BAB IV PERAN KH. YUSUF HASYIM DALAM BARISAN …digilib.uinsby.ac.id/12821/7/Bab 4.pdfA. Bergabung...
-
Upload
truongthien -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB IV PERAN KH. YUSUF HASYIM DALAM BARISAN …digilib.uinsby.ac.id/12821/7/Bab 4.pdfA. Bergabung...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
BAB IV
PERAN KH. YUSUF HASYIM DALAM BARISAN TENTARA
HIZBULLAH(1945-1956)
A. Bergabung Dalam Barisan Hizbullah
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa KH. Yusuf Hasyim dari
kecil sudah senang dengan pergerakan. Kamar pribadi KH. Yusuf Hasyim lebih
banyak berisi tentang kliping-kliping koran yang berkaitan dengan perkembangan
masyarakat daripada kitab-kitab kuning yang biasa menjadi bacaan favorit kiai.
KH. Yusuf Hasyim bergabung masuk dalam barisan Hizbullah kurang
lebih ketika berusia 16 tahun. Ketika penulis melakukan wawancara dengan salah
satu keponakan anggota Hizbullah yakni Ir. H. Habibullah keponakan KH.
Munasir Ali yang menjadi komandan Batalyon Condromowo mengatakan KH.
Yusuf Hasyim bergabung di Hizbullah sekitar usia 14 tahun. Pada saat bergabung
KH. Yusuf Hasyim memang masih sangat muda.1
Pada awalnya laskar Hizbullah didirikan sebagai bagian dari strategi
pemerintah pendudukan Jepang untuk menambah kekuatan Jepang dalam perang
melawan sekutu. Menurut Jepang umat Islam dinilai anti Barat sehingga bisa
dimanfaatkan bahkan dimobilisir untuk membantu pemerintah Jepang melawan
tentara sekutu. KH. Hasyim Asyari mendukung penuh berdirinya Hizbullah,
bahkan mengizinkan kedua putranya Abdul Kholiq dan Yusuf Hasyim untuk
1Habibullah, Wawancara, Mojokerto, 18 Mei 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
bergabung dalam Hizbullah dan ikut latihan menjadi daidanco (Komandan
Batalyon).2
Pada awalnya KH. Hasyim Asyari belum mengizinkan pemuda Yusuf
Hasyim untuk bergabung dalam Hizbullah karena dirasa masih sangat muda dan
masih mencukupi anggota Hizbullah saat itu.
Perkembangan selanjutnya pada saat perang semakin berat dan terjadi
dimana-mana, puncaknya pada 10 November di Surabaya, Hadratussyekh
mengizinkan KH. Yusuf Hasyim bergabung dalam barisan Hizbullah. KH. Yusuf
Hasyim bergabung di Hizbullah pada tahun 1945. Ketika Hizbullah Jombang
dibentuk, pemuda Yusuf Hasyim terpilih sebagai salah satu pimpinannya.
Keberadaan Yusuf Hasyim yang berkarakter pemberani dalam pasukan Hizbullah
menjadikan faksi tentara pejuang ini dalam waktu singkat sangat harum namanya
di kalangan umat Islam. Kemudian banyak masyarakat, khususnya kalangan santri
di seluruh Indonesia, bergabung dengan pasukan Hizbullah dengan semangat mati
syahid demi bangsa dan negara.
Bergabungnya KH. Yusuf Hasyim dalam Hizbullah merupakan awal
karirnya di dunia militer. Jiwa perjuangan dan sikap patriotiknya yang kemudian
mendapat tempat penyaluran, bagi KH. Yusuf Hasyim menjadi anggota Hizbullah
merupakan bagian hidup yang sangat membanggakan, karena dengan ketentaraan
ini, sebagian usia KH. Yusuf Hasyim secara nyata dapat dipersembahkan untuk
ikut membela negara dan bangsa Indonesia.
