BAB III KEADAAN PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (SUNDA) DI JAWA …
Transcript of BAB III KEADAAN PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (SUNDA) DI JAWA …
16
BAB III
KEADAAN PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH (SUNDA)
DI JAWA BARAT
3.0 Pengantar
Di dalam bab ini dideskripsikan hasil identifikasi yang berkaitan dengan
pembelajaran bahasa daerah (Sunda) di Jawa Barat. Sasarannya adalah 750
guru SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA yang tersebar di 25 kabupaten/kota di
wilayah Provinsi Jawa Barat. Dari angket yang terjaring tidak semua tanyaan ada
jawabannya. Akibatnya, jawaban dari tiap-tiap angket berbeda-beda, tidak selalu
berjumlah 750. Hal ini bisa dipahami karena banyak butir-butir tanyaan dalam
angket dikosongkan atau tidak diisi. Dengan demikian, tidak mengherankan
apabila jumlah informan pada tiap komponen identifikasi tidak sama.
Ada empat hal pokok yang disajikan berkaitan dengan hasil identifikasi
dan pengkajian pembelajaran bahasa daerah (Sunda) pada sekolah-sekolah
(SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA) di Jawa Barat, yakni (1) keadaan guru
bahasa daerah, (2) keadaan pembelajaran bahasa daerah, (3) permasalahan
pembelajaran bahasa daerah, dan (4) usulan dan harapan pembelajaran bahasa
daerah (Sunda) pada sekolah di Jawa Barat. Keempat hal pokok tersebut
masing-masing dipaparkan sebagai berikut.
17
3.1 Keadaan Guru Bahasa Daerah (Sunda) 3.1.1 Jenis Kelamin
Berdasarkan 750 responden guru Bahasa Daerah pada sekolah-sekolah
(SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA) di Jawa Barat yang diidentifikasi, ada 353
guru pria (47,07%) dan 397 guru perempuan (52,93%). Guru perempuan lebih
banyak daripada guru pria seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 3.1: JENIS KELAMIN
No Kab/Kota Pria Perempuan ∑
1 Kab. Bogor 15 15 30
2 Kota Bogor 17 13 30
3 Kota Depok 6 24 30
4 Kab. Bekasi 17 13 30
5 Kota Bekasi 16 14 30
6 Kab. Sukabumi 18 12 30
7 Kota Sukabumi 7 23 30
8 Kab. Cianjur 17 13 30
9 Kab. Purwakarta 16 14 30
10 Kab. Subang 15 15 30
11 Kab. Karawang 15 15 30
12 Kab. Bandung 12 18 30
13 Kota Bandung 10 20 30
14 Kota Cimahi 14 16 30
15 Kab. Sumedang 15 15 30
16 Kab. Garut 19 11 30
17 Kab. Tasikmalaya 11 19 30
18 Kota Tasikmalaya 18 12 30
19 Kab. Ciamis 17 13 30
20 Kota Banjar 12 18 30
21 Kab Majalengka 17 13 30
22 Kab. Kuningan 7 23 30
23 Kab. Cirebon 15 15 30
24 Kota Cirebon 15 15 30
25 Kab. Indramayu 12 18 30
J u m l a h 353 397 750
% 47,07 52,93 100
18
3.1.2 Pendidikan Terakhir
Dari hasil identifikasi terhadap 625 responden diperoleh gambaran bahwa
guru seni dan bahasa daerah di SD-SMP di Jawa Barat itu beragam. Pada
umumnya sebanyak 212 orang (42,40%) dari pendidikan non-Bahasa Daerah
misalnya dari Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Keterampilan Jasa, dan Bahasa
Indonesia serta 177 orang (35,40%) dari non-UPI/STKIP, bahkan guru bahasa
daerah yang berasal dari Jurusan Bahasa Daerah IKIP (UPI) hanya 111 orang
(22,20%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2: PENDIDIKAN TERAKHIR No Kab/Kota Sunda
IKIP/UPI Non-Sunda
IKIP/UPI/STKIP Lain-lain Non-UPI
∑
1. Kab. Bogor 5 7 8 20
2. Kota Bogor 1 8 11 20
3. Kota Depok 3 10 7 20
4. Kab. Bekasi 2 11 7 20
5. Kota Bekasi 3 6 11 20
6. Kab. Sukabumi 5 9 6 20
7. Kota Sukabumi 3 7 10 20
8. Kab. Cianjur 3 9 8 20
9. Kab. Purwakarta 5 6 9 20
10. Kab. Subang 2 9 9 20
11. Kab. Karawang 1 8 11 20
12. Kab. Bandung 4 10 6 20
13. Kota Bandung 9 6 5 20
14. Kota Cimahi 5 7 8 20
15. Kab. Sumedang 5 10 5 20
16. Kab. Garut 5 11 4 20
17. Kab. Tasikmalaya 7 8 5 20
18. Kota Tasikmalaya 5 9 6 20
19. Kab. Ciamis 7 8 5 20
20. Kota Banjar 7 6 7 20
21. Kab Majalengka 5 14 1 20
22. Kab. Kuningan 5 11 4 20
23. Kab. Cirebon 5 8 7 20
24. Kota Cirebon 3 9 8 20
25. Kab. Indramayu 4 5 11 20 Jumlah 111 212 177 500
% 22,20 42,40 35,40 100
19
3.1.3 Pekerjaan
Responden yang mengajarkan bahasa daerah di Jawa Barat pada
umumnya sebanyak 250 orang guru SD (50%), 175 orang (35%) guru SMP, dan
75 orang (15%) guru SMA/SMK. Guru SD adalah guru kelas, sedangkan guru
SMP dan SMA/K adalah guru bahasa daerah. Agar lebih jelas dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.3: PEKERJAAN
No Kab/Kota Guru SD Guru SMP Guru SMA/SMK
∑
1 2 3 4 5 6
1. Kab. Bogor 10 7 3 20
2. Kota Bogor 10 7 3 20
3. Kota Depok 10 7 3 20
4. Kab. Bekasi 10 7 3 20
5. Kota Bekasi 10 7 3 20
6. Kab. Sukabumi 10 7 3 20
7. Kota Sukabumi 10 7 3 20
8. Kab. Cianjur 10 7 3 20
9. Kab. Purwakarta 10 7 3 20
10. Kab. Subang 10 7 3 20
11. Kab. Karawang 10 7 3 20
12. Kab. Bandung 10 7 3 20
13. Kota Bandung 10 7 3 20
14. Kota Cimahi 10 7 3 20
15. Kab. Sumedang 10 7 3 20
16. Kab. Garut 10 7 3 20
17. Kab. Tasikmalaya 10 7 3 20
18. Kota Tasikmalaya 10 7 3 20
19. Kab. Ciamis 10 7 3 20
20. Kota Banjar 10 7 3 20
21. Kab Majalengka 10 7 3 20
22. Kab. Kuningan 10 7 3 20
23. Kab. Cirebon 10 7 3 20
24. Kota Cirebon 10 7 3 20
25. Kab. Indramayu 10 7 3 20 J u m l a h 250 175 75 500
% 50,00 35,00 15,00 100
20
3.1.4 Lama Bekerja
Responden guru SD, SMP, dan SMA/SMK sudah bekerja relatif lama.
Pada umumnya responden sebanyak 224 orang (44,80%) bekerja di bawah 10
tahun, sisanya sebanyak 276 orang (55,20%) sudah bekerja di atas 10 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa pengangkatan guru bahasa daerah masih kurang.
Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.4: LAMA BEKERJA
No Kab/Kota < 10 tahun > 10 tahun ∑
1 2 3 4 5
1. Kab. Bogor 8 12 20
2. Kota Bogor 7 13 20
3. Kota Depok 6 14 20
4. Kab. Bekasi 7 13 20
5. Kota Bekasi 9 11 20
6. Kab. Sukabumi 9 11 20
7. Kota Sukabumi 8 12 20
8. Kab. Cianjur 10 10 20
9. Kab. Purwakarta 8 12 20
10. Kab. Subang 9 11 20
11. Kab. Karawang 11 9 20
12. Kab. Bandung 8 12 20
13. Kota Bandung 7 13 20
14. Kota Cimahi 11 9 20
15. Kab. Sumedang 7 13 20
16. Kab. Garut 9 11 20
17. Kab. Tasikmalaya 8 12 20
18. Kota Tasikmalaya 7 13 20
19. Kab. Ciamis 11 9 20
20. Kota Banjar 12 8 20
21. Kab Majalengka 12 8 20
22. Kab. Kuningan 11 9 20
23. Kab. Cirebon 12 8 20
24. Kota Cirebon 9 11 20
25. Kab. Indramayu 8 12 20 J u m l a h 224 276 500
% 44,80 55,20 100
21
3.1.5 Mata Pelajaran yang Pernah Diajarkan
Guru-guru SD di Jawa Barat pada umumnya guru kelas. Di samping
mengajarkan bahasa daerah, juga mengajarkan mata pelajaran lain. Di SMP dan
SMA/SMK kebanyakan guru mengajarkan bahasa daerah (52,00%). Namun,
banyak juga guru yang pernah mengajarkan mata pelajaran lain sebelum
mengajarkan bahasa Sunda (48,79%). Berikut ini tabel mata pelajaran yang
pernah diajarkan.
TABEL 3.5: MATA PELAJARAN YANG DIAJARKAN
No. Wilayah Mata Pelajaran f
Bahasa Sunda Non-Sunda
1. Kota Banjar 12 8 20
2. Kab. Ciamis 13 7 20
3. Kab. Tasik 12 8 20
4. Kota Tasik 13 7 20
5. Kab Garut 12 8 20
6. Kota Cirebon 7 13 20
7. Kab Cirebon 4 16 20
8. Kab Indramayu 13 7 20
9. Kab Majalengka 12 8 20
10. Kab Kuningan 10 10 20
11. Kota Bandung 11 9 20
12. Kab Bandung 12 8 20
13. Kota Cimahi 11 9 20
14. Kab Sumedang 14 6 20
15. Kota Sukabumi 10 10 20
16. Kab Sukabumi 12 8 20
17. Kab Cianjur 9 11 20
18. Kab Purwakarta 12 8 20
19. Kab Subang 13 7 20
20. Kab Karawang 12 8 20
21. Kota Bogor 11 9 20
22. Kab Bogor 11 9 20
23. Kota Depok 7 13 20
24. Kota Bekasi 5 15 20
25 Kab Bekasi 4 16 20
Jumlah 260 240 500
% 52,00 48,00 100
22
3.1.6Statu Pekerjaan
Guru-guru SD, SMP, dan SMA/SMK di Jawa Barat memiliki status PNS
sebanyak 250 (50,00%), guru bantu sebanyak 75 orang (15,00%), dan guru
honorer sebanyak 175 orang (35,00). Berikut ini tabel status guru bahasa daerah
yang dijadikan informan.
