IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Keadaan (Jmum ...
Transcript of IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Keadaan (Jmum ...
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Keadaan (Jmum Desa Mentulik
Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi
Riau yang memilil<i luas + 11.707,64 km'̂ atau 12,38 % dari luas Provinsi Riau. Secara
geografis Kabupaten Kampar terletak pada 100^29'56,9" - 10r40'47,l" BT dan
0''22'55,8" LS - 0°55'28,2" LU yang secara administrasi berbatasan dengan wilayah
sebelah Utara dengan Kota Pekan Paki dan Kabupaten Siak; sebelah Selatan dengan
Kabupaten Kuantan Singingi; sebelah Barat dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi
Sumatera Barat; dan sebelah Timur dengan Kabupaten Siak (Lampiran 1). Sebagian besar
Kabupaten Kampar merupakan daerah perbukitan yang berada di sepanjang Bukit Barisan
yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dengan ketinggian 200 - 300m dari
permukaan laut, beriklim tropis dengan temperatur suhu maksimal rata-rata 3 l^C - 32°C.
Danau oxbow banyak dijumpai di Kabupaten Kampar yang tersebar sepanjang
aliran Sungai Kampar. Danau-danau tersebut dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan
ikan yang potensial bagi penduduk Kampar. Salah satu diantaranya adalah Danau Paki
yang terdapat di Kecamatan Kampar Kiri Hilir.
Danau Paki secara geografis terletak di Desa Mentulik. Desa ini memiliki luas ±
12.000 ha, berada pada posisi 0''7'49,9r' - 0°17'14,3" L U dan 10l'^29'28,6 - 10l''37'58,9"
BT, dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Desa Siak Hulu, Selatan dengan Desa
Sungai Pagar, Timur dengan Kecamatan Langgam dan sebelah Barat dengan Kecamatan
Tambang.
Topografi Danau Paki terdiri dari dataran rendah, dimana danau ini terletak di
seberang Sungai Kampar Kiri, disekitar Danau Paki terdapat areal perkebunan kelapa
sawit dan karet yang dilakukan oleh penduduk. Untuk mencapai Danau Paki
mengharuskan penggunaan alat transportasi air (sampan, perahu mesin) dari Desa
Mentulik. Desa Mentulik ini berdasarkan orbitasinya dari ibukota kecamatan sejauh 25
km, dari ibukota kabupaten sejauh 70 km dan dari ibukota Provinsi sejauh 43 km (Kantor
Kecamatan Kampar Kiri Hilir).
21
4.1.2. Nitrat dan Fosfat
Konsentrasi nitrat pada penelitian di Danau Paki ini berkisar antara 0,441-0,633
mg/1 sedangkan konsentrasi fosfat berkisar antara 0,0581-0,0763 mg/1. Dengan ratio nitrat
dan fosfat 8,2 : 1 (Tabel 2).
Tabel 2. Perbandingan Nitrat dan Fosfat di Perairan Danau Paki Desa Mentulik Selama Penelitian
Parameter yang Diukur Satuan Stasiun
Parameter yang Diukur Satuan St 1 St 2 St 3
Nitrat mg/1 0,5763 0, 6220 0,4710 Fosfat mg/1 0,0687 0,0746 0,0600 Ratio N/P - 8,3851 8,3415 7,8456
Sumber: Data Primer
4.1.3. Kelimpahan Fitoplankton
Berdasarkan hasil analisis data selama penelitian di perairan Danau Paki Desa
Mentulik dapat diketahui bahwa kelimpahan rata-rata fitoplankton pada stasiun I
sebesar 63.367 sel/1, stasiun I I sebesar 60.950 sel/1 dan pada stasiun I I I sebesar 48.400
sel/1 (Tabel 3).
No. Jenis Nilai Kelimpahan
Total/Jeilis No. Jenis St 1 St 2 St 3 Total/Jeilis
Cyanophyceae
1 Aphantxapsa elachista 2.333 2.600 2.300 7.233
2 Calothrix coriacea 2.700 2.800 2.800 8.300
3 Dactylococcopsis acicularis 3.800 4.667 3.567 12.033
4 Holopedium irregulare 2.233 2.200 1.900 6.333
5 Microchaeta investiens 3.400 3.600 3.167 10.167
6 Microcytis flasaquae 1.900 2.333 1.767 6.000
7 Lyn^hya limnetica 1.667 1.567 1.150 4.383
8 Raphicliopsis curvata 3.867 3.667 2.567 10.100
9 Synechocystis aquetilUs 2.867 3.200 2.400 8.467
Bacillariophyceae
10 Nitzschia vermicularis 3.800 3.533 3.267 10.600
11 N. closterium 7.367 7.067 6133 20.567
12 N. curvala 5.400 4.700 4.000 14.100
1.3 fragilaria cyilindrus 1.933 1.833 1.567 5.333
Chlorophyceae
14 Closterium gracile 3.033 2.800 1.400 7.233
15 Schroederia setigara 7.500 7.133 5.533 20.167
16 Spyrogyra pseudoylinrica 4.900 4.550 2.400 11.850
17 Ulotnx zonata 933 1.400 0 2.333
18 Schroderia nitzschioides 1.400 1.300 933 3.633
Xanthophyceae
19 Batrydiopsis arrhiza 2.333 0 1.550 3.883 Total 63.367 60.950 48.400 172.717 Rata-rata 3.335 3.208 2.547
Sumber: Data Primer
22
4.1.4. Jenis Fitoplankton
Jenis fitoplankton yang ditemukan selama penelitian di sekitar perairan Danau
Paki Desa Mentulik terdiri dari 19 jenis dan 4 kelas, yang terdiri dari kelas
Cyanophyceae (9 spesies), kelas Bacillariophyceae (4 spesies), kelas Chlorophyceae (5
spesies), kelas Xanthhophyceae (1 spesies). Jenis fitoplankton yang teridentifikasi
selama penelitian berdasarkan kelas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis-Jenis Fitoplankton yang ditemukan di Perairan Danau Paki Selama Penelitian
Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Cyanophyceae Oscillatoriales Oscillatoriaceae Lyngbya Lyngbya limnetica
Nostocales Rivulariaceae Calothrix Calothrix coriacea
Chroococcales Chroococcaceae Microcytis Microcytis
Jlosaquae
Aphanocapsa Aphanocapsa
elachista
Synechocystis Synechocystis
aquetiUis
Microchaeta Microchaeta
investiens
Dactylococcopsis Dactylococcopsis
acicularis
Chroococcales Holopediumaceae Holopedium Holopedium
