BAB V

13
51 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Motivasi Belajar Siswa Hasil analisis data berupa uji anakova menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Nilai tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dan siswa yang diajarkan menggunakan metode konvensional. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya adalah langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dan asas-asas dari pendekatan contextual taching and learning. Lie (2002) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray memiliki beberapa sintaks selama pembelajaran berlangsung, yaitu persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, serta evaluasi dan penghargaan. Pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning didasari oleh tujuh asas, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian nyata

description

fdxyrzyrstrxjt

Transcript of BAB V

  • 51

    BAB V

    PEMBAHASAN

    A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Motivasi

    Belajar Siswa

    Hasil analisis data berupa uji anakova menunjukkan bahwa model

    pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual

    Teaching and Learning berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yang

    ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Nilai tersebut

    menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan

    pendekatan Contextual Teaching and Learning dan siswa yang diajarkan

    menggunakan metode konvensional. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut

    diantaranya adalah langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif Two Stay

    Two Stray dan asas-asas dari pendekatan contextual taching and learning.

    Lie (2002) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay

    Two Stray memiliki beberapa sintaks selama pembelajaran berlangsung, yaitu

    persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi, serta evaluasi dan

    penghargaan. Pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

    Learning didasari oleh tujuh asas, yaitu konstruktivisme (constructivism),

    menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

    community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian nyata

  • 52

    (aunthentic assessment) (Sardiman, 2008). Langkah-langkah dari pembelajaran

    kooperatif Two Stay Two Stray dan asas-asas pada Contextual Teaching and

    Learning ini berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar siswa.

    Kegiatan awal pembelajaran dengan memberikan pertanyaan kepada siswa

    dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa agar siswa mampu mengkonstruk

    pengetahuannya dengan materi yang akan diajarkan dan mengaitkan materi

    tersebut dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan persiapan yang

    dilakukan guru untuk membagi kelompok secara heterogen secara tidak langsung

    akan menarik perhatian, meningkatkan kepercayaan diri, dan membantu siswa

    untuk bekerjasama dengan baik. Hal ini memungkinkan siswa yang memiliki

    kemampuan kognitif yang berbeda dapat bekerjasama dengan baik dalam bertukar

    informasi dengan teman sebayanya dalam satu kelompok untuk memecahkan

    permasalahan selama pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan Lie (2002) yang

    menyatakan bahwa pembentukan kelompok yang heterogen dapat membuat siswa

    untuk menerapkan pembelajaran peer teaching, dimana siswa yang memiliki

    kemampuan tinggi dapat mengajari temannya yang kurang mampu.

    Langkah pembelajaran berupa presentasi guru mampu menarik perhatian

    siswa. Hal ini disebabkan oleh materi pengantar yang disampaikan oleh guru

    adalah rambu-rambu yang harus dilakukan siswa selama kegiatan kelompok.

    Selama presentasi guru, siswa juga dapat menemukan keterkaitan antara materi

    yang disampaikan oleh guru dengan kebutuhan pribadinya dalam memahami

    keadaan lingkungan sekitar. Lie (2002) menyatakan bahwa presentasi guru akan

    membantu siswa memahami materi sehingga siswa mengerti tujuan pembelajaran

    yang akan dilaksanakan dan lebih termotivasi untuk belajar.

  • 53

    Kegiatan selanjutnya dari model pembelajaran kooperatif Two Stay Two

    Stray adalah kegiatan kelompok yang berkaitan dengan asas masyarakat belajar

    (learning community) dalam Contextual Teaching and Learning. Kegiatan ini

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses berfikir

    dan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa menjadi narasumber bagi teman

    yang lain untuk mempelajari materi pelajaran atau memecahkan suatu masalah

    melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya. Kedua hal tersebut dapat

    menarik perhatian siswa, meningkatkan kepuasan siswa, dan lebih percaya diri

    dalam melaksanakan tugas kelompok sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

    Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi yang terjadi antar anggota kelompok

    selama pembelajaran. Interaksi sosial yang terjadi antar siswa selama

    pembelajaran berlangsung mampu meningkatkan motivasi belajar siswa

    (Suprijono, 2010).

    Wardhani, dkk (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

    pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran two stray mampu

    meningkatkan kepuasan dan rasa percaya diri siswa karena adanya interaksi sosial

    yang terjadi antar siswa untuk memecahkan permasalahan selama pembelajaran.

