(2) Asidi Alkali
-
Upload
latifah-khairina -
Category
Documents
-
view
646 -
download
31
Transcript of (2) Asidi Alkali
PERCOBAAN 2
ASIDI ALKALINITAS
2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar asidi alkali
pada suatu sampel air.
2.1.2 Latar Belakang
Asiditas (keasaman) ialah banyaknya basa yang diperlukan untuk
menetralkan asam dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan keasaman
dalam air adalah:
1. Karbon dioksida (CO2), umumnya terdapat dalam air alam, tetapi juga
terdapat dalam air permukaan dimana CO2 diserap dari udara jika tekanan
CO2 dalam air lebih kecil dari tekanan CO2 dalam udara. CO2 juga terdapat
dalam air, karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh
mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar.
2. Asam mineral, umumnya terdapat dalam air limbah industri “pengolahan
logam” atau industri “pembuatan senyawa kimia”. Kadang-kadang juga
asam mineral terdapat dalam air alam.
3. Asam humus, umumnya terdapat dalam air rawa atau danau karena adanya
rumput-rumputan atau tumbuh-tumbuhan yang hidup dalam air tersebut
melepaskan senyawa asam dan warna (Wempi, 2009).
Air yang bersifat asam dapat mempercepat pengkaratan dari pipa-pipa
air, apabila pipa-pipa tersebut tidak terbuat atau dilindungi bahan antikarat.
Untuk menanggulangi hal tersebut di atas, maka pH air harus dinaikkan,
dengan menambahkan senyawa kimia yang bersifat basa, pada umumnya
digunakan kapur (CaO) (Wempi, 2009).
Alkalinitas (kebasaan) ialah banyaknya asam yang diperlukan untuk
menetralkan basa dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan air bersifat
basa ialah bikarbonat(HCO3-), karbonat(CO3
2-). Hidroksida (OH-) dan
senyawa lain yang menyebabkan air bersifat basa, tetapi hanya sedikit
2-1
2-2
terdapat dalam air, sehingga dapat diabaikan. Prinsip kerja dari proses asidi
alkalinitas adalah CO2, asam mineral dan asam humus dalam larutan air
dinetralkan oleh larutan standar basa atau asam dengan indikator
phenolphthalein dan metil jingga (Wempi, 2009).
2.2 DASAR TEORI
Pada sistem perairan alami, asiditas adalah kapasitas air untuk menetralkan
OH-. Istilah asiditas tidak dipergunakan sesering alkalinitas dan umumnya tidak
mempunyai arti yang penting seperti alkalinitas pada perairan yang tidak
tercemar. Penyebab asiditas umumnya adalah asam-asam lemah seperti, HPO42-,
H2PO4-, CO2, HCO3
-, protein dan ion-ion logam yang bersifat asam, terutama Fe3+
(Achmad, 2004).
Penentuan asiditas lebih sukar dibandingkan alkalinitas. Hal ini
disebabkan oleh adanya dua zat utama yang berperan yaitu CO2 dan H2S yang
keduanya mudah menguap, yang mudah hilang dari sampel yang diukur (Achmad,
2004).
CO2 + OH-→ HCO3-
H2S + OH-→ HS- + H2O
Hal tersebut berakibat terjadinya kesukaran dalam pengawetan contoh air
yang baik terhadap adanya gas-gas tersebut untuk dianalisa (Achmad, 2004).
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi
kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas
air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan
(Wikipedia, 2010).
Alkalinitas merupakan ketidakmurnian air karena adanya karbonat dan
bikarbonat dan hidroksida dalam air. Kebanyakan air bersifat alkalin karena
garam-garam alkalin sangat umum berada di tanah. Alkalinitas tidak berhubungan
dengan pH, tetapi berhubungan dengan kemampuan air untuk menahan perubahan
pH. Air dengan alkalinitas rendah sangat mudah untuk merubah nilai pH.
Sedangkan, air dengan alkalinitas tinggi dapat menahan perubahan nilai pH
(Ainzha, 2009).
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium
karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm
2-3
disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm
disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan
yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm
(Prihatmoko, 2009).
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, secara khusus
alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas
pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas optimal pada
nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan
jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh
pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan
fungsinya (Wikipedia, 2010).
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi
(Wikipedia, 2010).
