BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek...

26
25 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek Perancangan 1. Sangiran Sangiran sebenarnya adalah nama kembar dari dua pedukuhan kecil yang terletak di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kedua pedukuhan ini dipisahkan oleh Kali Cemoro yang mengalir dari Kaki Gunung Merapi menuju ke Sungai Bengawan Solo. Dukuh Sangiran sisi utara terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragendan Dukuh Sangiran sisi selatan masuk wilayah Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Dari nama kembar pedukuhan itulah Sangiran berasal yang sekarang telah dijadikan nama dari sebuah kawasan situs manusia purba yang cukup penting di antara jajaran situs-situs manusia purba lain di dunia yang jumlahnya sangat terbatas. Situs Manusia Purba Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terdapat di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu kurang lebih 18 km sebelah utara kota Solo ke arah kota Purwodadi. Tepatnya Museum Sangiran beralamat di Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Daerah Tingkat II Sragen. Secara astronomis situs manusia purba sangiran terletak antara 110 o 49‟ hingga 110 o 53‟ Bujur Timur, dan antara 07 o 24‟hingga 07 o 30‟ Lintang Selatan. Situs Sangiran ini dianggap penting karena memiliki keutamaan antara lain, bahwa situs ini areal sebaran temuannya sangat luas yaitu ± 59,21 Km 2 berada di wilayah Kabupaten Seragen dan Karanganyar, dan mengalami masa hunian oleh manusia

Transcript of BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek...

Page 1: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

25

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Obyek Perancangan

1. Sangiran

Sangiran sebenarnya adalah nama kembar dari dua pedukuhan kecil yang

terletak di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa

Tengah. Kedua pedukuhan ini dipisahkan oleh Kali Cemoro yang mengalir dari

Kaki Gunung Merapi menuju ke Sungai Bengawan Solo. Dukuh Sangiran sisi

utara terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragendan

Dukuh Sangiran sisi selatan masuk wilayah Desa Krendowahono, Kecamatan

Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Dari nama kembar pedukuhan itulah

Sangiran berasal yang sekarang telah dijadikan nama dari sebuah kawasan situs

manusia purba yang cukup penting di antara jajaran situs-situs manusia purba lain

di dunia yang jumlahnya sangat terbatas.

Situs Manusia Purba Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran.

Kubah tersebut terdapat di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu kurang lebih 18

km sebelah utara kota Solo ke arah kota Purwodadi. Tepatnya Museum Sangiran

beralamat di Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Daerah Tingkat II Sragen.

Secara astronomis situs manusia purba sangiran terletak antara 110o49‟ hingga

110o53‟ Bujur Timur, dan antara 07

o24‟hingga 07

o30‟ Lintang Selatan. Situs

Sangiran ini dianggap penting karena memiliki keutamaan antara lain, bahwa situs

ini areal sebaran temuannya sangat luas yaitu ± 59,21 Km2 berada di wilayah

Kabupaten Seragen dan Karanganyar, dan mengalami masa hunian oleh manusia

Page 2: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

26

purba paling lama dibanding situs-situs lain di dunia, yaitu di huni oleh manusia

purba selama lebih dari satu juta tahun dengan jumlah temuan fosil manusia purba

yang cukup melimpah, yaitu mencapai 50% populasi homo erectus di dunia.

Penelitian tentang Situs Sangiran dimulai tahun 1893, ketika untuk pertama

kalinya situs ini didatangi peneliti Eugene Dubois yang pada saat itu sedang

dalam pencarian untuk mencari fosil nenek moyang manusia. Namun karena

kurang serius meneliti di sangiran, maka dia tidak berhasil mendapatkan temuan

yang dicarinya. Temuan yang ia cari justru didapatkannya di Trinil, Ngawi, Jawa

Timur. Pada tahun 1932 L.J.C. van Es melakukan pemetaan secara geologis di

Sangiran dan sekitarnya. Peta inilah yang kemudian digunakan oleh G.H.R. von

Koenigswald pada tahun 1934 untuk melakukan survei eksploratif dengan temuan

beberapa artefak prasejarah. Ia berkerja pada pemerintahan Belanda sebagai staf

di Dinas Pertambangan di Bandung pada tahun 1930-an dibantu oleh Toto

Marsono, Kepala Desa Krikilan pada masa itu yang telah melatih masyarakat

Sangiran mempelajari tentang fosil dan cara penanganannya secara profesional.

