BABESIOSIS, schistosoma

16
BABESIOSIS Babesiosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite babesia yang menginfeksi sel darah merah yang ditularkan melalui gigitan kutu Ixodes scapularis yang merupakan kutu yang menghisap darah. Babesiosis biasa menyerang mamalia seperti hewan ternak, contohnya adalah sapi, tetapi, saat ini dapat mengenai manusia juga. a. Factor resiko Gigitan kutu terinfeksi selama aktivitas outdoor di area di mana merupakan habitat babesiosis. Transfusi darah dari donor yang menderita silent babesiosis infection (belum ada test skrining untuk mendeteksi babesia dalam darah donor) Transmisi kongenital (tapi, sangat jarang) Orang yang terinfeksi kebanyakan tidak sadar telah tergigit karena kutu yang sangat kecil. Infeksi banyak terjadi saat musim panas, daerah yang berumput dan banyak kayu-kayu. Pekerja peternakan sapi juga bisa terkena. Orang yang sangat muda, sangat tua, imunodefisiensi, tidak mempunyai spleen (splenektomi) dapat mengalami penyakit yang sangat berat. b. Siklus hidup

description

babesiosis

Transcript of BABESIOSIS, schistosoma

Page 1: BABESIOSIS, schistosoma

BABESIOSIS

Babesiosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite babesia yang

menginfeksi sel darah merah yang ditularkan melalui gigitan kutu Ixodes scapularis yang

merupakan kutu yang menghisap darah. Babesiosis biasa menyerang mamalia seperti hewan

ternak, contohnya adalah sapi, tetapi, saat ini dapat mengenai manusia juga.

a. Factor resiko

Gigitan kutu terinfeksi selama aktivitas outdoor di area di mana merupakan

habitat babesiosis.

Transfusi darah dari donor yang menderita silent babesiosis infection (belum

ada test skrining untuk mendeteksi babesia dalam darah donor)

Transmisi kongenital (tapi, sangat jarang)

Orang yang terinfeksi kebanyakan tidak sadar telah tergigit karena kutu yang

sangat kecil.

Infeksi banyak terjadi saat musim panas, daerah yang berumput dan banyak

kayu-kayu.

Pekerja peternakan sapi juga bisa terkena.

Orang yang sangat muda, sangat tua, imunodefisiensi, tidak mempunyai

spleen (splenektomi) dapat mengalami penyakit yang sangat berat.

b. Siklus hidup

Terdapat 2 host pada siklus hidup babesia. Kutu sebagai hospes definitive. Babesia

banyak spesiesnya tergantung di mana parasite ini menyerang mamalia.

Babesia canis : anjing

Babesia felis : kucing

Babesia bovis dan Babesia bigemina : sapi

Babesia equine : kuda

Saat menghisap darah pada manusia , kutu yang terinfeksi babesia akan

menginjeksikan sporozoit ke tubuh manusia sporozoit masuk ke dalam sel darah

Page 2: BABESIOSIS, schistosoma

merah berkembang biak secara aseksual di darah, parasite berdiferensiasi

menjadi gamet jantan dan betina gamet jantan dan betina terhisap kutu lagi

perkembangbiakan seksual dalam tubuh kutu menghasilkan sporozoit lalu

diinjekkan lagi ke tubuh manusia. Begitu seterusnya.

c. Patofisiologi

Sebenarnya patofisiologinya mrip dengan penyakit malaria.

Babesia bereproduksi di sel darah merah dan akam membentuk cross shape

inclusion dalam sel darah merah. 4 merozoit berkembang biak secara aseksual dengan

saling menempel membentuk budding dan menyebabkan terlihat membentuk struktur

seperti huruf X yang akan menyebabkan lisis pada sel darah merah anemia

hemolitik.

Babesia pada fase eksoeritrosit tidak menimbulkan gejala klinik.

Hemoglobinuria (red water) tejadi karena produk lisis dari sel darah merah

yang diekskresikan lewat ginjal.

Demam yang mencapai 40,50 C disebabkan release dari mediator-mediator

inflamasi karena pecahnya merozoit.

d. Manifestasi klinis

Kebanyakan asimptomatis : hanya mild fever dan diare ringan.

Sering misdiagnosis dengan penyakit malaria karena gejala-gejala yang mirip.