    Selain itu penelitian yang dilakukan Wahyuni (2011 dalam Wardhani dkk, 2012)

    menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

    dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Apabila siswa ikut

    berpartisipasi aktif, maka akan muncul interaksi positif antar siswa dan antara

    guru dengan siswa, sehingga iklim pembelajaran menjadi kondusif.

    Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat bekerjasama dalam

    membantu memahamkan konsep kepada anggota kelompoknya yang memiliki

  • 54

    kemampuan kognitif rendah dan saling mendengarkan satu sama lain. Hal tersebut

    sesuai dengan penyataan Lie (2002) bahwa kegiatan kelompok akan

    menumbuhkan motivasi siswa dalam bekerja sama kelompok dan saling

    mendorong antar anggota kelompoknya dalam menguasai materi untuk mencapai

    tujuan kelompok. Selain itu masyarakat belajar dalam Contextual Teaching and

    Learning menuntut siswa bekerjasama untuk saling memberi dan menerima dalam

    memecahkan permasalahan selama pembelajaran, karena dalam masyarakat

    belajar siswa bisa saling terlibat, saling membelajarkan, bertukar informasi, dan

    bertukar pengalaman (Sardiman, 2008).

    Kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung menuntut

    siswa untuk mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya melalui kegiatan diskusi.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Azal (2009) yang menyatakan bahwa Contextual

    Teaching and Learning memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa

    untuk berkesplorasi pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan menemukan sendiri

    pengetahuan yang diperlukan. Sehingga dapat dikatakan pendekatan Contextual

    Teaching and Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mampu

    mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa yang pada akhirnya

    dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

    Pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh siswa selama kegiatan

    pembelajaran diusahakan dapat bermakna, sehingga siswa mampu memahami

    materi dengan baik tanpa harus menghafal. Sardiman (2008) menyatakan bahwa

    pengalaman belajar akan masuk dalam memori jangka panjang dan menjadi

    pengetahuan baru apabila materi pembelajaran bermakna. Pembelajaran tidak

    hanya menyenangkan saat siswa mempelajari materi, tetapi juga dapat bermanfaat

  • 55

    bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari (Suprijono, 2010). Pembelajaran

    menjadi bermakna karena siswa mengatahui manfaat dan hubungan konsep yang

    mereka pelajari di kelas dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Selanjutnya langkah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray

    adalah formalisasi dalam bentuk presentasi beberapa kelompok sebagai

    perwakilan. Formalisasi berkaitan dengan asas pemodelan (modelling) dalam

    Contextual Teaching and Learning. Kedua hal tersebut mampu meningkatkan

    motivasi siswa, baik kepercayaan diri, perhatian, maupun kepuasan. Kepercayaan

    diri ditunjukkan dengan antusiasnya setiap kelompok untuk mempresentasikan

    hasil diskusinya. Kepuasan siswa akan muncul melalui pujian dan tambahan nilai

    yang diberikan guru kepada kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan siswa

    yang aktif dalam kegiatan tanya jawab. Hal ini pada akhirnya mampu menarik

    perhatian siswa untuk aktif bertanya dalam kegiatan diskusi. Kegiatan formalisasi

    dapat menumbuhkan motivasi siswa dari kelompok lain untuk bertanya kepada

    kelompok presenter di depan kelas dan mendiskusikannya bersama-sama (Lie,

    2002).

    Langkah pembelajaran terakhir dari model pembelajaran kooperatif Two

    Stay Two Stray adalah evaluasi dan penghargaan. Kegiatan evaluasi dan

    penghargaan dilakukan dengan memberikan kuis secara berkelompok. Kuis

    tersebut berisi soal-soal yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan pada

    pertemuan tersebut. Kelompok yang memiliki poin tertinggi berdasarkan kuis

    akan diberikan berupa tambahan nilai dan bintang yang dikumpulkan selama

    enam kali pembelajaran sebagai penghargaan. Hal ini berkaitan dengan asas yang

  • 56

    terdapat dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning yaitu bertanya

    (questioning) dan penilaian nyata (authentic assesment).