Setiap hari Toto Marsono atas perintah G. H. R. Von Koenigswald mengerahkan

penduduk sangiran untuk mencari balung buto (Bahasa Jawa = tulang raksasa)

demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran

besar itu. Hasil penelitian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak

Toto Marsono sampai tahun 1975. Karena banyaknya wisatawan yang

berdatangan, maka muncul ide untuk membangun sebuah museum melalui Bupati

Sragen di desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Pada awalnya

Museum Sangiran dibangun diatas tanah seluas 1000 m2dan diberi nama

“Museum Plestosen” yang terletak disamping Balai Desa Krikilan. Sebuah

Page 3: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

27

museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1983 oleh pemerintah pusat

di atas tanah seluas 16.675 m2

karena semakin banyaknya temuan fosil yang

dihasilkan dan sekaligus bertujuan melayani wisatawan. Sejak ditetapkannya

Museum Manusia Purba Sangiran sebagai warisan dunia oleh UNESCO dengan

nama Sangiran The Early Man Site pada tanggal 5 Desember 1996, di Museum

Sangiran terus dilakukan penambahan dan pembenahan fasilitas pendukung guna

mempertegas keberadaannya sebagai salah satu warisan dunia yang memiliki

peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun untuk menciptakan

kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke museum ini. Tahun 1998

Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Tengah melengkapi kompleks Museum Sangiran

dengan bangunan audio visual di sisi timur museum dan tahun 2002 Bupati

Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan menjadi ruang

pameran tambahan. Karena dianggap masih kurang representatif dan potensi Situs

Sangiran perlu dikembangkan demi kesejahteraan masyarakat luas, maka pada

tahun 2004 telah disusun masterplan dan pada tahun 2007 disusun DED (Detail

Enginering Design). Berdasarkan Masterplan dan DED tersebut maka pada tahun

2008 hingga 2014 di Situs Sangiran dibangun 5 museum di 4 klaster. Ke empat

museum klaster ini adalah Museum Manusia Purba Klaster Bukuran, Museum

Manusia Purba Klaster Ngebung, Museum Manusia Purba Klaster Dayu, dan

Museum Lapangan Manyarejo. Masing-masing museum tersebut memiliki tema

sajian yang berbeda sesuai dengan potensi masing-masing lokasi.

Di Museum Manusia Purba Sangiran ini terdapat sekitar 13.809 koleksi fosil

manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang

belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan

Page 4: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

28

beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga

ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah

di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan

arsitektur modern. Di sini kita dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia

purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.

2. Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran

Museum purbakala Dayu beserta situs arkeologinya merupakan bagian dari

Situs Manusia Purba Sangiran yang dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia

Purba Sangiran yang berpusat di Desa Krikilan Kec. Kalijambe Kab. Sragen.

Museum ini diresmikan pada tanggal 19 Oktober 2014 oleh Wakil Presiden RI

Prof. Dr Boediono bersama dengan Museum Manusia Purba Sangiran di Klaster

Ngebung dan Bukuran. Museum purbakala Dayu adalah satu-satunya museum

klaster sangiran yang berlokasi di Kabupaten Karanganyar dan menempati lahan

seluas kurang lebih 10.500 m2 yang terletak di desa Dayu, Kecamatan

Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Sejak pertengahan tahun 1990-an hingga

sekarang, daerah Dayu menjadi pusat perhatian para peneliti, sudah lebih dari 30

kotak test-pit di buka di lokasi ini. Di museum ini kita dapat melihat dan

mempelajari jejak kehidupan manusia purba dari struktur dan lapisan tanah yang

telah ada berjuta-juta tahun silam. Selain itu, di Museum Dayu dapat diperoleh

informasi lengkap tentang kehidupan manusia purba di pulau Jawa yang dapat

menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti antropologi, arkeologi,

geologi, paleoantropologi, magantropus, erektus, dan lain-lain. Lokasi ini menjadi

lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

menjadi pusat penelitian ilmu pengetahuan tentang kehidupan Pra sejarah. Situs

Page 5: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

29

ini banyak menyimpan kekayaan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam,

baik itu kehidupan flora, fauna, maupun manusia dan budayanya, serta merekam

perubahan lingkungan yang pernah terjadi di Sangiran jutaan tahun silam.

Penelitian-penelitian di Dayu memberikan hasil yang sangat spektakuler, seperti

pada tahun 2004 hingga 2006 ditemukannya lapisan pasir flufio-volkanik di

bawah lapisan lempung hitam Foramsi Pucangan yang terdapat bukti-bukti

kehidupan manusia berupa alat-alat serpih Sangiran (Sangiran Flake Industry)

dengan kuantitas lebih dari 200 artefak. Alat-alat serpih ini merupakan budaya

manusia purba paling tua di Indonesia, dan diyaini sebagai budaya Homo Erectus

arkaik yang hidup pada kala Plestosen Bawah di Sangiran.

