Bab Sepuluh Penutup - Institutional...

22
261 Bab Sepuluh Penutup Kesimpulan Kondisi dan Teknologi Klaster Cor Logam Kondisi bisnis dan teknologi klaster cor logam, dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap awal pertumbuhan/embrio, tahap tumbuh dan dewasa, tahap penurunan dan transformasi. Tahap awal pertumbuhan/ embrio merupakan tahap pertumbuhan klaster pertama kali sampai dengan awal jaman kemerdekaan. Pada tahapan awal pertumbuhan/ embrio dibagi menjadi 3 (tiga) jaman, yaitu jaman Belanda, jaman Jepang dan jaman awal kemerdekaan. Perkembangan industri cor logam di Ceper tidak terlepas dari potensi lokal Kabupaten Klaten yang dimulai dari kebutuhan teknologi di sektor pertanian sampai industri prosesingnya. Pada jaman penjajahan Belanda, industri cor logam dibutuhkan untuk menggarap pertanian padi

Transcript of Bab Sepuluh Penutup - Institutional...

Page 1: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

261

Bab Sepuluh

Penutup

Kesimpulan

Kondisi dan Teknologi Klaster Cor Logam

Kondisi bisnis dan teknologi klaster cor logam, dapat dibagi dalam

tiga tahapan yaitu tahap awal pertumbuhan/embrio, tahap tumbuh dan

dewasa, tahap penurunan dan transformasi. Tahap awal pertumbuhan/

embrio merupakan tahap pertumbuhan klaster pertama kali sampai

dengan awal jaman kemerdekaan. Pada tahapan awal pertumbuhan/

embrio dibagi menjadi 3 (tiga) jaman, yaitu jaman Belanda, jaman Jepang

dan jaman awal kemerdekaan.

Perkembangan industri cor logam di Ceper tidak terlepas dari

potensi lokal Kabupaten Klaten yang dimulai dari kebutuhan teknologi

di sektor pertanian sampai industri prosesingnya. Pada jaman penjajahan

Belanda, industri cor logam dibutuhkan untuk menggarap pertanian padi

Page 2: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

262

berupa kejen (mata bajak), kemudian berkembang sebagai spare part dari

mesin pabrik gula dan juga sebagai alat angkut lori untuk mengangkat

tebu dan tembakau. Pada jaman Jepang industri cor logam dipergunakan

untuk memproduksi senjata berupa peluru dan granat. Selanjutnya pada

awal kemerdekaan cor logam dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan

sektor industri, seperti peralatan untuk pabrik tekstil.

Pada tahap awal pertumbuhan/embrio, teknologi pengecoran yang

digunakan masih sederhana berupa besalen yaitu tobong batu bata yang

berbentuk pipa. Sebagai bahan bakarnya adalah arang kayu kesambi.

Untuk mencairkan (melebur) besi cor dibutuhkan waktu kurang lebih 7

jam terus menerus.

Pada periode tumbuh dan dewasa kebijakan Pemerintah

menekankan pada kebijakan substitusi impor, sehingga mengakibatkan

industri cor logam mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal tersebut

tidak terlepas dari pembinaan pemerintah pusat dan adanya order-order

yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, baik di bidang

irigasi, pertanian, kesehatan maupun perumahan. Kebijakan substitusi

impor khususnya di bidang cor logam mengakibatkan besarnya peluang

pasar yang menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan cor logam di

Ceper menjadi sub kontrak perusahaan-perusahaan besar swasta.

Pada jaman tumbuh dan dewasa teknologi yang banyak digunakan

adalah dapur tungkik dan dapur kupola dengan bahan bakar arang.

Tahap penurunan dan transformasi terjadi pada waktu krisis

moneter tahun 1998 berimbas pada bisnis cor logam di Ceper, dikarenakan

naiknya harga bahan baku logam dan energi menjadikan tingginya harga

pokok penjualan sedangkan di sisi lain terjadi penurunan daya beli dan

permintaan pasar.

Page 3: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

263

Dampak dari penurunan daya beli dan tingginya harga pokok

penjualan cor logam, menyebabkan beberapa pengusaha melakukan

berbagai langkah inovasi, diantaranya : melakukan modernisasi tungku

pembakaran dari kupola menjadi induksi dan mengalihkan produksinya

pada produk-produk non fero, seperti otomotif, pompa hydran, pompa

air. Dengan demikian pada saat terjadinya penurunan usaha, klaster

cenderung untuk melakukan transformasi dengan menghasilkan produk

baru.

Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha

memilih dapur induksi yang menggunakan energi listrik untuk teknologi

pengecoran logam. Sehingga krisis moneter berdampak pada peningkatan

teknologi pengecoran logam, dari dapur kupola beralih pada dapur

induksi.