Alkalinitas umumnya dinyatakan sebagai alkalinitas phenolphthalein yaitu
proses situasi dengan asam untuk mencapai pH 8,3 dimana HCO3- merupakan ion
terbanyak, dan alkalinitas total, yang menyatakan situasi dengan asam menuju
titik akhir indikator metil jingga (pH 4,3), yang ditunjukkan oleh berubahnya
kedua jenis ion karbonat dan bikarbonat menjadi CO2 (Achmad, 2004).
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga
alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air (Wikipedia, 2010).
Kadar alkalinitas dengan tingkat kesadahan air haruslah seimbang. Jika
kadar alkalinitas terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+
(kesadahan), maka air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada pipa.
Sebaliknya, bila kadar alkalinitasnya rendah dapat menyebabkan kerak CaCO3
2-4
pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa (Prihatmoko,
2009).
Pada air buangan, khususnya dari industri, kadar alkalinitas yang tinggi
menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat,
propionate, amoniak dan sulfite. Alkalinitas juga sebagai parameter pengontrol
untuk anaerobik digestes dan instalansi lumpur aktif (Sutrisno, 2006).
Konsentrasi larutan merupakan suatu parameter sangat penting dalam
perancangan produk, maupun dalam pengujian hasil-hasil industri, baik itu
merupakan hasil langsung yang merupakan produk industri itu sendiri, maupun
hasil sampingannya, yaitu berupa sisa/limbah (Rachman, 2001).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi
(titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang
diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya.
Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa
sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai
karena merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan dalam
laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan) (Rachman, 2001).
Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya.
Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan. Jika larutan bakunya asam disebut
asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut alkalimetri (Ratisah, 2009).
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa
organik) yang dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan
warna ionionnya. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat. Indikator asam-basa terletak pada titik
ekivalen dan ukuran dari pH (Ratisah, 2009).
Dalam metode titrasi asam-basa, larutan uji (larutan standar) ditambahkan
sedikit demi sedikit ( secara eksternal ), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk
larutan yang konsentrasinya diketahui. Penambahan larutan standar ini diteruskan
sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan yang diuji. Untuk
mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan, digunakan
suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator yang
2-5
ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji dilakukan.
Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan
perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik
kesetaraan (ekuivalensi). Titik dalam titrasi asam-basa pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat
mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan
kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu
aspek penting dari analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan
standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida. Jadi apabila
larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji (larutan standar )
asam, dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya (Sujono, 2008).
2.3 METODOLOGI PERCOBAAN
2.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volumetrik,
pipet tetes, gelas beaker, buret dan labu erlenmeyer.
2.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaOH 0,1 N,
larutan asam oksalat (H2C2O4.2H20) 0,1 N, HCl 0,1 N, larutan Natrium Tetra
Borat 0,1 N, indikator phenolphthalein 0,035%, akuades, metil orange 0,1%
dan sampel limbah (limbah tambang intan).
2.3.3 Cara Kerja
A. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Diambil 25 mL asam oksalat 0,1 N kemudian ditambahkan 4 tetes
indikator phenolphthalein 0,035% lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
berubah menjadi warna merah muda dan dicatat banyaknya larutan NaOH
yang digunakan.
2-6
B. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
Diambil 25 mL natrium borat 0,1 N kemudian ditambahkan 5 tetes
metil orange 0,1%, lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna orange
dan dicatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
C. Pengukur Asidi Alkalinitas
Dimasukan 25 mL sampel limbah kemudian ditambahkan 5 tetes
indicator phenolphthalein 0,035% lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
sampai berwarna merah muda.
Asiditas
Untuk percobaan asiditas selanjutnya dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda, ditambahkan 3 tetes indikator
metil orange 0,1 %, lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga berwarna
orange dan dicatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
Alkalinitas
Sedangkan untuk percobaan alkalinitas selanjutnya dititrasi dengan
larutan HCl 0,1 N sampai cairan tidak berwarna dan mencatat banyaknya
larutan HCl yang digunakan, ditambahkan 5 tetes indikator metil orange
0,1 %, baru kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan
berubah warna menjadi orange dan mencatat banyaknya larutan HCl yang
digunakan.