Museum Dayu berdiri di atas lahan yang khusus dipilih dan dirancang

sebagai sajian contoh lapisan tanah dari 4 zaman dalam rentang masa 100 ribu

hingga 1,8 juta tahun silam, Museum dayu menjelma menjadi pusat informasi

tentang pelapisan tanah purba dan budaya manusia jenis Homo Erectus

terlengkap.

Museum Dayu hadir dengan tema Apresiasi Ekskavasi dan Penelitian

Mutakhir. Museum ini memberikan gambaran mengenai lapisan tanah di Dayu,

kehidupan Kala Plestosen Bawah, dan penemuan artefak batu yang tertua di

Indonesia dalam ekskavasi di Dayu. Informasi yang populer disertai tata pamer

dan display menarik, serta sentuhan teknologi terkini menjadikan museum ini

layak menjadi tujuan wisata edukasi dan sumber ilmu pengetahuan tentang masa

lalu. Pengunjung akan diajak berjalan menuruni tangga menuju masa jutaan tahun

silam. Museum ini merupakan pengembangan untuk pemanfaatan Situs Sangiran.

Di sekitar lokasi museum sampai sekarang masih ditemukan fosil. Tujuan utama

Page 6: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

30

pendirian Museum Dayu adalah mempresentasikan tentang kehidupan manusia

antara 1,2 sampai 0,3 juta tahun yang lalu dan informasi hasil penelitian terkini.

Pada Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu terdapat tiga jenis

ruang display, yaitu ruang shelter (anjungan), ruang diorama, dan ruang pamer.

Pada masing-masing ruang anjungan terdapat sajian fosil binatang yang berbeda-

beda. Secara umum sajian fosil binatang disesuaikan dengan penemuannya pada

masing-masing lapisan tanah. Ruang shelter terbagi menjadi tiga anjungan yaitu:

a. Anjungan Notopuro

Anjungan ini berdiri di atas lapisan tanah yang terbentuk 250.000

tahun yang lalu

Inilah sangiran 250 ribu tahun yang silam. Hamparan padang

rumput berseling belukar dialiri sungai, dengan iklim kerontong di

musim kemarau. Pada kala plestoaran atas, sangiran banyak dihuni fauna

pemakan rumput. Kelompok bovidae seperti kerbau, banteng, sapi, dan

gerombolan babi hutan ( Suidae ) mendominasi kawasan ini hidup pula

gerombolan gajah purba ( Elephantidae) yang merayah semak belukar,

kacang kacangan,dan bunga-bungaan khas stepa. Tak jarang, punggung

bukit sangiran diramikan oleh banteng dan badak yang berebut pangan

dan ruang hidup. Di lembah sungai yang surut, buaya mesti berbagi

ruang dengan kuda sungai ( hippopotamidae ). Predator seperti Macan

Ngandong (Phanthera tigris soloensis) kerap singgah di bukit Sangiran

untuk mencari makan. Demikian pula, kelompok manusia Homo erectus

merambah lembah Sangiran untuk mempertahankan hidup. Memburu

dan diburu!

Page 7: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

31

Meski air masih melimpah di musim hujan, musim kemarau

menjadi musim tak ramah lagi bagipenghuni Sangiran. Di musim ini,

debit air sungai mengecil dan mendangkal.persainganpun semakin

sempit. Hukum evolusi pun berlaku: survival of the fittnes (siapa siap dia

akan bertahan).

Fosil yang di pamerkan pada anjungan ini adalah fragmen fosil

tulang paha gajah purba (femur) Elephantidae.

b. Anjungan Kabuh

Anjungan ini berdiri di atas lapisan tanah yang terbentuk 730.000

tahun yang lalu. Sangiran pada masa 730 – 250 ribu tahun yang lalu

merupakankawasan aliran sungai yang cukup hijau, dengan dominasi

rerumputan berseling pohon besar. Hewan herbivora seperti banteng,

badak,dan gajah purba bergerombol merumput di bawah pohon rindang

yang berseling semak belukar. Kelompok manusia Homo erectus pun

acapkali menyeruak dan menghalau hewan untuk mempertahankan ruang

hidupnya.

Kadangkala dari atas bukit, homo erectus menuruni lembah tepian

sungai besar untuk membuat alat batu dan mengumpulkan makanan

seperti kacang-kacangan, umbi, dan telur. Mereka kadang memburu

hewan-hewan antara lain babi hutan, kijang, dan sapi. Para pemburu

lincah dan cekatan ini sanggup memojokkan hewan buruannya, sebelum

menujah mereka dengan kayu runcing atau merajamnya dengan batu.

Sungai yang lebar dan berkelok menyediakan air yang berlimpah

bagi hewan dan manusia yang hidup pada masa itu. Lingkungan seperti

Page 8: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

32

ini juga menjadi habitat yang baik bagi buaya dan kuda sungai. Selama

500 ribu tahun banyak peristiwa alam dan perubahan iklim terjadi

sehingga lingkungan Sangiran kerap berubah-ubah. Menjelang akhir kala

plestosen tengah aktivitas gunung api meningkat. Letusan-letusan

dahsyat berasal dari gunung-gungung khusunya Gunung Lawu Purba.