Gambaran tentang perkembangan klaster dan teknologi klaster cor

logam dalam tahapan perkembangan klaster dirangkum seperti pada tabel

10.1 :

Tabel 10.1Karakteristik klaster berdasarkan tahapan pertumbuhan

KarakteristikKlaster

Tahapan pertumbukan klaster

Tahap awal pertumbuhan/

embrio

Tahap tumbuh & dewasa

Tahap penurunan & transformasi

Pemasaran klaster

Jejaring mata rantai nilaiTehnologi yang digunakanTingkat persaingan

Memenuhi kebutuhan pasar disekitar daerah klatenTerbatas

Besalen dan tungkik

Persaingan rendah sekali

Memenuhi kebutuhan pasar Nasional dan sebagian dieksporSangat luas

Tungkik dan kupola

Persaingan rendah

Memenuhi kebutuhan pasar Nasional

Cukup luas

Kupola dan Induksi

Persaingan tinggi

Penutup

Page 4: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

264

Melihat kondisi perkembangan klaster cor logam Ceper Klaten

dapat disimpulkan bahwa klaster indusri cor logam tumbuh dari sektor

pertanian, hal ini bisa dilihat dari awal perkembangan industri yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan pertanian. Teknologi

berkembang dari teknologi yang sangat sederhana sampai pada teknologi

yang modern yaitu induksi. Sedangkan jejaring pada masa tumbuh dan

dewasa sangat luar, dan pada masa turun dan transformasi luasan jejaring

mengalami penurunan.

Keberadaaan Modal Sosial

Kondisi klaster cor logam di Ceper berpengaruh pada dinamika modal

sosialnya. Pada tahap awal pertumbuhan/embrio embrio, dimana adat

dan budaya masih mempengaruhi dalam berbisnis menyebabkan modal

sosial yang terbentuk bersifat alami, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor

budaya dan keagamaan. Pada tahap tersebut modal sosial yang terbentuk

lebih banyak berupa bonding (kekeluargaan), meskipun memasuki awal

kemerdekaan mulai membangun bridging bekerjasama dengan pemerintah

dan pihak-pihak lainnya tetapi masih dalam skala terbatas.

Pada tahap tumbuh dan dewasa, dimana bisnis klaster sangat maju

dan berkembang maka modal sosial yang terbentuk diantara pelaku usaha

mengalami peningkatan. Kepercayaan Pemerintah terhadap para pelaku

cor logam berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang

akhirnya berdampak pula pada peningkatan modal sosial. Tingginya modal

sosial para pelaku usaha cor logam tersebut berdampak pada masuknya

pihak eksternal ke dalam klaster. Sehingga modal sosial yang terbentuk di

dalam klaster lebih banyak berupa bridging.

Page 5: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

265

Karena adanya krisis moneter yang berdampak pada penurunan

industri cor logam di Ceper, menyebabkan modal sosial berangsur-angsur

mengalami penurunan pula. Kepercayaan kepada pihak eksternal khususnya

pemerintah mulai menurun tajam, seiring dengan tidak adanya program-

program pemerintah pusat untuk pengembangan industri cor logam di

Ceper. Namun sejak tahun 2010 seiring dengan perubahan permintaan

pasar, antara lain pasar menginginkan produk berkualitas, transparansi

dalam penentuan harga produk dan permintaan pengiriman barang yang

tepat waktu menyebabkan modal sosial yang tadinya menurun dapat

meningkat kembali. Kondisi peningkatan modal sosial juga dipengaruhi

oleh budaya keagamaan yang kuat dan faktor persaudaraan yang masih

kuat dari para pelaku usaha di Ceper.

Keberadaan modal sosial pada masing masing tahapan perkembangan

klaster dapat dilihat pada tabel 10.2

Tabel 10.2Keberadaan Modal Sosial pada Setiap Tahapan Perkembangan Klaster

KarakteristikKlaster

Tahapan pertumbuhan Klaster

Tahap awal pertumbuhan/embrio

Tahap tumbuh & dewasa

Tahap penurunan & transformasi

Dasar kebersamaan Kebersamaan lebih didasari pada nilai nilai sosial

Kebersamaan didasari nilai ekonomi

Kebersamaan didasari nilai ekonomi dan perbaikan sistim

Kondisi etika bisnis Etika bisnis relatip tinggi

Etika bisnis tinggi,menurun dibandingkan tahap awal pertumbuhan/embrio

Etika bisnis rendah, menurun dibandingkan tahap tumbuh

Tipe Modal sosial MS Bonding MS Bonding dan Bridging

MS Bonding dan Bridging

Penutup

Page 6: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

266

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkankan bahwa

aspek sosial,budaya dan keluarga pengaruhnya masih kuat dalam

pembentukan modal sosial sehingga menjadikan peranan modal sosial

dalam pengembangan klaster sangat berpengaruh. Demikian pula

peranan pemerintah sangat berpengaruh kuat mempengaruhi keberadaan

modal sosial, sehingga peranan modal sosial menjadi sangat berarti dalam

pengembangan klaster. Tipe modal sosial pada masa awal pertumbuhan/

embrio adalah bonding, tahap tumbuh dan dewasa tipe modal sosialnya

adalah bonding dan bridging serta tahap penurunan dan transformasi juga

bonding dan bridging.

