Bab iv asidi alkalimetri

14
BAB IV ASIDI-ALKALIMETRI TUJUAN Membuat larutan standar HCl 0,1 M Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4 Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 untuk menetapkan kadar asam asetat cuka perdagangan A. PRE LAB 1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri? Analisis volumetri atau volumetri adalah cabang kimia analitik di mana pengukuran volume adalah operasi utama dan terakhir. Dalam volumetri, reaktan diambil dalam bentuk larutan dan volume larutan standar (larutan yang diketahui konsentrasinya) yang diperlukan untuk bereaksi sepenuhnya, dengan volume larutan yang tidak diketahui (larutan yang konsentrasinya akan ditentukan). Konsentrasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus Normalitas (Pahari, 2006). 2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri? Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunaka larutan baku asam dan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa (Muchtaridi, 2006). 3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer? Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung senyawa kimia stabil yang tersedia dalam kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan standar yang digunakan di dalam titrasi (Watson, 2005). 4.Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder? Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah melalui proses standarisasi dan memiliki konsentrasi tertentu (Watson, 2005). Nama Andreas Bimanda Cahyadi NIM 145100100111015 Kelas A Kelompok A1

Transcript of Bab iv asidi alkalimetri

Page 1: Bab iv asidi alkalimetri

BAB IV

ASIDI-ALKALIMETRI

TUJUAN

Membuat larutan standar HCl 0,1 M

Membuat larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4

Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M

Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 untuk menetapkan kadar asam asetat cuka

perdagangan

A. PRE LAB

1. Apa yang dimaksud dengan analisis volumetri?

Analisis volumetri atau volumetri adalah cabang kimia analitik di mana

pengukuran volume adalah operasi utama dan terakhir. Dalam volumetri, reaktan

diambil dalam bentuk larutan dan volume larutan standar (larutan yang diketahui

konsentrasinya) yang diperlukan untuk bereaksi sepenuhnya, dengan volume

larutan yang tidak diketahui (larutan yang konsentrasinya akan ditentukan).

Konsentrasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus Normalitas (Pahari,

2006).

2. Apa yang dimaksud dengan asidi-alkalimetri?

Asidimetri adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunaka larutan

baku asam dan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan

menggunakan larutan baku basa (Muchtaridi, 2006).

3. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer?

Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung senyawa kimia stabil

yang tersedia dalam kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk menstandarisasi

larutan standar yang digunakan di dalam titrasi (Watson, 2005).

4.Apa yang dimaksud dengan larutan standar sekunder?

Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah melalui proses standarisasi dan

memiliki konsentrasi tertentu (Watson, 2005).

Nama Andreas Bimanda Cahyadi

NIM 145100100111015

Kelas A

Kelompok A1

Page 2: Bab iv asidi alkalimetri

5. Apa yang dimaksud dengan standarisasi/pembakuan larutan?

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara

teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M

(molaritas). Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan

senyawa baku (Rohman, 2007).

6. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi larutan NaOH? Tuliskan

persamaan reaksinya!

Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan:

1. Asam Oksalat. Reaksinya:

C2H4.2H2O(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 4H2O(l)

2. Asam asetat. Reaksinya:

CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COOH(aq) + H2O(aq)

(Sumardjo, 2009).

7. Apa yang digunakan untuk menstandarisasi HCl? Tuliskan persamaan

reaksinya!

Untuk menstandarisasi larutan HCl menggunakan boraks (Na2B4O7.10 H2O),

indikator yang digunakan adalah metil orange.

Persamaan reaksinya :

Na2B4O7.10 H2O + 2H2O 4B(OH)3 + 2NaCl + 5H2O

Pembakuan/standarisasi larutan NaOH dapat menggunakan Boraks. Reaksinya

(Na2B4O710H2O):

Na2B4O710H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O

(Sumardjo, 2009).

8. Jenis asam apa yang dominan ada pada asam cuka perdagangan? Tuliskan

persamaan reaksinya dengan NaOH!

