BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS...

53
i BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PENDERITA KUSTA RAWAT INAP DI RS Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR TAHUN 2013 Oleh : Nasrul Hadi Akram C111 08 300 PEMBIMBING : DR. Dr. M. Tahir Abdullah, MSc, MSPH DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

Transcript of BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS...

Page 1: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

i

BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN

PENGOBATAN PADA PENDERITA KUSTA RAWAT INAP

DI RS Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR TAHUN 2013

Oleh :

Nasrul Hadi Akram

C111 08 300

PEMBIMBING :

DR. Dr. M. Tahir Abdullah, MSc, MSPH

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT &

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

Page 2: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

ii

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU

KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Telah Disetujui Untuk Dicetak dan Diperbanyak

Judul Skripsi:

“FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN

PENGOBATAN PADA PENDERITA KUSTA RAWAT INAP

DI RS Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR TAHUN 2013”

Makassar, 15 Agustus 2013

Pembimbing

DR. Dr. M. Tahir Abdullah, MSc, MSPH

Page 3: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

iii

PANITIA SIDANG UJIAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Skripsi dengan judul Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan

Pengobatan Pada Penderita Kusta Rawat Inap Di RS. Dr. Tadjuddin Chalid

Makassar Tahun 2013 telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di

hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu

Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

pada:

Hari/Tanggal : Jumat, 23 Agustus 2013

Waktu : 10.00 WITA

Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622

Ketua Tim Penguji

Dr. dr. M. Tahir Abdullah, MSc, MSPH

Anggota Tim Penguji

Dr. dr. A. Armyn Nurdin, MSc

Dr. Muhammad Rum Rahim, M.Kes

Page 4: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

iv

SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Agustus, 2013

Nasrul Hadi Akram, C 111 08 300

DR. Dr. M. Tahir Abdullah ,MSc, MSPH

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN

PENGOBATAN PADA PENDERITA KUSTA RAWAT INAP DI RS. Dr.

TADJUDDIN CHALID MAKASSAR TAHUN 2013

( + 54 halaman + 4 Gambar + 16 Tabel + lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang : Sampai akhir tahun 2007, Sulawesi Selatan masih menjadi

salah satu dari 14 provinsi di Indonesia yang angka prevalensinya di atas 1 per

10.000 penduduk. Pada tahun 2006, jumlah penderita kusta di Sulawesi Selatan

mencapai 1. 650 orang, sedangkan yang dinyatakan RFT hanya sebesar 1.049

penderita (63,57 %). Salah satu penyebab yang dapat mempersulit tercapainya

target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru, dan peningkatan angka

ketuntasan berobat yaitu ketidakpatuhan pengobatan pada penderita kusta.

Ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor.

Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan

desain cross sectional yang bersifat analitik.Jumlah sampel sebanyak 50 sampel

yang didapat dengan menggunakan rumus Slovin. Teknik pengambilan sampel

diambil dengan teknik consecutive sampling.Data yang dikumpulkan kemudian

diolah dengan menggunakan program SPSS 16, kemudian dilakukan analisis data

menggunakan program yang sama.

Hasil : Dari 7 variabel yang diteliti, semuanya memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan pengobatan. Dengan nilai p< 0,05, yaitu variabel umur (p= 0,0024),

jenis kelamin (p= 0,0017), pengetahuan (p= 0,007),peran keluarga (p= 0,015),

peran petugas (p= 0,007), cacat kusta (p= 0,005), dan reaksi kusta (p= 0,001)

Kesimpulan : Faktor umur, jenis kelamin, pengetahuan, peran keluarga, peran

petugas, cacat kusta, dan reaksi kusta memengaruhi kepatuhan pengobatan pada

penderita kusta rawat inap di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

dimana faktor reaksi kusta memiliki pengaruh yang paling dominan dibandingkan

faktor lainnya.

Kata Kunci : kepatuhan pengobatan, penyakit kusta, penderita kusta.

Daftar Pustaka: 24 (2000-2011)

Page 5: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin,segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb

semesta alam, satu-satunya zat yang patut dan berhak disembah, zat yang telah

membentangkan ke semesta alam setitik dari ilmunya yang maha luas, atas segala

limpahan karunia dan hidayah-Nya, atas Maha Rahman, Rahim dan ‘Alim-

Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam kepada junjungan dan suri tauladan terbaik manusia, Nabi

Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah mewariskan

ajaran dan ilmu terbaik,universal dan menjadi jalan yang lurus bagi setiap yang

mengikutinya.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan profesi dokter (kepaniteraan klinik) di Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin. Ada beberapa hambatan yang menambah warna-warni

dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis dapat melaluinya dengan

mengerahkan segenap pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Penulis

begitu menyadari bahwa rampungnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak. Dibalik hasil kerja keras ini, ada begitu banyak pihak

yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk berkontribusi dalam

penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan

dan terima kasih kepada :

1. Dua sejoli, Aditia Akram dan Halifah, ayahanda dan ibundaku tercinta

yang Allah SWT karuniakan untukku, yang telah mencurahkan segala rasa

Page 6: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

vi

kasih dan cintanya dan bahkan rela mengorbankan segenap hidupnya

untuk anak-anaknya, sungguh penulis tak akan pernah mampu

membalasnya, meski dengan apapun, hanya Allah SWT yang mampu

membalasnya

2. Prof.Dr.dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B.,Sp.BO(K) selaku Rektor Universitas

Hasanuddin

3. Prof.dr. Irawan Yusuf, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

4. Dr.dr. H. A. Armyn Nurdin, M.Sc, selaku Ketua Bagian IKM & IKK

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

5. Dr.dr. Muhammad Tahir Abdullah, MSc, MSPH, selaku pembimbing yang

telah mendampingi dan membimbing dengan sabar serta menyalurkan

buah pikirannya dengan tulus hingga skripsi ini rampung

6. Para dosen/ guru/ staf pengajar yang telah mendidik dan membekali

penulis dengan ilmu serta seluruh staf civitas akademika FK Unhas yang

telah banyak membantu selama penulis menyelesaikan studi di bangku

kuliah.

7. Gubernur Sulawesi Selatan c.q. Kepala BALITBANGDA Provinsi

Sulawesi Selatan

8. dr. H. Kamal Ali Parengrengi, M.Kes, selaku kepala Rumah Sakit

Dr. Tadjuddin Chalid

9. Pegawai dan staf RS. Dr. Tadjuddin Chalid yang telah membantu

pengambilan data penelitian

Page 7: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

vii

10. Semua keluarga yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

membantu melalui aliran doa-doanya

11. Teman-teman ‘seperjuangan skripsi’ : muti,ondeng, kiya, widya, rafli,

zubi, wenger, dara, acil, dll, terima kasih telah menemani berjuang

‘mengejar’ penguji demi ujian tepat waktu

12. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa masih terselip banyak kekurangan dalam

skripsi ini yang merupakan konsekuensi logis dari suatu proses pembelajaran.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif

demi penyempurnaan penelitian ini di masa mendatang.

Wassalam.

Makassar, Agustus 2013

Penulis

Page 8: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... ii

ABSTRAK............................................................................................... iv

KATA PENGANTAR............................................................................. v

DAFTAR ISI........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii

DAFTAR TABEL.................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang..................................................................... 1

1.2.RumusanMasalah .............................................................. 3

1.3. TujuanPenelitian

1.3.1. Tujuan Umum............................................................ 4

1.3.2. Tujuan Khusus........................................................... 4

1.4. ManfaatPenelitian

1.4.1. Manfaat Praktis ........................................................ 5

1.4.2. Manfaat Ilmiah.......................................................... 5

1.4.3. Manfaat Bagi Peneliti................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Umum tentangPenyakit Kusta.............................. 6

2.1.1. Defenisi....................……………………………... 6

2.1.2. Epidemiologi....…………………………………… 6

2.1.3. Etiologi...............………………………………….. 7

2.1.4. Cara Penularan.......................................................... 7

2.1.5. Manifestasi Klinis...................................................... 8

2.1.6. Klasifikasi Kusta.......................................................... 8

2.1.7. Diagnosa dan Pemeriksaan Kusta............................... 9

2.1.8. Pengobatan Kusta.......................................................10

2.2. Tinjauan Kepatuhan Pengobatan........................................... 11

2.2.1. Defenisi..................………………………………... 11

2.2.2. Konsep Motivasi.....………………………………... 12

2.2.3. Faktor yang Memengaruhi KepatuhanPengobatan .. 13

Page 9: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

ix

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 DasarPemikiranVariabel Penelitian.................................. 17

3.2. Gambaran Hubungan Variabel Yang Diteliti.......................17

3.2.1. VariabelIndependen……………………………….17

3.2.2. VariabelDependen………………………………....18

3.3. DefinisOperasionaldanKriteriaObjektif……………….... 18

3.3.1. VariabelIndependen……………………………….18

3.3.2. VariabelDependen………………………………....20

3.4. HipotesisPenelitian………………………………………. 20

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian...................................................................22