2Halwan, Sang Pejuang Sejati KH. Yusuf Hasyim: di Mata Sahabat dan Santri, 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
B. Karir di Militer
1. Pangkat Pertama di Hizbullah
Awal mula masuk Hizbullah KH. Yusuf Hasyim masuk Hizbullah dalam
keresidenan Jombang. KH. Yusuf Hasyim bergabung di Hizbullah Jombang
sudah dipercaya menjadi komandan Kompi secara demokratis.3 KH. Yusuf
Hasyim menjadi komandan bagi pasukan awal Hizbullah yang berada pada
keresidenan Jombang. Dalam menjalankan tugas KH. Yusuf Hasyim
mendapat bantuan dari beberapa personel pelatih yang sebelumnya bergabung
dengan Hizbullah yang dilatih di Cibarusa-Cimahi salah satunya Haji Syahid
yang berasal dari Blitar, dan KH. Hasyim Latif yang juga alumni Tebuireng.
Pada tahun 1947 KH. Hasyim Asyari meninggal dunia setelah menerima
utusan panglima besar Jendral Sudirman dan Bung Tomo, utusan tersebut
memohon kepada KH. Hasyim Asyari untuk mengeluarkan komando Jihad fi
Sabilillah bagi umat Islam di Indonesia, karena saat itu Belanda telah
menguasai wilayah keresidenan Malang. KH. Hasyim Asyari meminta waktu
satu malam untuk memberi jawaban. Beberapa waktu kemudian KH. Hasyim
Asyari mendapat laporan lagi bahwa kondisi para pejuang semakin tersudut,
dan korban rakyat sipil semakin meningkat. Mendengar laporan itu KH.
Hasyim Asyari tampak sangat terkejut. Kemudian KH. Hasyim Asyari tidak
sadarkan diri. Menurut hasil pemerikasaan dokter, KH. Hasyim Asyari
mengalami pendarahan otak. Tepat pukul 03.00 bertepatan tanggal 25 Juli
1947 KH. Hasyim Asyari meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.
3Ibid., 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
Beberapa hari setelah proses pemakaman KH. Yusuf Hasyim kembali
bertugas di Batalyon 39 yang bermarkas di Gumulan Utara Jombang.
Batalyon ini secara khusus bertugas mengamankan Jombang dan sekitarnya.
KH. Yusuf Hasyim meminpin anak buahnya untuk menghadapi penyerbuan
Belanda pimpinan Van Der Plass yang dalam waktu dekat akan memasuki
Jombang.
Pasukan Van der Plass berhasil memasuki Jombang, kemudian bergerak
menuju Tebuireng. Pesantren Tebuireng yang saat itu dipimpin oleh
KH.Wahid Hasyim, kakak kandung KH. Yusuf Hasyim dituduh oleh Belanda
sebagai tempat persembunyian Tentara Republik. Dalam penyerbuan dengan
tembakan Kanon yang membabi buta KH. Wahid Hasyim tertangkap dan
ditahan di Surabaya.4
Setelah menguasai Tebuireng pasukan Van Der Plass terus bergerak ke
Selatan untuk mengejar pasukan republik pimpinan KH. Yusuf Hasyim.
Dalam kontak sejata di desa Laban KH. Yusuf Hasyim tertembak dibagian
dada sebelah kiri, peluru tersebut hanya merobek baju yang dikenakan KH.
Yusuf Hasyim tetapi membuat KH. Yusuf Hasyim pingsan selama berjam-
jam akibat tembakan tersebut.5
Serangan demi serangan yang dilakukan oleh pasukan Van Der Plass
membuat pasukan KH. Yusuf Hasyim mengambil langkah mundur dan
melakukan perang gerilya dengan taktik terus bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya untuk patroli terhadap pasukan Belanda. KH. Yusuf Hasyim
4Ibid., 10. 5Yasin, Profil Pesantren Tebuireng, 96.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
terus melakukan perang gerilya dengan berpindah-pindah ke satu tempat ke
tempat lain. Perjuangan semacam itu terus menerus dijalani oleh KH. Yusuf
Hasyim bersama pasukannya. Tanpa kenal lelah mereka berjuang melawan
pasukan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, hingga
pada akhirnya Belanda menyerah dan meninggalkan Indonesia.6
KH. Yusuf Hasyim juga pernah menyerang pesawat pasukan Jepang yang
melintasi daerah antara Peterongan dan Sumobito. KH. Yusuf Hasyim
bersama pasukan yang lain menembaki pesawat Jepang, pesawat Jepang
akhirnya jatuh dan seisi pesawat meninggal semua. Adanya peristiwa tersebut
menyebabkan pasukan Jepang menyerang daerah sumber tembakan, KH.
