Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang...

3

Click here to load reader

Transcript of Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang...

Page 1: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

32

Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam Interpretasi Paleogeografi Daerah Penelitian

Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral dalam interpretasi paleogeografi di daerah

penelitian dilakukan setelah melakukan serangkaian tahapan yang sangat penting

seperti pengikatan data sumur terhadap data seismik untuk mengetahui apakah

suatu reservoir batupasir target dapat diresolusikan dengan baik pada data seismik

vertikal, interpretasi data seismik 3-dimensi, kemudian tahap pemrosesan data

menggunakan ekstraksi atribut seismik dan dekomposisi spektral hingga analisis

terhadap hasil akhir dari pemrosesan ini.

IV.1. Interpretasi Data Log Sumur Pemboran

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya terhadap

contoh inti batuan (core) pada interval kedalaman tertentu di beberapa sumur

seperti SN-1, KK-1, CI-1 dan GO-1 dapat diinterpretasikan jenis litologi dan

fasies pengendapan yang berkembang di daerah Sub-cekungan Aman Utara ini

yaitu:

1. Sumur SN-1 (interval 4120-4134 kaki), litologi dominannya adalah

batupasir argillaceous masif, berbutir sangat halus, tersortasi cukup baik,

dan ditemukan juga sebaran mottled berwarna merah dan abu-abu. Pada

interval kedalaman ini (interval upper red beds), batupasir argillaceous

berbutir halus tersebut mengindikasikan suatu hasil pengendapan suspensi

pada lingkungan alluvial plain. Sementara sebaran mottled, mengindikasi

suatu paleoweathering dan diinterpretasikan terjadinya eksposure

subaerial.

2. Sumur KK-1, yang dibor hingga kedalaman akhir pada Formasi

Brownshale (gambar IV.1.a), litologi dominannya batuserpih dan gross

batupasirnya sekitar 7%. Batuserpih yang dijumpai berwarna kehitaman

yang terdiri dari gastropod bioclasts yang mengindikasinya sebagai hasil

rombakan intrabasinal. Pada interval kedalaman 6200-5970 kaki,

dijumpai litologi silty-shale yang sangat karbonatan, sementara pada

Page 2: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

33

lapisan di Upper Red Beds di atasnya terdiri dari tumpukan unit-unit

batupasir berukuran pebble (Dawson et al., 1997 op cit Dawson, 1998).

3. Sumur CI-1 (interval 3682-3692 kaki), litologi dominannya lumpur

berlapis berwarna coklat kekuningan hingga coklat. Terdapat fitur-fitur

slump pada dasar sekuen. Lapisan-lapisan tipis yang tampak pada sampel

memiliki ketebalan sekitar 2-9 cm dan memiliki bentuk yang relatif tidak

paralel satu sama lain. Secara umum pada interval ini tidak ada perubahan

besar butiran pada contoh batuan. Interval kedalaman ini (interval

brownshale) diinterpretasikan sebagai hasil pengendapan open lacustrine

yang memiliki ciri adanya pengendapan berenergi rendah (suspensi).

4. Sumur GO-1, yang dibor dengan kedalaman akhir pada Formasi

Brownshale (gambar IV.1.b.), berada pada interval Brownshale dengan

litologi dominannya serpih dan gross batupasirnya sekitar 4%. Terdiri dari

endapan-endapan lapisan yang diinterpretasikan sebagai batulempung

berwana kemerahan hingga abu-abu dan batupasir berukuran pebble

berbutir kasar. Batas antara Brownshale dan Upper Red Beds ditandai oleh

adanya 2 interval batupasir yang meng-kasar ke atas. Pada contoh inti

batuan interval 6440-6470 kaki, terdiri dari silty-shale berwarna abu-abu

gelap hingga hitam dan sangat brittle. Litologi yang dijumpai ini

diinterpretasikan sebagai hasil pengendapan sistem braided-fluvial

berenergi tinggi yang terdiri dari tumpukan sandy bars dan fasies pengisi

channel (Dawson et al., 1997 op cit Dawson, 1998).