Pemanfaatan Modal Sosial bagi Perkembangan Klaster Cor Logam

Pemanfaatan modal sosial dalam klaster cor logam di Ceper, dapat

diterangkan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu : a) pada pembentukan modal

sosial, b) penggunaan modal sosial dan c) upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan modal sosial.

Pembentukan modal sosial, dilakukan melalui lembaga formal

dan non formal. Lembaga formal dalam bentuk : koperasi, sub kontrak

dan kemitraan plasma inti. Sedangkan pembentukan modal sosial pada

lembaga non formal dalam bentuk kekeluargaan dan kegiatan sosial

seperti walimahan, selamatan, tahlilan, salawatan dan yasinan.

Para pelaku usaha menggunakan modal sosial untuk mengembangkan

usahanya. Bentuk-bentuk modal sosial seperti jaringan, kepercayaan,

ketaatan terhadap norma, kepedulian terhadap sesama dan keterlibatan

terhadap organisasi dipergunakan untuk meningkatkan usahanya.

Page 7: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

267

Para pelaku usaha dalam membangun jaringan dilakukan melalui 3

(tiga) cara, yaitu melalui jaringan lembaga formal seperti koperasi, jaringan

lembaga non formal dalam bentuk kekeluargaan dan kegiatan sosial serta

jaringan mandiri, seperti apa yang telah dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan besar, dengan cara mendapatkan pembeli maupun penyedia

bahan baku sendiri tanpa melibatkan keluarga maupun lewat koperasi.

Sedangkan modal sosial kepercayaan dipergunakan pelaku usaha

untuk mempertahankan jaringan usaha yang telah terbangun. Dari

jaringan usaha tersebut, diharapkan para pelaku usaha mendapatkan

manfaat berupa order, bantuan peralatan, bantuan pelatihan, keringanan

harga bahan baku, kemudahan mendapatkan kredit dan lain sebagainya.

Norma baik berupa aturan formal maupun kebiasaan, akan ditaati

oleh pengusaha sepanjang memberikan manfaat bagi dirinya, sedangkan

aturan yang merugikan bagi usahanya cenderung tidak akan ditaati.

Modal sosial berupa kepedulian terhadap sesama dipergunakan oleh

pelaku usaha, dengan tujuan akan mendapatkan keuntungan dikemudian

hari apabila membantu usaha orang lain. Disamping kepedulian terhadap

sesama juga lahir karena kuatnya budaya dan sistem kekeluargaan. Modal

sosial berupa keterlibatan terhadap organisasi baik formal maupun non

formal akan mendatangkan manfaat bagi para pengusaha, baik berupa

order, pembinaan maupun kerjasama yang lain. Proses pembentukan dan

pemanfaatan modal sosial dapat digambarkan pada lampiran 2.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan lembaga

formal maupun non formal sangat penting dalam pembentukan modal sosial,

demikian pula para individu pelaku usaha secara sengaja menggunakan

aspek-aspek modal sosial seperti jejaring, kepercayaan, komitmen

Penutup

Page 8: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

268

terhadap norma dan kepedulian terhadap sesama serta keterlibatan dalam

organisasi dimanfaatkan dalam menjalankan usahanya

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Meskipun modal sosial bermanfaat bagi pelaku usaha dalam

menjalankan bisnisnya tetapi modal sosial mempunyai kelemahan berupa

kecenderungan ditinggalkan oleh pelaku usaha apabila dirasakan bahwa

kerja sama yang dibangun dalam klaster sudah tidak bermanfaat bagi

usahanya. Pelaku usaha cenderung meninggalkan komitmen yang sudah

dibangun bersama tersebut dan akan bekerja sendiri serta membangun

modal sosial baru dengan lingkungan usaha yang baru yang bermanfaat bagi

usahanya. Oleh karena itu, agar modal sosial tetap meningkat diperlukan

upaya-upaya dalam bentuk menjaga transparansi lembaga formal sebagai

wadah modal sosial, menjaga harmonisasi antara bisnis dengan hubungan

sosial dan fasilitasi dari pemerintah baik berupa perkuatan kelembagaan,

pasar dan kualitas produk serta peraturan yang mendukung klaster.

Upaya peningkatan modal sosial yang dilakukan klaster pada setiap

tahap perkembangan klaster dapat diuraikan pada tabel 10.3

Page 9: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

269

Tabel 10.3Upaya peningkatan modal sosial yang dilakukan klaster pada setiap tahap perkembangan klaster

Karakteristik Klaster

Tahap pertumbuhan Klaster

Tahap awal pertumbuhan/

embrio

Tahap tumbuh & dewasa

Tahap penurunan & trasformasi

Transparansi kelembagaan formal

Belum transparansi Transparan Lebih transparan

Harmonisasi hubungan antar pengusaha

Sangat harmonis,karena aspek sosial sangat kuat

Harmonis karena dukungan aspek sosial dan ekonomi

Pada mulanya tidak harmonis,namun akhir akhir ini keharmonisan mulai timbul kembali karena aspek kekerabatan budaya.