Fosil yang di pamerkan pada anjungan ini adalah tengkorak

banteng purba (cranium) Bibos paleosondaicus.

c. Anjungan Grenzbank

Grenzbank, merupakan lapisan sebelum Kabuh. Nama ini berasal

dari bahasa Jermanyang berarti “Zona batas.” Nama ini dilontarkan oleh

G.H.R. von Koeningswald pada tahun 1940. Geolog bangsa Jerman ini

bermaksud menandai lapisan transisi yang ditemukannya, antara kabuh

dan fase sebelumnya; yakni lapisan tanah yang mewakili “periode

antara” akibat perubahan lingkungan

Sangiran, 900-730 tahun yang lalu. Sejauh mata memandang hanya

rawa dan hutan bakau yang terlihat. Sesekali buaya menyeruak

membelah air tenang. Ketika suhu bumi memanas, muka air laut naik

menyebabkan rawa-rawa Sangiran menjadi laut dangkal, menyisakan

beting-beting daratan agak tinggi. Padang rumput diseling hijauan

pepohonan pinus, di samping aliran sungai tenang membelah daratan ini.

Gerombolan kuda sungai ( hippopotamidae) berendam dan menyelam

merayakan kelimpahan air. Penyu purba (Chelonidae) pun senang hidup

di lingkungan seperti ini.

Page 9: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

33

Manusia purba Homo erectus biasanya beraktivitas di sepanjang

sungai. Mereka mengumpulkan tanaman pangan dan membuat alat batu

dari bahan yang tersedia, seraya tetap waspada terhadap macan purba

(panthera tigris oxygnatha) yang gemar memangsa hewan-hewan lain.

Kadangkala manusia juga belajar dari alam untuk berburu dan

menangkap hewan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada akhir kala plestosen Tengah, proses pengangkatan daratan

dan materisal erupsi gunung api purba yang mengisi dan menimbun laut

dangkal bersama-sama mengubah Sangiran menjadi pantai dan daratan.

Fosil yang di pamerkan pada anjungan ini adalah fragmen gading

gajah purba (incisivus) Elephantidae.

Pada lapisan paling bawah kompleks museum dibangun taman bermain dan

tempat untuk beristirahat bagi pengunjung serta ruang diaroma yang berisi

gambaran aktivitas perburuan kehidupan manusia purba jaman dahulu lengkap

dengan hewan-hewan yang hidup pada masa itu. Pada saat memasuki ruangan ini,

pengunjung serasa dibawa kembali ke jaman peradaban manusia purba.

Sementara itu, pada ruang pamer terdapat sajian fosil binatang yang terdiri

dari jenis binatang tulang pinggul (pelvis) Bovidae, tulang ekor (sacrum) Bovidae,

tulang belakang (vertebrae) Bovidae, tulang kaki depan bawah (radius) Stegodon

sp., rahang bawah (mandibula) Stegodon pigmi, rangga (antler) Cervidae,

pergelangan kaki (astragalus) Bovidae, tulang kaki belakang kiri bawah (tibia

sinistra) Bovidae, tulang leher (cervicalis) Bovidae, tulang rusuk (costae)

Cervidae, rahang bawah (mandibula) Stegodon trigonocephalus, tulang kaki

Page 10: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

34

depan bawah (radius) Bovidae, dan tulang pinggul (pelvis) Elephantidae, serta

beberapa alat serpih batu.

3. Visi dan Misi Museum Sangiran

a. Visi

Visi Museum Sangiran adalah “Lestarinya Situs Manusia Purba

Sangiran sebagai pusat penelitian manusia purba yang mampu memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat baik pada tingkat dunia,

regional, nasional, maupun lokal”.

b. Misi

Museum Sangiran mempunyai beberapa misi-misi yang hendak dicapai

dengan adanya museum ini antara lain:

a. Melestarikan dan melindungi bentang alam, tinggalan alam dan

budaya purba Sangiran yang unik dan sangat penting bagi ilmu

pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan.

b. Menciptakan jalinan kerjasama yang padu di antara para

stakeholders, baik dari lingkungan pemerintah, sektor swasta,

akademisi, maupun masyarakat dalam rangka pelestarian dan

pengembangan situs Sangiran.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan untuk

menciptakan kondisi yang kondusif bagi upaya pelestarian situs

Sangiran.