    Kegiatan bertanya dilakukan sebelum kegiatan kuis dengan memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai beberapa konsep yang belum

    dipahami. Selain siswa, guru juga memberikan balikan kepada siswa baik dalam

    bentuk menjawab pertanyaan siswa maupun memberikan pertanyaan kepada

    siswa. Kegiatan bertanya menurut Sardiman (2008) dimaksudkan untuk

    membangkitkan motivasi siswa, merangsang keingintahuan siswa, dan juga untuk

    mengetahui penguasaan materi selama kegiatan pembelajaran. Penilaian

    dilakukan terhadap kerjasama kelompok dan kemampuan kelompok untuk

    menjawab pertanyaan.

    Kegiatan evaluasi dan penghargaan dalam model pembelajaran kooperatif

    Two Stay Two Stray serta asas bertanya (questioning) dan penilaian nyata

    (authentic assesment) dalam Contextual Teaching and Learning akan menarik

    perhatian siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam

    memperoleh nilai. Siswa dalam kelompok yang mampu menjawab pertanyaan

    dapat menumbuhkan kepercayaan diri karena dapat berkontribusi kepada

    kelompoknya. Selain itu kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dari kuis akan

    merasa puas atas kerja keras seluruh anggota kelompoknya. Hal ini sejalan dengan

    pernyataan Lie (2002) bahwa pemberian penghargaan dapat memotivasi siswa

    untuk mempertahankan hasil kerjanya atau bahkan meningkatkannya dan

    menimbulkan semangat belajar yang lebih tinggi supaya dapat memiliki prestasi

    belajar seperti kelompok lain.

  • 57

    Asas yang cukup penting dari pendekatan contexual teaching and learning

    adalah refleksi. Refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran, kegiatan ini

    dimaksudkan agar siswa dapat menuliskan segala macam bentuk kesulitannya

    selama kegiatan pembelajaran. selain itu kegiatan refleksi juga memberikan

    keleluasaan kepada siswa untuk menuliskan apa saja yang diperoleh dan yang

    diharapkan selama pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru memahami

    mengenai kesulitan yang dialami siswa selama pembelajaran sehingga dapat

    diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya.

    B. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap Hasil Belajar

    Siswa

    Hasil analisis data berupa uji anakova menunjukkan bahwa model

    pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual

    Teaching and Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang

    ditunjukkan dengan nilai probabilitas yaitu 0,000 < 0,05. Nilai tersebut

    menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajarkan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan

    pendekatan Contextual Teaching and Learning dan siswa yang diajarkan

    menggunakan metode konvensional. Langkah-langkah dari model pembelajaran

    kooperatif Two Stay Two Stray dan asas-asas dari pendekatan contextual taching

    and learning berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa.

    Langkah awal dari model pembelajaran kooperatif adalah persiapan.

    Kegiatan ini termasuk didalamnya pembagian kelompok oleh guru. Pembagian

    kelompok dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan aspek heterogenitas

  • 58

    yang mampu membantu terbentuknya interaksi sosial antar siswa selama

    pembelajaran berlangsung. Terbentuknya kelompok secara heterogen diharapkan

    akan terjadi interaksi sosial antara siswa yang memiliki tingkat kognitif yang

    berbeda. Interaksi sosial antar siswa yang memiliki tingkat kognitif yang berbeda

    memungkinkan terjadinya kerjasama dan saling mendukung dalam meningkatkan

    hasil belajar kognitif. Sehingga dengan adanya interaksi sosial tersebut, hasil

    belajar kognitif bukan hanya menjadi milik siswa yang berkemampuan kognitif

    tinggi, tetapi juga bagi siswa yang memiliki tingkat kognitif yang rendah.

    Miswadi, dkk (2010) menyatakan bahwa Contextual Teaching and

    Learning dimksudkan untuk menghilangkan dominasi siswa yang memiliki

    kemampuan akademik yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan kepada

    siswa baik yang memiliki kemampuan akademik tinggi maupun siswa yang

    memiliki kemampuan akademik rendah dalam bekerjasama. Hal tersebut juga

    didukung oleh pernyataan Nurhadi (2003 dalam Miswadi dkk, 2010) bahwa

    Contextual Teaching and Learning menyarankan hasil belajar yang diperoleh

    adalah dari kerjasama dengan orang lain dalam kelompok belajar.

    Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah presentasi guru. Presentasi guru

    dimaksudkan agar siswa dapat mengetahui materi apa saja yang akan dipelajari

    selama pembelajaran berlangsung. Hal ini nantinya akan menjadi patokan siswa

    untuk membahas materi penting selama kegiatan diskusi kelompok. Siswa yang

    sudah memahami mengenai materi penting yang akan dibahas pada pembelajaran

    diharapkan dapat tersimpan dalam memori jangka panjang sehingga tetap diingat.