Secara umum, pada bagian paling atas dari Formasi Brownshale di sumur KK-1

dan GO-1 terdapat fitur parasekuen yang meng-kasar ke atas (coarsening upward)

yang diinterpretasikan sebagai endapan progradasi delta batas (marginal deltaic

progradation) yang diendapkan pada fase akhir pengendapan Brownshale.

Sementara pada bagian Upper Red Beds, dijumpai pola penumpukan (stacking

patterns) yang diinterpretasikan sebagai parasekuen fluvial. Parasekuen ini

dikenal sebagai interval batupasir 4930’ (Dawson et al, 1997 op cit Dawson,

1998).

Page 3: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

34

Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang

tersebar di Sub-cekungan Aman Utara ini, dilakukanlah korelasi sumur untuk

mengetahui distribusi dari fasies pengendapan yang berkembang dengan mengacu

pada hasil evaluasi contoh inti batuan dari beberapa sumur tersebut. Sumur-sumur

yang digunakan dalam korelasi, tidak dibor menembus hingga Formasi Lower Red

Beds dan Basement. Sehingga cukup sulit di interpretasikan penyebaran litologi

batupasir dan tipe fasies pengendapan yang berkembang di sub-cekungan ini

khususnya pada bagian di bawah endapan Formasi Brownshale.

Gambar IV.1. (a) Fitur sekuen coursening upwards pada sumur KK-1 yang dapat diidentifikasi pada interval Brownshale, (b) posisi pengambilan contoh batuan inti pada sumur GO-1 di interval Upper Red Beds.

Gambar IV.2. Penampang seismik ILN 281 yang melalui sumur TN-1 dan CI-2 dalam bentuk terproses Instantenous Phase (Fase Sesaat).

Page 4: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

35

Gambar IV.3. Korelasi sumur untuk mengetahui penyebaran litologi batupasir

dan interpretasi tipe fasies yang berkembang di Sub-Cekungan Aman Utara. Didatarkan pada Top Pematang (SB 25,5 ma).

Dengan mengombinasikan hasil korelasi sumur (gambar IV.3) dan penampang

seismik fase sesaat (gambar IV.2), dapat diidentifikasi even-even atau pola-pola

pengendapan batuan dengan ciri khas tersendiri. Pada sumur SN-1 yang letaknya

dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat pola-pola agradasi yang

menghalus ke atas (fining upward), hal ini mencirikan endapan delta, seperti

misalnya endapan delta kipas dengan arah sumber pengendapan dari sesar batas.

Sementara dari sumur TN-1 terdapat pola-pola penumpukan batupasir (blocky)

yang mencirikan endapan sungai teranyam (braided-fluvial). Sementara sumur CI-

2 yang berada relatif di hinge margin sebelah timur rift, dapat diindentifikasi pola-

Page 5: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

36

pola progradasi (coarsening upwards) yang dapat diinterpretasikan sebagai hasil

pengendapan delta lakustrin.

IV.2. Pengikatan Data Sumur Terhadap Data Seismik(Well-Seismic Tie)

Proses pengikatan data sumur terhadap data seismik, dilakukan pada beberapa

sumur acuan yang memiliki data sonic (Vp) maupun checkshot surveys. Proses ini

dilakukan dengan mengacu pada penelitian sebelumnya yang menggunakan data

yang sama (Asnidar, 2005), dengan asumsi bahwa hasil proses pengikatan ini

cukup akurat dan menerapkan kontrol serta proses training yang tepat pada

sumur-sumur acuan. Sumur-sumur tersebut antara lain sumur KK-1, TN-1, CI-1,

CI-2 dan GO-1. Data keluaran berupa seismogram sintetik akan digunakan untuk

mengetahui apakah bidang-bidang perlapisan yang memiliki karakter litologi dan

fasies pengendapannya yang berbeda dapat teresolusikan atau tergambarkan

dengan cukup baik pada data seismik, seperti halnya pada data log sumur

pemboran.

