BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1...
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Tamalate Kec. Kota Timur merupakan salah satu dari 7 (tujuh)
Puskesmas yang ada di Kota Gorontalo, dimana wilayahnya mencakup 11 Kelurahan
yang ada di wilayah Kecamatan Kota Timur. Puskesmas Tamalate terdapat
dikelurahan Tamalate dan berbatasan langsung dengan kecamatan Kabila yang
merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kab. Bone Bolango.
Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Tamalate adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Kabila.
2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kel. Dembe II Kota Utara.
3. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Teluk Tomini.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kel. Biawu Ke. Kota Selatan.
Luas Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kecamatan Kota Timur adalah
15,96 Km2.Dengan perincian luas wilayah tiap kelurahan adalah sebagai berikut :
1. Kel. Tamalate 0,85 Km2
2. Kel. Padebuolo 0,62 Km2
3. Kel. Moodu 1,99 Km2
4. Kel. Heledulaa Utara 0,91 Km2
5. Kel. Heledulaa Selatan 1,18 Km2
2
6. Kel. Ipilo 0,59 Km2
7. Kel. Bugis 0,48 Km2
8. Kel. Botu 1,78 Km2
9. Kel. Talumolo 3,79 Km2
10. Kel. Leato Utara 1,72 Km2
11. Kel. Leato Selatan 2,08 Km2
Total Luas 15,96 Km2
Sumber : Data Sekunder, 2010
Gambar 4.1
Luas Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
3
4.1.2 Gambaran Kependudukan
a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja puskesmas Tamalate berdasarkan
data terbaru 2010 berjumlah 43.449 jiwa dengan perincian laki-laki berjumlah 21.465
jiwa dan perempuan 21.984 jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tamalate adalah 2.722 / Km2.
b. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Kesehatan
a. 1 buah Puskesmas Induk
b. 1 buah Rumah Dinas Dokter
c. 8 buah Rumah Dinas Tenaga Paramedis
d. 6 buah Puskesmas Pembantu
e. 8 buah Polindes dan 32 Posyandu
f. 2 buah Poskesdes
2. Tenaga
a. 4 orang Dokter Umum (1 sedang pendidikan spesialis)
b. 1 orang S1 Keperawatan
c. 8 Orang D3 Keperawatan
d. 4 Orang SPK
e. 7 Orang D3 Nutrisionis
f. 5 Orang SKM
g. 2 Orang AKL
4
h. 5 Orang D1 Sanitasi
i. 7 Orang D3 Kebidanan
j. 4 Orang D1 Kebidanan
k. 2 Orang Perawat Gigi
l. 1 Orang Pekarya Kesehatan
m. 1 Orang Farmasi
n. 1 Orang Apoteker
o. 1 Orang SMK
p. 3 Orang SMU
q. 6 Orang Honor Daerah
r. 5 Orang Tenaga Abdi
Jumlah Tenaga : 67 orang
3. Kader Kesehatan
a. 155 orang Kader Posyandu
b. 35 orang Guru UKS
c. 10 orang Dukun Terlatih
c. Insiden/Prevalensi Penyakit di Puskesmas Tamalate
Prevalensi penyakit Common Cold menandakan dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu jauh peningkatannya. Hal ini sungguh
sangat mencemaskan warga yang berada diwilayah puskesmas tamalate karena
sebagian besar penderita penyakit Common Cold adalah anak-anak yang berusia
dibawah 5 tahun. Penyakit ini pada tahun-tahun-tahun sebelumnya menyerang
5
sebagian besar anak balita dengan jenis kelamin yang sama ( artinya perempuan dan
laki-laki memiliki tingkat kesakitan yang sama ) akan tetapi pada tahun 2011 jumlah
penderita perempuan meningkat dibandingkan jumlah laki-laki. Peningkatan penyakit
ini masih dianggap hanyalah penyakit yang biasa oleh para orang tuanya. Hal ini bisa
saja disebabkan karena orang tua hanya memperhatikan gejala dari penyakit ini yang
dianggap hanya penyakit biasa yaitu Batuk pilek biasa, demam yang ringan atau
kadang tidak ada demam, hidung berair atau hidung mampat. Penyakit Common Cold
dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, karena penyakit tersebut 95 % disebabkan
oleh virus. Contohnya Rhinovirus (Mediasari, 2002).