irregulare
Chroococcales Rhaphidiophyceae Raphidiopsis Raphidiopsis
curvata
Bacillariophyceae Epithemiales Nitzschiaceae Nitzschia Nitzschia
vermicularis
N. closterium
N. curvala
Paimales Fragileceae Fragilaria Fragilaria cylindrus
Chlorophyceae Ulotrichales Ulotrichaceae Ulotrix Ulotrix zonata
Chlorococcales Oocystaceae Closteropsis Closterium gracile
Characiaceae Schroederia Schroederia
nitzschioides
Schroederia setigara
Zygnemateles Zygnemataceae Spyrogyra Spyrogyra
pseudoylinrica
Xanthophyceae Mischococcales Pleurochloridaceae Batrydiopsis Batrydiopsis arrhiza
Sumber ; Data Primer
23
Nilai indeks keragaman jenis (H') di perairan Danau Paki Desa Mentulik yang
paling tinggi dijumpai pada stasiun 1 yaitu 4,545, terendah berada pada stasiun IJI
(3,0658). Nilai indeks dominansi jenis ( C ) fitoplankton tertinggi dijumpai pada
stasiun I I I (0,0703) dan terendah pada stasiun I (0,0679), sedangkan nilai indeks
keseragaman jenis (E') fitoplankton tertinggi dijumpai pada stasiun I I (0,9639). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Hasil Perhitungan Indeks Keragaman (H'), Dominansi ( C ) dan Keseragaman (E') Jenis Fitoplankton di Danau Paki Selama Penelitian
No Stasiun Indeks Keragaman Jenis (H')
Indeks Dominansi Jenis ( C )
Indeks Keseragaman Jenis (E')
1. I 4,5450 0,0679 0,9545 2. II 4,0195 0,0699 0,9639 3. III 3,8348 0,0703 0,9196
Sumber. Data Primer
4.1.5. Parameter Kualitas Perairan
Kualitas air memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pertumbuhan
mahluk yang hidup di air. Suatu perairan dianggap layak bila kualitas airnya mampu
mendukung kelangsungan hidup organisme yang terdapat di dalamnya. Hasil
pengukuran parameter kualitas perairan Danau Paki Desa Mentulik selama penelitian
adalah. suhu berkisar 27,4-30,4 "C, kecerahan berkisar 27-37 cm, kekeruhan berkisar
23-28 NTU, pH berkisar 5,9-6,3, oksigen terlarut berkisar 4,0-4,9 mg/1,
karbondioksida bebas berkisar 4,8-6,1 mg/1 (Lampiran 8). Adapun nilai rata-rata
pengukuran parameter kualitas air di Danau Paki dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil Pengukuran Rata-Rata Parameter Kualitas Perairan di Danau Paki Selama Penelitian
No. Parameter Satuan Stasiun
No. Parameter Satuan 1 2 3 1 Suhu °C 28,86 28,80 28.23
2 Kecerahan cm 34,67 33,00 29,00
3 Kekeruhan NTU 24,67 25.67 27,00
4 pH 6,13 6,23 6,00
5 O2 terlarut mg/1 4,70 4,57 4,13
6 CO2 bebas mg/1 5,00 5.20 5,83
7 Nitrat mg/1 0,58 0,62 0,47
8 Fosfat mg/1 0,07 0,07 0,06
Sumber : Data Primer
4.2. Pembahasan
4.2.1. Nitrat
Berdasarkan hasil penelitian di Danau Paki diketahui rata-rata konsentrasi nitrat
tertinggi dijumpai pada stasiun I I (0,622 mg/1) dan yang terendah terdapat pada stasiun I I I
24
(0,471 mg/1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Tingginya konsenterasi
nitrat pada stasiun II disebabkan stasiun ini sangat dekat dengan lokasi perkebunan kelapa
sawit, diduga nitrat berasal dari sisa pupuk maupun pestisida yang di gunakan petani dan
terbawa oleh air permukaan pada saat hujan. Sebagai mana yang di nyatakan oleh Effendi
(2003) bahwa imtuk meningkatkan pasokan nitrogen di dalam tanah maka petani
menggunakan urea, dimana urea ini mengandung amonium. Ketika terjadi hujan,
amonium ini akan terbawa melalui parit yang bermuara ke perairan Danau Paki. Selain itu
Hendersend-Seller dan Markland (1987) menyatakan bahwa unsur hara dapat masuk ke
dalam danau melalui proses alami seperti erosi yang disebabkan oleh angin atau air hujan.
Dalam jangka waktu tertentu akan menumpuk di perairan. Walaupun ketika dilakukannya
penelitian tidak terjadinya hujan, melihat kondisi danau yang airnya tidak mengalir dan
lambatnya kecepatan arus maka akan terjadi penumpukan nirat.
Selain dekat dengan perkebunan kelapa sawit di sekitar stasiun I I banyak dijumpai
pepohonan yang rindang sehingga daun-daun yang gugur akan jatuh ke perairan. Daim
yang jatuh ke perairan dalam waktu tertentu akan mengalami proses dekomposisi oleh
jamiir dan bakteri. Dari proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan akan
mengahasilkan amoniak. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Effendi (2003) bahwa
sumber amoniak di perairan adalah dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea)
dan nitrogen organik yang terdapat dalam tanah dan air yang berasal dari proses
dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang sudah mati). Amoniak akan
dirubah oleh bakteri Nitrosomonas menjadi nitrit kemudian nitrit yang bersifat tidak stabil
akan dirubah oleh bakteri Nitrobacter menjadi nitrat.
Tingginya konsentrasi nitrat pada stasiun I I sangat mendukung keberadan
fitoplankton, hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai kelimpahan fitoplankton (60.950
sel/1). Menurut Alaerts dan Santika (1984), Nitrat merupakan salah satu senyawa penting
untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan. Nitrogen yang diserap oleh organisme
berada dalam bentuk senyawa nitrat. Nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat
menstimulasi pertumbuhan dan unsur nitrat ini sangat di butuhkan oleh fitoplankton
dalam proses photosintesis walaupim dalam konsentrasi yang rendah.
