BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH BANDA ACEH · 2020. 5. 18. · Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan...
Transcript of BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH BANDA ACEH · 2020. 5. 18. · Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan...
LAPORAN KINERJA TAHUN 2019
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
BANDA ACEH 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
IKHTISAR EKSEKUTIF ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum ................................................................................................ 1
1.2. Isu Strategsi BPBA ............................................................................ 2
1.3. Organisasi BPBA ............................................................................... 3
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis ............................................................................... 4
2.2 Indikator Kinerja Utama .................................................................... 6
2.3 Perjanjian Kinerja Tahun ................................................................... 7
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2019
A. Capaian Kinerja Organisasi ............................................................. 9
3.1 Capaian Kinerja Program Penanggulangan Bencana ................ 12
3.1.1 Capain Target Kinerja Penguatan Kelembagaan ....................... 16
3.1.2 Capaian Target Kinerja Kesiapsiagaan Bencana ....................... 16
3.1.3 Capaian Kinerja Kedaruratan dan Logistik ............................... 18
3.1.4 Capaian Target Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana . 20
3.2 Capaian Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh............. 21
3.3 Sumber Daya Manusia ..................................................................... 43
3.4 Aset .................................................................................................... 45
B. Realisasi Anggaran ........................................................................... 46
BAB IV PENUTUP …………………………..……………………………… 49
IKHTISAR EKSEKUTIF
Provinsi Aceh memiliki 11 potensi bencana yang diketahui berdasarkan catatan sejarah
kejadian bencana dari Data dan Informasi Bencan Indonesia (DIBI). Bencana tersebut antara
lain banjir, banjir badang, gelombang ekstrim dan abrasi, gempa bumi, tsunami, kebakaran
hutan dan lahan, kekeringan, epidemik dan wabah penyakit, letusan gunung api, cuaca
ekstrim dan tanah longsor. Selain berdasarkan sejarah kejadian bencana, potensi bencana
dapat diketahui berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana karena dasar pengkajian risiko
bencana dengan melihat kondisi daerah Provinsi Aceh.
Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau
perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara
terarah dan terpadu. Pelayanan penanggulangan yang dilakukan selama ini mengikuti arah
pergeseran paradigma penanggulangan bencana yang fokus pada upaya penanggulangan saat
terjadi bencana bergeser kea rah pencegahan (prvensi) atau mengurangi risiko bencana.
Secara umum capaian kinerja penanggulangan bencana seperti yang ditargetkan dalam
RPJMA 2017 – 2022, menunjukan perkembangan yang baik, meskipun salah satu indikator
masih memerlukan kerja keras dan perhatian baik secara internal BPBA maupun komitmen
pendanaan yang memamdai dari instansi pemerintah lainnya terutama yang berwenang dalam
menetapkan alokasi anggran pemerintah. Sedangkan tingkat capaian kinerja sasaran BPBA
sesuai dengan Perjanjian Kinerja tahun 2018 yaitu 88,68 % yang dihitung berdasarkan
prosentase rata-rata capaian sasaran. Dari 2 sasaran strategis dan 2 indikator kinerja yang
ditetapkan seluruhnya tercapai/berhasil. Sasaran dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 75%
dari target yang telah ditetapkan.
Kedepan untuk mencapai visi BPBA yaitu “Masyarakat Aceh Tanggap dan Tangguh
Menghadapi Bencana” diperlukan dukungan pendanaan yang mencukupi, kualitas dan
kuantitas aparatur yang baik serta koordinasi dengan berbagai instansi baik lingkungan
Sekretariat Daerah Aceh maupun dengan BPBD kabupaten/kota. Mengingat berbagai target
hanya dapat dicapai dengan dukungan pendanaan yang cukup, melibatkan aparatur yang
terampil dan koordinasi yang baik dengan berbagai instansi lain, dalam penyelenggaraan
pelayanan penanggulangan bencana yang berorientasi hasil dan berbasis kinerja serta
bertujuan untuk melayani masyarakat terdampak bencana.
Untuk mendukung capaian kinerja, tahun 2019 BPBA telah membelanjakan anggaran
Rp. 97.216.809.232,- realisasinya 89.15 % (Rp. 11.827.478.634). Dipastikan realisasi
tersebut sedikit lebih kecil dari pada target sebesar 93.49 %.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indeks Risiko Bencana 2018 – 2022 ....................................................................... 6 Tabel 2.2 Rasio Kapasitas Ketahanan Daerah Terhadap Bencana ........................................ 6 Tabel 2.3 IKU BPBA ................................................................................................................ 7 Tabel 2.4 Perjanjian Kinerja BPBA Tahun 2019 ..................................................................... 8 Tabel 3.1 Tabel Indikator Pengurangan Risiko Bencana ........................................................ 12 Tabel 3.2 Capaian Program Penanggulangan Bencana ......................................................... 12 Tabel 3.3 Capaian Kinerja Penguatan Kelembagaan ............................................................. 15 Tabel 3.4 Rekapitulasi Kegiatan Peningkatan Kesiapsiagaan Bencana .................................. 16 Tabel 3.5 Pelayanan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana ...................................... 20 Tabel 3.6 Rekapitulasi Kegiatan Peningkatan Kapasitas Aparatur ........................................ 28 Tabel 3.7 Ikhtisar Hasil Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan Program/Kegiatan PB ....... 31 Tabel 3.8 Persentase Kesiapsiagaan Masyarakat dan Pemerintah Dalam Menghadapi Bencana 34 Tabel 3.9 Rekapitulasi Sarana dan Prasarana Informasi Kebencanaan ................................. 38 Tabel 3.10 Jumlah Penyaluran Paket Bantuan Logistik Kebencanaan ................................... 42 Tabel 3.11 Sebaran Pegawai BPBA Berdasrkan Status Kepegawaian & Jenis Kelamin ........... . 43 Tabel 3.12 Jumlah ASN BPBA ................................................................................................. 43 Tabel 3.13 Jumlah Pegawai BPBA Berdasarkan Pendidikan .................................................. 44 Tabel 3.14 Realisasi Keuangan BPBA T.A 2019 ..................................................................... 45 Tabel 3.15 Rekapitulasi Realisasi Anggaran BPBA 2015 – 2019 ............................................ 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Indikator Kinerja Utama (IKU) ............................................................................. 47 Lampiran II. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 ............................................................................ 48 Lampiran III. Prestasi dan Penghargaan ................................................................................. 53
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Aceh saat ini telah bergerak mengikuti sistem penanggulangan bencana Nasional. Seiring perjalanan waktu telah terjadi perubahan cara pandang penanggulangan bencana dari yang bersifat tanggap darurat menuju ke arah pengurangan risiko bencana. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) berdasarkan tugasnya telah melaksanakan fungsi tersebut untuk mewujudkan tercapainya sasaran sebagaimana tercantum dalam Rancangan Qanun Aceh tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJM Aceh) periode tahun 2017 – 2022.
Mengingat pentingnya penanggulangan bencana tersebut, maka dalam rangka mendukung arah pembangunan sebagaimana ditegaskan dalam Qanun Aceh dimaksud, Pemerintah Aceh telah menetapkan 10 prioritas pembangunan Aceh yang terdiri dari (1) Reformasi birokrasi menuju pemerintahan yang adil, bersih dan melayani, (2) Memperkuat pelaksanaan Syariat Islam beserta nilai-nilai keislaman dan budaya keacehan dalam kehidupan masyarakat dengan itikad Ahlussunnah Waljamaah yang bersumber hukum Mazhab Syafi’iyah dengan tetap menghormati mazhab yang lain, (3) Menjaga Integritas nasionalisme dan keberlanjutan perdamaian berdasarkan MoU Helsinki, (4) Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing di tingkat nasional dan regional, (5) Mewujudkan akses dan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial yang mudah, berkulaitas dan berintegrasi, (6) Mewudkan kedaulatan dan ketahanan pangan, (7) Menyediakan sumber energi listrik yang bersih dan terbarukan, (8) Membangun dan mengembangkan sentra-sentra produksi, industry dan industry kreatif yang kompetitif, (9) Revitalisasi fungsi perencanaan daerah dengan prinsip evidence based planning yang efektif, efisien dan berkelanjutan, (10) Pembangunan dan peningkatan kualitas infrastrukstur terintegrasi, dan lingkungan yang berkelanjutan. Badan Penanggulangan Bencana Aceh menempatkan prioritas penanggulangan bencana pada urutan ke 10 dalam kebijakan bidang kualitas lingkungan dan kebencanaan.
Dalam rangka melaksanakan amanat strategis tersebut, Gubernur Aceh telah memberikan tugas pokok kepada Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sesuai dengan Qanun Aceh No. 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 104 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh untuk menyelenggarakan urusan di bidang penanggulangan bencana untuk dapat membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Aceh. Tugas tersebut harus senantiasa dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, efektif, efisien dan akuntabel.
1.2 Isue Strategis BPBA
Dapat disimpulkan bahawa, IRB yang tinggi, karakteristik geografis Aceh yang khas, kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kejadian bencana alam yang sedemikian besar, dan risiko terpapar terhadap penduduk yang tidak sedikit menuntut Pemerintah Aceh yang direpresentasikan oleh BPBA untuk berupaya seoptimal mungkin guna menyelenggarakan pembangunan yang rendah risiko bencana melalui strategi mitigasi dan adaptasi bencana. Berbagai isu strategis yang perlu mendapatkan pemecahan adalah:
1. Mitigasi bencana belum menjadi budaya masyarakat sehingga perlu dirumuskan strategi SOP
dan pelaksanaan simulasi yang simultan dan berkelanjutan.
2. Kebakaran lahan dan hutan yang masih terus terjadi, karena perlu dilakukan upaya
pencegahan, peningkatan kapasitas dan penegakan hukum
3. Keterjangkuan Wilayah Manajemen Kebakaran pemukiman yang masih rendah, karenanya
perlu peningkatan kapasitas, penyediaan sarana dan prasarana kebakaran serta sistem
manajemen perawatan.
4. Rendahnya respon masa tanggap darurat dimana dana siap pakai belum tersedia di DPA
BPBA dan perlu peningkatkan kapasitas dalam kajian darurat dan kebutuhan serta cadangan
logistik yang kuat dimasa panik.
5. Koordinasi antar lembaga penanggulangan bencana belum optimal misalnya Forum PRB yang
belum terbentuk seluruhnya, peningkatan kapasitas Pusdalon dan peran serta fungsi Dewan
Pengawas.
6. Peningkatan peran ilmuwan dalam memberi peringatan terhadap potensi terjadinya
bencana.
7. Pemberdayaan dunia usaha dalam pengurangan risiko bencana yang masih kecil serta
jaringan pasokan saat terjadinya darurat bencana.
8. Masih rendahnya kemitraan dengan lembaga mitra seperti TNI, Polri, SAR, Rapi, Orari,
Organisasi Kebencanaan lainnya.
9. Kapasitas SDM dan perawatan dan kesiapsiagaan peralatan bencana terutama manajemen
rescue.
10. Penguatan perundang-undangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan.
11. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang bencana seperti simulasi, relawan, sekolah
siaga bencana dan desa tangguh.
12. Pemanfaatan dana desa untuk mitigasi bencana (terutama untuk desa tangguh dan peralatan
tanggap darurat
13. Keterpaduan perencanaan dalam penanggulangan masalah bencana (master plan per
wilayah kebencanaan)
14. Masih rendah, terutama partisipasi perempuan, anak-anak, disabilitas dan kelompok rentan
lainnya. (bencana terjadi, korban terbanyak adalah dari kelompok ini, perencanaan dan
penggangaran masih netral dana data belum terpilah).
1.3 Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh
Organisasi menjadi faktor penentu dalam mencapai keberhasilan kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh. Kelembagaan menyangkut aspek organisasi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana. Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh, organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh terdiri dari :
1. Kepala Pelaksana 2. Kepala Sekretariat dengan tiga Sub Bagian yaitu
2.1 Sub Bagian Program dan Pelaporan; 2.2 Sub Bagian Keuangan ; 2.3 Sub Bagian Umum.
3. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan terdiri dari : 3.1 Seksi Pencegahan; 3.2 Seksi Pencegahan.
4. Bidang Kedaruratan dan Logistik terdiri dari:
4.1 Seksi Kedaruratan; 4.2 Seksi Logistik.
5. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi terdiri dari: 5.1 Seksi Rehabilitasi; 5.2 Seksi Rekonstruksi.
GAMBAR 1.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
KEPALA BPBA
UNSUR PENGARAH
KEPALA PELAKSANA
KEPALA
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUMSUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN PROGRAM
DAN PELAPORAN
BIDANG PENCEGAHAN
DAN KESIAPSIAGAAN
BIDANG
KEDARURATAN DAN
LOGISTIK
BIDANG REHABILITASI
DAN REKONSTRUKSI
SEKSI PENCEGAHANSEKSI
KEDARURATAN
SEKSI
REHABILITASI
SEKSI
KESIAPSIAGAANSEKSI LOGISTIK
SEKSI
REKONSTRUKSI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh merupakan pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Aceh. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh membawahi unsur pengarah dan unsur pelaksana. Anggota unsur pengarah terdiri dari unsur instansi pemerintah dan unsur masyarakat profesional/pakar yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota unsur pengarah dari masyarakat profesional ditetapkan berdasarkan prosedur pemilihan dan seleksi.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis
Perencanaan strategis merupakan merupakan suatu proses yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun
secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungan potensi, peluang dan
kendala yang ada atau yang mungkin timbul, yang menghasilkan suatu rencana strategis
instansi pemerintah, yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis,
kebijakan dan program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya
pada upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA harus dijiwai dengan semangat dan
komitmen melakukan pelayanan penanggulangan bencana yang berbasis pada hasil dan
berorientasi pada kinerja. Untuk mewujudkan hal tersebut telah ditetapkan Visi dan Misi
BPBA yang merupakan panduan/acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi. Visi dan
Misi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam tujuan yang lebih terarah dan operasional
berupa perumusan tujuan strategis organisasi (strategic gola).
Dalam pelaksanaannya, Rencana strategis BPBA 2017 - 2022 telah mengalami
revisi yang disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran tahunan. Demikian juga Indikatir Kinerja Utama (IKU) yang digunakan dalam
pengukuran kinerja dan pengendaliaan pelaksanaan program dan kegiatan.
Visi Pemerintah Aceh periode 2017 - 2022 yaitu Terwujudnya Aceh Yang Damai
dan Sejahtera Melalui Pemerintahan Yang Bersih, Adil dan Melayani. Keterkaitan antara
visi tersebut dengan tugas pokok dan fungsi BPBA dalam menyelenggarakan pelayanan
penanggulangan bencana ditemukan dalam misi ke-10 (sepuluh) yaitu Pembangunan dan
Peningkatan Kualitas Infrastruktur Terintegrasi, dan Lingkungan Yang Berkelanjutan.
Sejalan dengan visi BPBA maka diperlukan rumusan mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang mencerminkan apa yang akan dapat
dicapai dan bagaimana mencapainya dalam periode tertentu, beserta ukuran-ukuran
pencapaiannya. Misi yang dirumuskan menggambarkan tindakan atau upaya sesuai
dengan tugas dan fungsi BPBA. Selanjutnya misi diharapkan dapat menjadi pedoman
Visi : “Terwujudnya Aceh Yang Damai dan Sejahtera Melalui Pemerintahan Yang Bersih, Adil
dan Melayani”
untuk mencapai tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh BPBA.
Tujuan atau kondisi yang ingin diwujudkan oleh BPBA pada lima tahun
mendatang menggambarkan hasil-hasil serta manfaat yang akan diberikan oleh BPBA.
Dengan berdasarkan pada hasil analisis lingkungan internal dan eksternal, maka BPBA
merumuskan tujuan strategis sebagai berikut :
Tujuan/sasaran dan indikator tersebut dalam rentang waktu 2017 sampai dengan
2022 ditargetkan dapat diwujudkan dalam bentuk meningkatnya kapasitas ketahanan
Pemerintah Aceh dalam menghadapi bencana dan menurunnya indek risiko bencana
Aceh. Kinerja program dan kegiatan penanggulangan bencana yang merupakan wujud
pencapaian visi, misi serta program kerja gubernur dan Wakil Gubernur Aceh periode
2017 -2022 tidak mungkin terlepas dari berbagai faktor penghambat dan pendorong.
Berikut ini adalah Indeks Risiko Bencana yaitu :
TABEL 2.1
INDEKS RISIKO BENCANA 2018 - 2022
Target Tahun Ke -
2018 2019 2020 2021 2022
140/sedang 137,5/sedang 135/sedang 132,5/sedang 130/sedang
Sumber : Renstra BPBA 2017 -2022
Misi: Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Infrastruktur Terintegrasi, dan Lingkungan
Yang Berkelanjutan.
T U J U A N: 1. Meningkatkan Tatakelola Kebencanaan dengan indikator Indeks Risiko Bencana
2. Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam Pembangunan
Indikator : 1. Indeks Risiko Bencana
2. Rasio Kapasitas Ketahanan Daerah Terhadap Bencana
TABEL 2.2
RASIO KAPASITAS KETAHANAN DAERAH TERHADAP BENCANA 2018-2022
Target Tahun Ke -
2018 2019 2020 2021 2022
0,35/rendah 0,55/sedang
0,65/sedang 0,75/sedang 0,80/tinggi
Sumber : Renstra BPBA 2017 -2022
Visi dan misi BPBA tersebut telah sejalan dengan arah kebijakan pelaksanaan
Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan yang merupakan salah satu prioritas
pembangunan Aceh periode 2017 – 2022 yang tertuang dalam Rancangan Qanun Aceh
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2017 – 2022.
Berdasarkan Rencana Pembanunna Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2017 –
2022 tersebut pelayanan penanggulangan bencana menjadi tugas BPBA dengan Indikator
Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :
Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 35 Tahun 2016 tentang
Indikator Kinerja Utama Pemerintah Aceh, Satuan Kerja Perangka Aceh dan Biro di
Lingkungan Pemerintah Aceh, di bawah ini merupakan Indikator Kinerja Utama Badan
Penanggulangan Bencana Aceh.
2.2 Indikator Kinerja Utama
TABEL 2.3
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BPBA
No. SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN
Target
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (9)
1. Menurunnya
Risiko Bencana
Persentase Sekolah SLTA/
SMK/ SLB Siaga Bencana
%
Persentase Peran Aktif
Masyarakat dalam
Simulasi/Drill Bencana
%
Indeks waktu respon
terhadap darurat bencana
%
Persentase Kabupaten/Kota
penerima bantuan logistik
dan peralatan darurat
%
bencana pada masa
tanggap darurat
Persentase Penyelesaian
Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca
Bencana
%
2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola.
Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk: (1) meningkatkan
akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; (2) sebagai wujud nyata komitmen
antara penerima amanah dengan pemberi amanah; (3) sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; (4) menciptakan tolok
ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan (5) sebagai dasar pemberian
reward atau penghargaan dan sanksi.
Perjanjian Kinerja tahun 2019 merupakan tahun terakhir penerapan Renstra
BPBA, sehingga capaian kinerjanya mencerminkan capaian strategsi BPBA sebelum
berakhirnya Pemerintahan Aceh periode 2017 – 2022. Perjanjian Kinerja BPBA Tahun
Anggaran 2019 dapat dilihat tabel dibawah ini.
TABEL 2.4
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
1. Meningkatnya Tatakelola
Kebencanaan - Indeks Risiko Bencana 137,5 /
sedang
2. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Dalam Pembangunan
- Rasio Kapasitas Ketahanan Daerah Terhadap Bencana
0,55 / sedang
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan misi
organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui system
pertanggung jawaban secara periodik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh Tahun
2019 disusun untuk memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja dalam
mencapaisasaran strategisnya melalui pelaksanaan program dan kegiatan Badan
Penanggulangan Bencana Aceh selama periode Tahun 2019 dan merupakan perwujudan
dari kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan dalam
pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangkukepentingan
dalam upaya mencapai Visi dan Misi Pemerintah Aceh secara terukur dengan
sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja untuk mewujudkan
tata kelola kepemerintahan yang baik. Pertanggungjawaban kinerja sifatnya terukur,
melalui standar pengukuranantara objek yang akan diukur dengan piranti pengukurannya
berdasarkan sasaran strategis, indikator kinerja, dan target kinerja yang telah ditetapkan
dalam Perjanjian Kinerja serta perbandingan capaian kinerja setiap indikator dalam
beberapa tahun terakhir.
Penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana pada hakikatnya
merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas aparatur dan masyarakat guna siap siaga
dalam menghadapi bencana. Siklus manajemen penanggulangan bencana itu sendiri
terdiri dari fase pra bencana yaitu saat tidak terjadi bencana, darurat bencana yaitu saat
terjadi bencana terjadinya bencana yaitu pasca peristiwa terjadinya bencana (rehabilitasi
dan rekonstruksi).
Harapan terakhir dari serangkaian proses pelayanan penanggulangan bencana
tersebut adalah terwujudnya aparatur dan masyarakat siap, tanggap dan mampu
melakukan upaya-upaya mitigasi maupun adaptasi bencana. Sesuai dengan Rancangan
Qanun Aceh tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) periode
2017 – 2022 bahwa Penegasan terhadap pembangunan berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan yang sensitif terhadap risiko bencana alam dengan konsep pembangunan,
antara lain dengan menerapkan strategi mitigasi dan manajemen risiko bencana melalui
penguatan kapasitas tim tanggap daraurat dan penyadartahuan masyarakat.
Keberhasilan pelayanan penanggulangan bencana tercermin melalui
berkurangnya indek risiko bencana di daerah dan meningkatnya indek kapasitas daerah
yang dilakukan dengan mempedomani 71 Indikator Kapasitas Daerah dan pada akhirnya
mendukung terwujudanya masyarakat Aceh yang tanggap dan tangguh mengadapi
bencana.