TABEL 3.6: STATUS PEKERJAAN
No. Wilayah Status Guru f
PNS Guru Bantu Honorer
1. Kota Banjar 12 3 5 20
2. Kab. Ciamis 12 3 7 20
3. Kab. Tasik 14 2 6 20
4. Kota Tasik 9 4 7 20
5. Kab Garut 10 4 6 20
6. Kota Cirebon 10 2 8 20
7. Kab Cirebon 11 2 7 20
8. Kab Indramayu 9 4 7 20
9. Kab Majalengka 10 4 6 20
10. Kab Kuningan 8 2 10 20
11. Kota Bandung 11 4 5 20
12. Kab Bandung 10 2 8 20
13. Kota Cimahi 6 6 8 20
14. Kab Sumedang 9 5 6 20
15. Kota Sukabumi 8 2 10 20
16. Kab Sukabumi 8 4 8 20
17. Kab Cianjur 7 2 11 20
18. Kab Purwakarta 10 2 8 20
19. Kab Subang 9 4 7 20
20. Kab Karawang 10 2 8 20
21. Kota Bogor 11 2 7 20
22. Kab Bogor 9 2 9 20
23. Kota Depok 8 2 10 20
24. Kota Bekasi 11 4 5 20
25. Kab Bekasi 10 2 8 20
Jumlah 250 75 175 500
% 50,00 15,00 35,00 100
23
3.1.7 Asal Suku Guru Bahasa Daerah
Dilihat dari asal suku bangsa, guru-guru SD, SMP, dan SMA/SMK di
Jawa Barat kebanyakan (88,92 %) berasal dari suku Sunda, sisanya suku Jawa
(10,58 %), dan suku bangsa lainnya (3,02 %). Dengan demikian, sebenarnya
pengajaran bahasa daerah (Sunda) di Jawa Barat cukup kondusif, karena guru-
gurunya kebanyakan berasal dari suku Sunda.
TABEL 3.7: ASAL SUKU BANGSA GURU BAHASA DAERAH
No. Wilayah Suku Bangsa f
Sunda Jawa Lain-2
1. Kota Banjar 13 4 3 20
2. Kab. Ciamis 15 3 2 20
3. Kab. Tasik 16 2 2 20
4. Kota Tasik 17 2 1 20
5. Kab Garut 14 3 3 20
6. Kota Cirebon 11 6 3 20
7. Kab Cirebon 11 8 1 20
8. Kab Indramayu 12 7 1 20
9. Kab Majalengka 10 7 3 20
10. Kab Kuningan 11 6 3 20
11. Kota Bandung 16 3 1 20
12. Kab Bandung 12 5 3 20
13. Kota Cimahi 15 4 1 20
14. Kab Sumedang 12 4 4 20
15. Kota Sukabumi 13 3 4 20
16. Kab Sukabumi 16 3 1 20
17. Kab Cianjur 15 2 3 20
18. Kab Purwakarta 16 3 1 20
19. Kab Subang 13 6 1 20
20. Kab Karawang 12 7 3 20
21. Kota Bogor 11 8 1 20
22. Kab Bogor 12 7 1 20
23. Kota Depok 13 5 2 20
24. Kota Bekasi 15 4 1 20
25. Kab Bekasi 12 5 3 20
J u m l a h 325 117 49 500
% 70,40 23,40 9,80 100
24
3.1.8 Penataran Bahasa Guru Bahasa Daerah
Penataran pernah diikuti oleh guru-guru SD, SMP, dan SMA/SMK di Jawa
Barat adalah penataran bahasa Sunda sebanyak 64 orang (12,80%) dan
penataran non-Bahasa Sunda sebanyak 145 orang (29,00%). Namun, belum
pernah mengikuti penataran bahasa daerah sebanyak 291 orang (58,20).
Penataran sering tidak merata serta peserta penataran itu masih guru yang
sama. Hal tampak pada tabel berikut.
TABEL 3.8: PENATARAN GURU BAHASA DAERAH
No. Wilayah PENATARAN Belum Pernah
f
B. Sunda Non-Bahasa
1. Kota Banjar 2 7 12 20
2. Kab. Ciamis 3 4 11 20
3. Kab. Tasik 2 4 14 20
4. Kota Tasik 2 7 11 20
5. Kab Garut 3 2 14 20
6. Kota Cirebon 3 4 13 20
7. Kab Cirebon 3 6 11 20
8. Kab Indramayu 4 6 10 20
9. Kab Majalengka 3 7 10 20
10. Kab Kuningan 3 6 11 20
11. Kota Bandung 2 4 14 20
12. Kab Bandung 3 10 7 20
13. Kota Cimahi 2 5 13 20
14. Kab Sumedang 3 7 10 20
15. Kota Sukabumi 2 6 12 20
16. Kab Sukabumi 2 4 14 20
17. Kab Cianjur 2 6 12 20
18. Kab Purwakarta 3 5 12 20
19. Kab Subang 2 3 15 20
20. Kab Karawang 2 12 6 20
21. Kota Bogor 3 8 9 20
22. Kab Bogor 2 10 8 20
23. Kota Depok 2 4 14 20
24. Kota Bekasi 2 3 15 20
25. Kab Bekasi 2 4 14 20
J u m l a h 64 145 291 500
% 12,80 29,00 58,20 100
25
Guru-guru yang belum mengikuti penataran atau yang pernah mengikuti
penataran dalam bidang bukan bahasa daerah (Sunda) selalu berupaya mencari
sendiri informasi mengenai bahasa Sunda serta pembelajarannya. Guru-guru
kebanyakan (291%) bertanya kepada guru lain, atasan, pengawas, atau dinas
pendidikan. Ada juga guru yang mencari sendiri (165%) melalui buku atau
internet, meskipun ada yang diam saja (44%). Hal ini tampak pada tabel berikut.
TABEL 3.9: PENCARIAN PENGETAHUAN KESUNDAN
No. Wilayah Pencarian Pengetahuan Kesundan f Bertanya Mencari
sendiri Diam saja
1. Kota Banjar 12 7 1 20
2. Kab. Ciamis 11 4 2 20
3. Kab. Tasik 14 5 1 20
4. Kota Tasik 11 8 1 20
5. Kab Garut 14 4 2 20
6. Kota Cirebon 13 4 3 20
7. Kab Cirebon 11 6 3 20
8. Kab Indramayu 10 6 4 20
9. Kab Majalengka 10 7 3 20
10. Kab Kuningan 11 7 2 20
11. Kota Bandung 14 5 1 20
12. Kab Bandung 7 12 1 20
13. Kota Cimahi 13 6 1 20
14. Kab Sumedang 10 7 2 20
15. Kota Sukabumi 12 7 1 20
16. Kab Sukabumi 14 6 1 20
17. Kab Cianjur 12 7 1 20
18. Kab Purwakarta 12 7 1 20
19. Kab Subang 15 3 2 20
20. Kab Karawang 6 12 2 20
21. Kota Bogor 9 9 2 20
22. Kab Bogor 8 10 2 20
23. Kota Depok 14 5 1 20
24. Kota Bekasi 15 3 2 20
25. Kab Bekasi 14 4 2 20
J u m l a h 291 165 44 500
%
26
3.1.9 Penularan Hasil Penataran Bahasa Daerah
Penataran atau pelatihan terhadap guru-guru bahasa daerah
dilaksanakan agar kualitas pendidikan meningkat. Guru yang telah mengikuti
penataran atau pelatihan ada yang menularkan lagi kepada guru-guru lain di
daerahnya melalui MGMP dan KKG (65,00%) ada juga yang tidak (35,00%). Hal
ini tampak pada tabel berikut.
TABEL 3.10: PENULARAN HASIL PENATARAN BAHASA DAERAH
No. Wilayah Penularan Hasil Penataran f
Ya Tidak Sebagian
1. Kota Banjar 13 7 20
2. Kab. Ciamis 16 4 20
3. Kab. Tasik 15 5 20
4. Kota Tasik 11 7 20
5. Kab Garut 16 4 20
6. Kota Cirebon 16 4 20
7. Kab Cirebon 13 6 20
8. Kab Indramayu 14 6 20
9. Kab Majalengka 13 7 20
10. Kab Kuningan 13 7 20
11. Kota Bandung 15 5 20
12. Kab Bandung 7 12 20
13. Kota Cimahi 14 6 20
14. Kab Sumedang 11 7 20
15. Kota Sukabumi 13 7 20
16. Kab Sukabumi 14 6 20
17. Kab Cianjur 13 7 20
18. Kab Purwakarta 14 7 20
19. Kab Subang 15 3 20
20. Kab Karawang 7 12 20
21. Kota Bogor 11 9 20
22. Kab Bogor 8 10 20
23. Kota Depok 15 5 20
24. Kota Bekasi 16 4 20
25. Kab Bekasi 16 4 20
J u m l a h 325 175 500
% 65,00 35,00 100
27
3.2 Keadaan Pembelajaran Bahasa Daerah Di Jawa Barat
Berkaitan dengan keadaan pembelajaran bahasa daerah di Jawa Barat
diajukan 20 pertanyaan kepada responden guru. Kedua puluh pertanyaan terkait
dengan lima hal pengembangan pembelajaran bahasa daerah di sekolah (SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA), yakni (1) pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, (2)
pengembangan bahan ajar, (3) pengembangan metodologi pembelajaran, (4)
pengembangan media dan sumber belajar, serta (5) pengembangan penilaian
pembelajaran bahasa dan sastra Sunda.
Pengembangan KTSP dijaring dari pertanyaan nomor (1)—(5) yang
masing-masing berisi tentang dasar pengembangan, pemahaman silabus, nomor
penysunan administrasi pembelajaran, bahasa yang digunakan, dan hambatan
penyusunan administrasi pembelajaran. Pengembangan bahan ajar bahasa
daerah dijaring melalui pertanyaan nomor (6), (7), (9), (10), (13), (14), (15), (16),
(17), dan nomor (18), yang masing-masing berisi tentang prinsip penyusunan,
kesesuaian bahan, aksara daerah, pupuh, bahan ajar bahasa dan sastra,
pengetahuan bahasa, pengetahuan sastra, apresiasi sastra, ekspresi sastra, dan
keterampilan berbahasa daerah. Pengembangan metodologi pembelajaran
bahasa daerah dijaring melalui pertanyaan nomor (8) dan (19), yang masing-
masing berisi tentang teknik dan prosedur pembelajaran bahasa daerah.
Pengembangan media dan sumber belajar dijaring dengan pertanyaan nomor
(11), (12), dan (20), yang masing-masing berisi tentang buku pelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain.
28
3.2.1 Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
3.2.1.1 Dasar Pengembangan KTSP
Guru-guru di SD, SMP, dan SMA/SMK telah mengembangkan KTSP
(pertanyaan 1). Pada umumnya sebanyak 222 orang (46,54%) berdasarkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) Mata Pelajaran Bahasa dan
Sastra Sunda, sebanyak 186 orang (38,99%) kadang-kadang atau baru mulai,
dan sebanyak 69 orang (14,47%) belum berdasarkan SKKD. Berikut ini
bagannya.
