observasi awal
Permasalahan
Refleksi I Observasi I Evaluasi I
Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas
(Tim pelatih proyek PGSM.
1999:27)
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat dengan Menggunakan Alat Peraga Manik-Manik di Kelas IV SD Negeri 164 Ara Dinarwati 291
benar-benar terarah pada semua siswa, dan
situasi kelas dapat terkontrol dengan baik.
Tetapi masih ada 1 orang siswa yang belum
mencapai nilai KKM. Jadi, penelitian ini
tetap dilanjutkan pada siklus ke dua, unuk
lebih meningkatkan hasil belajar siswa dan
semua siswa bisa memperoleh nilai 65.
Perolehan nilai tertinggi 70, nilai terendah
60, dari nilai ideal 100 dan nilai rata-rata
66,57%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar
85,7% yaitu 6 siswa dari 7 siswa termasuk
kategori tuntas dan 1 siswa atau 14,2% dari
7 siswa yang termasuk kategori tidak tuntas.
2. Hasil Belajar Siswa SIKLUS II
Data atau hasil belajar yang dicapai
siswa kelas IV SD Negeri 164 Ara setelah
menerapkan alat peraga manik-manik,
orang siswa mendapat nilai 90, dan 5
orang siswa memperoleh nilai 80.
Perolehan nilai tertinggi 94, nilai terendah
80, dari nilai ideal 100 dan nilai rata-rata
87,57%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
siklus II persentase ketuntasan siswa
sebesar 100% dari 7 siswa termasuk dalam
kategori tuntas.
Pembahasan
Hasil analisis penelitian yang dilakukan
siswa kelas IV SDN 164 Ara pada mata
pelajaran Matematika dengan menggunakan
alat peraga manik-manik, hasil belajar siswa
pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat siswa dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II
pada umumnya dapat meningkat. Hal ini dapat
terlihat dari hasil persentase ketuntasan siswa
pada siklus I sebesar 85,7% yaitu 6 siswa dari 7
siswa termasuk kategori tuntas dan 1 siswa
atau 14,2% dari 7 siswa yang termasuk
kategori tidak tuntas. Dan mengalami
peningkatan secara signifikan pada siklus II
yaitu persentase ketuntasan siswa sebesar
100% dari 7 siswa termasuk dalam kategori
tuntas.
Hal ini dapat terjadi karena adanya
perubahan yang terjadi selama melaksanakan
proses pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga manik-manik pada pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
yaitu; 1) Kehadiran siswa pada siklus I dan
siklus II selalu 100%; 2) Secara umum hampir
setiap pertemuan diamati menunjukkan
peningkatan secara perlahan-lahan; 3) Siswa
aktif dalam menjawab pertanyaan teman
sendiri maupun dari guru pada siklus I ke
siklus II semakin meningkat; 4) Ketuntasan
hasil belajar pada siklus II mencapai 100% dan
semua siswa memperoleh nilai yang sangat
baik. Jadi dengan menggunakan alat peraga
manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa terkhusus pada pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat.
Hal ini sejalan dengan Bruner dalam
teorinya menyatakan bahwa dalam proses
belajar siswa sebaiknya diberikan kesemptan
untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga).
Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat
melihat langsung bagaimana keteraturan serta
pola yang terdapat dalam benda yang
diperhatikannya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan alat peraga manik-manik
pada mata pelajaran matematika pokok bahasab
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IV SDN 164 Ara. Adapun hasil penelitian yang
dilaksanakan selama 2 siklus ini yaitu siklus I
rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,57%
termasuk katagori sedang, dengan persentase
ketuntasan sebesar 85,7%. Sedangkan pada
siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 87,57%
termasuk dalam katagori tinggi, dengan
ketuntasan belajar 100%, ini berati
memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
proses pembelajaran pada siklus II.
SARAN
Saran yang dapat penulis kemukakan
berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Metode pembelajaran dengan menggunakan
alat peraga manik-manik dapat dijadikan
salah satu alternatif menciptakan proses
belajar mengajar yang menyenangkan yang
dapat diterapkan pada pembelajaran
matematika sehingga aktivitas dan hasil
belajar yang diperoleh dapat maksimal.
2) Diharapkan kepada tenaga-tenaga pengajar
bidang studi khususnya bidang studi
matematika untuk menggunakan metode
maupun model pembelajaran yang sesuai.
