BAB III METODOLOGI PENELITIAN -...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN -...
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptitf kuantitatif, yaitu penelitian yang
mengungkapkan besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang
dinyatakan dalam angka-angka, dengan cara mengumpulkan data-data yang berasal dari
angket (kuesioner) dan selanjutnya dicoba untuk dianalisis dengan metode statistik melalui
pengujian hipotesis. Penelitian kuantitatif menurut Robert Donmoyer (dalam Given, 2008: 713),
adalah pendekatan-pendekatanterhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa,
dan menampilkan datadalam bentuk numerik daripada naratif.
Jika ditinjau dari sumber datanya, penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang
dijadikan sampel selama penelitian dilakukan. Sedangkan data sekunder merupakan sumber
datapenelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui mediaperantara yang
umumnyaberupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian,
objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun
solusi dari permasalahan yang terjadi. Adapun pendapat Husein Umar (dalam Rosadi, 2012:
62) menjelaskan pengertian objek penelitian sebagai berikut:
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan siapa yang menjadi objek penelitian,
juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika
dianggap perlu”.
Objek dalam penelitian ini adalah analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
tax planning pada perusahaan. Survey penelitian dilakukan di wilayah Kota Metro, lebih
tepatnya pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Metro yang beralamat di Jalan A.R. Prawiranegara No. 66,
Kelurahan Metro, Kota Metro 34111, Provinsi Lampung. Selanjutnya, penelitian ini akan
dilaksanakan selama kurang lebih 1 (satu) bulan.
3.3 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 2), mendefinisikan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untukmendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dibuktikan,dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah”. Sedangkan menurut Cholid
Narbuko dan Abu Achmadi (2009: 1), mengemukakan bahwa metode penelitian adalah suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun
laporannya.
3.3.1 Operasionalisasi Variabel
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, sertaskala dari
variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Operasionalisasi variabel merupakan
pendefinisian dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini beserta cara
pengukurannya, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Variabel Independen (X)
Adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lainnya (Indrianto
dan Supomo, 2002: 63). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Kebijakan Perpajakan (X1)
a. Definisi Konseptual: Kebijakan perpajakan merupakan panduan-panduan atau pijakan
dalam melaksanakan pemungutan pajak, selain itu juga merupakan alternatif dari
berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan dari berbagai aspek
kebijaksanaan pajak. Kebijakan perpajakan disebut juga dengan kebijakan fiskal dalam
arti sempit.
b. Definisi Operasional: Kebijakan perpajakan merupakan suatu pedoman atau panduan
bagi para Wajib Pajak Badan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, sehingga
diharapkan setiap Wajib Pajak mampu memahami kebijakan pajak yang telah ditetapkan
pemerintah dalam menunjang penerimaan Negara dari sektor pajak dengan baik.
Instrumen pengukuran variabel kebijakan perpajakan ini dikembangkan melalui kuesioner
yang terdiri dari beberapa pernyataan dengan indikator yaitu: 1) Sistem atau prosedur
pemungutan pajak, 2) Jenis pajak yang dipungut, 3) Subjek yang dikenakan pajak, dan 4)
Objek pajak yang akan dipungut.
2) Administrasi Perpajakan (X2)
a. Definisi konseptual: Administrasi perpajakan merupakan cara-cara atau prosedur
pengenaan dan pemungutan pajak yang merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan
kebijakan perpajakan, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian pajak.
b. Definisi operasional: Administrasi perpajakan merupakan metode untuk meyakinkan
bahwa apa yang telah dilaksanakan oleh Wajib Pajak Badan telah sesuai dengan yang
direncanakannya. Intinya adalah administrasi pajak merupakan bentuk dari suatu fungsi
dan sistem untuk mengendalikan masalah pajak perusahaan. Adapun instrumen
pengukuran variabel ini dikembangkan melalui kuesioner yang terdiri dari beberapa
pernyataan dengan indikator yaitu: 1) Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT), 2)
Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) tepat waktu, 3) Melakukan pembukuan, dan 4)
Pemahaman atas sanksi pajak.