Masa inkubasi 1-4 minggu setelah gigitan kutu.

Lalu muncul gejala seperti flu, yaitu demam, menggigil, sakit kepala, nyeri

otot, body aches, mual muntah, nafsu makan menurun, berkeringat waktu

malam.

Pada tahap selanjutnya dijumpai anemia hemolitik (mirip malaria) dan

jaundice. Sumbatan di kapiler pembuluh darah menyebabkan gagal organ.

e. Diagnosis klinik

Page 3: BABESIOSIS, schistosoma

Riwayat ke daerah endemic atau tinggal di daerah endemic, riwayat menerima

tranfusi darah dalam waktu 9 minggu, dengan ditambah kriteria selanjutnya.

Gejala demam menetap dan anemia hemolitik.

Gold standart : identifikasi parasite di hapusan darah tepi yang tipis dengan

pewarnaan Giemsa. Ditemukan bentukan “ Maltese cross formations” : untuk

membedakan dengan malaria. Perlu hapusan darah berkali-kali.

Serologic test untuk antibody IgG dan IgM. Dapat dijumpai negatif palsu pada

awal gejala. Membutuhkan seminggu setelah infeksi baru antibody akan naik.

PCR tapi mahal.

Cerebral babesiosis terdapat neurogical signs (infeksi severe).

Pada pemeriksaan post mortem didapatkan bercak merah hemoragik di grey

matter cerebral. Terjadi karena eritrosit menyumbat pembuluh kapiler di otak.

f. Komplikasi

Tekanan darah menurun hingga syok dan tidak stabil

Anemia hemolitik

Trombositopenia

DIC bekuan darah dan akhirnya perdarahan

Malfungsi organ vital (ginjal, paru-paru, liver)

Kematian

ARDS

Gagal jantung akibat anemia

g. Pencegahan dan Kontrol

Mencegah kutu menghinggapi kulit. Saat bekerja di outdoor gunakan pakaian

yang panjang, celana panjang, kaos lengan panjang, kaos kaki, sarung tangan

dan sepatu boot, untuk meminimalisir area kulit yang terpapar dengan dunia

luar.

Page 4: BABESIOSIS, schistosoma

Gunakan pakaian berwanra cerah untuk memudahkan melihat adanya kutu

yang sedang hinggap.

Gunakan repellent anti serangga.

Lakukan pengecekan secara menyeluruh jangan sampai ada kutu yang

hinggap.

SCHISTOSOMIASIS

Terdapat 3 spesies schistosoma yang menginfeksi manusia yaitu:

a. Schistosoma mansoni

b. Schistosoma japonicum

c. Schistosoma haematobium

Schistosoma japonicum dan Schistosoma mansoni menyebabkan schistosomiasis intestinal,

sedangkan Schistosoma haematobium menyebabkan schistosomiasis vesikalis.

Schistosoma japonicum

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Trematoda

Hospes definitif: manusia, anjing, kucing, rusa, tikus, sapi, babi rusa, dan lain-lain.

Hospes perantara: siput Oncomelania

Habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia: vena mesenterika superior (di usus halus)

Menyebabkan penyakit skistosomiasis usus

Schistosoma mansoni

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Trematoda

Hospes definitif: manusia

Page 5: BABESIOSIS, schistosoma

Hospes perantara: bergantung pada lokasi mereka hidup, yaitu: Biomphalaria

alexandria (Afrika Utara, Arab Saudi dan Yaman), B. sudanensis, B. rupelli, B.

pfeifferi (di bagian Afrika lainnya), B. glabrata (Eropa Barat), Tropicorbio

centrimetralis (Brazil).

Habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia: vena mesenterika inferior (bagian usus

besar dan rektal)

Menyebabkan penyakit skistosomiasis usus

Schistosoma haematobium

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Trematoda

Hospes definitif: manusia

Hospes perantara: spesies siput Bulinus sp, Physopsis sp. atau Planorbis sp.

Habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia: pleksus venosa perivesika dan periuretra

Menyebabkan penyakit skistosomiasis kandung kemih

SIKLUS HIDUP

Perbedaan siklus hidup Trematoda Darah Skistosoma

Daur hidup S. japonicum

Page 6: BABESIOSIS, schistosoma

Daur hidup S. mansoni

Daur hidup S. Haematobium

Page 7: BABESIOSIS, schistosoma

PROSES PATOLOGI BERDASARKAN SIKLUS HIDUP

1. Tahap invasi: cercaria menembus kulit/mukosa secara aktif (± 15 menit) cercaria

melepas ekornya schistosomulae bertahan di tempat (± 4-5 hari)

dermatitis/gatal sementara “swimmer itch/clam-diggers itch/cercarial dermatitis”

2. Tahap maturasi:

a. 2-8 minggu setelah infeksi

b. Akibat invasi hepar dan jaringan lain oleh cacing yang belum dewasa

c. Infiltrasi sel radang dan leukosit

d. Urtikaria, edema subcutan, hingga astma.

3. Tahap infeksi akut

a. Agen utama penyebab proses patologis adalah telur

b. Tahap akut: sejak terjadinya produksi telur (10-12 minggu setelah infeksi)

penyebaran ke organ lain (usus, hati, paru, kandung kencing, dan jaringan lain)

Page 8: BABESIOSIS, schistosoma

MORFOLOGI

Morfologi umum

Panjang 12-26 mm dan lebar 0.3 – 0.6 mm

Mempunyai 2 sucker (oral sucker dan ventral sucker)

Ususnya bercabang mulai dari oral sucker kemudian bersatu lagi di bagian posterior

Cacing jantan lebih pendek dan tebal serta mempunyai celah dalam tubuhnya (canalis

gynecophorus)

Schistosoma Japonicum

Cacing dewasa

Jantan : tubuhnya > betina ; 1,5cm ; seperti daun terlipat; canalis gynecophorus); testis

bentuk bulat (6-8buah) ; kutikula halus (tidak ada tonjolan)

Betina : tubuh langsing ; 1,9cm ; ovarium di belakang pertengahan tubuh ; uterus berisi telur

50-100

Telur Schistosoma japonicum

Bulat ; tampak duri (spine rudimenter) di lateral disebut lateral knob

Schistosoma Haematobium

Cacing dewasa

Jantan : tubuh gemuk ; 1,2cm ; testis (3-4 buah) ; kutikula pada tubuh ada tonjolan kecil

Betina : bentuk tubuh langsing ; 2cm ; ovarium posterior ; uterus berisi telur 20-30.

Telur Schistosoma haematobium

Besarnya 150x60 mikron

coklat kekuningan

transparan

pada posterior terdapat duri (terminal spine)

berisi mirasidium

Page 9: BABESIOSIS, schistosoma

Schistosoma mansoni

Cacing dewasa

Jantan : tubuhnya lebar ; 1cm ; kutikula ada tonjolan kasar ; testis (6-9 buah)

Betina : tubuhnya langsing panjang ; 1,4cm ; ovarium terletak di anterior ; dalam uterus

terdapat telur 1-4 butir dengan lateral spine.

Telur Schistosoma mansoni

– Ukurannya 155x65 mikron

– coklat kekuningan & transparan

– bentuk oval bagian anterior bulat

– posteriornya sempit terdapat duri pada salah satu sisi (lateral spine)

– berisi miracidium

EPIDEMIOLOGI

Schistosoma japonicum

Cacing ditemukan di RRC, Jepang, Filipina, Taiwan, Muangthai, Vietnam, Malaysia dan

Indonesia.

Indonesia Sulawesi Tengah yaitu daerah danau Lindu dan Lembah Napu.

Infeksi biasanya berlangsung pada waktu orang bekerja di sawah.

Kelompok umur yang terkena 5 – 50 tahun.

Schistosoma mansoni

Cacing ini ditemukan di Afrika, berbagai negara arab (Mesir), Amerika Selatan dan

Tengah.

Di Indonesia endemi di dua daerah di Sulawesi Tengah yaitu di daerah danau Lindu

dan lembah Napu.

Habitat keong di daerah danau Lindu ada dua macam, yaitu:

Page 10: BABESIOSIS, schistosoma

1. fokus di daerah yang digarap seperti ladang, sawah yang tidak dipakai lagi atau di

pinggir parit di antara sawah.

2. fokus di daerah hutan di perbatasan bukit dan dataran rendah.