D. Pengukur Asidi Alkalinitas Berdasarkan SNI 06-2422-1991
Asiditas Total
Diambil 50 mL sampel limbah kemudian ditambahkan 6 tetes
indicator phenolphthalein, lalu ditrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
berwarna merah muda dan dicatat banyaknya larutan NaOH yang
digunakan.
Alkalinitas Total
Diambil 50 mL sampel limbah kemudian ditambahkan 5 tetes
indikator metil orange, lalu ditrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna
orange dan dicatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
2-7
2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.1 Hasil
A. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Tabel 1. Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
Diambil larutan standar Asam Oxalat
0,1 N.
Ditambahkan 4 tetes indikator PP
0,035 %.
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan
dicatat larutan NaOH yang digunakan
V = 25 mL
Warna = bening
V awal = 0 mL
V akhir = 20,4 mL
V NaOH = 20,4 mL
Warna = merah muda
B. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
Tabel 2. Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
Diambil larutan standar Natrium
Borat 0,1 N.
Ditambahkan 5 tetes indikator MJ
0,1%.
Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan dicatat
larutan HCl yang digunakan
V = 25 mL
Warna = bening
V awal = 9,7 mL
V akhir = 16,5 mL
V HCL = 6,8 mL
Warna = orange
2-8
C. Pengukur Asidi Alkalinitas
Tabel 3. Hasil pengamatan Pengukur Asidi Alkalinitas
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
Diambil sampel limbah.
Ditambahkan 5 tetes indikator PP
0,035 %.
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan
dicatat larutan NaOH yang digunakan
Asiditas
a. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
dan dicatat larutan NaOH yang
digunakan.
b. Ditambahkan 3 tetes indikator
MJ 0,1 %.
c. Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan
dicatat larutan HCl yang
digunakan.
Alkalinitas
a. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
dan dicatat larutan NaOH yang
digunakan.
b. Ditambahkan 5 tetes indikator
MJ 0,1 %.
c. Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan
dicatat larutan HCl yang
digunakan.
V = 25 mL
Warna = kuning keruh
V awal = 0 mL
V akhir = 65,5 mL
V NaOH = 65,5 mL
Warna = merah muda
V awal = 39,6 mL
V akhir = 40,1 mL
V HCl = 0,5 mL
Warna = kuning keruh
V awal = 24 mL
V akhir = 32,4 mL
V NaOH = 8,4 mL
Warna = merah muda
V awal = 40,3 mL
V akhir = 43,3 mL
V HCl = 3 mL
Warna = orange
2-9
D. Pengukur Asidi Alkalinitas Berdasarkan SNI 06-2422-1991 (Asiditas
Total)
Tabel 4. Hasil pengamatan pengukur asidi alkalinitas berdasarkan SNI 06-
2422-1991 (asiditas total)
No. Percobaan Pengamatan
1. Asiditas
a. Diambil sampel limbah.
b. Ditambahkan 6 tetes indikator PP
0,1%.
c. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan
dicatat larutan NaOH yang
digunakan
Alkalinitas
a. Diambil sampel limbah.
b. Ditambahkan 5 tetes indikator
MJ 0,1%.
c. Dititrasi dengan HCl 0,1 N dan
dicatat larutan HCl yang
digunakan
V = 50 mL
Warna = kuning keruh
V awal = 0 mL
V akhir = 130,3 mL
V NaOH = 130,3 mL
Warna = merah muda
V = 50 mL
Warna = kuning keruh
V awal = 26,1 mL
V akhir = 76,3 mL
V HCl = 50,2 mL
Warna = merah muda
2.4.2 Pembahasan
Percobaan asidi alkali ini, sampel yang digunakan adalah air limbah
tambang intan. Yang mana pada percobaan ini, limbah tambang intan tersebut
akan melalui serangkaian uji asidi alkali, agar diketahui apakah limbah
tersebut bersifat asam ataupun basa. Sebelum melakukan perlakuan terhadap
sampel, maka dilakukan serangkaian standarisasi larutan NaOH dan HCl
yang akan digunakan. Standarisasi dilakukan agar hasil yang didapat dapat
mencapai hasil yang akurat dan tepat.