Peran Pemerintah dalam peningkatan MS

Sistim Pemerintahan yang mempengaruhi MS

Manfaat MS atas kebijakan Pemerintah

Peranan Pemerintah kecil

Sistim Pemerintah sentralistik belum banyak bermanfaat

Masih terbatas

Peranan Pemerintah luas(Kebijakan substitusi impor)

Sistim pemerintah sentralistikmanfaat dirasakan cukup tinggi

banyak dirasakan manfaatnya

Peranan Pemerintah terbatas(Kebijakan pasar bebas)

Sistim Pemerintah desentralisasi, manfaat kurang dirasakan

Tidak banyak dirasakan manfaat

Dari uraian uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan

lembaga formal seperti halnya koperasi yang dikelola secara transparan

sangat diperlukan dalam peningkatan modal sosial. Demikian pula

peranan pemerintah dalam peningkatan modal sosial untuk usaha kecil

dan menengah dalam suatu klaster keberadaannya juga sangat diperlukan.

Dalam sistem pemerintahan otonomi (desentralisasi) saat ini dan adanya

pasar bebas, kebijakan pemerintah tak banyak dirasakan manfaatnya oleh

para pengusaha klaster Cor logam Ceper

Penutup

Page 10: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

270

Kondisi-kondisi Yang Mempengaruhi Modal Sosial

Untuk melancarkan bisnisnya, maka para pelaku usaha membangun

modal sosial di masyarakat. Modal sosial yang tinggi di masyarakat

berdampak pada kelancaran bisnisnya tetapi modal sosial yang rendah dapat

menghambat kelancaran bisnis. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi

modal sosial di masyarakat bisa tinggi maupun rendah, tergantung:

1) Kondisi eksternal yang terdiri dari kondisi makro dan mikro.

a. Kondisi makro, seperti kondisi politik, pertumbuhan ekonomi,

perubahan teknologi, dan dukungan pemerintah, akan berdampak

pada tinggi rendahnya modal sosial di masyarakat.

b. Kondisi mikro berupa tuntutan permintaan pasar yang transparan

menyebabkan modal sosial tinggi sedangkan permintaan pasar

yang tidak transparan akan menghambat tumbuhnya modal sosial

di masyarakat.

2) Kondisi internal, seperti struktur sosial.

Masyarakat perdesaan dengan latar belakang budaya keagamaan

dan masih banyaknya bentuk perusahaan keluarga akan mendorong

terbentuknya modal sosial yang tingggi. Karena norma-norma berupa

kesetiaan, kejujuran, kesediaan membantu, rasa ikhlas, kebersamaan,

masih banyak dijumpai pada masyarakat dengan budaya keagamaan

yang tinggi dengan model perusahaan keluarga. Hal tersebut

mendorong lahirnya keharmonisan antara bisnis dan sosial yang

mendorong terciptanya modal sosial yang tinggi.

Page 11: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

271

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan/dinamika

modal sosial mempunyai hubungan dengan kondisi eksternal dan

internal yang akhirnya dapat mempengaruhi bentuk jaringan sosial,

yaitu bonding atau bridging.

Implikasi Teoritis

Teori Peranan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Untuk mengetahui peranan modal sosial pelaku usaha cor logam

di Ceper, berupa jaringan usaha, kepercayaan, norma, kepedulian dan

keterlibatan dalam organisasi, dilakukan analisis dengan memfokuskan

pada 2 (dua) aspek, yaitu pertumbuhan ekonomi dan permintaan pasar.

Pertumbuhan ekonomi menjadi tolok ukur keberhasilan suatu klaster,

sedangkan pasar merupakan faktor penting bagi pelaku usaha untuk

mendapatkan order.

Peranan modal sosial pada klaster cor logam di Ceper sejalan dengan

dinamika pertumbuhan ekonomi klaster. Pada saat awal pembentukan

klaster, para pelaku usaha sedang mencari bentuk untuk memajukan

ekonomi usahanya, karena masih baru dan belum berpengalaman

khususnya dalam menjalin kerja sama eksternal maka dilakukan secara

bersama-sama. Kondisi ini menyebabkan modal sosial diantara pelaku

usaha cukup baik. Namun modal sosial yang terbentuk sifatnya masih

merupakan modal sosial bonding yang hanya melibatkan keluarga dan

teman-teman dekat.

Pada tahapan tumbuh, dimana pertumbuhan ekonomi mengalami

kenaikan dan dukungan pasar secara nasional semakin besar dengan

Penutup

Page 12: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

272

dukungan sistem kelembagaan yang baik, maka pelaku usaha berusaha

bekerjasama untuk melayani pasar dan secara terus menerus membangun

jejaring. Kondisi tersebut berdampak pada peningkatan modal sosial

sampai pada tataran modal sosial yang tinggi dan bentuk modal sosialnya

berubah ke arah bridging.

Pada saat pertumbuhan ekonomi turun, yang berdampak pada

penurunan pangsa pasar dan akhirnya klaster mengalami penurunan, oleh

para pengusaha disikapi dengan melakukan diversifikasi produk dari cor

logam ke arah komponen otomotif dan pompa.Kondisi ini menyebabkan

klaster memasuki tahapan transformasi. Pada tahapan transformasi ini

modal sosial klaster mengalami penurunan, karena para pelaku membentuk

komunitas baru, walaupun bentuk modal sosial masih berupa bridging.