Schistosoma haematobium

Cacing ini ditemukan di Afrika, Spanyol, dan berbagai negara Arab (Timur Tengah, Lembah

Nil)

Tidak ditemukan di Indonesia

PATOFISIOLOGI

Siklus hidup

Schistosomes memiliki siklus hidup vertebrata trematoda-invertebrata khas, dengan manusia

menjadi tuan rumah definitif.

Dalam Siput

Siklus hidup dari semua lima schistosomes manusia sangat mirip: telur parasit yang

dilepaskan ke lingkungan dari orang yang terinfeksi, menetas pada kontak dengan air

segar untuk melepaskan miracidium berenang bebas. Miracidia menginfeksi siput air

tawar dengan menembus kaki siput. Setelah infeksi, dekat dengan lokasi penetrasi,

miracidium tersebut berubah menjadi sporocyst (ibu) primer. Kuman sel dalam

sporocyst primer maka akan mulai membagi untuk memproduksi sekunder (putri)

sporocysts, yang bermigrasi ke hepatopancreas siput. Setelah di hepatopancreas itu,

kuman sel-sel dalam sporocyst sekunder mulai membagi lagi, kali ini menghasilkan

ribuan parasit baru, yang dikenal sebagai serkaria, yang merupakan larva mampu

menginfeksi mamalia.

Serkaria muncul setiap hari dari tuan rumah siput dalam irama sirkadian, tergantung

pada suhu lingkungan dan cahaya. Serkaria muda yang sangat mobile, bergantian

antara gerakan ke atas kuat dan tenggelam untuk mempertahankan posisi mereka di

dalam air. Kegiatan Cercarial terutama dirangsang oleh turbulensi air, oleh bayangan

dan bahan kimia yang ditemukan pada kulit manusia.

GEJALA

Gejala :

Page 11: BABESIOSIS, schistosoma

3 Stadium :

a. Masa tunas biologik ( fase serkaria menembus kulit sampai jadi dewasa ).

b. Stadium akut ( fase cacing betina bertelur ).

c. Stadium menahun ( fase penyembuhan jaringan )

A. Masa Tunas Biologik :

Gejala kulit dan alergi.

Eritema, papul, gatal, panas.

Hasil metabolik : urtikaria, edema angioneurotik.

Gejala paru.

Batuk berdahak, kadang disertai darah

Gejala toksemia.

Malaise, mual muntah, tidak nafsu makan, sakit perut, tenesmus,

hepatosplenomegali

B. Stadium Akut :

Demam, malaise, berat badan turun.

Diare, jika berat akan menjadi disentri.

Hepatomegali.

Splenomegali.

C. Stadium Menahun :

Sirosis hepatis.

Asites, ikterus.

Edema tungkai.

Splenomegali.

DIAGNOSIS

Penemuan telur di tinja dan urin

Page 12: BABESIOSIS, schistosoma

Serologis

Biopsi rektum, vesica urinaria, hati. Sebagai diagnosis definitif

S. mansoni & S. Japonicum : Kadang dalam feses ditemukan darah

Ditemukan adanya Hematuri dan disuria

TERAPI

Istirahat

Diet

Medikamentosa

Line pertama : praziquantel 40 mg/kgBB bersama makanan atau 3 x 20 mg/kgBB

hanya sehari

Obat alternatif :

ozamniquine 20 mg/kgBB selama 3 hari

Metrifonate 10 mg/kgBB

KOMPLIKASI

Komplikasi

Hipertensi portal

Splenomegali

Varises esophagi

Gangguan fungsi hati: ikterus, asites, koma hepatikum

Hipertensi pulmonal dengan korpulmonale, gagl jantng kanan

Gangguan usus besar berupa striktur, granuloma besar, infeksi salmonella yang

menetap, poliposis kolon, yang mngakibatkan berak darah, anemia, hipoalbuminemia,

dan clubbing finger

Kontraktur leher buli buli sering disertai kerusakan M detrusor

Batu buli buli

Page 13: BABESIOSIS, schistosoma

Obstruksi ren dan buli buli

Gagal ginjal kronik

PENCEGAHAN

Pencegahan

Jangan berenang d air tawar daerah endemik

Minum air masak atau aman konsumsi

Air mandi dihangatkan dulu 105⁰F selma 5 menit untuk daerah endemik

Handuk kering