Standarisasi terhadap larutan NaOH 0,1 N digunakan larutan standar
asam oksalat sebanyak 25 mL. Dengan menggunakan 4 tetes indikator
2-10
phenolphthalein 0,035%, larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N yang sudah dimasukkan ke dalam buret. Titrasi dilakukan
hingga cairannya berwarna merah muda. Sebelum melakukan titrasi, terlebih
dahulu dicatat volume awal dari NaOH yang tertera pada angka yang terdapat
di buret. Volume awal NaOH menujukkan angka 0 mL. Ketika melakukan
titrasi harus dengan hati-hati agar saat pembacaan volume akhir tepat ketika
terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Dalam percobaan
ini volume akhir titrasi adalah 20,4 mL. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa volume NaOH yang digunakan adalah sebanyak 20,4 mL.
Volume NaOH yang digunakan, dapat ditentukan besarnya dari
normalitas dari NaOH tersebut. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa
Normalitas NaOH sebesar 0,12 N.
Standarisasi larutan NaOH telah dilakukan, maka dilanjutkan dengan
menstandarisasi larutan HCl 0,1 N.Dalam melakukan standarisasi larutan HCl
0,1 N digunakan larutan standar Natrium Tetra Borat 0,1 N. Dengan
menggunakan indikator metil orange 0,1 % yang diteteskan sebanyak 5 tetes
ke dalam larutan standar tersebut hingga larutan berwarna bening.
Selanjutnya dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N.
Sebelumnya larutan HCl tersebut dimasukkan dulu ke dalam buret dan dicatat
volume awal dari HCl tersebut. Dalam percobaan ini volume awal HCl adalah
9,7 mL. Titrasi dilakukan hingga warna cairan berubah menjadi orange.
Setelah dilakukan titrasi, dicatat volume akhir dari HCl. Volume akhirnya
adalah sebesar 16,5 mL. Dari sini didapatkan bahwa volume titrasi HCl
sebanyak 6,8 mL. Volume titrasi dari Natrium tetra borat dengan HCl telah
diketahui maka dapat diketahui normalitas dari HCl yang didapat dari
perhitungan yaitu sebesar 0,37 N.
Penambahan dengan 5 tetes indikator phenolphthalein 0,035%,
sampel tidak mengalami perubahan warna. Pada percobaan titrasi secara aside
dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang di masukkkan kedalam
buret. Larutan yang telah di tetesi indikator phenolphthalein kemudian di
titrasi dengan NaOH. Titrasi dilakukan hingga warna berubah menjadi warna
merah muda. Volume awal larutan NaOH sebesar 0 mL dan volume akhir
2-11
yaitu sebesar 65,5 mL. Dari sini kemudian didapat volume titrasi sebesar 65,5
mL. Selanjutnya menambahkan 3 tetes indikator metil orange 0,1 % ke dalam
sampel air hingga warna berubah menjadi merah muda. Kemudian mentitrasi
dengan larutan HCl 0,1 N warna berubah menjadi kuning keruh. Volume
awal HCl 0,1 N sebesar 39,6mL dan volume akhir sebesar 40,1 mL dan di
dapat volume titrasi sebesar 0,1 mL. Dari hasil perhitungan di atas didapatkan
kandungan CO2 sebesar 21,12 mg/L.
Sedangkan untuk perhitungan secara alkalinitas, sama dengan uji
secara asiditas, dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang di
masukkkan kedalam buret. Larutan yang telah di tetesi indikator
phenolphthalein sebanyak 5 tetes kemudian di titrasi dengan NaOH, dimana
PP memiliki range pH antara 8,3-10. Pada awalnya larutan sampel berwarna
kuning keruh, yang kemudian dititrasi hingga warna berubah menjadi warna
merah muda. Volume awal larutan NaOH sebesar 24 mL dan volume akhir
yaitu sebesar 32,4 mL. Dari sini kemudian didapat volume titrasi sebesar 8,4
mL. Selanjutnya menambahkan 5 tetes indikator metil orange 0,1 % ke dalam
sampel air hingga warna berubah menjadi merah muda. Kemudian mentitrasi
dengan larutan HCl 0,1 N warna berubah menjadi orange. Volume awal HCl
0,1 N sebesar 40,3 mL dan volume akhir sebesar 43,3 mL dan di dapat
volume titrasi sebesar 3 mL. Dari hasil perhitungan di atas didapatkan
kandungan CO3-sebesar 88,8 mg/L dan kandungan HC
O3- sebesar 90,28 mg/L.