TABEL 3.11: PENGEMBANGAN KTSP
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 5 - 15 20 4.19%
2. Kab. Ciamis 11 - 6 17 3.56%
3. Kab. Tasik 8 1 11 20 4.19%
4. Kota Tasik 11 - 8 19 3.98%
5. Kab Garut 11 1 8 20 4.19%
6. Kota Cirebon 2 7 10 19 3.98%
7. Kab Cirebon 6 2 5 13 2.73%
8. Kab Indramayu 1 17 2 20 4.19%
9. Kab Majalengka 9 1 10 20 4.19%
10. Kab Kuningan 8 2 10 20 4.19%
11. Kota Bandung 18 - 2 20 4.19%
12. Kab Bandung 7 3 10 20 4.19%
13. Kota Cimahi 7 6 7 20 4.19%
14. Kab Sumedang 13 4 3 20 4.19%
15. Kota Sukabumi 9 2 7 18 3.77%
16. Kab Sukabumi 11 2 7 20 4.19%
17. Kab Cianjur 14 - 6 20 4.19%
18. Kab Purwakarta 5 4 10 19 3.98%
19. Kab Subang 7 1 12 20 4.19%
20. Kab Karawang 10 - 10 20 4.19%
21. Kota Bogor 1 6 12 19 3.98%
22. Kab Bogor 16 2 2 20 4.19%
23. Kota Depok 9 4 6 19 3.98%
24. Kota Bekasi 10 2 2 14 2.94%
25. Kab Bekasi 13 2 5 20 4.19%
Jumlah 222 69 186 477 100.00%
% 46.54% 14.47% 38.99%
29
3.2.1.2 Pemahaman Guru terhadap Silabus dan Sistem Penilaian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun guru-guru di
sekolah atas bimbingan kepala sekolah. Di dalam KTSP terdapat dua lampiran
yang disusun oleh guru mata pelajaran, yakni silabus dan RPP. Untuk menyusun
silabus dan RPP perlu dipahami oleh guru terlebih dahulu (pertanyaan 2).
Sebagian besar guru (46,33%) telah memahami penyusunan silabus dan RPP,
ada juga yang masih bingung (38,16%), dan sebagian kecil (15,51%) belum
memahaminya.
TABEL 3.12: PEMAHAMAN SILABUS
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 11 3 6 20 4.08%
2. Kab. Ciamis 11 - 9 20 4.08%
3. Kab. Tasik 15 - 5 20 4.08%
4. Kota Tasik 10 - 8 18 3.67%
5. Kab Garut 8 - 11 19 3.88%
6. Kota Cirebon 2 8 10 20 4.08%
7. Kab Cirebon 8 2 10 20 4.08%
8. Kab Indramayu 2 15 3 20 4.08%
9. Kab Majalengka 9 1 10 20 4.08%
10. Kab Kuningan 8 2 10 20 4.08%
11. Kota Bandung 15 1 4 20 4.08%
12. Kab Bandung 10 4 5 19 3.88%
13. Kota Cimahi 6 5 9 20 4.08%
14. Kab Sumedang 13 4 3 20 4.08%
15. Kota Sukabumi 9 2 7 18 3.67%
16. Kab Sukabumi 10 3 7 20 4.08%
17. Kab Cianjur 10 2 8 20 4.08%
18. Kab Purwakarta 5 4 10 19 3.88%
19. Kab Subang 7 1 12 20 4.08%
20. Kab Karawang 10 - 10 20 4.08%
21. Kota Bogor 2 6 12 20 4.08%
22. Kab Bogor 16 2 2 20 4.08%
23. Kota Depok 9 4 6 19 3.88%
24. Kota Bekasi 11 3 4 18 3.67%
25. Kab Bekasi 10 4 6 20 4.08%
Jumlah 227 76 187 490 100.00%
% 46.33% 15.51% 38.16%
30
3.2.1.3 Penyusunan Administrasi Pengajaran Bahasa Daerah
Administrasi pengajaran harus disusun dan dipersiapkan oleh guru-guru
di sekolah. Administrasi pengajaran menyangkut program tahunan, program
semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (pertanyaan 3). Dari
hasil identifikasi diperoleh sebagian besar guru (48,35%) menyusun administrasi
pengajaran, sebagian kecil (36,16%) kadang-kadang menyusun kadang-kadang
tidak, bahkan ada juga (15,50%) guru tidak menyusun administrasi pengajaran.
Hal ini tampak pada tabel berikut.
TABEL 3.13: PENYUSUNAN ADMINISTRASI PENGAJARAN
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 15 2 2 19 3.93%
2. Kab. Ciamis 14 - 2 16 3.31%
3. Kab. Tasik 15 - 5 20 4.13%
4. Kota Tasik 11 - 8 19 3.93%
5. Kab Garut 11 1 8 20 4.13%
6. Kota Cirebon 2 7 10 19 3.93%
7. Kab Cirebon 5 3 5 13 2.69%
8. Kab Indramayu 1 17 2 20 4.13%
9. Kab Majalengka 9 1 10 20 4.13%
10. Kab Kuningan 8 2 10 20 4.13%
11. Kota Bandung 16 2 2 20 4.13%
12. Kab Bandung 7 3 10 20 4.13%
13. Kota Cimahi 8 4 8 20 4.13%
14. Kab Sumedang 10 4 7 21 4.34%
15. Kota Sukabumi 9 2 7 18 3.72%
16. Kab Sukabumi 9 3 7 19 3.93%
17. Kab Cianjur 10 2 8 20 4.13%
18. Kab Purwakarta 5 4 11 20 4.13%
19. Kab Subang 7 1 12 20 4.13%
20. Kab Karawang 9 - 11 20 4.13%
21. Kota Bogor 2 6 12 20 4.13%
22. Kab Bogor 16 2 2 20 4.13%
23. Kota Depok 10 4 6 20 4.13%
24. Kota Bekasi 13 3 4 20 4.13%
25. Kab Bekasi 12 2 6 20 4.13%
Jumlah 234 75 175 484 100.00%
% 48.35% 15.50% 36.16%
31
3.2.1.4 Bahasa dalam Penyusunan Administrasi Pengajaran Bahasa Daerah
Administrasi pengajaran termasuk dokumen resmi pemerintahan, dalam
hal ini dinas pendidikan, sehingga penyusunannya menggunakan bahasa
Indonesia (pertanyaan 4). Meskipun begitu, bagi mata pelajaran bahasa Sunda
dapat menggunakan bahasa Sunda. Memang kebanyakan guru (49,80%)
menggunakan bahasa Indonesia, sebagian kecil guru (15,79%) menggunakan
bahasa daerah (Sunda), dan sisanya (34,41%) menggunakan bahasa campuran
Indonesia dan bahasa daerah. Berikut ini tabelnya.
TABEL 3.14: BAHASA DALAM ADMINISTRASI PENGAJARAN
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 17 1 2 20 4.05%
2. Kab. Ciamis 13 1 2 16 3.24%
3. Kab. Tasik 10 2 8 20 4.05%
4. Kota Tasik 10 1 8 19 3.85%
5. Kab Garut 14 1 5 20 4.05%
6. Kota Cirebon 3 7 10 20 4.05%
7. Kab Cirebon 15 - 5 20 4.05%
8. Kab Indramayu 1 17 2 20 4.05%
9. Kab Majalengka 9 1 10 20 4.05%
10. Kab Kuningan 8 2 10 20 4.05%
11. Kota Bandung 14 2 4 20 4.05%
12. Kab Bandung 8 2 10 20 4.05%
13. Kota Cimahi 6 5 9 20 4.05%
14. Kab Sumedang 12 5 3 20 4.05%
15. Kota Sukabumi 11 2 7 20 4.05%
16. Kab Sukabumi 10 3 7 20 4.05%
17. Kab Cianjur 10 4 6 20 4.05%
18. Kab Purwakarta 5 4 10 19 3.85%
19. Kab Subang 5 2 13 20 4.05%
20. Kab Karawang 10 2 8 20 4.05%
21. Kota Bogor 10 4 6 20 4.05%
22. Kab Bogor 13 2 5 20 4.05%
23. Kota Depok 10 4 6 20 4.05%
24. Kota Bekasi 13 2 5 20 4.05%
25. Kab Bekasi 9 2 9 20 4.05%
Jumlah 246 78 170 494 100.00%
% 49.80% 15.79% 34.41%
32
3.2.1.5 Hambatan Penyusunan Administrasi Pengajaran Bahasa Daerah
Di dalam penyusunan administrasi pengajaran bahasa daerah tidak
selamanya mulus, tetapi mungkin saja ditemukan beberapa hambatan
(pertanyaan 5). Sebagian besar guru (46,42%) mendapat hambatan dalam
membaca dan menafsirkan SKKD, ada juga guru (33,74%) mendapat hambatan
dalam menyusun silabus, dan sebagian kecail dalam menyusun RPP (19,84%).
Sebanyak 11 guru (%) tidak menjawab pertanyaan. Berikut ini tabel hambatan
penyusunan administrasi pembelajaran.
TABEL 3.15: HAMBATAN ADMINISTRASI PEMBELAJARAN
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 10 6 16 3.27
2. Kab. Ciamis 12 3 1 16 3.27
3. Kab. Tasik 4 10 3 17 3.48
4. Kota Tasik 12 6 2 20 4.09
5. Kab Garut 14 1 5 20 4.09
6. Kota Cirebon 2 8 10 20 4.09
7. Kab Cirebon 13 2 5 20 4.09
8. Kab Indramayu 2 16 2 20 4.09
9. Kab Majalengka 10 - 10 20 4.09
10. Kab Kuningan 8 2 10 20 4.09
11. Kota Bandung 12 2 6 20 4.09
12. Kab Bandung 6 2 12 20 4.09
13. Kota Cimahi 8 2 10 20 4.09
14. Kab Sumedang 12 5 3 20 4.09
15. Kota Sukabumi 11 2 7 20 4.09
16. Kab Sukabumi 9 3 8 20 4.09
17. Kab Cianjur 11 3 6 20 4.09
18. Kab Purwakarta 5 5 10 20 4.09
19. Kab Subang 5 3 12 20 4.09
20. Kab Karawang 9 2 9 20 4.09
21. Kota Bogor 2 6 12 20 4.09
22. Kab Bogor 14 2 4 20 4.09
23. Kota Depok 11 3 6 20 4.09
24. Kota Bekasi 12 1 7 20 4.09
25. Kab Bekasi 13 2 5 20 4.09
Jumlah 227 97 165 489 100.00
% 46.42 19.84 33.74
33
3.2.2 Penyusunan Bahan Ajar Bahasa Daerah
3.2.2.1 Prinsip Penyusunan Bahan Ajar Bahasa Daerah
Bahan ajar bahasa daerah (Sunda) harus disusun berdasarkan prinsip
kemudahan dan kemanfatannya bagi siswa (pertanyaan 6). Prinsip ini telah
banyak digunakan oleh guru-guru (86,36%), sebagian kecil guru (7,58%) tidak
memanfaatkan prinsip dan tidak mengetahui hal itu (6,06%). Sebanyak 38 guru
(%) tidak menjawab pertanyaan ini. Hambatan penyusunan bahan ajar dapat
dilihat pada tabel berikut.