Seiring dengan tuntutan pasar akan kualitas produk, harga

yang transparan dan delivery yang tepat serta on line system perbankan

menyebabkan pelaku usaha termotivasi untuk membangun modal

sosial. Baik secara internal (dengan karyawan dan sub kontraknya)

maupun eskternal dengan pelaku usaha yang lain. Sistem pasar yang baik

menyebabkan pelaku usaha yang merasa tidak mampu akan menyerahkan

kepada pelaku usaha yang dipandang mampu. Hal tersebut menyebabkan

modal sosial menjadi meningkat. Kondisi ini akan berkebalikan pada saat

sistem pasar tidak baik seperti pada awal krisis moneter yang menyebabkan

persaingan tinggi dan berdampak modal sosial yang kurang baik.

Implikasi teori dari temuan penelitian yaitu pada saat tahapan awal

pertumbuhan/embrio dimana peranan koperasi dimanfaatkan untuk

kepentingan politik dan tipe modal sosialnya adalah bonding maka modal

sosial lebih banyak digunakan untuk kepentingan akses terhadap sumber

Page 13: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

273

daya dan mempertahankan status kekuasaan, hal ini sesuai dengan teori

modal sosial oleh Bourdieu. Namun pada saat tahapan pertumbuhan

dimana tipe modal sosial bridging dan manejemen koperasi lebih

transparan, modal sosial tidak dimanfaatkan untuk penguasaan terhadap

sumber daya atau untuk mempertahankan kekuasaan, tetapi digunakan

untuk pemenuhan kebutuhan anggota Koperasi, sehingga kondisi ini

bertolak belakang dari teori modal sosial Bourdieu.

Pada saat kondisi dimana terjadi transparansi sistem, seperti penentuan

harga,pengiriman dan spesifikasi produk serta sistem pelayanan publik

yang baik seperti on line sistem, maka modal sosial mengalami kenaikan.

Hal ini sesuai dengan teori Modal Sosial Putman tentang asosiasi aktivitas

(warga, kelompok) sebagai dasar integrasi sosial dan kemakmuran

Teori Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Teori tersebut menjelaskan penggunaan modal sosial dalam rangka

peningkatan usaha oleh para pelaku usaha di klaster. Bagi para pelaku

usaha, modal sosial merupakan salah satu modal untuk melancarkan

usahanya, selain modal fisik, modal sumber daya manusia dan sumber daya

alam, karena modal sosial berfungsi sebagai perekat hubungan kerja sama

dalam bisnis. Dampak modal sosial bagi perkembangan klaster, adalah

dengan modal sosial yang tinggi akan berdampak pada keuntungan usaha

berupa kelancaran order, kelancaran usaha, dan lain-lain. Sedangkan

modal sosial yang rendah berdampak pada persaingan yang tidak sehat

dan saling mematikan satu dengan yang lain yang akhirnya berdampak

pada penurunan klaster.

Penutup

Page 14: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

274

Pada awal pembentukan klaster dan tahapan pertumbuhan klaster,

modal sosial berperan sebagai pendorong tumbuhnya kebersamaan

diantara anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada saat transisi

dari tahapan klaster tumbuh ke tahapan penurunan dan transformasi,

modal sosial tidak dapat berperan lagi dalam peningkatan kebersamaan

anggota, karena beberapa pelaku usaha yang melakukan diversifikasi

(tahapan transformasi) merasa tidak membutuhkan modal sosial di dalam

klaster sebelumnya.

Dalam melakukan bisnis, para individu pelaku usaha menggunakan

modal sosial berupa jaringan, kepercayaan, komitmen terhadap norma,

kepedulian dan keterlibatan dalam organisasi untuk mendapatkan order

dan fasilitas usaha lainnya. Modal sosial dibangun oleh pelaku usaha

cor logam di Ceper, digunakan untuk kepentingan individu dalam

usaha melancarkan usahanya. Pada saat kepentingan individu usahanya

tidak tercapai maka pelaku usaha mempunyai kecenderungan untuk

meninggalkan jaringan usaha yang sudah dibangunnya. Namun, karena

adat dan budaya di Ceper yang masih menjunjung tinggi norma-norma

agama, kejujuran, dan kekeluargaan menyebabkan individu-individu

pengusaha yang meninggalkan jaringan usaha tersebut, pada akhirnya

kembali lagi bergabung.

Budaya kekeluargaan dan keagamaan yang kuat telah mendorong

terbentuknya modal sosial yang tinggi diantara para pelaku usaha cor

logam tersebut. Pada akhirnya, para pelaku usaha khususnya yang

berskala besar menggunakan modal sosial untuk mencapai keharmonisan

bisnis dan sosial. Artinya dalam menjalankan bisnisnya tetap membangun

jaringan usaha meskipun kepentingan bisnisnya di lingkungan klaster

tidak tercapai tetapi kepentingan sosialnya di lingkungan klaster tercapai.