Yusuf Hasyim menyatakan bahwa ketika ada tembakan pasukan Hizbullah
hanya berbaring di sawah-sawah, dengan posisi seperti itu membuat pasukan
Jepang tidak menyadari keberadaan pasukan Hizbullah daripada posisi
menggerombol di pohon besar.7
2. Rekonstruksi dan Rasionalisasi (RERA)
Kemerdekaan yang telah diraih Indonesia tidak sepenuhnya membuat
Indonesia semakin baik, banyak ancaman-ancaman dari dalam negeri untuk
memenuhi hasrat sebagian kelompok. Dahulu sebelum kemerdekaan Rakyat
Indonesia melawan bangsa asing, namun setelah kemerdekaan tugas yang
paling berat adalah melawan bangsanya sendiri. Tiga tahun setelah
kemerdekaan kabinet Indonesia belum mampu mencapai kondisi stabil. Mulai
dari terpilihnya soekarno sebagai preseiden, kabinet pemerintahan masih
6Halwan, Sang Pejuang Sejati, 10-11. 7Muhsin, Wawancara, Jombang, 1 Juli 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
sangat rapuh. ini akibat dari munculya ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Salah satunya adalah rencana Rekonstruksi dan Rasionalisasi TNI yang
merupakan kebijakan Moh. Hatta, ditolak oleh sejumlah brigade dan
kelaskaran.
Rekonstruksi dan Rasionalisasi atau lebih dikenal dengan RERA.
Prorgram RERA ini adalah bergabungnya semua kelaskaran pejuang
Indonesia. Sebelum kemerdekaan tumbuh banyak organisasi kelaskaran
pejuang merebut kemerdekaan Indonesia diantaranya PETA, BKR, TRI,
Tentara Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat dan Hizbullah.8
Pada tanggal 29 Januari 1948 wakil presiden Drs. Moh. Hatta berhasil
menyusun kabinet presidentil dengan program kerja yaitu: menyelenggarakan
persetujuan Renville, mempercepat terbentuknya Negara Indonesia serikat,
Rasionalisasi dan pembangunan. khusus mengenai rasionalisasi dirumuskan
istilah “Rekonstruksi dan Rasionalisasi” dari TNI yang mencakup pengertian
yaitu:9
a. Menyederhanakan organisasi, menyesuaikan persenjataan dengan jumlah
personil.
b. Membuat organisai agar lebih berdaya guna.
c. Mengurangi pangkat tinggi yang terlalu banyak.
Sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden No. 6 tanggal 5 Mei 1947 yang
menyatakan pembubaran bagi semua kelaskaran untuk digabungkan dalam
satuan TNI, sejak saat itu pula semua barisan Hizbullah berubah menjadi TNI
8Habibullah, Wawancara, 18 Mei 2016. 9Hariono dkk, Metropolitan surabaya dan jawa Timur (Surabaya: Penerangan Daerah Militer VIII/
Brawijaya, 1976), 699.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
yang masuk kedalam Resimen, Brigade dan Devisi-devisi TNI sesuai dengan
teritorialnya. Akhirnya dengan diangkatnya program RERA Angkatan Perang
republik Indonesia melalui penetapan Presiden No.9 tanggal 27 Februari
1948, maka satuan-satuan Hizbullah dalam TNI diperkecil menurut kekuatan
yang nyata.10
Pada 27 Februari 1948 dikeluarkanlah penetapan presiden No.9 tahun
1948 yang mengharuskan penurunan pangkat 1 tingkat yang berlaku bagi
seluruh anggota tentara dari perwira tertinggi hingga prajurit terbawah.
walaupun rencana ini mendapatkan penolakan dari berbagai pihak, namun
program tersebut tetap berjalan dan baru selesai dengan sempurna pada 28
Oktober 1948.