Page 11: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

35

d. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka interpretasi

berkelanjutan terhadap nilai-nilai penting situs Sangiran untuk

kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

e. Menjadikan Sangiran sebagai pusat informasi dan pengkajian data

tentang manusia purba di Indonesia.

f. Menyajikan nilai-nilai penting dan pengetahuan tentang situs

Sangiran, baik bagian-bagiannya maupun secara keseluruhan,

kepada khalayak.

g. Mengembangkan wisata pendidikan yang ramah lingkungan dan

berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

4. Tujuan dan Sasaran didirikannya Museum Sangiran

a. Tujuan

Tujuan didirikannya Museum Sangiran adalah sebagai berikut:

a. Penyelamatan dan Pengamanan kawasan situs cagar budaya

Sangiran

b. Melengkapi dan menyempurnakan sarana dan prasarana penunjang

aktivitas di kawasan situs Sangiran

c. Pengelolaan secara terpadu diantara para stakeholder yang

menumbuhkan komitmen, keterpaduan dalam pengelolaan kawasan

Situs Sangiran

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif menjaga

situs dan memaksimalkan implementasi dari undang-undang cagar

budaya

Page 12: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

36

e. Mengembangkan dan meningkatkan penelitian semua disiplinilmu

pengetahuan (Geologi, Arkeologi, Biologi, Paleoanthropologidan

Antropologi)

f. Meningkatkan daya tarik wisata skala nasional dan internasional

b. Sasaran

Sasaran utama dari didirikannya Museum Sangiran adalah:

a. Terwujudnya keselamatan dan keamanan situs Sangiran

b. Meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap

keberadaan Situs Sangiran

c. Terwujudnya peningkatan penelitian sebagai acuan dalam

mengembangkan pegetahuan masyarakat tentang kehidupan masa

purba

d. Terwujudnya manajemen pengelolaan kawasan Sangiran yang

handal

e. Terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana pendukung berbagai

kegiatan penelitian dan kepariwisataan di kawasan Situs Sangiran

f. Meningkatnya jumlah peneliti dan wisatawan

Page 13: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

37

5. Struktur Organisasi dan Jaringan Kerja Pengelolaan Situs Manusia

Purba Sangiran

Gambar Bagan 1

Jaringan Kerja Pengelolaan Situs Sangiran

Gambar Bagan 2

Struktur Organisasi Museum Sangiran

Dep. Kebudayaan

dan Pariwisata

Menko Kesra

(vocal point)

Pokja

Wardun

Dirjen

Sejarah dan

Purbakala

(sepur)

Pemerintah

Daerah

KNIU

UNESCO

KNIU

UNESCO

BPSMP

Sangiran

Dep. Kebudayaan

dan Pariwisata

Pemerintah

Provinsi/Kabupaten

Museum Nasional

Dirjen Sejarah dan

Purbakala (sepur)

Dir. Perawatan

Museum Kepala Pusat

Sangiran

Kabag TU

BP3 Jateng Bidang

Penelitian

Bidang

Pelestarian

Bidang

Museum

Bidang

Pemanfaatan

Kelompok Jabatan

Fungsional/Peneliti

Budaya

Page 14: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

38

6. Promosi yang Pernah Dilakukan

Selama ini museum Sangiran telah menggunakan beberapa cara maupun

media untuk berpromosi sebagai upaya menarik wisatawan. Cara dan media

yang pernah digunakan antara lain :

a. Mengadakan atau mengikuti pameran

b. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi melalui ceramah dan kunjungan

ke museum dengan sasaran siswa sekolah

c. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi melalui ceramah dan kunjungan

ke museum dengan sasaran pelaku wisata (biro travel)

d. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi melalui ceramah dan kunjungan

ke museum dengan sasaran pemangku kebudayaan

e. Pameran keliling ke kota-kota

f. Membuat leaflet

g. Mencetak booklet

h. Menjual souvenir

i. Membuat papan penunjuk arah

j. Membuat baliho

k. Web site (sangiranmuseum.com)

Selain media tersebut diatas Museum Sangiran juga mengadakan event-

event yang dilaksanakan di lokasi museum, antara lain :

a. Lomba lukis

b. Pentas seni (hiburan rakyat)

c. Kemah budaya

Page 15: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

39

B. Target Market

Sebagai salah satu objek wisata yang bertempat di Kabupaten Sragen,

Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran merupakan salah satu museum

sejarah yang berada di bawah naungan BPSMP Sangiran yang berstandart

internasional dimana fokus utamanya adalah mengkaji tentang evolusi manusia

yang berada di Indonesia. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi kabupaten

Karanganyar yang memiliki obyek wisata dibawah naungan Museum yang

berstandart internasional yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan

dunia, sehingga dapat menambah pendapatan daerah maupun pemasukan bagi

Indonesia melalui turis-turis lokal maupun mancanegara yang datang berkunjung.