4.2. Lokasidan Waktu Penelitian…………………………….. 22

4.2.1. LokasiPenelitian.......................................................22

4.2.2.WaktuPenelitian………………………………..... 22

4.3. PopulasidanSampelPenelitian………………………….. 22

4.3.1. Populasi………………………………………….. 22

4.3.2. Sampel………………………………………….....22

4.4. KriteriaSeleksi.................................................................... 23

4.4.1. Kriteria Inklusi........................................................23

4.4.2. Kriteria Eksklusi.....................................................23

4.5. Jenis Data danInstrumenPenelitian……………………... 23

4.5.1 Jenis Data……………………………………...... 23

4.5.2. Instrumen Data…………………………………....23

4.6. Manajemen Penelitian.........................................................23

4.6.1. Pengumpulan Data....................................................23

4.6.2. Teknik Pengolahan Data..........................................23

4.6.3. Analisis Data............................................................24

4.7. EtikaPenelitian...................................................................24

4.8. Alur Penelitian.................................................................25

Page 10: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

x

BAB V. HASIL PENELITIAN

5.1. HasilPenelitian.................................................................. 26

5.2. Analisa Univariat................................................................. 26

5.2.1. Distribusi responden berdasarkan umur..................... 26

5.2.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin......... 27

5.2.3. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan.......... 27

5.2.4. Distribusi responden berdasarkan peran keluarga....... 27

5.2.5. Distribusi responden berdasarkan peran petugas.........28

5.2.6. Distribusi responden berdasarkan cacat kusta............. 28

5.2.7. Distribusi responden berdasarkan reaksi kusta............29

5.2.8. Distribusi responden berdasarkan kepatuhan...............29

5.3 Analisa Bivariat………………………………………......... 29

5.3.1. Hubungan umur dengan kepatuhan berobat.............. 30

5.3.2. Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan berobat... 30

5.3.3. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat.... 31

5.3.4. Hubungan peran keluarga dengan kepatuhan berobat..31

5.3.5. Hubungan peran petugas dengan kepatuhan berobat.. 32

5.3.6. Hubungan cacat kusta dengan kepatuhan berobat...... 33

5.3.7. Hubungan reaksi kusta dengan kepatuhan berobat... 33

5.3.8. Resume nilai variabel bebas yang diteliti terhadap

kepatuhan pengobatan........................................... 34

BAB VI. PEMBAHASAN

6.1. Faktor Umur......................……………………………. 35

6.2. Faktor Jenis Kelamin........................…………………. 35

6.3. Faktor Pengetahuan..........................…………………. 35

6.4. Faktor Peran Keluarga........................………………… 36

6.5. Faktor Peran Petugas........................…………………. 37

6.6. Faktor Cacat Kusta...........................…………………. 37

6.7. Faktor Reaksi Kusta........................…………………. 38

Page 11: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

xi

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan.......................................................................39

7.2. Saran................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 40

LAMPIRAN

Page 12: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Mikroskopik Mycobacterium leprae.......................................... 7

2. Bercak eritemaous pada daerah paha………….............................. 9

3. Skema kerangka konsep.................................................................. 18

4. Skema alur penelitian... .................................................................. 25

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Umur di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013........................ 26

5.2 DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013................... .. 27

5.3 DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013................... .. 27

5.2 DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Peran Keluarga

di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013................... .. 28

5.5. DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Peran Petugas di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013......................... 28

5.6. DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Cacat Kusta di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.......................... 28

5.7. DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Reaksi Kusta di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013......................... 29

5.8. DistribusiFrekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Berobat di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013........ .................. 29

5.9. Distribusi responden menurut umur dan kepatuhan pengobatan di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013............................ 30

5.10.Distribusi responden menurut umur dan kepatuhan pengobatan di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013........................... 30

5.11.Distribusi responden menurut pengetahuan dan kepatuhan

pengobatan di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013...... 32

5.12 Distribusi responden menurut peran keluarga dan kepatuhan

pengobatan di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013..... 32

5.13.Distribusi responden menurut peran petugas dan kepatuhan

pengobatan di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013..... 33

5.14.Distribusi responden cacat kusta dan kepatuhan pengobatan

di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013................... 33

5.15. Distribusi responden reaksi kusta dan kepatuhan pengobatan

di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.................... 33

5.16. Resume nilai p variabel bebas yang diteliti terhadap kepatuhan

Pengobatan................................................................................. 34

Page 13: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kusta hingga kini masih menjadi ancaman pada sebagian

masyarakat dunia. Penyakit menular ini banyak ditemui di Afrika, Asia, dan

Amerika Selatan. Jumlah penderita kusta di dunia pada saat ini diperkirakan 15

juta orang lebih, kebanyakan berasal dari daerah tropis. 1

Berdasarkan laporan WHO tahun 2005 prevalensi kusta di dunia tertinggi

terdapat di India, disusul Brazil, dan Indonesia. Secara nasional Indonesia telah

mencapai eliminasi kusta sejak Juni 2000. Namun, untuk tingkat provinsi dan

kabupaten sampai akhir tahun 2007 masih ada 14 provinsi dan 155 kabupaten

yang angka prevalensinya di atas 1 per 10.000 penduduk.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah seperti mengadakan

program Leprocy Elimination Campaign (LEC), disamping itu terdapat juga

program pengobatan gratis, namun ternyata masalah fobia terhadap kusta masih

tinggi di Indonesia.3

Salah satu faktor yang dianggap sebagai penyebab utama adalah karena

penyakit kusta menimbulkan masalah yang sangat kompleks, mulai dari aspek

medis, sosial, ekonomi, budaya, dan ketahanan sosial. Oleh karena itu, tidak

mengherankan jika penyakit tersebut pada akhirnya akan menimbulkan keresahan

yang sangat mendalam, tidak hanya pada penderita kusta tetapi juga pada

keluarganya serta masyarakat di sekitarnya. 3

Kenyataan seperti ini didukung dari hasil survei yang dilakukan di provinsi

Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan telah ditemukan adanya

pemahaman yang salah tentang penyakit kusta. Misalnya, penyakit kusta dianggap

sebagai penyakit akibat guna- guna, kutukan Tuhan, dan tidak dapat disembuhkan.

Akibat rasa takut yang berlebihan dan stigma negatif terhadap penyakit kusta, ada

kecenderungan kuat untuk mengisolasi penderita kusta. Dampak perlakuan

semacam itu menyebabkan penderita kusta menutup- nutupi penyakit yang

sesungguhnya diderita dan tidak mau berobat ke fasilitas kesehatan.3,4

Page 14: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

2

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan

populasi penduduk tinggi dimana penyakit kusta masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Sulawesi Selatan, pada tahun 2004, penderita kusta yang terdaftar sebanyak 1.568

penderita dan yang dinyatakan Release From Treatment (RFT) sebanyak 1.128

penderita (71 %). Pada tahun 2005, penderita kusta yang terdaftar sebanyak 1.086

penderita dengan yang dinyatakan RFT sebanyak 303 penderita (27,9 %). Pada

tahun 2006, jumlah penderita kusta di Sulawesi Selatan masih tetap tinggi yaitu

mencapai 1. 650 orang, dan yang dinyatakan RFT sebesar 1.049 penderita (63,57

%). Data ini menunjukkan bahwa angka ketuntasan pasien kusta dalam berobat

mengalami pasang surut dan belum mencapai target yang ditetapkan.5

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid,

jumlah pasien masuk pada bulan Februari berjumlah 73 orang, sedangkan pada

bulan Maret berjumlah 70 orang, dan pada bulan April sebesar 85 orang. Hal

tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kasus penderita kusta.5

Salah satu faktor yang dapat mempersulit tercapainya target eliminasi

kusta, menurunnya jumlah kasus baru, dan peningkatan angka ketuntasan berobat

yaitu faktor ketidakpatuhan pengobatan pada penderita kusta. Menurut Hardyanto

(2005), pengobatan yang adekuat dan teratur minum obat akan mengurangi

tingkat infeksi penderita yang menular, dan ketidakteraturan minum obat pada

penderita kusta akan berakibat buruk karena akan menimbulkan resistensi.6

Dalam penelitian Harjo (2000) di Kabupaten Majalengka ketidakteraturan

berobat penderita kusta sebesar 32,31% dan teratur berobat hanya sebesar 67,69%.

Dari jumlah responden yang diteliti sebanyak 208 penderita kusta, terlihat ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan, peran petugas kesehatan, dan

ketersediaan obat di puskesmas terhadap ketidakteraturan berobat penderita kusta.

Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Masduki (1993) di

Kabupaten Kuningan bahwa 83,5 % responden ternyata patuh berobat, dan

16,56% tidak patuh berobat. Ada hubungan faktor pendidikan, jenis kelamin, dan

pengetahuan mengenai penyakit kusta terhadap kepatuhan berobat.7

Skiner dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan determinan perilaku terdiri

Page 15: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

3

dari faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti umur,

jenis kelamin, tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan faktor eksternal yakni

lingkungan baik lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya. Berdasarkan teori diatas bahwa angka kepatuhan pada penderita kusta

yang minum obat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal seperti

umur, jenis kelamin, dan tingkat pengetahuan, serta faktor eksternal seperti peran

keluarga, peran petugas, cacat kusta, dan reaksi kusta.7,8

Berangkat dari konsep dasar segitiga epidemiologi yang menyatakan

bahwa masalah kesehatan seperti ketidakpatuhan dalam pengobatan timbul

apabila terjadi ketidakseimbangan antara faktor Host, Agent, dan Environment.8

Faktor yang melibatkan Host merupakan karakteristik dari penderita

antara lain faktor umur, jenis kelamin, dan tingkat pengetahuan. Sedangkan faktor

yang melibatkan Agent berupa perjalanan penyakit kusta berupa akut, kronik,

atau relaps, reaksi kusta, dan cacat kusta. Adapun faktor yang melibatkan

Environment berupa dukungan keluarga dan petugas kesehatan.

Berdasarkan fenomena permasalahan yang diungkapkan di atas, maka

penulis merasa perlu untuk meneliti faktor- faktor apa saja yang berpengaruh

terhadap kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit

Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran di atas, maka rumusan

masalah yang ingin diangkat oleh penulis adalah :

1. Adakah pengaruh faktor umur terhadap kepatuhan pengobatan pada

penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid

Makassar tahun 2013.