Indeks risiko bencana dihitung dari nilai Indeks Kapasitas Daerah masing-
masing kabupaten/kota. Indeks Kapasitas Daerah dihitung berdasarkan 71 indikator
pengurangan risiko bencana. Artinya dari keseluruhan 23 kab/kota belum seluruhnya atau
paling tidak belum banyak memenuhi ke-71 indikator tersebut. Adapun yang termasuk
dalam 71 indikator tersebut adalah :
TABEL 3.1
TABEL INDIKATOR PENGURANGAN RISIKO BENCANA
INDIKATOR
1. Peraturan Daerah Tentang Penanggulangan Bencana
2. Pembentukan BPBD
3. Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
4. Peraturan tentang Penyebaran Informasi Kebencanaan
5. Kebijakan Daerah Tentang Rencana Penanggulangan Bencana (RPB)
6. Peraturan Daerah tentang tata Ruang Berbasis PRB
7. Lembaga Badan penanggulangN bencana daerah
8. Lembaga Forum Pengurangan Risiko Bencana
9. Komitmen DPRD terhadap PRB
10. Peta Bahaya dan Kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada
11. Peta Kerentanan dan Kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
12. Peta Kapasitas dan Kajiannya
13. Rencana Penanggulangan Bencana
14. Sarana Penyempaian Informasi Kebencanaan yang Menjangkau Langsung Masyarakat
15. Sosialisasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana pada Tiap – Tiap Kecamatan di
Wilayahnya
16. Komunikasi Bencana Lintas Lembaga Minimal Beranggotakan Lembaga-lembaga dari
Sektor Pemerintah, Masyarkat maupun dunia Usaha
17. Pusdalops Penanggulangan Bencana dengan Fasilitas Minimal Mampu Memberikan
respon Efektif untuk pelaksanaan Peringatan Dini dan Penanganan Masa Krisis
18. Sistem Pendataan Bencana yang terhubung dengan system pendataan bencana nasional
19. Pelatihan Sertifikasi Penggunaan Peralatan PB
20. Penyelenggaraan Latihan (Gladi Kesiapsiagaan)
21. Kajian kebutuhan Peralatan dan Logistik Kebencanaan
22. Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistic kebencanaan
23. Penyimpanan/pergudangan logistic PB
24. Pemeliharaan peralatan dan Suply Chain Logistik yang diselenggarakan secara periodic
25. Tersedianya energy listrik untuk kebutuhan darurat
26. Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat
27. Penataan ruang berbasis PRB
28. Informasi Penataan Ruang yang Mudah Diakses Publik
29. Sekolah dan Madrasah Aman Bencana
30. Rumah Sakit AMan Bencana dan Puskesmas Aman Bencana
31. Desa Tangguh Bencana
32. Penerapan resapan air untuk peningkatan Efektifitas Pencegahan dan Mitigasi bencana
Banjir
33. Perlindungan Daerah Tangkapan Air
34. Restorasi Sungai
35. Penguatan Lereng
36. Penegakan Hukum Peningkatan Efektivitas Pencegahan Mitigasi Bencana Kebakaran
Lahan Dan Hutan
37. Optimalisasi Pemanfaatan Air Permukaan
38. Pemantauan Berkala Hulu Sungai
39. Penerapan Bangunan Tahan gempa Bumi
40. Tanaman dan/Atau Bangunan penahan gelombang tsunami
41. Revitalisasi Tanggul, Embung, Waduk dan Taman Kota
42. Restorasi Lahan Gambut
43. Konservasi Vegetatif Rawan Longsor
44. Perkuatan Rencana Kontijensi Gempa Bumi
45. Perkuatan Rencana Kontijensi Tsunami
46. Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami
47. Rencana Evakuasi Bencana Tsunami
48. Rencana Kontijensi Banjir
49. Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir
50. Rencana Kontijensi Tanah Longsor
51. Sistem Peringatan Dini Bencana Tanah Longsor
52. Rencana Kontijensi Kebakaran Hutan dan Lahan
53. Sistem Peringatan Dini Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan
54. Rencana Kontijensi Erupsi Gunung Api
55. Sistem Peringatan Dini Bencana Erupsi Gunung Api
56. Infrastruktur Evakuasi Bencana Gunung Api
57. Rencana Kontijensi Kekeringan
58. Sistem Peringatan Dini Bencana Kekeringan
59. Rencana Kontijensi Banjir Bandang
60. Sistem Peringatan Dini Bencana Banjir Bandang
61. Penentuan Status Tanggap Darurat
62. Penerapan Sistem Komamdo Operasi Darurat
63. Pengerahan Tim Kaji Cepat ke Lokasi Bencana
64. Pengerahan Tim Penyelamatan dan Pertolongan Korban
65. Perbaikan Darurat
66. Pengeraahan Bantuan Pada Masyarakat Terjauh
67. Penghentian Status Tanggap Darurat Bencana
68. Pemulihan Pelayanan Dasar Pemerintah
69. Pemulihan Infrastruktur Penting
70. Perbaikan Rumah Penduduk
71. Pemulihan Penghidupan Masyarakat
Capaian IRB Aceh Tahun 2019 adalah 156, hal ini dikarenakan beberapa faktor
penghambat antara lain; (1) Belum adanya pemahaman pemerintah daerah dan
pemerintahan daerah akan prioritas program penanggulangan bencana, (2) Beberapa
daerah untuk penganggaran belum memprioritaskan program penanggulangan bencana;
(3) Anggaran penanggulangan bencana di daerah masih sangat kecil sehingga BPBD sulit
dan menjadi lambat untuk memenuhi indicator-indikator yang ditetapkan tersebut. (4)
Penilaian Indeks Kapasitas Daerah di masing-masing kabupaten tidak semuanya secara
mandiri dilakukan. Hanya beberapa kabupaten/kota saja yang telah melakukan
perhitungan. Penilaian Indeks Risiko Bencana itu sendiri dilakukan bersama-sama antara
BPBD, Bappeda, serta Instansi terkait indicator di atas seperti Dinas Kesehatan, Dinas
Pengairan, Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Nilai dari IKD
masing-masing kabupaten/kota yang telah dihitung kemudian disampaikan kepada BNPB
sebagai fasilitator untuk perhitungan Indeks Risiko Bencananya (IRB), karena Resiko
Bencana dihitung dari Tingkat Kerentanan suatu daerah dibagi dengan Kapasitas Daerah
tersebut (Bencana = Kerentanan/Kapasitas). Untuk mendukung/menunjang Indeks
Risiko Bencana tersebut dijabarkan dalam capain target dari Program dan Kegiatan yang
mendukung IRB (Indeks Risiko Bencana) tersebut.
3.1 Capaian Kinerja Program Penanggulangan Bencana
Guna mendukung kelancaran pelaksanaan penguatan kelembagaan
penanggulangan bencana telah dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana
penanggulangan bencana, pelatihan teknis aparatur yang terlibat dalam penyelenggaraan
pelayanan penanggulangan bencana baik yang berasal dari BPBA maupun BPBD
kabupaten/kota, dan pemantauan serta evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
lapangan penanggulangan bencana.
Secara umum capaian kinerja penguatan kelembagaan menunjukan adanya
perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun, meskipun masih memerlukan kerja
keras dan perhatian tidak hanya dari BPBA, namun juga komitmen dari para pihak
lainnya terutama Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) untuk mengalokasikan
anggaran dalam jumlah yang memadai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
TABEL 3.2
CAPAIAN KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
NO TUJUAN SASARAN
INDIKATOR
KINERJA
BPBA
KONDI
SI
AWAL
Realisasi Target
2019
Realisasi
2019
Target
Capaian
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
I Meningkatkan Tatakelola Kebencanaan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
Penanggulangan Bencana (Index Risiko Bencana)
137 156.9 156.9 137 156.9
Indek Kapasitas Daerah
0.33 Renda
h
0.35 Rendah
0.55 Sedang
Peraturan Daerah tentang Penanggula-ngan Bencana (Qanun)
1 Dok 1 Dok 1 Dok
Pembentukan BPBD (Prop dan Kab/kota)
24 Unit 24 Unit 24 Unit
Peraturan tentang pembentukan Forum PRB (Qanun)
0 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Peraturan tentang penyebaran informasi kebencanaan (Pergub)
0 Dok 0 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Rencana Penanggulangan Bencana (Pergub)
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Peraturan Daerah tentang Tataruang Berbasis PRB
24 Dok 24 Dok 24 Dok 24 Dok 24 Dok 24 Dok
NO TUJUAN SASARAN
INDIKATOR
KINERJA
BPBA
KONDI
SI
AWAL
Realisasi Target
2019
Realisasi
2019
Target
Capaian
2018 2019
Lembaga Forum Pengurangan Risiko Bencana (Unit)
13 Unit 13 Unit 13 Unit 13 Unit 13 Unit 13 Unit
Komitmen DPRD terhadap PRB
ada ada ada ada ada ada
Peta Bahaya dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Peta Kerentanan dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Peta Kapasitas dan kajiannya
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Kesadaran Masyarakat Terhadap Bencana
45 % 55 % 65 % 70 % 75 % 85 %
Sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tiap-tiap kabupaten/ko-ta
23 Unit 23 Unit 23 Unit 23 Unit 23 Unit 23 Unit
Pusdalops PB dengan fasilitas minimal mampu memberikan respon efektif untuk pelaksanaan peringatan dini dan penanganan masa krisis
12 Unit 15 Unit 18 Unit 20 Unit 22 Unit 24 Unit
Sistem pendataan bencana yang terhubung dengan sistem pendataan bencana nasional
1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1
Sistem 1 Sistem 1 Sistem
Pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatan PB
2 Kali 0 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali
Penyelenggaraan Latihan (Geladi) Kesiapsiagaan
10 Kali 11 Kali 3 Kali 15 Kali 17 Kali 19 Kali
Kajian kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan
0 Dok 0 Dok 1 Dok 1 Dok 2 Dok 2 Dok
Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan
70 % 73 % 91 % 95 % 85 % 90 %
NO TUJUAN SASARAN
INDIKATOR
KINERJA
BPBA
KONDI
SI
AWAL
Realisasi Target
2019
Realisasi
2019
Target
Capaian
2018 2019
Penyimpanan/pergudangan Logistik PB
1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
II Penanganan Darurat Bencana
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Tersedianya energi listrik untuk kebutuhan darurat
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Informasi penataan ruang yang mudah diakses publik
1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem
III Sekolah dan Madrasah Aman Bencana
19.1 % 20.5 % 24 % 26.0 % 28.7 % 34.2 %
Rumah Sakit Aman Bencana dan Puskesmas Aman Bencana
3 Unit 3 Unit 0 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit
Desa Tangguh Bencana
12
Kab/Kota
12
Kab/Kota 3 Kab/Kota 14 Kab/Kota 15 Kab/Kota
16
Kab/Kota
Penegakan Hukum untuk Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan
1 Kasus 2 Kasus 0 Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6 Kasus
Penanganan Rehabilitasidan Rekontruksi
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Penerapan Bangunan Tahan Gempabumi (Qanun)
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Rencana Kontijensi Gempabumi
0 Dok 5 Dok 2 Dok 15 Dok 20 Dok 24 Dok
Rencana Kontijensi Tsunami
3 Dok 3 Dok 2 Dok 11 Dok 15 Dok 19 Dok
Rencana kontijensi banjir
1 Dok 1 Dok Dok 9 Dok 13 Dok 17 Dok
Rencana Kontijensi Kebakaran Lahan dan Hutan
0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok 4 Dok 6 Dok
Rencana kontijensi erupsi gunungapi
2 Dok 2 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok
NO TUJUAN SASARAN
INDIKATOR
KINERJA
BPBA
KONDI
SI
AWAL
Realisasi Target
2019
Realisasi
2019
Target
Capaian
2018 2019
Rencana kontijensi banjir bandang
1 Dok 1 Dok 0 Dok 4 Dok 5 Dok 6 Dok
Penentuan Status Tanggap Darurat
100% 100% 100 % 100% 100% 100%
Pengerahan Tim Kaji Cepat ke lokasi bencana
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pengerahan Tim Penyelamatan dan Pertolongan Korban
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Perbaikan Darurat
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pengerahan bantuan pada masyarakat terjauh
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pemulihan pelayanan dasar pemerintah
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pemulihan infrastruktur penting
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Perbaikan rumah penduduk
100% 100% 0 % 100% 100% 100%
Pemulihan Penghidupan masyarakat
100% 100% 81 % 100% 100% 100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian kinerja penguatan kelembagaan
penanggulangan bencana menunjukan capaian optimal (93,45%).Melihat capaian kinerja
yang disajikan pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana
penanggulangan bencana mengalami peningkatan jumlah dan kualitas dari tahun ke
tahun.Dalam perjanjian kinerja antara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Aceh
dengan Gubernur Aceh target kinerja peningkatan.
3.1.1 Capaian Kinerja Penguatan Kelembagaan
Lingkup daerah kebijakan penanggulangan bencana Aceh adalah seluruh
wilayah Aceh.Pencegahan dini dan kesiapsiagaan bencana diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat kelompok rawan bencana khususnya yang berdomisili dalam
kawasan rawan bencana zona prioritas provinsi sebagaimana telah diuraikan di atas.Pada
dasarnya, pelaksanaan pencegahan dini dan kesiapsiagaan diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
Penyelenggaraan pelayanan penangulangan bencana pada fase pra bencana/fase
tidak terjadi bencana difokuskan untuk menyusun perencanaan penanggulangan bencana
(RPB, RAD, dan Penyusunan/Review Peta Risiko Bencana) yang meliputi: (1)
pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; (2) pemahaman tentang kerentanan
masyarakat; (3) analisis kemungkinan dampak bencana; (4) pilihan tindakan pengurangan
risiko bencana; (5) penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; (6) dan alokasi tugas, kewenangan dan sumber daya yang tersedia.
TABEL 3.3
CAPAIAN KINERJA PENGUATAN KELEMBAGAAN.
No. Kegiatan Kondisi
Awal
Target
2019
Realisasi Keterangan
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Penyusunan buku
kebencanaan
- - 3000 eksemplar
2 Forum Ilmuwan
Kebencanaan
- - 4 Kali
3 Pembentukan forum PRB - - 2 FPRB
4 Rencana Penanggulangan
Bencana
- - 2 Dokumen
5 Raker teknis keterlibatan
anggota legislatif dalam
pengurangan resiko
bencana
- - 1 Laporan
3.1.2 Capaian Kesiapsiagaan Bencana ( Pra Bencana )
Pelayanan Penanggulangan pada saat Pra bencana yang mencakup kegiatan
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini.Pencegahan atau disebut juga
(prevension) yaitu upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya
suatu ancaman. Mitigasi atau (mitigation) yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk dari suatu ancaman. Kesiap-siagaan atau (preparedness) yaitu persiapan
rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana.
Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat
danidentifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
Seiring dengan semakin solid dan menguatnya kapasitas kelembagaan, BPBA
pada Tahun anggaran 2019 telah melaksanakan tiga kali simulasi/drill bencana Tsunami
di Kabupaten Aceh Selatan, Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Penyusunan Rencana
Kontijensi sebanyak tiga kali yang dilaksanakan di Kota Banda Aceh, Kota Langsa dan
Kabuaten Aceh Barat dan keikutsertaan BPBA dalam Bulan Pengurangan Risko Bencana
yang diselenggarakan di Sumatera Utara.
TABEL 3.4
REKAPITULASI KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BENCANA
No. Kegiatan Kondisi
Awal
Realisasi Keterangan
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Sosialisasi &Simulasi / drill 1 kegiatan 6 kegiatan
2. Desa Tangguh Bencana - 3 Kab/Kota
3. Penguatan
Sekolah/Madrasah Aman
Bencana
2 unit - 6
Sekolah/Madrasah
4. Hotel Aman Bencana 2 unit - 1 Hotel
(Kyriad Muraya)
5. Kampus Aman Bencana 2 unit - 1 Kampus (UIN
Banda Aceh)
6. Penyusunan dokumen
rencana penanggulangan
bencana
-
7. Rembuk relawan
kebencanaan -
Sumber : Renstra 2017-2022 dan Rekam Jejak Tahun 2018 dan 2019
Tabel di atas menjelaskan capaian kinerja pencegahan dini dan representasi
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.Diukur melalui jumlah masyarakat
dan aparatur pemerintah kabupaten/gampong tempat simulasi/drill dilangsungkan
terlibat/berpartisipasisecara aktif.Secara gradual dari tahun ke tahun menunjukan tingkat
partisipasi yang semakin baik.Tahun 2019 ditetapkan target 1000orang, realisasinya
mencapai 1500 orang.Dalam perjanjian kinerja antara Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Aceh dengan Gubernur Aceh ditetapkan target kinerja sebesar
93,45%.Jika capaian diatas digunakan sebagai acuan maka capaian kinerja dimaksud
dapat melampui target.Hal tersebut patut dan layak diapresiasi sebagai wujud partisipasi
yang nyata dan menjadi modal dasar dalam mencegah timbulnya korban jiwa pada saat
terjadi bencana alam.
3.1.3 Capaian Kinerja pada Saat Tanggap Darurat (Kedaruratan dan Logistik)
Penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana pada saat Tanggap
Darurat (Emergency Response) yaitu saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan
tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara.
Secara umum kesuksesan penyaluran bantuan logistik bencana bersandar pada
empat hal utama, yakni tempat atau titik masuknya logistik, gudang utama, gudang
penyaluran dan terakhir gudangpenyimpanan akhir (jika diperlukan). Keempat sandaran
ini akan ditentukan oleh faktor informasi - komunikasi,jalur dan sistem distribusi,sarana
tranportasi suplay dan manajemen persediaan atau stock management.
Untuk mengefektifkan fungsi koordinasi peralatan dan logistik kemanusiaan
pada fase darurat bencana, BPBA sekurang-kurangnya berpijak pada limavariable
penting dalam sistem manajemen logistik bencana. Pertama, kesiapan petugas atau
aparatur.Operasional logistik sangat bergantung pada petugas atau aparatur yang
terampil, terlatih, dan cekatan.Kebutuhan petugas atau aparatur suplai logistik bencana
dapat dipenuhi melalui recruitment Pegawai Negeri Sipil (PNS), tenaga kontrak/pegawai
tidak tetap dan sukarelawan. Masyarakat sekitar, terutama karang taruna dapat
diberdayakan menjadi sukarelawan setelah mendapat bimbingan teknis yang memadai.
Mereka merupakan garda terdepan dalam proses penyiapan rantai pasok dari awal sampai
dengan titik tujuan bencana. Di luar negeri, seperti Amerika Serikat, penyiapan kader
logistik sudah ditangani secara serius dan profesional. Tiap tahun, misalnya, Federal
Emergency Management Agency (FEMA) menyelenggarakan acara yang dikenal dengan
”Logistic Management Boot Camp” yang sebagian besar diisi dengan pelatihan dan
simposium.
Kedua, terkait fungsi perencanaan. Pada kondisi darurat sering kali ditemukan
proses distribusi yang kacau balau, tidak adanya garis komando, tumpang tindih fungsi
kerja, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini dapat dimaklumi dalam jangka waktu tertentu,
namun tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.Harus ada fungsi pengendalian yang
direncanakan diawal. Pada saat pra bencana, fungsi perencanaan bertujuan mengetahui
seberapa banyak jumlah korban yang membutuhkan bantuan logistik, mengetahui berapa
banyak bantuan logistik yang dibutuhkan, mengetahui jenis kebutuhan (sandang papan,
dan pangan),mengetahui cara menyampaikan bantuan, mengetahui kapan bantuan harus
diberikan, dan terakhir mengetahui siapa penanggung jawab kelompok penerima bantuan.
Dalam tataran yang lebih luas, fungsi perencanaan mampu berbicara dengan berbagai
level scenario, antara lain perencanaan saat kejadiaan bencana, perencanaan
pascabencana, perencanaan rehabilitasi dan konstruksi.
Ketiga, ketersediaan sarana dan prasarana. Aspek ini meliputi penyediaan sarana
dan prasarana untuk proses penyimpanan (gudang) dan proses distribusi (berbagai moda
transportasi, darat, laut, dan udara).
Keempat, terkait keterlacakan dan akuntabilitas. Harus dicarikan solusi alternatif
bagaimana membangun sebuah sistem yang mampu menyuguhkan data stok dan posisi
bantuan secara ”real time” dan terhubung ke semua pemangku kepentingan yang terkait.
FEMA USAmisalnya, telah memiliki Logistic Visibility Tools (LogVIZ) yang mampu
menampilkan data secara cepat, akurat, transparan, dan terkoneksi secara baik. Tidak
kalah penting adalah kerja sama dan kolaborasi dengan sektor swasta seperti donatur,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain-lain.
Berkaitan dengan penyaluran logistik kemanusiaan sebagaimana diuraikan di
atas BPBA sejak tahun 2013, bidang Kedaruratan dan Logistik telah menjalankan fungsi
tersebut sebagaimana diamanatkan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh. Ketersediaan jumlah personil dan peralatan
pendukung logistik yang semakin membaik dari tahun ke tahun berdampak yang sangat
signifikan terhadap peningkatan kinerja bidang terkait.
Untuk kelancaran proses penyelenggaran pelayanan kedaruratan dan logistik
bencana, disediakan prasarana dan sarana pendukungnya berupa:
Personil piket Pusat Kendali Operasi (PUSDALOPS) bencana yang siaga dua puluh
empat jam.
Ruang kerja, peralatan komunikasi, ruang istirahat petugas Pusdalops yang nyaman.
Dukungan unsur pengarah profesional.
Peralatan dan perlengkapan kerja lapangan Tim Reaksi Cepat (TRC).
Peralatan pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Gudang logistik yang representative.
Kenderaan operasional rescue, seperti kenderaan roda empat dan kenderaan khusus
perairan dangkal seperti perahu polyethilen dan lain-lain.
Keberhasilan layanan kedaruratan dan logistik kebencanaan tergambarkan dari
bekerjanya Pusdalops penanggulangan bencana dan tersalurkannya bantuan logistik masa
darurat bencana di kabupaten/kota yang dilanda bencana alam.Tahun 2019 jumlah
laporan pelaksanaan Pusdalops berjumlah 1 laporan dan memenuhi target.
Layanan bantuan logistik darurat bencana cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.Baseline tahun 2013, jumlah paket bantuan logistik yang disalurkan yaitu 13 paket,
menurun dibandingkan tahun sebelumnya ini disebabkan sesuai permintaan
bantuan.Namun, layanan tersebut belum mampu menjangkau seluruh masyarakat yang
terdampak bencana.Metode penyaluran bantuan logistik tersebut yaitu bersifat selektif
dan sangat dipengaruhi oleh permintaan pemerintah kabupaten/kota yang terdampak
bencana.
3.1.4 Capaian Kinerja Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana
Penyelenggaraan pelayanan penanggulangan pasca bencana meliputi kegiatan
yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Pemulihan atau
recovery yaitu suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi. Proses tersebut
terdiri dari Rehabilitasi meliputi perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang
sifatnya sementara atau berjangka pendek, dan Rekonstruksi yang meliputi perbaikan
yang sifatnya permanen.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor
11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana
menegaskan bahwa ruang lingkup pelaksanaan rehabilitasi pascabencana dilakukan
melalui kegiatan- kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana
dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial
psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial,
ekonomi dan budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban umum, pemulihan fungsi
pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik (pasal 56, Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Tahun
Anggaran 2019 BPBA relevan dengan anggaran yang tersedia dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Aceh Nomor 1.01.05.02 tanggal
31 Desember 2019 menjalankan fungsi, Inventarisai, Verifikasi Dan Validasi Kerusakan
Akibat Bencana, Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana, Pemulihan Fungsi Pelayanan
Publik dalam wilayah terjadinya bencana,koordinasi bidang rehabilitasi dan rekonstruksi
dan Penilaian Kerusakan bencana.
Kinerja rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana menunjukan tingkat
konsistensi yang tinggi dari tahun ke tahun dandapat memenuhi target yang ditetapkan
dalam perjanjian kinerja antara Kepala Pelaksana BPBA dengan Gubernur Aceh tahun
2019 sebesar 95,55 % . Pada sisi yang lain, hal tersebut menunjukan monotonnya
pelayanan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana yang diselenggarakan BPBA.
Dengan kata lain kondisi seperti tersebut memberi indikasi bahwa terdapat beberapa jenis
layanan sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana telah dijabarkan di atas yang
masih memungkinkan untuk dilaksanakan pada tahun yangakandatang jika didukung
dengan anggaran dalam jumlah yang memadai.Berikut rician kegiatan Pelayanan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.