Seismogram sintetik tidak hanya membantu untuk mengenali refleksi-refleksi

tunggal, tapi dapat juga digunakan sebagai acuan untuk mengenali karakter

refleksi. Korelasi terbaik yang dilakukan adalah mengekstrak wavelet pada

interval target dari data seismik (SB_BSH – SB25.5) pada 500 – 1500 ms. Dan

dengan proses stretch-squeeze dilakukan penyesuaian untuk memperoleh hasil

dengan koefisien korelasi yang paling optimal (Asnidar, 2005).

Sebagai hasil dari pengikatan data sumur-data seismik ini, diperoleh koefisien

korelasi yang bervariasi (gambar IV.4.). Berturut-turut koefisien korelasi dari

kelima sumur yang digunakan adalah KK-1 = 67,11%, TN-1 = 66,54%, CI-1 =

71,20%, CI-2 = 79% dan GO-1 = 74% (Asnidar, 2005).

Dari koefisien korelasi di atas dapat diketahui bahwa korelasi data sumur terhadap

data seismik semakin baik ke arah hinge margin. Hal ini disebabkan karena

bidang-bidang reflektor cukup bagus dalam meresolusikan secara vertikal

perubahan-perubahan litologi yang terekam pada data sumur pemboran. Namun

pada arah relatif ke sesar batas, koefisien korelasi cenderung menurun

Page 6: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

37

dikarenakan bidang-bidang reflektor tidak cukup baik meresolusikan perubahan-

perubahan litologi dan fasies yang relatif tipis dan variatif. Bidang-bidang

reflektor tersebut hanya mampu meresolusikan even-even dominan pada suatu

sekuen pengendapan saja.

Gambar IV.4. Hasil dari proses pengikatan 5 data sumur terhadap data seismik. (a) Koefisien Korelasi sumur KK-1=67,11%, (b) sumur TN-1=66,54%, (c) sumur CI-1=71,20%, (d) sumur CI-2=79,%, (e) sumur GO-1=74%, dan (d) peta index. (Asnidar, 2005).

Seismogram sintetik yang telah dibuat tersebut kemudian dijadikan acuan dalam

penarikan batas-batas sekuen dan juga horison (gambar IV.5) yang nantinya akan

menjadi data masukan dalam pemrosesan lebih lanjut.

a) b)

c) d)

e)

f)

Page 7: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

38

Gambar IV.5. Penampang vertikal seismik 3D pada ILN-281 berarah barat-timur

yang telah diikatkan dengan menggunakan data seismogram sintetik pada sumur TN-1.

IV.3. Interpretasi Data Seismik 3-Dimensi

Interpretasi atau interpretasi terhadap data seismik 3-dimensi dilakukan dengan

melakukan picking horison atau penentuan batas-batas horisontal dari suatu tahap

pengendapan yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Proses ini utamanya

dilakukan dengan dasar interpretasi struktur dengan melihat tanggap seismik yang

merupakan refleksi dari bidang-bidang batas horisontal bawah permukaan.

Mengacu pada Prosser (1993) yang membagi tahap pembentukan rift menjadi

beberapa sistem trak, dalam penelitian ini dilakukan interpretasi terhadap 6 batas

horisontal yang secara kronologis mewakili sistem trak tersebut yaitu Top

Basement yang berasosiasi dengan sistem trak pre-rift, Top Lower Red Beds yang

diasosiasikan dengan sistem trak rift-initiation, Top Brownshale dan Top 4930

Sand (Upper Red Beds Sand) yang diasosiasikan dengan sistem trak rift-climax

serta Top Pematang dan Top Menggala yang diasosiasikan dengan sistem trak

post-rift.

TN-1

Top 4930’ SD Top Brownshale

Top Pematang

Top Menggala

470 m

Page 8: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

39

Sebagai hasil dari interpretasi struktur terhadap data seismik 3-dimensi yang

digunakan (Lampiran gambar L.A.1 dan L.A.2.), diperoleh enam peta kontur

struktur waktu untuk keenam batas horisontal di atas. Dari keenam peta struktur

tersebut dapat diketahui arah tren dominan dari sistem sesar (fault system) yang

mengontrol perkembangan fasies pengendapan pada sistem rift Sub-cekungan

Aman Utara ini. Sesar utama yang mengontrol pembentukan rift memanjang dari

arah relatif utara hingga selatan, sesar ini direpresentasikan oleh keberadaan sesar