Page 15: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

275

Kepentingan sosial tersebut dimanfaatkan untuk membangun kepercayaan

kepada lembaga yang menjadi wadah modal sosial, misalnya Koperasi

Batur Jaya berkaitan dengan akses informasi dan kemudahan fasilitas dari

Pemerintah.

Jika menyimak teori pilihan rasional dari Coleman, bahwa apabila

secara rasional kepentingan individu tidak terakomodasi dalam suatu

kelompok, maka akan menyebabkan individu keluar dari kelompok.

Kondisi pada tahapan penurunan pada mulanya dapat dibenarkan, namun

dalam perkembangannya yang terjadi pada klaster Cor logam Klaten,

karena sistem sosial dimana kekerabatan, budaya dan adat -istiadat serta

peranan agama yang kuat, maka walaupun kepentingannya tidak terpenuhi

di dalam Koperasi, tetapi mereka tetap mendukung dan berperan serta

terhadap keberadaan Koperasi, karena para pengusaha yang sebagian

besar masih mempunyai hubungan kekerabatan menghendaki adanya

hubungan yang harmonis antar sesama pelaku usaha.

Dari uraian tentang teori peranan dan pemanfaatan modal sosial dalam

perkembangan klaster tersebut, merupakan pelengkap dari teori modal

sosial yang diperkenalkan sebelumnya seperti halnya pendapat Bourdieu

yang mengatakan bahwa modal sosial digunakan untuk membentuk suatu

kelas sosial tertentu dalam rangka untuk mempertahankan suatu status

quo. Namun dalam kenyataannya bahwa modal sosial yang dikelola secara

transparan dan mempunyai manfaat terhadap para pengrajin melalui suatu

kelembagaan justru dapat lebih memupuk modal sosial secara keseluruhan

tanpa adanya suatu kelas.

Demikian pula teori pilihan rasional dari Coleman, dimana apabila

secara rasional kepentingan individu tidak terakomodasi dalam suatu

kelompok maka menyebabkan individu keluar dari kelompok. Namun

Penutup

Page 16: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

276

dalam kenyataan apabila sistem sosial yaitu kekrabatan, budaya dan

adat istiadat serta peranan agama yang kuat walaupun kepentingan

tidak terpenuhi di dalam suatu institusi/kelompok pada akhirnya tetap

mendukung dan berperan serta terhadap keberadaan institusi/kelompok

tersebut,karena para pengusaha yang sebagian besar masih mempunyai

hubungan kekerabatan menghendaki adanya hubungan yang harmonis

antar sesama pelaku usaha.

Demikian juga Schmitz (1997) yang melakukan penelitian modal

sosial pada klaster sepatu di Brazil dengan melihat sejarah perkembangan

klaster. Penelitian Schmitz belum membagi klaster sepatu dalam beberapa

tahapan. Juga belum meneliti pemanfaatan dari modal sosial tersebut.

Penelitian ini menyampaikan teori tentang kondisi modal sosial pada 3

tahapan perkembangan klaster yang berbeda, yaitu awal pembentukan,

tumbuh, penurunan dan transformasi. Di samping itu, juga menyampaikan

teori tentang pemanfaatan modal sosial dalam mengembangkan klaster.

Implikasi Kebijakan

Dengan melihat proses pengembangan modal sosial di dalam klaster

cor logam Ceper mulai dari awal pertumbuhan/embrio, tumbuh dan

dewasa serta penurunan dan transformasi ada beberapa hal pengalaman

yang perlu diambil, diantaranya 1) modal sosial yang didasarkan pada

kekerabatan,budaya dan agama yang cukup kuat, 2) keberadaan dari

Koperasi Batur Jaya yang dikelola secara lebih transparan untuk pelayanan

anggota, 3) terjadinya persaingan antara anggota koperasi dengan koperasi

dikarenakan tehnologi dapur pengecoran yang digunakan koperasi sama

dengan anggota, baik pada waktu menggunakan kupola maupun sekarang

Page 17: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

277

saat menggunakan induksi 4)pengembangan modal sosial di dalam

klaster masih terbatas,hanya pada para anggota koperasi, 5) peranan

pemerintah dalam pengembangan klaster cor logam Ceper yang mayoritas

adalah klaster UMKM sangat berpengaruh dalam peningkatan modal

sosial, 6) Otonomi daerah yang belum mempunyai manfaat terhadap

pengembangan klaster , 7) daya saing cor logam yang masih terbatas

karena harga bahan baku yang mahal dan, 8) adanya perbaikan sistem

dalam penentuan harga,pengiriman dan spesifikasi yang transparan serta

adanya sistem on line dari Bank indonesia, yang mengakibatkan kerja

sama antar pelaku usaha semakin baik, maka temuan dalam penelitian

tersebut dapat digunakan bagi para praktikal pengembangan klaster

dengan mengembangkan model kelembagaan klaster dan model kebijakan

pemerintah seperti tersebut di bawah ini :