TABEL 3.5
PELAYANAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA
No. Kegiatan Kondisi
Awal
Target
2019
Realisasi Keterangan
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Inventarisasi, Verifikasi
dan Validasi kerusakan
akibat bencana
-
23
Kab/kota
- 5 Kab/kota
2 Koordinasi pelaksanaan
rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana
- 2 kali 2 kali 3 kali
3 Perbaikan lingkungan
daerah bencana
- 1 paket 7 Paket 1 Paket
4 Pemulihan fungsi
pelayanan publik dalam
wilayah terjadinya
bencana
- 1 paket 2 Paket 2 dokumen 1 DED dan 1 Dokumen
Kajian
5 Kajian kebutuhan pasca
bencana
- 1 kali 3 Kab/Kota
dan 1
Rateknis
7 Kab/Kota
dan 1
Workshop
6 Penyusunan dan
evaluasi dokumen
perencanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi pasca
bencana
- 3
dokumen
- 6 Dokumen 1. Masterplan penanganan
banjir Teunom, Aceh Jaya
2. Masterplan banjir Leuhan
dan Pasie Masjid Aceh
Barat.
3. DED Tanggul Krueng
Manggeng
4. DED Rekonstruksi Jalan
pasie Masjid Aceh Barat
5. DED Pengamanan Tebing
Sungai Krueng Ubiet,
Nagan Raya
6. Visualisasi Video Rehab
Rekon Gempa Pidie Jaya,
Pidie dan Bireuen
7 Pemulihan ekonomi
masyarakat pasca
bencana
- 100 kk - 73 orang Penerima bantuan modal
usaha pasca bencana
8 Psikososial bagi
masyarakat korban
bencana
- 80 orang - 80 orang
Sumber : Rekam Jejak Tahun 2018 dan 2019
3.2 Capaian Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)
Pengukuran tingkat capaian kinerja BPBA dilakukan dengan cara
membandingkan antara target capaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja (PK) Tahun Anggaran 2019antara Kepala Pelaksana BPBA dengan Gubernur
Aceh. Secara keseluruhan Target capaiannyasebesar 95 % yang dihitung berdasarkan
persentase rata-rata capaian sasaran strategis. Dari dua sasaran strategis dan duaindikator
kinerja yang ditetapkan dalam PK T.A 2019seluruhnya tingkat capaiannya mencapai
93,49%.Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat capainnya kurang dari 100%. Sasaran
dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 75% dari target yang ditetapkan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa BPBA BERHASIL menyelenggarakan pelayanan
penanggulangan bencana pada T.A 2019.
Pelayanan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien digambarkan pada
bagaimana layanan penanggulangan bencana yang tepat fungsi dan ukuran dengan
memenuhi tingkat kesesuaian dan harapan masyarakat.Dalam pelaksanaan tugas dan
peran pembangunan khususnya urusan penanggulangan bencana yang didelegasikan
kepada beberapa bidang dalam lingkup BPBA dinyatakan semakin efektif ditandai
dengan layanan yang tepat sasaran baik pada masa pra bencana, saat kejadian bencana
dan pada saat setelah terjadinya bencana.Sedangkan efisiensi pelaksanaan layanan
digambarkan dalam sistem prosedur yang baik dengan rasio sarana dan prasarana kerja
yang proporsional.
Untuk mewujudkan tujuan pelayanan penanggulangan bencana yang
terkoordinir dengan dukungan fasilitas yang memenuhi standar dan tenaga yang terampil
secara efektif, efesien dan terukur dalam tahun 2019 telah ditetapkan sasaran strategis
sebagai berikut:
1. Meningkatkan inisiatif dan kapasitas penyusunan Peraturan Penanggulangan Bencana
2. Pembentukan dan Pemberdayaan Forum Pengurangan RisikoBencana
3. Penyusunan Peraturan Penyebaran Informasi Kebencanaan
4. Implementasi Tataruang Berbasis Pengurangan RisikoBencana
5. Meningkatkan Komitmen DPRA Terhadap Pengurangan Risiko Bencana dengan arah
kebijakan
6. Menyusun dan Mengimplementasikan Peta Penanggulangan Bencana
7. Evaluasi dan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
8. Perkuatan Sarana Penyampaian Informasi Kebencanaan Kepada Masyarakat
9. Sosialisasi pencegahan kesipasiagaan bencana pada tingkat kecamatan
10. Meningkatkan komunikasi bencana lintas lembaga, pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha
11. Meningkat peran dan fungsi PUSDALOPS
12. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatanPenanggulangan
Bencana
13. Melaksanakanan kajian kebutuhan peralatan dan logistic kebencanaan
14. Meningkatkan manajemen pergudangan logistic penanggulangan bencana
15. Meningkatkan ketersediaan sandang, pangan dan sumberenergi untuk darurat
16. Meningkatkan Penataan Ruang Berbasis PRB
17. Meningkatkan Kapasitas Rumah Sakit, sekolah, Madrasah dan Fasilitas Pelayanan
Publik Lainnya Aman Bencana
18. Meningkatkan Kapasitas Desa Tangguh Bencana
19. Penerapan Bangunan Tahan Gempa Bumi
20. Rehabilitasi Tanggul, Embung, Waduk dan Taman Kota
21. Meningkatkan Rehabilitasi dan Rekontruksi Infrasuktrur danPelayanan Publik
Pemerintah, Rumah Penduduk danPenghidupan Masyarakat
22. Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana
23. Peningkatan Sistem Peringatan Dini Bencana
24. Perkuatan Infrastruktur Evakuasi Bencana
25. Penerapan Sistem Komando Operasi Darurat
26. Meningkatkan Kapasitas Perbaikan Darurat
Dalam mencapai sasaran strategis Badan Penangulangan Bencana Aceh telah
melakukan kegiatan yang mendukung upaya peningkatan capaian tersebut yaitu :
1. Mewujudkan Koordinasi Penanggulangan Bencana.
Sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Aceh.BPBA mempunyai tugas utama yaitu melaksanakan
penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya.Dalam menjalankan tugas
tersebut BPBA melakukan fungsi selain pelaksanaan penanggulangan bencana secara
terintegrasi dalam tahapan pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana juga
melakukan pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh.
Tahun 2019 menjadi tahun yang sangat strategis karena intensitas kejadian
bencana yang sedemikian tinggi - terkait dengan anomali cuaca akibat iklim yang sudah
berubah, namun kurang didukung dengan pembiayaan yang memadai.Dalam situasi yang
demikian BPBA mengandalkan strategi berupa mengoptimalkan fungsi koordinasi baik
dengan SKPA Teknis lingkup Setda Aceh maupun dengan BPBD seluruh Aceh.Dengan
demikian penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana dapat terlaksana secara
cepat, tepat, efisien dan efektif.
BPBA dalam tahun 2019sesuai dengan ketersediaan anggaran telah
menyelenggarakan satu kali workshop JITUPASNA tiga kali Bimbingan Teknis yaitu
Bimbingan Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahap I, Bimbingan Teknis Penyusunan
Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana dan Bimbingan Teknis
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Sosial Ekonomi).Pelaksanaan Bimbingan Teknis tersebut
diharapakan peserta dapat memahami konsep pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
bangunan tahan gempa pasca bencana dengan mempertimbangkan metode dan
standarisasi teknis bangunan/infrastruktur tahan bencana, meningkatkan kapasitas sumber
daya manusia dalam penanggulangan bencana terutama pada tahap pascabencana atau
rehabilitasi dan rekonstruksi dan untuk memberikan ketrampilan untuk menngkatkan
kesejahteraannya dan masyarakat yang terkena bencana dengan berwirausaha.
2. Mewujudkan Kualitas Dan Kuantitas Peralatan Penanggulangan Bencana Sesuai
Kebutuhan.
Peralatan penanggulangan bencana yang tersedia di lokasi harus dapat
digunakan dalam keadaan situasi darurat oleh petugas bencana. Pada saat situasi darurat
banyak diperlukan, seperti peralatan angkutan (transportasi) untuk evakuasi korban baik
di darat, perairan udara (truk, perahu karet, helikopter, dan lain lain). Demikian pula
peralatan lainnya, misalnya telekomunikasi, generator listrik, peralatan penyelamatan
(peralatan diteksi dini, bulldozer, forklift, dan lain lain. Peralatan tersebut harus dapat
diperoleh dengan cepat, tepat waktu, tepat lokasi, tepat sasaran, tepat jumlah, dan dapat
berfungsi dengan baik.
Dalam penanggulangan bencana banyak kendala yang dihadapi oleh petugas
terkait dengan penyediaan peralatan seperti tidak dapat digunakan secara optimal (rendah
kualitas/cepat rusak), bahkan tidak memilik informasi tentang dimana tempat yang
memiliki kondisi layak pakai dan mudah di dapat. Ketika satuan tugas akan di
berangkatkan ke lokasi bencana sering kali tidak memiliki informasi tetang tempat
dimana peralatan mudah di dapat sehingga lambat dalam melakukan tindakan yang pasti
dan tepat.
Penyediaan peralatan penanggulangan bencana pada hakekatnya pengumpulan
data peralatan yang sudah tersedia atau dimiliki pemerintah, lembaga dan instansi yang
mempunyaitanggungjawab dalam penanggulangan bencana.Peralatan penanggulangan
bencana akan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam manajemen penanggulanagn
bencana baik pada fase kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pasca bencana di daerah
rawan bencana.
Pada saat ini BPBA belum memiliki peralatan penanggulangan bencana yang
memadai dan lengkap, serta belum memiliki data dan informasi yang menerangkan
lembaga atau SKPA mana yang memiliki peralatan yang siap dimobilisasi secara cepat
pada saat dibutuhkan.Oleh karena itu, pengadaan sarana dan prasaran penanggulangan
bencana merupakan langkah strategis untuk mendukung pelayanan penanggulangan
bencana.
BPBA telah mengadakan beberapa peralatan atau prasarana dan sarana strategis
penanggulangan bencana pada tahun anggaran 2019 untuk menunjang kelancaran
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana berupa pengadaan:
1. Alat Berat (BULLDOZER)
2. Alat Pemadam Kebakaran (APAR Dan APAB)
3. Kendaraan Roda 2 Trail
4. Mobil Layanan Darurat Lapangan
5. Mobil Masjid Lapangan
6. Mobil Penyuluhan Bencana (Mobil Panggung)
7. Mobil Tangki Air 5000 L
8. Mobil Toilet Lapangan
9. Perahu Polyethilene dan Mesin Tempel Kapasitas 6 Orang
10. Peralatan Evakuasi KebencanaanPengadaan Perlengkapan Relawan Bencana
11. Perlengkapan Relawan Bencana
12. Seismograf
13. Tenda Keluarga Korban Bencana Daerah Rawan Bencana
14. Truck Trado (Self Loader Crane)
Berikut ini merupakan sarana dan prasarana penanggulangan bencana lingkup
Badan Penanggulangan Bencana Aceh pada tahun 2019.
GAMBAR 3. 1
SARANA DAN PERALATAN PENDUKUNG PENANGGULANGAN BENCANA
1 2
4 3
6 5
7 8
9 100
Sumber : Rekam Jejak Tahun 2019
3. Mewujudkan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan bencana yang
tepat sasaran
Pemantauan (monitoring) adalah prosedur penilaian yang secara deskriptif
dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan/atau mengukur pengaruh dari kegiatan yang
sedang berjalan (on-going) tanpa mempertanyakan hubungan kausalitas (Wollman,
2003:6). PP No.39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan membuat batasan definisi dari pemantauan yaitu kegiatan
mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta
mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul.
Evaluasi merupakan proses analitis menggunakan metodelogi sosial-ilmiah
untuk melihat apakah sebuah intervensi kebijakan (program, kegiatan) mengakibatkan
output atau hasil tertentu (King et al, 1987:17).PP No.39/2006 mendefinisikan Evaluasi
sebagai serangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran
(output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Lazimnya dikenal tiga jenis
Evaluasi yaitu:
111
122
13
14
Ex-ante (Evaluasi pada tahap perencanaan): evaluasi sebelum ditetapkannya rencana
pembangunan; Tujuan: memilih & menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif,
kemungkinan cara mencapai tujuan yg telah ditetapkan sebelumnya.
On-going (Evaluasi pada tahap pelaksanaan, pemantauan); Tujuan: mengetahui tingkat
kemajuan pelaksanaan dibandingkan rencana.
Ex-post (Evaluasi setelah pelaksanaan berakhir); Tujuannya adalah mengetahui
apakah pencapaian (keluaran, hasil, dampak) program mampu mengatasi masalah
pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai
efisiensi, efektivitas, dan kemanfaatan dari suatu program.
Pelaksanaan program dan kegiatan baik yang diselenggarakan secara internal
maupun yang diselenggarakan oleh BPBD kabupaten/kota secara acak dilakukan
pemantauan.Harapan dari terlaksananya kegiatan ini adalah teridentifikasinya berbagai
kekurangan dalam penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana sehingga
membuka peluang untuk perbaikan pada tahun yang akan datang. Hasil pantauan
pelaksanaan kegiatan tahun 2019 diperoleh gambaran bahwa terdapat berbagai persoalan
yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan bencana baik
ditingkat provinsi maupun di kabupaten/kota.
4. Mewujudkan ketrampilan dan keahlian aparatur
Dari sekian banyak kegiatan mitigasi, satu yang paling strategis adalah
pembelajaran atau pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) baik kepada aparatur pelaksana
pelayanan penanggulangan bencana maupun kepada masyarakat.DIKLAT merupakan
wahanauntuk membangun perilaku dan sikap positif dalam menghadapi bencana.Dalam
referensi Biro Mitigasi Bakornas PBP (2005), mitigasi bencana yang berbasis pada
masyarakat disebut paradigma pengurangan resiko yang berbasis DIKLAT.
Mitigasi bencana awalnya memang bersifat konvensional yang menganggap
bencana sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakan dan tidak dapat
dikurangi resikonya.Prinsip utamanya agar para korban segera mendapat pertolongan,
sehingga fokusnya memberi bantuan atas kedaruratan (emergency).Pandangan kedua
berkembang menjadi paradigma antisipasi tujuannya lebih diarahkan kepada identifikasi
daerah-daerah rawan bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan bencana,
dan penataan ruang. Pandangan ketiga adalah paradigma pembangunan yaitu bersifat
pengintegrasian upaya penanganan bencana dengan program pembangunan, misalnya
melalui perkuatan ekonomi, penerapan teknologi, pengentasan kemiskinan dan
sebagainya. Pandangan keempat adalah paradigma pengurangan resiko. Dalam
paradigma terakhir ini penanganan bencana bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
aparatur maupun masyarakat untuk mengelola dan menekan resiko terjadinya bencana.
Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai subyek dan bukan obyek daripenanganan
bencana dalam proses pembangunan.
Pada paradigma pengurangan resiko, mitigasi sebagai kewajiban berbagai pihak,
baik para ahli, pemerintahmaupun masyarakat secara luas.Para ahli barangkali memiliki
tugas untuk menjelaskan mekanisme dan prosesterjadinya bencana seperti gempa,
gunung api, longsor, atau banjir. Dengan berbasil ilmu pengetahuannya, para ahli
memetakan tempat-tempat rawan bencana, dan kemudian membangun konsep DIKLAT
sebagai upaya adaptasi.Dengan DIKLAT yang dilakukan secara terus menerus dan
berulang-ulang diyakini dapat membentuk sikap dan perilaku positif yang dapat
meningkatkan kapasitas dan pada akhirnya diharapkan mampu mereduksi
kerentanan.Sehingga pada saat terjadi bencana aparatur maupun masyarakat dapat
bertindak menolong atau menyelamatkan diri secara baik dan benar.
Guna mewujudkan peningkatan kapasitas aparatur pelaksana penyelenggara
layanan penanggulangan bencana BPBA telah melaksanakan empat jenis DIKLAT pada
tahun 2019dengan narasumber dari dalam dan luar daerah (Tabel 3.6).
TABEL 3.6
REKAPITULASI KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR
No Nama Diklat Jumlah
peserta Tempat
1 Pelaksanaan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Penilaian Indeks
Ketahanan Daerah dan IRBI)
60 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
2 Pelaksanaan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Manajemen
penanggulangan bencana)
60 Hermes Palace
Hotel, Banda
Aceh
3 Bimbingan Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bangunan Tahan
Gempa
43 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
4 Bintek Penyusunan Rencana Aksi Rehab Rekon 50 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
5 Bimbingan Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pemulihan Sosial
Ekonomi Pasca Bencana
50 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
6 Workshop Sistem Informasi Penanggulangan Bencana 40 Kyriad Muraya,
Banda Aceh
7 Workshop JITU PASNA (Kajian Kebutuhan Pasca Bencana) 50 Hotel Harmoni,
Langsa
8 Bimtek Logistik dan Peralatan I 50 Hotel Ayani,
Banda Aceh
9 Bimtek Logistik dan Peralatan II 50 Hermes Palace
Hotel, Banda
Aceh
10 Pelatihan Relawan Penangan Darurat Bencana 40 Hotel Meuligo,
Aceh Barat
11 Jambore Penanggulangan Bencana 208 SMKPP Saree,
Aceh Besar
12 Workshop Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan I 40 Hotel Oasis,
Banda Aceh
13 Workshop Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan II 40 Hotel Meuligo,
Aceh Barat
14 Workshop Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan III 40 Hotel Bayu Hill,
Aceh Tengah
15 Workshop Komunikasi Darurat Bencana 40 Hermes Palace
Hotel, Banda
Aceh
16 Workshop Pemadam Kebakaran Pemukiman Regional Barat 40 Hotel Grand
Arabia, Banda
Aceh
17 Workshop Pemadam Kebakaran Pemukiman Regional Timur-
Tengah
40 Hotel Grand
Arabia, Banda
Aceh
18 Workshop Kaji Cepat dan Evakuasi Darurat Bencana 40 Hotel Oasis,
Banda Aceh
19 Workshop Tehnis Penyusunan Dan Evaluasi RPB untuk Daerah
Timur (Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Pidie, Pidie Jaya,
Bireun, Lhokseumawe dan Aceh Utara)
30 Hotel Grand
Blang Hasan
20 Workshop Tehnis Penyusunan Dan Evaluasi RPB untuk daerah
Barat (Aceh jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,
Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam dan Simeulu)
30 Hotel Meuligo,
Aceh Barat
21 Workshop Tehnis Penyusunan Dan Evaluasi RPB untuk Daerah
Tengah (Aceh tengah, Bener Meriah, Aceh Timur, langsa, Aceh
tamiang, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues)
30 Hotel Bayu Hill,
Aceh Tengah
22 Workshop Tekhnis Penyusunan Rencana Kontijensi untuk Daerah
Timur
30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
23 Workshop Tekhnis Penyusunan Rencana Kontijensi Wilayah Barat 30 Hotel Meuligo,
Aceh Barat
24 Workshop Tekhnis Penyusunan Rencana Kontijensi Wilayah
Tengah
30 Hotel Harmoni,
Langsa
25 Workshop Teknis Penyelenggaraan Simulasi Bencana 40 Hermes Palace
Hotel, Banda
Aceh
26 Rapat Kerja Tekhnis Keterlibatan Anggota Legislatif Dalam PRB 30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
27 Rembug relawan Penanggulangan Bencana 250 Pantai Dian
Rana, lampuuk
Aceh Besar
28 Workshop Pusdalops Penanggulangan Bencana I Regional Barat
Selatan
40 Hotel Sultan,
Banda Aceh
29 Workshop Pusdalops Penanggulangan Bencana II Regional Timur -
Tengah
40 Hotel Sultan,
Banda Aceh
30 Workshop Fasilitator Sekolah Aman Bencana 30 Hotel Jarwal,
Bireuen
31 Workshop Fasilitator Sekolah Aman Bencana 30 Hotel Gayo
Nusa Indah,
Bayo Lues
32 Workshop Fasilitator Sekolah Aman Bencana 30 Hotel Abdya
Arena, Aceh
Barat Daya
33 Pembinaan dan Simulasi Sekolah Aman Bencana (SMP 11 Banda
Aceh)
30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
34 Pembinaan dan Simulasi Sekolah Aman Bencana (SMPN 1
Baitussalam, Aceh Besar)
30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
35 Pembinaan dan Simulasi Sekolah Aman Bencana (SMPN 1 Aceh
Barat)
30 Hotel Meuligo,
Aceh Barat
36 Sosialisasi, Workshop dan FGD Kampus Aman Bencana 40 Hotel Oasis,
Banda Aceh
37 Pemantapan pelaku, Gladi bersih, dan Pelaksanaan Simulasi
Kampus Aman Bencana
153 Kampus UIN
Banda Aceh
38 Hotel Aman Bencana 30 Kyriad Muraya
Hotel, Banda
Aceh
TOTAL 1964
Beranjak dari ide yang menegaskan bahwa “belajar yang dilakukan berulang-
ulang berpeluang meningkatkan keterampilan”, maka menjadi sebuah harapan bahwa
dengan telah mengikuti DIKLAT tersebut, para aparatur yang terlibat secara langsung
dalam proses penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana terutama yang
berkaitan dengan penyusunan anggran berbasis program. Sehingga berdampak pada
peningkatan keahlian yang menunjang perencanaan.
TABEL 3.7
IHKTISAR HASIL PEMANTAUAN DAN PENILAIAN PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN
PENANGGULANGAN BENCANA TAHUN 2019
PROGRAM KEGIATAN PERMASALAHAN
FAKTUAL
ALTERNATIF
SOLUSI
RENCANA
TINDAKLANJUT/PEMBELAJARAN
EVALUASI
KEMUNGKINAN
PERBAIKAN
MUNGKIN TIDAK
INTERNAL/ BPBA
Pencegahan dini
dan kesiapsiagaan
bencana
Pengurangan risiko
bencana
Struktur pembiayaan
kegiatan yang tidak
sistematis sehingga
berpengaruh pada hubungan
sebab – akibat antara
indikator keluaran dan target
Perencanaan
anggaran untuk
kegiatan
simulasi/drill
memerlukan review
secara menyeluruh
Tinjauan pada mekanisme penetapan
target kinerja dan proporsi anggaran
yang tersedia
Ya
Pengurangan Indeks
Risiko Bencana
Rendah kemampuan
sumber daya aparatur
dalam memahami
pengukuran kapasitas
daerah untuk penilain
indeks risiko bencan
Peningkatan kemampuan dalam
mengukur indek risiko bencana
Bimbingan
Teknis dan
Pelatihan
Pengukuran
Indek Risiko
Bencana
Ya
Terbatasnya ketersediaan
anggaran untuk mewujudkan
Desa Tangguh Bencana
(DESTANA).
Perencanaan
anggaran untuk
mendukung
pembentukan
Destana
Tinjaun terhadap wilayah zona Prioritas
untuk pembentukan Desa Tangguh
Bencana
Ya
Meningkatnya potensi
ancaman bencana banjir,
banjir bandang dan tanah
longsor.
Peta Ancaman Risiko
Bencana yang
updated
Dokumen Peta Risiko Bencana yang
berkelanjutan
Ya
Kedaruratan dan
logistik
kebencanaan
Manajemen logistik
dan peralatan
penanggulangan
bencana
Akurasi data kelompok
sasaran penerima paket
bantuan logistik kebencanan
yang berubah-ubah
Screening dan up
date data secara real
time dalam batas
waktu tertentu (24
jam)
Pelatihan petugas pendataan/Tim Kaji
Cepat
Ya
Terbatasnya ketersediaan
peralatan tempat evakuasi
sementara korban bencana.