    Kegiatan presentasi guru dapat membantu siswa untuk memahami materi yang

    akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang dilaksanakan (Lie, 2002).

  • 59

    Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada

    pembelajaran sains (Thompson dalam Yusuf, 2005). Selama pembelajaran

    kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu

    satu sama lain. Kegiatan tersebut dapat membantu terjadinya interaksi sosial antar

    siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang berbeda. Melalui pembelajaran

    kooperatif seorang siswa dapat menjadi sumber bagi siswa yang lain dalam (Wena

    2009 dalam Fitriyah dkk, 2012). Interaksi sosial yang terjadi antara siswa yang

    memiliki tingkat kognitif yang lebih tinggi memungkinkan dapat membantu siswa

    yang memiliki tingkat kognitif rendah untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini

    sejalan dengan Yusuf (2005) yang menyatakan pembelajaran kooperatif memiliki

    dampak positif bagi siswa yang memiliki hasil belajar rendah untuk meningkatkan

    hasil belajarnya secara signifikan. Winkel (2005) juga menjelaskan bahwa

    pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa secara langsung akan memberikan

    dampak yang besar terhadap materi yang diterima oleh siswa, sehingga siswa

    dapat menyimpan dan mengingat materi yang sudah diperolehnya dengan baik.

    Selama kegiatan kelompok yang merupakan langkah dari pembelajaran

    kooperatif Two Stay Two Stray, siswa dapat melaksanakan tugasnya dengan baik

    dan terlihat aktif yang ditunjukkan dengan adanya keterlibatan selama

    pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan asas dari pendekatan Contextual Teaching

    and Learning yaitu masyarakat belajar (learning community) yang dimaksudkan

    agar siswa dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran melalui

    kerjasama dan komunikasi dengan anggota kelompoknya. Pembelajaran yang

    menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan

    pendekatan contextual teaching and melatih siswa untuk berkomunikasi multi

  • 60

    arah, yaitu antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Kedua hal ini dapat

    berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

    Pengaruh model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan

    pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar dapat dilihat

    dari keaktifan selama diskusi dan pembagian tugas sebagai tamu dan penerima

    tamu. Selama kegiatan diskusi, siswa terlihat aktif berdiskusi untuk membahas

    topik yang diberikan oleh guru. Kegiatan bertamu mampu membuat siswa

    berkomunikasi dengan baik terhadap anggota kelompok lain. Sedangkan siswa

    yang bertugas sebagai penerima tamu juga mampu menjelaskan topik yang

    dibahas kepada tamu dari kelompok lain. Fitriyah, dkk (2012) menyatakan bahwa

    kegiatan bertamu melatih siswa untuk berkominikasi dan melatih keberanian

    berbicara. Kegiatan kelompok yang dilakukan menuntut siswa untuk

    berpartisipasi aktif untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran.

    Aktifitas yang dilakukan siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

    Fitriyah, dkk (2012) menjelaskan bahwa aktivitas belajar siswa dalam

    pembelajaran to stay two stray berupa diskusi kelompok awal, diskusi dengan

    kelompok bertamu, menyampaikan informasi kepada tamu, menyampaikan

    informasi kepada kelompok awal, dan mencatat hal penting dalam pembelajaran

    akan membantu siswa memahami materi dan dapat meningkatkan hasil belajar.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Qomariah (2010 dalam Fitriyah dkk, 2012)

    bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

    Selanjutnya dari langkah model pembelajaran kooperatif Two Stay Two

    Stray adalah formalisasi yang berkaitan dengan asas pemodelan (modelling)

  • 61

    dalam contextual teaching learning. Kegiatan ini disajikan dalam bentuk

    presentasi oleh beberapa kelompok sebagai perwakilan, sedangkan kelopok lain

    bertugas menganggapi, baik dalam bentuk masukan maupun pertanyaan. Kedua

    hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan

    meningkatnya kemampuan siswa yang memiliki tingkat kognitif rendah untuk

    berkomunikasi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anggota dari

    kelompok yang lain dengan baik.