Target Market yang digunakan pada Perancangan Video Profil Museum Manusia

Purba Klaster Dayu Sangiran ini adalah sebagai berikut:

1. Demografis

a. Usia : 10 – 60 tahun

b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan

c. Pendidikan : Semua kalangan pendidikan

2. Geografis

Wilayah yang di cakup wisatawan domestik maupun mancanegara.

3. Psikografis

a. Kelas Sosial : Semua Golongan

b. Kondisi : Masyarakat lokal maupun mancanegara yang

yang haus akan informasi dan perduli akan sejarah manusia purba.

Page 16: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

40

C. Target Audience

1. Demografis

a. Usia : 10 – 60 tahun

b. Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan

c. Pendidikan : Semua kalangan pendidikan

2. Geografis

Wilayah yang dicakup wisatawan domestik dan mancanegara.

3. Psikografis

a. Kelas Sosial : Semua Golongan

b. Kondisi : Masyarakat lokal maupun mancanegara yang

suka berwisata dan perduli akan sejarah manusia purba.

D. Target Visual

Pemilihan dan karakteristik media dimaksudkan agar pesan yang disampaikan

dalam perancangan pembuatan film dokumenter ini lebih efektif dan efisien,

sehingga dalam perancangannya mendapatkan manfaat yang dicapai dari tujuan

pembuatan film dokumenter ini. Medianya terdiri dari :

1. Karya Utama

a. Video Profil Museum Manusia Purba Klaster Dayu Sangiran

2. Karya Pendukung

a. Cover CD

b. Box CD

c. Poster

d. Teaser

Page 17: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

41

E. Komparasi

Dalam studi tentang komparasi, penulis memilih berdasarkan koleksi

penemuan yang hampir sama yaitu penemuan arkeologi berupa fosil. Disini

komparasi atau pembanding, karena pada dasarnya Museum Manusia Purba

Klaster Dayu Sangiran dalam usahanya dibidang pariwisata tidak mempunyai

kompetitor secara langsung maupun tidak langsung, karena dalam hal ini Museum

Dayu tidak mencari keuntungan dalam berusaha seperti obyek wisata perusahaan

swasta. Berikut adalah komparasi atau pembanding Museum Manusia Purba

Klaster Dayu Sangiran dengan memberikan jasa dan produk yang sama kepada

pasar dengan membandingkan promosi pariwisata.

1. Gambaran Umum Museum Trinil

Situs Museum Trinil adalah satu-satunya situs kepurbakalaan berada di

Ngawi Jawa Timur. Di museum ini banyak sekali tersimpan fosil-fosil purba,

mulai dari tengkorak manusia, gajah serta peralatan yang digunakan untuk

mempertahankan diri pada zaman itu. Situs ini terletak di pedukuhan Pilang, Desa

Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Letak Museum

kurang lebih 13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi, atau dari jalan Solo -

Surabaya masuk ke utara 3 km. Dalam penelitian yang telah dilakukan, Trinil

merupakan kawasan di lembah Sungai Bengawan Solo yang menjadi hunian

kehidupan manusia purba, tepatnya zaman Plistosen Tengah atau sekitar satu juta

tahun lalu. Sama seperti Situs Sangiran, situs ini juga di anggap penting karena

pada situs ini selain ditemukan bukti yang kongkrit tentang fosil hewan dan

tumbuhan di lingkungan itu pada zaman dahulu. Selain itu juga ditemukan fosil

Page 18: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

42

manusia purba “Pithecanthropus Erectus” yang ditemukan oleh E.Dubios pada

tahun 1891-1893. Sejak di temukannya fosil Phitecanthropus Erectus, Trinil

mulai menjadi bahan penelitian dan diskusi ilmiah di kalangan ilmuan selain di

Situs Sangiran. Nama “Trinil” itu sendiri berasal dari kata “tri” yang artinya tiga

dan “Nil” yang berarti sungai. Jadi maksud dari nama Trinil adalah Sungai yang

berada di antara tiga desa, yaitu sebelah utara adalah Desa Gemarang, sebelah

timur adalah Desa Ngancar, dan sebelah barat adalah Desa Kawu, Kecamatan

Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur.

2. Sejarah Museum Trinil

Peneltian di Situs Trinil diawali dari danya penemuan Fosil manusia purba

Phitecanthropus erectus atau lebih dikenal dengan nama “Homo erectus” pada

tahun 1890 oleh seorang dokter berkebangsaan Belanda bernama E.Dubios

sekaligus menjadi sejarah penelitian paleoantropologi pertama di Indonesia.