292 Jurnal Pinisi Research | Volume 12 Nomor 4 | Edisi November 2017
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1985. Pengantar Metode
Didaktik. Bandung : Armico.
Hudoyo, Herman. 1984. Strategi Belajar
Mengajar. Malang : Depdikbud.
----------, Herman. 1988. Strategi Belajar
Mengajar Matematika. Malang : IKIP
Malang.
Muhsetyo, Gatot. 2002. Pembelajaran
Matematika SD. Universitas Terbuka :
Jakarta.
Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran.
Jakarta : Pendidikan Nasional.
Roestiyah, N.K. 1994. Masalah Pengajaran
Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ruseffendi, ET. 1980. Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Tarsito.
Sastrapradja. 1981. Kamus Pendidikan dan
Umum. Jakarta : Usaha Nasional.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka
cipta.
----------. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Cetakan ke-4.
Jakarta : Bina Aksara.
Sudjana, Nana. 1995. Teori-Teori Belajar
Untuk Pengajaran. Jakarta : Fakultas
Ekonomi UI.
-----------------. 2005. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung :
PT. Remaja Rosdikarya.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Penilaian Hasil
Belajar. Bandung : Tarsito.
Dr. Drs. Baharuddin
Patangngai., SE, M. Si.
Lahir Bulukumba pada
tanggal 10 November 1967,
pendidikan SDN. 10 Ela-Ela
Tahun 1980, SMPN 2
Bulukumba 1983, SMAN 1
Bulukumba 1986, S1 Kimia
(IKIP UP), S1 Ekonomi
(STIE W.Bakti), S2 Magister
Manajemen (UMI-Makassar), S3 Doktor Ilmu
Manajemen Ekonomi (UMI Makassar). Bekerja
sebagai staf pegawai Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten
Bulukumba, Jabatan Kepala Bidang Pembangunan,
Inovasi, dan Teknologi, sebagai pemerakarsa terbitan
Jurnal Pinisi Research Balitbangda dan sebagai dosen
di beberapa Perguruan Tinggi di Bulukumba (Akper,
STKIP Muhammadiyah, STAI Algazali, STIKES
Panrita Husada), telah menulis kajian di berbagai
terbitan jurnal antara lain:
1. Work Stress : Tinjauan Teoritis & Pengaruhnya
Terhadap Kinerja Individu Organisasi
2. Korelasi NEM SLTP dengan Prestasi belejar di
Kabupaten Bulukumba
3. Analisis Peningkatan Kinerja Pegawai Dinas
Pemukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten
Sinjai
4. Human Resources Dalam Manajemen
Perubahan Paradigma Keunggulan Kompetitif
Daerah
5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Motivasi kerja, Kemampuan Terhadap Kualitas
Kekaryaan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten
Bulukumba
6. Analisis Sumber Daya Demografi Kabupaten
Bulukumba dalam Meningkatkan Pembangunan
Berbasis Potensi Lokal
7. Upaya Bank Syari’ah Mendorong Tumbuhnya
Sektor Riil di Kabupaten Bulukumba
8. Pola Pemanfaatan Anggaran Berbasis Akrual di
Tingkat Satuan Pendidikan di Kabupaten
Bulukumba
9. Potensi Ekowisata dalam Kawasan Kebun Raya
Kahayya Kabupaten Bulukumba
10. Analisis Strategi Penuntasan Wajib Belajar 12 tahun di Kabupaten Bulukumba
11. Implementasi Kualitas Pendidikan dan Berintegritas di Kabupaten Bulukumba
Dan pernah mengikuti pelatihan antara lain : Pelatihan yang diikuti : • Latihan Kepemimpinan IV oleh Badan Diklat
Provinsi Sulawesi Selatan 2004 • Pendidikan Latihan Kepemimpinan III (Diklatpim
III pola baru angk.II tahun 2014 Kemdagri) • Pelatihan Perbendaharaan dan Perpajakan
Depdiknas 2006 • Pelatihan Pengembagan dan Analisis Kurikulum
Nasional Depdiknas 2004 • Pelatihan Modelin Pembelajaran Depdiknas 2004 • Pelatihan Pembuatan Renstra Unit Kerja
Depdiknas • Pelatihan Pembuatan Lakip Unit Kerja Depdiknas • Pelatihan Pemodelan data SIMPEG Depdiknas • Pelatihan ICT dan TV Education Dikmenjur
Depdiknas • Pelatihan KTSP Melalui BSNP Depdiknas 2006 • Pelatihan pembuatan Rencana Pengembangan
Pendidikan Kabuapten (RPDK) Se Indonesia 2009.