2. Adakah pengaruh faktor jenis kelamin terhadap kepatuhan pengobatan

pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid

Makassar tahun 2013.

3. Adakah pengaruh faktor tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan

pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

Page 16: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

4

4. Adakah pengaruh faktor peran keluarga terhadap kepatuhan

pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

5. Adakah pengaruh faktor peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan

pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

6. Adakah pengaruh faktor cacat kusta terhadap kepatuhan pengobatan

pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid

Makassar tahun 2013.

7. Adakah pengaruh faktor reaksi kusta terhadap kepatuhan pengobatan

pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid

Makassar tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang

berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor umur terhadap kepatuhan

pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah Sakit Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor jenis kelamin terhadap

kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah

Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor tingkat pengetahuan

terhadap kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

4. Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor peran keluarga terhadap

kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah

Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

Page 17: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

5

5. Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor peran petugas kesehatan

terhadap kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

6. Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor cacat kusta terhadap

kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah

Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

7. Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor reaksi kusta terhadap

kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di Rumah

Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi instansi yang

berwenang agar dapat membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita

kusta.

1.4.2. Manfaat Ilmiah

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan acuan

bagi peneliti lain selanjutnya.

1.4.3. Manfaat bagi Peneliti

Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman berharga serta dapat menambah

wawasan ilmiah dan pengetahuan penulis tentang pendidikan kesehatan.

Page 18: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum tentang Penyakit Kusta

2.1.1. Defenisi

Kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

Mycobacterium. Saraf perifer merupakan afinitas pertama bakteri ini, lalu kulit,

dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain

kecuali susunan saraf pusat. Penyakit ini dikenal pula dengan sebutan Lepra atau

Morbus Hansen.1,2

2.1.2. Epidemiologi

Secara deskriptif, epidemiologi penyakit kusta digambarkan menurut

tempat, waktu, umur, dan jenis kelamin. Gambaran epidemiologis penyakit kusta

yaitu2:

1. Distribusi menurut tempat

Penyakit kusta tersebar di dunia dengan endemisitas berbeda. Dari 122

negara endemis tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta dengan

angka prevalensi < 1/10.000 penduduk. Faktor yang dapat berperan dalam

penyebaran kusta yaitu iklim tempat yang panas dan lembab.

2. Distribusi menurut waktu

Sejak tahun 2002, secara global terjadi penurunan penemuan kasus baru,

tetapi terdapat peningkatan kasus baru di beberapa negara seperti Republik

Demokrasi Kongo, Filipina, dan Indonesia. Selama tahun 2005 sebanyak 17

negara melaporkan 1.000 atau lebih kasus baru. Pada tahun yang sama, Indonesia

menempati urusan ketiga dalam jumlah kasus baru setelah Brazil dan India.

3. Distribusi menurut umur

Kusta diketahui dapat terjadi pada semua umur (3 minggu- 70 tahun),

terbanyak pada usia muda dan produktif. Angka kejadian kusta meningkat sesuai

umur dengan puncak pada umur 20- 30 tahun. Di Indonesia penderita kusta anak-

anak dibawah 14 tahun sebanyak 13% tetapi anak dibawah 1tahun jarang

ditemukan.

Page 19: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

7

4. Distribusi menurut jenis kelamin

Penyakit kusta dapat mengenai laki- laki maupun perempuan. Insidens pada

laki- laki lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2:1 . Menurut

laporan WHO tahun 2001 di Brazil, insidens pada wanita meningkat lebih banyak

sejak wanita mulai bekerja di luar rumah. Di Indonesia insidens laki- laki lebih

tinggi pada usia 15- 19 tahun, sebaliknya pada wanita menurun pada rentang usia

tersebut. Seperti penyakit menular lainnya, laki- laki lebih banyak terpapar dengan

faktor resiko sebagai gaya hidupnya.

2.1.3. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Mycobacterium leprae. Secara morfogik

M.leprae berbentuk plamorf lurus, sisi paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran

0,3-0,5x 1-8 mikron. M.leprae merupakan parasit obligat intraseluler yang

terutama terdapat pada sel makrofag disekitar pembuluh darah superfisial pada

dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. Sel Schwann merupakan sel target

untuk pertumbuhan M.leprae.9

Gambar 1. Mikroskopik Mycobacterium leprae (dikutip dari kepustakaan no.9)

2.1.4. Cara Penularan

Belum diketahui secara pasti bagaimana cara penularan penyakit kusta.

Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang erat dan lama

dengan penderita. Teori lain mengatakan secara inhalasi, sebab M. leprae masih

dapat hidup beberapa hari dalam droplet. Kuman mencapai permukaan kulit

melalui folikel rambut, kelenjar keringat, dan diduga juga melalui air susu ibu.9,10

Page 20: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

8

2.1.5. Manifestasi Klinis

Umumnya gejala dan tanda dari penyakit ini kelainan kulit dimulai dari

bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, tidak gatal, namun semakin lama

semakin membesar dan meluas. Jika saraf sudah kena, penderita mengeluh

kesemutan pada bagian tertentu ataupun susah menggerakkan anggota badan yang

berlanjut dengan kekakuan sendi. 10,11

Pada stadium awal, umumnya pasien tidak merasa terganggu, hanya

terdapat keluhan berupa bercak putih atau eritema pada kulit. Bercak tersebut

tidak gatal dan tidak sakit.

Sedangkan manifestasi klinis pada stadium lanjut dapat terjadi pada mata

berupa lagopthalmus, pada tangan dan kaki berupa anestesi, jari- jari kiting,

lunglai, atau putus.11

2.1.6. Klasifikasi Kusta

Terdapat berbagai klasifikasi penyakit kusta sesuai dengan perkembangan

ilmu pengetahuan. Mulai dari klasifikasi Pre Manila, Manila, Madrid, Ridley &

Jopling serta klasifikasi menurut WHO. Sampai saat ini untuk klasifikasi yang

dipakai pada penelitian terbanyak adalah klasifikasi Ridley & Jopling. Klasifikasi

ini berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis, dan mempunyai

korelasi dengan tingkat imunologis. Klasifikasi ini membagi penyakit kusta dalam

5 tipe,yaitu10,11

:

1. Tipe tuberkuloid (TT)

2. Tipe borderline tuberkuloid (BT)

3. Tipe borderline (BB)

4. Tipe borderline lepromatous (BL)

5. Tipe lepromatous (LL)

Dalam pemakaian obat kombinasi (Multi Drug Treatment) untuk

pemberantasan penyakit kusta dan agar lebih praktis pengobatan di lapangan,

maka WHO mengelompokkan penyakit kusta atas dua kelompok, yaitu8,9

:

1. Tipe Paucibacillary (PB) terdiri atas tipe indeterminate (I), tuberkuloid (TT),

borderline tuberkuloid (BT) dengan hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA)

negatif.

Page 21: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

9

2. Tipe Multibacillary (MB) terdiri atas tipe borderline (BB), borderline

lepromatous (BL), lepromatous (LL). Semua kasus tipe apapun dengan hasil

pemeriksaan BTA positif.

2.1.7. Diagnosa dan Pemeriksaan Kusta

Diagnosis penyakit kusta hanya dapat didasarkan pada penemuan cardinal

sign (gejala- gejala utama) yaitu 2,12

:

1. Lesi kulit yang mati rasa

Kelainan kulit dapat berbentuk bercak hipopigmentasi atau eritematous. Mati

rasa dapat bersifat kurang rasa (hipestesi) atau tidak merasa sama sekali

(anestesi).

Gambar 2. Bercak eritematous pada daerah paha (dikutip dari kepustakaan no.9)

2. Penebalan saraf yang nyata disertai gangguan fungsi saraf

Hal ini diakibatkan dari peradangan saraf tepi (neuritis perifer). Neuritis kusta

dapat atau tanpa disertai dengan gangguan fungsi saraf, yaitu:

a. Gangguan fungsi sensoris: anestesi/ hipestesi

b. Gangguan fungsi motoris: parese atau plegia

c. Gangguan fungsi otonom: kulit kering dan retak

Neuritis pada kusta dapat disertai nyeri, namun kadang- kadang tidak (silent

neuritis).

3. Basil Tahan Asam (BTA) positif

Bahan pemeriksaaan BTA diambil dari kerokan kulit (skin smear) yang berasal

dari cuping telinga dan bagian aktif (tepi) suatu lesi kulit.

Untuk mendiagnosis penyakit kusta pada seseorang, paling sedikit

diperlukan satu cardinal sign. Tanpa menemukan satu cardinal sign, kita hanya

boleh mendiagnosis penyakit penderita sebagai tersangka (suspek) kusta.

Page 22: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

10

Penderita perlu diamati dan diperiksa ulang setelah 3- 6 bulan sampai diagnosis

kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.

2.1.8. Pengobatan Kusta

Tujuan utama program pemberantasan penyakit kusta adalah memutuskan

rantai penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati, dan

menyembuhkan penderita serta mencegah timbulnya cacat.

Berdasarkan klasifikasi WHO, maka pengobatan penyakit kusta dengan

MDT adalah sebagai berikut 9,12

:

1. Paucibacillary (PB)

Pengobatan untuk kusta tipe PB yaitu DDS 100 mg/ hari yang diminum di

rumah dan Rifampicin 600 mg/ bulan yang diminum di depan petugas. Lamanya

pengobatan yaitu 6 bulan dan maksimal sekitar 9 bulan.