Rata-rata konsenterasi nitrat paling rendah terdapat pada pada stasiun III yaitu
0,47 mg/1. Hal ini disebabkan stasiun III terletak agak jauh dari sumber air masuk dan
perkebunan, hal ini tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap penambahan
konsenterasi nitrat di danau tersebut. Sumber nitrat pada stasiun III berasal dari proses
24
(0,471 mg/1). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Tingginya konsenterasi
nitrat pada stasiun II disebabkan stasiun ini sangat dekat dengan lokasi perkebunan kelapa
sawit, diduga nitrat berasal dari sisa pupuk maupun pestisida yang di gunakan petani dan
terbawa oleh air permukaan pada saat hujan. Sebagai mana yang di nyatakan oleh Effendi
(2003) bahwa untuk meningkatkan pasokan nitrogen di dalam tanah maka petani
menggunakan urea, dimana urea ini mengandung amonium. Ketika terjadi hujan,
amonium ini akan terbawa melalui parit yang bermuara ke perairan Danau Paki, Selain itu
Hendersend-Seller dan Markland (1987) menyatakan bahwa unsur hara dapat masuk ke
dalam danau melalui proses alami seperti erosi yang disebabkan oleh angin atau air hujan.
Dalam jangka waktu tertentu akan menumpuk di perairan. Walaupun ketika dilakukannya
penelitian tidak terjadinya hujan, melihat kondisi danau yang airnya tidak mengalir dan
lambatnya kecepatan arus maka akan terjadi penumpukan nirat.
Selain dekat dengan perkebunan kelapa sawit di sekitar stasiun I I banyak dijumpai
pepohonan yang rindang sehingga daun-daun yang gugur akan jatuh ke perairan. Daun
yang jatuh ke perairan dalam waktu tertentu akan mengalami proses dekomposisi oleh
jamur dan bakteri. Dari proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan akan
mengahasilkan amoniak. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Effendi (2003) bahwa
sumber amoniak di perairan adalah dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea)
dan nitrogen organik yang terdapat dalam tanah dan air yang berasal dari proses
dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang sudah mati). Amoniak akan
dirubah oleh bakteri Nitrosomonas menjadi nitrit kemudian nitrit yang bersifat tidak stabil
akan dirubah oleh bakteri Nitrobacter menjadi nitrat.
Tingginya konsentrasi nitrat pada stasiun I I sangat mendukung keberadan
fitoplankton, hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai kelimpahan fitoplankton (60.950
sel/1). Menurut Alaerts dan Santika (1984), Nitrat merupakan salah satu senyawa penting
untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan. Nitrogen yang diserap oleh organisme
berada dalam bentuk senyawa nitrat. Nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat
menstimulasi pertumbuhan dan unsur nitrat ini sangat di butuhkan oleh fitoplankton
dalam proses photosintesis walaupun dalam konsentrasi yang rendah.
Rata-rata konsenterasi nitrat paling rendah terdapat pada pada stasiun III yaitu
0,47 mg/1. Hal ini disebabkan stasiun I I I terletak agak jauh dari sumber air masuk dan
perkebunan, hal ini tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap penambahan
konsenterasi nitrat di danau tersebut. Sumber nitrat pada stasiun I I I berasal dari proses
25
alamiah seperti terjadinya pelapukan bahan organik yang terdapat di sekitar danau.
Rendahnya konsentrasi nitrat pada stasiun I I I mempengaruhi kelimpahan fitoplankton, ini
dapat diketahui dari rendahnya nilai kelimpahan fitoplankton pada stasiun I I I .
Secara keseluruhan konsentrasi nitrat di perairan Danau Paki selama penelitian
dalam kondisi yang baik, menurut Poemomo dan Hanafi (1982), kadar nitrat yang sesuai
untuk perairan adalah 0,20 mg/1, nitrat akan menjadi faktor pembatas di perairan apabila
konsentrasinya di bawah 0,144 mg/1. Perairan Danau Paki ini digolongkan pada perairan
yang kurang produktif dalam kaitannya dengan bahan organik yang dibentuknya
(oligotrofik) konsentrasi nitrat yang didapat yaitu 0,0 - 1,0 mg/1 sesuai dengan pendapat
Vollenweider {(hlam Effendi, 2003).
4.2.2. Fosfat
Berdasarkan hasil penelitian di Danau Paki rata-rata konsentrasi fosfat tertinggi
dijumpai pada stasiun I I sebesar 0,075 mg/1, hal ini karena pada stasiun I I terdapat aliran air
masuk dari perkebunan kelapa sawit yang di perkirakan akan membawa fosfat dari sisa
pupuk dan pestisida yang digunakan oleh petani. Proses dekomposisi pada stasiun I I , akibat
dari pepohonan rimbun di sekitamya juga mempengaruhi kadar fosfat di perairan. Tingginya
kadar fosfat yang ditemukan pada stasiun 11 di perkirakan sangat mendukung pertumbuhan
fitoplankton, ini dapat dilihat dari tinggginya nilai kelimpahan fitoplankton (60.950 sel/1).
Selain nitrat, fosfat juga sangat dibutuhkan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis.
Konsentrasi rata-rata fosfat terendah di dijumpai pada stasiun I I I (0,060), sumber
fosfat pada stasiun ini berasal dari serasah dan pelapukan kayu yang jatuh dan terendam
pada perairan. Pada stasiun III ini tidak di temukan adanya sumber fosfat selain dari proses
alamiah. Menurut Libes dalam Mianto (2006), kd)eradaan fosfor di perairan alami biasanya
relatif kecil, kadamya lebih kecil daripada nitrogen, karena sumber fosfor yang lebih sedikit
bila dibandingkan dengan sumber nitrogen. Sumber fosfor alami yang terdapat di dalam air
berasal dari pelapukan batuan mineral dan hasil dekomposisi organisme yang teJah mati,
sedangkan unsur fosfor /ainnya berasal dari limbah industri dan domestik, limbah deterjen,
serta limpasan limbah pertanian yang menggunakan pupuk. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3.