Program RERA juga berdampak pada personel Hizbullah. Sebelumnya
Hizbullah terdiri dari tiga batalyon yang menampung hampir 3000 personel
Hizbullah, akibat program RERA menjadi hanya 1500 personel dengan 2
batalyon. Dua batalyon tersebut adalah batalyon Mobil dengan kode 42 ( Yon
Mansur Sholichy) yang kemudian menjadi Yon 42/Diponegoro. Batalyon
Teritorial dengan kode Batalyon 39 (Yon Munasir) yang kemudian menjadi
Yon 39/Condromowo.11
Kualifikasi prajurit yang terkena RERA yaitu, 1) mereka yang berada
dalam kondisi sakit atau terluka, 2) mereka yang tidak memegang senjata, 3)
mereka yang tidak memiliki ijazah sekolah umum. Persyaratan yang ketiga
inilah yang menjadi kendala bagi Hizbullah, karena kebanyakan anggota
10Basit Adnan, “Dari Reuni Laskar Tuhan di Purwokerto”, Tebuireng (Mei 1987), 22. 11Isno, Perjuangan Laskar Hizbullah, 256-257.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
Hizbullah hanyalah pendidikan pesantren. Akhirnya banyak diantara mereka
yang harus meninggalkan kesatuan karena tidak pernah sekolah umum.
Padahal para anggota Hizbullah telah memiliki pengalaman tempur lebih dari
memadai.
Program RERA memang berakibat tergusurnya beberapa anggota
kelaskaran dari pangkat semula seorang Letnan Kolonel harus mengalami
penurunan pangkat menjadi kapten. KH. Yusuf Hasyim sendiri harus
mengalami penurunan pangkat yang awalnya Letnan Kolonel menjadi letnan
satu dibawah pimpinan Letkol Munasir. Pangkat inilah yang akhirnya
membawa KH. Yusuf Hasyim mengenal lebih akrab sosok KH. Munasir Ali
Mojokerto dan KH. Hasyim Latif Sepanjang Sidoarjo. ketiganya kemudian
lebih dikenal tiga serangkai di Batalyon Condromowo.
3. Bergabung Dalam Batalyon Condromowo
Nama Condromowo sendiri diambil dari nama kucing blang telon (belang
tiga) jantan. Kucing ini dalam mitologi Jawa memiliki keistimewaan bila
dibandingkan dengan kucing biasa. Kucing condromowo mampu membuat
calon mangsanya tidak akan mampu melarikan diri apabila sudah diincar.
Bahkan dengan sorot matanya yang tajam membuat cicak akan jatuh dari
dinding.12
Batalyon TNI 39 Condromowo adalah sebuah kesatuan TNI-AD Brigade
16 yang merupakan kesatuan Hizbullah devisi Sunan Ampel (pimpinan
Wahib Wahab putra KH. Wahab Hasbullah) yang menghimpun kesatuan-
12Ibid., 266.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
kesatuan laskar Hizbullah yang sejak 17 Agustus 1945 terbentuk di daerah-
daerah keresidenan Surabaya yang meliputi: Resimen Hizbullah I Mojokerto,
Resimen Hizbullah II Sidoarjo, Resimen Hizbullah III Jombang dan Resimen
Hizbullah IV Surabaya dan Gresik.13 Kesatuan-kesatuan Hizbullah ini
sebelum 10 November 1945 telah berperan aktif di medan pertempuran
Surabaya dengan identitas barisan Hizbullah.
KH. Yusuf Hasyim masuk dalam Hizbullah pangkat awal yakni komandan
Kompi, kemudian ketika ada program RERA, pangkat beliau turun menjadi
letnan satu dibawah Yon Munasir komandan Batalyon Condromowo. Ketika
berada dalam kesatuan Hizbullah Batalyon Condromowo ini beliau dikenal
dengan tiga serangkai bersama KH. Munassir Ali (Mojokerto) dan KH.