1. Model kelembagaan klaster.

Apabila melihat definisi klaster, yang antara lain adanya kerja sama

seluruh pihak terkait dalam pengembangan klaster baik kerja sama

antar pengusaha,pemasok bahan baku,dukungan pemerintah dan juga

pihak-pihak terkait dengan pasar maupun inovasi,sehingga keberadaan

klaster cor logam Ceper dalam peningkatan modal sosial seolah-olah

terbagi menjadi 2 (dua) yaitu para pengusaha kecil dan menengah

sebagai anggota koperasi di satu pihak dan para pengusaha besar

yang berada di luar koperasi. Sehingga untuk meningkatkan modal

sosial maka di dalam klaster perlu dibentuk forum rembuk klaster

yang di dalamnya juga terdapat koperasi maupun para pengusaha

besar. Artinya keberadaan forum rembuk klaster berfungsi untuk

membangun modal sosial bagi pihak pihak terkait dalam Klaster.

Sedangkan koperasi lebih bersifat operasi bisnis bagi anggota

Penutup

Page 18: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

278

klaster.Dengan adanya Forum rembuk klaster, diharapkan klaster di

samping untuk meningkatkan kebersamaan/usaha kolektif juga untuk

mewujudkan adanya kemandirian dari klaster. Model kelembagaan

klaster termaksud digambarkan pada bagan dalam gambar 10.1

Gambar 10.1.

Struktur Organisasi Klaster

Dalam struktur Forum rembuk klaster mempunyai dua unit usaha yaitu

unit pengembangan usaha dan koperasi.Ketua forum rembuk dibantu

dengan menejer klaster lebih banyak untuk membangun modal sosial,

pengembangan SDM dan pengembangan R & D. sedangkan koperasi

lebih pada operasional bisnis yaitu dalam penyediaan bahan baku dan

melakukan pemasaran bersama. Adapun anggota forum terdiri dari

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial Pada Klaster Logam Ceper Klaten

222

Gambar 10.1.

Dalam struktur Forum rembuk klaster mempunyai dua unit usaha yaitu unit pengembangan usaha dan koperasi.Ketua forum rembuk dibantu dengan menejer klaster lebih banyak untuk membangun modal sosial, pengembangan SDM dan pengembangan R & D. sedangkan koperasi lebih pada operasional bisnis yaitu dalam penyediaan bahan baku dan melakukan pemasaran bersama. Adapun anggota forum terdiri dari para pengusaha baik pengusaha kecil, menengah dan besar di dalam klaster, satuan kerja perangkat daerah terkait di kabupaten, Politeknik manufaktur. Dengan demikian klaster cor logam diharapkan lebih kuat keberadaan modal sosialnya dan lebih fokus dalam pengembangan usaha didalam klaster. Agar perkuatan kelembagaan klaster lebih baik maka perlu adanya BDS (Business Development Services) pendamping, khususnya untuk pendampingan realisasi rencana pengembangan usaha klaster, pengembangan inovasi produk dan pendanaan.

2. Model Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam sejarah perkembangan klaster cor logam Ceper,bahwa kebijakan pemerintah sangat mendorong pengembangan klaster, khususnya dalam peningkatan modal sosial.Hal ini tidak lepas dari

Page 19: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

279

para pengusaha baik pengusaha kecil, menengah dan besar di dalam

klaster, satuan kerja perangkat daerah terkait di kabupaten, Politeknik

manufaktur. Dengan demikian klaster cor logam diharapkan lebih kuat

keberadaan modal sosialnya dan lebih fokus dalam pengembangan

usaha didalam klaster. Agar perkuatan kelembagaan klaster lebih baik

maka perlu adanya BDS (Business Development Services) pendamping,

khususnya untuk pendampingan realisasi rencana pengembangan

usaha klaster, pengembangan inovasi produk dan pendanaan.

2. Model Kebijaksanaan Pemerintah.

Dalam sejarah perkembangan klaster cor logam Ceper,bahwa kebijakan

pemerintah sangat mendorong pengembangan klaster, khususnya

dalam peningkatan modal sosial.Hal ini tidak lepas dari keberadaan

klaster yang sebagian besar merupakan UMKM.Berkenaan dengan hal

tersebut diperlukan adanya pembelaan Pemerintah terhadap UMKM

melalui Klaster melalui berbagai kebijakan pemerintah di berbagai

aras dan sektor, diantaranya :

a. Pemerintah Daerah Kabupaten

Peranan Pemerintah Kabupaten dalam pengembangan klaster

diantaranya: 1)Menfasilitasi klaster untuk melakukan pembuatan

program serta monitoring dan evaluasi secara bersama dengan

pihak terkait baik didalam klaster (termasuk Satuan Kerja

Perangkat Daerah/SKPD Kabupaten terkait), maupun lembaga di

luar klaster seperti industri besar perlogaman,perguruan tinggi

maupun pemerintah baik provinsi maupun pusat, 2)Stimulus

untuk kegiatan promosi bersama dan fasilitasi dalam membangun

jejaring pasar, 3) Memberikan iklim usaha yang kondusif, 4)