Fosfat merupakan unsur hara kunci bagi produktifitas perairan. Di dalam
perairan fosfat ini tersebar dalam bentuk teriarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel
organisme. Fosfat dalam bentuk teriarut berupa ortofosfat, yang sekaligus merupakan
26
salah satu senyawa fosfat yang paling banyak terdapat di dalam perairan. Tanaman
mengikat senyawa fosfat juga dalam bentuk ortofosfat.
Secara keseluruhan konsentrasi fosfat di perairan Danau Paki selama penelitian
(0,058-0,076 mg/1) dalam kondisi baik dan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan fitoplankton. Perairan danau paki digolongkan perairan yang kaya akan
nutrien (eutrofik) berdasarkan pengklasifikasian menurut Vollenweider (dalam
Effendi, 2003) yang menyatakan kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfat
0,031-0,100 mg/1 dinyatakan sebagai peraiaran eutrofik.
4.2.3. Perbandingan Nitrat dan Fosfat
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata konsentrasi nitrat 0,556 mg/1,
sedangkan rata-rata konsentrasi fosfat 0,068 mg/1. Perbandingan rata-rata konsentrasi
nitrat dan fosfat dalam bentuk sederhana yaitu 8,2 : 1 dengan nilai 0,556:0,068 mg/1.
Menurut Graneli, Wallsstrom, Larsson, W. Graneli dan Elmgren (1990), perbandingan
konsentrasi nitrat dan fosfat terlarut umumnya lebih kecil dari perbandingan Redfield
yaitu 16; 1. Jika perbandingan nitrat dan fosfat lebih kecil dari perbandingan Redfield,
maka nitrat merupakan faktor pembatas. Selanjutnya jika perbandingan nitrat dan
fosfat lebih besar dari perbandingan Redfield, maka fosfat merupakan faktor pembatas.
Sementara Colle (1988), menyatakan bahwa perbandingan nitrat dan fosfat pada
suatu perairan masih dalam keadaan normal jika tidak melebihi angka 9:1, tetapi jika
perbandingannya sudah mencapai 15:1 maka perairan tersebut diperkirakan akan
mengalami blooming. Untuk melihat perbandingan nitrat dan fosfat pada penelitian ini,
dapat dilihat pada Gambar 3. Dari perbandingan CoIIe (1988) dapat diketahui bahwa
perbandingan nitrat dan fosfat di perairan Danau Paki masih dalam keadaan normal untuk
pertumbuhan organisme diperairan karena nilai perbandingan nitrat dengan fosfat < 9:1.
0 . 7 T
0 6
0 . 5 -
E 0 . 3
0 . 2
0 . 1 .
0 -I . , . , .
1 2 3
Stasiun
• Nitrat • Fosfat
Gambar 3. Perbandingan Konsentrasi Nitrat dan Fosfat pada Tiap Stasiun di Danau Paki Selama Penelitian.
27
4.2.4. Fitoplankton
4.2.4.1. Jumlah Jenis Fitoplankton
Jumlah jenis fitoplankton yang paling banyak ditemukan adalah pada stasiun I
yaitu 19 jenis dan pada stasiun I I dan I I I terdapat jumlah jenis fitoplankton yang sama
yaitu 18 jenis. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah jenis fitoplankton pada setiap
stasiun diantaranya adalah kualitas air seperti keberadaan unsur hara nitrat dan fosfat, serta
adanya selektif feeding seperti yang diungkapkan Odum (1993) bahwa dalam kondisi
kepadatan fitoplankton yang tinggi dan jenisnya beragam, zooplankton akan melakukan
pemilihan (selectif feeding) terhadap jenis, bentuk dan ukuran fitoplankton yang hendak
dimakannya. Dengan adanya jenis fitoplankton yang tidak dapat dimakan oleh
zooplankton dan adanya kemampuan selektifitas yang dimiliki zooplankton, maka jenis-
jenis fitoplankton tertentu tersisa karena tidak dimakan atau tidak dipilih dan akan
berkembang serta mendominasi komunitas fitoplankton perairan tersebut dengan
dukungan unsur-unsur hara yang tersedia, baik yang berasal dari dalam maupun luar
ekosistem.
Berdasarkan hasil penelitian di Danau Paki didapatkan jenis fitoplankton dari kelas
Cyanophyceae 9 jenis, kelas Bacillariophyceae 4 jenis, kelas Chlorophyceae 5 jenis dan
kelas Xanthhophyceae 1 jenis, banyaknya jenis fitoplankton dari kelas Cyanophyceae
diduga karena pada perairan danau terdapat ranting-ranting kayu yang hanyut dan menjadi
tempat hidup yang baik bagi organisme tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Odum
(1993) yang menyatakan bahwa Cyanophyceae 2/3 dari jumlah spesiesnya terdapat di air
tawar dan jenis fitoplankton dari kelas Baciliariophyceae banyak hidup di laut dan sedikit
sekali di temukan di perairan tawar.
Fitoplankton merupakan organisme produsen yang sangat penting karena
bertindak sebagai produser primer yang menyumbangkan material organik pada
organisme yang lebih tinggi seperti zooplankton, ikan dan organisme lainnya. Menurut
Odum (1993), bahwa penyebaran fitoplankton di daerah perairan terbuka terutama terdiri
dari tiga kelompok yaitu diatom (Bacillariophyceae), alga hijau (Chlorophyceae) dan alga
biru (Cyanophyceae), yang lainnya terdiri dari jenis flagellata hijau yaitu eugleneidae,
Dinoflagellata dan Valvocidae.