Hasyim Latif (Sumobito Jombang yang sekarang lebih dikenal dengan
pendiri YPM Sidoarjo). KH. Munasir Ali, KH. Hasyim Latif dan KH. Yusuf
Hasyim merupakan teman akrab di Hizbullah. Dari tiga serangkai tersebut
KH. Yusuf Hasyim paling muda sendiri, namun karena beliau adalah anak
dari seorang kiai besar maka perannya dominan dan banyak yang
mengenal.14
4. Mundur dari TNI
LVRI mencatat KH. Yusuf Hasyim sebagai anggota Laskar Hizbullah
pada 1944, dan setahun kemudian diangkat menjadi Komandan Kompi
Hizbullah. Saat menjadi Komandan Kompi Hizbullah, beliau turut memimpin
13dikutip dari Buku Sejarah Singkat Batalyon 39 Condromowo dalam Majalah Tebuireng (April
1986), 19. 14Habibullah, Wawancara, Mojokerto, 18 Mei 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
pasukan pejuang melawan tentara Belanda yang membonceng pasukan NICA
dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Pada 1947, KH. Yusuf Hasyim terdaftar sebagai anggota TNI dan pada
1948 tergabung dalam Batalyon 39 Condromowo. Namun, setelah 1949, ia
kembali aktif mengajar di pondok pesantren yang didirikan ayahandanya itu.
Di masa 1960-an, KH. Yusuf Hasyim bersama Barisan Ansor Serba Guna
(Banser) kembali mengangkat senjata untuk memerangi pasukan PKI di
Kanigoro, Kediri, dan di kawasan Blitar Selatan. Pangkat terakhir KH. Yusuf
Hasyim di militer sebagai Letnan Satu TNI, dan sempat menjabat sebagai
Wakil Sekretaris Jenderal LVRI Pusat.15
Begitu banyak perjuangan KH. Yusuf Hasyim untuk negara ini, beliau
selalu berani untuk berpendapat keras walaupun kadang masih ditentang oleh
pihak lain. Sebagai putra seorang kiai besar beliau mampu menempatkan diri
dengan baik, beliau tidak segan-segan berpendapat dan menolak aturan yang
ditetapkan oleh pemimpinnya, salah satunya KH. Munassir Ali yang pada
masa itu sebagai komandan Batalyon Condromowo yang sekaligus pemimpin
dari KH. Yusuf Hasyim.
KH. Yusuf Hasyim belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional, tetapi
beliau adalah pahlawan militer yang ditetapkan oleh LVNI (Legiun Veteran
Nasional Indonesia) karena peran beliau dalam kemiliteran.16
Menurut Ir. Habibullah yang telah diwawancarai penulis mengatakan
bahwa hal tersebut didasari karena sudah banyaknya keluarga Tebuireng yang
15Hidayatullah ,“Pahlawan Yusuf Hasyim”. dalam http://www.antaranews.com/print/56046/lvri-
anugerahi-gelar-pahlawan-ke-almarhum-kh-yusuf-hasyim (20 Juni 2016) 16Fauzan, Wawancara, Jombang, 20 Februari 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Oleh karena itu KH. Yusuf
Hasyim tidak ditetapkan sebagai pahlawan nasional tetapi sebagai pahlawan
kemiliteran untuk menghindari adanya ketimpangan social dengan pihak lain,
karena bagaimanapun juga yang berjuang untuk Indonesia bukan hanya
keluarga Tebuireng tetapi pihak lain-pun turut berperan.17
C. Peran Hizbullah Pada Pertempuran 10 November 1945
Diantara perang-perang kemerdekaan, perang 10 November di Surabaya
mendapat kedudukan tersendiri dimata bangsa. Hal ini juga terbukti dengan
dijadikannya 10 November sebagai hari pahlawan. Kedahsyatan pertempuran 10
November 1945 di Surabaya tidak bisa dilepaskan dari Resolusi jihad, perintah
perang yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asyari pada tanggal 22 Oktober 1945.