Perencanaan anggaran
untuk pengadaan
Peralatan Pendukung
Peningkatan Pengadaan Peralatan tempat
evakuasi sementara korban bencana
ya
Rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca
bencana
Koordinasi penilaian
kerusakan bencana
Skala ukur data yang belum
relevan (dominan kualitatif)
Pengukuran dengan
mengikuti
mekanisme dimensi
tiga dan volumetri
Pelatihan JITUPASNA Ya
EKSTERNAL/BPBD KABUPATEN-KOTA
Rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca
bencana
Koordinasi penilaian
kerusakan bencana
Terbatasnya alokasi
anggaran regular dalam
dokumen anggaran
BPBD/Kabupaten/kota dan
BTT.
Koordinasi dengan
dinas keuangan Aceh
khususnya dengan
bidang yang meng-
evaluasi APBD
kabupaten/kota
Instruksi Gubernur Aceh kepada Kepala
Dinas Keuangan Aceh untuk
mengevaluasi APBD kabupaten/kota
khususnya pos Belanja Tidak Terduga
(BTT) dan jika tidak proporsional diberi
catatan evaluasi.
Ya
Koordinasi penilaian
kerusakan bencana
Keterampilan staf yang
sangat kurang
Pelatihan
JITUPASNA secara
berkala 2 kali dalam
setahun
Alokasi anggaran DIKLAT singkat
diperbesar
Ya (Tapi
sulit
dilakukan)
5. Terwujudnya Pengurangan Risiko Bencana.
Menurut UNISDR, Disaster Risk Reduction (DRR) atau Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) bertujuan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh bencana
alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan dan badai, melalui etika pencegahan.
Bencana sering mengikuti bahaya alam. Keparahan bencana tergantung pada seberapa
besar dampak bahaya pada masyarakat dan lingkungan. Skala dampak pada gilirannya
tergantung pada pilihan yang kita buat untuk hidup kita dan lingkungan kita. Pilihan ini
berhubungan dengan bagaimana kita mengelola bahan pangan kita, di mana dan
bagaimana kita membangun rumah kita, seperti apa pemerintah yang kita miliki, cara
kerja sistem keuangan dan bahkan apa yang diajarkan di sekolah. Setiap keputusan dan
tindakan yang membuat kita lebih rentan terhadap bencana atau lebih tahan terhadap
bencana tersebut.
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktek mengurangi risiko
bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor
penyebab bencana. Mengurangi paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan
manusia dan properti, manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan,
dan meningkatkan kesiapan terhadap dampak bencana merupakan contoh pengurangan
risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin seperti manajemen bencana,
mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana, tetapi PRB juga merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan. Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan mereka
juga harus mengurangi risiko bencana. Di sisi lain, kebijakan pembangunan yang tidak
sehat akan meningkatkan risiko bencana dan kerugian bencana. Dengan demikian, PRB
melibatkan setiap bagian dari masyarakat, pemerintah, sektor profesional dan swasta
untuk secara bersama-sama bertindak. 6. Mewujudkan Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana.
Untuk mewujudkan masyarakat yang siapsiaga menghadapi bencana, Badan
Penanggulangan Bencan Aceh telah melaksanakan simulasi/drill tahun anggaran
2019.Pelaksanaan simulasi/drill bencana dikondisikan sedemikian rupa seolah telah
terjadi bencana yang nyata dan telah menimbulkan kerentanan yang sedemikian
mengkhawatirkan dengan maksud untuk menguji kemampuan masyarakat dalam
menentukan sikap dan tindakan untuk menyelamatkan diri secara baik dan benar.
Simulasi tanggap bencana merupakan merupakan alat atau instrumen untuk menguji
tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan tindakan warga ketika akan, saat dan pasca
terjadi bencana.
Tujuan akhir atau outcome yang diharapkan adalah peningkatan kapasitas
masyarakat dan aparat pemerintahan gampong selaku pemerintahan mikro yang paling
terdampak tentang pemahaman mengenai kesiapsiagaan bencana.Simulasi/drill sebanyak
(tiga) kali yaitu Simulasi/drill bencanaBanjir Aceh Selatan, Simulasi/drill Gempa dan
Tsunami Kota Banda Aceh dan Simulasi/drill Gempa dan Tsunmi Kota Sabang yang
diikuti oleh 1500peserta yang terdiri dari masyarakat, petugas BPBD Kabupaten/kota,
TNI, POLRI, PMI, Siswa Sekolah Dasar SD, SMP, SMA dan masyarakat dan dunia
usaha sekitar lokasi pelaksanaan drill.Perkembangan capaian kinerja kesiapsiagaan
masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana periode 2015, 2016, 2017, 2018
dan 2019 sebagaimana tertera pada Tabel di bawah ini :
TABEL 3.8
PERKEMBANGAN PERSENTASE KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH
DALAM MENGHADAPI BENCANA
Uraian
Tahun
2015
Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi
Persentase Kesiapsiagaan
masyarakat dan pemerintah
dalam menghadapi bencana
68% 91% 100 % 85,50 % 89,15
%
Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Desember 2019
7. Terwujudnya Koordinasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana
SecaraKomprehensif
Sebagai bagian dari keseluruhan penanggulangan bencana, implementasi
tahapan rehabilitasi harus dikaitkan dengan tahapan lain. Dalam pengertian ini, bukan
saja kegiatan-kegiatan tahapan rehabilitasi berhubungan dengan tahap prabencana dan
tanggap darurat tetapi juga berhubungan dengan tahapan rekonstruksi. Hubungan dan
koordinasi antar tahapan ini sangat menentukan efektifitas dan efisiensi penanggulangan
bencana. Oleh karena itu,pentahapan penanggulangan bencana semestinya tidak
ditempatkan sebagai tujuan melainkan cara untuk mencapai efisiensi dan efektifitas
penanggulangan bencana secara keseluruhan. Di atas pengertian ini, sinkronisasi dan
koordinasi semestinya merupakan kata kunci penanggulangan bencana yang harus
dilaksanakan oleh berbagai pihak.
8. Mewujudkan Koordinasi Pemulihan Dan Perbaikan Daerah Bencana
Strategi untuk mewujudkan tujuan tersebutdalam tahun anggaran 2019
dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu, Verifikasi Dan Validasi Kerusakan Akibat
Bencana dengan capaian program meningkatnya penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana.Inventarisasi, verifikasi dan validasi kerusakan akibat
bencana dilakukan sesuai dengan usulan proposal dari kabupaten/kota untuk
mendapatkan rekomendasi dari Gubernur Aceh dalam mendapatkan dana dari pusat
untuk proses pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana yang ada di
Kabupaten/Kota tersebut, denganmemperoleh data base kebencanaan di Bidang
Rehabilitasi dan Rekontruksi guna validnya data dan melakukan identifikasi, pembahasan
atas permasalahan yang dihadapi guna memperoleh solusi yang relevan untuk
dilaksanakan dalam pencapaian tujuan kegiatan.Kegiatan Koordinasi Pelaksanaan
Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana dengan capaian program meningkatnya
penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana sehingga terlaksananya
koordinasi pemulihan dan perbaikaan daerah bencana.Kegiatannya meliputi Bimbingan
Teknis Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bangunan Tahan Gempa, Bimbingan Teknis
Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca.Kegiatan bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam penanggulangan bencana terutama
pada tahap pasca bencana atau rehabilitasi dan rekonstruksi. Tindak lanjut dari kegiatan
ini menyelaraskan pemahaman antara BPBD Kab/Kota Se Aceh dalam menyusun
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai acuan bagi Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten serta pihak lain yang terkait.Sehingga dapat menyinergikan
program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang dilakukan di
daerah dengan pengurangan resiko bencana dan memberikan pemahaman konsep
pelaksanaan pemulihan ekonomi masyarakat pasca bencana.
9. Mewujudkan Akurasi Data Kerusakan Pasca Bencana
Strategi yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Aceh melalui bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam Tahun Anggaran 2019untuk mewujudkan sasaran
akurasi data kerusakan pasca bencana adalam dengan melakukan inventarisasi, verifikasi
dan validasi keruskan akibat bencana dengan menggunakan metode Kajian Kebutuhan
Pasca Bencana (JITUPASNA). Target yang ditetapkan adalah 1laporan JITUPASNA
dan berhasil Dicapai 85 % dengan realisasi target sebesar 78,06 %.KegiatanPenilaian
Kajian Kebutuhan Pasca Bencana (JITUPASNA) dengan melakukan pendataan penilain
kerusakan dan kerugian masyarakat dan pemerintah akibat bencana yang terjadi.Pada
tahun anggaran 2019 BPBA telah melakukan Kajian Kebutuhan Pasca Bencana sebanyak
7 (tujuh) Kabupaten/kota yang terjadi bencana. Kegiatan lainnya adalah melakukan
Workshop Kajian Kebutuhan Pasca Bencana (JITUPASNA) dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan mengenai pengkajian kebutuhan pasca bencana, agar pendanaan rehabilitasi
dan rekonsrtuksi dapat tepat sasaran, meningkatkan kredibitas penilaian kerusakan dan
kerugian akibat bencana serta strategi-strategi pemulihan pascabencana yang akan di
tempuh, meningkatkan kapasitas JITUPASNA dan memperkuat kapasitas sumber daya
manusia (SDM). Kegiatan ini akhirnya dapat mengkaji, menilai dan menganalisis
dampak dan perkiraan kebutuhan, meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan
kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek perumahan dan pemukiman,
infrastruktur, ekonomi, sosial dan kemanusiaan dan lintas sektor.
10. Terwujudnya Distribusi Logistik, Pencarian dan Penyelamatan Korban Bencana
Yang Terkendali
Masa tanggap darurat dalam situasi bencana tidak akan terlepas dari pengelolaan
logitik. Selainsebagai dukungan kebutuhan utama masyarakat terkena dampak bencana
juga jaminan pemulihan fungsi sosial masyarakat.Pentingnya Pengelolaan tersebut
sehingga perlu adanya pedoman yang mengatur persediaan logistik dalam keadaan
darurat.Saat kejadian bencanamerupakan tahap saat bencana sesungguhnya terjadi.
Dalam tahap ini terdapat kegiatan tanggap darurat yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan
seperti kegiatanpenyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan dan pegurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan
prasarana.
11. Mewujudkan Distribusi Bantuan Logistik Kemanusiaan Yang Tepat Sasaran,
Efektif dan Efisien
Pendistribusian bantuan logistik untuk korban bencana sebanyak 19 paket
merupakan wujud pelayanan darurat bencana kepada masyarakat terdampak.Paket
bantuan logistik secara umum terdiri dari bahan pangan dan sandang.Diharapkan dengan
adanya bantuan tersebut dapat terpenuhinya sebahagian kebutuhan dasar korban bencana
khususnya pada fase darurat. Cakupan layanan ini meliputi Kabuaten Aceh Tenggara
sebanyak 4 paket, Kabupaten Simuelue sebanyak 2 Paket, Kabupaten Aceh Singkil
sebanyak 2 paket, Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 1 Paket, Kabupaten Aceh Jaya
sebanyak 1 Paket, Kabupaten Nagan Raya sebanyak 1 paket dan Kabupaten Aceh Barat
sebnayak 1 paket. Paket penyaluran tersebut diantaranya paket bahan logistik rumah
tangga (bahan pangan dan bahan sandang) dan paket bahan baku bangunan dalam
ranggka pemulihan darurat bencana dan pemulihan masa transisi. Penyaluran paket
bantuan tersebut berdasakan permintaan kabupaten/kota yang
disalurkan pada masa darurat bencana atau masa panik.
12. Mewujudkan Penilaian Cepat Kerusakan Akibat Bencana
Penilaian cepat bencana dilakukan oleh tim kaji cepat yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh No. 360/758/2018 tentang Pembentukan Tim
Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Aceh, Tim Kaji Cepat yang dibentuk berdasarkan
Perintah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh. Tugas utama tim ini
adalah melakukan assessment untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat
dalam penanggulangan bencana pada saat darurat bencana. Tim kaji cepat membuat
laporan assessment kepada Kepala Pelaksana BPBA yang mencakup; (a).lokasi kejadian
bencana; (b). jumlah korban bencana; (c). kerusakan sarana/prasarana; (d). gangguan
terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintah; dan (e). kemampuan sumber daya
alam maupun bantuan. Laporan tersebut menjadi dasar dalam menyediakan bantuan
logistik kebencanaan dan rencana tindak lanjut penanggulangan bencana.
Tim kaji cepat atau TRC sekaligus melakukan pencarian dan penyelamatan
korban bencana serta pendistribusian logistik.Berdasarkan laporan tahun 2019 tim ini
telah melakukan tugasnya di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Simeuleu,Kabupaten
Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Jaya, KabupatenNagan Raya,
KabupatenAceh Barat.
13. Penguatan kelembagaan Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Penanggulangan
Bencana Aceh
Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Penanggulangan Bencana Aceh
merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengelohan, analisi, penyajian,
diseminasi serta pelaporan data dan informasi bencana kepada masyarakat.Point penting
dalam pemberian pelayanan informasi yaitu mengelolah data dan mengkomunikasikan
kepada semua pihak, data dan statistik sangat penting dalam keberhasilan pengurangan
risiko becana, penyampaian informasi mampu mempengaruhi keputusan politik,
menunjukkan eksistensi, pencitraan positif dalam tugas dan misi kemanusiaan dalam
penanggulangan bencana, data dan informasi bencana tetap dalam satu pintu dalam
pemenuhan infromasi kebencanaan. Pada Tahun 2019 Pusat Data dan Informasi
Penanggulangan Bencana Aceh telah melakukan Workshop Manajemen Penanggulangan
Bencana, workshop Sistem Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Bencana,
penyusunan buku Kebencanaan, Penyusunan Buku Siaga Bencana, Penerbitan Tabloid
Siaga Bencana, Forum Ilmuwan Kebencanaan, Sarana Informasi Kebencanaan (Album
Kebencanaan, Jingle Kebencanaan, Album Musikalisasi Puisi Kebencanaan, Visualisasi
Profil BPBA, Pengadaan Visualisasi Iklan kebencanaan, Cetak Modul Kebencanaan,
Cetak Goodie Bag, Cetak Poster dan Bingkai Publikasi Kebencanaan. Berikut Merupakan
Rekapitulasi Realisasi Sarana InfomasiKebencanaan.
TABEL 3.9
REKAPITULASI SARANA INFORMASI KEBENCANAAN TAHUN 2019
N
o
.
Kegiatan Kondisi Awal
Realisasi
Keterangan 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Buku Saku Kebencanaan - - 1000
2 Buku Smong Purba - - 1000
3 Buku Khutbah Jumat - - 1000
4 Poster Banjir , Gempa Bumi
dan Tsunami
- - 3000
5 DVD Kebencanaan - - 1000
6 Kalender Kebencanaan - - 500
7 Buku Profil Penanggulangan
Bencana
- - 1000
8 Tabloid Sigana Tahun 2019 - - 1500
9 Buku Gempa Gempa Gayo - - 1000
10 VCD (Kebencanaan T-Man,
Longsor, Karhutla, Banjir,
Tsunami, Musikalisasi Puisi,
Jingle dan Profil BPBA)
- - 2180
14. Mewujudkan Fungsi Pusdalop 24 Jam dalam Sehari
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya
disingkat Pusdalops PB adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA
yang bertugas menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi penanggulangan
bencana. BPBA mengefektifkan fungsi Pusdalops PB mulai tahun 2015 hingga tahun
sekarang berada di bawah Bidang koordinasi Kedaruratan dan Logistik dan secara hirarki
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pelaksana BPBA. Setiap bulannya
melakukan kegiatan Pengaktifan Sirine pada tanggal 26 setiap bulannya yang dilakukan
serentak di 7 (tujuh) titik lokasi yaitu BPBA , Gampong Lhoknga, Gampong Kajhu,
Gampong Lam Awe, Gampong Blang Oi, Lampulo dan Kantor Gubernur Aceh.
Operasional pengendalian sistem pusat kendali operasi (PUSDALOPS)
penanggulangan bencana berlangsung selama 24 jam dalam satu hari tanpa piket off,
output kegiatan ini berupa data/laporan kejadian bencana, secara garis besar sebagaimana
disajikan pada grafik di bawah ini:
GAMBAR 3.2
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
GAMBAR 3.3
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI SETIAP KAB/KOTA
DI ACEH TAHUN 2019
285
220
6 8
7095
46
142 1 1
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI ACEH TAHUN 2019
17
25
49
31
12
40
48
138
25
43 44
15
50
16
29
48
30
11
27 25
32 31
11
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI SETIAP KAB/KOTA DI ACEH TAHUN 2019
GAMBAR 3.4
PERKIRAAN BESARAN KERUGIAN BERDASARKAN JENIS BENCANA YANG TERJADI
DIWILAYAH ACEH PERIOADE JANUARI-DESEMBER 2019
GAMBAR 3.5
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
0
10,000,000,000
20,000,000,000
30,000,000,000
40,000,000,000
50,000,000,000
60,000,000,000
70,000,000,000
80,000,000,000
Abrasi Pantai
Putting beliung
Banjir Bandang
Banjir genangan
Kebakaran Kathutla Longsor Cuaca Ekstrim
Gempa Hujan Abu
1,587,500,000
20,950,000,000
3565000000
57,548,000,000
73,305,000,000
37,584,420,000
9,078,600,000
- - -
PERKIRAAN BESARAN KERUGIAN BERDASARKAN JENIS BENCANA YANG TERJADIDI WILAYAH ACEH PERIODE JANUARI - DESEMBER 2019
GAMBAR 3.6
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
Bencana di Aceh mengalami peningkatan lebih 2 (dua) kali lipat dari
sebelumnya tahun 2018 yang terjadi hanya 362 kali kejadian bencana pada tahun 2019
ini naik menjadi 797 kali kejadian bencana dengan total kerugian mencapai lebih kurang
Rp. 168 Miliar. Bencana yang paling banyak terjadi peningkatan dari tahun 2018 yaitu
kebakaran pemukiman sebanyak 285 kali yang sebelumnya hanya terjadi 97 kali di tahun
2018 lalu. Hal yang sama terjadi pula pada Kebakaran Hutan dan Lahan yang terjadi
peningkatan jumlah kejadian yakni sebanyak 220 kejadian dibandingkan pada tahun 2018
yang terjadi hanya 65 kali kejadian.Dampak yang ditimbulkan akibat bencana di Aceh
Tahun 2019 antara lain banyaknya masyarakat yang terdampak bencana sebanyak 23.855
KK/, 88.113 Jiwa, pengungsi sebanyak 1.206 Jiwa, yang meninggal dunia akibat
bencana sebanyak 6 Orang, dan Luka-luka sebanyak 11 orang. Kerugian akibat bencana
yang paling banyak dialami oleh Kabupaten Aceh Selatan sebesar Rp.19 milyar, disusul
Aceh Tenggara Rp. 15 M,- Aceh Utara Rp. 11 milyar, Aceh Singkil RP. 7 milyar dan
Aceh Jaya sebesar Rp. 6 milyar.
Kebakaran masih menjadi bencana yang paling banyak terjadi, terutama
kebakaran pemukiman. Sebenarnya kebakaran pemukiman hanya dapat diminimalkan
dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat misalnya dengan memeriksa instalasi
listrik yang sudah tua yang menjadi sebab utama kebakaran. Sedangkan penyebab lainnya
adalah perlu kewaspadaan dalam mengelola sumber panas di rumah tangga seperti
mematikan kompor dan barang-barang eletronik yang harus diawasi dengan baik.
Kemudian dari sudut kerugian bencana banjir adalah mencapai rekornya
termasuk kejadian banjir bandang yang menimbulkan paling banyak kerugian baik
kepada masyarakat maupun infrastruktur yang ada. Banjir paling banyak disebabkan
meluapnya air sungai dan pembalakan liar yang menyebabkan banjir bandang. Berikut
tabel penyaluran paket bantuan logistik kebencanaan yaitu :
TABEL 3.10
JUMLAH PENYALURAN PAKET BANTUAN LOGISTIK KEBENCANAAN
3.3 Sumber Daya Manusia
Keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA sebagaimana tersebut di atas,
sangat dipengaruhi oleh faktor kunci berupa dukungan sumberdaya manusia dan
perlengkapan peralatan kerja.Jumlah tenaga/pegawai BPBA per 31 Desember 2017, baik
yang terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun tenaga kontrak adalah 106 orang.
Dengan sebaran 73 orang berjenis kelamin laki-laki (69 %) dan 33 orang berjenis
kelamain perempuan (31 %).
NO. NAMA/JENIS/BARANG VOLUME SATUAN
A. KELOMPOK BAHAN PANGAN:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Beras
15. Mie Instant
Minyak Goreng
Kecap Botol Kecil
Saus Botol Kecil
Telur Ayam
Ikan Kaleng Kecil
Air Mineral Gelas
Gula pasir
4500
3610
2895
1460
1260
27000
4020
3210
2100
Sak
Dus
Liter
Botol
Botol
Butir
Kaleng
Dus
Kg
B. KELOMPOK SANDANG:
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Kain Sarung
Seragam Sekolah
Tas Sekolah
Minyak Kayu Putih
Pembalut Wanita
Popok Bayi
Handuk
Kaos Oblong
Selimut
Buku Tulis
Baju Daster
Alat Tulis Sekolah (penggaris,Penghapus,
kotak pinsil, pulpen, pensil)
1000
610
360
50
50
50
950
200
1150
610
150
5400
Lembar
Pasang
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Lembar
Buah
Buah
Buah
TABEL 3.11
SEBARAN PEGAWAI
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
BERDASARKAN STATUS KEPEGAWAIAN DAN JENIS KELAMIN
No. PEGAWAI Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
A. Pegawai Negeri Sipil
1. Kepala Pelaksana 1 0 1
2. Sekretariat 10 8 18
3. Bidang Kesiapsiagaan 5 3 8
4. Bidang Kedaruratan dan Logistik 9 0 9
5. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 8 0 8
B. Pegawai Kontrak
6. Tenaga Kontrak 40 22 62
T o t a l 73 33 106
Sebaran ASN pada BPBA dilihat dari golongan/pangkat dapat dijelaskan sebagai
berukut: 27 orang (61 %) golongan III, 12 orang (27 %) golongan IV dan sisanya 5 orang
(12 %) golongan II.
TABEL 3.12
JUMLAH APARATUR SIPIL NEGARA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
BERDASARKAN GOLONGAN/KEPANGKATAN
No. PEGAWAI GOLONGAN
JUMLAH II III IV
1. Kepala Pelaksana - - 1 1
2. Sekretariat 1 11 5 18
3. Bidang Kesiapsiagaan 0 6 2 8
4. Bidang Kedaruratan dan
Logistik
2 5 2 9
5. Bidang Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
1 5 2 8
TOTAL 5 27 12 44
Pegawai BPBA baik ASN maupun tenaga kontrak sebahagian 54 orang (51,0%)
berpendidikan SMU dan Diploma III,32 orang (30 %) berpendidikan sarjana (S-1),
sisanya 20 orang (19 %) berpendidikan Pasca sarjana. ASN BPBA baik yang
berpendidikan Sarjana maupun Pasca Sarjana tersebar pada berbagai macam konsentrasi
ilmu.