3) Loopholes (X3)
a. Definisi konseptual: Loopholesmerupakan ketentuan yang disengaja atau tidak disengaja
dalam peraturan perpajakan yang memungkinkan seseorang individu atau badan untuk
dibebaskan dari berbagai ketentuan.
b. Definisi operasional: Loopholes merupakan celah-celah yang dapat dimanfaatkan oleh
Wajib Pajak Badan yang terdapat dalam undang-undang untuk penghindaran pajak
sehingga dapat meminimalkan beban pajak terutangnya. Dengan kata lain, Wajib Pajak
dimungkinkan untuk dapat menghindari suatu kewajiban tanpa adanya pengenaan penalti
atau sanksi hukum, asalkan diterapkan sesuai koridor yang diperbolehkan oleh undang-
undang pajak. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan melalui kuesioner yang
terdiri dari beberapa pernyataan dengan indikator yaitu: 1) Memanfaatkan peluang dalam
aturan pajak, dan 2) Penghindaran pengenaan pajak.
4) Tarif Pajak (X4)
a. Definisi konseptual: Tarif pajak merupakan suatu bentuk presentase (%) tentang dasar
pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya, dimana dalam
menentukan besarnya jumlah tarif harus berdasarkan prinsip keadilan.
b. Definisi operasional: Tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak Badan, yang secara umum
dinyatakan dalam bentuk presentase(%). Dalam penetapan tarif pajak harus ditetapkan
terlebih dahulu jenis tarif pajak yang akan dipergunakan, juga harus berdasarkan prinsip
keadilan. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan melalui kuesioner yang terdiri
dari beberapa pernyataan dengan indikator yaitu: 1) Persepsi Wajib Pajak tentang tarif,
dan 2) Pemahaman jenis tarif.
5) Kesadaran Wajib Pajak (X5)
a. Definisi konseptual: Kesadaran Wajib Pajak merupakan unsur kemauan dalam diri
manusia untuk memahami realitas dan bagaimana mereka bertindak atau bersikap
terhadap realitas,kemauan dalam membayar pajak memiliki arti dimana seseorang
mengetahui, memahami dan mengerti tentang bagaimana cara membayar pajak.
b. Definisi operasional: Kesadaran Wajib Pajak merupakan sikap Wajib Pajak Badan yang
mau memahami dan mau melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak dan telah
melaporkan semua penghasilannya tanpa ada yang disembunyikan sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku. Kesadaran juga merupakan suatu sikap sadar
terhadap arti, fungsi, dan peranan pajak, serta merupakan kesukarelaan Wajib Pajak
Badan dalam memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan
cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah, serta
menganggap bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam menunjang
kegiatan pembangunan Negara. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan melalui
kuesioner yang terdiri dari beberapa pernyataan dengan indikator yaitu: 1) Kesukarelaan
Wajib Pajak, 2) Kendala pemungutan pajak, dan 3) Ketepatan waktu dan jumlah.
6) Pemeriksaan Pajak (X6)
a. Definisi konseptual: Pemeriksaan pajak menekankan pada pemeriksaan bukti yang
berupa buku-buku, dokumen dan catatan yang dilaksanakan secara objektif oleh
pemeriksa pajak yang professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan.
b. Definisi operasional: Pemeriksaan pajak merupakan seberapa besar kemungkinan
terdeteksinya kecurangan oleh Wajib Pajak Badan apabila dilakukan pemeriksaan pajak.
Pemeriksaan pajak dilakukan sebagai salah satu alat pengawasan dalam rangka menguji
tingkat kepatuhan Wajib Pajak atau ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajibannya.Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan melalui kuesioner yang
terdiri dari beberapa pernyataan dengan indikator yaitu: 1) Wajib Pajak memahami
konsep pemeriksaan pajak, dan 2) Dilakukannya pemeriksaan pajak untuk mendeteksi
ada tidaknya kecurangan.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen merupakan tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah Penerapan Tax Planning.
a. Deskripsi konseptual: Perencanaan pajak (tax planning) merupakan salah satu fungsi tax
management yang bertitik tolak pada usaha pencapaian efektivitas dan efisiensi dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan, sehingga dapat menghindari pemborosan sumber
daya secara optimal.
b. Deskripsi operasional: Perencanaan pajak(tax planning) adalah proses mengorganisasi
usaha Wajib Pajak Badan sedemikian rupa, sehingga hutang pajak terutangnya baik
pajak penghasilan (PPh) maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang
seminimal mungkin, sepanjang hal ini memungkinkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Instrumen pengukuran variabel ini dikembangkan
melalui kuesioner yang terdiri dari beberapa pernyataan dengan indikator yaitu: 1)
Pemahaman konsep tax planning, 2) Manfaat penerapan tax planning, 3) Metode
penerapan tax planning, dan 4) Konsekuensi penerapan tax planning.
Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Indikator Item
Pernyataan
1. Kebijakan
Perpajakan
(X1)
Sistem/prosedur pemungutan pajak
Jenis pajak yang akan dipungut
Subjek yang dikenakan pajak
Objek pajak yang akan dipungut
1, 2 dan 3
4
5 dan 6
7 dan 8
2. Administrasi
Perpajakan (X2)
Pengisian Surat Pemberitahuan
Pelaporan Surat Pemberitahuan
(SPT) tepat waktu
Melakukan pembukuan
Pemahaman atas sanksi pajak
1 dan 2
3 dan 4
5 dan 6
7 dan 8
3. Loopholes (X3) Memanfaatkan peluang dalam
aturan pajak
Penghindaran pengenaan pajak
1, 2, 3 dan 4
5 dan 6
4. Tarif Pajak (X4) Persepsi Wajib Pajak tentang tarif
Pemahaman jenis tarif
1, 2, 3 dan 4
5 dan 6
5. Kesadaran Wajib
Pajak (X5)
Kesukarelaan Wajib Pajak
Kendala pemungutan pajak
Ketepatan waktu dan jumlahdalam
penyampaian SPT
1, 2, 3 dan 4
5 dan 6
7 dan 8
6. Pemeriksaan
Pajak (X6)
Wajib Pajak memahami konsep
pemeriksaan pajak
Dilakukannya pemeriksaan pajak
untuk mendeteksi ada tidaknya
kecurangan
1, 2 dan 3
4, 5 dan 6
7. Penerapan
Tax Planning (Y)
Pemahaman konsep tax planning
Manfaat penerapan tax planning
Metode penerapan tax planning
Konsekuensi dalam penerapan tax
1, 2 dan 3
4
5 dan 6
7 dan 8
planning
3.3.2 Populasi dan Sampel
3.3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2007:72) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan pada KPP
Pratama Metro yang berdomisili di wilayah Kota Metro hingga akhir tahun pajak 2014, yaitu:
Tabel. 3.2
Data Wajib Pajak Badan di Kota Metro
No. Keterangan 2011 2012 2013 2014
1. WP Badan wajib SPT 4.347 2.360 2.681 2.635
2. WP Badan lapor SPT 583 723 884 865
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro, 2015
3.3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilikioleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2010:116). Teknik pengambilansampel yang digunakan dengan metode
conveniencesampling, yaituanggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan
memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan
bersifat kooperatif (Hamid, 2010). Responden yang digunakan adalah diutamakan karyawan
perusahaan yang bekerja di bagian keuangan atau administrasi, khususnya yang mengerti
tentang perpajakan. Adapun untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakan
rumus Slovin (Ginting, 2008: 132) sebagai berikut:
𝑛 =N
1 + N e2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir, dalam penelitian ini sebesar 10%
Berdasarkan data yang diperoleh dari KPP Pratama Metro, WP Badan yang melaporkan
SPT hingga akhir tahun pajak 2014 tercatat sebanyak 865 WP yang berdomisili di wilayah Kota
Metro. Oleh karena itu, jumlah sampel untuk penelitian dengan margin of error sebesar 10%
adalah:
𝑛 =865
1 + 865 (0,1)2
𝑛 = 89,63 (dibulatkan menjadi 90)
Dari perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebanyak 90 responden.
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan pengumpulan data yang
diperlukan dengan teknik sebagai berikut:
1) Studi Kepustakaan (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan
Supomo, 2002:150).Peneliti memperoleh data pendukung melalui perantara untuk menghimpun
teori-teori serta pendapat yang dikemukakan oleh para ahli melalui buku-buku, dokumen, arsip,
artikel, jurnal, serta literatur lainnya yang dijadikan sebagai bahan referensi dalam melakukan
pembahasan tentang perencanaan pajak (tax planning).