Penyakit ini dapat menular melalui bersin ataupun ludah yang nantinya dapat
dihirup ataupun ditelan oleh penderita. Berdasarkan hasil rekapan data puskesmas,
dapat dilihat bahwa penyakit ini meningkat di musim-musim penghujan meskipun di
musim-musim lainya tetap ada jumlah penderitanya akan tetapi dimusim penghujan
jumlah penderita bisa naik mencapai dua kali lipat. Selain itu penderita dengan
jumlah terbanyak terdapat didaerah tamalate itu sendiri. Karena penyakit Common
Cold merupakan penyakit yang berbasis lingkungan maka hal ini mugkin terjadi
karena di wilayah tamalate tersebut tingkat kebersihannya masih kurang terjaga. Ini
dapat dilihat dari pola hidup masyarakat sekitar dan lingkungan tempat mereka
tinggal. Maka dari itu perlu dilakukan penanganan terhadap penyakit ini dengan
mengubah perilaku dan gaya hidup masyarakat tersebut agar tidak dapat terkena
penyakit tersebut. Selain itu diperlukan juga peran serta dari pihak puskesmas
setempat untuk membantu pemahaman masyarakat terhadap pengertian penyakit
6
Common Cold, penyebaran, gejala, pencegahan, pengobatan bahkan pemberantasan
penyakit tersebut. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang berada diwilayah kerja
puskesmas tamalate dapat mencegah timbulnya penyakit tersebut dan peningkatan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
4.1.3 Analisis Univariat
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan maka hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
4.1.3.1 Analisis Univariat Hubungan Sanitasi Rumah dengan kejadian penyakit
Common Cold pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun
2012
1) Distribusi Responden menurut umur
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi responden menurut umur, dimana masing-masing responden memilki umur
yang berbeda. Adapun range umur ini terdiri dari < 20 tahun, 20 sampai 24 tahun, 25
sampai 29 tahun, 30 sampai 34 tahun, dan besar > 34 tahun. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
7
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Umur (Tahun) Jumlah
n %
< 20 6 3.0
20-24 47 23.5
25-29 46 23.0
30-34 44 22.0
> 34 57 28.5
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi responden menurut kelompok
umur yang terbanyak adalah umur > 34 tahun yaitu sebanyak 57 atau sebesar 28.5%,
sedangkan kelompok umur yang jumlahnya sedikit yaitu < 20 Tahun sebanyak 6 atau
3%.
2) Distribusi responden berdasarkan Tempat tinggal
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi responden menurut alamat, yang terdiri dari Kelurahan Tamalate, Ipilo dan
Talumolo. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
8
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Alamat (Kelurahan) Jumlah
n %
Tamalate 137 68.5
Ipilo 21 10.5
Talumolo 42 21.0
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan tempat
tinggal atau Kelurahan yang terbanyak yaitu Tamalate sebesar 68.5%, sedangkan
Keluruhan Ipilo dengan data yang terkecil sebesar 10.5%.
3) Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi responden berdasarkan pekerjaan, yang terdiri dari Karyawan, Mahasiswa,
Pedagang, Pegaawai, URT, Wiraswasta, dan Wirausaha. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
9
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Pekerjaan Jumlah
n %
URT 172 86.0
PNS 10 5.0
Wirausaha 13 6.5
Karyawan 4 2.0
Mahasiswa 1 0.5
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan
pekerjaan yang paling banyak adalah Usaha Rumah Tangga sebanyak 172 atau 86%
dan yang paling sedikit mahasiswa sebanyak 1 atau sebesar 0.5%.
4) Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi sampel berdasarkan umur, dimana masing-masing sampel memilki umur
yang berbeda dan jenis kelamin yang berbeda. Adapun range umur terdiri dari 0
sampai 11 bulan, 12 sampai 23 bulan, 24 sampai 35 bulan, 36 sampai 47 bulan, dan
48 sampai 59 bulan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
10
Tabel 4.4
Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Umur (Bulan) Jumlah
n %
0-11 51 25.5
12-23 31 15.5
24-35 48 24.0
36-47 32 16.0
48-59 38 19.0
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut
kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur 0-11 bulan sebanyak 51 atau
sebesar 25.5%, sedangkan kelompok umur yang sedikit yaitu 12-23 bulan sebanyak
31 atau sebesar 15.5%.
5) Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
11
Tabel 4.5
Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Jenis Kelamin Jumlah
n %
Laki-laki 107 53.5
Perempuan 93 46.5
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut jenis kelamin
yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 107 atau sebesar 53.5% dan perempuan
sebesar 93 atau 46.5%.
6) Distribusi Sampel Berdasarkan Kejadian Penyakit Common Cold
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi sampel kejadian penyakit Common dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6
Distribusi Balita Berdasarkan Kejadian Penyakit Common Cold
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Kejadian penyakit Common cold Jumlah
n %
Ya 174 87.0
Tidak 26 13.0
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
12
Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi balita berdasarkan kejadian
penyakit Common cold, dimana penderitanya sebanyak 174 atau sebesar 87% dan
yang tidak penderita sebanyak 26 atau sebesar 134%.
7) Distribusi Sampel Berdasarkan Ventilasi
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi sampel berdasarkan ventilasi. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Distribusi Sampel Berdasarkan Ventilasi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Ventilasi Jumlah
n %
Tidak memenuhi syarat 74 37.0
Memenuhi syarat 126 63.0
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa distribusi sampel berdasarkan ventilasi
yang paling banyak yaitu memenuhi syarat sebanyak 126 atau sebesar 63%
sedangkan ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 74 atau sebesar 37%.
8) Distribusi Sampel Berdasarkan Kepadatan Hunian
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi sampel berdasarkan kepadatan hunian. Hal ini dapat terlihat pada tabel
berikut:
13
Tabel 4.8
Distribusi Sampel Berdasarkan Kepadatan Hunian
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Kepadatan Hunian Jumlah
n %
Padat 111 55.5
Tidak padat 89 44.5
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa distribusi sampel berdasarkan kepadatan
hunian yang paling banyak yaitu tingkat kepadatan sebanyak 111 atau sebesar 55.5%
sedangkan untuk kepadatan hunian yang tidak padat sebanyak 89 atau sebesar 44.5%.
9) Distribusi Sampel Berdasarkan Pencahayaan
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi sampel berdasarkan pencahayaan. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9
Distribusi Sampel Berdasarkan Pencahayaan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Pencahayaan Jumlah
n %
Buatan 67 33.5
Alami 133 66.5
Jumlah 200 100.0
Sumber : Data Primer
14
Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa distribusi sampel berdasarkan
pencahayaan yang paling banyak yaitu pencahayaan alami sebesar 133 atau 66.5%
sedangkan pencahayaan buatan sebesar 67 atau 33.5%.
10) Distribusi Sampel Berdasarkan Adanya Perokok
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
distribusi sampel berdasarkan pencahayaan. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10
Distribusi Sampel Berdasarkan Adanya Perokok
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate
Tahun 2012
Adanya Perokok Jumlah
n %
Ya (Bapak) 153 76.5
Tidak 47 23.5
Total 200 100.0
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa distribusi sampel berdasarkan ada
tidaknya perokok dalam rumah. Sesuai hasil penelitian terdapat perokok yang
sebanyak 153 atau sebesar 76,5% dan yang tidak merokok sebanyak 47 atau sebesar
23,5%.
15
4.1.3.2 Analisis Bivariat Hubungan Sanitasi Rumah dengan kejadian penyakit
Common Cold pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun
2012
1) Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan Ventilasi di
Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
hubungan antara ventilasi dengan kejadian penyakit Common cold pada Balita dapat
digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11
Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan Ventilasi di Wilayah
kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Ventilasi
Kejadian Penyakit
Common cold Jumlah
X2
Hitung Ya Tidak
n % n %
Tidak Memenuhi syarat 64 86.5 10 13.5 74
0.027 Memenuhi syarat 110 87.3 16 12.7 126
Jumlah 174 87 26 13 200
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11 terlihat bahwa ventilasi baik yang
tidak memenuhi syarat maupun yang memenuhi syarat banyak terdistribusi pada
kejadian penyakit Common Cold dimana untuk ventilasi yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 64 atau sebesar 86.5% dan memenuhi syarat sebanyak 110 atau sebesar
87.3%. Sedangkan untuk ventilasi baik yang tidak memenuhi syarat maupun yang
memenuhi syarat sedikit terdistribusi pada tidak adanya kejadian penyakit Common
16
Cold dimana yang tidak memenuhi syarat sebanyak 10 atau sebesar 13.5% dan
memenuhi syarat sebanyak 16 atau sebesar 12.7%.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.12 di peroleh dari uji chi square, atau
χ2 hitung sebesar 0.027, dimana χ
2 hitung < dari χ
2 tabel sebesar 3.841. Jadi, H0 di terima
yaitu tidak terdapat hubungan ventilasi dengan kejadian penyakit Common cold pada
balita.
2) Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan Kepadatan
Hunian di Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan
hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit Common cold pada
Balita dapat digambarkan pada tabel berikut ini
Tabel 4.12
Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan Kepadatan Hunian di
Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Kepadatan Hunian
Kejadian Penyakit Common cold
Jumlah X
2
Hitung Ya Tidak
n % n %
Padat 100 90.1 11 9.9 111
2.106 Tidak Padat 74 83.1 15 16.9 89
Jumlah 174 87 26 13 200
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.12 terlihat bahwa kepadatan hunian
baik yang padat maupun yang tidak padat banyak terdistribusi pada kejadian penyakit
Common Cold dimana untuk kepadatan hunian yang padat sebanyak 100 atau
17
sebesar 90.1% dan yang tidak padat sebanyak 74 atau sebesar 83.1%. Sedangkan
kepadatan hunian yang padat maupun yang tidak padat sedikit terdistribusi pada tidak
adanya kejadian penyakit Common Cold dimana kepadatan hunian yang padat
sebanyak 11 atau sebesar 9.9% dan tidak padat sebanyak 15 atau sebesar 16.9%.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.13 di peroleh dari uji chi square, atau
χ2 hitung sebesar 2.106, dimana χ
2 hitung < dari χ
2 tabel 3.841. Jadi H0 di terima yaitu
tidak terdapat hubungan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit Common Cold
pada balita.
3) Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan Pencahayaan
Alami di Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan pola
hubungan antara pencahayaan dengan kejadian penyakit Common cold pada Balita
dapat digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.13
Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan Pencahayaan Alami di
Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Pencahayaan
Kejadian Penyakit Common Cold
Jumlah X
2
Hitung Ya Tidak
n % n %
Buatan 53 79.1 14 20.9 67
5.553 Alami 121 91 12 9 133
Jumlah 174 87 26 13 200
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 terlihat bahwa pencahayaan baik
yang buatan maupun yang alami banyak terdistribusi pada kejadian penyakit
18
Common Cold, dimana pencahayaan yang buatan sebanyak 53 atau sebesar 79.1 %
dan pencahayaan alami sebanyak 121 atau sebesar 91%. Sedangkan pencahayaan
baik yang buatan maupun yang alami sedikit terdistribusi pada tidak adanya kejadian
penyakit Common col, dimana untuk pencahayaan yang buatan sebanyak 14 atau
sebesar 20.9 % dan pencahayaan yang alami sebanyak 12 atau sebesar 9%.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.14 di peroleh dari uji chi square, atau
χ2 hitung sebesar 5.553, dimana χ
2 hitung > dari χ
2 tabel sebesar 3.841. Jadi, Ho di tolak
yaitu terdapat hubungan pencahyaan dengan kejadian penyakit Common cold pada
balita.
4) Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan adanya Perokok
di Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Di wilayah kerja Puskesmas Tamalate pada hasil penelitian didapatkan pola
hubungan antara perokok dengan kejadian penyakit Common cold pada Balita dapat
digambarkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.14
Distribusi kejadian penyakit Common cold berdasarkan adanya Perokok di
Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Tahun 2012
Adanya Perokok
Kejadian Penyakit Common cold
Jumlah X
2
Hitung Ya Tidak
n % n %
Ya 137 89.5 16 10.5 153
3.721 Tidak 37 78.7 10 21.3 47
Jumlah 174 87 26 13 200
Sumber : Data Primer
19
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 terlihat bahwa adanya perokok
maupun tidak adanya perokok banyak terdistribusi pada adanya kejadian penyakit
Common Cold dimana ada perokok sebanyak 137 atau sebesar 89,5% dan tidak aada
perokok sebanyak 37 atau sebesar 78.7%. Sedangkan adanya perokok maupun tidak
adanya perokok sedikit terdistribusi pada tidak adanya kejadian penyakit Common
Cold dimana untuk ada perokok sebanyak 16 atau sebesar 11.8% dan yang tidak
perokok sebanyak 10 atau sebesar 21.3%.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.14 di peroleh dari uji chi square, atau
χ2 hitung sebanyak 3.721 dimana χ
2 hitung < dari χ
2 tabel 3.841. Jadi Ho di terima yaitu
tidak terdapat hubungan adanya perokok dengan kejadian penyakit Common Cold
pada balita.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan sanitasi rumah dengan
kejadian penyakit Common cold pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas Tamalate
Kota Gorontalo Tahun 2012, selanjutnya akan dibahas sesuai dengan variabel yang
diteliti.