TABEL 3.16: HAMBATAN PENYUSUNAN BAHAN AJAR
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 15 1 1 17 3.68
2. Kab. Ciamis 16 16 3.46
3. Kab. Tasik 19 1 20 4.33
4. Kota Tasik 19 1 20 4.33
5. Kab Garut 17 3 20 4.33
6. Kota Cirebon 9 2 1 12 2.60
7. Kab Cirebon 11 11 2.38
8. Kab Indramayu 15 2 2 19 4.11
9. Kab Majalengka 9 6 2 17 3.68
10. Kab Kuningan 20 20 4.33
11. Kota Bandung 20 20 4.33
12. Kab Bandung 19 1 20 4.33
13. Kota Cimahi 18 1 1 20 4.33
14. Kab Sumedang 20 20 4.33
15. Kota Sukabumi 20 20 4.33
16. Kab Sukabumi 18 1 1 20 4.33
17. Kab Cianjur 16 2 2 20 4.33
18. Kab Purwakarta 16 1 1 18 3.90
19. Kab Subang 14 1 5 20 4.33
20. Kab Karawang 13 1 6 20 4.33
21. Kota Bogor 17 3 20 4.33
22. Kab Bogor 16 2 2 20 4.33
23. Kota Depok 15 3 2 20 4.33
24. Kota Bekasi 13 1 1 15 3.25
25. Kab Bekasi 14 2 1 17 3.68
Jumlah 399 35 28 462 100.00
% 86.36% 7.58% 6.06%
34
3.2.2.2 Kesesuaian Penyusunan Bahan Ajar Bahasa Daerah
Penyusunan bahan ajar harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa. Dari hasil identifikasi (pertanyaan 7) ditemukan bahwa kebanyakan guru
(92,81%) menyusun bahan ajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,
sebagian kecil tidak disesuaikan (4,14%) dan sebagian kecil lagi (2,75%) tidak
mengetahuinya. Sebanyak 27 guru (%) tidak menjawab pertanyaan ini seperti
tampak pada tabel berikut.
TABEL 3.17: KESESUAIAN BAHAN AJAR
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 15 1 16 3.38
2. Kab. Ciamis 19 19 4.02
3. Kab. Tasik 19 1 20 4.23
4. Kota Tasik 18 1 1 20 4.23
5. Kab Garut 18 2 20 4.23
6. Kota Cirebon 17 1 18 3.81
7. Kab Cirebon 12 12 2.54
8. Kab Indramayu 14 2 2 18 3.81
9. Kab Majalengka 20 20 4.23
10. Kab Kuningan 20 20 4.23
11. Kota Bandung 20 20 4.23
12. Kab Bandung 19 1 20 4.23
13. Kota Cimahi 13 7 20 4.23
14. Kab Sumedang 18 1 1 20 4.23
15. Kota Sukabumi 20 20 4.23
16. Kab Sukabumi 16 2 1 19 4.02
17. Kab Cianjur 20 20 4.23
18. Kab Purwakarta 20 20 4.23
19. Kab Subang 20 20 4.23
20. Kab Karawang 20 20 4.23
21. Kota Bogor 18 18 3.81
22. Kab Bogor 16 1 1 18 3.81
23. Kota Depok 15 1 2 18 3.81
24. Kota Bekasi 16 2 1 19 4.02
25. Kab Bekasi 16 1 1 18 3.81
Jumlah 439 21 13 473 100.00
% 92.81 4.44 2.75
35
3.2.2.3 Pengajaran Aksara Sunda “Kaganga”
Di dalam Perda No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra
dan Aksara Daerah disebutkan bahwa aksara Sunda dapat diperkenalkan
kepada para siswa di sekolah. Dari pertanyaan (9) diperoleh jawaban bahwa
guru-guru sebagian besar (52,14%) menyempatkan diri untuk memperkenalkan
aksara Sunda Kaganga kepada siswa, sebagian kecil tidak memperkenalkannya
(29,91%), dan kadang-kadang memperkenalkannya (17,95%).
TABEL 3.18: PEMERKENALAN AKSARA SUNDA
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 6 8 4 18 3.85
2. Kab. Ciamis 9 9 18 3.85
3. Kab. Tasik 3 8 8 19 4.06
4. Kota Tasik 11 6 3 20 4.27
5. Kab Garut 7 7 6 20 4.27
6. Kota Cirebon 13 1 2 16 3.42
7. Kab Cirebon 5 7 12 2.56
8. Kab Indramayu 12 5 17 3.63
9. Kab Majalengka 2 10 4 16 3.42
10. Kab Kuningan 2 14 4 20 4.27
11. Kota Bandung 6 9 4 19 4.06
12. Kab Bandung 3 11 1 15 3.21
13. Kota Cimahi 2 16 2 20 4.27
14. Kab Sumedang 2 15 3 20 4.27
15. Kota Sukabumi 11 4 5 20 4.27
16. Kab Sukabumi 17 2 1 20 4.27
17. Kab Cianjur 16 1 3 20 4.27
18. Kab Purwakarta 15 2 3 20 4.27
19. Kab Subang 16 2 2 20 4.27
20. Kab Karawang 15 1 4 20 4.27
21. Kota Bogor 18 1 1 20 4.27
22. Kab Bogor 18 1 1 20 4.27
23. Kota Depok 15 1 2 18 3.85
24. Kota Bekasi 18 2 20 4.27
25. Kab Bekasi 14 1 5 20 4.27
Jumlah 244 140 84 468 100.00
% 52.14 29.91 17.95
36
3.2.2.4 Pengajaran Pupuh
Pupuh termasuk karya sastra Sunda buhun yang masih digunakan oleh
masayarakat Sunda, terutama kelompok orang tua. Untuk mempertahankan hal
itu, dari pertanyaan (10) diperoleh jawaban bahwa guru-guru pada umumnya
(84,31%) mengajarkan pupuh kepada para siswa, sebagian kecil tidak
mengajarkannya (5,63%) dan kadang-kadang mengajarkan-nya (10,06%).
TABEL 3.19: PENGAJARAN PUPUH
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 20 20 4.02
2. Kab. Ciamis 18 1 1 20 4.02
3. Kab. Tasik 20 1 21 4.23
4. Kota Tasik 18 1 1 20 4.02
5. Kab Garut 17 1 2 20 4.02
6. Kota Cirebon 18 18 3.62
7. Kab Cirebon 14 2 2 18 3.62
8. Kab Indramayu 13 1 6 20 4.02
9. Kab Majalengka 20 20 4.02
10. Kab Kuningan 18 1 1 20 4.02
11. Kota Bandung 17 1 2 20 4.02
12. Kab Bandung 18 1 1 20 4.02
13. Kota Cimahi 15 2 3 20 4.02
14. Kab Sumedang 18 1 1 20 4.02
15. Kota Sukabumi 18 2 20 4.02
16. Kab Sukabumi 17 2 1 20 4.02
17. Kab Cianjur 17 3 20 4.02
18. Kab Purwakarta 14 2 4 20 4.02
19. Kab Subang 16 2 2 20 4.02
20. Kab Karawang 15 1 4 20 4.02
21. Kota Bogor 16 2 2 20 4.02
22. Kab Bogor 16 2 2 20 4.02
23. Kota Depok 18 2 20 4.02
24. Kota Bekasi 16 2 2 20 4.02
25. Kab Bekasi 12 2 6 20 4.02
Jumlah 419 28 50 497 100.00
% 84.31 5.63 10.06
37
3.2.2.5 Bahan ajar Bahasa dan Sastra Daerah yang sering Diajarkan
Bahan ajar bahasa dan sastra daerah cukup luas sehingga terdapat
prioritas dalam penyajiannya. Dari pertanyaan (13) diperoleh jawaban bahwa
bahan ajar yang sering diajarkan guru-guru adalah pengetahuan bahasa dan
sastra (44,04%), apresiasi sastra (17,02%), ekspresi sastra (30,21%), dan
keterampilan berbahasa daerah (8,72%).
TABEL 3.20: BAHAN AJAR BAHASA DAN SASTRA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
10 7 2 1 20 4.26
2. Kab. Ciamis 11 2 3 2 18 3.83
3. Kab. Tasik 11 3 3 2 19 4.04
4. Kota Tasik 13 2 3 2 20 4.26
5. Kab Garut 12 1 3 2 18 3.83
6. Kota Cirebon 2 2 10 2 16 3.40
7. Kab Cirebon 3 2 10 2 17 3.62
8. Kab Indramayu 1 2 12 2 17 3.62
9. Kab Majalengka 1 2 12 2 17 3.62
10. Kab Kuningan 12 7 1 20 4.26
11. Kota Bandung 12 6 2 20 4.26
12. Kab Bandung 13 7 20 4.26
13. Kota Cimahi 11 3 3 2 19 4.04
14. Kab Sumedang 12 3 3 2 20 4.26
15. Kota Sukabumi 10 6 2 18 3.83
16. Kab Sukabumi 14 3 3 20 4.26
17. Kab Cianjur 12 4 2 18 3.83
18. Kab Purwakarta 14 3 3 20 4.26
19. Kab Subang 12 3 2 3 20 4.26
20. Kab Karawang 11 2 3 2 18 3.83
21. Kota Bogor 2 2 12 2 18 3.83
22. Kab Bogor 2 2 11 3 18 3.83
23. Kota Depok 2 2 12 3 19 4.04
24. Kota Bekasi 2 2 14 2 20 4.26
25. Kab Bekasi 2 2 12 4 20 4.26
Jumlah 207 80 142 41 470 100
% 44.04 17.02 30.21 8.72
38
3.2.2.6 Bahan Ajar Pengetahuan Bahasa Daerah
Bahan ajar pengetahuan bahasa daerah yang sering diajarkan guru-guru
(pertanyaan 14) adalah kosa kata, istilah, dan makna (41,26%); bunyi, ejaan, dan
suku kata (36,84%); struktur kalimat (14,11%), dan struktur kata (7,79%).
Sebagian besar bahan menyangkut kosa kata dan ejaan.
TABEL 3.21: BAHAN AJAR PENGETAHUAN BAHASA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
1. Kota Banjar 7 5 1 7 20 4.21
2. Kab. Ciamis 8 2 1 8 19 4.00
3. Kab. Tasik 6 4 1 9 20 4.21
4. Kota Tasik 7 5 2 6 20 4.21
5. Kab Garut 9 1 2 8 20 4.21
6. Kota Cirebon 6 3 1 8 18 3.79
7. Kab Cirebon 7 2 1 8 18 3.79
8. Kab Indramayu 6 4 1 8 19 4.00
9. Kab Majalengka 8 2 1 8 19 4.00
10. Kab Kuningan 6 2 1 8 17 3.58
11. Kota Bandung 6 1 1 9 17 3.58
12. Kab Bandung 7 5 2 6 20 4.21
13. Kota Cimahi 9 1 2 8 20 4.21
14. Kab Sumedang 8 2 1 8 19 4.00
15. Kota Sukabumi 8 2 1 8 19 4.00
16. Kab Sukabumi 6 4 1 8 19 4.00
17. Kab Cianjur 5 4 2 9 20 4.21
18. Kab Purwakarta 8 4 2 6 20 4.21
19. Kab Subang 9 1 3 7 20 4.21
20. Kab Karawang 7 2 2 9 20 4.21
21. Kota Bogor 7 2 1 8 18 3.79
22. Kab Bogor 7 1 2 8 18 3.79
23. Kota Depok 5 3 1 8 17 3.58
24. Kota Bekasi 5 3 2 8 18 3.79
25. Kab Bekasi 8 2 2 8 20 4.21
Jumlah 175 67 37 196 475 100.00
% 36.84 14.11 7.79 41.26
39
3.2.2.7 Bahan Ajar Pengetahuan Sastra Daerah
Bahan ajar pengetahuan sastra yang sering diajarkan (pertanyaan 15)
adalah ketiga jenis sastra: puisi, prosa, dan drama (61,69%), yang hanya
mengajarkan puisi (17,94%), prosa (12,10%), dan drama (8,27%). Berikut ini
tabel pengetahuan sastra yang sering diajarkan oleh guru-guru.