TABEL 3.13
JUMLAH PEGAWAI BPBA BERDASARKAN PENDIDIKAN
No. PEGAWAI P E N D I D I K A N
S M U/D3 S-1 S-2 JML
1. Kepala Pelaksana 1 1
2. Sekretariat 2 10 6 18
3. Bidang Kesiapsiagaan 2 0 6 8
4. Bidang Kedaruratan dan
Logistik
3 4 2 9
5. Bidang Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
1 3 4 8
6. Tenaga Kontrak 46 15 1 62
T O T A L 54 32 20 106
Disamping pendidikan formal sebagaimana disajikan pada tabel di atas, pegawai
BPBA juga mengikuti pendidikan/pelatihan non formal guna meningkatkan kompetensi
dasar dalam melaksanakan pelayanan penanggulangan bencana. Pendidikan non formal
tersebut diantaranya adalah pelatihan untuk Tim Reaksi Cepat (TRC), Pelatihan Training
of Trainer (TOT), pelatihan manajemen logistik dan komunikasi yang secara khusus
diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
3.4 Aset
Aset BPBA diperoleh dari hibah Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan
hasil pengadaan yang didanai sepenuhnya oleh Anggaran Pendapatan Belanja Aceh
(APBA) sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2019.Manfaat ekonomi masa depan yang
terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik
langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk arus kas dan setara kas kepada SKPA
BPBA guna menunjang tercapainya kinerja pelayanan penanggulangan bencana sesuai
dengan standar dan kriteria yang berlaku.
B. Realisasi Anggaran
Untuk mencapai sasaran strategis tahun 2019 dari pagu anggaran sebesar Rp.
91.263.222.629,- telah direalisasi sebesar Rp. 83.318.634.156.- atau 91,29%, dengan
rincian sebagai berikut:
TABEL 3.14
REALISASI KEUANGAN BPBA T.A 2019
NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI
ANGGARAN (Rp)
REALISASI
ANGGARAN (Rp)
KEUANGAN (%)
FISIK (%)
1 Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran 6.550.200.569 5.896.717.604 90,02 100
Penyediaan Jasa Surat
Menyurat 15.000.000 7.735.000 51,57 100
Penyediaan Jasa Komunikasi
Sumber Daya Air dan Listrik 603.632.820 461.383.790 76,43 100
Penyediaan Alat Tulis Kantor 112.396.295 112.001.795 99,65 100
Penyediaan Barang Cetakan
dan Penggandaan 75.000.000 75.000.000 100,00 100
Penyediaan Komponen
Instalasi Listrik/Penerangan
Bangunan Kantor
45.000.000 44.722.000 99,38 100
Penyediaan Peralatan dan
Perlengkapan Kantor 3.237.320.000 3.046.378.009 94,10 100
Penyediaan Bahan Bacaan dan
Peraturan Perundang-
Undangan
25.000.000 11.682.500 46,73 100
Penyediaan Makanan dan
Minuman 207.115.000 156.890.900 75,75 100
Rapat-Rapat Koordinasi dan
Konsultasi Ke Luar Daerah 666.126.000 607.551.710 91,21 100
Peningkatan Pelayanan
Administrasi Perkantoran 1.563.610.454 1.373.371.900 87,83 100
2 Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
1.923.020.000 1.678.595.861 87,29 100
Pemeliharaan Rutin/Berkala
Kenderaan Dinas/Operasional 840.520.000 676.739.005 80,51 100
Pemeliharaan Rutin/Berkala
Peralatan Kantor 82.500.000 81.681.000 99,01 100
Rehabilitasi Sedang/Berat
Rumah Gedung Kantor 1.000.000.000 920.175.856 92,02 100
3 Program Peningkatan
Disiplin Aparatur 158.500.000 157.652.000 99,46 100
Pengadaan Pakaian Dinas
Beserta Perlengkapannya 158.500.000 157.652.000 99,46 100
4 Program Penguatan
Kelembagaan
Penanggulangan Bencana
1.500.000.000 1.485.000.000 99,00 100
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Penanggulangan
Bencana
1.500.000.000 1.485.000.000 99,00 100
5 Program Penanggulangan
Bencana 92.327.195.297 81.755.376.649 88,55 100
Monitoring Dan Evaluasi
Penanggulangan Bencana 432.900.000 336.591.310 77,75 78
Penanggulangan Bencana 400.000.000 343.284.100 85,82 95
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Penanggulangan
Bencana
45.366.570.255 42.236.687.363 93,10 93
Pendidikan dan Pelatihan
Penanggulangan Bencana 444.386.798 368.847.096 83,00 98
Inventarisasi, Verifikasi dan
Validasi Kerusakan Akibat
Bencana
279.400.000 110.879.281 39,68 40
Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Bencana 800.000.000 671.696.470 83,96 98
Pengendalian Sistem Pusat
Kendali Operasional
(PUSDALOPS)
Penanggulangan Bencana
1.187.199.546 1.022.769.600 86,15 87
Perbaikan Lingkungan Daerah
Bencana 9.266.083.946 9.031.578.391 97,47 97
Pemulihan Fungsi Pelayanan
Publik Dalam Wilayah
Terjadinya Bencana
1.000.000.000 547.860.627 54,79 50
Penguatan Kelembagaan Pusat
Data dan Informasi
(PUSDATIN)
Penanggulangan Bencana
Aceh
2.564.000.000 2.284.370.787 89,09 96
Kajian Kebutuhan Pasca
Bencana 500.000.000 390.288.600 78,06 83
Penyusunan dan Evaluasi
Dokumen Perencanaan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasca Bencana
1.282.629.900 1.230.749.983 95,96 96
Pemulihan Ekonomi
Masyarakat Pasca Bencana 2.000.000.000 1.604.505.193 80,23 81
Psikososial Bagi Masyarakat
Korban Bencana 250.000.000 247.400.000 98,96 99
Penguatan Logistik dan
Peralatan Penanggulangan
Bencana
1.550.000.000 1.406.503.878 90,74 91
Penguatan Kapasitas
Pencegahan dan Pengendalian
Kebakara Hutan dan Lahan
1.409.250.000 1.023.724.035 72,64 73
Sumber: Laporan Keuangan BPBATahun 2019.
Dalam pencapaian target kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pada Badan
Penanggulangan Bencana Aceh Tahun 2019 pada prinsipnya tidak terdapat hambatan dan
kendala yang berarti, dengan capaian perkembangan realisasi fisik dan keuangan sebesar
89,15% dari sebelumnya ditargetkan sebesar 95,10%, capaian realisasi sudah cukup baik.
Sedangkan selama periode 2015 s.d 2019 jumlah realisasi adalah sebesar Rp.,-
atau80.32% dari total anggaran sebesar Rp. 242.642.235.667dengan rincian sebagai
berikut:
TABEL 3.15
REALISASI ANGGARAN BPBA 2015-2019
No. Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.)
Prose
ntase
(%)
1. 2015 24.998.333.116 22.504.091.349 90,02
2. 2016 26.463.723.000 23.827.423.190 90,04
3. 2017 69.194.438.202 26.983.711.474 39.00
4. 2018 91.263.222.629 83.318.634.156 91.29
5. 2019 109.044.287.866 97.216.809.232 89.15
JUMLAH 314.378.632.813 247.607.202.283 79.90
Sumber: Laporan Keuangan BPBA 2015– 2019
Peningkatan Kapasitas Tim
Reaksi Cepat Penanggulangan
Bencana
2.650.000.000 1.886.071.186 71,17 71
Penanganan Darurat Bencana 7.822.528.000 5.952.700.124 76,10 76
Penguatan Forum
Pengurangan Risiko Bencana 1.665.136.000 1.005.236.300 60,37 61
Sosialisasi dan Simulasi
Pengurangan Risiko Bencana 4.110.000.000 3.633.877.166 88,42 89
Penyusunan Dokumen
Perencanan dan Evaluasi
Penanggulangan Bencana
2.360.000.000 2.100.657.840 89,01 89
Peningkatan Sumber Daya
Manusia Bidang
Penanggulangan Bencana
1.180.000.000 950.921.300 80,59 81
Penguatan Sekolah, Madrasah
Aman Bencana dan Fasilitas
Publik Lainnya
3.267.110.852 2.963.280.800 90,70 91
Penguatan Desa Tangguh
Bencana 540.000.000 404.895.219 74,98 80
JUMLAH 102.458.915.866 90.973.342.114
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan misi organisasi
dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui system pertanggung
jawaban secara periodik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh Tahun
2019disusun untuk memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja dalam
mencapaisasaran strategisnya melalui pelaksanaan program dan kegiatan Badan
Penanggulangan Bencana Aceh selama periode Tahun 2019 dan merupakan perwujudan dari
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan dalam pelaksanaan
Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangkukepentingan dalam upaya
mencapai Visi dan Misi Pemerintah Aceh secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang
telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang
baik. Pertanggungjawaban kinerja sifatnya terukur, melalui standar pengukuranantara objek
yang akan diukur dengan piranti pengukurannya berdasarkan sasaran strategis, indikator
kinerja, dan target kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja serta perbandingan
capaian kinerja setiap indikator dalam beberapa tahun terakhir.
Penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana pada hakikatnya merupakan
upaya untuk meningkatkan kapasitas aparatur dan masyarakat guna siap siaga dalam
menghadapi bencana. Siklus manajemen penanggulangan bencana itu sendiri terdiri dari fase
pra bencana yaitu saat tidak terjadi bencana, darurat bencana yaitu saat terjadi bencana
terjadinya bencana yaitu pasca peristiwa terjadinya bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi).
Harapan terakhir dari serangkaian proses pelayanan penanggulangan bencana tersebut
adalah terwujudnya aparatur dan masyarakat siap, tanggap dan mampu melakukan upaya-
upaya mitigasi maupun adaptasi bencana. Sesuai dengan Rancangan Qanun Aceh tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) periode 2017 – 2022 bahwa
Penegasan terhadap pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan yang sensitif
terhadap risiko bencana alam dengan konsep pembangunan, antara lain dengan menerapkan
strategi mitigasi dan manajemen risiko bencana melalui penguatan kapasitas tim tanggap
daraurat dan penyadartahuan masyarakat.
Keberhasilan pelayanan penanggulangan bencana tercermin melalui berkurangnya
indek risiko bencana di daerah dan meningkatnya indek kapasitas daerah yang dilakukan
dengan mempedomani 71 Indikator Kapasitas Daerah dan pada akhirnya mendukung
terwujudanya masyarakat Aceh yang tanggap dan tangguh mengadapi bencana.
3.1 Capaian Kinerja Program Penanggulangn Bencana
Guna mendukung kelancaran pelaksanaan penguatan kelembagaan penanggulangan
bencana telah dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana,
pelatihan teknis aparatur yang terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan penanggulangan
bencana baik yang berasal dari BPBA maupun BPBD kabupaten/kota, dan pemantauan serta
evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan lapangan penanggulangan bencana.
Secara umum capaian kinerja penguatan kelembagaan menunjukan adanya
perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun, meskipun masih memerlukan kerja keras
dan perhatian tidak hanya dari BPBA, namun juga komitmen dari para pihak lainnya terutama
Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) untuk mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang
memadai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
TABEL 3.1
CAPAIAN KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR
KINERJA BPBA
KONDI
SI
AWAL
Realisasi Target
2019
Realisasi
2019
Target
Capaian
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
I Meningkatkan Tatakelola Kebencanaan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana
Penanggulangan Bencana (Index Risiko Bencana)
137 156.9 156.9 137 156.9
Indek Kapasitas Daerah
0.33 Renda
h
0.35 Rendah
0.55 Sedang
Peraturan Daerah tentang Penanggula-ngan Bencana (Qanun)
1 Dok 1 Dok 1 Dok
Pembentukan BPBD (Prop dan Kab/kota)
24 Unit 24 Unit 24 Unit
Peraturan tentang pembentukan Forum PRB (Qanun)
0 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Peraturan tentang penyebaran informasi kebencanaan (Pergub)
0 Dok 0 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Rencana Penanggulangan Bencana (Pergub)
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Peraturan Daerah tentang Tataruang Berbasis PRB
24 Dok 24 Dok 24 Dok 24 Dok 24 Dok 24 Dok
Lembaga Forum Pengurangan Risiko Bencana (Unit)
13 Unit 13 Unit 13 Unit 13 Unit 13 Unit 13 Unit
Komitmen DPRD terhadap PRB
ada ada ada ada ada ada
Peta Bahaya dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR
KINERJA BPBA
KONDI
SI
AWAL
Realisasi Target
2019
Realisasi
2019
Target
Capaian
2018 2019
Peta Kerentanan dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Peta Kapasitas dan kajiannya
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Kesadaran Masyarakat Terhadap Bencana
45 % 55 % 65 % 70 % 75 % 85 %
Sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tiap-tiap kabupaten/ko-ta
23 Unit 23 Unit 23 Unit 23 Unit 23 Unit 23 Unit
Pusdalops PB dengan fasilitas minimal mampu memberikan respon efektif untuk pelaksanaan peringatan dini dan penanganan masa krisis
12 Unit 15 Unit 18 Unit 20 Unit 22 Unit 24 Unit
Sistem pendataan bencana yang terhubung dengan sistem pendataan bencana nasional
1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem
Pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatan PB
2 Kali 0 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali
Penyelenggaraan Latihan (Geladi) Kesiapsiagaan
10 Kali 11 Kali 3 Kali 15 Kali 17 Kali 19 Kali
Kajian kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan
0 Dok 0 Dok 1 Dok 1 Dok 2 Dok 2 Dok
Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan
70 % 73 % 91 % 95 % 85 % 90 %
Penyimpanan/pergudangan Logistik PB 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
II Penanganan Darurat Bencana 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Tersedianya energi listrik untuk kebutuhan darurat
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Informasi penataan ruang yang mudah diakses publik
1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem 1 Sistem
III Sekolah dan Madrasah Aman Bencana
19.1 % 20.5 % 24 % 26.0 % 28.7 % 34.2 %
Rumah Sakit Aman Bencana dan Puskesmas Aman Bencana
3 Unit 3 Unit 0 Unit 3 Unit 3 Unit 3 Unit
Desa Tangguh Bencana
12
Kab/Kota
12
Kab/Kota 3 Kab/Kota 14 Kab/Kota 15 Kab/Kota
16
Kab/Kota
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR
KINERJA BPBA
KONDI
SI
AWAL
Realisasi Target
2019
Realisasi
2019
Target
Capaian
2018 2019
Penegakan Hukum untuk Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan
1 Kasus 2 Kasus 0 Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6 Kasus
Penanganan Rehabilitasidan Rekontruksi
100% 100% 100% 100% 100% 100%
Penerapan Bangunan Tahan Gempabumi (Qanun)
1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
Rencana Kontijensi Gempabumi 0 Dok 5 Dok 2 Dok 15 Dok 20 Dok 24 Dok
Rencana Kontijensi Tsunami 3 Dok 3 Dok 2 Dok 11 Dok 15 Dok 19 Dok
Rencana kontijensi banjir
1 Dok 1 Dok Dok 9 Dok 13 Dok 17 Dok
Rencana Kontijensi Kebakaran Lahan dan Hutan
0 Dok 0 Dok 0 Dok 3 Dok 4 Dok 6 Dok
Rencana kontijensi erupsi gunungapi 2 Dok 2 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok
Rencana kontijensi banjir bandang
1 Dok 1 Dok 0 Dok 4 Dok 5 Dok 6 Dok
Penentuan Status Tanggap Darurat
100% 100% 100 % 100% 100% 100%
Pengerahan Tim Kaji Cepat ke lokasi bencana
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pengerahan Tim Penyelamatan dan Pertolongan Korban
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Perbaikan Darurat 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pengerahan bantuan pada masyarakat terjauh
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pemulihan pelayanan dasar pemerintah
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pemulihan infrastruktur penting
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Perbaikan rumah penduduk
100% 100% 0 % 100% 100% 100%
Pemulihan Penghidupan masyarakat
100% 100% 81 % 100% 100% 100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian kinerja penguatan kelembagaan
penanggulangan bencana menunjukan capaian optimal (93,45%).Melihat capaian kinerja yang
disajikan pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana
penanggulangan bencana mengalami peningkatan jumlah dan kualitas dari tahun ke
tahun.Dalam perjanjian kinerja antara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Aceh dengan
Gubernur Aceh target kinerja peningkatan.
3.1.1 Capaian Kinerja Penguatan Kelembagaan
Lingkup daerah kebijakan penanggulangan bencana Aceh adalah seluruh wilayah
Aceh.Pencegahan dini dan kesiapsiagaan bencana diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat kelompok rawan bencana khususnya yang berdomisili dalam kawasan rawan
bencana zona prioritas provinsi sebagaimana telah diuraikan di atas.Pada dasarnya,
pelaksanaan pencegahan dini dan kesiapsiagaan diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana.
Penyelenggaraan pelayanan penangulangan bencana pada fase pra bencana/fase tidak
terjadi bencana difokuskan untuk menyusun perencanaan penanggulangan bencana (RPB,
RAD, dan Penyusunan/Review Peta Risiko Bencana) yang meliputi: (1) pengenalan dan
pengkajian ancaman bencana; (2) pemahaman tentang kerentanan masyarakat; (3) analisis
kemungkinan dampak bencana; (4) pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; (5)
penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; (6) dan alokasi tugas,
kewenangan dan sumber daya yang tersedia.
TABEL 3.2
CAPAIAN KINERJA PENGUATAN KELEMBAGAAN.
No. Kegiatan Kondisi
Awal
Target
2019
Realisasi Keterangan
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Penyusunan buku
kebencanaan
- - 3000 eksemplar
2 Forum Ilmuwan
Kebencanaan
- - 4 Kali
3 Pembentukan forum PRB - - 2 FPRB
4 Rencana Penanggulangan
Bencana
- - 2 Dokumen
5 Raker teknis keterlibatan
anggota legislatif dalam
pengurangan resiko
bencana
1 Laporan
3.1.2 Capaian Kesiapsiagaan Bencana ( Pra Bencana )
Pelayanan Penanggulangan pada saat Pra bencana yang mencakup kegiatan
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini.Pencegahan atau disebut juga
(prevension) yaitu upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya
suatu ancaman. Mitigasi atau (mitigation) yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk dari suatu ancaman. Kesiap-siagaan atau (preparedness) yaitu persiapan
rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan
terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi
atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Perencanaan ini dapat
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
Seiring dengan semakin solid dan menguatnya kapasitas kelembagaan, BPBA pada
Tahun anggaran 2019 telah melaksanakan tiga kali simulasi/drill bencana Tsunami di
Kabupaten Aceh Selatan, Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Penyusunan Rencana
Kontijensi sebanyak tiga kali yang dilaksanakan di Kota Banda Aceh, Kota Langsa dan
Kabuaten Aceh Barat dan keikutsertaan BPBA dalam Bulan Pengurangan Risko Bencana
yang diselenggarakan di Sumatera Utara.
TABEL 3.3
REKAPITULASI KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BENCANA
No. Kegiatan Kondisi
Awal
Realisasi Keterangan
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Sosialisasi &Simulasi / drill 1 kegiatan 6 kegiatan
2. Desa Tangguh Bencana - 3 Kab/Kota
3. Penguatan
Sekolah/Madrasah Aman
Bencana
- 6 Sekolah/Madrasah
4. Hotel Aman Bencana - 1 Hotel
(Kyriad Muraya)
5. Kampus Aman Bencana - 1 Kampus (UIN
Banda Aceh)
6. Penyusunan dokumen
rencana penanggulangan
bencana
7. Rembuk relawan
kebencanaan
Sumber : Rekam Jejak Tahun 2018 dan 2019
Tabel di atas menjelaskan capaian kinerja pencegahan dini dan representasi
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.Diukur melalui jumlah masyarakat dan
aparatur pemerintah kabupaten/gampong tempat simulasi/drill dilangsungkan
terlibat/berpartisipasisecara aktif.Secara gradual dari tahun ke tahun menunjukan tingkat
partisipasi yang semakin baik.Tahun 2019 ditetapkan target 1000orang, realisasinya mencapai
1500orang.Dalam perjanjian kinerja antara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan
Bencana Aceh dengan Gubernur Aceh ditetapkan target kinerja sebesar 93,45%.Jika capaian
diatas digunakan sebagai acuan maka capaian kinerja dimaksud dapat melampui target.Hal
tersebut patut dan layak diapresiasi sebagai wujud partisipasi yang nyata dan menjadi modal
dasar dalam mencegah timbulnya korban jiwa pada saat terjadi bencana alam.
3.1.3 Capaian Kinerja pada Saat Tanggap Darurat (Kedaruratan dan Logistik)
Penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana pada saat Tanggap
Darurat (Emergency Response) yaitu saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap
darurat untuk meringankan penderitaan sementara.
Secara umum kesuksesan penyaluran bantuan logistik bencana bersandar pada empat
hal utama, yakni tempat atau titik masuknya logistik, gudang utama, gudang penyaluran dan
terakhir gudangpenyimpanan akhir (jika diperlukan). Keempat sandaran ini akan ditentukan
oleh faktor informasi - komunikasi,jalur dan sistem distribusi,sarana tranportasi suplay dan
manajemen persediaan atau stock management.
Untuk mengefektifkan fungsi koordinasi peralatan dan logistik kemanusiaan pada fase
darurat bencana, BPBA sekurang-kurangnya berpijak pada limavariable penting dalam sistem
manajemen logistik bencana. Pertama, kesiapan petugas atau aparatur.Operasional logistik
sangat bergantung pada petugas atau aparatur yang terampil, terlatih, dan cekatan.Kebutuhan
petugas atau aparatur suplai logistik bencana dapat dipenuhi melalui recruitment Pegawai
Negeri Sipil (PNS), tenaga kontrak/pegawai tidak tetap dan sukarelawan. Masyarakat sekitar,
terutama karang taruna dapat diberdayakan menjadi sukarelawan setelah mendapat
bimbingan teknis yang memadai. Mereka merupakan garda terdepan dalam proses penyiapan
rantai pasok dari awal sampai dengan titik tujuan bencana. Di luar negeri, seperti Amerika
Serikat, penyiapan kader logistik sudah ditangani secara serius dan profesional. Tiap tahun,
misalnya, Federal Emergency Management Agency (FEMA) menyelenggarakan acara yang
dikenal dengan ”Logistic Management Boot Camp” yang sebagian besar diisi dengan
pelatihan dan simposium.
Kedua, terkait fungsi perencanaan. Pada kondisi darurat sering kali ditemukan proses
distribusi yang kacau balau, tidak adanya garis komando, tumpang tindih fungsi kerja, dan
sebagainya. Hal-hal seperti ini dapat dimaklumi dalam jangka waktu tertentu, namun tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut.Harus ada fungsi pengendalian yang direncanakan diawal. Pada
saat pra bencana, fungsi perencanaan bertujuan mengetahui seberapa banyak jumlah korban
yang membutuhkan bantuan logistik, mengetahui berapa banyak bantuan logistik yang
dibutuhkan, mengetahui jenis kebutuhan (sandang papan, dan pangan),mengetahui cara
menyampaikan bantuan, mengetahui kapan bantuan harus diberikan, dan terakhir mengetahui
siapa penanggung jawab kelompok penerima bantuan. Dalam tataran yang lebih luas, fungsi
perencanaan mampu berbicara dengan berbagai level scenario, antara lain perencanaan saat
kejadiaan bencana, perencanaan pascabencana, perencanaan rehabilitasi dan konstruksi.