4.2.1 Ventilasi Rumah
Menurut Notoatmodjo (2003), rumah yang ventilasinya tidak memenuhi
syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah, hal ini disebabkan
karena proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak lancar, sehingga
bakteri penyebab penyakit infeksi saluran pernafasan yang ada di dalam rumah tidak
dapat keluar.
20
Dari hasil analisis uji chi square atau χ2 hitung dimana, χ
2 hitung < dari χ
2 tabel
sehingga tidak terdapat hubungan ventilasi dengan kejadian penyakit Common Cold
pada balita. Berdasarkan hasil Observasi dan penelitian, dimana pada balita
responden mempunyai kebiasaan bermain di luar rumah, hal ini disebabkan karena
keinginan bermain dengan teman-temannya sehingga untuk proses pertukaran udara
atau konsumsi oksigen di dapatkan secara langsung dari luar rumah. Di samping itu
untuk kondisi rumah banyak ditemukan lantai yang kotor karena di sebabkan oleh
binatang peliharaan (Ayam dan anjing) yang masuk keluar dalam rumah, bertepatan
juga banyak balita sedang bermain dengan mainannya, bahkan tidur di lantai yang
kotor, sehingga keadaan tersebut dapat memicu terjadinya penyakit Common cold.
Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan orang tua terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Sebagian juga di temukan balita banyak mengkonsumsi es
sehingga menimbulkan demam, batuk dan pilek, karena faktor daya tahan tubuh juga
menentukan besar kecilnya risiko balita mengalami penyakit Common cold. Adapun
untuk wilayah kerja Puskesmas Tamalate, rumah penduduk seperti Kelurahan
Talumolo dan Bugis berdekatan dengan pantai, sehingga cuaca pada siang hari
maupun malam hari terasa dingin dan bisa mengakibatkan terjadinya penyakit
Common cold. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Akbar, 2008 bahwa penyakit
Common Cold yang di sebabkan oleh virus, sering terjadi pada musim dingin dan
awal musim semi dan biasanya di daerah yang berdekatan dengan pantai maupun
pegunungan.
21
4.2.2 Kepadaatan Hunian
Kepadatan hunian dalam satu rumah akan memberikan pengaruh bagi
penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping
menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi pernafasan (Notoadmodjo, 2003).
Dari hasil analisis uji chi square atau χ2 hitung dimana, χ
2 hitung < dari χ
2 tabel
sehingga tidak terdapat hubungan ventilasi dengan kejadian penyakit Common Cold
pada balita. Sesuai dengan hasil Observasi dan penelitian bahwa jumlah anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah itu tidak menetap, karena biasanya sebagian
dari anggota keluarga mereka ada yang bekerja di luar kota. Sehingga dalam satu
rumah tidak terjadi kepadatan hunian yang berkepanjangan. Adapun kondisi dalam
rumah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalate yang bangunannya kecil
terdapat banyak barang-barang (perabot) di dalam rumah sehingga mengakibatkan
kurangnya konsumsi Oksigen dan proses pernafasan terganggu. Selain itu, banyak
bangunan/rumah masyarakat, dindingnya terbuat dari papan, bambu dan rotan yang
mengakibatkan kelembaban dan menjadi tempat perkembangbiakkan bakteri dan
jamur. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmadania,2008 tentang sanitasi rumah
terhadap infeksi saluran pernafasan, dimana penyakit Common cold bukan hanya
dipengaruhi oleh banyaknya orang yang tinggal dalam satu rumah tetapi Common
cold bisa berpengaruh pada banyaknya barang-barang yang ada dalam satu rumah
dan struktur bangunan rumah yang tidak memenuhi syarat.