Perang 10 November 1945 di Surabaya pada kenyataannya bukan hanya
perlawanan rakyat Surabaya tetapi mereka yang bukan dari Surabaya saja yang
ikut, mereka yang dari luar Surabaya juga turut berperan besar dalam perang
tersebut. Mereka adalah rakyat yang merasa memiliki Surabaya, yang merasa
memiliki kemerdekaan Indonesia dan mereka yang merasa bertanggung jawab
atas kemerdekaan Indonesia.18
Hizbullah tentunya memiliki peran tersendiri. Ketika pasukan sekutu
mendarat di Surabaya, maka disambutlah dengan semangat juang oleh para ulama,
prajurit dan arek-arek Surabaya. Saat itu Hizbullah sudah bermarkas di Jalan
Kepanjen No. 5 yang ketika itu pasukan Hizbullah telah dibagi, Surabaya Barat,
Surabaya Selatan, Surabaya Timur. Pada waktu itu markas tertinggi dan Divizi
17 Habibullah, Wawancara, Mojokerto, 18 Mei 2016. 18Mufid A. Busyairi, “ Hizboellah dalam Pertempuran Surabaya” (April 1986), 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Sunan Ampel belum berdiri, tetapi pasukan Hizbullah di seluruh Jawa Timur
sudah ikut ambil bagian.19
KH. Yusuf Hasyim pada saat terjadinya peristiwa 10 November beliau
ditugaskan oleh KH. Hasyim Asyari memimpin pasukannya yang berada di
Jombang untuk segera berangkat ke Surabaya. KH. Yusuf Hasyim turut
memimpin pasukan pejuang melawan tentara Belanda yang membonceng pasukan
NICA dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.20 Dengan menaiki
kereta KH. Yusuf Hasyim berangkat bersama pasukannya menuju kota Surabaya.
Pada saat berjuang melawan sekutu. Pada peristiwa 10 November 1945 ini peran
KH. Yusuf Hasyim tidak terlalu menonjol, karena KH. Yusuf Hasyim pada saat
terjadinya peristiwa 10 November 1945 ini beliau masih sangat muda dan baru
masuk Hizbullah, sehingga buku-buku yang membahas mengenai 10 November
1945 tidak menjelaskan peran KH. Yusuf Hasyim dalam peristiwa 10 November
1945.
D. Berjuang Melawan Pemberontakan
Tiga tahun setelah kemerdekaan pemerintah Indonesia belum mampu
mencapai kondisi stabil. Kabinet pemerintahan masih rapuh karena salah satunya
yakni pemerintahan yang belum terstruktur dengan baik.
Dalam perjalanannya sebagai negara merdeka, Indonesia tidak lepas dari
berbagai macam pemberontakan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan terhadap
kebijakan ataupun perbedaan dalam menentukan dasar-dasar negara. Perbedaan
19Yusuf Hasyim, “ Resolusi Djihad, Detik-detik Indonesia Terancam”, Tebuireng (November
1986), 9. 20Isa, “Gelar Pahlawan Yusuf Hasyim” dalam, http://www.antaranews.com/print/56046/lvri-
anugerahi-gelar-pahlawan-ke-almarhum-kh-yusuf-hasyim (27 April 2016)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
tersebut sebenarnya bisa diselesaikan apabila kepentingan-kepentingan pribadi
tidak menjadi hal yang utama, ataupun perbedaan-perbedaan tersebut sebetulnya
banyak dilatarbelakangi oleh pihak ketiga. Dalam hal ini pemerintah kolonial
Belanda masih berperan banyak dengan tujuan Indonesia bisa kembali dikuasai
oleh mereka.
KH. Yusuf Hasyim sebagai anggota Hizbullah mengambil peran yang
cukup prenting dalam beberapa pemberontakan yang ada di Indonesia.
Pemberontakan tersebut diantaranya:21
1. Pendirian Negara Islam Indonesia ( NII )
NII didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 7 Agustus
1949. NII atau juga dikenal sebagai Darul Islam yang artinya Rumah Islam
diproklamasikan di Cisampah, Ciawiligar Tasikmalaya dengan tujuan
menjadikan Indonesia sebagai negara Islam yang menjadi dasar negara.
Dalam proklamasinya dikatakan bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara
Islam Indonesia adalah Hukum Islam”.