• Trainer Word Bank Operational Budgeting School by programing sucses study pundamental education 9 years of Indonesian 2009
• Training and Advocation PUG Round Table and Discussion Education Planning Budgeting Program Depdiknas 2009
• Pelatihan Peningkatan Kompotensi Teknis Sumber Daya Manusia Fungsional Pendataan Pendidikan dari PSP Balitbang Depdiknas 2009
• Pelatihan Peningkatan Kemampuan Penyusunan Profil Pendidikan Tahun 2009 Depdiknas Setjend Biro Perencanaan dan Kerja sama Luar Negeri (KLN) Jakarta
• Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU) PSP-Balitbang- Depdiknas 2009
• Pelatihan pengelolaan pendataan pendidikan dan ICT, Pusat Statistik Pendidikan, Balitbang Kemendiknas 2010
• Training From The American People USAID for Improving Public Services Performance 2011
Biodata Penulis
VOL. 12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017
Idaharyani, S.Pd, M.Pd
Lahir di Lasi tanggal 11 Mei
1965. Menamatkan
pendidikan di SDN Kilo
tahun 1977, SMPN 2 Bima
pada tahun 1981 dan SMAN
1 Bima tahun 1984. Penulis
menyelesaikan D-2 Jurusan
Matematika di IKIP Ujung
Pandang tahun 1987, S-1
Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri
Makassar (UNM) pada tahun 2002 dam S-2
Pendidikan Matematika UT 2013.
Ibu Hj. Lentang binti A.Wahab Ponceng (Alm.)
Makassar, Sul-Sel, ayah (Alm.) H.A.Abdullah Abdul
Madjid Dg Pasulle berasal dari Bone Sulawesi
Selatan. Penulis adalah putri ketiga dari 10
bersaudara.
Menikah pada November 1989 dengan M.Amiruddin
M., S.Pd, M.Pd. dan Alhamdulillah dikaruniai tiga
orang anak, yaitu Ratnah Kurniati M.A, S.Pd, M.Pd
lahir tahun 1991, Gufran Efendi, S.T lahir tahun 1993,
dan Ratna Jannatin M.A lahir tahun 1995.
Prestasi yang pernah dihasilkan adalah juara 1 guru
berprestasi tingkat kabupaten Bulukumba tahun 2017
dan juara 3 guru berprestasi tingkat propinsi Sulawesi
Selatan. Penulis telah menghasilkan buku dengan
judul “Guru Eksis Why Not”, “Cara mudah membuat
media pembelajaran Interaktif dengan Focusky” dan
“Membuat Media Pembelajaran Dengan Crazytalk
Animator Pro”
Email/Fb/Blog [email protected],
http://facebook.com/Idaharyani1105 http://idaharyan
ipasulle,wordpress.com, HP/WA/Tel. :
082191676667
Ir. Racmat Seno Adji,
MM. Lahir di Banyumas 7 Juli
1959, adalah pejabat
fungsional (widyaiswara) di
Balai Besar Pelatihan
Pertanian (BBPP)
Batangkaluku. Gelar sarjana
di peroleh dari Fakultas
Peternakan Universitas,
Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, jurusan
Produksi Ternak, tahun 1986. Sedang gelar Magister
Managemen (MM) diperoleh dari Universitas Muslim
Indonesia Makassar, program study Pemasaran tahun
2005. telah menulis artikel pada terbitan jurnal dengan
judul artikel ”Analisis Pendapatan Usaha Tani dan
Pemasaran Telur Itik Kelompok Tani Parde’de Desa
Gentungan Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten
Gowa”.
Mustafa, MSi Lahir tanggal 31 Desember
1962. Tempat Polejiwa
Kabupaten Bone Profisi
Sulawesi Selatan Pendisikan
S1 dilakukan di Universitas
Muhamadyah Makassar lulus
tahun 2002 dengan jurusan
Sosial Politik, sedang S2
dilaksanakan di Universitas
Samratulangi Menado dengan Program Study
Manajemen Agribisnis lulus pada tahun 2007. Bekerja
pada Balai Besar Pelatihan Pertanian Baatngkaluku
dengan spesialisasi Sosial Ekonomi.