TABEL 3.22: BAHAN AJAR PENGETAHUAN SASTRA
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
1. Kota Banjar 6 2 1 9 18 3.63
2. Kab. Ciamis 3 2 1 14 20 4.03
3. Kab. Tasik 2 4 1 13 20 4.03
4. Kota Tasik 2 5 2 11 20 4.03
5. Kab Garut 5 15 20 4.03
6. Kota Cirebon 2 2 2 14 20 4.03
7. Kab Cirebon 4 2 1 11 18 3.63
8. Kab Indramayu 2 4 1 12 19 3.83
9. Kab Majalengka 6 2 1 14 23 4.64
10. Kab Kuningan 5 2 1 10 18 3.63
11. Kota Bandung 6 4 1 9 20 4.03
12. Kab Bandung 3 3 2 12 20 4.03
13. Kota Cimahi 4 2 4 10 20 4.03
14. Kab Sumedang 4 4 1 11 20 4.03
15. Kota Sukabumi 3 2 2 13 20 4.03
16. Kab Sukabumi 4 2 2 12 20 4.03
17. Kab Cianjur 5 4 2 9 20 4.03
18. Kab Purwakarta 2 2 2 14 20 4.03
19. Kab Subang 4 1 3 12 20 4.03
20. Kab Karawang 2 2 2 14 20 4.03
21. Kota Bogor 2 3 3 12 20 4.03
22. Kab Bogor 6 1 2 11 20 4.03
23. Kota Depok 3 17 20 4.03
24. Kota Bekasi 2 3 2 13 20 4.03
25. Kab Bekasi 2 2 2 14 20 4.03
Jumlah 89 60 41 306 496 100.00
% 17.94 12.10 8.27 61.69
40
3.2.2.8 Bahan Ajar Apresiasi Sastra Daerah
Bahan ajar apresiasi sastra daerah yang sering diajarkan (pertanyaan 16)
adalah ketiga jenis apresiasi sastra: puisi, prosa, dan drama (57,61%); yang
hanya mengajarkan puisi (19,47%), prosa (14,40%), dan drama (8,52%). Berikut
ini tabel apresiasi sastra yang sering diajarkan.
TABEL 3.23: BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
1. Kota. Banjar 4 4 2 10 20 4.06
2. Kab. Ciamis 3 3 1 13 20 4.06
3. Kab. Tasik 2 4 1 13 20 4.06
4. Kota Tasik 2 5 2 11 20 4.06
5. Kab Garut 3 1 2 14 20 4.06
6. Kota Cirebon 3 3 1 11 18 3.65
7. Kab Cirebon 4 2 1 11 18 3.65
8. Kab Indramayu 2 4 1 12 19 3.85
9. Kab Majalengka 6 2 1 14 23 4.67
10. Kab Kuningan 5 2 1 10 18 3.65
11. Kota Bandung 6 4 1 9 20 4.06
12. Kab Bandung 6 5 1 8 20 4.06
13. Kota Cimahi 2 2 2 14 20 4.06
14. Kab Sumedang 6 2 1 11 20 4.06
15. Kota Sukabumi 4 2 1 12 19 3.85
16. Kab Sukabumi 4 2 2 12 20 4.06
17. Kab Cianjur 5 4 2 9 20 4.06
18. Kab Purwakarta 4 4 2 10 20 4.06
19. Kab Subang 4 1 3 12 20 4.06
20. Kab Karawang 2 2 2 14 20 4.06
21. Kota Bogor 4 2 2 10 18 3.65
22. Kab Bogor 6 1 2 11 20 4.06
23. Kota Depok 3 3 3 11 20 4.06
24. Kota Bekasi 2 4 2 12 20 4.06
25. Kab Bekasi 4 3 3 10 20 4.06
Jumlah 96 71 42 284 493 100.00
% 19.47 14.40 8.52 57.61
41
3.2.2.9 Bahan Ajar Ekspresi Sastra Daerah
Bahan ajar ekspresi sastra daerah yang sering diajarkan (pertanyaan 17)
adalah ketiga jenis ekspresi sastra: puisi, prosa, dan drama (62,85%); yang
hanya mengajarkan puisi (15,86%), prosa (13,25%), dan drama (8,63%). Berikut
ini tabel bahan ekspresi sastra yang sering diajarkan.
TABEL 3.24: BAHAN AJAR EKSPRESI SASTRA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
1. Kota Banjar 5 3 2 8 20 4.02
2. Kab. Ciamis 4 2 14 20 4.02
3. Kab. Tasik 2 4 1 13 20 4.02
4. Kota Tasik 2 4 2 12 20 4.02
5. Kab Garut 3 2 15 20 4.02
6. Kota Cirebon 2 3 3 12 20 4.02
7. Kab Cirebon 4 2 1 13 20 4.02
8. Kab Indramayu 2 4 1 12 19 3.82
9. Kab Majalengka 6 2 1 14 19 3.82
10. Kab Kuningan 3 2 1 16 20 4.02
11. Kota Bandung 6 4 1 9 20 4.02
12. Kab Bandung 3 3 2 12 20 4.02
13. Kota Cimahi 3 3 4 10 20 4.02
14. Kab Sumedang 2 4 2 11 20 4.02
15. Kota Sukabumi 3 2 2 13 20 4.02
16. Kab Sukabumi 4 2 2 12 20 4.02
17. Kab Cianjur 3 4 2 11 20 4.02
18. Kab Purwakarta 2 2 2 14 20 4.02
19. Kab Subang 4 1 3 12 20 4.02
20. Kab Karawang 2 2 2 14 20 4.02
21. Kota Bogor 3 3 2 12 20 4.02
22. Kab Bogor 6 1 2 11 20 4.02
23. Kota Depok 3 1 1 15 20 4.02
24. Kota Bekasi 1 3 2 14 20 4.02
25. Kab Bekasi 1 3 2 14 20 4.02
Jumlah 79 66 43 313 498 100.00
% 15.86 13.25 8.63 62.85
42
3.2.2.10 Bahan Ajar Keterampilan Bahasa Daerah
Bahan ajar keterampilan berbahasa daerah yang sering diajarkan guru-
guru (pertanyaan 18) adalah aspek membaca (44,04%), sisanya aspek berbicara
(30,21%), aspek menulis (17,02%), dan menyimak (8,72%). Berikut ini tabel
bahan ajar keterampilan berbahasa yang sering diajarkan.
TABEL 3.25: BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
1 2 10 7 20 4.26
2. Kab. Ciamis 2 3 11 2 18 3.83
3. Kab. Tasik 2 3 11 3 19 4.04
4. Kota Tasik 2 3 13 2 20 4.26
5. Kab Garut 2 3 12 1 18 3.83
6. Kota Cirebon 2 10 2 2 16 3.40
7. Kab Cirebon 2 10 3 2 17 3.62
8. Kab Indramayu 2 12 1 2 17 3.62
9. Kab Majalengka 2 12 1 2 17 3.62
10. Kab Kuningan 1 12 7 20 4.26
11. Kota Bandung 2 12 6 20 4.26
12. Kab Bandung 13 7 20 4.26
13. Kota Cimahi 2 3 11 3 19 4.04
14. Kab Sumedang 2 3 12 3 20 4.26
15. Kota Sukabumi 2 10 6 18 3.83
16. Kab Sukabumi 3 14 3 20 4.26
17. Kab Cianjur 2 12 4 18 3.83
18. Kab Purwakarta 3 14 3 20 4.26
19. Kab Subang 3 2 12 3 20 4.26
20. Kab Karawang 2 3 11 2 18 3.83
21. Kota Bogor 2 12 2 2 18 3.83
22. Kab Bogor 3 11 2 2 18 3.83
23. Kota Depok 3 12 2 2 19 4.04
24. Kota Bekasi 2 14 2 2 20 4.26
25. Kab Bekasi 4 12 2 2 20 4.26
Jumlah 41 142 207 80 470 100.00
% 8.72 30.21 44.04 17.02
43
3.2.3 Metodologi Pembelajaran Bahasa Daerah
Metodologi pengajaran (atau pembelajaran) menyangkut tiga hal utama,
yakni pendekatan, metode, dan teknik. Ketiga komponen itu saling berhubungan
secara hierarkial. Pendekatan merupakan dasar filosofis atau aksiomatis dalam
pengajaran, yang diturunkan secara prosedural kepada metode-metode. Untuk
mengoperasional metode tersebut digunakan berbagai teknik pengajaran. Proses
pembelajaran apa pun, di mana pun, dan kapan pun, akan berkaitan dengan
ketiga komponen metodologi tersebut. Pendekatan yang lazim digunakan dalam
pembelajaran bahasa, antara lain: pendekatan humanistik, pendekatan
komunikatif, dan pendekatan alamiah. Metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran bahasa, antara lain: metode langsung, metode tak langsung,
metode linguistik, dan metode terjemahan. Teknik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran bahasa daerah, antara lain: teknik ceramah, teknik diskusi, teknik
penugasan, teknik sosiodrama, dan teknik pemodelan.
Tidak ada metode dan teknik yang paling baik karena semua metode dan
teknik sangat bergantung kepada guru, siswa, bahan, waktu, dan tempat
pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh metode dan teknik
yang digunakan. Banyak orang yang pintar dan banyak pengetahuannya, tetapi
ketika ditugasi menyampaikannya kepada orang lain tidak mampu atau kurang
mahir sehingga isi yang disampaikan tidak tercapai.
Berikut ini disajikan metode pembelajaran yang menggunakan buku teks
dan LKS serta penyampaian bahan ajar bahasa daerah dari kurikulum.
44
3.2.3.1 Penggunaan Buku Teks dan LKS
Pembelajaran dengan menggunakan buku teks dan lembar kerja siswa
(LKS) dapat dianggap sebagai teknik pembelajaran. Dari pertanyaan (8)
diperoleh gambaran bahwa pada umumnya guru-guru mengajarkan bahasa
daerah menggunakan buku teks dan LKS (85,16%), tidak menggunakannya
(5,69%), dan kadang-kadang menggunakannya (9,15%). Berikut ini tabel
penggunaan buku teks dan LKS dalam pembelajaran bahasa daerah.