2) Studi Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan (Field Research)dilakukan dengan mengadakan peninjauan
langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data primer
melalui teknik penyebaran kuesioner. Kuesioner merupakan bentuk media pengumpulan data
primer yang dilakukan dengan memberikan sejumlah daftar pertanyaan atau pernyataan yang
tertulis kepada responden yang dijadikan sebagai sampel untuk dijawab sesuai dengan
pendapat mereka. Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik personally
administered questionnaires, yaitu kuesioner didistribusikan dan dikumpulkan secara langsung
oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002: 154). Sedangkan untuk mengukur pendapat
responden digunakan skala Likert dengan kategori seperti dalam tabel berikut:
Tabel 3.3
Skala Likert
No. Kategori Skor
1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Netral (N) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.3.4 Alat Analisis
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan
Analisis KorelasiRank Spearmandengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows versi
17.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan
analisis data yang terdiri dari:
3.3.4.1Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik
variabel penelitian yang utama dan demografi responden. Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness atau kemencengan untuk
mengetahui distribusi data apakah normal atau tidak (Ghazali, 2009: 19).
3.3.4.2 Uji Kualitas Data
Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen dalam kuesioner
harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh dengan uji validitas dan
reliabilitas sebagai berikut:
a) Uji Validitas
Menurut Ghozali (2005:45), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pernyataan yang diajukan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Uji signifikansi menggunakan uji dua sisipada taraf 0,05 dengan cara membandingkan
nilai rhitung dengan rtabel untuk degree of freedom(df)=n - 2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel
yang digunakan.Untuk menguji apakah masing-masing indikator valid atau tidak, maka dapat
dilihat dalam tampilan output Cronbach’s Alpha pada kolom Correlated Item-Total Correlation,
dengan kriteria sebagai berikut:
Jika rhitung ≤ rtabel maka pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid.
Jika rhitung> rtabel maka pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid.
b) Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas ini digunakan untuk
mengukur bahwa butir pernyataan dalam variabel yang digunakan benar-benar bebas dari
kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Penelitian ini
menggunakan cara One Shot atau pengukuran sekali saja. Adapun kriteria pengujian yang
dilakukan oleh peneliti adalah dengan menghitung Cronbach’s Alpha (α) dari masing-masing
butir pernyataan. Jika hasil nilai Cronbach’s Alpha> 0,60 maka semua butir pernyataan tersebut
dikatakan mempunyai keandalan atau reliabilitas yang tinggi (Ghazali, 2009: 48).
3.3.4.3 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis seperti yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini
menggunakan analisis sebagai berikut:
a) Uji Korelasi Rank Spearman
Korelasi ini merupakan alat analisis yang digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis
asosiatif apabila masing-masing variabel, baik independen (X) maupun dependen(Y) yang akan
dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono,
2003). Jadi, analisis korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih dengan skala data yang berbentuk ordinal serta data dari masing-masing
variabel tidak harus membentuk distribusi normal. Nilai koefisien korelasi (rs) berkisar antara 1
sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antar variabel semakin kuat,
sebaliknya nilai yang mendekati 0 berarti hubungan antar variabel semakin lemah. Adapun
untuk mempermudah melakukan interpretasi hasil mengenai keeratan hubungan (korelasi)
antara variabel independen dengan variabel dependen maka digunakan tolak ukur sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Koefisien Korelasi
No. Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1. 0,00 – 0,19 Korelasi Sangat Lemah
2. 0,20 – 0,39 Korelasi Lemah
3. 0,40 – 0,59 Korelasi Sedang
4. 0,60 – 0,79 Korelasi Kuat
5. 0,80 – 0,99 Korelasi Sangat Kuat
6. 1,00 Korelasi Sempurna
Sumber: Sugiyono, 2009
b) Uji Statistik t
Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau tidak maka selanjutnya dapat
dilakukan uji statistik t. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (rs) pada hasil output, maka dapat
dilakukan perhitungan secara manual dengan cara membandingkan hasil nilai thitung dengan nilai
ttabel yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Adapun nilai thitung dapat dirumuskan sebagai
berikut:
t = rs 𝑛−2
1− rs2
Keterangan:
t : Nilai probabilitas
rs : Koefisien korelasi
n : Banyaknya sampel/responden
Sedangkan untuk kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian dapat
ditentukan sebagai berikut:
Apabila thitung ≤ ttabelatau nilai probabilitas > tingkat signifikansi (Sig.> 0,05), maka Hipotesis
ditolak, hal ini berarti bahwa variabel independen tidak mempunyai hubungandengan
variabel dependen.
Apabila thitung> ttabelatau nilai probabilitas ≤ tingkat signifikansi (Sig.≤ 0,05), maka
Hipotesis diterima, hal ini berarti bahwa variabel independen mempunyai hubungan
dengan variabel dependen.