Jika dilihat dari jumlah jenis organisme fitoplankton yang ditemukan maka,
jenis terbanyak adalah Nitzschia closterium sebanyak 20.567 sel/1 (tergolong kelas
Bacillariophyceae), Schroederia setigara sebanyak 20.167 sel/1 (tergolong kelas
28
Chlorophyceae) dan selanjutnya diikuti oleh jenis-jenis lainnya. Banyaknya jenis
fitoplankton tersebut disebabkan karena kemampuan adaptasi yang baik terhadap
perairan Danau Paki. Selanjutnya Cornelius (1999) mengatakan bahwa untuk dapat
tumbuh dengan baik maka fitoplankton membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang
banyak, disamping itu untuk perkembangan fitoplankton membutuhkan persyaratan
tertentu yang menunjang keberhasilan pertumbuhannya. Sedangkan karakteristik dan
klasifikasi dari masing-masing spesies fitoplankton yang ditemukan di perairan Danau
Paki selama penelitian adalah sebagai berikut;
1. Kelas Cyanophyceae
Cyanophyceae atau alga biru merupakan bakteri yang mengalami proses
fotosintesis dan penyuplai oksigen bebas diperairan, alga biru memiliki krolofil-a. Algae
ini mampu bertahan dalam kondisi tanpa cahaya atau dalam kondisi gelap. Adapun sifat
dari algae hijau biru ada 2 yaitu; planktonik dan bentik. Habitat dari algae ini di air tawar,
payau, laut dan terristerial. Alga ini belum atau tidak memiliki inti yang sempurna. Intinya
berupa partikel-partikel chromatine yang berkelompok-kelompok. Bentuk dari spesies ini
ada yang bersel banyak, berkoloni dan ada yang berfilamen. Menurut Sachlan (1980)
bahwa golongan Cyanophyceae sebagai indikator kandungan bahan organik yang tinggi
diperairan. Disamping itu alga ini mampu mengambil CO2 dan fosfor dalam konsentrasi
lingkungan yang rendah. Selanjutnya reproduksi dari algae biru secara iragmentasi (Bold
and Wyne, 1985). Beberapa spesies yang ditemukan selama penelitian antara lain;
Aphanocapsa elachista, Calothrix coriacea, Dactylococcopsis aciadaris, Holopedium
irregulare dan iain-lain.
2. Kelas Bacillariophyta
Bacillariophyceae sering disebut diatom yang memiliki klorofil a dan c, memiliki
pigmen kuning (P - karoten), pigmen coklat (fiicoxanthin). Bacillariophyceae yang
berarti bentuknya seperti batang (bacil). Habitat pada daerah air tawar, air payau, air laut.
Bacillariophyceae ada yang bersifat planktonik dan bentik. Pembentuk dinding sel dari
komponen silikat. Sedangkan bagian selnya terdapat katup, pori-pori atau pintu dan
saluran dalam badan atau rongga. Bacillariophyceae ada yang memiliki sel yang berflagel.
Kelas Bacillariophyceae bereproduksi secara vegetatif dan seksual (Bold and Wyne,
1985). Struktur katup saling menyatu disentral atau ditengah. Katup ada yang berbentuk
29
radial dan sentris atau saling terikat sehingga membentuk dua, tiga atau lebih gonoid dan
bentuk katup jelas. Adapun spesies yang ditemukan selama penelitian adalah: Nitzschia
vermicularis, N. Closterium, N. Curvaul dan fragilaria cylindrus.
3. Kelas Chlorophyceae
Chlorophyceae merupakan algae hijau yang memiliki klorofil a dan b . Algae hijau
ini memiliki pigment a - P - y-caroten dan beberapa xanthophil yaitu 2-5 Tilakoid. Alga
hijau merupakan phylum alga terbesar di perairan tawar, artinya jenis alga ini terdiri dari
banyak golongan-golongan ordo, famili dan spesies. Habitat dari algae hijau antara lain di
air tawar, payau, laut dan teristerial. Bereproduksi secara aseksual dan seksual (Bold and
Wyne, 1985). Selanjutnya Sachlan (1980) menyatakan bahwa golongan Chlorophyceae
paling banyak dijumpai di perairan tawar dan jenis ini menyebabkan air selalu tampak
berwarna hijau karena Chlorophyceae banyak mengandung klorofil. Adapun spesies yang
ditemukan selama penelitian antara lain: Ulotrix zonata, closterium gracile, Schroederia
setigara, Spyrogyra pseudoylinrica dan Scharoderia nitzschioides.
4. Kelas Xanthophyceae
Xanthophyceae memiliki pigmen yang banyak dan bersamaan dengan pigment a -
P - y-caroten yang mewamai alga ini menjadi kuning hijau. Habitat alga ini antara lain
hidup di air tawar tetapi lebih banyak di air laut (Sachlan, 1980). Spesies yang ditemukan
selama penelitian hanya 1 yaitu ^a^rvJ/o/^^worr/i/za.
4.2.4.2 Kelimpahan Jenis Fitoplankton
Total rata-rata kelimpahan fitoplankton di Danau Paki Desa Mentulik berkisar antara
48.400-63.367 sel/1. Kisaran rata-rata kelimpahan fitoplankton yang terendah ditemukan di
Stasiun 111 sedangkan rata-rata kelimpahan tertinggi di temukan di stasiun I (Gambar 4).
Kelimpahan Fitoplankton
70000 5 60000
- 50000
I 40000
I 30000
1 20000
I 10000
0
63367 60950
48400
Stasiun
Gambar 4. Nilai Rata-Rata Kelimpahan Jenis Fitoplankton (sel/1) Tiap-Tiap Stasiun di Danau Paki
30
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa kelimpahan jenis fitoplankton
tertinggi terdapat pada Stasiun I (63.367 sel/1) yang merupakan kawasan air masuk,
selain itu letak stasiun pada kawasan terbuka sehingga penetrasi cahaya matahari dapat
langsung menembus perairan. Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan tingginya
kandungan oksigen terlarut (4,9 mg/1) sebagai hasil fotosintesis oleh fitoplankton dan
tingginya rata-rata konsentrasi nitrat (0,58 mg/1) dan fosfat (0,07mg/l), tidak demikian
halnya dengan stasiun I I . Tingginya kadar nitrat (0,62 mg/1) dan fosfat (0,07mg/]) tidak
didukung oleh kualitas air, seperti suhu (28,8 °C) yang lebih rendah akibat tehalang
rimbunan pohon yang berada di sekitar stasiun I I dan nilai kekeruhan perairan (25,67
NTU) yang lebih tinggi dibanding stasiun I
Stasiun I I I merupakan stasiun yang rendah rata-rata kelimpahan jenis
fitoplanktonnya (48.400 sel/1). Hal ini diperkirakan sebagai akibat dari tingginya nilai
kekeruhan (27 NTU), sehingga penentrasi cahaya matahari yang mengenai permukaan
perairan terhalang. Rendahnya konsentrasi rata-rata unsur hara nitrat (0,47 mg/1) dan
fosfat (0,06 mg/1) pada stasiun I I I ini juga berpengaruh terhadap rendahnya rata-rata
kelimpahan fitoplankton, karena akan menghambat perkembangan fitoplankton akibat
terhalangnya proses photosintesis.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Cornelius (1999) yang menyatakan bahwa
salah satu penyebab kelimpahan fitoplankton menurun karena kurangnya nutrien
di dalam perairan. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh
berbagai factor seperti nutrient, intensitas cahaya matahari, pH, oksigen terlarut,
karbondioksida dan suhu.