TABEL 3.26: PENGGUNAAN BUKU TEKS DAN LKS
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 16 1 3 20 4.07
2. Kab. Ciamis 20 20 4.07
3. Kab. Tasik 20 1 21 4.27
4. Kota Tasik 18 1 1 20 4.07
5. Kab Garut 18 2 20 4.07
6. Kota Cirebon 16 1 1 18 3.66
7. Kab Cirebon 15 15 3.05
8. Kab Indramayu 12 1 7 20 4.07
9. Kab Majalengka 20 20 4.07
10. Kab Kuningan 18 1 1 20 4.07
11. Kota Bandung 17 1 2 20 4.07
12. Kab Bandung 18 1 1 20 4.07
13. Kota Cimahi 13 7 20 4.07
14. Kab Sumedang 18 1 1 20 4.07
15. Kota Sukabumi 18 2 20 4.07
16. Kab Sukabumi 17 2 1 20 4.07
17. Kab Cianjur 16 1 3 20 4.07
18. Kab Purwakarta 15 2 3 20 4.07
19. Kab Subang 16 2 2 20 4.07
20. Kab Karawang 15 1 4 20 4.07
21. Kota Bogor 18 1 1 20 4.07
22. Kab Bogor 18 1 1 20 4.07
23. Kota Depok 15 1 2 18 3.66
24. Kota Bekasi 18 2 20 4.07
25. Kab Bekasi 14 1 5 20 4.07
Jumlah 419 28 45 492 100.00 % 85.16 5.69 9.15
45
3.2.3.2 Penyampaian Bahasa Daerah
Penyampaian bahan ajar bahasa dan sastra daerah dalam kurikulum
secara ideal diajarkan seluruhnya (pertanyaan 19). Akan tetapi, mungkin juga
tidak seluruhnya diajarkan. Sebagian besar guru (57,00%) mengajarkan bahan
ajar dalam kurikurum seluruhnya, sisanya ada yang sebagian (15,20%), sesuai
dengan buku teks (9,60%), dan begantung situasi (19,80%). Berikut ini tabel
penyampaian bahasa daerah.
TABEL 3.27: PENYAMPAIAN BAHASA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
1. Kota Banjar 10 5 5 20 4.00
2. Kab. Ciamis 10 6 1 3 20 4.00
3. Kab. Tasik 12 4 4 2 20 4.00
4. Kota Tasik 13 5 1 1 20 4.00
5. Kab Garut 16 1 2 2 20 4.00
6. Kota Cirebon 12 2 1 5 20 4.00
7. Kab Cirebon 10 1 1 8 20 4.00
8. Kab Indramayu 13 3 2 2 20 4.00
9. Kab Majalengka 15 2 1 6 20 4.00
10. Kab Kuningan 10 2 3 5 20 4.00
11. Kota Bandung 9 4 1 6 20 4.00
12. Kab Bandung 8 5 1 6 20 4.00
13. Kota Cimahi 14 2 2 2 20 4.00
14. Kab Sumedang 11 2 1 6 20 4.00
15. Kota Sukabumi 12 2 1 4 20 4.00
16. Kab Sukabumi 12 2 2 4 20 4.00
17. Kab Cianjur 10 10 20 4.00
18. Kab Purwakarta 12 6 2 4 20 4.00
19. Kab Subang 11 2 3 4 20 4.00
20. Kab Karawang 12 4 2 2 20 4.00
21. Kota Bogor 10 2 2 4 20 4.00
22. Kab Bogor 10 2 2 6 20 4.00
23. Kota Depok 11 3 3 3 20 4.00
24. Kota Bekasi 10 4 2 4 20 4.00
25. Kab Bekasi 12 5 3 20 4.00
Jumlah 285 76 48 99 500 100.00
% 57.00 15.20 9.60 19.80
46
3.2.4 Pengembangan Media dan Sumber Belajar
Pengembangan media dan sumber belajar dapat meningkatkan
keberhasilan pembelajaran. Media merupakan alat bantu yang digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Media yang sekarang dapat digunakan dapat
berupa media cetak dan media elektornik. Media eletronik seperti radio tape,
video, dan televisi sudah lama digunakan oleh guru-guru. Sekarang muncul lagi
media elektronik yang paling canggih, yakni internet melalui komputer.
Pemakaian media elektronik yang canggih menuntut kepiawaian guru-guru atau
sumber dasay manusia dalam mengoperasikannya. Fakta di lapangan menun-
jukkan bahwa arus teknologi dan informatika terus berkembang, sementara SDM
belum sepenuhnya siap.
Selain media pembelajaran, sumber belajar yang berupa buku, Koran,
dan majalah masih dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran di
sekolah-sekolah. Buku-buku termasuk sumber belajar utama yang dapat
digunakan di mana saja dan kapan saja. Buku bahasa daerah (Sunda) yang
beredar dan digunakan di sekolah-sekolah disusun oleh penulis tertentu yang
berasal dari provinsi, penulis local yang berasal dari kota/kabupaten, bahkan
disusun oleh guru-guru itu sendiri melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP).
Untuk mengidentifikasi dan mengkaji pengembangan media dan sumber
belajar bahasa daerah di sekolah-sekolah, berikut ini disajikan paparannya.
47
3.2.4.1 Asal Buku Ajar yang Digunakan
Buku ajar yang digunakan oleh guru-guru di sekolah berasal dari berbagai
sumber (pertanyaan 11), baik dari instansi remi maupun dari penerbitan swasta,
bahkan diusahakan sendiri dan MGMP. Asal buku bahasa daerah kebanyakan
berasal dari penerbit swastra (62,88%), dari Dinas Pendidikan (16,74%), dari
MGMP (11,59%), dan dari usaha sendiri (10,94%).
TABEL 3.28: ASAL BUKU AJAR BAHASA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d
1. Kota Banjar 3 2 15 2 20 4.29
2. Kab. Ciamis 4 2 10 1 18 3.86
3. Kab. Tasik 3 2 13 3 19 4.08
4. Kota Tasik 5 1 11 3 20 4.29
5. Kab Garut 5 1 11 2 20 4.29
6. Kota Cirebon 2 2 10 2 16 3.43
7. Kab Cirebon 2 2 11 2 17 3.65
8. Kab Indramayu 2 2 10 3 16 3.43
9. Kab Majalengka 5 1 11 1 20 4.29
10. Kab Kuningan 3 2 13 3 19 4.08
11. Kota Bandung 3 3 11 4 20 4.29
12. Kab Bandung 4 2 10 20 4.29
13. Kota Cimahi 5 3 12 1 20 4.29
14. Kab Sumedang 3 2 13 3 19 4.08
15. Kota Sukabumi 2 4 11 3 20 4.29
16. Kab Sukabumi 3 3 11 1 20 4.29
17. Kab Cianjur 3 2 13 3 19 4.08
18. Kab Purwakarta 3 1 11 3 18 3.86
19. Kab Subang 2 4 11 2 20 4.29
20. Kab Karawang 4 3 11 2 20 4.29
21. Kota Bogor 2 2 10 1 16 3.43
22. Kab Bogor 3 2 13 2 19 4.08
23. Kota Depok 2 2 10 2 16 3.43
24. Kota Bekasi 2 2 11 2 17 3.65
25. Kab Bekasi 3 2 10 17 3.65
Jumlah 78 54 283 51 466 100.00
% 16,74 11,59 62,88 10,94
48
3.2.4.2 Media Pembelajaran Bahasa Daerah
Media pembelajaran bahasa daerah yang digunakan guru-guru
(pertanyaan 12) kebanyakan adalah radio tape (69,96%). Sisanya menggunakan
TV/CD/VCD (10,29%), OHP (9,05%), internet (7,00%), dan alat peraga lain
(3,70%). Berikut ini tabel penggunaan media pembelajaran bahasa daerah yang
dilakukan oleh guru-guru.
TABEL 3.29: MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH
No. Wilayah Aspek f %
a b c d e
1. Kota Banjar 15 2 1 1 1 20 4.12
2. Kab. Ciamis 10 4 4 2 20 4.12
3. Kab. Tasik 16 4 20 4.12
4. Kota Tasik 14 2 1 1 18 3.70
5. Kab Garut 13 4 2 1 20 4.12
6. Kota Cirebon 17 1 1 1 20 4.12
7. Kab Cirebon 17 1 1 1 20 4.12
8. Kab Indramayu 16 1 1 1 1 20 4.12
9. Kab Majalengka 13 2 1 1 1 18 3.70
10. Kab Kuningan 14 1 1 1 1 18 3.70
11. Kota Bandung 14 2 2 2 20 4.12
12. Kab Bandung 15 1 1 1 1 19 3.91
13. Kota Cimahi 14 1 1 1 1 18 3.70
14. Kab Sumedang 12 2 4 2 20 4.12
15. Kota Sukabumi 11 3 4 2 20 4.12
16. Kab Sukabumi 13 2 2 2 1 20 4.12
17. Kab Cianjur 10 4 4 2 20 4.12
18. Kab Purwakarta 12 2 2 2 1 19 3.91
19. Kab Subang 12 2 2 2 2 20 4.12
20. Kab Karawang 10 2 2 2 2 18 3.70
21. Kota Bogor 10 3 3 2 18 3.70
22. Kab Bogor 16 1 1 1 1 20 4.12
23. Kota Depok 15 1 1 1 2 20 4.12
24. Kota Bekasi 15 1 1 1 2 20 4.12
25. Kab Bekasi 16 1 1 1 1 20 4.12
Jumlah 340 50 44 34 18 486 100.00
% 69.96 10.29 9.05 7.00 3.70
49
3.2.4.3 Sumber Bahan Ajar lain
Sumber bahan yang digunakan dapat berasal dari Koran Sunda, majalah
Sunda, dan narasumber. Dari ketiga sumber bahan tersebut (pertanyaan 20)
ditemukan bahwa Koran Sunda relatif banyak (84,31%), majalah (5,63%), dan
sumber lainnya (10,06%).
TABEL 3.30: SUMBER BAHAR AJAR LAIN
No. Wilayah Aspek f %
a b c
1. Kota Banjar 3 8 8 19 3.87
2. Kab. Ciamis 9 10 19 3.87
3. Kab. Tasik 3 8 8 19 3.87
4. Kota Tasik 10 7 3 20 4.07
5. Kab Garut 2 12 6 20 4.07
6. Kota Cirebon 2 14 2 18 3.67
7. Kab Cirebon 5 15 20 4.07
8. Kab Indramayu 12 8 20 4.07
9. Kab Majalengka 3 10 4 17 3.46
10. Kab Kuningan 4 14 2 20 4.07
11. Kota Bandung 6 9 4 19 3.87
12. Kab Bandung 4 14 2 20 4.07
13. Kota Cimahi 2 16 2 20 4.07
14. Kab Sumedang 2 15 3 20 4.07
15. Kota Sukabumi 7 11 25 20 4.07
16. Kab Sukabumi 4 12 4 20 4.07
17. Kab Cianjur 6 14 20 4.07
18. Kab Purwakarta 2 12 6 20 4.07
19. Kab Subang 6 12 2 20 4.07
20. Kab Karawang 4 14 24 20 4.07
21. Kota Bogor 8 12 20 4.07
22. Kab Bogor 8 11 1 20 4.07
23. Kota Depok 5 15 20 4.07
24. Kota Bekasi 18 2 20 4.07
25. Kab Bekasi 4 12 4 20 4.07
Jumlah 127 289 120 491 100
% 84.31 5.63 10.06
50
3.3 Masalah Pembelajaran Bahasa Daerah
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, masyarakat, atau
instansi tertentu tidak akan luput dari permasalahan yang muncul. Demikian pula,
dalam pembelajaran bahasa daerah (Sunda) di sekolah-sekolah di Jawa Barat
tidak terlepas dari permasalahan. Untuk menjaring data tersebut disebarkan
lembar isian kepada guru-guru bahasa daerah di sekolah (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA) di Jawa Barat.