Penderita yang tidak cocok dengan DDS dapat diganti dengan

Clofazimine. Penderita yang telah mendapat 6 dosis MDT atau maksimal 9 bulan

(1 dosis = 1 blister DDS untuk 28 hari atau 1 Rifampicin 600 mg/ bulan) dapat

langsung dinyatakan RFT (Release From Treatment), asal tidak timbul lesi baru

atau lesi semula melebar.

Penderita yang telah dinyatakan RFT dikeluarkan dari daftar pengobatan

dan dimasukkan dalam kelompok pengamatan (Surveillance). Pemeriksaan

ulangan untuk pengamatan hanya dilakukan 1x setahun selama 2 tahun. Bila

penderita yang telah dinyatakan RFT ternyata timbul lesi baru atau perluasan lesi

lama, maka penderita tersebut dianggap relaps (kambuh) dan diklasifikasikan

kembali menjadi penderita MB. Pengobatan MDT diulangi dengan rejimen MB.

Bila setelah 2 tahun berturut- turut tidak timbul gejala aktif atau tidak

datang memeriksakan diri, maka penderita dinyatakan RFC (Release From

Control) atau sembuh.

2. Multibacillary (MB)

Pengobatan kusta tipe MB adalah DDS 100 mg/hari yang diminum di

rumah, Rifampicin 600 mg/ bulan yang diminum di depan petugas, lalu ditambah

Clofazimine (Lampren) 50 mg/ hari yang diminum di rumah dan 300mg/ bulan

yang diminum di depan petugas. Lama pengobatan untuk tipe ini adalah 12- 18

bulan.

Page 23: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

11

Bila ada kontraindikasi dapat diberikan kombinasi 600 mg Rifampicin,

400 mg Ofloxacin, dan 100 mg Minocycline selama 24 bulan. Penderita MB yang

telah mendapat MDT 12 dosis dalam waktu 24 bulan atau maksimum 18 bulan

dan BTA negatif (pemeriksaan tiap bulan) dapat dinyatakan RFT. Bila masih

BTA positif, pengobatan diteruskan sampai BTA negatif (pemeriksaan tiap 6

bulan).

Penderita yang tidak cocok dengan Rifampicin dapat diberikan Clofazimin

50 mg tiap hari, 400 mg Ofloxacin, dan 100 mg Minocyclin selama 6 bulan.

Kemudian dilanjutkan dengan Clofazimin 50 mg, Minocyclin 100 mg, atau 400

mg Ofloxacin selama kurang lebih 18 bulan.

Pemeriksaan dilakukan 1 kali setahun selama 5 tahun untuk pemeriksaan

klinis dan bakteriologis. Bila setelah 5 tahun tidak timbul lesi baru atau perluasan

lesi lama dan tidak menunjukkan lesi aktif, maka penderita dapat dinyatakan RFT

(sembuh).

Pengobatan kusta harus dilakukan sejak dini dan secara teratur. Bila

pengobatan tidak dilakukan sesuai rejimen yang ada, terlebih bila pederita kusta

mengalami gagal berobat, maka komplikasi yang paling ditakuti oleh penderita

yaitu terjadinya kecacatan fisik.12

2.2. Tinjauan Kepatuhan Pengobatan

2.2.1. Defenisi

Kepatuhan adalah perilaku yang sesuai dengan aturan dan berdisiplin atau

melaksanakan suatu cara dan perilaku yang disarankan oleh orang lain. Sarafino

(1990) mendefenisikan kepatuhan penderita terhadap pengobatan lanjutan sebagai

ketaatan penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan

oleh dokter atau petugas sesuai waktu yang ditentukan. Kepatuhan berobat adalah

perilaku individu penderita untuk meminum obat secara teratur sesuai dengan

petunjuk petugas kesehatan dan merubah kebiasaan- kebiasaan yang dapat

merugikan dirinya sendiri dan masyarakat luas. 13,14

Page 24: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

12

Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan, antara

lain13

:

1. Memberikan informasi kepada pasien akan manfaat dan pentingnya

kepatuhan untuk mencapai keberhasilan pengobatan.

2. Mengingatkan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang harus

dilakukan demi keberhasilan pengobatan melalui telepon atau alat

komunikasi lain.

3. Memberikan keyakinan kepada pasien akan efektivitas obat dalam

penyembuhan.

4. Memberikan informasi resiko ketidakpatuhan.

5. Memberikan layanan kefarmasian dengan observasi langsung,

mengunjungi rumah pasien dan memberikan konsultasi kesehatan.

6. Adanya dukungan dari pihak keluarga, teman dan orang-orang

sekitarnya untuk selalu mengingatkan pasien, agar teratur minum

obat demi keberhasilan pengobatan.

2.2.2. Konsep Motivasi

Menurut Mc Donal, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi

mencapai suatu tujuan tertentu.14

Sedangkan menurut G.R. Terry mengemukakan bahwa motivasi adalah

keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk

melakukan tindakan- tindakan. Motivasi itu tampak sebagai usaha positif dalam

menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja,

agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

Dengan kata lain, motivasi dapat menjadikan individu taat dan patuh.

Motivasi untuk sembuh dan terhindar dari kecacatan akan meningkatkan

kepatuhan pasien dalam pengobatan.

Page 25: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

13

2.2.3. Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Pengobatan

Berdasarkan teori Skiner dalam Notoatmodjo (2005) bahwa kepatuhan

penderita kusta dalam berobat merupakan tindakan nyata dalam bentuk kegiatan

yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal

meliputi umur, jenis kelamin, dan pengetahuan sedangkan faktor eksternal antara

lain peran keluarga, peran petugas, cacat kusta, dan reaksi kusta.

Dalam mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan

pengobatan pada penderita kusta ataupun masalah kesehatan lainnya, kita dapat

menggunakan konsep dasar segitiga epidemiologi. Segitiga epidemiologi

merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab), dan Environment

(lingkungan). Masalah kesehatan seperti ketidakpatuhan dalam pengobatan

timbul apabila terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent, dan Environment.15

Faktor yang melibatkan Host merupakan karakteristik dari penderita

dikarenakan keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor

resiko timbulnya masalah kesehatan antara lain faktor umur, jenis kelamin, dan

tingkat pengetahuan. Sedangkan faktor yang melibatkan Agent yaitu karakteristik

dari penyakit kusta berupa perjalanan penyakit kusta, reaksi kusta, dan cacat

kusta. Adapun faktor yang melibatkan Environment yaitu faktor yang datangnya

dari luar (ekstrinsik) berupa dukungan keluarga dan petugas kesehatan.

Berikut penjelasan dari faktor- faktor yang melibatkan Host, Agent, dan

Environment dengan kepatuhan pengobatan penderita kusta.

1. Umur

Menurut La Greca dalam Smet (1994) anak-anak mempunyai tingkat

kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja, meskipun anak- anak

mendapatkan informasi yang kurang. Untuk penderita lanjut usia kepatuhan

minum obat dapat dipengaruhi oleh daya ingat yang berkurang, ditambah lagi

apabila penderita lanjut usia tinggal sendiri. Menurut Taylor dalam Smet (1994),

orang tua cenderung patuh minum obat karena mengikuti semua anjuran dokter.16

Page 26: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

14

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat memengaruhi penderita untuk patuh minum obat.

Penderita wanita biasanya akan lebih patuh untuk minum obat karena sesuai

dengan kodrat wanita yang ingin tampak cantik dan tidak ingin cacat pada

tubuhnya, sehingga dalam penanggulangan penyakit kusta akan lebih patuh

minum obat dibandingkan dengan laki- laki. Menurut Smet (1994) di Amerika

Serikat kaum wanita cenderung mengikuti anjuran dokter, termasuk anjuran

minum obat demi kesembuhannya.16

3. Tingkat pengetahuan

Defenisi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) adalah hasil

penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya. Teori L.W. Green dalam Notoatmojo (2007), menyatakan

bahwa pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku yang diharapkan

dan pada umumnya berkorelasi positif dengan perilaku. 17

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penderita kusta

memiliki pengetahuan yang baik diharapkan akan mampu

mengimplementasikannya di dalam kehidupannya sehari-hari maka diharapkan

angka kesembuhan pada penderita kusta meningkat. Rendahnya pengetahuan

tentang kusta dan masih kuatnya stigma terhadap penyakit kusta sangat

berpengaruh terhadap ketaatan penderita untuk minum obat. 17,18

4. Faktor dukungan keluarga

Keluarga sebagai lembaga sosial mempunyai beberapa fungsi seperti

fungsi sosial, yang ditunjukkan dengan adanya pembentukan kerabat, keturunan

dan hubungan sosial melalui keluarga dan fungsi proses pendidikan termasuk di

dalamnya penanaman nilai dan ideologi kepada anggota keluarga. Oleh karena itu

penanganan yang baik terhadap persoalan-persoalan keluarga akan memberikan

kontribusi yang positif bagi upaya kesehatan para anggotanya.19,20

Orang-orang yang mendapat perhatian dan pertolongan dari keluarganya

cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis, karenanya peranan keluarga

Page 27: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

15

sangat besar bagi penderita dalam mendukung perilaku sesuai anjuran pelayan

kesehatan.

5. Faktor dukungan petugas kesehatan

Pelayanan yang baik dari petugas kesehatan dapat menyebabkan pasien

berperilaku positif. Perilaku petugas yang ramah dan segera mengobati pasien,

membuat penderita merasa dihargai datang ke puskesmas, penderita diberi

penjelasan tentang obat yang diberikan dan pentingnya makan obat yang teratur.