Proklamasi Negara Islam Indonesia menyatakan kewajiban negara untuk
memproduksi Undang-undang yang berlandasan syari'at Islam dan penolakan
keras terhadap ideologi selain Al Qur'an dan Hadits Shahih. NII atau DI
dalam perkembangannya menyebar ke beberapa wilayah seperti Jawa Barat,
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Aceh. KH. Yusuf Hasyim dalam
keteribatannya di TNI AD yang saat itu pada sekitar tahun 1955-1958 dituduh
membantu kegiatan pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII. Beliau
21Ryan Syambodo, “pemberontakan di indonesia”, dalam
warofweekly.blogspot.com/2011/04/pemberontakan-diindonesia (22 Juni 2016)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
kemudian ditahan di RTM karena masih aktif di TNI AD sebagai letnan satu.
tuduhan itu didasarkan pada adanya dugaan bahwa beliau membantu
menyembunyikan seseorang yang bernama Ali Masykur yakni seorang
anggota Batalyon 426, padahal beliau tidak tahu bahwa Ali Masykur terlibat
pemberontakan.
Sebelumnya, Ali Masykur yang sedang sakit meminta perlindungan di
Tebuireng yang saat itu dipimpin oleh KH. Abdul Choliq Hasyim, KH.
Choliq meminta bantuan kepada adiknya yakni Yusuf Hasyim. kemudian
KH. Yusuf Hasyim membawanya ke RS di Surabaya, karena tidak ada tanda
pengenal maka dibuatkan tanda pengenal dengan nama lain. setelah sembuh
Ali Masykur menghilang tetapi kemudian tertangkap dan mengaku pernah
dibantu oleh KH. Yusuf Hasyim. Maka, atas tuduhan itu KH. Yusuf Hasyim
ditangkap, tetapi akhirnya dalam persidangan di pengadilan militer KH.
Yusuf Hasyim tidak terbukti menyembunyikan aktivis DI/TII.22
Perkembangan berikutnya pimpinan DI/TII SM Kartosoewirjo ditangkap
dan dieksekusi oleh TNI pada tahun 1962, gerakan ini terpecah namun tetap
eksis secara diam-diam dan dianggap sebagai organisasi ilegal oleh
pemerintah Indonesia.
2. Pemberontakan PKI
Inilah pemberontakan yang sangat kejam karena pemberontakan ini
merupak puncak dari ketidak puasan terhadap bentuk pemerintahan.
Pemberontakan ini merupakan pengkhiatan terhadap bangsa Indonesia ketika
22 Halwan, Sang Pejuang Sejati KH. Yusuf Hasyim: di Mata Sahabat dan Santri, 68
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanmkan kembali
kekuasaannya di Indonesia.23 Peristiwa pemberontakan ini sudah sangat
dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Demikianlah memang untuk menjadi sebuah negara besar berbagai macam
halangan dan rintangan selalu ada, sebagai sebuah negara besar Indonesia
memang patut untuk tidak melupakan sejarah, bukan untuk kembali mundur
tapi untuk introspeksi agar peristiwa pemberontakan tidak kembali muncul.
Aksi pemberontakan PKI memuncak dalam peristiwa pemberontakan PKI di
Madiun.
KH. Yusuf Hasyim dikenal sebagai pejuang Islam yang sangat keras
kepada PKI. Keteguhan KH. Yusuf Hasyim memegangi sikapnya lagi yaitu
dalam menghadapi PKI. Beliau tidak bisa berkompromi dalam menghadapi
gerakan politik PKI. Pengalamannya yang membuat seperti itu. KH. Yusuf
Hasyim dengan gencarnya memberikan peringatan kepada golongan tua,
muda, pelajar, mahasiswa dan lain sebagainya agar waspada akan bahaya
PKI.24
Penumpasan PKI meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi KH.
Yusuf Hasyim, karena KH. Yusuf menyaksikan langsung kekejaman PKI
membantai ribuan muslimin Madiun dengan cara-cara yang tidak manusiawi.