Jenis asam yang paling dominan pada asam cuka adalah asam asetat (asam

etanoat). Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa

kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa

asam dan aroma dalam makanan

Persaman reaksi NaOH (aq) + CH3COOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)

(Watson, 2005).

Page 3: Bab iv asidi alkalimetri

B. TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip Dasar Titrasi

Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan

dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan

lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui

disebut larutan baku. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa

(Muchtaridi, 2006).

Pengertian Asidi-Alkalimetri

Asidimetri adalah penentuan konsentrasi suatu larutan basa dengan menggunakan

larutan asam sebagai standarnya. Sebaliknya, Alkalimetri adalah penentuan konsentrasi suatu

larutan asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standarnya (Suyatno, 2007).

Pengertian Larutan Standar Primer dan Sekunder

Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung senyawa kimia stabil yang

tersedia dalam kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan standar

yang digunakan di dalam titrasi (Watson, 2005).

Contoh : Kalium Hidrogen Flatat, KBrO3, K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat

Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah melalui proses standarisasi dan

memiliki konsentrasi tertentu (Watson, 2005).

Contoh : NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2

Fungsi Bahan Dalam Praktikum

1. Fungsi asam cuka komersial berfungsi sebagai larutan yang diuji atau penirat.

2. Fungsi NaOH sebagai pemberi suasana basa

3. Fungsi HCl sebagai larutan sampel keadaan normal

4. Indikator fenolftalein ( PP ) sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai jika tidak

ada warna menunjukkan netral sedangkan warna merah muda berarti keadaan basa dengan pH

8 – 10

5. Indikator metal orange atau jingga sebagai penentu titik akhir dalam titrasi yang ditandai

jika warna kuning berarti keadan netral dengan pH 3,1 - 4,4.

6. Borak berfungsi larutan yang diuji atau penitrat

7. Asam Oksalat sebagai larutan yang di uji atau penitrat.

8. Aquades berfungsi sebagai pelarut Kristal (Widihati, 2008).

Page 4: Bab iv asidi alkalimetri

Aplikasi Titrasi Asam-Basa dalam Bidang Teknologi Pertanian

Titrasi asam basa yang melalui asidi alkalimetri sangat banyak aplikasinya di dunia

industri . Contoh penggunaannya dalam bidang teknologi pertanian dan pertanian yaitu untuk

pembuatan pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang

dihitung kadarnya sebagai penguji dengan proses titrasi (Syamsuni, 2006).

Penentuan keasamaan buah yang menggunakan metode titrasi asam – basa dan juga

dalam membuat air yang akan di jadikan basa untuk penderita maag ( Franks, 2008 ).

Page 5: Bab iv asidi alkalimetri

C. DIAGRAM ALIR

1. Pembuatan larutan standar HCl 0.1 M

Dihitung konsentrasinya

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Dihomogenkan

2. Standarisasi larutan HCl

Ditimbang sebanyak 1,9 gram

Diletakan dalam gelas beker

Dilarutkan

Dipindahkan ke labu ukur 100 mL

Dihomogenkan

Diambil 10 mL

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 1-2 tetes metil orange

Dititrasi dengan HCl

HCl Pekat

Hasil

Na2B4O.10H2O

Ditambahkan aquades

Ditambahkan aquades secukupnya

Ditambahkan aquades hingga tanda batas

Indikator metil

Page 6: Bab iv asidi alkalimetri

Diamati hingga perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M HCl

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0.1 M

Kristal NaOH

Ditimbang sebanyak 0,4 gram dengan timbangan analitik

Dimasukkan ke dalam gelas beker

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL

Dihomogenkan

4. Standarisasi larutan NaOH

Diambil 10 mL ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 1-2 tetes

Dititrasi dengan NaOH

Hasil

Hasil

Asam Oksalat 0,05 M

Ditambahkan aquades secukupnya

Ditambahkan aquades hingga tanda batas

Indikator PP

Page 7: Bab iv asidi alkalimetri

Diamati hingga terjadi perubahan warna

Dilakukan duplo

Dihitung M NaOH

5. Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam asetat

pada cuka

Diambil sebanyak 10 mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Dihomogenkan

Diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 2-3 tetes

Dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret

Diamati hingga terjadi perubahan warna larutan dalam erlenmeyer

Dihitung kadar asam asetat

Dilakukan duplo

Hasil

Asam Cuka

Hasil

Ditambahkan aquades hingga tanda batas

Indikator PP

Page 8: Bab iv asidi alkalimetri

D. DATA HASIL PRAKTIKUM dan PEMBAHASAN

1. Pembuatan larutan standar HCl 0,1 M

BJ HCl 1,19

Kadar HCl 32%

Volume HCl yang dibutuhkan 0,96 mL

Perhitungan:

M = 𝜌 𝑥 % 𝑥 10

𝑀𝑟

= 1,19 𝑥 32 𝑥 10

36,5

= 10,43 M

MHCl pekat . VHCl pekat = MHCl . VHCl

10,43 . V = 0,1 . 100

V = 0,96 mL

Mengapa dalam pembuatan larutan standar HCl, BJ HCl harus diperhitungkan?

2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)

Volume HCl 12,25 mL (V1 = 12,2 ml V2 = 12,3 ml)

Molaritas HCl 0,1 M

Berat boraks 1,905 gram

Molaritas larutan HCl hasil

standarisai

0,08 M

Perhitungan : Na2B4O7.10H2O + 2HCl → NaCl + 4H3BO3 + 5H2

MBoraks = 𝑔𝑟

𝑀𝑟𝑥

1000

𝑉

gr = 𝑀𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 . 𝑀𝑟 . 𝑉

1000

= 0,05 𝑥 381 𝑥 100

1000

= 1,9 gram

𝑀𝐻𝐶𝑙 . 𝑉𝐻𝐶𝑙

𝑀𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 . 𝑉𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 =

𝑛𝐻𝐶𝑙

𝑛𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠

MHCl = 𝑛𝐻𝐶𝑙 . 𝑀𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 .𝑉𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠

𝑉𝐻𝐶𝑙 . 𝑛𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠

= 2 .0,05 .100

12,25

MHCl = 0,081 M

Mengapa asam boraks digunakan untuk menstandarisasi larutan HCl?

Karena antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl ( asam kuat ) akan bereaksi

dengan boraks (basa lemah ) membentuk garam yang bersifat asam.

Reaksi :

Na2B4O7.10H2O + 2HCl ===> 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O

Page 9: Bab iv asidi alkalimetri

Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir

titrasinya. Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer dan HCl merupakan

larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :

-. Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak mudah teroksidasi,

boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan murni, tidak korosif.

Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/aq.

-. HCl merupakan larutan gas Cl dalam air . Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah

sekali berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan mempengaruhi

konsentrasinya.

-. HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga dimungkinkan

konsentrasi HCl yang didapat tidak tepat. Indikator yang paling tepat digunakan untuk titrasi

ini adalah indikator MO, range pH 3-4,5, karena range pH garam ( bersifat asam ) yang

dihasilkan mendekati range pH dari indikator MO, sehingga indikator yang paling tepat

digunakan pada reaksi ini adalah MO.

3. Pembuatan larutan standar NaOH 0,1 M

Berat NaOH 0,4 gram

Volume larutan NaOH 100

Molaritas larutan NaOH 0,1

Perhitungan:

MNaOH = 𝑔𝑟

𝑀𝑟𝑥

1000

𝑉

gr = 𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑀𝑟 . 𝑉

1000

= 0,1 . 40 . 100

1000

= 0,4 gram

Mengapa larutan NaOH harus distandarisasi?

Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH yang nantinya akan

digunakan sebagai larutan standar, dan untuk menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat

bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat.

Page 10: Bab iv asidi alkalimetri

4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)

Volume Na-oksalat 10 ml

Volume aquades 90 ml

Volume larutan NaOH 0,1 M 6 ml (V1 = 6 ml V2 = 6 ml)

Molaritas larutan NaOH 0,167 M

Perhitungan: H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O

𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻

𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 =

𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻

𝑛𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

MNaOH = 𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑀𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 . 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 . 𝑛𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡

= 2 .0,05 .100

1,6

= 0,167 M

Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan Na-oksalat?

Karena antara NaOH dan asam oksalat terjadi reaksi sempurna. NaOH ( basa kuat ) akan

bereaksi dengan asam oksalat (asam lemah ) membentuk garam yang bersifat basa.

Reaksi :

2NaOH + H2C2O4 ===> Na2C2O4 + 2H2O

Dari reaksi antara basa kuat dan asam lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir

titrasinya. Pada percobaan ini, asam oksalat merupakan larutan standar primer dan NaOH

merupakan larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :

-. Asam oksalat adalah suatu asam lemah, sifatnya yang tidak mudah menguap, asam oksalat

cenderung stabil, selain itu juga asam oksalat ditemukan dalam keadaan murni. Mr asam

oksalat tinggi, yaitu 90

-. NaOH memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap H2O atau CO2 sehingga mudah

dilarutkan didalam air dan memiliki kestabilan rendah. Mr dari NaOH hanya 40

Mengapa indikator yang digunakan adalah pp (fenolftalein)?

Indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini 8,5-10, mendekati

range pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator ini dapat menunjukkan titik

akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukan dengan perubahan warna.

Page 11: Bab iv asidi alkalimetri

5. Penetapan kadar asam asetat pada cuka

Volume larutan asam cuka 10 ml

Volume NaOH (titrasi) 30,65 (V1 = 30,5 ml V2 = 30,8)

Molaritas NaOH 0,167

Persamaan reaksi CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Kadar total asam (% b/v) 30,72%

Perhitungan:

nNaOH = nCH3COOH

MNaOH . VNaOH . Fp = MCH3COOH . VCH3COOH

0,167 . 30,65 . 10 = M . 10

M = 5,12 M

MCH3COOH = 𝑔𝑟

𝑀𝑟𝑥

1000

𝑉

5,12 = 𝑔𝑟

60𝑥

1000

10

gr = 3,072 gram

Kadar total asam = 3,072

10 𝑥 100%

= 30,72%

Apakah prinsip analisis kadar total asam bisa digunakan untuk menentukan keasaman produk

pangan yang lain? Jelaskan contoh aplikasinya!

E. ANALISA PROSEDUR

1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M

Pertama yang dilakukan untuk membuat larutan standar HCl 0,1 M adalah

menghitung volume HCl pekat yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus

pengenceran. Setelah menghitung, membutuhkan 0,96 mL HCl pekat untuk

diencerkan. Mengambil 0,96 ml HCl pekat dengan menggunakan pipet volume dan

memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades hingga mencapai

tanda batas. Menutup labu ukur dengan penutup dan menghomogenkan larutan HCl

0,1 M. Didapatkan hasil berupa larutan standar HCl 0,1 M. Memasukkan larutan

standar HCl 0,1 M ke dalam buret

2. Standarisasi larutan HCl 0,1 M dengan boraks (Na2B4O7.10H2O)

Mula–mula menimbang massa boraks yang akan digunakan untuk reaksi

standarisasi dengan menggunakan rumus Molaritas. Didapatkan nilai 1,9 gram.

Menimbang boraks sebanyak 1,9 gram dengan menggunakan timbangan analitik.

Page 12: Bab iv asidi alkalimetri

Meletakkan boraks ke dalam gelas beker dengan cara membilas gelas arloji.