Kebanyakan orang jarang ke tenaga kesehatan, karena hampir semua orang

mempunyai keluhan yang menakutkan tentang kunjungan pada pusat pelayanan

kesehatan.20

Menurut Zulaicha dalam Smet (1994) di Indonesia kualitas interaksi antara

petugas kesehatan terutama dokter dan penderita berbeda-beda berdasarkan

tingkat pendidikannya, karena si petugas harus memberikan informasi dengan

kalimat atau kata-kata sesuai dengan tingkat pendidikan pasiennya. 16,20

Penderita sering terputus pengobatannya karena keterbatasan obat di

puskesmas, pelayanan puskesmas yang buruk, dan tidak ada petugas di puskesmas

ketika datang mengambil obat. 20,22

Dukungan dari petugas sangatlah penting bagi penderita sebab petugas

adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman

terhadap kondisi fisik maupun psikis menjadi lebih baik. Melalui proses interaksi

yang intens akan meningkatkan rasa percaya dan menerima kehadiran petugas

bagi dirinya. Apabila hal ini sudah tumbuh dalam diri penderita, maka anjuran dan

motivasi yang akan diberikan akan meningkatkan kepatuhan penderita dalam

berobat. 20,21

6. Cacat Kusta

Cacat kusta terjadi akibat gangguan saraf pada mata, tangan, dan kaki. WHO

membagi tingkat cacat kusta sebagai berikut: Jika mata, tangan, atau kaki tetap

utuh maka dinyatakan tingkat cacat 0. Jika ada cacat pada mata, tangan, atau kaki

akibat kerusakan saraf tetapi cacat itu tidak kelihatan seperti ada anestesi atau

kelemahan otot maka dinyatakan tingkat cacat 1 dan kalau ada cacat akibat

kerusakan saraf dan cacat itu kelihatan seperti ulkus dan jari kontraktur

dinyatakan tingkat cacat 2.9,10

Page 28: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

16

7. Reaksi Kusta

Reaksi kusta adalah suatu episode akut dalam perjalanan kronis penyakit

kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (respon seluler) atau reaksi antigen-

antibodi (respon humoral). Reaksi ini dapat terjadi pada penderita sebelum

mendapatkan pengobatan, pada saat pengobatan, maupun sesudah pengobatan,

namun sering terjadi pada 6 bulan sampai setahun sesudah mulai pengobatan.

Reaksi kusta bukan akibat efek samping obat MDR, tetapi merupakan respon

tubuh terhadap penyakit kusta. Jenis reaksi kusta menurut proses terjadinya

dibedakan atas 2 tipe yaitu reaksi tipe I dan II.9,10

Gejala reaksi tipe I adalah perubahan bercak kulit, nyeri tekan pada saraf

tepi, kadang ada gangguan keadaan umum,dan gejala reaksi tipe II adalah nodul

yang nyeri tekan dan ada yang sampai pecah, dan gangguan fungsi saraf tepi, dan

bisa terjadi komplikasi pada organ tubuh. Reaksi tipe I terjadi pada penderita PB

dan MB pada 6 bulan pertama pengobatan dan dapat berlangsung selama 6– 12

minggu. Pada reaksi tipe II terjadi pada penderita MB, biasanya berlangsung

selama 3 minggu, kadang timbul berulang dan berlangsung lebih lama.

Page 29: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

17

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat diketahui bahwa penyakit kusta

adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman M.leprae dan sifatnya menahun.

Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat merupakan tujuan

pengobatan kusta. Penderita kusta yang patuh berobat akan cepat sembuh tanpa

meninggalkan cacat, akan tetapi bila penderita kusta tidak patuh dalam berobat

maka penderita tidak akan sembuh bahkan kuman akan dapat aktif kembali

sehingga memperburuk keadaan. Kepatuhan menjalani pengobatan sangat

menentukan keteraturan minum obat dan meningkatkan angka kesembuhan.

Selain itu, patuh atau tidaknya seorang penderita dalam menjalani

pengobatannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan konsep segitiga

epidemiologi, bahwa masalah kesehatan seperti ketidakpatuhan dalam

pengobatan timbul apabila terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent, dan

Environment.

Faktor yang melibatkan Host merupakan karakteristik dari penderita

antara lain faktor umur, jenis kelamin, dan tingkat pengetahuan. Sedangkan faktor

yang melibatkan Agent merupakan karakteristik dari penyakit berupa perjalanan

penyakit kusta, reaksi kusta, dan cacat kusta. Adapun faktor yang melibatkan

Environment merupakan karakteristik dari lingkungan berupa dukungan keluarga

dan petugas kesehatan.

Berdasarkan hal inilah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

faktor- faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan pada

penderita kusta.

3.2. Gambaran Hubungan Variabel yang Diteliti

3.2.1. Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini ialah umur, jenis kelamin, tingkat

pengetahuan, peran keluarga, peran dari petugas kesehatan, cacat kusta, dan reaksi

kusta.

Page 30: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

18

3.2.2. Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini ialah kepatuhan pengobatan penderita

kusta.

Berikut gambaran hubungan variabel yang diteliti:

Ket : : Variabel Independen

: Variabel Dependen

Gambar 3. Skema kerangka konsep

3.3. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

3.3.1. Variable Independen

1. Umur

Defenisi : Usia penderita kusta sesuai yang tertulis di status penderita

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Wawancara disesuaikan dengan melihat status penderita

Hasil ukur : Usia produktif : Jika penderita berumur 15-64 tahun

Usia non produktif : Jika penderita berumur < 15 dan > 64 tahun

2. Jenis kelamin

Defenisi : Jenis kelamin penderita sesuai dengan yang tertulis di status penderita

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Wawancara disesuaikan dengan melihat status penderita

Faktor Host:

Umur

Jenis Kelamin

Pengetahuan

Kepatuhan Pengobatan

Penderita Kusta

Faktor Agent:

Cacat Kusta

Reaksi Kusta

Faktor Environment:

Peran Keluarga

Peran Petugas

Page 31: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

19

Hasil ukur : Laki- laki

Perempuan

3. Tingkat pengetahuan

Defenisi : Pengertian penderita mengenai penyakit kusta yang meliputi

penyebab, tanda awal, cara penularan, cara pengobatan, cara

pencegahan dan bahayanya bila tidak patuh minum obat

Alat ukur : Kuesioner, yang berisikan 6 pertanyaan.

Cara ukur : Wawancara. Setiap pertanyaan jika menjawab a nilai 4, b nilai 3,

c nilai 2, d nilai 1, dan e nilai 0

Hasil ukur : Pengetahuan baik: nilai skor 15-24 ( 61%)

Pengetahuan kurang: nilai skor 0-14 (<61%)

4. Peran Keluarga

Defenisi : Pendapat responden tentang ada tidaknya dorongan moril dan

bantuan untuk minum obat dari keluarga .

Alat ukur : Kuesioner, yang berisikan 5 pertanyaan.

Cara ukur : Wawancara. Setiap pertanyaan jika menjawab a mendapat nilai 1,

menjawab b diberi nilai 0

Hasil ukur : Keluarga berperan : nilai skor 4-5 ( 61%)

Keluarga kurang berperan : nilai skor 0-3 (<61%)

5. Peran Petugas

Defenisi : Pendapat responden tentang ada tidaknya peran pertugas yang

diberikan selama penderita minum obat atau sakit

Alat ukur : Kuesioner, yang berisikan 5 pertanyaan.

Cara ukur : Wawancara. Setiap pertanyaan jika menjawab a mendapat nilai 1,

menjawab b diberi nilai 0

Hasil ukur : Petugas berperan : nilai skor 4-5 ( 61%)

Petugas kurang berperan : nilai skor 0-3 (<61%)

6. Cacat Kusta

Defenisi : Kecacatan akibat penyakit kusta diklasifikasikan menurut tingkat

kecacatan dari WHO

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Wawancara.

Page 32: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

20

Hasil ukur : Ada cacat kusta : Jika tingkat cacat grade 1 dan 2

Tidak ada cacat kusta : Jika tingkat cacat grade 0

7. Reaksi Kusta

Defenisi : Timbulnya gejala- gejala badan lemah, suhu badan naik, atau

timbulnya bintil merah di badan penderita selama pengobatan

Alat ukur : Kuesioner.

Cara ukur : Wawancara.

Hasil ukur : Ada reaksi kusta : Jika di badan penderita mengalami gejala

demam, lesu, benjolan kemerahan yang nyeri, dan bintil- bintil

merah

Tidak ada reaksi kusta : Jika tidak ada gejala

3.3.2. Variabel dependen

1. Kepatuhan Pengobatan

Defenisi : Kepatuhan dalam meminum obat

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Wawancara disesuaikan dengan melihat status penderita

Hasil ukur : Patuh minum obat: Jika penderita minum obat setiap hari sesuai

jadwal minum obat yang disesuaikan dengan melihat status

penderita dan blister obat.

Tidak patuh minum obat: Jika penderita minum obat tidak sesuai

dengan jadwal dan disesuaikan dengan melihat status penderita dan

blister obat.

3.4. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh faktor umur terhadap kepatuhan pengobatan pada penderita kusta

rawat inap di RS Dr. Tadjuddin Chalid tahun 2013.

2. Ada pengaruh faktor jenis kelamin terhadap kepatuhan pengobatan pada

penderita kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin Chalid tahun 2013.

3. Ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan pengobatan pada

penderita kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin Chalid tahun 2013.

4. Ada pengaruh peran keluarga terhadap kepatuhan pengobatan pada penderita

kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin Chalid tahun 2013

Page 33: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

21

5. Ada pengaruh peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan pengobatan pada

penderita kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin Chalid tahun 2013.