Rosma D, S.Pd Lahir tanggal 31 Desember
1963 di Desa Sampeang
Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba, dan
merupakan anak kedua dari
sembilan bersaudara dari
pasangan H. Daraming dan
Hj. Mariana. Pendidikan
Sekolah Dasar ditempuh di SD Pangi-pangi I dari tahun 1969 dan tamat pada tahun 1974. Pendidikan berikutnya ditempuh di Madrasah Tsanawiyah Sampeang pada tahun 1975 dan tamat pada tahun 1977. Kemudian pada tahun 1978 melajutkan pendidikan di SMEA Negeri Bulukumba dan tamat pada tahun 1981. Pada tahun 1982 melanjutkan studi di Perguruan Tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan IPS Jurusan IPS Terpadu Fakultas FKIS Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP Ujung Pandang) , jenjang studi Diploma dua (D2) dan selesai pada tahun 1983. Pada tahun 1984 terangkat menjadi PNS di SMP Negeri Barebbo Kabupaten Bone. Pada tahun 1988 pindah ke SMP Negeri Bialo Kabupaten Bulukumba. Selanjutnya pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan diploma tiga (D3) di IKIP Ujung pandang dan tahun 1999 menempuh pendidikan S1 di Universitas Veteran RI Makassar jurusan PPKN dan selesai tahun 2001. Tahun 2002, pindah tugas ke SMP Negeri 1 Bulukumb. Pada tahun 2006 kembali mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Makassar pada jurusan Pendidikan Sejarah sebagai penyetaraan jenjang studi S1 dan selesai tahun 2007.
Ray Suryadi, S. Pd Was born in Ujung Pandang
on Februari 12th
, 1986. He is
the first from three childrens
of H. Muh. Hasyim, MM.
and Hj. Dra. Nurdiati
Palandra. He is a husband of
Ria Hajriah, S.Pd. His
educational background
began in elementary school
at SD Inpres Lembang Cina II Bantaeng in 1994 and
SDN 3 Pangkajene Sidrap and graduated in 1997. The
he continue at SMPN 1 Sidrap and graduated in 2000.
After that he continue again his study at SMAN 1
Pare-pare and graduated in 2003. He again continue
his study at UNM and he took business English study
program and graduated in 2006. He is a never stop
studying man. After graduating at Business English in
2006 he directly continue to English Education at the
same university and the same year to take educator
degree. He graduated at UNM in 2008. After applying
the knowledge he gain at university to the society for
five years he thought he need some improvement in
teaching English. So, he then continue again his study
at UNM for magister degree at the same lovely
university namely, State University of Makassar or
familiar called UNM in 2013 and graduated in 2015.
May Allah always guide and bless him. InsyaAllah.
Aamiin.
Darmaeni, S.Pd., M.Pd. Lahir di Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan pada
Tanggal 07 Februari 1970
dari pasangan suami istri H.
Mustamin dan Alm. Hj.
Rostina. Tahun 1977 masuk
Sekolah Dasar (SD) Negeri 2
Terang-Terang Bulukumba
dan tamat pada tahun 1983.
Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan
pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Negeri Bulukumba (SMP Negeri 1 Bulukumba) dan
tamat pada tahun 1986. Pada tahun itu juga
melanjutkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) Negeri Bulukumba (SMA
Negeri 1 Bulukumba) dan tamat pada tahun 1989.
Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan pada
program studi pendidikan Kimia Fakultas MIPA
IKIP Ujung Pandang Provinsi Sulawesi Selatan dan
memperoleh gelar sarjana pendidikan Kimia pada
tahun 1995. Penulis mengawali karier sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Bulukumba pada bulan Februari tahun 2005 di SMP
Negeri 1 Bulukumba sampai sekarang. Pada tanggal
08 Agustus 2000 menikah dengan Muhammad Safri,
S.Pd, MM dan sampai sekarang telah dikaruniai dua
permata hati, yaitu ST. Khaerun Fathiyah (15 tahun),
dan Ahmad Khaerul Amer (12 tahun). Pada tahun
2014 penulis melanjutkan pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Kimia Program
Pascasarjana UNM Makassar .