Setelah diadakan serangkaian penelitian dan penggalian lebih dalam, E.Dubois

berhasil menemukan tempurung tengkorak, gigi, serta fosul hewan ataupun

tumbuhan. Upaya Dubois tidak bisa dibilang asal-asalan. Dirinya waktu itu,

tertantang dengan teori Human Origin, yang dikemukakan Charles Robert Darwin

(1809-1882) dan akirnya memutuskan untuk pergi ke Indonesia. Dalam teori itu

menyatakan bahwa manusia ini berasal dari evolusi kera. Untuk penemuan fosil

oleh E.Dubois, didirikanlah sebuah tugu pengenal dengan lukisan anak panah

yang menunjukkan arah 175 meter ke arah timur laut. Kemudian pada tahun 1907,

penelitian E.Dubais diteruskan oleh sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Ny.

Salwenka. Sejak ditemukannya fosil oleh E.Dubais, nama Situs Trinil menjadi

Page 19: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

43

terkenal dan menjadi bahan perbincangan terutama di kalangan ahli

paleoantropologi di dunia.

Wirodiharjo alias Sapri adalah salah seorang penduduk Desa Kawu yang

mempunyai perhatian lebih terhadap temuan-temuan fosil dari E.Dubais dan

Salwenka. Beliau adalah saksi mata ekspedisi Salenka di daerah Trinil. Pada

tahun 1968 Pak Wiro dengan seijin Kepala Desa Kawu, membangun sebuah

rumah tempat mengumpulkan fosil-fosil hasil temuan warga Desa Kawu dan

sekitarnya. Dari kegemarannya mengumpulkan tulang fosil peninggalan ini, Pak

Wiro kemudian dikenal dengan julukan Wiro “Balung” (Bahasa Jawa = Tulang).

Pada tahun 1979 penemuan fosil-fosil mulai di data dan selanjutnya pada tahun

1980-1981 pemerintah daerah setempat mendirikan museum untuk menampung

fosil-fosil. Pada tahun 1984 dilakukan pembenahan halaman dan pemagaran oleh

Departemen Pendidikan san Kebudayaan kemudian diresmikan oleh Gubernur

Jatim Bapak Soelarso pada tanggal 20 Nopember 1991.

3. Koleksi Museum Trinil

Beberapa koleksi benda-benda purbakala yang disimpan di museum

diantaranya :

a. Fosil Manusia

1) Phitecanthropus erectus cranium(tengkorak)

2) Phitecanthropus erectus cranium(tengkorak)

3) Phitecanthropus erectus femur (tengkorak)

4) Australopithecus afrinacus cranium Taung (tengkorak)

5) Homo neanderthalensis cranium (tengkorak)

6) Homo sapiens cranium (gigi geraham)

Page 20: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

44

b. Fosil hewan bertulang belakang

1) Fosil tulang rahang bawah macan (Felis Tigris Mandi Bula

TrinilArea)

2) Fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus Upper

Molar Trinil Area)

3) Fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau Horn Trinil Area)

4) fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus Horn Trinil Area)

5) Fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus Ivory Trinil

Area)

c. Alat-alat Batu

1) Kapak genggam

2) Pahat genggam

3) Alat lancipan

4) Kapak penetak

5) Alat serpih

4. Sarana dan Prasarana Museum Trinil

Sebagai tujuan wisata, Museum Trinil tentunya memberikan fasilitas dan

sarana pendukung guna kenyamanan pengunjung atau wisatawan, sarana dan

prasarana penunjang yang ada di Museum Trinilantara lain :

a. Ruang Pamer

b. Ruang Laboratorium

c. Kantor

d. Pendopo

e. Tugu P.e (Phitecanthropus erectus)

Page 21: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

45

f. Patung Gajah Purba

g. Pos Satpam

h. Mushola

i. Toilet

5. Promosi yang Pernah Dilakukan

Selama ini museum Trinil telah menggunakan beberapa cara maupun media

untuk berpromosi sebagai upaya menarik wisatawan agar datang berkunjung.

Cara dan media yang pernah digunakan antara lain :

a. Mengadakan atau mengikuti pameran

b. Membuat buku

c. Membuat leaflet

d. Membuat papan nama

e. Membuat papan penunjuk arah

Page 22: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

46

F. Analisis SWOT

Kelemahan dan kelunggulan Museum Klaster Dayu Sangiran

dibandingkan Museum Trinil adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Analisis SWOT

Keterangan Museum Klaster Dayu

Sangiran

Museum Trinil

Strenght Lokasi dekat dengan

tempat penemuan fosil

dan alat serpih

terbanyak yang pernah

ditemukan.

Kelangkaan dan

keunikan secara

antropologis di bawah

naungan Museum

Sangiran yang sudah

diakui lima besar dunia

Terdapat ruangan audio

visual

Ruang pamer memadai

dan cukup luas

Terdapat area istirahat

berupa gazebo dan

Lokasi strategis dekat

dengan jalan raya

Lokasi dekat dengan

penemuan fosil

Tersedianya pendopo

Page 23: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

47

taman bermain untuk

anak-anak

.