6. Ada pengaruh faktor cacat kusta terhadap kepatuhan pengobatan pada penderita

kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin Chalid tahun 2013.

7. Ada pengaruh faktor reaksi kusta terhadap kepatuhan pengobatan pada

penderita kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin Chalid tahun 2013.

Page 34: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan

rancangan penelitian cross sectional, yaitu penelusuran sesaat, artinya subyek

diamati hanya satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependen

dan variabel independen, maka pengukurannya dilakukan bersama- sama pada

saat penelitian dengan menggunakan kuesioner secara kuantitatif23

.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid , Makassar,

Propinsi Sulawesi Selatan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15- 27 Juli 2013.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pasien kusta rawat inap Rumah

Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013 yaitu sebanyak 56 responden.

4.3.2 Sampel

Sampel untuk kasus pada penelitian ini adalah pasien kusta rawat inap

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013 yang memenuhi kriteria

inklusi. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling, dimana

mencari jumlah sampel digunakan rumus Slovin sebagai berikut23,24

:

n = N/(1+Ne2)

n : Besar sampel

N : Populasi

e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang ditolerir. Pada penelitian ini digunakan e =5%

Dari rumus tersebut didapatkan: 56/[1+56(0,052)]= 50.

Page 35: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

23

Jadi, jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 50

responden.

4.4. Kriteria Seleksi

4.4.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien bersedia menjadi responden penelitian.

2. Pasien berada di lokasi penelitian saat pengambilan data.

4.4.2. Kriteria Eksklusi

Pasien tidak bersedia menjadi responden penelitian, dan tidak berada di

lokasi penelitian saat pengambilan data.

4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian

4.5.1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan

melalui metode wawancara.

4.5.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah alat tulis, kuesioner yang

berisi sejumlah pertanyaan.

4.6. Manajemen Penelitian

4.6.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak

pemerintah dan Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Pengumpulan data

primer dilakukan dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden

setelah mendapat persetujuan responden yaitu penderita kusta.

4.6.2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program SPSS dan

microsoft Excel. Kegiatan proses pengolahan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 36: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

24

1. Editing (pemeriksaan data)

Data yang sudah terkumpul diperiksa kelengkapan, dan relevansi datanya.

2.Coding (pemberian kode)

Data yang telah dikumpulkan diberi kode untuk mempermudah saat

analisa data dan mempercepat pada saat tabulating data.

3.Tabulating (penyusunan data)

Tabulasi adalah kegiatan untuk meringkas data yang diperoleh ke

dalam tabel- tabel yang telah dipersiapkan. Proses tabulasi meliputi

mempersiapkan tabel, menghitung banyaknya frekusensi untuk kategori

jawaban, menyusun tabel frekuensi agar tersusun rapi, dan mudah dianalisa.

4.6.3. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap- tiap variabel penelitian

untuk menampilkan gambaran distribusi frekuensi variabel dependen dan

independen.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

dependen dan independen. Analisa dilakukan dengan menggunakan uji

statistik Chi-Square (X2) dengan komputerisasi SPSS.

4.7. Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait etika dengan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan mengambil surat

pengantar dari bagian IKM-IKK kemudian meminta izin pada beberapa

instansi terkait, antara lain Sub BALITBANGDA Daerah TK. I SulSel,

Kepala Rumah Sakit Tajuddin Chalid Makassar, dan Bagian Diklat Rumah

Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar.

2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam

medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas

penelitian yang dilakukan.

Page 37: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

25

4.8. Alur Penelitian

Gambar 4. Skema alur penelitian

Pengumpulan data

Rumusan masalah

Identifikasi variabel dependen (tergantung)

dan variabel independen (bebas)

Penentuan subjek penelitian

(populasi dan sampel)

Kriteria eksklusi

Pengolahan dan analisis data

Hasil penelitian

Kriteria inklusi

Kesimpulan

Page 38: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

26

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Kota

Makassar. Desain penelitian yang digunakan adalah Studi Cross Sectional untuk

mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi kepatuhan pengobatan penderita

kusta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer melalui

pengisian kuesioner yang memuat identitas, 6 item pertanyaan mengenai

pengetahuan, 5 item pertanyaan mengenai dukungan keluarga, 5 item pertanyaan

mengenai dukungan petugas, 3 item pertanyaan mengenai cacat kusta, 3 item

pertanyaan mengenai reaksi kusta, dan 5 item pertanyaan mengenai kepatuhan

minum obat. Besar sampel pada penelitian ini adalah 50 responden. Pemilihan

sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling dengan waktu pengambilan

data dari tanggal 15-27 Juli 2013.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan crosstab sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai

penjelasan tabel.

5.2. Analisa Univariat

Analisa univariat melihat distribusi frekuensi dari variabel independen

dan variabel dependen.

5.2.1. Distribusi responden berdasarkan umur

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit

Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Umur (tahun) Frekuensi Presentase

15- 64 tahun

< 15 dan >64 tahun

Total

43

7

50

86,0

14,0

100,0

Page 39: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

27

Dari tabel 5.1 diketahui bahwa responden dengan umur 15- 64 tahun (86,0%)

lebih banyak daripada kelompok umur < 15 dan > 64 tahun (14,0 %)

5.2.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel 5.2.

Tabel 5.2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Laki- Laki

Perempuan

Total

33

17

50

66,0

34,0

100,0

Dari tabel 5.2 diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin laki- laki (66,0%)

lebih banyak daripada perempuan (34,0%).

5.2.3. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat

pada tabel 5.3.

Tabel 5.3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Pengetahuan Frekuensi Presentase

Baik

Kurang

Total

28

22

50

56,0

44,0

100,0

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik

tentang kusta (56,0%) lebih banyak daripada yang memiliki pengetahuan kurang

(44,0%).

5.2.4. Distribusi responden berdasarkan peran keluarga

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan peran keluarga dapat dilihat pada

tabel 5.4.

Page 40: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

28

Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Keluarga di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Peran Keluarga Frekuensi Presentase

Berperan

Kurang Berperan

Total

37

13

50

74,0

26,0

100,0

Dari tabel 5.4 diketahui bahwa responden yang menyatakan keluarga berperan

(74,0%) lebih banyak daripada yang menyatakan keluarga kurang berperan

(26,0%).

5.2.5. Distribusi responden berdasarkan peran petugas

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan peran petugas dapat dilihat pada

tabel 5.5

Tabel 5.5: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Petugas di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Peran Petugas Frekuensi Presentase

Berperan

Kurang Berperan

Total

40

10

50

80,0

20,0

100,0

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa responden yang menyatakan petugas berperan

(80,0%) lebih banyak daripada yang menyatakan petugas kurang berperan

(20,0%).

5.2.6. Distribusi responden berdasarkan cacat kusta

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan cacat kusta dapat dilihat pada tabel

5.6.

Tabel 5.6: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cacat Kusta di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Cacat Kusta Frekuensi Presentase

Ada

Tidak ada

Total

31

19

50

62,0

38,0

100,0

Page 41: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

29

Dari tabel 5.6 diketahui bahwa responden yang mengalami cacat kusta (62,0%)

lebih banyak daripada yang tidak mengalami cacat (38,0%).

5.2.7. Distribusi responden berdasarkan reaksi kusta

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan reaksi kusta dapat dilihat pada

tabel 5.7

Tabel 5.7: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Reaksi Kusta di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Reaksi Kusta Frekuensi Presentase

Ada

Tidak ada

Total

25

25

50

50,0

50,0

100,0

Dari tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang mengalami reaksi kusta (50,0%)

sama banyak dengan yang tidak mengalami reaksi (50,0%).

5.2.8. Distribusi responden berdasarkan kepatuhan berobat

Hasil analisa distribusi responden berdasarkan kepatuhan berobat dapat dilihat

pada tabel 5.8.

Tabel 5.8: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Berobat di

Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Kepatuhan Berobat Frekuensi Presentase

Patuh

Tidak patuh

Total

33

17

50

66,0

34,0

100,0

Dari tabel 5.8 diketahui bahwa responden yang patuh berobat (66,0%) lebih

banyak daripada yang tidak patuh (34,0%).

5.3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mencari hubungan variabel independen

dengan variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji Chi-Square. Dikatakan

ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.

Page 42: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

30

5.3.1. Hubungan umur dengan kepatuhan pengobatan

Hasil analisa hubungan umur dengan kepatuhan pengobatan dapat dilihat pada

tabel 5.9.

Tabel 5.9: Distribusi responden menurut umur dan kepatuhan pengobatan di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Dari tabel 5.9 diketahui bahwa distribusi responden yang patuh berobat lebih

banyak pada kelompok 15 – 64 tahun (72,1%) daripada kelompok umur <15

tahun dan >64 tahun (28,6%) dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai

=0,024. Berarti ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara kepatuhan

responden dengan umur responden; responden yang berumur 15-64 tahun lebih

patuh daripada kelompok umur lainnya.

5.3.2. Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan pengobatan

Hasil analisa hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan pengobatan dapat

dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10: Distribusi responden menurut umur dan kepatuhan pengobatan di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Umur

Kepatuhan Pengobatan Total p value

Patuh Tidak Patuh

n % N % N %

0,024 15 - 64 tahun 31 72,1 12 27,9 43 100,0

<15 dan >64

tahun

2 28,6 5 71,4 7 100,0

Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Jenis Kelamin

Kepatuhan Pengobatan Total p value

Patuh Tidak Patuh

N % N % N %

0,017 Laki- Laki 18 54,5 15 45,5 33 100,0

Perempuan 15 88,2 5 11,8 17 100,0

Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Page 43: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

31

Dari tabel 5.10 diketahui bahwa distribusi responden yang patuh berobat lebih

banyak pada kelompok perempuan (88,2%) daripada kelompok laki- laki

(54,5%) dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai =0,017. Berarti ada

hubungan yang bermakna (p<0,05) antara kepatuhan responden dengan jenis

kelamin responden; responden perempuan lebih patuh daripada kelompok laki-

laki.