Ketiga, ketersediaan sarana dan prasarana. Aspek ini meliputi penyediaan sarana dan
prasarana untuk proses penyimpanan (gudang) dan proses distribusi (berbagai moda
transportasi, darat, laut, dan udara).
Keempat, terkait keterlacakan dan akuntabilitas. Harus dicarikan solusi alternatif
bagaimana membangun sebuah sistem yang mampu menyuguhkan data stok dan posisi
bantuan secara ”real time” dan terhubung ke semua pemangku kepentingan yang terkait.
FEMA USAmisalnya, telah memiliki Logistic Visibility Tools (LogVIZ) yang mampu
menampilkan data secara cepat, akurat, transparan, dan terkoneksi secara baik. Tidak kalah
penting adalah kerja sama dan kolaborasi dengan sektor swasta seperti donatur, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain-lain.
Berkaitan dengan penyaluran logistik kemanusiaan sebagaimana diuraikan di atas
BPBA sejak tahun 2013, bidang Kedaruratan dan Logistik telah menjalankan fungsi tersebut
sebagaimana diamanatkan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Aceh. Ketersediaan jumlah personil dan peralatan pendukung logistik
yang semakin membaik dari tahun ke tahun berdampak yang sangat signifikan terhadap
peningkatan kinerja bidang terkait.
Untuk kelancaran proses penyelenggaran pelayanan kedaruratan dan logistik bencana,
disediakan prasarana dan sarana pendukungnya berupa:
Personil piket Pusat Kendali Operasi (PUSDALOPS) bencana yang siaga dua puluh
empat jam.
Ruang kerja, peralatan komunikasi, ruang istirahat petugas Pusdalops yang nyaman.
Dukungan unsur pengarah profesional.
Peralatan dan perlengkapan kerja lapangan Tim Reaksi Cepat (TRC).
Peralatan pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Gudang logistik yang representative.
Kenderaan operasional rescue, seperti kenderaan roda empat dan kenderaan khusus
perairan dangkal seperti perahu polyethilen dan lain-lain.
Keberhasilan layanan kedaruratan dan logistik kebencanaan tergambarkan dari
bekerjanya Pusdalops penanggulangan bencana dan tersalurkannya bantuan logistik masa
darurat bencana di kabupaten/kota yang dilanda bencana alam.Tahun 2019 jumlah laporan
pelaksanaan Pusdalops berjumlah 1 laporan dan memenuhi target.
Layanan bantuan logistik darurat bencana cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.Baseline tahun 2013, jumlah paket bantuan logistik yang disalurkan yaitu 13 paket,
menurun dibandingkan tahun sebelumnya ini disebabkan sesuai permintaan bantuan.Namun,
layanan tersebut belum mampu menjangkau seluruh masyarakat yang terdampak
bencana.Metode penyaluran bantuan logistik tersebut yaitu bersifat selektif dan sangat
dipengaruhi oleh permintaan pemerintah kabupaten/kota yang terdampak bencana.
3.1.4 Capaian Kinerja Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana
Penyelenggaraan pelayanan penanggulangan pasca bencana meliputi kegiatan yang
mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Pemulihan atau recovery yaitu
suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi. Proses tersebut terdiri dari
Rehabilitasi meliputi perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya sementara
atau berjangka pendek, dan Rekonstruksi yang meliputi perbaikan yang sifatnya permanen.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 11 Tahun
2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana menegaskan bahwa
ruang lingkup pelaksanaan rehabilitasi pascabencana dilakukan melalui kegiatan- kegiatan
perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan,
rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial, ekonomi dan budaya, pemulihan
keamanan dan ketertiban umum, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi
pelayanan publik (pasal 56, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Tahun Anggaran 2019 BPBA relevan dengan
anggaran yang tersedia dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja
Perangkat Aceh Nomor 1.01.05.02 tanggal 31 Desember 2019 menjalankan fungsi,
Inventarisai, Verifikasi Dan Validasi Kerusakan Akibat Bencana, Perbaikan Lingkungan
Daerah Bencana, Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik dalam wilayah terjadinya
bencana,koordinasi bidang rehabilitasi dan rekonstruksi dan Penilaian Kerusakan bencana.
Kinerja rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana menunjukan tingkat konsistensi
yang tinggi dari tahun ke tahun dandapat memenuhi target yang ditetapkan dalam perjanjian
kinerja antara Kepala Pelaksana BPBA dengan Gubernur Aceh tahun 2019 sebesar 95,55 % .
Pada sisi yang lain, hal tersebut menunjukan monotonnya pelayanan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana yang diselenggarakan BPBA. Dengan kata lain kondisi seperti
tersebut memberi indikasi bahwa terdapat beberapa jenis layanan sebagaimana diuraikan
dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 11 Tahun
2008 sebagaimana telah dijabarkan di atas yang masih memungkinkan untuk dilaksanakan
pada tahun yangakandatang jika didukung dengan anggaran dalam jumlah yang
memadai.Berikut rician kegiatan Pelayanan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.
TABEL 3.4
PELAYANAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA
No
. Kegiatan
Kondisi
Awal
Target
2019
Realisasi Keterangan
2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Inventarisasi, Verifikasi
dan Validasi kerusakan
akibat bencana
-
23
Kab/kota
- 5 Kab/kota
2 Koordinasi pelaksanaan
rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana
- 2 kali 2 kali 3 kali
3 Perbaikan lingkungan
daerah bencana
- 1 paket 7 Paket 1 Paket
4 Pemulihan fungsi
pelayanan publik dalam
wilayah terjadinya bencana
- 1 paket 2 Paket 2 dokumen 1 DED dan 1 Dokumen
Kajian
5 Kajian kebutuhan pasca
bencana
- 1 kali 3 Kab/Kota
dan 1
Rateknis
7 Kab/Kota
dan 1
Workshop
6 Penyusunan dan evaluasi
dokumen perencanaan
rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana
- 3
dokumen
- 6 Dokumen 7. Masterplan penanganan banjir
Teunom, Aceh Jaya
8. Masterplan banjir Leuhan dan
Pasie Masjid Aceh Barat.
9. DED Tanggul Krueng
Manggeng
10. DED Rekonstruksi
Jalan pasie Masjid Aceh Barat
11. DED Pengamanan
Tebing Sungai Krueng Ubiet,
Nagan Raya
12. Visualisasi Video
Rehab Rekon Gempa Pidie
Jaya, Pidie dan Bireuen
7 Pemulihan ekonomi
masyarakat pasca bencana
- 100 kk - 73 orang Penerima bantuan modal
usaha pasca bencana
8 Psikososial bagi
masyarakat korban
bencana
- 80 orang - 80 orang
Sumber : Rekam Jejak Tahun 2018 dan 2019
3.2 Capaian Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)
Pengukuran tingkat capaian kinerja BPBA dilakukan dengan cara membandingkan
antara target capaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Tahun
Anggaran 2019antara Kepala Pelaksana BPBA dengan Gubernur Aceh. Secara keseluruhan
Target capaiannyasebesar 95 % yang dihitung berdasarkan persentase rata-rata capaian
sasaran strategis. Dari dua sasaran strategis dan duaindikator kinerja yang ditetapkan dalam
PK T.A 2019seluruhnya tingkat capaiannya mencapai 93,49%.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat capainnya kurang dari 100%. Sasaran dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥
75% dari target yang ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BPBA
BERHASIL menyelenggarakan pelayanan penanggulangan bencana pada T.A 2019.
Evaluasi dan analisa capaian kinerja BPBA sebagaimana telah ditetapkan, diuraikan
berdasarkan indikator sasaran pada masing-masing tujuan sebagai berikut:
Pelayanan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien digambarkan pada
bagaimana layanan penanggulangan bencana yang tepat fungsi dan ukuran dengan memenuhi
tingkat kesesuaian dan harapan masyarakat.Dalam pelaksanaan tugas dan peran pembangunan
khususnya urusan penanggulangan bencana yang didelegasikan kepada beberapa bidang
dalam lingkup BPBA dinyatakan semakin efektif ditandai dengan layanan yang tepat sasaran
baik pada masa pra bencana, saat kejadian bencana dan pada saat setelah terjadinya
bencana.Sedangkan efisiensi pelaksanaan layanan digambarkan dalam sistem prosedur yang
baik dengan rasio sarana dan prasarana kerja yang proporsional.
Untuk mewujudkan tujuan pelayanan penanggulangan bencana yang terkoordinir
dengan dukungan fasilitas yang memenuhi standar dan tenaga yang terampil secara efektif,
efesien dan terukur dalam tahun 2019 telah ditetapkan sasaran strategis sebagai berikut:
27. Meningkatkan inisiatif dan kapasitas penyusunan Peraturan Penanggulangan Bencana
28. Pembentukan dan Pemberdayaan Forum Pengurangan RisikoBencana
29. Penyusunan Peraturan Penyebaran Informasi Kebencanaan
30. Implementasi Tataruang Berbasis Pengurangan RisikoBencana
31. Meningkatkan Komitmen DPRA Terhadap Pengurangan Risiko Bencana dengan arah
kebijakan
32. Menyusun dan Mengimplementasikan Peta Penanggulangan Bencana
33. Evaluasi dan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
34. Perkuatan Sarana Penyampaian Informasi Kebencanaan Kepada Masyarakat
35. Sosialisasi pencegahan kesipasiagaan bencana pada tingkat kecamatan
36. Meningkatkan komunikasi bencana lintas lembaga, pemerintah, masyarakat dan dunia
usaha
37. Meningkat peran dan fungsi PUSDALOPS
38. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatanPenanggulangan Bencana
39. Melaksanakanan kajian kebutuhan peralatan dan logistic kebencanaan
40. Meningkatkan manajemen pergudangan logistic penanggulangan bencana
41. Meningkatkan ketersediaan sandang, pangan dan sumberenergi untuk darurat
42. Meningkatkan Penataan Ruang Berbasis PRB
43. Meningkatkan Kapasitas Rumah Sakit, sekolah, Madrasah dan Fasilitas Pelayanan Publik
Lainnya Aman Bencana
44. Meningkatkan Kapasitas Desa Tangguh Bencana
45. Penerapan Bangunan Tahan Gempa Bumi
46. Rehabilitasi Tanggul, Embung, Waduk dan Taman Kota
47. Meningkatkan Rehabilitasi dan Rekontruksi Infrasuktrur danPelayanan Publik
Pemerintah, Rumah Penduduk danPenghidupan Masyarakat
48. Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana
49. Peningkatan Sistem Peringatan Dini Bencana
50. Perkuatan Infrastruktur Evakuasi Bencana
51. Penerapan Sistem Komando Operasi Darurat
52. Meningkatkan Kapasitas Perbaikan Darurat
Dalam mencapai sasaran strategis Badan Penangulangan Bencana Aceh telah
melakukan kegiatan yang mendukung upaya peningkatan capaian tersebut yaitu :
16. Mewujudkan Koordinasi Penanggulangan Bencana.
Sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Aceh.BPBA mempunyai tugas utama yaitu melaksanakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada wilayahnya.Dalam menjalankan tugas tersebut BPBA
melakukan fungsi selain pelaksanaan penanggulangan bencana secara terintegrasi dalam
tahapan pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana juga melakukan
pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu
dan menyeluruh.
Tahun 2019 menjadi tahun yang sangat strategis karena intensitas kejadian bencana
yang sedemikian tinggi - terkait dengan anomali cuaca akibat iklim yang sudah berubah,
namun kurang didukung dengan pembiayaan yang memadai.Dalam situasi yang demikian
BPBA mengandalkan strategi berupa mengoptimalkan fungsi koordinasi baik dengan SKPA
Teknis lingkup Setda Aceh maupun dengan BPBD seluruh Aceh.Dengan demikian
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana dapat terlaksana secara cepat, tepat,
efisien dan efektif.
BPBA dalam tahun 2019sesuai dengan ketersediaan anggaran telah menyelenggarakan
satu kali workshop JITUPASNA tiga kali Bimbingan Teknis yaitu Bimbingan Teknis
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahap I, Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Aksi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana dan Bimbingan Teknis Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (Sosial Ekonomi).Pelaksanaan Bimbingan Teknis tersebut diharapakan peserta
dapat memahami konsep pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan tahan gempa
pasca bencana dengan mempertimbangkan metode dan standarisasi teknis
bangunan/infrastruktur tahan bencana, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam
penanggulangan bencana terutama pada tahap pascabencana atau rehabilitasi dan rekonstruksi
dan untuk memberikan ketrampilan untuk menngkatkan kesejahteraannya dan masyarakat
yang terkena bencana dengan berwirausaha.
17. Mewujudkan Kualitas Dan Kuantitas Peralatan Penanggulangan Bencana Sesuai
Kebutuhan.
Peralatan penanggulangan bencana yang tersedia di lokasi harus dapat digunakan
dalam keadaan situasi darurat oleh petugas bencana. Pada saat situasi darurat banyak
diperlukan, seperti peralatan angkutan (transportasi) untuk evakuasi korban baik di darat,
perairan udara (truk, perahu karet, helikopter, dan lain lain). Demikian pula peralatan lainnya,
misalnya telekomunikasi, generator listrik, peralatan penyelamatan (peralatan diteksi dini,
bulldozer, forklift, dan lain lain. Peralatan tersebut harus dapat diperoleh dengan cepat, tepat
waktu, tepat lokasi, tepat sasaran, tepat jumlah, dan dapat berfungsi dengan baik.
Dalam penanggulangan bencana banyak kendala yang dihadapi oleh petugas terkait
dengan penyediaan peralatan seperti tidak dapat digunakan secara optimal (rendah
kualitas/cepat rusak), bahkan tidak memilik informasi tentang dimana tempat yang memiliki
kondisi layak pakai dan mudah di dapat. Ketika satuan tugas akan di berangkatkan ke lokasi
bencana sering kali tidak memiliki informasi tetang tempat dimana peralatan mudah di dapat
sehingga lambat dalam melakukan tindakan yang pasti dan tepat.
Penyediaan peralatan penanggulangan bencana pada hakekatnya pengumpulan data
peralatan yang sudah tersedia atau dimiliki pemerintah, lembaga dan instansi yang
mempunyaitanggungjawab dalam penanggulangan bencana.Peralatan penanggulangan
bencana akan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam manajemen penanggulanagn
bencana baik pada fase kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pasca bencana di daerah rawan
bencana.
Pada saat ini BPBA belum memiliki peralatan penanggulangan bencana yang
memadai dan lengkap, serta belum memiliki data dan informasi yang menerangkan lembaga
atau SKPA mana yang memiliki peralatan yang siap dimobilisasi secara cepat pada saat
dibutuhkan.Oleh karena itu, pengadaan sarana dan prasaran penanggulangan bencana
merupakan langkah strategis untuk mendukung pelayanan penanggulangan bencana.
BPBA telah mengadakan beberapa peralatan atau prasarana dan sarana strategis
penanggulangan bencana pada tahun anggaran 2019 untuk menunjang kelancaran
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana berupa pengadaan:
15. Alat Berat (BULLDOZER)
16. Alat Pemadam Kebakaran (APAR Dan APAB)
17. Kendaraan Roda 2 Trail
18. Mobil Layanan Darurat Lapangan
19. Mobil Masjid Lapangan
20. Mobil Penyuluhan Bencana (Mobil Panggung)
21. Mobil Tangki Air 5000 L
22. Mobil Toilet Lapangan
23. Perahu Polyethilene dan Mesin Tempel Kapasitas 6 Orang
24. Peralatan Evakuasi KebencanaanPengadaan Perlengkapan Relawan Bencana
25. Perlengkapan Relawan Bencana
26. Seismograf
27. Tenda Keluarga Korban Bencana Daerah Rawan Bencana
28. Truck Trado (Self Loader Crane)
Berikut ini merupakan sarana dan prasarana penanggulangan bencana lingkup Badan
Penanggulangan Bencana Aceh pada tahun 2019.
GAMBAR 3. 1SARANA DAN PERALATAN PENDUKUNG PENANGGULANGAN BENCANA
1 2
4 3
6 5
7 8
9
111
100
122
Sumber : Rekam Jejak Tahun 2019
18. Mewujudkan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan bencana yang
tepat sasaran
Pemantauan (monitoring) adalah prosedur penilaian yang secara deskriptif
dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan/atau mengukur pengaruh dari kegiatan yang sedang
berjalan (on-going) tanpa mempertanyakan hubungan kausalitas (Wollman, 2003:6). PP
No.39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan membuat batasan definisi dari pemantauan yaitu kegiatan mengamati
perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul.
Evaluasi merupakan proses analitis menggunakan metodelogi sosial-ilmiah untuk
melihat apakah sebuah intervensi kebijakan (program, kegiatan) mengakibatkan output atau
hasil tertentu (King et al, 1987:17).PP No.39/2006 mendefinisikan Evaluasi sebagai
serangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil
(outcome) terhadap rencana dan standar. Lazimnya dikenal tiga jenis Evaluasi yaitu:
Ex-ante (Evaluasi pada tahap perencanaan): evaluasi sebelum ditetapkannya rencana
pembangunan; Tujuan: memilih & menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif,
kemungkinan cara mencapai tujuan yg telah ditetapkan sebelumnya.
On-going (Evaluasi pada tahap pelaksanaan, pemantauan); Tujuan: mengetahui tingkat
kemajuan pelaksanaan dibandingkan rencana.
Ex-post (Evaluasi setelah pelaksanaan berakhir); Tujuannya adalah mengetahui
apakah pencapaian (keluaran, hasil, dampak) program mampu mengatasi masalah
pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai efisiensi,
efektivitas, dan kemanfaatan dari suatu program.
Pelaksanaan program dan kegiatan baik yang diselenggarakan secara internal maupun
yang diselenggarakan oleh BPBD kabupaten/kota secara acak dilakukan pemantauan.Harapan
13
14
dari terlaksananya kegiatan ini adalah teridentifikasinya berbagai kekurangan dalam
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana sehingga membuka peluang untuk
perbaikan pada tahun yang akan datang. Hasil pantauan pelaksanaan kegiatan tahun 2019
diperoleh gambaran bahwa terdapat berbagai persoalan yang terkait dengan pelaksanaan
program dan kegiatan penanggulangan bencana baik ditingkat provinsi maupun di
kabupaten/kota.
19. Mewujudkan ketrampilan dan keahlian aparatur
Dari sekian banyak kegiatan mitigasi, satu yang paling strategis adalah pembelajaran
atau pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) baik kepada aparatur pelaksana pelayanan
penanggulangan bencana maupun kepada masyarakat.DIKLAT merupakan wahanauntuk
membangun perilaku dan sikap positif dalam menghadapi bencana.Dalam referensi Biro
Mitigasi Bakornas PBP (2005), mitigasi bencana yang berbasis pada masyarakat disebut
paradigma pengurangan resiko yang berbasis DIKLAT.
Mitigasi bencana awalnya memang bersifat konvensional yang menganggap bencana
sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakan dan tidak dapat dikurangi
resikonya.Prinsip utamanya agar para korban segera mendapat pertolongan, sehingga
fokusnya memberi bantuan atas kedaruratan (emergency).Pandangan kedua berkembang
menjadi paradigma antisipasi tujuannya lebih diarahkan kepada identifikasi daerah-daerah
rawan bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan bencana, dan penataan ruang.
Pandangan ketiga adalah paradigma pembangunan yaitu bersifat pengintegrasian upaya
penanganan bencana dengan program pembangunan, misalnya melalui perkuatan ekonomi,
penerapan teknologi, pengentasan kemiskinan dan sebagainya. Pandangan keempat adalah
paradigma pengurangan resiko. Dalam paradigma terakhir ini penanganan bencana bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan aparatur maupun masyarakat untuk mengelola dan menekan
resiko terjadinya bencana. Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai subyek dan bukan
obyek daripenanganan bencana dalam proses pembangunan.
Pada paradigma pengurangan resiko, mitigasi sebagai kewajiban berbagai pihak, baik
para ahli, pemerintahmaupun masyarakat secara luas.Para ahli barangkali memiliki tugas
untuk menjelaskan mekanisme dan prosesterjadinya bencana seperti gempa, gunung api,
longsor, atau banjir. Dengan berbasil ilmu pengetahuannya, para ahli memetakan tempat-
tempat rawan bencana, dan kemudian membangun konsep DIKLAT sebagai upaya
adaptasi.Dengan DIKLAT yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang diyakini
dapat membentuk sikap dan perilaku positif yang dapat meningkatkan kapasitas dan pada
akhirnya diharapkan mampu mereduksi kerentanan.Sehingga pada saat terjadi bencana
aparatur maupun masyarakat dapat bertindak menolong atau menyelamatkan diri secara baik
dan benar.
Guna mewujudkan peningkatan kapasitas aparatur pelaksana penyelenggara layanan
penanggulangan bencana BPBA telah melaksanakan empat jenis DIKLAT pada tahun
2019dengan narasumber dari dalam dan luar daerah (Tabel 3.5).