Nirwana, S. Pd. Lahir di Kabupaten
Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan, anak ke
dua dari tiga bersaudara dari
pasangan Muhammad Zain L
dengan Salma, tamat dari
SDN 78 Bontoa, SMP Negeri
5 Bulukumba, Madrasah
Aliah Negeri (MAN) 2
Tanete tahun 2009. Menyelesaikan Sarjana Program
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Tinggi
Ilm Agama Islam ( STAI- Algazali) Bulukumba
tahun 2017. Menjadi karyawan pada salah satu
koperasi terkemuka di Kabupaten Bulukumba
(Koperasi Berkat) pada tahun 2009 sampai dengan
2012, kemudian menjadi staf Pengajar pada
Kementrian Agama Kabupaten Bulukumba yaitu
Madrasah Ibtidayah (MIS) Paranglohe sejak tahun
2013 hingga sekarang.
Dinarwati, SPd., SD, Lahir pada tanggal 2
November 1962 di Ara
Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan.
Riwayat Pendidikan dimulai
dari SDN 164 Ara dan
menyelesaikan pendidikan
pada tahun 1962. Kemudian
melanjutkan pendidikannya di SMPN Bontobahari
dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun
1975). Kemudian melanjutkan pendidikan di SPGN
Bulukumba Diploma 2 UT dan selesai pada tahun
1998. Terakhir menyelesaikan pendidikannya di S1
UT pada tahun 2011.
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL PINISI RESEARCH
1. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris dalam bidang kajian pemerintahan
daerah.
2. Substansi artikel diharapkan sejalan dengan panduan penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bulukumba.
http://[email protected]
3. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baku, baik, dan
benar.
4. Sistematika Penulisan
Sistematika penjengjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan cara
berikut :
(1) Judul ditulis dengan huruf besar semua, debagian tengah atas pada halaman pertama
(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan huruf pertama besar semua di tengah/center
(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar-kecil rata tepi kiri
@ Sistematika artikel hasil penelitian adalah : judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama
dan alamat institusi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata) yang berisi tujuan,
metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul)
yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil
penelitian dan pembahasan; simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang
dirujuk).
JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”, “pengaruh”)
Penulis 11 dan Penulis 2
2
1 Nama instansi/lembaga Penulis 1
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
2 Nama instansi/lembaga Penulis 2
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
(Jika nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)
E-mail penulis 1 dan 2:
Abstract: Abstract in English (125-150 words)
Keywords: 4 – 5 words/phrase
Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)
Kata kunci: 4 – 5 kata/frase
PENDAHULUAN (Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan dalam
paragraf-paragraf bukan dalam bentk subbab)
VOL.12 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2017
METODE PENELITIAN
Sub bab
…
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Hasil adalah gambaranlokus, pembahasan adalah analisis dan interpretasi)
Sub bab
…
SIMPULAN
(Simpulan adalah hasil dari pembahasa yang menjawab permasalahan peneliti)
DAFTAR PUSTAKA
@ Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); dan
alamat instansi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata); kata-kata kunci (4-5 kata
kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang
lingkup tulisan; bahasa utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-judul); simpulan; daftar
rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
JUDUL
Penulis
Nama instansi/lembaga penulis
Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis
E-mail penulis
Abstract: Abstrack in English (125-150 words)
Keywords: 4 – 5 words/ phrase
Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5. Artikel diketik pada kertas ukuran A4 berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai dengan
subyek dan metode penelitian (bila naskah tersebut ringkasan penelitian), biasanya 20-25 halaman
dengan spasi satu, untuk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).
6. Abstrak, ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam bentuk bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak tidak memuat uraian matematis, dan mencakup esensi utuh
penelitian, metode dan pentingnya temuan dan saran atau kontribusi penelitian.
7. a. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, (2) Untuk mengetahui apakah persentase kepemilikan
manajemen berperan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan
nilai perusahaan, dan (3) Untuk mengetahui apakah tipe industri berperan sebagai variabel
moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan?
b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dengan dalam paragraf dengan menggunakan tanda koma
pada antarkata/kalimat tanpa bullet.
8. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada halaman
sesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomor
urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul table diletakkan di atas tabel sedangkan judul
gambar diletakkan di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel
sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.
d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang refresentatif.
9. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi
nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan
baris tersebut. Contoh:
wt = f (yt, kt, wt-1)
10. Keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan symbol sama dengan (=) masing-
masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:
Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas
modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya
11. Perujukan sumber acuan di dalam teks (body teks) dengan menggunakan nama akhir dan tahun.
Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan
dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang
aslinya.