Penutup

Page 20: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

280

Peningkatan SDM dari SKPD pembina klaster untuk lebih

profesional dan mempunyai spesialisasi di bidang pembinaan

industri, hal ini penting karena dalam era otonomi daerah para

pembina hanya mempunyai pengetahuan yang umum (generalis)

karena rotasi karyawan antar SKPD tanpa melihat latar belakang

kemampuan.

b. Pemerintah Provinsi

Klaster cor logam Ceper merupakan salah satu klaster

unggulan di Jawa Tengah maka Pemerintah Provinsi harus

memfasilitasi antara lain melalui SKPD secara terintegrasi

untuk pengembangan klaster, seperti halnya Dinas Perindag

untuk pengembangan industri dan promosi perdagangan, Dinas

Koperasi dan UMKM dalam pembinaan permodalan melalui

koperasi, Badan Lingkungan Hidup untuk perbaikan lingkungan,

Badan Penanaman Modal untuk melakukan kemitraan antara

pengusaha besar dan pengusaha di dalam klaster cor logam

klaster, Badan Litbang lebih pada fasilitasi inovasi teknologi,

Badan Pemberdayaan Masyarakat untuk peningkatan modal

sosial melalui pemberdayaan masyarakat UMKM

c. Pemerintah Pusat

Klaster Cor Logam Ceper, merupakan salah satu klaster UMKM

logam yang cukup strategis dalam pengembangan industri,

dengan demikian sudah sewajarnya kalau pemerintah pusat perlu

memfasilitasi berbagai hal seperti: 1)pemenuhan kebutuhan bahan

baku yang lebih murah sehingga dapat berdaya saing dengan

produk China, 2) bantuan pengembangan R&D sehingga klaster

mampu melakukan diversifikasi produk, 3)pengembangan pasar

Page 21: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

281

baik di dalam negeri maupun luar negeri baik melalui kemitraan

dengan BUMN maupun fasilitasi promosi.

Pihak-pihak terkait Pemerintah pusat dalam pengembangan

klaster industri cor logam Ceper diantaranya Kementrian

Perindustrian, dalam pembinaan tehnologi produksi dan

kemudahan bahan baku, Kementrian Perdagangan dalam

memfasiltasi pemasaran produk.Kementrian Koperasi dan UKM

dalam memfasilitasi pendanaan dan fasiltasi pembiayaan BDS

pendamping,Kementrian Riset dan Teknologi serta BPPT dalam

rangka pengembangan inovasi produk dan teknologi.

Dengan melihat model pengembangan klaster cor logam,

yang mempunyai skala ekonomi yang cukup besar,adanya

usaha kolektif untuk lebih maju,dan memudahkan dalam

pembinaan,maka seharusnya ada langkah langkah terobosan

dari Pemerintah pusat diantaranya :1)Perlu adanya Gerakan

pengembangan klaster UMKM yang dimotori oleh Presiden,

sehingga keterpaduan pembinaan antar kementrian akan lebih

mudah dan tidak ego sektoral, 2)Perlu adanya Keputusan Presiden

bahwa Gubernur dan Kepala Daerah Kabupaten/ kota untuk

mengembangkan model klaster baik di sektor industri, Pertanian

dan Pariwisata, 3)Pemerintah pusat perlu membuat guidance

pengembangan klaster, 4)Masing masing aras dalam pemerintah

melakukan identifikasi klaster yang akan dikembangkan, artinya

klaster yang mempunyai peluang pasar internasional atau strategis

dalam pengembangan industri merupakan fokus dari pembinaan

Pemerintah pusat,demikian pula klaster yang mempunyai peluang

pasar Nasional merupakan fokus pembinaan Pemerintah Provinsi

Penutup

Page 22: Bab Sepuluh Penutup - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/726/11/D_902005007_BAB X.pdf · Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih

Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

282

dan akhirnya klaster yang mempunyai peuang pasar Provinsi

merupakan fokus pembinaan dari Pemerintah Kabupaten/Kota.

Tentunya pembagian model seperti ini tidak diterapkan secara

kaku, namun azas prioritas masih tetap dilaksanakan

Saran Penelitian Lebih Lanjut

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, ada peranan modal

sosial dalam perkembangan klaster dan pemanfaatan modal sosial, sehingga

dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tentang bagaimana:

a) usaha peningkatan modal sosial dalam perkembangan klaster yang

berisi tentang kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan modal

sosial, antara lain penelitian kebijakan dalam menyikapi globalisasi dalam

mendukung peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster,

model kelembagaan pemerintah daerah dalam era otonomi daerah untuk

mendukung peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster,

model stimulan pemerintah yang efektif bagi peningkatan modal sosial di

dalam perkembangan klaster. b) model kelembagaan dalam membangun

modal sosial dalam perkembangan klaster.

Penelitian yang direkomendasikan dan diharapkan dapat

dilaksanakan sesegera mungkin adalah penelitian tentang model

kelembagaan yang dapat membangun modal sosial dalam perkembangan

klaster.