5.3.3. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan

Hasil analisa hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan dapat dilihat

pada tabel 5.11.

Tabel 5.11: Distribusi responden menurut pengetahuan dan kepatuhan

pengobatan di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Pengetahuan

Kepatuhan Pengobatan Total p value

Patuh Tidak Patuh

N % N % N %

0,007 Baik 23 82,1 5 17,9 28 100,0

Kurang 10 45,5 12 54,5 22 100,0

Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Dari tabel 5.11 diketahui bahwa distribusi responden yang patuh berobat lebih

banyak pada kelompok dengan pengetahuan baik (82,1%) daripada kelompok

dengan pengetahuan kurang (45,5%) dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai

=0,007. Berarti ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara kepatuhan

responden dengan pengetahuan responden; responden dengan pengetahuan yang

baik lebih patuh daripada kelompok dengan pengetahuan kurang.

5.3.4. Hubungan peran keluarga dengan kepatuhan pengobatan

Hasil analisa hubungan peran keluarga dengan kepatuhan pengobatan dapat

dilihat pada tabel 5.12.

Page 44: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

32

Tabel 5.12: Distribusi responden menurut peran keluarga dan kepatuhan

pengobatan di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Peran Keluarga

Kepatuhan Pengobatan Total p value

Patuh Tidak Patuh

N % N % N %

0,015 Berperan 28 75,7 9 24,3 37 100,0

Kurang Berperan 5 38,5 8 61,5 13 100,0

Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Dari tabel 5.12 diketahui bahwa distribusi responden yang patuh berobat lebih

banyak pada kelompok yang menyatakan keluarga berperan (75,7%) daripada

kelompok yang menyatakan keluarga kurang berperan (38,5%) dan hasil uji Chi-

Square menunjukkan nilai =0,015. Berarti ada hubungan yang bermakna

(p<0,05) antara kepatuhan responden dengan peran keluarga; responden yang

menyatakan keluarga berperan lebih patuh daripada kelompok yang menyatakan

keluarga kurang berperan.

5.3.5. Hubungan peran petugas dengan kepatuhan pengobatan

Hasil analisa hubungan peran petugas dengan kepatuhan berobat dapat dilihat

pada tabel 5.13.

Tabel 5.13: Distribusi responden menurut peran petugas dan kepatuhan

pengobatan di RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Peran Petugas

Kepatuhan Pengobatan Total p value

Patuh Tidak Patuh

N % n % N %

0,007 Berperan 30 75,0 10 25,0 40 100,0

Kurang berperan 3 30,0 7 70,0 10 100,0

Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Dari tabel 5.13 diketahui bahwa distribusi responden yang patuh berobat lebih

banyak pada kelompok yang menyatakan petugas berperan (75,0%) daripada

kelompok yang menyatakan petugas kurang berperan (30,0%) dan hasil uji Chi-

Square menunjukkan nilai =0,007. Berarti ada hubungan yang bermakna (p<0,05)

Page 45: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

33

antara kepatuhan responden dengan peran petugas; responden yang menyatakan

petugas berperan lebih patuh daripada kelompok yang menyatakan petugas kurang

berperan.

5.3.6. Hubungan cacat kusta dengan kepatuhan pengobatan

Hasil analisa hubungan cacat kusta dengan kepatuhan berobat dapat dilihat pada

tabel 5.14.

Tabel 5.14: Distribusi responden cacat kusta dan kepatuhan pengobatan di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Cacat Kusta

Kepatuhan Pengobatan Total p value

Patuh Tidak Patuh

N % N % N %

0,005 Ada cacat 25 80,6 6 19,4 31 100,0

Tidak ada cacat 8 42,1 11 57,9 19 100,0

Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Dari tabel 5.14 diketahui bahwa distribusi responden yang patuh berobat lebih

banyak pada kelompok yang mengalami cacat kusta (80,6%) daripada kelompok

yang tidak mengalami cacat (42,1%) dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai

=0,005. Berarti ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara kepatuhan

responden dengan cacat kusta; responden yang mengalami cacat lebih patuh

daripada kelompok yang tidak mengalami cacat .

5.3.7. Hubungan reaksi kusta dengan kepatuhan pengobatan

Hasil analisa hubungan reaksi kusta dengan kepatuhan pengobatan dapat dilihat

pada tabel 5.15.

Tabel 5.15: Distribusi responden reaksi kusta dan kepatuhan pengobatan di

RS. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tahun 2013

Reaksi Kusta

Kepatuhan Pengobatan Total p value

Patuh Tidak Patuh

N % N % N %

0,001 Ada reaksi 22 88,0 3 12,0 25 100,0

Tidak ada reaksi 11 44,0 14 56,0 25 100,0

Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0

Page 46: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

34

Dari tabel 5.15 diketahui bahwa distribusi responden yang patuh berobat lebih

banyak pada kelompok yang mengalami reaksi kusta (88,0%) daripada kelompok

yang tidak mengalami reaksi (44,0%) dan hasil uji Chi-Square menunjukkan nilai

=0,001. Berarti ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara kepatuhan

responden dengan reaksi kusta; responden yang mengalami reaksi lebih patuh

daripada kelompok yang tidak mengalami reaksi .

5.3.8. Resume nilai variabel bebas yang diteliti terhadap kepatuhan

pengobatan

Resume nilai variabel bebas yang diteliti terhadap kepatuhan pengobatan dapat

dilihat pada tabel 5.16

Tabel 5.16: Resume nilai p variabel bebas yang diteliti terhadap kepatuhan

pengobatan

Variabel p value

Umur

Jenis Kelamin

Pengetahuan

Peran Keluarga

Peran Petugas

Cacat Kusta

Reaksi Kusta

0,024

0,017

0,007

0,015

0,007

0,005

0,001

Dari tabel 5.16 diketahui bahwa dari ketujuh variabel bebas yang diteliti memiliki

nilai < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel umur, jenis kelamin,

pengetahuan, peran keluarga, peran petugas, cacat kusta, dan reaksi kusta

bermakna atau berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan. Dimana variabel

reaksi kusta memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap kepatuhan

pengobatan karena memiliki nilai terkecil dibandingkan nilai variabel bebas

lainnya.

Page 47: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

35

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Faktor Umur

Hasil uji Chi-Square menunjukkan dari 43 responden usia produktif

sebanyak 31 (72,1%) penderita patuh berobat dan dari 7 responden yang berusia

tidak produktif terdapat 2 (28,6%) patuh berobat. Secara statistik ada pengaruh

umur terhadap kepatuhan berobat karena nilai p= 0,024 < 0,05. Sama halnya

dengan penelitian Basaria (2008) bahwa ada hubungan yang bermakna antara

umur dengan kepatuhan berobat.

Hal ini sesuai juga dengan pendapat La Greca dalam Smet (1994) bahwa

usia remaja dan dewasa lebih patuh minum obat dibandingkan dengan lanjut usia,

karena pada usia lanjut dipengaruhi daya ingat yang berkurang dan sering tinggal

di rumah sendiri, sehingga tidak teratur minum obat.

6.2. Faktor Jenis Kelamin

Hasil uji Chi-Square menunjukkan dari 33 responden laki- laki sebanyak 18

(54,5%) penderita patuh berobat, sedangkan dari 17 responden perempuan

terdapat 15 (88,2%) patuh berobat. Secara statistik ada pengaruh jenis kelamin

terhadap kepatuhan berobat karena nilai p= 0,017 < 0,05. Hasil penelitian ini

mendukung temuan penelitian Basaria (2008) bahwa penderita kusta lebih banyak

pada laki- laki dibandingkan perempuan. Berdasarkan data Depkes RI (2006)

distribusi epidemiologi kusta menurut jenis kelamin, kusta lebih banyak dialami

oleh laki-laki daripada perempuan.

Menurut pendapat Smet (1994), kaum perempuan cenderung lebih patuh

minum obat untuk kesembuhannya dibandingkan dengan laki- laki, karena setiap

penyakit yang berakibat buruk terhadap penampilannya diupayakan untuk tidak

terjadi dengan mematuhi anjuran untuk teratur minum obat.

6.3. Faktor Pengetahuan

Proporsi pengetahuan responden 28 responden berpengetahuan baik

sebanyak 23 (82,1%) penderita patuh berobat, sedangkan pada 22 responden

Page 48: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

36

pengetahuan kurang baik terdapat 10 (45,5%) yang patuh berobat. Terlihat bahwa

presentase responden yang berpengetahuan baik lebih patuh berobat dibanding

dengan responden yang pengetahuan kurang dan secara statistik ada pengaruh

pengetahuan terhadap kepatuhan berobat karena nilai p= 0,007 < 0,05. Hasil

penelitian yang sama ditunjukkan oleh Harjo (2000) bahwa secara statistik ada

hubungan antara pengetahuan penderita kusta dengan keteraturan berobat.