    Langkah pembelajaran terakhir dari model pembelajaran kooperatif Two

    Stay Two Stray adalah evaluasi dan penghargaan. Evaluasi yang diberikan berupa

    kuis yang berisi soal-soal terkait dengan materi yang telah dipelajari. Semua siswa

    tanpa terkecuali berhak menjawab pertanyaan yang diajukan untuk memberikan

    kontribusi nilai kepada kelompoknya sebagai penghargaan. Langkah

    pembelajaran ini berkaitan juga dengan salah satu asas dari pendekatan

    Contextual Teaching and Learning yaitu bertanya (questioning) dan penilaian

    nyata (authentic assesment). Kedua hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar

    siswa yang dibuktikan dengan antusiasme siswa dalam menjawab pertanyaan

    yang diajukan selama kuis berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang

    telah didiskusikan selama pembelajaran mampu dipahami siswa dengan baik.

    Keaktifan siswa tersebut disebabkan struktur kerjasama kelompok dalam

    model pembelajaran Two Stay Two Stray berbeda dengan struktur kerja sama

    kelompok yang biasa dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok dengan

    jumlah anggota delapan orang. Jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan

    tugas tidak terlaksana dengan baik karena hanya akan ada sebagian kecil siswa

    yang bekerja dalam kelompok, sementara siswa yang lain menggantungkan diri

  • 62

    pada siswa yang aktif mengerjakan tugas. Marno dan Idris (2008) menyatakan

    bahwa variasi pembelajaran bertujuan agar siswa tidak bosan. Siswa memiliki

    keterbatasan tingkat konsentrasi sehingga membutuhkan suasana baru yang

    membuat mereka fresh dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

    Perbedaan hasil belajar kognitif yang cukup signifikan antara kelas

    eksperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh kelemahan dari pembelajaran

    konvensional yang diajarkan pada kelas kontrol. Ketika guru menjelaskan materi,

    beberapa siswa terlihat bosan dan tidak bersemangat untuk menyimak penjelasan

    dari guru dengan baik. Siswa yang merasa kesulitan atau kurang memahami

    materi yang disampaikan oleh guru enggan untuk bertanya dan mengemukakan

    pendapat. Komunikasi yang terjadi hanya antara guru dengan siswa menjadikan

    pembelajaran secara konvensional kurang efektif. Selain itu proses pembelajaran

    yang menuntut guru untuk menenangkan siswa yang ramai selama pembelajaran

    berlangsung cukup menyita waktu untuk menyampaikan materi, sehingga pada

    akhirnya materi pelajaran tidak tersampaikan dengan baik.

    Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harsanto (2007) bahwa model

    pembelajaran yang berpusat pada guru dimana guru menjadi sumber belajar,

    kurang efektif. Kelemahan lain dari metode ini adalah interaksi yang terjadi

    selama pembelajaran berlangsung hanya terjadi antara guru dengan siswa tanpa

    adanya interaksi dinamis yang melibatkan interaksi antara siswa yang satu dengan

    siswa yang lain. Hal ini menjadikan guru memiliki peranan utama dalam kegiatan

    pembelajaran di kelas yang menyebabkan cara berpikir siswa menjadi pasif, yang

    secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh hasil belajar siswa.

  • 63

    Pencapaian hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas

    eksperimen disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang diterapkan.

    Pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two

    Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning membuat siswa tidak

    hanya berinteraksi dengan guru tetapi juga dengan berinteraksi sesama siswa

    dengan mengetengahkan peran sebagai tamu dan penerima tamu, siswa belajar

    untuk bersosialisasi sekaligus berbagi ilmu dengan temannya. Adanya kerjasama

    kelompok menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif. Nasution (2002 dalam

    Fitriyah dkk, 2012) menyatakan bahwa belajar kelompok itu bisa efektif apabila

    setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap kelompok, berpartisipasi, dan

    bekerjasama dengan individu lain secara efektif, sehingga setiap anggota merara

    puas dan akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar.

    Hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran

    kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual Teaching and

    Learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan

    pembelajaran konvensional. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan model

    pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dengan pendekatan Contextual

    Teaching and Learning memberikan pengaruh besar terhadap pemahaman siswa

    terhadap materi sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan

    dengan penelitian Irwandi (2009) dan Sakdiyah (2009) yang menunjukkan bahwa

    Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif

    siswa. Selain itu penelitian Oka (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran

    kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memperkuat daya

    ingat siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya.