BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting...Uji validitas dan reliabilitas soal diperlukan...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting...Uji validitas dan reliabilitas soal diperlukan...
-
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cukil 01 yang terletak di
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Cukil 01 merupakan salah
satu SD Negeri di Gugus Sudirman dan berstatus sebagai SD inti. SD Negeri
Cukil 01 terletak di kilometer 3 jalan Klero-Semagu Kelurahan Cukil Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang.
Jumlah seluruh siswa dari kelas I sampai dengan kelas VI yaitu 259 siswa.
SD Negeri Cukil 01 mempunyai 17 tenaga pendidik, 10 diantaranya sudah
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pekerjaan orangtua siswa mayoritas adalah
petani dan pegawai, sebagian besar siswa SD Negeri Cukil 01 tinggal bersama
orangtuanya akan tetapi ada beberapa siswa yang tinggal bersama kakek dan
neneknya karena orang tua mereka bekerja di luar kota bahkan diluar Pulau Jawa.
Penelitian ini dilakukan di kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 43
siswa. Siswa kelas IV terbiasa dengan pembelajaran konvensional sehingga
pembelajaran terpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tersebut. Siswa cenderung pasif
dalam pembelajaran. Siswa duduk berpasangan laki-laki dan perempuan serta
siswa yang kemampuan akademisnya rendah diberikan tempat duduk didepan, hal
ini dilakukan oleh guru supaya suasana kelas lebih kondusif dan supaya guru
mudah memantau aktivitas siswa. hal ini menyebabkan tidak ada interaksi antara
siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dengan yang rendah.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Siswa kelas IV Semester II di SD Negeri Cukil 01 memiliki jumlah siswa
sebanyak 43 siswa yang sudah terbagi kedalam dua kelas, yaitu 21 siswa di kelas
IVA dan 22 siswa di kelas IVB. Kelas IVA merupakan kelompok eksperimen,
sedangkan Kelas IVB merupakan kelompok kontrol. Kedua kelas ini sudah diuji
kesamaan varian dengan hasil yang menunjukan bahwa kedua kelas tersebut
-
53
datanya berdistribusi normal dan juga homogen. Ini menunjukan jika sebelum
diberi perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama.
Kelas IVA diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe TGT, sedangkan kelas IVB tidak diberikan perlakuan atau hanya
menggunakan metode konvensional. Pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Selama
pembelajaran tindakan guru dan aktivitas siswa diamati oleh observer. Setelah itu
siswa di kelas IVA maupun IVB diberi tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
Pembelajaran dilakukan oleh guru kelas IVA dan IVB dengan mengacu
pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Pada saat
pelaksanaan pembelajaran di kelas IVA, siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang
berbeda-beda. Setelah pembagian kelompok selesai, setiap anak didalam
kelompok diberikan kartu identitas yang dibedakan berdasarkan warnanya. Siswa
dengan kemampuan akademik tinggi diberi kartu identitas berwarna merah, siswa
yang kemampuan akademiknya sedang diberi kartu identitas berwarna hijau,
sedangkan siswa yang kemampuan akademiknya rendah diberi kartu identitas
berwarna biru muda. Sedangkan pembelajaran di kelas IVB menggunakan
metode konvensional. Pada saat pembelajaran, terkadang siswa berbicara dengan
teman sebangkunya dan ada yang melamun. Biasanya guru langsung menegur
siswa tersebut.
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/ Tanggal Uraian Kegiatan
1 Jumat,
21 Maret 2013 Observasi pembelajaran kelas IVB (kelompok
kontrol).
Observasi pembelajaran kelas IVA (kelompok eksperimen).
Pemberian Pre-test di kelas IVA dan IVB (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).
2 Jumat,
4 April 2013 Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama pada kelas
IVB (kelompok kontrol) tentang bilangan Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVB (kelompok kontrol).
3 Senin, Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama pada kelas
-
54
7 April 2013 IVA (kelompok eksperimen) tentang bilangan
Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVA (kelompok eksperimen).
Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada kelas IVB (kelompok kontrol) tentang bilangan Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVB (kelompok kontrol).
4 Kamis,
10 April 2013 Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada kelas
IVA (kelompok eksperimen) tentang bilangan
Romawi.
Observasi pembelajaran kelas IVA (kelompok eksperimen).
5 Jumat,
11 April 2013 Pemberian post-test di kelas IVA dan IVB (kelas
eksperimen dan kelas kontrol)
4.3 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif maka data yang terkumpul
juga data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010: 13) disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Oleh karena itu dapat dilakukan analisis data kuantitatif yaitu uji validitas dan
reliabilitas untuk menguji instrumen, uji normalitas, uji homogenitas dan uji
hipotesis. Berikut adalah penjelasan penghitungan secara rinci.
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas soal diperlukan untuk menguji apakah
instrumen tes yang digunakan valid dan reliabel. Instrumen yang diuji adalah soal
pilihan ganda yang akan digunakan untuk pre-test dan post-test. Pengujian
instrumen soal pilihan ganda dilakukan di SD Negeri Klero 01. Menurut
Budiyono (2009) suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika memiliki
koefisien Corrected Item Total Correlation > 0,3. Berdasarkan hasil uji validitas
instrumen yang menggunakan program SPSS for Windows Version 16.0 dengan
teknik Corrected Item Total Correlation yang digunakan untuk menguji validitas
item instrumen dari 25 soal pre-test terdapat 20 soal yang valid, dan dari 25 soal
post-test terdapat 21 soal yang valid.
-
55
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Soal Pre-test
Bentuk Soal Item Soal Valid Tidak Valid
Pilihan ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25.
4, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25.
1, 2, 3, 5, 14.
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Soal Post-test
Bentuk Soal Item Soal Valid Tidak Valid
Pilihan ganda 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25.
3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20,
21, 22, 23, 24.
1, 2, 8, 25.
Hasil pengujian validitas soal post-tes didapati 21 soal yang valid, akan
tetapi peneliti hanya mengambil 20 soal yang valid dengan validitas yang tertinggi
yaitu soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24. Setelah pengujian validitas maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
instrumen pada penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows Version
16.0 dengan menggunakan teknik Reliability Analysis untuk mengetahui koefisien
Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil uji reliabilitas soal pilihan ganda pre-test
maupun post-test yang terdiri dari 20 soal valid, baik soal pre-test dan post-test
dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dalam tabel berikut.
-
56
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas Soal Pre-test
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,944 20
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Soal Post-test
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,890 20
4.3.2 Uji Normalitas
4.3.2.1 Uji Normalitas Pre-test
Menurut Priyatno (Puspitasari, 2012:36) Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian
ini data hasil pre-test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji
apakah datanya berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 dengan
menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-smirnov. Syarat suatu data
dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai ρ > 0,05
-
57
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Pre-test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 62.05 56.19
Std.
Deviation 24.672 23.659
Most Extreme
Differences
Absolute .149 .139
Positive .070 .139
Negative -.149 -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .698 .637
Asymp. Sig. (2-tailed) .715 .811
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok eksperimen
signifikansinya 0,811 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya 0,715. Hal ini
menunjukan bahwa data pre-test kelompok eksperimen berdistribusi normal
karena signifikansinya 0,811 > 0,05. Sedangkan data pre-test kelompok kontrol
juga berdistribusi normal karena signifikansinya 0,715 > 0,05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa baik data dari kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol keduanya berdistribusi normal.
4.3.2.2 Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan
Pada penelitian ini selain data hasil pre-test, hasil observasi keaktifan
siswa sebelum tindakan dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol juga
perlu diuji apakah datanya berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data
observasi keaktifan siswa sebelum tindakan dalam penelitian ini juga
menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 dengan menggunakan
teknik One Sample Kolmogorov-smirnov. Syarat suatu data dikatakan
berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai ρ > 0,05.
-
58
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 40,50 40,67
Std.
Deviation 5,040 5,517
Most Extreme
Differences
Absolute ,162 ,238
Positive ,162 ,238
Negative -,068 -,158
Kolmogorov-Smirnov Z ,762 1,090
Asymp. Sig. (2-tailed) ,607 ,186
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok eksperimen
signifikansinya 0,186 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya 0,607. Hal ini
menunjukan bahwa data observasi keaktifan siswa kelompok eksperimen
berdistribusi normal karena signifikansinya 0,186 > 0,05. Sedangkan data
observasi keaktifan siswa kelompok kontrol juga berdistribusi normal karena
signifikansinya 0,607 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa baik data dari
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal.
4.3.2.3 Uji Normalitas Post-test
Uji normalitas data juga dilakukan terhadap data post-test untuk
mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan setelah pemberian tes, baik dikelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol. Uji normalitas data post-test juga menggunakan teknik One Sample
Kolmogorov-Smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika
signifikansi atau nilai ρ > 0,05.
-
59
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Post-test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 78.86 89.29
Std.
Deviation 17.990 13.256
Most Extreme
Differences
Absolute .179 .283
Positive .120 .209
Negative -.179 -.283
Kolmogorov-Smirnov Z .839 1.299
Asymp. Sig. (2-tailed) .482 .069
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok eksperimen
signifikansinya 0,069 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya 0,482. Hal ini
menunjukan bahwa data post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal
karena signifikansinya 0,069 > 0,05. Sedangkan data post-test kelompok kontrol
juga berdistribusi normal karena signifikansinya 0,482 > 0,05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa baik data dari kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol keduanya berdistribusi normal.
4.3.2.4 Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Selain data hasil post-test, hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol juga perlu diuji apakah datanya
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data observasi keaktifan siswa
setelah tindakan dalam penelitian ini juga menggunakan program SPSS for
Windows version 16.0 dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-
smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau
nilai ρ > 0,05.
-
60
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KONTROL EKSPERIMEN
N 22 21
Normal Parametersa,b
Mean 45,18 53,57
Std.
Deviation 5,333 6,554
Most Extreme
Differences
Absolute ,133 ,138
Positive ,133 ,138
Negative -,089 -,124
Kolmogorov-Smirnov Z ,624 ,633
Asymp. Sig. (2-tailed) ,830 ,817
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas data diatas menunjukan bahwa kelompok eksperimen
signifikansinya 0,817 sedangkan kelompok kontrol signifikansinya 0,830. Hal ini
menunjukan bahwa data observasi keaktifan siswa kelompok eksperimen
berdistribusi normal karena signifikansinya 0,817 > 0,05. Sedangkan data
observasi keaktifan siswa kelompok kontrol juga berdistribusi normal karena
signifikansinya 0,830 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa baik data dari
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal.
4.3.3 Uji Homogenitas
4.3.3.1 Uji Homogenitas Pre-test
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji
homogenitasnya adalah data nilai pre-test kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Analisis homogenitas data ini menggunakan program SPSS for Windows
version 16.0 yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas menunjukan
bahwa tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians yang
dimiliki oleh sampel-sampel tersebut homogen.
-
61
Tabel 4.10
Hasil Uji Homogenitas Pre-test
Test of Homogeneity of Variances
NILAI PRE-TEST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.000 1 41 .993
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pre-test diatas dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansinya 0,993. Maka dapat dikatakan bahwa varians data yang
dimiliki oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda
atau homogen karena tingkat signifikansinya 0,993 > 0,05.
4.3.3.2 Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan
Uji homogenitas juga dilakukan terhadap data observasi keaktifan siswa
sebelum tindakan yang dilakukan dikelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS for Windows
version 16.0 yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas menunjukan
bahwa tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians yang
dimiliki oleh sampel-sampel tersebut homogen.
Tabel 4.11
Hasil Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan
Test of Homogeneity of Variances
NILAI PRA
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,039 1 41 ,845
Berdasarkan hasil uji homogenitas data observasi keaktifan siswa sebelum
tindakan diatas dapat dilihat bahwa tingkat signifikansinya 0,845. Maka dapat
dikatakan bahwa varians data yang dimiliki oleh kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak jauh berbeda atau homogen karena tingkat
signifikansinya 0,845 > 0,05.
-
62
4.3.3.3 Uji Homogenitas Post-test
Uji homogenitas juga dilakukan pada data nilai post-test kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Data nilai post-test didapat dari nilai tes yang
diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan
perlakuan atau tindakan. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika
signifikansinya > 0,05 maka data tersebut dikatakan memiliki varians data yang
tidak jauh berbeda atau homogen. Analisis homogenitas data post-test ini juga
menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 yaitu One Way Anova.
Tabel 4.12
Hasil Uji Homogenitas Post-test
Test of Homogeneity of Variances
NILAI POST-TEST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.810 1 41 .101
Berdasarkan hasil uji homogenitas data post-test diatas dapat dilihat bahwa
tingkat signifikansinya 0,101. Maka dapat dikatakan bahwa varians data yang
dimiliki oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda
atau homogen karena tingkat signifikansinya 0,101 > 0,05.
4.3.3.4 Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Uji homogenitas juga dilakukan pada data hasil observasi keaktifan siswa
setelah tindakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data hasil
observasi keaktifan siswa ini didapat dari hasil observasi yang dilakukan oleh
observer pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selama dilakukan
perlakuan atau tindakan. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika
signifikansinya > 0,05 maka data tersebut dikatakan memiliki varians data yang
tidak jauh berbeda atau homogen. Analisis homogenitas data post-test ini juga
menggunakan program SPSS for Windows version 16.0 yaitu One Way Anova.
-
63
Tabel 4.13
Hasil Uji Homogenitas Observasi Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Test of Homogeneity of Variances
NILAI PASCA
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,859 1 41 ,359
Berdasarkan hasil uji homogenitas data observasi keaktifan siswa setelah
tindakan diatas dapat dilihat bahwa tingkat signifikansinya 0,359. Maka dapat
dikatakan bahwa varians data yang dimiliki oleh kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tidak jauh berbeda atau homogen karena tingkat
signifikansinya 0,359 > 0,05.
4.4 Analisis Deskriptif Setiap Variabel
4.4.1 Analisis Deskriptif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Team Game Tournament)
Penelitian ini hendak mencari tahu pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) terhadap hasil
belajar dan keaktifan siswa maka pembelajaran yang dilakukan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan hasil belajar dan keaktifan siswa
pada mata pelajaran matematika dapat meningkat. Selama kegiatan pembelajaran
dilakukan observasi guna memantau apakah jalannya kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran
yang digunakan. Observasi ini dilakukan oleh salah satu guru di SD Negeri Cukil
01 yang secara langsung mengamati kegiatan pembelajaran pada kelompok
eksperimen yaitu di kelas IVA. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dikatakan sudah berhasil apabila semua langkah-langkah pembelajaran
sudah sesuai dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan sudah
dilaksanakan dengan baik. Hasil observasi penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT selama dua kali pertemuan dapat dilihat dibagian lampiran.
-
64
Hasil observasi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
pertemuan pertama menunjukan bahwa guru telah melakukan pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah yang ada direncana pelaksanaan pembelajaran
yang dibuat oleh peneliti. Terlihat pada tabel, dari 21 aspek yang diamati hanya 2
aspek saja yang belum terlaksana. Meskipun demikian pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada pertemuan pertama tanggal 7 April 2014 ini sudah
tergolong cukup baik.
Hasil observasi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
pertemuan kedua juga menunjukan bahwa guru telah melakukan pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah yang ada direncana pelaksanaan pembelajaran
yang dibuat oleh peneliti. Terlihat pada tabel dari 21 aspek yang diamati semua
sudah tercapai. Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada pertemuan kedua tanggal 10 April 2014 sudah sesuai dengan sintaks
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Hasil observasi pada tanggal 7 April 2014 dan 10 April 2014 menunjukan
bahwa kegiatan pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai dengan sintaks model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pembelajaran juga telah dilaksanakan sesuai
dengan arah yang diharapkan oleh peneliti yang terangkum dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran.
4.4.2 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa
Peneliti menggunakan teknik tes untuk mengukur hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pemberian tes pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan.
4.4.2.1 Analisis Deskriptif Pre-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Analisis deskriptif hasil pre-test dilakukan untuk mengetahui nilai
maksimum, nilai minimum dan rata-rata nilai pre-tes dari kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Nilai pre-test siswa kelas IV A sebagai kelompok
-
65
eksperimen ditetapkan sebagai nilai awal sebelum diberikan perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.14
Tabel Deskriptif Nilai Pre-test Kelompok Eksperimen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 25 100 56.19 23.659
Valid N (listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai
pre-test dari kelompok eksperimen adalah 56,19 dengan nilai minimum 25 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 23,659. Berdasarkan
tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
Grafik 4.1
Grafik Histogram Nilai Pre-test Kelompok Eksperimen
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data pre-test kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Hasil analisis deskriptif nilai pre-test kelompok
kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
-
66
Tabel 4.15
Tabel Deskriptif Nilai Pre-test Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KONTROL 22 10 100 62.05 24.672
Valid N (listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai
pre-test kelompok kontrol adalah 62,05 dengan nilai minimumnya adalah 10 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 24,672. Berdasarkan
tabel analisis deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
Grafik 4.2
Grafik Histogram Nilai Pre-test Kelompok Kontrol
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data pre-test kelompok
kontrol berdistribusi normal.
Hasil pre-test kelas IVA sebagai kelompok eksperimen ditetapkan sebagai
nilai awal dengan rata-rata 56,19 sedangkan rata-rata hasil pre-test kelas IVB
sebagai kelompok kontrol adalah 62,05. Terdapat selisih rata-rata nilai pre-test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu sebesar 5,86. Berdasarkan
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata
yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata pada kelompok eksperimen. Siswa
-
67
yang belum mencapai KKM sebesar 65 pada kelompok eksperimen sebanyak 12
siswa, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 10 siswa.
4.4.2.2 Analisis Deskriptif Post-test Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Analisis deskriptif hasil post-test dilakukan untuk mengetahui nilai
maksimum, nilai minimum dan rata-rata nilai post-test dari kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Nilai post-test siswa kelas IV A sebagai kelompok
eksperimen ditetapkan sebagai nilai akhir setelah diberikan perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.16
Tabel Deskriptif Nilai Post-test Kelompok Eksperimen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 55 100 89.29 13.256
Valid N (listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai
post-test dari kelompok eksperimen adalah 89,29 dengan nilai minimum 55 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 13,256. Berdasarkan
tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
-
68
Grafik 4.3
Grafik Histogram Nilai Post-test Kelompok Eksperimen
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data post-test kelompok
eksperimen berdistribusi normal. Hasil analisis deskriptif nilai post-test kelompok
kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.17
Tabel Deskriptif Nilai Post-test Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
KONTROL 22 40 100 78.86 17.990
Valid N (listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai
post-test kelompok kontrol adalah 78,86 dengan nilai minimumnya adalah 40 dan
nilai maksimum 100, sedangkan standar deviasinya adalah 17,990. Berdasarkan
tabel analisis deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
-
69
Grafik 4.4
Grafik Histogram Nilai Post-test Kelompok Kontrol
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data post-test kelompok
kontrol berdistribusi normal.
Hasil post-test kelas IVA sebagai kelompok eksperimen ditetapkan
sebagai nilai akhir setelah pemberian perlakuan dengan rata-rata 89,29 sedangkan
rata-rata hasil post-test kelas IVB sebagai kelompok kontrol adalah 78,86.
Terdapat selisih rata-rata nilai post-test kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yaitu sebesar 10,43. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan
rata-rata pada kelompok kontrol. Siswa yang belum mencapai KKM sebesar 65
pada kelompok eksperimen hanya 1 siswa, sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 4 siswa.
4.4.3 Analisis Deskriptif Keaktifan Siswa
Peneliti menggunakan teknik nontes yaitu obsevasi untuk mengukur
keaktifan siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengamatan
keaktifan siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian perlakuan.
-
70
4.4.3.1 Analisis Deskriptif Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan
Analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa sebelum tindakan
dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum dan rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil observasi keaktifan siswa kelas IV A sebagai kelompok eksperimen
ditetapkan sebagai nilai keaktifan awal sebelum diberikan perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.18
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok Eksperimen
Sebelum Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 31 55 40,67 5,517
Valid N
(listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen adalah 40,67 dengan nilai
minimum 31 dan nilai maksimum 55, sedangkan standar deviasinya adalah 5,517.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
Grafik 4.5
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Eksperimen Sebelum
Tindakan
-
71
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi keaktifan
siswa sebelum tindakan pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Hasil
analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa kelompok kontrol sebelum
diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.19
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok Kontrol
Sebelum Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KONTROL 22 33 51 40,50 5,040
Valid N
(listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok kontrol adalah 40,50 dengan nilai
minimum 33 dan nilai maksimum 51, sedangkan standar deviasinya adalah 5,040.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
Grafik 4.6
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Kontrol Sebelum Tindakan
-
72
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi keaktifan
siswa sebelum tindakan pada kelompok kontrol berdistribusi normal.
Hasil observasi keaktifan siswa sebelum diberikan perlakuan/ tindakan
kelas IVA sebagai kelompok eksperimen ditetapkan sebagai nilai keaktifan awal
dengan rata-rata 40,67 sedangkan rata-rata hasil observasi keaktifan siswa
sebelum tindakan kelas IVB sebagai kelompok kontrol adalah 40,50. Terdapat
selisih rata-rata nilai keaktifan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yaitu sebesar 0,17. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kelompok
eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata
pada kelompok kontrol. Meskipun begitu perbedaan rata-rata hasil observasi
keaktifan siswa sebelum tindakan pada kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak berbeda jauh.
4.4.3.2 Analisis Deskriptif Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan juga
dilakukan untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum dan rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil observasi keaktifan siswa kelas IV A sebagai kelompok eksperimen
ditetapkan sebagai nilai akhir keaktifan setelah diberikan perlakuan dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.20
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok Eksperimen
Setelah Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
EKSPERIMEN 21 46 69 53,57 6,554
Valid N
(listwise) 21
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok eksperimen adalah 53,57 dengan nilai
-
73
minimum 46 dan nilai maksimum 69, sedangkan standar deviasinya adalah 6,554.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
Grafik 4.7
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Eksperimen Setelah Tindakan
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi keaktifan
siswa setelah tindakan pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Hasil
analisis deskriptif hasil observasi keaktifan siswa kelompok kontrol setelah
diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.21
Tabel Deskriptif Hasil Observasi Keaktifan Siswa Kelompok Kontrol Setelah
Tindakan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KONTROL 22 38 56 45,18 5,333
Valid N
(listwise) 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil
observasi keaktifan siswa dari kelompok kontrol adalah 45,18 dengan nilai
minimum 38 dan nilai maksimum 56, sedangkan standar deviasinya adalah 5,333.
Berdasarkan tabel deskriptif tersebut dapat dibuat histogram seperti berikut:
-
74
Grafik 4.8
Grafik Histogram Keaktifan Siswa Kelompok Kontrol Setelah Tindakan
Kurva lengkung tersebut menunjukan bahwa data hasil observasi keaktifan
siswa setelah tindakan pada kelompok kontrol berdistribusi normal.
Hasil observasi keaktifan siswa setelah diberikan perlakuan/ tindakan
kelas IVA sebagai kelompok eksperimen ditetapkan sebagai nilai akhir keaktifan
siswa dengan rata-rata 53,57 sedangkan rata-rata hasil observasi keaktifan siswa
setelah tindakan kelas IVB sebagai kelompok kontrol adalah 45,18. Terdapat
selisih rata-rata nilai keaktifan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yaitu sebesar 8,39. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kelompok
eksperimen memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan rata-rata
pada kelompok kontrol. Berbeda dengan hasil observasi keaktifan siswa sebelum
tindakan, hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol hasilnya memiliki perbedaan yang cukup besar
yaitu 8,39. Akan tetapi untuk mengetahui apakah hasil tersebut berbeda secara
signifikan maka harus dibuktikan dengan melakukan Uji beda atau Uji-t.
-
75
4.5 Hasil Analisis Data Penelitian
4.5.1 Uji-T Post-test
Pengujian dengan menggunakan uji-t dilakukan terhadap hasil post-test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan kelompok
kontrol yang menggunakan metode konvensional. Data dianalisis dengan teknik
uji-t atau t-test dengan menggunakan program SPSS for Windows Version 16.0.
Tabel di bawah ini merupakan hasil dari uji-t hasil post-test antara
kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional dalam
pembelajaran.
Tabel 4.22
Hasil Uji-T Post-test
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NILAI
POST-
TEST
Equal
variances
assumed
2.810 .101 2.154 41 .037 10.422 4.838 .651 20.193
Equal
variances
not
assumed
2.169 38.578 .036 10.422 4.804 .702 20.143
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil F hitung Levene’s Test
sebesar 2,810 dengan signifikansi 0,101 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
kedua populasi memiliki varians data yang sama atau homogen. Dikarenakan
-
76
data post-test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut
homogen, maka hasil perhitungan yang digunakan adalah hasil pada asumsi
Equal Variances Assumed. Dapat terlihat dari tabel diatas pada deret Equal
Variances Assumed, nilai adalah 2,154 dengan signifikansi 0,037 < 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil
belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata
kedua kelompok adalah sebesar 10,422.
Rata-rata hasil belajar siswa setelah perlakuan pada kelompok eksperimen
adalah 89,29 dan rata-rata hasil belajar siswa setelah perlakuan pada kelompok
kontrol adalah 78,86. Berdasarkan perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat disimpulkan bahwa rata-rata
hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
hasil belajar siswa kelompok kontrol yang menggunakan metode konvensional.
Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan metode
konvensional.
4.5.2 Uji-T Observasi Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Pengujian dengan menggunakan uji-t juga dilakukan terhadap hasil
observasi keaktifan siswa setelah diberikan perlakuan atau tindakan. Pengujian
ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata hasil observasi
keaktifan siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan kelompok kontrol yang menggunakan
metode konvensional. Data yang akan dianalisis adalah data hasil observasi
keaktifan siswa setelah perlakuan yang dianalisis dengan teknik uji-t atau t-test
dengan menggunakan program SPSS for Windows Version 16.0.
Tabel di bawah ini merupakan hasil dari uji-t nilai keaktifan siswa setelah
tindakan antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode
konvensional dalam pembelajaran.
-
77
Tabel 4.23
Hasil Uji-T Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differ
ence
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NILAI
PASCA
Equal
variances
assumed
,859 ,359 4,614 41 ,000 8,390 1,818 4,717 12,062
Equal
variances
not
assumed
4,592 38,589 ,000 8,390 1,827 4,693 12,087
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil F hitung Levene’s Test
sebesar 0,859 dengan signifikansi 0,359 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
kedua populasi memiliki varians data yang sama atau homogen. Dikarenakan
data hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan dari kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol tersebut homogen, maka hasil perhitungan yang digunakan
adalah hasil pada asumsi Equal Variances Assumed. Dapat terlihat dari tabel
diatas pada deret Equal Variances Assumed, nilai adalah 4,614 dengan
signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada keaktifan siswa setelah tindakan pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata kedua kelompok adalah sebesar 8,39.
Rata-rata hasil observasi keaktifan siswa setelah perlakuan pada kelompok
eksperimen adalah 53,57 dan rata-rata hasil observasi keaktifan siswa setelah
perlakuan pada kelompok kontrol adalah 45,18. Berdasarkan perbedaan rata-rata
hasil observasi keaktifan siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil observasi keaktifan siswa kelompok
-
78
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil observasi keaktifan siswa kelompok
kontrol yang menggunakan metode konvensional. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan keaktifan siswa pada kelompok yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan yang menggunakan metode
konvensional.
4.6 Hasil Uji Hipotesis
4.6.1 Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa
Hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab II harus di uji untuk
mendapatkan keputusan hipotesis manakah yang diterima. Hipotesis yang
pertama kaitanya dengan efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Team Game Tournament) dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II
2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament) tidak efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II
2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II
2013/2014.
Dasar pengambilan keputusan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Apabila sig. (2-tailed) > 0,05, maka diterima dan ditolak.
2. Apabila sig. (2-tailed) < 0,05, maka ditolak dan diterima.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel hasil uji-t post-test dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol terlihat bahwa sebesar 2,154 dengan
nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,037. Nilai signifikansi menunjukan lebih kecil dari
0,05 atau 0,037 < 0,05, sehingga ditolak dan diterima. Maka dapat
-
79
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game Tournament) efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II 2013/2014.
4.6.2 Hasil Uji Hipotesis Keaktifan Siswa
Hipotesis yang kedua kaitannya dengan efektivitas penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap keaktifan siswa yaitu efektivitas
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament)
dalam meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran matematika Kelas IV
SD Negeri Cukil 01 Semester II 2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament) tidak efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II
2013/2014.
: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament) efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II
2013/2014.
Dasar pengambilan keputusan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Apabila sig. (2-tailed) > 0,05, maka diterima dan ditolak.
2. Apabila sig. (2-tailed) < 0,05, maka ditolak dan diterima.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel hasil uji-t keaktifan siswa setelah
tindakan dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlihat bahwa
sebesar 4,614 dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai signifikansi
menunjukan lebih kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,05, sehingga ditolak dan
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) efektif dalam meningkatkan
keaktifan siswa pada pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01
Semester II 2013/2014.
-
80
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji kedua hipotesis yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Tournament) efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada
pembelajaran matematika Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II 2013/2014.
Hasil uji-T terhadap hasil post-test menunjukan nilai sebesar 2,154 dengan
nilai signifikansi 0,037. Nilai signifikansi menunjukan lebih kecil dari 0,05 atau
0,037< 0,05, sehingga ditolak dan diterima. Sedangkan hasil uji-T terhadap
hasil observasi keaktifan siswa setelah tindakan menunjukan nilai sebesar
4,614 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi menunjukan lebih kecil
dari 0,05 atau 0,000 < 0,05, sehingga ditolak dan diterima.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT lebih baik daripada hasil belajar kelompok kontrol yang menggunakan
metode konvensional. Selain itu kelompok eksperimen juga tergolong lebih aktif
daripada kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) efektif dalam
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa pada pembelajaran matematika
Kelas IV SD Negeri Cukil 01 Semester II 2013/2014.