TABEL 3.5
REKAPITULASI KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS APARATUR
No Nama Diklat Jumlah
peserta Tempat
1 Pelaksanaan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Penilaian Indeks
Ketahanan Daerah dan IRBI)
60 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
2 Pelaksanaan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Manajemen
penanggulangan bencana)
60 Hermes Palace
Hotel, Banda Aceh
3 Bimbingan Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bangunan Tahan
Gempa
43 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
4 Bintek Penyusunan Rencana Aksi Rehab Rekon 50 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
5 Bimbingan Teknis Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pemulihan Sosial
Ekonomi Pasca Bencana
50 Kyriad Muraya ,
Banda Aceh
6 Workshop Sistem Informasi Penanggulangan Bencana 40 Kyriad Muraya,
Banda Aceh
7 Workshop JITU PASNA (Kajian Kebutuhan Pasca Bencana) 50 Hotel Harmoni,
Langsa
8 Bimtek Logistik dan Peralatan I 50 Hotel Ayani, Banda
Aceh
9 Bimtek Logistik dan Peralatan II 50 Hermes Palace
Hotel, Banda Aceh
10 Pelatihan Relawan Penangan Darurat Bencana 40 Hotel Meuligo, Aceh
Barat
11 Jambore Penanggulangan Bencana 208 SMKPP Saree, Aceh
Besar
12 Workshop Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan I 40 Hotel Oasis, Banda
Aceh
13 Workshop Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan II 40 Hotel Meuligo, Aceh
Barat
14 Workshop Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan III 40 Hotel Bayu Hill,
Aceh Tengah
15 Workshop Komunikasi Darurat Bencana 40 Hermes Palace
Hotel, Banda Aceh
16 Workshop Pemadam Kebakaran Pemukiman Regional Barat 40 Hotel Grand Arabia,
Banda Aceh
17 Workshop Pemadam Kebakaran Pemukiman Regional Timur-
Tengah
40 Hotel Grand Arabia,
Banda Aceh
18 Workshop Kaji Cepat dan Evakuasi Darurat Bencana 40 Hotel Oasis, Banda
Aceh
19 Workshop Tehnis Penyusunan Dan Evaluasi RPB untuk Daerah
Timur (Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Pidie, Pidie Jaya,
Bireun, Lhokseumawe dan Aceh Utara)
30 Hotel Grand Blang
Hasan
20 Workshop Tehnis Penyusunan Dan Evaluasi RPB untuk daerah
Barat (Aceh jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,
Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam dan Simeulu)
30 Hotel Meuligo, Aceh
Barat
21 Workshop Tehnis Penyusunan Dan Evaluasi RPB untuk Daerah
Tengah (Aceh tengah, Bener Meriah, Aceh Timur, langsa, Aceh
tamiang, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues)
30 Hotel Bayu Hill,
Aceh Tengah
22 Workshop Tekhnis Penyusunan Rencana Kontijensi untuk Daerah
Timur
30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
23 Workshop Tekhnis Penyusunan Rencana Kontijensi Wilayah Barat 30 Hotel Meuligo, Aceh
Barat
24 Workshop Tekhnis Penyusunan Rencana Kontijensi Wilayah
Tengah
30 Hotel Harmoni,
Langsa
25 Workshop Teknis Penyelenggaraan Simulasi Bencana 40 Hermes Palace
Hotel, Banda Aceh
26 Rapat Kerja Tekhnis Keterlibatan Anggota Legislatif Dalam PRB 30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
27 Rembug relawan Penanggulangan Bencana 250 Pantai Dian Rana,
lampuuk Aceh Besar
28 Workshop Pusdalops Penanggulangan Bencana I Regional Barat
Selatan
40 Hotel Sultan, Banda
Aceh
29 Workshop Pusdalops Penanggulangan Bencana II Regional Timur -
Tengah
40 Hotel Sultan, Banda
Aceh
30 Workshop Fasilitator Sekolah Aman Bencana 30 Hotel Jarwal,
Bireuen
31 Workshop Fasilitator Sekolah Aman Bencana 30 Hotel Gayo Nusa
Indah, Bayo Lues
32 Workshop Fasilitator Sekolah Aman Bencana 30 Hotel Abdya Arena,
Aceh Barat Daya
33 Pembinaan dan Simulasi Sekolah Aman Bencana (SMP 11 Banda
Aceh)
30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
34 Pembinaan dan Simulasi Sekolah Aman Bencana (SMPN 1
Baitussalam, Aceh Besar)
30 The Pade Hotel,
Banda Aceh
35 Pembinaan dan Simulasi Sekolah Aman Bencana (SMPN 1 Aceh
Barat)
30 Hotel Meuligo, Aceh
Barat
36 Sosialisasi, Workshop dan FGD Kampus Aman Bencana 40 Hotel Oasis, Banda
Aceh
37 Pemantapan pelaku, Gladi bersih, dan Pelaksanaan Simulasi
Kampus Aman Bencana
153 Kampus UIN Banda
Aceh
38 Hotel Aman Bencana 30 Kyriad Muraya
Hotel, Banda Aceh
TOTAL 1964
Beranjak dari ide yang menegaskan bahwa “belajar yang dilakukan berulang-ulang
berpeluang meningkatkan keterampilan”, maka menjadi sebuah harapan bahwa dengan telah
mengikuti DIKLAT tersebut, para aparatur yang terlibat secara langsung dalam proses
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana terutama yang berkaitan dengan
penyusunan anggran berbasis program. Sehingga berdampak pada peningkatan keahlian yang
menunjang perencanaan.
TABEL 3.6
IHKTISAR HASIL PEMANTAUAN DAN PENILAIAN PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN
PENANGGULANGAN BENCANA TAHUN 2019
PROGRAM KEGIATAN PERMASALAHAN
FAKTUAL
ALTERNATIF
SOLUSI
RENCANA
TINDAKLANJUT/PEMBELAJARAN
EVALUASI
KEMUNGKINAN
PERBAIKAN
MUNGKIN TIDAK
INTERNAL/ BPBA
Pencegahan dini
dan kesiapsiagaan
bencana
Pengurangan risiko
bencana
Struktur pembiayaan
kegiatan yang tidak
sistematis sehingga
berpengaruh pada hubungan
sebab – akibat antara
indikator keluaran dan target
Perencanaan
anggaran untuk
kegiatan
simulasi/drill
memerlukan review
secara menyeluruh
Tinjauan pada mekanisme penetapan
target kinerja dan proporsi anggaran
yang tersedia
Ya
Pengurangan Indeks
Risiko Bencana
Rendah kemampuan
sumber daya aparatur
dalam memahami
pengukuran kapasitas
daerah untuk penilain
indeks risiko bencan
Peningkatan kemampuan dalam
mengukur indek risiko bencana
Bimbingan
Teknis dan
Pelatihan
Pengukuran
Indek Risiko
Bencana
Ya
Terbatasnya ketersediaan
anggaran untuk mewujudkan
Desa Tangguh Bencana
(DESTANA).
Perencanaan
anggaran untuk
mendukung
pembentukan
Destana
Tinjaun terhadap wilayah zona Prioritas
untuk pembentukan Desa Tangguh
Bencana
Ya
Meningkatnya potensi
ancaman bencana banjir,
banjir bandang dan tanah
longsor.
Peta Ancaman Risiko
Bencana yang
updated
Dokumen Peta Risiko Bencana yang
berkelanjutan
Ya
Kedaruratan dan
logistik
kebencanaan
Manajemen logistik
dan peralatan
penanggulangan
bencana
Akurasi data kelompok
sasaran penerima paket
bantuan logistik kebencanan
yang berubah-ubah
Screening dan up
date data secara real
time dalam batas
waktu tertentu (24
jam)
Pelatihan petugas pendataan/Tim Kaji
Cepat
Ya
Terbatasnya ketersediaan
peralatan tempat evakuasi
sementara korban bencana.
Perencanaan anggaran
untuk pengadaan
Peralatan Pendukung
Peningkatan Pengadaan Peralatan tempat
evakuasi sementara korban bencana
ya
Rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca
bencana
Koordinasi penilaian
kerusakan bencana
Skala ukur data yang belum
relevan (dominan kualitatif)
Pengukuran dengan
mengikuti
mekanisme dimensi
tiga dan volumetri
Pelatihan JITUPASNA Ya
EKSTERNAL/BPBD KABUPATEN-KOTA
Rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca
bencana
Koordinasi penilaian
kerusakan bencana
Terbatasnya alokasi
anggaran regular dalam
dokumen anggaran
BPBD/Kabupaten/kota dan
BTT.
Koordinasi dengan
dinas keuangan Aceh
khususnya dengan
bidang yang meng-
evaluasi APBD
kabupaten/kota
Instruksi Gubernur Aceh kepada Kepala
Dinas Keuangan Aceh untuk
mengevaluasi APBD kabupaten/kota
khususnya pos Belanja Tidak Terduga
(BTT) dan jika tidak proporsional diberi
catatan evaluasi.
Ya
Koordinasi penilaian
kerusakan bencana
Keterampilan staf yang
sangat kurang
Pelatihan
JITUPASNA secara
berkala 2 kali dalam
setahun
Alokasi anggaran DIKLAT singkat
diperbesar
Ya (Tapi
sulit
dilakukan)
20. Terwujudnya Pengurangan Risiko Bencana.
Menurut UNISDR, Disaster Risk Reduction (DRR) atau Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) bertujuan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam
seperti gempa bumi, banjir, kekeringan dan badai, melalui etika pencegahan. Bencana sering
mengikuti bahaya alam. Keparahan bencana tergantung pada seberapa besar dampak bahaya
pada masyarakat dan lingkungan. Skala dampak pada gilirannya tergantung pada pilihan yang
kita buat untuk hidup kita dan lingkungan kita. Pilihan ini berhubungan dengan bagaimana
kita mengelola bahan pangan kita, di mana dan bagaimana kita membangun rumah kita,
seperti apa pemerintah yang kita miliki, cara kerja sistem keuangan dan bahkan apa yang
diajarkan di sekolah. Setiap keputusan dan tindakan yang membuat kita lebih rentan terhadap
bencana atau lebih tahan terhadap bencana tersebut.
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktek mengurangi risiko bencana
melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor penyebab
bencana. Mengurangi paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan manusia dan properti,
manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan, dan meningkatkan
kesiapan terhadap dampak bencana merupakan contoh pengurangan risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin seperti manajemen bencana, mitigasi
bencana dan kesiapsiagaan bencana, tetapi PRB juga merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan. Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan mereka juga harus
mengurangi risiko bencana. Di sisi lain, kebijakan pembangunan yang tidak sehat akan
meningkatkan risiko bencana dan kerugian bencana. Dengan demikian, PRB melibatkan
setiap bagian dari masyarakat, pemerintah, sektor profesional dan swasta untuk secara
bersama-sama bertindak. 21. Mewujudkan Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana.
Untuk mewujudkan masyarakat yang siapsiaga menghadapi bencana, Badan
Penanggulangan Bencan Aceh telah melaksanakan simulasi/drill tahun anggaran
2019.Pelaksanaan simulasi/drill bencana dikondisikan sedemikian rupa seolah telah terjadi
bencana yang nyata dan telah menimbulkan kerentanan yang sedemikian mengkhawatirkan
dengan maksud untuk menguji kemampuan masyarakat dalam menentukan sikap dan
tindakan untuk menyelamatkan diri secara baik dan benar. Simulasi tanggap bencana
merupakan merupakan alat atau instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman,
respon dan tindakan warga ketika akan, saat dan pasca terjadi bencana.
Tujuan akhir atau outcome yang diharapkan adalah peningkatan kapasitas masyarakat
dan aparat pemerintahan gampong selaku pemerintahan mikro yang paling terdampak tentang
pemahaman mengenai kesiapsiagaan bencana.Simulasi/drill sebanyak (tiga) kali yaitu
Simulasi/drill bencanaBanjir Aceh Selatan, Simulasi/drill Gempa dan Tsunami Kota Banda
Aceh dan Simulasi/drill Gempa dan Tsunmi Kota Sabang yang diikuti oleh 1500peserta yang
terdiri dari masyarakat, petugas BPBD Kabupaten/kota, TNI, POLRI, PMI, Siswa Sekolah
Dasar SD, SMP, SMA dan masyarakat dan dunia usaha sekitar lokasi pelaksanaan
drill.Perkembangan capaian kinerja kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam
menghadapi bencana periode 2015, 2016, 2017, 2018 dan 2019 sebagaimana tertera pada
Tabel di bawah ini :
TABEL 3.7
PERKEMBANGAN PERSENTASE KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH
DALAM MENGHADAPI BENCANA
Uraian
Tahun
2015
Tahun
2016
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi
Persentase Kesiapsiagaan
masyarakat dan pemerintah
dalam menghadapi bencana
68% 91% 100 % 85,50 % 89,15 %
Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Desember 2019
22. Terwujudnya Koordinasi Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana
SecaraKomprehensif
Sebagai bagian dari keseluruhan penanggulangan bencana, implementasi tahapan
rehabilitasi harus dikaitkan dengan tahapan lain. Dalam pengertian ini, bukan saja kegiatan-
kegiatan tahapan rehabilitasi berhubungan dengan tahap prabencana dan tanggap darurat
tetapi juga berhubungan dengan tahapan rekonstruksi. Hubungan dan koordinasi antar
tahapan ini sangat menentukan efektifitas dan efisiensi penanggulangan bencana. Oleh
karena itu,pentahapan penanggulangan bencana semestinya tidak ditempatkan sebagai tujuan
melainkan cara untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penanggulangan bencana secara
keseluruhan. Di atas pengertian ini, sinkronisasi dan koordinasi semestinya merupakan kata
kunci penanggulangan bencana yang harus dilaksanakan oleh berbagai pihak.
23. Mewujudkan Koordinasi Pemulihan Dan Perbaikan Daerah Bencana
Strategi untuk mewujudkan tujuan tersebutdalam tahun anggaran 2019 dilaksanakan
beberapa kegiatan yaitu, Verifikasi Dan Validasi Kerusakan Akibat Bencana dengan capaian
program meningkatnya penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.Inventarisasi,
verifikasi dan validasi kerusakan akibat bencana dilakukan sesuai dengan usulan proposal dari
kabupaten/kota untuk mendapatkan rekomendasi dari Gubernur Aceh dalam mendapatkan
dana dari pusat untuk proses pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana yang
ada di Kabupaten/Kota tersebut, denganmemperoleh data base kebencanaan di Bidang
Rehabilitasi dan Rekontruksi guna validnya data dan melakukan identifikasi, pembahasan atas
permasalahan yang dihadapi guna memperoleh solusi yang relevan untuk dilaksanakan dalam
pencapaian tujuan kegiatan.Kegiatan Koordinasi Pelaksanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi
Bencana dengan capaian program meningkatnya penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana sehingga terlaksananya koordinasi pemulihan dan perbaikaan daerah
bencana.Kegiatannya meliputi Bimbingan Teknis Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bangunan
Tahan Gempa, Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasca.Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam
penanggulangan bencana terutama pada tahap pasca bencana atau rehabilitasi dan
rekonstruksi. Tindak lanjut dari kegiatan ini menyelaraskan pemahaman antara BPBD
Kab/Kota Se Aceh dalam menyusun rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai acuan
bagi Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten serta pihak lain yang terkait.Sehingga dapat
menyinergikan program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang
dilakukan di daerah dengan pengurangan resiko bencana dan memberikan pemahaman konsep
pelaksanaan pemulihan ekonomi masyarakat pasca bencana.
24. Mewujudkan Akurasi Data Kerusakan Pasca Bencana
Strategi yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Aceh melalui bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam Tahun Anggaran 2019untuk mewujudkan sasaran
akurasi data kerusakan pasca bencana adalam dengan melakukan inventarisasi, verifikasi dan
validasi keruskan akibat bencana dengan menggunakan metode Kajian Kebutuhan Pasca
Bencana (JITUPASNA). Target yang ditetapkan adalah 1laporan JITUPASNA dan berhasil
Dicapai 85 % dengan realisasi target sebesar 78,06 %.KegiatanPenilaian Kajian Kebutuhan
Pasca Bencana (JITUPASNA) dengan melakukan pendataan penilain kerusakan dan kerugian
masyarakat dan pemerintah akibat bencana yang terjadi.Pada tahun anggaran 2019 BPBA
telah melakukan Kajian Kebutuhan Pasca Bencana sebanyak 7 (tujuh) Kabupaten/kota yang
terjadi bencana. Kegiatan lainnya adalah melakukan Workshop Kajian Kebutuhan Pasca
Bencana (JITUPASNA) dengan tujuan meningkatkan pengetahuan mengenai pengkajian
kebutuhan pasca bencana, agar pendanaan rehabilitasi dan rekonsrtuksi dapat tepat sasaran,
meningkatkan kredibitas penilaian kerusakan dan kerugian akibat bencana serta strategi-
strategi pemulihan pascabencana yang akan di tempuh, meningkatkan kapasitas JITUPASNA
dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia (SDM). Kegiatan ini akhirnya dapat
mengkaji, menilai dan menganalisis dampak dan perkiraan kebutuhan, meliputi identifikasi
dan perhitungan kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek
perumahan dan pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan kemanusiaan dan lintas sektor.
25. Terwujudnya Distribusi Logistik, Pencarian dan Penyelamatan Korban Bencana Yang
Terkendali
Masa tanggap darurat dalam situasi bencana tidak akan terlepas dari pengelolaan
logitik. Selainsebagai dukungan kebutuhan utama masyarakat terkena dampak bencana juga
jaminan pemulihan fungsi sosial masyarakat.Pentingnya Pengelolaan tersebut sehingga perlu
adanya pedoman yang mengatur persediaan logistik dalam keadaan darurat.Saat kejadian
bencanamerupakan tahap saat bencana sesungguhnya terjadi. Dalam tahap ini terdapat
kegiatan tanggap darurat yaitu kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan seperti kegiatanpenyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pegurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.
26. Mewujudkan Distribusi Bantuan Logistik Kemanusiaan Yang Tepat Sasaran, Efektif
dan Efisien
Pendistribusian bantuan logistik untuk korban bencana sebanyak 19 paket merupakan
wujud pelayanan darurat bencana kepada masyarakat terdampak.Paket bantuan logistik secara
umum terdiri dari bahan pangan dan sandang.Diharapkan dengan adanya bantuan tersebut
dapat terpenuhinya sebahagian kebutuhan dasar korban bencana khususnya pada fase darurat.
Cakupan layanan ini meliputi Kabuaten Aceh Tenggara sebanyak 4 paket, Kabupaten
Simuelue sebanyak 2 Paket, Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 2 paket, Kabupaten Aceh
Selatan sebanyak 1 Paket, Kabupaten Aceh Jaya sebanyak 1 Paket, Kabupaten Nagan Raya
sebanyak 1 paket dan Kabupaten Aceh Barat sebnayak 1 paket. Paket penyaluran tersebut
diantaranya paket bahan logistik rumah tangga (bahan pangan dan bahan sandang) dan paket
bahan baku bangunan dalam ranggka pemulihan darurat bencana dan pemulihan masa
transisi). Penyaluran paket bantuan tersebut berdasakan permintaan kabupaten/kota yang
disalurkan pada masa darurat bencana atau masa panik.
27. Mewujudkan Penilaian Cepat Kerusakan Akibat Bencana
Penilaian cepat bencana dilakukan oleh tim kaji cepat yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Gubernur Aceh No. 360/758/2018 tentang Pembentukan Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana Aceh, Tim Kaji Cepat yang dibentuk berdasarkan Perintah Kepala
Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh. Tugas utama tim ini adalah melakukan
assessment untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat dalam penanggulangan
bencana pada saat darurat bencana. Tim kaji cepat membuat laporan assessment kepada
Kepala Pelaksana BPBA yang mencakup; (a).lokasi kejadian bencana; (b). jumlah korban
bencana; (c). kerusakan sarana/prasarana; (d). gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta
pemerintah; dan (e). kemampuan sumber daya alam maupun bantuan. Laporan tersebut
menjadi dasar dalam menyediakan bantuan logistik kebencanaan dan rencana tindak lanjut
penanggulangan bencana.
Tim kaji cepat atau TRC sekaligus melakukan pencarian dan penyelamatan korban
bencana serta pendistribusian logistik.Berdasarkan laporan tahun 2019 tim ini telah melakukan
tugasnya di Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Simeuleu,Kabupaten Aceh Singkil,
Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Jaya, KabupatenNagan Raya, KabupatenAceh
Barat.
28. Penguatan kelembagaan Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Penanggulangan
Bencana Aceh
Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Penanggulangan Bencana Aceh merupakan
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengelohan, analisi, penyajian, diseminasi serta
pelaporan data dan informasi bencana kepada masyarakat.Point penting dalam pemberian
pelayanan informasi yaitu mengelolah data dan mengkomunikasikan kepada semua pihak, data
dan statistik sangat penting dalam keberhasilan pengurangan risiko becana, penyampaian
informasi mampu mempengaruhi keputusan politik, menunjukkan eksistensi, pencitraan positif
dalam tugas dan misi kemanusiaan dalam penanggulangan bencana, data dan informasi
bencana tetap dalam satu pintu dalam pemenuhan infromasi kebencanaan. Pada Tahun 2019
Pusat Data dan Informasi Penanggulangan Bencana Aceh telah melakukan Workshop
Manajemen Penanggulangan Bencana, workshop Sistem Informasi dan Komunikasi
Penanggulangan Bencana, penyusunan buku Kebencanaan, Penyusunan Buku Siaga Bencana,
Penerbitan Tabloid Siaga Bencana, Forum Ilmuwan Kebencanaan, Sarana Informasi
Kebencanaan (Album Kebencanaan, Jingle Kebencanaan, Album Musikalisasi Puisi
Kebencanaan, Visualisasi Profil BPBA, Pengadaan Visualisasi Iklan kebencanaan, Cetak
Modul Kebencanaan, Cetak Goodie Bag, Cetak Poster dan Bingkai Publikasi Kebencanaan.
Berikut Merupakan Rekapitulasi Realisasi Sarana InfomasiKebencanaan.
TABEL 3.8
REKAPITULASI SARANA INFORMASI KEBENCANAAN TAHUN 2019
No. Kegiatan Kondisi Awal Realisasi
Keterangan 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Buku Saku Kebencanaan - - 1000
2 Buku Smong Purba - - 1000
3 Buku Khutbah Jumat - - 1000
4 Poster Banjir , Gempa Bumi
dan Tsunami
- - 3000
5 DVD Kebencanaan - - 1000
6 Kalender Kebencanaan - - 500
7 Buku Profil Penanggulangan
Bencana
- - 1000
8 Tabloid Sigana Tahun 2019 - - 1500
9 Buku Gempa Gempa Gayo - - 1000
10 VCD (Kebencanaan T-Man,
Longsor, Karhutla, Banjir,
Tsunami, Musikalisasi Puisi,
Jingle dan Profil BPBA)
- - 2180
29. Mewujudkan Fungsi Pusdalop 24 Jam dalam Sehari
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat
Pusdalops PB adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA yang bertugas
menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi penanggulangan bencana. BPBA
mengefektifkan fungsi Pusdalops PB mulai tahun 2015 hingga tahun sekarang berada di bawah
Bidang koordinasi Kedaruratan dan Logistik dan secara hirarki bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Pelaksana BPBA. Setiap bulannya melakukan kegiatan Pengaktifan Sirine pada
tanggal 26 setiap bulannya yang dilakukan serentak di 7 (tujuh) titik lokasi yaitu BPBA ,
Gampong Lhoknga, Gampong Kajhu, Gampong Lam Awe, Gampong Blang Oi, Lampulo dan
Kantor Gubernur Aceh.
Operasional pengendalian sistem pusat kendali operasi (PUSDALOPS) penanggulangan
bencana berlangsung selama 24 jam dalam satu hari tanpa piket off, output kegiatan ini berupa
data/laporan kejadian bencana, secara garis besar sebagaimana disajikan pada grafik di bawah
ini:
GAMBAR 3.2
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
GAMBAR 3.3
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI SETIAP KAB/KOTA
DI ACEH TAHUN 2019
285
220
6 8
7095
46
142 1 1
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI ACEH TAHUN 2019
17
25
49
31
12
40
48
138
25
43 44
15
50
16
29
48
30
11
27 25
32 31
11
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI SETIAP KAB/KOTA DI ACEH TAHUN 2019
GAMBAR 3.4 PERKIRAAN BESARAN KERUGIAN BERDASARKAN JENIS BENCANA YANG TERJADI
DIWILAYAH ACEH PERIOADE JANUARI-DESEMBER 2019
GAMBAR 3.5
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
0
10,000,000,000
20,000,000,000
30,000,000,000
40,000,000,000
50,000,000,000
60,000,000,000
70,000,000,000
80,000,000,000
Abrasi Pantai
Putting beliung
Banjir Bandang
Banjir genangan
Kebakaran Kathutla Longsor Cuaca Ekstrim
Gempa Hujan Abu
1,587,500,000
20,950,000,000
3565000000
57,548,000,000
73,305,000,000
37,584,420,000
9,078,600,000
- - -
PERKIRAAN BESARAN KERUGIAN BERDASARKAN JENIS BENCANA YANG TERJADIDI WILAYAH ACEH PERIODE JANUARI - DESEMBER 2019
GAMBAR 3.6
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
TABEL 3.9
JUMLAH PENYALURAN PAKET BANTUAN LOGISTIK KEBENCANAAN
NO. NAMA/JENIS/BARANG VOLUME SATUAN
A. KELOMPOK BAHAN PANGAN:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Beras
Mie Instant
Minyak Goreng
Kecap Botol Kecil
Saus Botol Kecil
Telur Ayam
Ikan Kaleng Kecil
Air Mineral Gelas
Gula pasir
4500
3610
2895
1460
1260
27000
4020
3210
2100
Sak
Dus
Liter
Botol
Botol
Butir
Kaleng
Dus
Kg
B. KELOMPOK SANDANG:
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Kain Sarung
Seragam Sekolah
Tas Sekolah
Minyak Kayu Putih
Pembalut Wanita
Popok Bayi
Handuk
Kaos Oblong
Selimut
Buku Tulis
Baju Daster
Alat Tulis Sekolah (penggaris,Penghapus,
1000
610
360
50
50
50
950
200
1150
610
150
5400
Lembar
Pasang
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Lembar
Buah
Buah
Buah
3.3 Sumber Daya Manusia
Keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA sebagaimana tersebut di atas,
sangat dipengaruhi oleh faktor kunci berupa dukungan sumberdaya manusia dan
perlengkapan peralatan kerja.Jumlah tenaga/pegawai BPBA per 31 Desember 2017, baik
yang terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun tenaga kontrak adalah 106 orang.