Ada sepuluh aspek yang diajukan berkaitan dengan permasalahan
pembelajaran bahasa daerah, yakni (1) bahasa pengantar pembelajaran, (2)
kurikulum dan keluasan bahan ajar, (3) administrasi pembelajaran (Silabus/RPP),
(4) minat dan sikap siswa, (5) guru bahasa daerah yang professional, (6)
metodologi pengajaran, (7) pengembangan proses pembelajaran, (8) media dan
sumber belajar, (9) evaluasi pembelajaran, dan (10) kebijakan (kepala sekolah,
Dinas Pendidikan, Pemda, MGMP/KKG).
3.3.1 Masalah Bahasa Pengantar Pembelajaran
Dalam pembelajaran bahasa di sekolah terdapat pemakaian bahasa
daerah dan bahasa Indonesia yang sering bercampur. Akibatnya, guru bahasa
Sunda di daerah tertentu seperti Bodebek dan Pantura (Cirebon, Indramayu,
sebagian Subang) sering mengkombinasikan keduanya. Percampuran kedua
bahasa tersebut berpengaruh kepada kebiasan dan kemahiran berbahasa siswa.
Masalah bahasa pengantar dalam pembelajaran bahasa Sunda banyak dialami
oleh guru-guru di daerah Pantura (Cirebon dan Indramayu) serta daerah
51
Bodebek (Bogor, Depok, dan Bekasi). Masalah ini muncul karena di wilayah
Cirebon dan Indramayu kebanyakan siswa menggunakan bahasa Jawa Dialek
Cirebon atau Indramayu daripada menggunakan bahasa Sunda. Bahkan
kebanyakan siswa lebih paham dengan menggunakan bahasa Indonesia
daripada bahasa daerah. Di wilayah Bodebek muncul permasalahan bahasa
pengantar karena banyak pendatang dari luar Jawa Barat yang bukan suku
bangsa Sunda. Namun, hal itu merambah pula di daerah-daerah lain seperti
Bandung, Cimahi, Ciamis, dan Tasikmalaya.
Di daerah-daerah lain memang ditemukan masalah bahasa pengantar
pembelajaran bahasa Sunda, tetapi jumlahnya tidak banyak. Pengantar
pembelajaran banyak menggunakan bahasa Sunda. Permasalahannya hanya
minimnya penguasaan kosakata para siswanya saja. Dengan demikian, tidak
mengherankan apabila para siswa banyak bertanya tentang kata-kata yang
digunakan oleh guru dalam mengantarkan pembelajaran bahasa Sunda daripada
bertanya tentang isi pembelajaran.
3.3.2 Masalah Kurikulum dan Keluasan Bahan Ajar
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SKKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda belum
sampai ke sekolah. Permasalahan yang muncul SKKD belum merata, jumlahnya
terbatas, tidak semua guru dan sekolah memilikinya. Di samping itu, tidak semua
isi SKKD mudah dipahami. Guru mencari sendiri stuktur dan bahan pembelajaran
bahasa Sunda. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran
52
Bahasa Sunda untuk setiap satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA).
Guru masih merasa kesulitan dalam menyusun KTSP yang berupa
silabus dan RPP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda. Jika di tingkat SD/MI
sudah ada Kelompok Kerja Guru (KKG) dan di tingkat SMP/MTs sudah ada
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), sedangkan di SMA/SMK/MA masih
belum terbentuk MGMP Bahasa dan Sastra Sunda. Kurikulum dan keluasan
bahan yang disusun oleh guru disesuaikan dengan lingkungan sekolah dan
masyarakat sekitar. Materi pupuh dan tatakrama perlu ditambahkan dalam
pembelajaran bahasa Sunda. Di dalam SKKD banyak bahan yang diulang-ulang
sehingga bagi guru merupakan masalah. Waktu belajar bahasa Sunda masih
perlu ditambah 1 jam pelajaran. Akan tetapi, ada juga yang berpendapat bahwa
cakupan bahan SKKD terlalu sempit seolah-olah dibatasi. SKKD sulit dijabarkan
dan bahan pun sulit dicari.
3.3.3 Masalah Administrasi Pembelajaran (Silabus/RPP)
Administrasi pembelajaran yang lazim disusun oleh guru-guru di sekolah
adalah program tahunan, program semester, silabus, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Penyusunan silabus dan RPP sebagai lampiran dalam
KTSP didasarkan kepada SKKD.
Di dalam penyusunan administrasi pembelajaran ditemukan beberapa
guru memiliki masalah. Kesulitan penyusunan silabus dan RPP karena beberapa
hal, antara lain:
53
(1) referensi cukup sulit dicari;
(2) jika tidak ada acuan, disusun sesuai dengan pengalaman;
(3) penyusunan penilaian yang melibatkan empat aspek berbahasa dan sastra;
(4) belum menemukan silabus dan RPP mata pelajaran bahasa Sunda yang
benar;
(5) masih perlu pengembangan dengan contoh yang jelas;
(6) belum memahami cara penyusunan silabus dan RPP sebagai pengembangan
KTSP.
Memang ada guru yang menemui masalah dalam penyusunan silabus
dan RPP, tetapi sebagian besar guru tidak menemukan masalah tersebut.
Kemudahan penyusunan administrasi pembelajaran disebabkan oleh kerjasama
guru-guru pada sanggar KKG untuk guru SD dan MGMP untuk guru SMP/MTs
dan SMA/SMK/MA. Administrasi pembelajaran bahasa Sunda memiliki kemiripan
dengan mata pelajaran lain, terutama bahasa Indonesia.
3.3.4 Masalah Minat dan Sikap Siswa
Berkaitan dengan belajar bahasa Sunda di sekolah, pada umumnya minat
dan sikap siswa tergolong kurang. Hampir semua responden mengatakan hal
yang sama, antara lain, sebagai berikut.
1) Siswa kurang antusias karena bahasa Sunda tidak bergengsi lebih senang
belajar bahasa Inggris.
54
2) Bahasa Sunda sulit diucapkan, banyak kata-kata halus yang jarang
digunakan sehari-hari. Pergaulan sehari-hari lebih banyak menggunakan
bahasa Indonesia, terutama di wilayah Bodebek dan Pantura.
3) Minat dan sikap siswa kurang karena di beberapa daerah seperti Bodebek
dan Pantura banyak pendatang yang bukan suku bangsa Sunda.
3.3.5 Masalah Guru Bahasa Daerah yang Professional
Masalah guru bahasa daerah (Sunda) yang professional banyak dihadapi
oleh sekolah-sekolah di Jawa Barat. Di SD/MI lebih banyak masalah yang
berkaitan dengan guru bahasa daerah karena guru-gurunya termasuk guru kelas
yang harus mengajarkan berbagai mata pelajaran, kecuali pendidikan agama,
olahraga, dan bahasa Inggris. Selebihnya ditangani guru kelas.
Di SMP/MTs permasalahan guru bahasa daerah (Sunda) lebih sedikit
daripada di SD/MI karena guru-gurunya sudah banyak yang diangkat dari
Jurusan Pendidikan Bahasa Sunda IKIP/UPI dan Jurusan Sastra Sunda Unpad.
Akan tetapi, karena jumlah SMP/MTs di Jawa Barat cukup banyak, sementara
lulusan dari Jurusan Pendidikan Bahasa Sunda UPI masih sedikit yang diangkat
sebagai PNS, maka tetap saja kekurangan guru bahasa daerah menjadi
permasalahan. Lebih dari 70% guru bahasa Sunda di SMP/MTs bukan dari
Jurusan Pendidikan Bahasa Sunda, ada yang dari Jurusan Pendidikan
Indonesia, PPKn, IPS, Kurikulum, dan Teknik. Pokoknya asal orang Sunda. Hal
ini memprihatinkan karena pengangkatan guru bahasa Sunda masih kurang.
Termasuk guru bahasa Sunda di SMA/SMK/MA yang baru 2007 digulirkan.
55
3.3.6 Masalah Metodologi Pengajaran
Masalah metode pengajaran masih bersifat konvensional. Di dalam
pembelajaran bahasa Sunda jarang ditemukan metode yang baru. Metode yang
digunakan masih kurang bervariatif. Guru banyak menggunakan metode, antara
lain: (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) penugasan, (4) dramatisasi, (5) simulasi,
(6) bercerita, (7) karyawisata.
Pada umumnya guru-guru di sekolah tidak mendapat kesulitan dalam
mengajarkan bahasa daerah (Sunda). Hal ini terlihat dari an gket yang dibagikan
kepada mereka. Ketika diajukan pertanyaan berkaitan dengan masalah
metodologi pembelajaran, banyak guru yang tidak mengisinya.
3.3.7 Masalah Pengembangan Proses Pembelajaran
Selama ini masih belum ada pengembangan proses pembelajaran yang
inovatif. Guru masih menggunakan metode dan proses dengan gaya lama.
Karena minta dan sikap siswa kurang baik serta bahasa Sunda sulit dipahami
siswa, perlu ada pengembangan proses pembelajaran yang mempermudah
siswa belajar dan meningkatkan minat serta sikap terhadap bahasa Sunda.
Perlu diupayakan pembelajaran dengan banyak menugaskan siswa
berlatih berbahasa Sunda, sehari dalam seminggu wajib berbahasa Sunda,
bahkan kalau bisa menggunakannya setiap ada kesempatan. Anak dianjurkan
berbicara dlam bahasa Sunda ketika berbicara dengan orang tuanya. Siswa
dibiasakan membaca bacaan berbahasa Sunda dan banyak berlatih bercerita.
56
3.3.8 Masalah Media dan Sumber Belajar
Media dan sumber belajar berkaitan dengan alat pembelajaran dan acuan
pembelajaran. Media pembelajaran yang berupa media elektronik dan media
audio-visual seperti CD dan kaset yang berkaitan dengan bahan ajar bahasa dan
sastra Sunda masih kurang. Memang media tersebut ada, tetapi belum
terdistribusikan secara merata di berbagai sekolah atau daerah. Acara-acara
radio dan televisi yang ada terbatas tayang di kota Bandung belum sampai ke
daerah-daerah. Akibatnya, para siswa tetap saja mengkonsumsi tayangan TV
berbahasa Indonesia.
Buku pelajaran berbahasa Sunda memang sudah banyak, terutama yang
dikeluarkan oleh penerbit swasta, baik yang terbit di kota provinsi maupun di
kota-kota kabupaten. Para penulisanya ada yang bersifat individual sebagai guru
atau akademisi, pengawas, sastrawan, ada juga guru-guru yang tergabung di
KKG atau MGMP. Buku-buku tersebut umumnya belum mendapat penilaian dari
dinas pendidikan sebagai buku wajib pakai atau standar perbukuan regional
seperti standar perbukuan nasional.
3.3.9 Masalah Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan secara lisan maupun tulis. Evaluasi
pembelajaran yang sering sulit dilaksanakan adalah evaluasi pembelajaran
menyimak atau mendengarkan. Di samping kurangnya media dan alat belajar,
siswa sulit menyimak wacana lisan berbahasa Sunda. Sampai saat ini, banyak
57
guru belum memiliki cara yang efektif dan efisien dalam evaluasi pembelajaran
menyimak.