22
4.2.3 Pencahayaan Alami
Menurut Atmosukarto dan Soeswati (2000), kuman atau bakteri dapat
bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, dan mati bila terkena sinar matahari,
Kuman atau bakteri akan mati dalam waktu 2 jam oleh sinar matahari. Menurut Lubis
dan Notoatmodjo (2003) cahaya matahari mempunyai sifat membunuh bakteri dan
virus yang dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan seperti Common
cold, ISPA dan pneumonia. Menurtut Depkes RI (2002), kuman hanya dapat mati
oleh sinar matahari langsung.
Dari hasil analisis uji chi square atau χ2 hitung dimana, χ
2 hitung < dari χ
2 tabel
sehingga terdapat hubungan pencahayaan dengan kejadian penyakit Common Cold
pada balita. Sesuai hasil Observasi maupun penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Tamalate, sebagian dari masyarakat menggunakan cahaya buatan pada siang hari. Hal
ini disebabkan oleh adanya musim hujan dan mendung pada saat itu sehingga
masyarakat menggunakan cahaya buatan berupa lampu listrik untuk menerangi
ruangan yang gelap, tetapi penggunaannya tidak berlangsung lama sehingga tidak
menyebabkan adanya kejadian penyakit Common Cold. Selain itu sebagian rumah
masyarakat jendelanya saling berdekatan antara rumah yang satu dengan yang
lainnya, karena di sebabkan oleh padatnya rumah dalam satu wilayah, bahkan
sebagian jendela masyarakat berbahan kaca yang tidak bisa dibuka sehingga proses
pertukaran udara maupun cahaya yang masuk tidak lancar atau terhambat, hal ini di
pengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana sanitasi rumah
yang memenuhi syarat. Sesuai data penduduk yang ada di kelurahan, khususnya
23
kelurahan tamalate, ipilo dan talumolo pada Tahun 2011 taraf pendidikannya rata-rata
dibawah sampai Sekolah Dasar. Menurut Oktaviani, 2009 dalam penelitiannya
hubungan sanitasi fisik rumah dengan penyakit saluran pernafasan di Desa Cepego
Kabupaten Boyolali, bahwa ventilasi yang terbuat dari bahan kaca yang tidak bisa
dibuka akan mempengaruhi kelembaban yang tinggi dan dapat membahayakan
kesehatan sehingga menyebabkan kejadian penyakit Common Cold.
4.2.4 Adanya Perokok
Berbagai penelitian membuktikan asap rokok yang ditebarkan orang lain,
imbasnya bisa menyebabkan berbagai penyakit, bukan saja pada orang dewasa, tapi
terutama pada bayi dan anak-anak. Mulai dari aneka gangguan pernapasan pada bayi,
infeksi paru dan telinga, gangguan pertumbuhan, sampai kolik (gangguan pada
saluran pencernaan bayi) (Meta, 2008).
Dari hasil analisis uji chi square atau atau χ2 hitung dimana, χ
2 hitung < dari χ
2 tabel
sehingga tidak terdapat hubungan adanya perokok dengan kejadian penyakit Common
cold pada balita. Sesuai hasil Observasi maupun penelitian di wilayah kerja
Puskesmas Tamalate, perokok banyak di dominasi oleh bapak, tetapi ditemukan
banyak dari mereka yang mengkonsumsi rokok berada di luar rumah, sehingga tidak
terjadi paparan asap di dalam rumah secara langsug. Pola asuh juga sangat
menentukan tingkat kejadian penyakit Common cold pada balita, karena ditemukan
sebagian orang tua balita membiarkan anak-anaknya bermain di luar rumah dengan
berbagai macam mainan dan mainan itu di masukkan kedalam mulut. Hal ini, tanpa
24
disadari kebiasaan buruk tersebut merupakan proses masuknya virus dan bakteri atau
proses penularan terjangkitnya penyakit Common cold pada anak balita.
Dengan adanya kebiasaan balita bermain di luar rumah, tanpa disadari oleh
orang tua, bahwa di luar rumah banyak yang mengkonsumsi rokok sehingga bila ada
perokok aktif maka akan terjajdi paparan asap rokok secara langsung kepada balita
itu sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayati, 2011 bahwa paparan asap rokok
adalah suatu penyebab utama terjadinya penyakit Common Cold. Efek paparan asap
rokok dapat menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek yang ditimbulkan pada
perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko tertinggi. Perokok maupun yang
terhirup asap rokok memiliki resiko yang lebih besar dalam memperoleh penyakit
Common Cold.