Menurut Slavin (2010:4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor
kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan
anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Pendapat lain yaitu dari Suprihatiningrum (2013:210) berpendapat bahwa
pembelajaran TGT menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan
suku atau ras yang berbeda. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen diberikan
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dalam
-
81
pembelajaran, siswa dalam kelompok eksperimen juga dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil yang heterogen. Selanjutnya, pembelajaran lebih banyak diisi
dengan presentasi dan diskusi dalam bentuk turnamen dan pada akhirnya
kelompok pemenang turnamen akan mendapatkan penghargaan.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan,
begitu pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Menurut Suarjana
(Windarti, 2013:24) kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT
adalah lebih meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, mengedepankan
penerimaan terhadap perbedaan individu, siswa dapat menguasai materi secara
mendalam, proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa,
mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, motivasi belajar
lebih tinggi, hasil belajar lebih baik, meningkatkan kebaikan budi kepekaan dan
toleransi. Penelitian ini membuktikan bahwa pendapat dari Suarjana yang
menyatakan bahwa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
membuat pembelajaran berlangsung dengan keaktifan dari siswa dan memberikan
hasil belajar yang lebih baik memang benar. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata
hasil post-test kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
hasil post-test kelompok kontrol. Selain itu, hasil observasi keaktifan siswa juga
menunjukan bahwa kelompok eksperimen lebih aktif dibanding dengan kelompok
kontrol.
Dilihat dari sisi yang lain, model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga
memberikan manfaat berdasarkan kelebihannya. Dilihat dari sisi pencurahan
waktu pada tugas, pembelajaran pada kelompok eksperimen lebih banyak
mengalokasikan waktu dalam mengerjakan tugas-tugas dibanding dengan
pembelajaran pada kelompok kontrol yang menggunakan model pembalajaran
konvensional. Dilihat dari sisi penerimaan terhadap perbedaan individu, siswa
pada kelompok ekperimen lebih dapat menerima perbedaan diantara mereka. Hal
ini tampak dari kegiatan siswa di dalam kelompok yang mengedepankan
kerjasama sehingga siswa harus mampu menyesuaikan diri dengan siswa lain
yang ada dalam kelompoknya. Dilihat dari sisi penguasaan materi, siswa dalam
kelompok eksperimen dapat dikatakan lebih menguasai materi. Hal ini dibuktikan
-
82
dengan hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar pada
kelompok kontrol. Dilihat dari sisi proses mendidik siswa untuk berlatih
bersosialisasi dengan orang lain, siswa dalam kelompok eksperiman kemampuan
bersosialisasi yang lebih baik dibanding dengan siswa dalam kelompok kontrol.
Hal ini disesbabkan oleh pembelajaran dalam kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas sehingga mereka dituntut
untuk saling berhubungan. Dilihat dari sisi motivasi belajar, siswa pada kelompok
ekperimen tampak lebih termotivasi dalam belajar karena dalam pembelajaran,
siswa tampak lebih antusias. Dilihat dari sisi kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi, siswa dalam kelompok eksperimen juga lebih baik. Hal ini tidak terlepas
dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang membagi siswa dalam
kelompok-kelompok sehingga kepekaan terhadap siswa lain dalam kelompok
beserta toleransi antar siswa dalam kelompok akan lebih terbentuk untuk setiap
siswa.
Kendala yang dialami pada saat penelitian ini antara lain siswa menjadi
sulit dikendalikan terutama pada saat diskusi. Selain itu untuk menentukan
anggota kelompok yang benar-benar heterogen berdasarkan kesukuan tidak
mungkin dilakukan karena semua murid di Kelas IV SD Cukil 01 merupakan
keturunan suku Jawa. Oleh karena itu, heterogenitas pembagian kelompok
didasarkan pada jenis kelamin, agama, dan prestasi akademik. Akan tetapi kendala
seperti diatas dapat ditangani, dan apabila guru sudah terbiasa menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT maka tidak akan ada lagi kesulitan
dalam melakukan pembelajaran berkelompok.