Pengetahuan responden adalah pengetahuan mengenai penyakit kusta yang

diterima secara langsung dari petugas kesehatan sewaktu mendapat pengobatan

maupun melalui media lainnya sebelum dan sewaktu berobat sehingga diharapkan

dapat merubah perilaku untuk teratur berobat maupun minum obat untuk

mencapai kesembuhan. Hal ini sejalan dengan teori L. Green dalam Notoatmodjo

(2005) yang menyatakan perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi berupa

pengetahuan. Dan juga sama dengan pendapat Notoatmodjo bahwa pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

6.4. Faktor Peran Keluarga

Proporsi responden dari 37 yang menyatakan keluarga berperan terdapat 28

(75,7%) yang patuh obat dan dari 13 responden yang menyatakan keluarga

kurang berperan 5 (38,5%) responden patuh berobat. Hal ini menunjukkan bahwa

presentase responden yang menyatakan keluarga berperan lebih banyak patuh

minum obat dibandingkan responden yang menyatakan keluarga kurang berperan.

Secara statistik dengan uji Chi-Square ada pengaruh peran keluarga terhadap

kepatuhan pengobatan karena nilai p= 0,015 < 0,05.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fajar (2002) bahwa peran

anggota keluarga membantu penderita kusta dalam kepatuhan pengobatan. Hasil

penelitian Komariah (2000) juga menyatakan mereka yang sakit dalam mencari

pelayanan kesehatan terlebih dahulu mendiskusikan sakitnya kepada seseorang

terutama keluarga dan saudaranya. Orang yang didukung keluarga dalam

melakukan suatu hal, cenderung akan melakukan peraturan yang telah ditentukan,

begitu juga dengan pengobatan, bila didukung oleh keluarga akan teratur dalam

pengobatan, karena selalu diingatkan.

Page 49: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

37

6.5. Faktor Peran Petugas

Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa dari 40 responden yang menyatakan

petugas berperan 30 (75%) diantaranya patuh berobat sedangkan dari 10

responden yang menyatakan petugas kurang berperan ada 3 (30%) yang patuh

berobat. Secara statistik, ada pengaruh peran petugas terhadap kepatuhan

pengobatan karena nilai p= 0,007 < 0,05. Dalam buku Pedoman Nasional

Pengendalian Penyakit Kusta, disebutkan bahwa penderita sering terputus

pengobatannya karena tidak adanya petugas di puskesmas ketika datang

mengambil obat. keterbatasan obat di puskesmas, dan pelayanan puskesmas yang

buruk.

Hasil penelitian ini sama dengan yang diperlihatkan Basaria (2008) bahwa

ada pengaruh peran petugas terhadap kepatuhan pengobatan penderita. Menurut

Joenoes (1998), seorang petugas kesehatan yang tidak komunikatif terhadap

penderita akan menyebabkan penderita tidak mematuhi atau tidak menggunakan

obat yang diberikan padanya. Penyuluhan yang efektif diberikan petugas

kesehatan akan memberikan motivasi untuk patuh oleh penderita. Efektivitas

komunikasi petugas dengan penderita akan membuat penderita patuh

menggunakan obat. Joenoes juga menyatakan apabila penderita tidak dapat baca

tulis maka petugas kesehatan memberikan keterangan secara lisan dan berulang-

ulang sehingga penderita merasa yakin atau mengerti keterangan yang diberikan.

6.6. Faktor Cacat Kusta

Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa dari 31 responden yang

mengalami cacat 25 (80,6%) diantaranya patuh berobat sedangkan dari 19

responden yang tidak mengalami cacat ada 8 (42,1%) yang patuh berobat. Secara

statistik, ada pengaruh cacat kusta terhadap kepatuhan pengobatan karena nilai p =

0,005 < 0,05.

Penelitian Hasnani (2002) menunjukkan riwayat keteraturan berobat ada

hubungannya dengan kejadian cacat tingkat II. Adanya kecacatan yang

disebabkan oleh penyakit kusta, menyebabkan betapa takutnya seseorang

Page 50: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

38

kehilangan anggota geraknya, sehingga akan menyebabkan seseorang untuk patuh

berobat agar cacat yang terjadi tidak bertambah berat.

Dalam buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, disebutkan

bahwa penyakit kusta dapat menyebabkan kecacatan, namun kerusakan pada

mata, tangan, dan kaki dapat dicegah dan diobati secara dini dengan pengobatan

Multi Drug Therapy untuk membunuh kuman kusta tetapi cacat yang terlanjur

terjadi tetap ada seumur hidup. Dengan perawatan diri yang teratur, cacat tidak

akan bertambah berat.

6.7. Faktor Reaksi Kusta

Presentase responden yang mengalami reaksi dan patuh berobat sebanyak 22

(88%) sedangkan yang tidak mengalami reaksi dan patuh berobat sebesar 11

(44%). Terlihat presentase responden yang mengalami reaksi lebih besar dalam

kepatuhan berobat dibandingkan yang tidak mengalami reaksi. Dari analisa

bivariat didapat bahwa reaksi kusta mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan

pengobatan karena nilai p= 0,001 < 0,05. Begitu juga dengan penelitian Pagolori

(2002) yang menunjukkan hasil yang sama bahwa ada hubungan antara

keteraturan berobat dengan kejadian reaksi kusta.

Hal ini sama dengan hasil penelitian Basaria (2008), ada pengaruh reaksi

kusta terhadap keteraturan berobat. Dalam buku Pedoman Nasional Pengendalian

Penyakit Kusta, disebutkan bahwa reaksi kusta dapat terjadi sebelum, selama, atau

setelah pengobatan. Untuk mengurangi reaksi kusta, setiap penderita diberikan

obat penanganan reaksi dan tetap mengonsumsi obat kusta.

Page 51: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

39

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab terdahulu, maka

dapat ditarik kesimpulan :

1. Ada pengaruh faktor umur, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, peran keluarga,

peran petugas kesehatan, faktor cacat kusta, dan reaksi kusta terhadap

kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin

Chalid tahun 2013.

2. Faktor reaksi kusta memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap

kepatuhan pengobatan pada penderita kusta rawat inap di RS Dr. Tadjuddin

Chalid tahun 2013 dibandingkan faktor- faktor lainnya.

7.2. SARAN

1. Kepada petugas kusta agar tetap meningkatkan kinerjanya dalam memberikan

pelayanan yang lebih baik khususnya penanganan kepatuhan pengobatan

penderita kusta.

2. Kepada penderita kusta agar lebih meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan

dengan mengonsumsi obat secara teratur hingga dinyatakan Release From

Treatment dan melakukan perawatan diri yang baik agar mempermudah proses

penyembuhan.

3. Diperlukan program khusus untuk memotivasi dan meningkatkan pengetahuan

keluarga agar meningkatkan perannya, terutama bagi pasien kusta yang

berumur <15 tahun dan >64 tahun, berjenis kelamin laki- laki, dan tidak

mengalami cacat kusta, reaksi kusta serta berpengetahuan rendah.

Page 52: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Hunter J,Savin J, Dahl M. Leprosy.In: Clinical Dermatology,3rd

.ed.

Massachusetes: Blackwell Science;2003.p.197-200.

2. Departemen Kesehatan RI. Buku pedoman nasional pengendalian penyakit

kusta. Jakarta: Direktorat Jenderal PP & PL; 2007

3. Fajar,N.A. Analisis faktor sosial budaya dalam keluarga yang

mempengaruhi pengobatan dini dan keteraturan berobat pada penderita

(studi pada keluarga penderita di kabupaten Gresik).Jakarta:2002

4. Fajar,NA. Dampak psikososial penderita kusta dalam proses

penyembuhannya. Jurnal Pembangunan Manusia.2010;10(1):1-12

5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Profil Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2011.Makassar: 2011

6. Saranani,SM. Pelaksanaan proyek Netherland Leprosy Relief (NLR) dan

cakupan program pemberantasan penyakit kusta di kota Kendari Sulawesi

Tenggara tahun 2004[tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas

Kesehatan Masyarakat UGM,2005.

7. Harjo. Faktor- faktor yang berhubungan dengan ketidakteraturan berobat

penderita kusta di kabupaten Majalengka tahun 1998-2000 [tesis]. Jakarta:

Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,2002.

8. Notoatmodjo,S. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

kesehatan.Yogyakarta: Andi Offset.2005

9. Smith DS, Cunha BA. 2010, Leprosy, [online].2013 7 May [ cited 2013 6

July]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/220455-

overview#showall.

10. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Leprosy.In: Dermatology, 2nd

ed.USA:

Mosby Elsevier;2008.Chap.74.

11. Burns T, Breathnac S,Cox N. Leprosy. In: Rook’s Textbook

Dermatology,7th

ed. Massachusetes: Blackwell Science;2004.p.1349-60.

12. McDougall AC, Yuasa Y. A new atlas of leprosy. Tokyo: Sasakawa

Memorial Health Foundation;2002.

13. Slamet B. Psikologi umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya;2007.

Page 53: BAGIAN IKM & IKK SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · target eliminasi kusta, menurunnya jumlah kasus baru,

41

14. Niven. Psikologi kesehatan. Jakarta:EGC;2008

15. Bustan. Pengantar epidemiologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta;2002

16. Degresi. Ilmu perilaku manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta;2005.

17. Smet, Bart.Psikologi kesehatan.Jakarta: Grasindo;1994.

18. Notoatmodjo. Promosi kesehatan ilmu dan seni. Jakarta : PT. Rineka

Cipta;2007.

19. Azwar. Sikap Mmanusia dan pengukurannya. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.;2007.

20. Effendy. Keperawatan keluarga. Jakarta : EGC;2005.

21. Notosoedirjo,L. Kesehatan mental, konsep, dan penerapan. Malang: UMM

Press;2005.

22. Departemen Kesehatan RI. Pedoman eliminasi kusta, mengatasi masalah

masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal PP & PL; 2000

23. Arikunto, Suharsini. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta;2002

24. Sugiyono. Statistik nonparametris. Bandung: CV. Albeta;2004