Perairan Danau Paki termasuk kedalam golongan kelimpahan fitoplankton yang
tinggi karena kelimpahan fitoplankton di Danau Paki > 17000 sel/l yaitu berkisar 48.400-
63.367 sel/1. Hal ini sesuai dengan Rimper (2002), mengelompokan kelimpahan
fitoplankton atas 3 kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. 1) kelimpahan fitoplankton
rendah < 12500 sel/l, 2) kelimpahan fitoplankton sedang 12.500-17.000 sel/l dan 3)
kelimpahan fitoplankton > 17000 (sel/l) tergolong tinggi.
4.2.4.3 Keragaman Jenis Fitoplankton
Nilai indeks keragaman jenis (H') di perairan Danau Paki Desa Mentulik pada
Stasiun I adalah 4,55, Stasiun I I sebesar 4,02 dan Stasiun I I I sebesar 3,83 (Tabel 5).
Secara keseluruhan semua stasiun penelitian mempunyai nilai indeks keragaman di
31
atas 3, Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kondisi perairan Danau Paki Desa
Mentulik memiliki keragaman jenis fitoplankton yang bervariasi dan keragamannya
tergolong sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Shannon-Wieber {dalam
Odum, 1993) yang menyatakan jika nilai keragaman (H') berada > 3 maka keragaman
jenis tinggi dengan sebaran individu yang tinggi pula. Dengan demikian maka perairan
Danau Paki masih tergolong dalam kondisi yang masih baik keragaman jenis
fitoplanktonnya, karena keragaman jenisnya relatif tinggi (> 3).
Indeks keragaman digunakan untuk menyatakan berbagai jenis organisme yang
terdapat pada suatu ekosistem. Semakin baik kondisi lingkungannya maka keragaman
jenisnya semakin tinggi. Siagian (1997) menyatakan suatu komunitas yang mengandung
relatif sedikit individu dari banyak spesies mempunyai indeks keragaman yang lebih tinggi
dari pada suatu komunitas yang mempunyai individu dari jenis yang lebih sedikit.
4.2.4.4 Dominansi Jenis Fitoplankton
Indeks dominansi yang diperoleh selama penelitian di Danau Paki Desa
Mentulik berkisar antara 0,068-0,070. Secara keseluruhan semua stasiun penelitian
mempunyai nilai indeks dominansi jenis mendekati nilai 0. Berdasarkan pendapat
Simpson {dalam Odum, 1993^ nilai tersebut menunjukan bahwa tidak ada jenis yang
mendominasi di perairan Danau Paki Desa Mentulik. Hal ini menunjukkan bahwa
perairan Danau Paki masih baik keanekaragaman jenisnya karena belum ada jenis yang
mendominasi dalam komunitas fitoplankton di perairan tersebut.
4.2.4.5 Keseragaman Jenis Fitoplankton
Indeks keseragaman yang diperoleh selama penelitian di Danau Paki Desa
Mentulik berkisar antara 0,91-0,96 (Tabel 5). Secara keseluruhan semua stasiun
penelitian mempunyai nilai indeks dominansi jenis mendekati nilai 1. Hal ini
menunjukan bahwa kondisi perairan masih dalam kondisi yang baik karena
keseragaman jenis fitoplankton masih seimbang di perairan Danau Paki Desa Mentulik
(Pilou dalam Krebs, 1987). Dengan demikian maka kondisi perairan Danau Paki masih
baik kondisinya, karena belum ada jenis yang mendominasi dalam persaingan ruang
(relung/niche) serta masih tinggi keanekaragaman jenisnya.
Odum (1993) menyatakan bahwa penggunaan indeks-indeks dalam struktur
komunitas erat hubungannya dengan daya tahan hidup (survival) dan adanya persaingan
32
antar jenis yang satu dengan jenis yang lainnya. Daya tahan hidup ini sangat berkaitan erat
dengan kualitas lingkungan, sedangkan persaingan antara spesies biasa terjadi dalam hal
mencari makanan dan tempat.
4.2.5. Hubungan Fitoplankton dengan Parameter Kualitas Perairan
Fitoplankton sebagai suatu organisme membutuhkan persyaratan tertentu untuk
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fitoplankton yaitu suhu, intensitas cahaya, O2 terlarut dan bahan-bahan organik
yang terdapat di perairan (Arinardi, Sutomo, Trimaningsih, Asnaryanti dan Riyono, 1997).
1. Suhu
Hasil pengukuran suhu air pada masing-masing stasiun pengamatan menunjukan
variasi rata-rata suhu yang tidak jauh berbeda, karena lokasi yang tidak terlalu jauh
jaraknya. Suhu di perairan Danau Paki berkisar antara 27,4-30,4 "C, dengan suhu yang
tertinggi berada pada stasiun I yaitu 30,4 °C. Tingginya suhu pada stasiun I diduga akibat
luas permukaan perairan tidak banyak yang ditutupi vegetasi di sekitar pinggir danau
sebaliknya pada stasiun I I dan I I I merupakan kawasan yang banyak ditutupi oleh vegetasi
terutama pepohonan di pinggiran danau.
Tingginya suhu pada stasiun I ini sangat berpengaruh terhadap fitoplankton,
hal ini dapat dilihat dari tinnginya nilai kelimpahan fitoplankton pada stasiun ini yaitu
63.367 sel/1. Nurdin (2000) menyatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi fotosintesis
di perairan baik secara langsung maupun tidak langsung Pengaruh secara langsung
yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses
fotosintesis. Tinggi suhu dapat menaikan laju maksimum fotosintesis (Pmax),
sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi
kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton.