Sampai saat ini belum ada criteria penilaian yang baku mengenai bahan
pembelajaran bahasa Sunda. Akibatnya, penilaian pembelajaran bahasa Sunda
belum maksimal dan belum optimal. Jenis penilaian lisan, tulis, dan praktek harus
ditingkatkan dalam pembelajaran bahasa Sunda. Evaluasi sering dilaksanakan
dalam bentuk obyektif, sedikit yang dilaksanakan dalam bentuk subyektif.
Kesulitan ditemukan ketika diadakan tes membaca dan menyimak. Juga
banyak kendala dalam penilaian apresiasi sastra Sunda. Penilaian lebih banyak
mengukur pengetahuan bahasa dan sastra daripada keterampilan berbahasa
dan bersastra seperti apresiasi dan ekspresi sastra.
Pembuatan soal masih didrop dari dinas, belum disusun oleh guru sesuai
dengan kondisi lingkungan sekolah. Ironisnya, pengembangan bahan dan proses
pembelajaran dilaksanakan berdasarkan SKKD untuk membentuk kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jadi, antara tujuan KTSP dengan penilaian
belum sinkron.
Status mata pelajaran Bahasa Sunda yang bukan mata pelajaran
nasional, sering dilihat sebelah mata, dianggap mudah, dan kurang
diperhitungkan. Ketika anak tidak akan naik kelas karena kurangnya nilai dari
mata pelajaran lain, maka mata pelajaran bahasa Sunda sering dijadikan
“tumbal” agar nilainya ditingkatkan. Jadi, tidak ada gunanya diadakan penilaian
khusus apabila ketika anak kurang harus tetap ditambah.
58
3.3.10 Masalah Kebijakan
Masalah kebijakan berkaitan dengan beberapa komponen, antara lain,
komponen kepala sekolah, dinas pendidikan, Pemda, dan MGMP/KKG.
Pertama, kepala sekolah kurang membudayakan bahasa Sunda dalam
kehidupan sehari-hari di sekolah. Kepala sekolah sering tidak mendukung
kegiatan yang berkaitan dengan bahasa Sunda dan pembelajaran bahasa
Sunda. Di SMA baru diberi jatah waktu satu jam pelajaran untuk bahasa Sunda.
Kepala sekolah kurang memberikan motivasi dan bantuan berkaitan dengan
sarana dan media pembelajaran bahasa daerah.
Kedua, kebijakan dinas pendidikan kota/kabupaten mengenai
pengembangan bahasa daerah (Sunda) belum optimal, ada kesan memandang
sebelah mata. Pihak dinas pendidikan kurang memberikan pembinaan dan
bimbingan berkaitan dengan guru dan pembelajaran bahasa Sunda. Secara
umum pihak dinas pendidikan mendukung pelaksanaan pembelajaran bahasa
Sunda di sekolah-sekolah.
Ketiga, pihak Pemda secara umum mendukung adanya pendidikan di
sekolah. Akan tetapi, untuk bahasa dan busaya Sunda masih kurang perhatian.
Hal ini tidak merata di seluruh kabupaten/kota. Pemda Purwakarta, Subang,
Tasikmalaya, Kuningan, dan Sukabumi termasuk besar perhatiannya terhadap
pengembangan bahasa dan budaya Sunda. Daerah lainnya masih kurang
memberikan perhatian sehingga jarang sekali memberikan pembinaan dan
bantuan terhadap guru-guru bahasa daerah.
59
3.4 Usulan tentang Pembelajaran Bahasa Daerah
Misi pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan sistem dan iklim
pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu. Hal ini ditujukan agar peserta
didik memiliki akhlak yang mulia, bersikap kreatif dan inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas dan sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab,
berketarmpilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sejalan dengan misi pendidikan nasioanl tersebut, pengajaran bahasa
Sunda pun berupaya mengimbanginya ke arah itu, tanpa melupakan muatan
budaya daerah (Sunda). Untuk menjaring berbagai informasi mengenai berbagai
permasalahan dan upaya pemecahannya, dalam penelitian ini dijaring berbagai
usulan dan saran dari para praktisi (guru-guru bahasa Sunda di SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA) di Jawa Barat.
Dari hasil analisis data terhadap 500 informan guru di Jawa Barat,
ditemukan empat hal utama yang diusulkan oleh guru-guru, yakni masalah (1)
kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber belajar, dan (4) pelaksanaan
pengajaran.
3.4.1 Usulan tentang Peningkatan Mutu Kurikulum Bahasa Sunda
Berkaitan dengan kurikulum, SKKD Bahasa Daerah (Sunda), terdapat
beberapa upaya dapat dilakukan, antara lain, sebagai berikut.
a. SKKD bahasa Sunda agar segera disosialisasikan secara merata ke seluruh
guru dan sekolah di Jawa Barat,kemudian pihak Disdik Propinsi agar memuat
60
bahan ajar yang bersifat regional propinsi, tetapi dapat dikembangkan oleh
daerah kota/kabupaten.
b. SKKD bahasa Sunda hendaknya:
(1) mengacu kepada kesatuan dan keutuhan ke-Jawa Barat-an (kesundaan);
(2) sederhana dan mudah dipahami oleh para guru;
(3) merupakan hal baru dan menciptakan suasana baru, baikbagi guru
maupun bagi siswa, sehingga minat siswa terhadap bahasa Sunda positif
dan meningkat;
(4) fleksibel, yakni keseragaman regional propinsi utuh, tetapi keberagaman
daerah terpenuhi;
(5) sentral-variatif, yakni meskipun bersifat regional Jawa Barat, tapi dapat
dikembangkan guru-guru sesuai dengan kondisi daerah kota/ kabupaten;
(6) menjadi pedoman bagi guru dan mempermudah guru dalam mengajar,
bukan sebaliknya.
(7) tidak menjebak guru ke dalam tugas-tugas rutinitas administratif yang
membosankan dan menyulitkan, antara lain, harus menyusun program
pengajaran yang banyak;
(8) memperhatikan kategorisasi lokal, yakni memberikan petunjuk teknis
pelaksanaan pengajaran bahasa Sunda bagi daerah-daerah Pantura
(Cirebon dan Indramayu) dan Bodebek.
61
3.4.2 Usulan tentang Isi Buku Ajar
Buku atau bahan ajar bahasa dan sastra Sunda hendaknya:
1) memuat seni-budaya Sunda, termasuk tradisi masyarakatnya;
2) memuat keragaman daerah (wewengkon), tapi memberi kelelusaan kepada
guru untuk mengembangkan dan menyusun strategi pengajarannya;
3) disesuaikan dengan tuntutan zaman (aktual) dan kondisi lingkungan
(kontekstual);
4) disesuaikan dengan kebutuhan siswa, termasuk kelas dan usianya;
5) mencerminkan ahlak, moral, dan tatakrama Sunda;
6) melatih kreativitas siswa dan mengembangkan bakat serta kemampuannya;
7) menumbuhkan minat dan berpikir kreatif siswa;
8) menekankan segi terapan (psikomotorik), baru segi kognitif dan afektif;
9) berorientasi kepada pemakaian bahasa Sunda sehari-hari yang hidup di
masyarakat;
10) menekankan aspek berbahasa lisan (menyimak dan berbicara) dan
berbahasa tulis (membacadan menulis);
11) menekankan apresiasi dan ekspresi sastra, bukan teori sastra;
12) mengaplikasikan kosakata dalam kalimat, bukan menghapalnya;
13) bervariatif dan tidak berulang-ulang agar tidak membosankan;
14) memperhatikan bahasa dialek (wewengkon) sebagai suatu materi pokok;
15) menempatkan tatakrama bahasa sebagai satu materi pokok; dan
16) memperkenalkan aksara Sunda.
62
3.4.3 Usulan tentang Guru Bahasa Daerah (Sunda)
Berkaitan dengan guru bahasa daerah (Sunda) ada dua hal yang
disarankan, yakni:
1) Jumlah guru bahasa Sunda yang professional, yang berasal dari Jurusan
Pendidikan Bahasa Daerah (Sunda) FPBS UPI masih sangat kurang. Artinya,
pemerintah harus segera mengangkat guru bahasa Sunda yang sesuai.
Guru-guru itu ditempatkan di SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.
2) Meskipun sebagai guru kelas, tetapi sudah saatnya di SD/MI pun perlu
diangkat secara khusus guru bahasa daerah (Sunda).
3.4.4 Usulan Peningkatan Mutu Guru dan Pembelajaran Bahasa Sunda
Untuk meningkatkan mutu guru serta pembelajaran bahasa Sunda perlu
diadakan beberapa kegiatan, antara lain:
(a) Sering diadakan pelatihan/penataran bahasa Sunda secara merata dan
menyeluruh, pesertanya tidak orang itu-itu saja.
(b) Diadakan penataran/penyuluhan/pelatihan bahasa Sunda bagi guru-guru SD
dan SMP secara merata di tiap-tiap kabupaten/kota di Jawa Barat, bukan
hanya pada tingkat propinsi saja. Narasumbernya harus benar-benar
profesional dalam bidang bahasa dan sastra Sunda serta pengajarannya.
(c) Aktifkan kembali KKG dan MGMP dengan koordinasi yang jelas dari Disdik;
Adanya anggaran khusus bagi kegiatan KKG atau MGMP bahasa Sunda,
baik untuk tingkat sekolah maupun di tingkat Kota/Kabupaten.
63
(d) Biasakan sehari-hari menggunakan bahasa Sunda kepada siswa atau teman
sejawat.
(e) Pasanggiri bahasa Sunda (pidato, baca sajak, bercerita, pupuh, dan purna-
Drama) supaya diadakan rutin setiap tahun.
3.4.5 Usulan tentang Media dan Sumber Belajar Bahasa Sunda
Berkaitan dengan media dan sumber belajar diharapkan Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat melakukan beberapa hal, antara lain:
(a) Menyusun buku pelajaran bahasa Sunda untuk SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/SMK/MA secara regional dengan bahasa Sunda lulugu (baku)
sebagai penyeimbang buku-buku yang diterbitkan oleh pihak swasta;
(b) Membuat CD/VCD model-model pembelajaran bahasa dan sastra Sunda
dari berbagai aspek bahan ajar;
(c) Segera mengadakan penilaian buku ajar dan buku bacaan yang beragam
dari berbagai penulis dan pengarang tidak didominasi oleh salah seorang
penulis atau penerbit; dan
(d) Disdik menerbitkan Kamus Bahasa Sunda Anak-anak, baik ekabahasa
Maupun dwibahasa, bahkan multibahasa.
(e) Ada buku yang lengkap dari berbagai aspek bahasa dan sastra Sunda.
(f) Buku pedoman aksara Sunda, kamus bahasa Sunda, dan kaset pupuh
segera disebarkan ke sekolah-sekolah di Jawa Barat. Penyebaran buku-
buku ke sekolah-sekolah secara merata.
64
3.4.6 Usul tentang Penilaian Pembelajaran Bahasa Sunda
Berkaitan dengan penilaian pembelajaran bahasa Sunda diharapkan
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melakukan beberapa hal, antara lain:
(a) Menyusun pedoman penilaian bahan ajar bahasa Sunda;
(b) Menyusun bank soal bahasa Sunda untuk Ujian Regional (UR) Provinsi
Jawa Barat; dan
(c) Mengusulkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat agar
“Nilai Mata Pelajaran Bahasa Sunda” dicetak dalam buku rapor dan Izajah.