Contoh:
Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..
Nuraeni dan Daryoky (1997) menunjukkan adanya…..
Yunus dkk (2007) berkesimpulan bahwa…..
Untuk meningkatkan perekonomian daerah….. (Rizky, Mentari, dan Dhirga Bramurti, 2009)
Indah (2009) berpendapat bahwa…..
12. Setiap kutipan harus diikuti sumbernya (lihat poin no. 11) dan dicantumkan juga dalam daftar
pustaka. Contoh:
Di dalam paragraf isi (Body Text) ada kutipan:
Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..
Maka sumber kutipan tersebut wajib dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:
Buiter, W. H. 2007. The Fiscal Theory of Price Level: A Critique, Economic Journal,
112(127):459
13. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang dijadikan rujukan adalah pustaka yang diterbitkan 10
tahun terakhir dan diutamakan lebih banyak dari Jurnal Ilmiah (50 persen). Penulis disarankan
untuk merujuk artikel-artikel pada Jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi.
14. Unsur yang ditulis dalam daftar pustak secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang,
nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul buku termasuk
subjudul. (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit.
Contoh cara penulisan:
a. Format rujukan dari buku: Nama pengarang. (tahun). Judul Buku.Edisi Kota penerbit: Nama
Penerbit.
Jika penerbit sebagai editor tunggal, ditulis (Ed.) di belakang namanya. Ditulis (Eds.) jika
editornya lebih dari satu orang. Kemudian bila pengarang lebih dari 3 orang, dituliskan nama
pengarang pertama dan yang lain disingkat “dkk”(pengarang domestik) atau “et.al” (pengarang
asing)
Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second edition. New York: John Wiley &
Son.
Purnomo, Didit (Ed.) 2005. The Role of Macroeconomic Factors in Growth. Surakarta:
Penerbit Muhammadiyah University Press
b. Format rujukan dari artikel dalam buku ditulis: Nama Editor (Ed.), (tahun) judul
tulisan/keterangan, Judul Buku..hlm atau pp. kota penerbit: nama penerbit.
Daryoky (Ed.). 2005. Concept of Fiscal Decentralization and Worldwide Overview (hlm.12-25).
Bulukumba: Penerbit Muhammadiyah University Press.
c. Format rujukan dari artikel dalam jurnal/majalah/Koran: Nama pengarang (tahun). Judul
tulisan/karangan. Nama jurnal/majalah/Koran. volume (nomor): halaman. Jika rujukan Koran
tanpa penulis, nama koran ditulis diawal
Yunus, MC. 2002. The Dilemma of Fiscal Federalism: Grants and Fiscal Performance around
the world. Amerirican Economic jurnal. 46(3): 670. Nashville: American Economic
Association.
Tridian. 2008. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksana Desentralisasi
Fiskal Efek. Warta Ekonomi. Vol. 4,. Agustus: 46-48
Harwanto, S. 2007, 13 November, DEsentralisasi Fiskal dan Pembangunan Ekonomi, Harian
Radar Bulukumba, hlm,7.
Harian Makassar. 2009, 1 April, Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia hlm, 4.
15. Referensi Online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:
a. Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:
http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium/
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/
c. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):
http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-
BID.PENGEMBANGAN.pdf
Pengiriman Artikel
1. Atikel dikirim sebanyak 2 eksemplar hardcopy, dan softcopy berupa file. File bisa dikirim melalui e-
mail [email protected] atau dalam media cd.
2. Artikel yang dikirim wajib dilampiri biodata ringkas pendidikan termasuk catatan riwayat karya-
karya ilmiah sebelumnya yang pernah dipublikasikan, institusi dan alamatnya, nomor telepon kontak
atau e-mail penulis.
3. Penulis yang menyerahkan artikelnya harus menjamin bahwa naskah yang diajukan tidak melanggar
hak cipta, belum dipublikasikan atau telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal lainnya.
4. Kepastian naskah dimuat atau tidak, akan diberitahukan secara tertulis atau melalui telepon. Artikel
yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan.
Alamat Jurnal Pinisi Research:
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA)
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Durian No. 2 Bulukumba
Telepon/Faks: +62413 81102 / +62413 81102
e-mail: [email protected]