2. Kecerahan
Hasil pengukuran kecerahan rata-rata pada setiap stasiun pengamatan di
perairan Danau Paki yaitu berkisar 27-37 cm. Kecerahan adalah ukuran transparasi
suatu perairan atau kedalaman perairan yang dapat ditembus cahaya matahari yang
diamati secara visual. Nilai kecerahan suatu perairan merupakan suatu petunjuk dalam
menentukan baik atau buruknya mutu suatu perairan karena kecerahan dapat
mempengaruhi daya penetrasi cahaya matahari. Kecerahan yang rendah menandakan
banyaknya partikel-partikel yang melayang dan larut dalam air sehingga menghalangi
33
penetrasi cahaya matahari yang menembus perairan (Harahap, 2000). Dengan
demikian maka kecerahan perairan Danau Paki tergolong baik untuk mendukung
kehidupan organisme akuatik terutama fitoplankton, hal ini dapat diketahui dari
tingginya nilai kelimpahan fitoplankton.
Simarmata (2001) mengemukakan bahwa cahaya yang berasal dari matahari
penting untuk kehidupan makluk hidup karena hampir semua energi yang
menggerakan dan mengontrol metabolisme di perairan berasal dari energi matahari
yang dikonversi secara biokimia melalui proses fotosintesis menjadi energi potensial.
3. Kekeruhan
Berdasarkan hasil penelitian nilai kekeruhan berkisar antara 23-28 NTU.
Dengan tingkat kekeruhan terendah pada stasiun I (23 NTU), rendahnya tingkat
kekeruhan berpengaruh besar terhadap intensitas cahaya yang masuk ke perairan.
Tingginya intensitas cahaya yang masuk ke perairan berpengaruh besar terhadap
keberadaan fitoplankton, ini dapat diketahui dari tingginya nilai kelimpahan pada
stasiun I (63.367sel/l). Kekeruhan (turbidity) adalah gambaran sifat optik air dari suatu
perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya sinar (cahaya) yang dipancarkan dan
diserap oleh partikel yang ada dalam air tersebut. Kekeruhan terutama dipengaruhi
oleh bahan-bahan tersuspensi seperti Lumpur, bahan organik, plankton serta organisme
makroskopik lainnya (Sedana, Syafi^iadiman, Saberina dan Niken, 2001). Kekeruhan
yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau plankton
(Kordi,1994).
Kekeruhan berbanding terbalik dengan nilai kecerahan. Menurut Alaert dan
Santika (1984) mengatakan nilai kekeruhan minimum adalah 5 NTU dan maksimum
yang diperbolehkan 25 NTU. Selanjutnya MENKLH (1998) menjelaskan bahwa nilai
ambang batas kekeruhan bagi organisme perairan lebih kecil atau sama dengan 30
NTU, dengan demikian nilai kekeruhan di Danau Paki masih tergolong baik karena
nilainya (23-28 NTU) masih di bawah ambang batas yang di tetapkan oleh MENKLH.
4. pH
Hasil pengukuran rata-rata pH selama penelitian tidak begitu jauh berbeda pada
setiap stasiun berkisar antara 5,9-6,3. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Danau Paki
bersifat asam. Rendahnya pH disebabkan oleh tingginya tingkat pembusukan bahan
organik yang berasal dari hydrilla yang ada di perairan ini. Kordi (1994) menyatakan
bahwa angka derajat keasaman yang ideal adalah 4-9, hal ini juga sesuai dengan PP
34
No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Lingkungan dan Kepmenlh No. 02 Tahun 1988 yang menyatakan bahwa kisaran pH
yang masih dapat ditolerir adalah 6-9. Berdasarkan literatur, maka nilai pH di Danau
Paki Desa Mentulik masih tergolong baik dan mendukung untuk tempat hidup
organisme perairan seperti fitoplankton.
5. O2 terlarut
Kisaran rata-rata konsentrasi oksigen terlarut pada setiap stasiun tidak jauh berbeda
yaitu 4,0-4,9 mg/1, berdasarkan konsentrasi O2 terlarut pada penelitian maka perairan
danau paki digolongkan air kelas I I (untuk sarana/prasarana rekreasi air, budidaya air
tawar, petemakan, mengairi pertanian) berdasarkan PP No 52 tahun 1998. Pada penelitian
ini konsentrasi oksigen terlarut tertinggi dijumpai pada stasiun I (4,9 mg/1), kelimpahan
fitoplankton pada stasiun ini juga cukup tinggi (63.367 sel/1). Hal ini disebabkan oleh
adanya gerakan air akibat ams air masuk yang menyebabkan oksigen dapat masuk ke
perairan melalui udara serta dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air.
Fardiaz (1992) menyatakan bahwa oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar
untuk kehidupan tanaman dan hewan dalam air. Kehidupan makluk hidup dalam air
sangat tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen
minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya, besamya kandungan oksigen terlamt
dalam air dipengamhi oleh banyak faktor antara lain cuaca, kepadatan fitoplankton,
siang dan malam serta dinamika organisme yang ada didalamnya. Oksigen teriamt
didalam suatu perairan digunakan oleh organisme untuk mengoksidasi nutrien yang
masuk kedalam tubuhnya. Oksigen terlamt dalam air berasal dari diftisi udara dan hasil
fotosintesis organisme nabati yang berhijau daun yang hidup diperairan.
Menumt Rimper (2002), kelimpahan fitoplankton yang tinggi menghasilkan
oksigen yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kelimpahan fitoplankton yang
lebih rendah, ini terjadi karena oksigen terlamt mempakan produksi dari hasil
fotosintesis. Jadi kelimpahan fitoplankton yang tinggi cendmng menghasilkan
kandungan oksigen yang tinggi sebagai hasil dari proses fotosintesis.
Menumt Nurdin (2000), kualitas air (oksigen terlamt) suatu perairan dapat
digolongkan menjadi lima yaitu kandungan oksigen lebih atau sama dengan 8 mg/1
digolongkan sangat baik, kurang lebih 6 mg/1 digolongkan baik, kurang dari 4mg/l
digolongkan kritis, 2 mg/1 digolongkan buruk dan kurang dari 2 mg/1 digolongkan sangat
bumk. Jika dilihat dari oksigen terlamt pada penelitian ini, maka kandungan oksigen
35
Danau Paki tergolong dalam perairan yang kualitas airnya baik, karena nilai O2 terlarut
lebih dari 4 mg/1 yaitu 4,0-4,9 mg/1.