batas yang cukup besar di sebelah barat rift-nya. Sesar-sesar kecil (minor) yang

tersebar dan meliputi bagian timur dari sesar batas hingga hinge margin dari rift,

memiliki tren relatif arah timurlaut-baratdaya. Sesar-sesar ini sedemikian intensif

mengontrol perkembangan fasies pengendapannya. Pada bagian tengah peta dapat

dilihat adanya tinggian (arch) yang berarah relatif baratlaut-tenggara yang

memisahkan dua relief dalam Sub-cekungan Aman Utara di bagian utara dan

selatannya. Tinggian ini diinterpretasikan merupakan bagian dari tinggian Gapura-

Mutiara yang terbentuk sejalan dengan pembentukan rift sub-cekungan Aman

Utara.

Gambar IV.6. Peta kontur struktur waktu (a) Top Basement dan (b) Top Lower Red Beds. Warna Merah zona tinggi dan warna ungu zona dalam.

SN-1

KK-1 RO-1

TN-1 TG-1

AA-1

GA-1

CI-1

SN-1

KK-1 RO-1

TN-1 TG-1

AA-1

GA-1

CI-1

Page 9: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

40

Gambar IV.7. Peta kontur struktur waktu (a) Top Brownshale dan (b) Top 4930 Sand. Warna Merah zona tinggi dan warna ungu zona dalam.

Gambar IV.8. Peta kontur struktur waktu Top Pematang dan Top Menggala. Warna Merah zona tinggi dan warna ungu zona dalam.

SN-1

KK-1 RO-1

TN-1 TG-1

AA-1

GA-1

CI-1

SN-1

KK-1 RO-1

TN-1 TG-1

AA-1

GA-1

CI-1

SN-1

KK-1 RO-1

TN-1 TG-1

AA-1

GA-1

CI-1

SN-1

KK-1 RO-1

TN-1 TG-1

AA-1

GA-1

CI-1

Page 10: Bab IV Aplikasi Metode Dekomposisi Spektral Dalam ... · Berdasarkan data log sumur pemboran yang diambil pada beberapa sumur yang ... dekat dengan sesar batas (border fault) terdapat

41

IV.4. Pemrosesan dan Interpretasi Data Menggunakan Ekstraksi Atribut

Seismik dan Dekomposisi Spektral

IV.4.1. Ekstraksi atribut seismik

Atribut seismik yang digunakan dalam pemrosesan dan analisis merupakan atribut

amplitudo dan statistik spektral frekuensi seismik (Lampiran B) yang

diinterpretasikan secara lateral dalam bentuk peta atribut (Attribute Maps).

Atribut-atribut tersebut yaitu:

- Root Mean Square (RMS) Amplitude

- Maximum Absolute Amplitude

- Maximum Peak Amplitude

- Maximum Trough Amplitude

- Total Amplitude

- Total Absolute Amplitude

- Dominant Frequency

- Peak Spectral Frequency

Ekstraksi atribut amplitudo seismik, secara teoretis banyak digunakan untuk

identifikasi akumulasi gas dan fluida, identifikasi penyebaran litologi, porositas,

batupasir channel dan delta, tipe-tipe tertentu dari terumbu (reefs),

ketidakselarasan, efek tuning, dan identifikasi perubahan stratigrafi sekuen.

Sementara ekstraksi statistik spektral frekuensi seismik, secara teoretis dapat

digunakan untuk identifikasi zona-zona rekahan (fracturing), zona-zona absorbsi

gas, dan efek tuning (Landmark, 2003).

Ekstraksi atribut seismik dalam penelitian ini mengacu pada horizon tunggal yang

sudah diinterpretasi sebelumnya dan menggunakan jendela analisis 100 ms, yaitu

50 ms di atas horizon acuan dan 50 ms di bawah horizon acuan (Lampiran C).

IV.4.2. Pemrosesan dekomposisi spektral

Seperti yang tercantum pada Bab III mengenai metodologi penelitian, metode

dekomposisi spektral secara umum terdiri dari beberapa tahapan pemrosesan yaitu