Dengan sebaran 73 orang berjenis kelamin laki-laki (69 %) dan 33 orang berjenis
kelamain perempuan (31 %).
TABEL 3.10
SEBARAN PEGAWAI
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
BERDASARKAN STATUS KEPEGAWAIAN DAN JENIS KELAMIN
No. PEGAWAI Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
A. Pegawai Negeri Sipil
1. Kepala Pelaksana 1 0 1
2. Sekretariat 10 8 18
3. Bidang Kesiapsiagaan 5 3 8
4. Bidang Kedaruratan dan Logistik 9 0 9
5. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi 8 0 8
B. Pegawai Kontrak
6. Tenaga Kontrak 40 22 62
T o t a l 73 33 106
Sebaran ASN pada BPBA dilihat dari golongan/pangkat dapat dijelaskan sebagai
berukut: 27 orang (61 %) golongan III, 12 orang (27 %) golongan IV dan sisanya 5 orang (12
%) golongan II.
TABEL 3.11
JUMLAH APARATUR SIPIL NEGARA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
BERDASARKAN GOLONGAN/KEPANGKATAN
No. PEGAWAI GOLONGAN
JUMLAH II III IV
1. Kepala Pelaksana - - 1 1
2. Sekretariat 1 11 5 18
3. Bidang Kesiapsiagaan 0 6 2 8
4. Bidang Kedaruratan dan
Logistik
2 5 2 9
kotak pinsil, pulpen, pensil)
5. Bidang Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
1 5 2 8
TOTAL 5 27 12 44
Pegawai BPBA baik ASN maupun tenaga kontrak sebahagian 54 orang (51,0%)
berpendidikan SMU dan Diploma III,32 orang (30 %) berpendidikan sarjana (S-1), sisanya 20
orang (19 %) berpendidikan Pasca sarjana. ASN BPBA baik yang berpendidikan Sarjana
maupun Pasca Sarjana tersebar pada berbagai macam konsentrasi ilmu.
TABEL 3.12
JUMLAH PEGAWAI BPBA BERDASARKAN PENDIDIKAN
No. PEGAWAI P E N D I D I K A N
S M U/D3 S-1 S-2 JML
1. Kepala Pelaksana 1 1
2. Sekretariat 2 10 6 18
3. Bidang Kesiapsiagaan 2 0 6 8
4. Bidang Kedaruratan dan
Logistik
3 4 2 9
5. Bidang Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
1 3 4 8
6. Tenaga Kontrak 46 15 1 62
T O T A L 54 32 20 106
Disamping pendidikan formal sebagaimana disajikan pada tabel di atas, pegawai BPBA
juga mengikuti pendidikan/pelatihan non formal guna meningkatkan kompetensi dasar dalam
melaksanakan pelayanan penanggulangan bencana. Pendidikan non formal tersebut diantaranya
adalah pelatihan untuk Tim Reaksi Cepat (TRC), Pelatihan Training of Trainer (TOT),
pelatihan manajemen logistik dan komunikasi yang secara khusus diselenggarakan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.
3.4 Aset
Aset BPBA diperoleh dari hibah Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan hasil
pengadaan yang didanai sepenuhnya oleh Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) sejak
tahun 2010 sampai dengan tahun 2019.Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset
adalah potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, dalam bentuk arus kas dan setara kas kepada SKPA BPBA guna menunjang
tercapainya kinerja pelayanan penanggulangan bencana sesuai dengan standar dan kriteria yang
berlaku.
3.5 Realisasi Anggaran
Untuk mencapai sasaran strategis tahun 2019 dari pagu anggaran sebesar Rp.
91.263.222.629,- telah direalisasi sebesar Rp. 83.318.634.156.- atau 91,29%, dengan rincian
sebagai berikut:
TABEL 3.13
REALISASI KEUANGAN BPBA T.A 2019
NO PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI
ANGGARAN (Rp)
REALISASI
ANGGARAN (Rp)
KEUANGAN (%)
FISIK (%)
1 Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran 6.550.200.569 5.896.717.604 90,02 100
Penyediaan Jasa Surat
Menyurat 15.000.000 7.735.000 51,57 100
Penyediaan Jasa Komunikasi
Sumber Daya Air dan Listrik 603.632.820 461.383.790 76,43 100
Penyediaan Alat Tulis Kantor 112.396.295 112.001.795 99,65 100
Penyediaan Barang Cetakan
dan Penggandaan 75.000.000 75.000.000 100,00 100
Penyediaan Komponen
Instalasi Listrik/Penerangan
Bangunan Kantor
45.000.000 44.722.000 99,38 100
Penyediaan Peralatan dan
Perlengkapan Kantor 3.237.320.000 3.046.378.009 94,10 100
Penyediaan Bahan Bacaan dan
Peraturan Perundang-
Undangan
25.000.000 11.682.500 46,73 100
Penyediaan Makanan dan
Minuman 207.115.000 156.890.900 75,75 100
Rapat-Rapat Koordinasi dan
Konsultasi Ke Luar Daerah 666.126.000 607.551.710 91,21 100
Peningkatan Pelayanan
Administrasi Perkantoran 1.563.610.454 1.373.371.900 87,83 100
2 Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
1.923.020.000 1.678.595.861 87,29 100
Pemeliharaan Rutin/Berkala
Kenderaan Dinas/Operasional 840.520.000 676.739.005 80,51 100
Pemeliharaan Rutin/Berkala
Peralatan Kantor 82.500.000 81.681.000 99,01 100
Rehabilitasi Sedang/Berat
Rumah Gedung Kantor 1.000.000.000 920.175.856 92,02 100
3 Program Peningkatan
Disiplin Aparatur 158.500.000 157.652.000 99,46 100
Pengadaan Pakaian Dinas
Beserta Perlengkapannya 158.500.000 157.652.000 99,46 100
4 Program Penguatan
Kelembagaan
Penanggulangan Bencana
1.500.000.000 1.485.000.000 99,00 100
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Penanggulangan
Bencana
1.500.000.000 1.485.000.000 99,00 100
5 Program Penanggulangan
Bencana 92.327.195.297 81.755.376.649 88,55 100
Monitoring Dan Evaluasi
Penanggulangan Bencana 432.900.000 336.591.310 77,75 78
Penanggulangan Bencana 400.000.000 343.284.100 85,82 95
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Penanggulangan
Bencana
45.366.570.255 42.236.687.363 93,10 93
Pendidikan dan Pelatihan
Penanggulangan Bencana 444.386.798 368.847.096 83,00 98
Inventarisasi, Verifikasi dan
Validasi Kerusakan Akibat
Bencana
279.400.000 110.879.281 39,68 40
Pelaksanaan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Bencana 800.000.000 671.696.470 83,96 98
Pengendalian Sistem Pusat
Kendali Operasional
(PUSDALOPS)
Penanggulangan Bencana
1.187.199.546 1.022.769.600 86,15 87
Perbaikan Lingkungan Daerah
Bencana 9.266.083.946 9.031.578.391 97,47 97
Pemulihan Fungsi Pelayanan
Publik Dalam Wilayah
Terjadinya Bencana
1.000.000.000 547.860.627 54,79 50
Penguatan Kelembagaan Pusat
Data dan Informasi
(PUSDATIN) Penanggulangan
Bencana Aceh
2.564.000.000 2.284.370.787 89,09 96
Kajian Kebutuhan Pasca
Bencana 500.000.000 390.288.600 78,06 83
Penyusunan dan Evaluasi
Dokumen Perencanaan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
1.282.629.900 1.230.749.983 95,96 96
Sumber: Laporan Keuangan BPBATahun 2019.
Dalam pencapaian target kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pada Badan
Penanggulangan Bencana Aceh Tahun 2019 pada prinsipnya tidak terdapat hambatan dan
kendala yang berarti, dengan capaian perkembangan realisasi fisik dan keuangan sebesar
89,15% dari sebelumnya ditargetkan sebesar 95,10%, capaian realisasi sudah cukup baik.
Sedangkan selama periode 2015 s.d 2019 jumlah realisasi adalah sebesar Rp.,-
atau80.32% dari total anggaran sebesar Rp. 242.642.235.667dengan rincian sebagai berikut:
Pasca Bencana
Pemulihan Ekonomi
Masyarakat Pasca Bencana 2.000.000.000 1.604.505.193 80,23 81
Psikososial Bagi Masyarakat
Korban Bencana 250.000.000 247.400.000 98,96 99
Penguatan Logistik dan
Peralatan Penanggulangan
Bencana
1.550.000.000 1.406.503.878 90,74 91
Penguatan Kapasitas
Pencegahan dan Pengendalian
Kebakara Hutan dan Lahan
1.409.250.000 1.023.724.035 72,64 73
Peningkatan Kapasitas Tim
Reaksi Cepat Penanggulangan
Bencana
2.650.000.000 1.886.071.186 71,17 71
Penanganan Darurat Bencana 7.822.528.000 5.952.700.124 76,10 76
Penguatan Forum Pengurangan
Risiko Bencana 1.665.136.000 1.005.236.300 60,37 61
Sosialisasi dan Simulasi
Pengurangan Risiko Bencana 4.110.000.000 3.633.877.166 88,42 89
Penyusunan Dokumen
Perencanan dan Evaluasi
Penanggulangan Bencana
2.360.000.000 2.100.657.840 89,01 89
Peningkatan Sumber Daya
Manusia Bidang
Penanggulangan Bencana
1.180.000.000 950.921.300 80,59 81
Penguatan Sekolah, Madrasah
Aman Bencana dan Fasilitas
Publik Lainnya
3.267.110.852 2.963.280.800 90,70 91
Penguatan Desa Tangguh
Bencana 540.000.000 404.895.219 74,98 80
JUMLAH 102.458.915.866 90.973.342.114
TABEL3.14
REALISASI ANGGARAN BPBA 2015-2019
No. Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.)
Prosen
tase
(%)
1. 2015 24.998.333.116 22.504.091.349 90,02
2. 2016 26.463.723.000 23.827.423.190 90,04
3. 2017 69.194.438.202 26.983.711.474 39.00
4. 2018 91.263.222.629 83.318.634.156 91.29
5. 2019 109.044.287.866 97.216.809.232 89.15
JUMLAH 314.378.632.813 247.607.202.283 79.90
Sumber: Laporan Keuangan BPBA2015– 2019.
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja Menyajikan keberhasilan maupun kegagalan capaian sasaran strategis
yang ditujukan oleh BPBA tahun anggaran 2019 dan perkembangan dari tahun - tahun
sebelumnya, yang tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) berdasarkan tujuan
dan sasaran. Secara umum capaian sasaran strategis 2017 – 2022 menunjukan perkembangan
yang signifikan, dan dapat mencapai target.
BPBA yang diberi tugas, tanggung jawab, dan amanah untuk melakukan
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana, bersyukur karena di penghujung tahun
2019 pelayanan penanggulangan bencana yang meliputi program penguatan kelembagaan
penanggulangan bencana, pencegahan dini dan kesiapsiagaan bencana, koordinasi rehabilitasi
dan rekonstruksi pasca bencana serta penanganan kedaruratan dan logistik kebencanaan dapat
diselenggarakan dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan akhir berupa upaya untuk
mewujudkan prioritas pembangunan Pemerintah Aceh tahun 2017 - 2022 untuk pembangunan
dan peningkatan kualitas infrastruktur terintegrasi, dan lingkungan yang berkelanjutan dapat
terlaksana dengan baik.
Pencapaian target indeks risiko yang telah menjadi indikator kinerja dalam RPJMA
2017–2022 bencana pada tahun 2019 sebesar 137,5 masih belum optimal. Indeks risiko
bencana diperoleh dari nilai indeks kapasitas daerah masing-masing kabupaten/kota. Indeks
kapasitas daerah dihitung berdasarkan 71 Indikator pengurangan risiko bencana. Artinya dari
keseluruhan 23 kab/kota belum seluruhnya atau paling tidak belum banyak memenuhi ke-71
indikator tersebut. Beberapa faktor penghambat antara lain; (1) belum adanya pemahaman
pemerintah daerah dan pemerintahan daerah akan prioritas program penanggulangan bencana,
(2) pada beberapa daerah, penganggaran belum memprioritaskan program penanggulangan
bencana. Untuk menghitung Indeks Kapasitas Daerah tidak hanya dilakukan oleh BPBD tapi
jug bersama2 dengan Bappeda dan instansi terkait lainnya seperti dinas kesehatan, dinas
peangairan, dinas pupr dan harus dilakukan dengan FGD di setiap kabupaten/kota.
Di sisi lain pada tingkat pelaksanaan program dan kegiatan pada seluruh bidang
menunjukan capaian yang optimal/baik, meskipun terdapat catatan realisasi serapan keuangan
sedikit lebih rendah, yaitu target persentase penanganan bencana untuk tahun 2019 sebesar
93,49 % dengan realisasi sebesar 89,15 %. Realisasi tersebut sedikit lebih kecil dari pada target
sebesar 4,34 %. Hal ini disebabkan oleh faktor - aktor yang menyebabkan kurang tercapainya
target adalah Pada program Penanggulangan Bencana, Kegiatan Pengadaan Sarana dan
Prasarana Penanggulangan Bencana pada Belanja modal Pengadaan Peralatan Studio Visual,
sub kegiatan pengadaan alat bantu audio visual videotrone yang bersumber dari Pendapatan
Asli Aceh (PAA), anggaran yang terserap sebanyak 89,15 %. Hal ini juga disebabkan adanya
Pekerjaan pada jasa konsultasi yang mengalami gagal lelang sehingga menghabat dan
mempengaruhi capai target dan tidak dapat terealisasi. Sedangkan pada Program Kedaruratan
dan Logistik Bencana, kegiatan Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana
pada Belanja Bahan Logistik Rumah Tangga realisasi sebesar 83,99 %. Hal ini dikarenakan
penyaluran bahan logistik rumah tangga yang disalurkan oleh Pemerintah Aceh melalui Badan
Penanggulangan Bencana Aceh harus berdasarkan permintaan logistik dari kabupaten/kota
yang mengalami bencana berupa Surat Pernyataan Bencana dari Bupati/Walikota dan
permintan kebutuhan logistik bencana dari Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, sehingga sebesar 16,01 % tidak dapat terealisasi. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa tingkat capain kinerja SKPA BPBA T.A 2018 yaitu ≥ 75% dari target yang
ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan BERHASIL.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh
IKU 2017 - 2022
1. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
FORMULASI/CARA
PENGUKURAN PENJELASAN
SUMBER
DATA
1 2 3 4 5 6
1
Menurunnya Risiko Bencana
Persentase Sekolah SLTA/ SMK/ SLB Siaga Bencana
Perbandingan Sekolah Siaga Bencana terhadap jumlah keseluruhan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa
Jumlah SLTA/SMK/SLB yang mendapat Intervensi Kegiatan Siaga Bencana di Aceh
BPBA
Persentase Peran Aktif Masyarakat dalam
Simulasi/Drill Bencana
Perbandingan masyarakat yang berperan aktif dalam simulasi/drill bencana
terhadap total populasi Gampong tempat
dilaksanakan simulasi/drill bencana
Partisipasi Masyarakat/Peserta
Simulasi/Drill
Indeks waktu respon terhadap darurat bencana
Perbandingan rata-rata lama waktu tindakan bantuan darurat bencana terhadap waktu penerimaan laporan kejadian bencana
Kecepatan waktu Respon terhadap Laporan PUSDALOPS PB Kabupaten/Kota
Persentase Kabupaten/Kota penerima bantuan logistik dan peralatan darurat bencana pada masa tanggap darurat
Perbandingan Kabupaten/Kota penerima bantuan logistik dan peralatan darurat bencana pada masa tanggap darurat terhadap jumlah total Kabupaten/Kota yang mengalami bencana
Kabupaten / Kota yang menerima bantuan Logistik/Peralatan PB
Persentase Penyelesaian Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana
Perbandingan jumlah sarana dan prasarana yang mendapat rehabilitasi/ rekontruksi pasca bencana terhadap keseluruhan yang mengalami kerusakan
Volume (Panjang x Lebar) dan atau unit Sarana dan Prasarana hasil Rehabilitasi / Rekonstruksi
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2019
LAMPIRAN
IIIIIIIII
285
220
6 8
7095
46
142 1 1
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI ACEH TAHUN 2019
17
25
49
31
12
40
48
138
25
43 44
15
50
16
29
48
30
11
27 25
32 31
11
FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI SETIAP KAB/KOTA DI ACEH TAHUN 2019
0
10,000,000,000
20,000,000,000
30,000,000,000
40,000,000,000
50,000,000,000
60,000,000,000
70,000,000,000
80,000,000,000
Abrasi Pantai
Putting beliung
Banjir Bandang
Banjir genangan
Kebakaran Kathutla Longsor Cuaca Ekstrim
Gempa Hujan Abu
1,587,500,000
20,950,000,000
3565000000
57,548,000,000
73,305,000,000
37,584,420,000
9,078,600,000
- - -
PERKIRAAN BESARAN KERUGIAN BERDASARKAN JENIS BENCANA YANG TERJADIDI WILAYAH ACEH PERIODE JANUARI - DESEMBER 2019
Bencana di Aceh mengalami peningkatan lebih 2 (dua) kali lipat dari
sebelumnya tahun 2018 yang terjadi hanya 362 kali kejadian bencana pada
tahun 2019 ini naik menjadi 797 kali kejadian bencana dengan total kerugian
mencapai lebih kurang Rp. 168 Miliar. Bencana yang paling banyak terjadi
peningkatan dari tahun 2018 yaitu kebakaran pemukiman sebanyak 285 kali
yang sebelumnya hanya terjadi 97 kali di tahun 2018 lalu. Hal yang sama terjadi
pula pada Kebakaran Hutan dan Lahan yang terjadi peningkatan jumlah kejadian
yakni sebanyak 220 kejadian dibandingkan pada tahun 2018 yang terjadi hanya
65 kali kejadian.Dampak yang ditimbulkan akibat bencana di Aceh Tahun 2019
antara lain banyaknya masyarakat yang terdampak bencana sebanyak 23.855
KK/, 88.113 Jiwa, pengungsi sebanyak 1.206 Jiwa, yang meninggal dunia
akibat bencana sebanyak 6 Orang, dan Luka-luka sebanyak 11 orang.
Kerugian akibat bencana yang paling banyak dialami oleh Kabupaten Aceh
Selatan sebesar Rp.19 milyar, disusul Aceh Tenggara Rp. 15 M,- Aceh Utara
Rp. 11 milyar, Aceh Singkil RP. 7 milyar dan Aceh Jaya sebesar Rp. 6 milyar.
Kebakaran masih menjadi bencana yang paling banyak terjadi, terutama
kebakaran pemukiman. Sebenarnya kebakaran pemukiman hanya dapat
diminimalkan dengan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat misalnya dengan
memeriksa instalasi listrik yang sudah tua yang menjadi sebab utama kebakaran.
Sedangkan penyebab lainnya adalah perlu kewaspadaan dalam mengelola
sumber panas di rumah tangga seperti mematikan kompor dan barang-barang
eletronik yang harus diawasi dengan baik.
Kemudian dari sudut kerugian bencana banjir adalah mencapai rekornya
termasuk kejadian banjir bandang yang menimbulkan paling banyak kerugian
baik kepada masyarakat maupun infrastruktur yang ada. Banjir paling banyak
disebabkan meluapnya air sungai dan pembalakan liar yang menyebabkan banjir
bandang.
1. Status Bencana (Nasional, Regional/Provinsi atau Lokal/Kabupaten/Kota)
Pada tahun 2019 bencana yang terjadi hanya di Kabupaten/Kota dan masih
merupakan ketetpan dengan skala bencana kabupaten / kota. Adapaun bencana
yang terjadi dengan skala kabupaten/ kota tersebut yaitu :
1. Bencana Kebakaran yang terjadi di kabupaten Aceh Utara pada tangal 25
Oktober 2019 meliputi 2 (dua) desa terdampak, dengan pengungsi 71 jiwa
terdampak, 21 kepala keluarga, dan menghanguskan 20 ruko.
2. Bencana Banjir di Kabupaten Aceh Singkil pada tanggal 21 Oktober 2019
sebanyak 172 KK dan 619 dengan 2 kecamatan terdampak dan 172 rumah
terdampak kebakaran dengan perkiraan kerugian Rp. 860.000.000,-
3. Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Aceh Tenggara pada
tanggal 2 November 2019 menyebabkan 66 rumah terendam 264 jiwa 1
sekolah 2 desa dengan kerugian sebesar Rp. 335.000.000,-
4. Bencana Kebakaran di Kabupaten Singkil pada tanggal 23 Januari 2019
menghanguskan 26 rumah 31 kk 152 kk 1 kecamatan menyebabkan 31 jiwa
mengungsi dengan kerugian sebesar Rp. 2.300.000.000,-
5. Bencana Banjir di Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 2 Februari 2019
meliputi 1 kecamatan dan 3 desa dengan 206 kk 434 jiwa 2 sekolaj dan 1
sarana ibadah terdampak akibat bencana dengan kerugian Rp. 15.000.000,-
6. Bencana Banjir , erosi tebing dan tanah longsor di Kabupaten Aceh Selatan
pada tanggal 8 desember 2019 , mengakibatkan longsornya badan jalan,
rusaknya rumah masyarakat, akibat dari erosi tebing sungai, terendamnya
rumah warga dan fasilitas umum dan tengganggunya aktifitas ekonomi
masyarakat.
7. Bencana Angin Puting Beliung pada tanggal 10 Juli 2019 di 4 kecamatan
yaitu kecamatan kuta makmur, kecamatan lhoksukon, kecamatan Banda Baro
dan kecamatan Muara Batu mengakibatkan rusaknya rumah penduduk
sebanyak 6 unit rusak berat dan 4 unit rusak ringan.
PRESTASI/PENGHARGAAN BPBA TAHUN 2019
PRESTASI /PENGHARGAAN
1.
“PiagamPenghargaan sebagai
PartisipasiSebagaiMitraAcara Program
SiaranTanggapBencana‘ Kentongan”.
“Pemberi penghargaan
:LembagaPenyiaranPublik
Radio Republik Indonesia
Banda Aceh”.
2.
LAMPIRAN IV
“Piagam Penghargaan atas Partisipasi
Aktif Dalam Penanggulangan Bencana
Tahun 2019”
“Pemberi penghargaan :
Badan Nasional
Penanggulangan Bencana”