6. CO2 Bebas
Karbondioksida bebas merupakan hasil dari proses respirasi oleh organisme
dalam air serta dekomposisi hewan akuatik. Keberadaan karbondioksida memegang
peranan penting bagi kehidupan tumbuhan hijau di dalam perairan, bagi tumbuhan hijau
karbondioksida harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk proses fotosintesis. Hasil
pengukuran karbondioksida selama penelitian berkisar 4,8-6,1 mg/1, kadar karbondioksida
tertinggi dijumpai pada Stasiun I I I dan terendah terdapat pada Stasiun I . Rendahnya kadar
karbondioksida pada Stasiun I ini di pengaruhi oleh tingginya nilai kecerahan (37 cm)
yang mengakibatkan cahaya matahari dapat masuk ke perairan. Intensitas cahaya
matahari yang tinggi mengakibatkan tingginya aktifitas proses fotosintesis yang dilakukan
oleh fitoplankton dengan memanfaatkan CO2 bebas di perairan untuk menghasilkan
oksigen, hal ini dapat dilihat dari tingginya kelimpahan fitoplankton pada stasiun I (63.367
sel/1).
Berdasarkan hasil pengukuran CO2 bebas yang didapatkan maka perairan Danau
Paki masih mendukung kehidupan organisme aquatik yang terdapat di dalamnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Boyd (1982) bahwa perairan yang diperuntukkan untuk kegiatan
perikanan sebaiknya mengandung kadar karbodioksida bebas kurang dari 5 mg/1, kadar
karbondioksida bebas sebesar 10 mg/1 masih dapat ditolerir oleh organisme aquatik asal
disertai kadar oksigen teriarut yang cukup.
4.2.6. Kesuburan Perairan Danau Paki Ditinjau Dari Kelimpahan Fitoplankton
Berdasarkan analisis fitopalankton selama penelitian di perairan Danau Paki di
dapatkan hasil kelimpahan fitoplankton dengan kisaran 48.400 - 63.367 sel/1, menurut
Golman dan Home dalam Rimper (2002) perairan yang tingkat kesuburannya rendah
mempunyai kelimpahan kurang dari 10'* sel/1, perairan yang tingkat kesuburannya sedang
mempunyai kelimpahan fitoplankton lebih dari 10'* sel/1. Sedangkan perairan yang tingkat
kesuburannya sangat tinggi mempunyai kelimpahan fitoplankton 10'' sel'l, perairan yang
mempunyai kelimpahan fitoplankton 10̂ atau lebih maka fitoplankton yang terdapat
diperairan tersebut dinyatakan blooming. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
perairan Danau Paki termasuk kedalam perairan yang tingkat kesuburannya sedang, karena
mempunyai nilai kelimpahan fitoplankton lebih dari 10'* sel/1.
36
4.2.7. Regresi Hubungan Nitrat dan Fosfat Terhadap Kelimpahan Fitoplankton
Untuk melihat hubungan nitrat dan fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton
dianalisis berdasarkan regresi linier berganda. Dari hasil analisis memberikan gambaran
hubungan antara variabel-variabel bebas (nitrat dan fosfat) terhadap variabel terikat
(fitoplankton) dalam bentuk persamaan:
Persamaan diatas berarti ; Koefisien regresi X I (nitrat) = 126.307,4
menyatakan bahwa, setiap ada penambahan (karena tanda +) 1 satuan nitrat, akan
meningkatkan kelimpahan fitoplankton sebesar 126.307,4 sel/1. Demikian juga
penurunan X2 (fosfat) sebesar 506.551 menyatakan bahwa setiap ada penurunan
(karena tanda - ) 1 satuan fosfat di perairan, akan menurunkan kelimpahan fitoplankton
sebesar 506.551 sel/1.
Berdasarkan analisis, maka diperoleh nilai r (koefisien korelasi ) sebesar 0,893
berarti antara nitrat dan fosfat dengan kelimpahan fitoplankton mempunyai hubungan
yang positif ( r mendekati +1) dan erat, ini disebabkan nilai r berkisar antara -1 hingga
1. Menurut pendapat Tim Peneliti dan pengembangan Wahana Komputer menyatakan
bahwa analisis korelasi menunjukkan besar keeratan hubungan antara X dengan Y.
Besarnya keeratan ini berkisar antar -1 < r > 1. Semakin mendekati nilai 1 maka
koefisien korelasi antara dua variabel tersebut semakin erat. Nilai (+) atau (-)
menunjukkan arah korelasinya. Jika berkorelasi positif maka diartikan semakin tinggi
variabel bebas X (nitrat dan fosfat) dan akan semakin tinggi pula variabel terikat Y
(kelimpahan fitoplankton). Jika berkorelasi negatif maka semakin tinggi variabel
bebas X (nitrat dan fosfat) dan semakin rendah variabel terikat Y (kelimpahan
fitoplankton). Dengan demikian semakin tinggi nilai nitrat dan fosfat di Danau Paki
maka akan semakin tinggi kelimpahan fitoplankton.
Secara parsial pengaruh konsentrasi nitrat terhadap kelimpahan fitoplankton di
perairan Danau Paki desa Mentulik adalah 87,5% dan pengaruh konsentrasi fosfat
terhadap kelimpahan fitoplankton adalah 77,7% ini dapat dilihat dari tabel nilai
korelasi (Lampiran 9). Nilai adjusted koefisien determinasi (adjusted R^) yaitu sebesar
Y X I X2 ai, a2 Koefesien penentu
37
0,729, nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh dari nitrat dan fosfat yang diamati
terhadap kelimpahan fitoplankton sebesar 72,9% sedangkan selebihnya dipengaruhi
oleh faktor kualitas air lain seperti suhu, pH, kecerahan, oksigen terlarut,
karbondioksida bebas dan kekeruhan. Dari uji regresi linier berganda diperoleh nilai
Fhitung 11,776 > Ftabel 5,14 yang berarti ada pengaruh signifikan nitrat dan fosfat
terhadap kelimpahan fitoplankton pada tingkat kepercayaan 95%, hal ini juga dapat
dilihat dari nilai signifikan pada tabel anova yaitu 0.008 (Lampiran 9).