bahkan diantara para korban terdapat keluarga KH. Yusuf Hasyim.25 Pada 18
September 1948 banyak para tokoh-tokoh pesantren yang diculik oleh para
anggota PKI salah satunya Kapten Hambali (yang selanjutnya menjadi kakak
23Isno, Perjuangan Laskar Hizbullah, 258. 24Habibullah, Wawancara, Mojokerto, 18 Mei 2016. 25Halwan, Sang pejuang Sejati, 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
ipar KH. Yusuf Hasyim). KH. Yusuf Hasyim ikut dalam kesatuan yang
membebaskan beberapa tokoh yang ditahan oleh FDR/PKI di penjara di
Madiun, antar lain Kapten Hambali, Kiai Ahmad Sahal dan Kiai Imam
Zarkasyi.26
Dalam berbagai kesempatan KH. Yusuf Hasyim sering mengungkap
kembali pengalamannya ketika pada 1948 memimpin pasukan ikut berusaha
merebut kembali Madiun yang diduduki oleh PKI. KH. Yusuf Hasyim
menyaksikan dengan mata kepala sendiri mayat sejumlah kiai korban
keganasan pemberontak PKI di Madiun, ditambah lagi pengalaman sebagai
pimpinan puncak Barisan Serba Guna (Banser) Ansor. Menjelang
pertengahan l960-an KH. Yusuf Hasyim juga berhadapan langsung dengan
gerakan aksi sepihak Barisan Tani Indonesia (BTI)-nya PKI yang menjarah
tanah dan sawah para petani yang bukan PKI.27
KH. Yusuf memang salah satu tokoh yang sangat kontra terhadap PKI.
ketika suhu politik di Surabaya semakin memanas dan PKI semakin berani
tampil secara terang-terangan membuat KH. Yusuf Hasyim semakin greget
terhadap PKI. Saat itu PKI berusaha merebut yayasan TPP Khodijah
Wonokromo, yang sejak lama menjadi milik NU. Orang-orang PKI
memasang bendera mereka, bendera Palu Arit disekeliling tanah TPP
Khodijah sebagai bukti penguasaan. KH. Yusuf Hasyim yang melihat
bendera PKI dengan tegas beliau menyuruh pasukannya untuk mencabut
26 Ibid., 69 27Said Budairy, “ KH. M. Yusuf Hasyim”, dalam http://sbudairy.blogspot.co.id/2008/02/khm-
yusuf-hasyimtokoh-tegar-tak-kenal.html (21 April 2016)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
bendera-bendera PKI tersebut dan diganti dengan bendera Anshor. Keesokan
harinya bendera PKI kembali terpasang KH. Yusuf Hasyim kembali
menyuruh mengambil bendera PKI dan mengganti dengan bendera Anshor,
tetapi keesokannya bendera Palu Arit terpasang kembali, akhirnya KH. Yusuf
Hasyim menyuruh kembali pasukannya untuk mencabuti bendera Palu Arit
tersebut untuk diganti dengan bendera Anshor dan menyuruh pasukannya
untuk berjaga. Keesokan harinya ketika orang-orang PKI akan menggantinya
lagi terjadi bentrok besar antara warga anshor dan orang-orang PKI, yang
akhirnya dimenangkan oleh Anshor. Tanah yayasan TPP Khodijah dapat
dikuasai kembali.28
Meski tidak lagi aktif sebagai tentara pejuang, jiwa pejuangnya terus
menggelora dalam menapaki hari-hari mengisi kemerdekaan sebagai
pemimpin masyarakat yang penuh dedikasi dan komitmen “berani mati” demi
menjaga keutuhan bangsa dan keberlangsungan kemerdekaan Negara
Republik Indonesia.
Begitu besarnya komitmen perjuangan kebangsaan yang terus tumbuh
berkembang dalam dirinya, langkah-langkah KH. Yusuf Hasyim dalam
perjuangan di bidang sosial politik sering mencerminkan karakter sosok
pimpinan tentara dalam mempertahankan idealismenya.
Itulah sebabnya, orang-orang sekelilingnya terkadang memanggilnya
dengan sebutan “sang jenderal”. KH. Yusuf Hasyim adalah sosok “jenderal
sejati” bagi kita yang memimpikan kebesaran harga diri bangsa dan negara
28Fadeli, Antologi NU Jilid 1. 306.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
tercinta ini. Beliau tidak kenal lelah berjuang walaupun sudah tidak muda
lagi. Tidak peduli risiko apa pun yang akan dihadapi, demi cita-cita
kemaslahatan bangsa dan negara, jiwa dan raga dipertaruhkan sebagai
persembahannya. Maka, sang jenderal sejati, terlihat tak pernah gentar
menghadapi siapa pun di negeri ini, demi keyakinan yang dimiliki.