Pengujian terakhir adalah pengukuran asiditas alkalinitas menurut SNI
06-2422-1991. Pada uji ini hanya percobaan asiditas total yang aman
fungsinya untuk menetralkan asiditas dalam sampel air hingga pH nya
mencapai 8,3 (kondisi basa). Pada percobaan kali ini sampel air yang
digunakan tetap yaitu sampel air limbah tahu. Indikator phenolphthalein
ditambahkan sebanyak 6 tetes ke dalam 50 mL sampel air. Selanjutnya
dilakukan titrasi terhadap sampel air dengan menggunakan larutan NaOH 0,1
N yang sudah distandarisasi. NaOH kemudian dimasukkan ke dalam buret.
Saat dimasukkan dicatat volume awal dari NaOH, volume awal sebesar 0 mL.
Selanjutnya dilakukan titrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah
muda. Selanjutnya dicatat volume akhir dari NaOH, didapatkan volume akhir
2-12
sebanyak 130,3 mL. Sehingga dapat dihitung bahwa volume titrasi NaOH
sebesar 130,3 mL. Volume titrasi didapat sehingga dapat diketahui asiditas
total dari larutan tersebut. Dimana dari perhitungan didapatkan bahwa asiditas
total dari larutan ini sebesar 7818 mg/L CaCO3.
Pengujian untuk pengukuran asiditas alkalinitas menurut SNI 06-
2422-1991, hanya dilakukan untuk uji asiditas total, karena dari uji
sebelumnya diketahui bahwa dari pH yang bernilai 4 serta adanya kandungan
CO2 sebesar sebesar 7818 mg/L, maka sudah jelas jika sampel air limbah tahu
bersifat asam. Sehingga untuk uji asiditas metil orange, alkalinitas
phenolphthalein dan alkalinitas total tidak perlu dilakukan pengujian.
2.5 KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Percobaan asidi-alkalinitas ini menggunakan sampel air limbah tahu.
2. Dalam melakukan pengukuran asidi-alkalinitas digunakan larutan standar
NaOH 0,1 N dan HCl 0,1 N.
3. Nilai normalitas pengukuran standarisasi NaOH yang digunakan pada
percobaan ini adalah 0,12 N dan pengukuran standarisasi HCl yang
digunakan pada percobaan ini adalah 0,37 N
4. Pengukuran asidi-alkalinitas menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan
warna pada sampel air. Dengan nilai volume titrasi NaOH = HCl maka dapat
dikatakan bahwa sampel air tersebut mengandung CO2 sebesar 21,12 mg/L.
Untuk uji alkalinitas dengan nilai volume titrasi NaOH < HCl maka dapat
dikatakan bahwa sampel air tersebut mengandung CO3- sebesar 88,8 mg/L
dan kandungan HCO3- sebesar 90,28 mg/L.
2-13
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta, Andi.
Ainzha. 2009. Air.
http://ainzha.blogspot.com/2009/08/air.htmL.
Diakses tanggal 24 Desember 2012
Prihatmoko, Angkit Daru. 2009. Alkalinitas .
http://neffo-lovers.blogspot.com/2009/03/alkalinitas-alkalinitas-
secaraumum.htmL.
Diakses tanggal 24 Desember 2012
Rachman, A. Sjamsjiar. 2001. Aplikasi PPI 8255 sebagai Pengukur Konsentrasi
Larutan Metode Titrasi.
http://www.elektroindonesia.com/elektro/elek36.htmL.
Diakses tanggal 24 Desember 2012
Ratisah, Sri. 2009. Titrasi Asam-Basa.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah
%20054828/materi.HTM.
Diakses tanggal 24 Desember 2012
Sujono. 2008. Sistem Pengukur Molaritas Larutan Dengan Metode Titrasi Asam
Basa Berbasis Komputer.
http://jurnal.bl.ac.id/wp-content/uploads/2008/01/7Jono.pdf.
2-14
Diakses tanggal 24 Desember 2012
Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta.
Wempi. 2009. Kimia Air. http:// wempigembul.blogspot.com
Diakses tanggal 24 Desember 2012
Wikipedia. 2010. Alkalinitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas
Diakses tanggal 24 Desember 2012