Menambahkan aquades secukupnya. Mengaduk boraks hingga larut ke dalam air.

Memasukkan larutan boraks ke dalam labu ukur 100 mL. Menambahkan aquades

hingga mencapai tanda batas. Menutup labu ukur dan menghomogenkan. Mengambil

10 mL larutan boraks dan memasukkan ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator

metil orange sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi larutan boraks dengan menggunakan HCl

0,1 M pada percobaan sebelumnya. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari

orange menjadi ungu. Mencatat volume HCl yang digunakan untuk menitrasi larutan

boraks. Melakukan duplo atau percobaan yang sama sebanyak 2 kali untuk

mendapatkan volume rata–rata HCl yang dibutuhkan untuk Menitrasi larutan boraks.

Menghitung konsentrasi HCl. Didapatkan hasil berupa larutan HCl yang telah

terstandarisasi.

3. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M

Pertama menghitung berat kristal NaOH yang dibutuhkan untuk membuat

larutan standar NaOH 0,1 M. Menimbang kristal NaOH sebanyak 0,4 gram dengan

menggunakan timbangan analitik. Memasukkan kristal NaOH ke dalam gelas beker

dengan cara membilas gelas arloji dan selanjutnya menambahkan aquades

secukupnya. Melarutkan kristal NaOH. Memindahkan larutan NaOH ke dalam labu

ukur 100 mL dan ditambahkan aquades hingga mencapai tanda batas.

Menghomogenkan larutan NaOH dan didapatkan hasil berupa larutan standar NaOH

sebesar 0,1 M. Memasukkan larutan standar NaOH 0,1 M ke dalam buret yang

selanjutnya digunakan untuk menitrasi asam okasalat.

4. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)

Mula – mula mengambil 10 mL asam oksalat 0,05 M ke dalam erlenmeyer.

Menambahkan indikator pp sebanyak 1–2 tetes. Menitrasi asam oksalat dengan

menggunakan NaOH. Mengamati hingga terjadi perubahan warna dari jernih menjadi

ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi asam oksalat.

Melakukan duplo atau mengulangi percobaan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan

volume rata–rata NaOH yang ditambahkan ke dalam asam oksalat. Menghitung M

NaOH. Didapatkan hasil berupa larutan NaOH yang telah di standarisasi.

5. Penggunaan larutan standar basa untuk menetapkan kadar asam asetat pada

cuka

Pertama mengambil cuka sebanyak 10 mL, lalu memasukkan ke dalam labu

ukur 100 mL, selanjutnya menambahkan aquades hingga mencapai tanda batas.

Menghomogenkan larutan cuka. Mengambil sebanyak 10 mL larutan cuka dan

Page 13: Bab iv asidi alkalimetri

memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Menambahkan indikator pp sebanyak 2–3

tetes. Menitrasi larutan cuka dengan menggunakan larutan NaOH yang berada di

dalam buret. Mengamati hingga terjadi perubahan warna larutan dari jernih menjadi

ungu. Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk menitrasi larutan cuka dan

menghitung kadar asam asetat yang terkandung di dalam cuka. Melakukan duplo.

F. ANALISA HASIL

G. KESIMPULAN

H. DAFTAR PUSTAKA

Muchtaridi, Sandri Justiana. 2006. KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia.

Pahari, A. K., B. S. Chauhan. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publications.

Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran

dan Program Strata 1 Fakultas Biosekta. Jakarta : EGC

Suyatno. 2007. KIMIA. Bandung: PT. Grafindo Media Pratama.

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : EGC

Watson, David G. 2005. Pharmaceutical Analysis, 2e. Oxford: Elsevier Limited

Wegner, Franks. 2008. Encyclopedia Of Chemical Technology. New York : Johr Wiley &

Sons

Widihati, I Gede. 2008. ”Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktifasi Asam dan

Tersalut

Tanggal Nilai Paraf

Asisten

Page 14: Bab iv asidi alkalimetri