Weakness Belum terdapat area

toko khusus untuk

berjualan souvenir

Area parkir kurang luas

Tidak ada souvenir

shop

Sarana dan prasarana

masih kurang

Jumlah koleksi sedikit

Media promosi kurang

Opportunity Menambah pendapatan

daerah

Mendapat dana dari

Lembaga Donor

Internasional melalui

bpsmp Sangiran

Membuka lapangan

usaha bagi penduduk

sekitar dengan

membuat kerajinan

tangan guna di jadikan

souvenir wisatawan

Mendapat dukungan

dana dari pemerintah

daerah, Dirjen

Kebudayaan,

Depdiknas, Suaka

Peninggalan Sejarah

dan Purbakala Jawa

Timur

Threat Sering timbul rasa

untuk memburu dan

Masyarakat sekitar

masih kurang peduli

Page 24: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

48

melakukan transaksi

jual beli fosil secara

ilegal kepada tengkulak

karena melimpahnya

temuan fosil di situs

sangiran serta tingginya

nilai jual fosil purba.

terhadap arti

pentingnya situs

Kurangnya daya tarik

uwisatawan untuk

berkunjung

Minimnya dana untuk

perbaikan

G. Positioning

Positioning menurut Kotler “Positioning is the act of designing the

company’s offer so that it occupies a distinct and value placed in the target

customer mind”. Maknanya, mencari „posisi‟ di dalam pasar, dilakukan setelah

menentukan strategi segmentasi yang dipakai. Dengan kata lain positioning adalah

suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra

perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen di dalam suatu segmen tertentu

mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu segmen tertentu, mengerti dan

menghargai apa yang dilakukan suatu perusahaan, dibandingkan dengan

pesaingnya. Strategi posisioning yang dilakukan oleh Museum Klaster Dayu

Sangiran adalah costumerimage. Positioning ini adalah penonjolan karakter

image dari museum dimata wisatawan. Dalam konteks ini, Museum Dayu

diposisikan sebagai sebuah tempat pendidikan pengetahuan sejarah serta

gambaran konstruksi lapisan tanah purba dari 4 zaman yang berusia 100 ribu

hingga 1,8 juta tahun silam sekaligus tempat untuk menyimpan hasil temuan fosil

Page 25: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

49

tentang kehidupan zaman purbakala dan merupakan lokasi penemuan alat serpih

terbanyak yang dianggap paling tua sepanjang sejarah penemuan fosil di

Indonesia. Diharapkan bilamana masyarakat umum membutuhkan informasi

tentang sejarah khususnya kehidupan masa lalu dan lokasi penemuan alat serpih

terbanyak serta konstruksi tanah purba pada masa prasejarah, dalam mindset

mereka akan langsung teringat dan mengunjungi Museum Manusia Purba Klaster

Dayu Sangiran. Disamping itu semua melalui keunikannya dan kelangkaan materi

yang berada di Museum Klaster Dayu Sangiran, diharapkan menjadi kebanggaan

masyarakat ketika mengunjungi karena secara antropologis Museum Dayu adalah

sebagian presentasi khusus yang dibangun oleh BPSMP Sangiran yang telah

diakui oleh lima besar dunia (world heritage).

H. USP (Unique Selling Prepositiont)

Dalam positioning dipakai konsep selling point atau unique selling

prepositiont (USP) adalah dengan menonjolkan keunikan suatu produk yang tidak

dimiliki oleh produk lain. USP yang efektif harus bisa mengkomunikasikan

kemampuan perusahaan anda yang unik sehingga mampu memenuhi kebutuhan

yang belum mampu dipenuhi oleh yang lain di pasar. USP menunjukkan

kepada target market bahwa perusahaan atau objek yang kita kerjakan mampu dan

mempunyai kualifikasi untuk mengurangi masalah serta meningkatkan

keuntungan. Sebuah USP bisa jadi adalah salah satu senjata marketing yang

terampuh. Dalam hal ini Museum Sangiran Klaster Dayu, merupakan salah satu

museum yang digunakan untuk menyimpan temuan fosil benda-benda purbakala

serta memiliki keunikan dalam presentasinya kepada audience yang disajikan oleh

Page 26: BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Obyek …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0711028_bab3.pdf · lokasi temuan fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga

50

salah satu museum yang telah diakui oleh UNESCO. Dengan demikian

diharapkan masyarakat yang telah berkunjung ke Museum Klaster Dayu Sangiran

mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan memahami bahwa Musseum Dayu

adalah sebagian presentasi museum sangiran dengan tampilan dan karakter pamer

yang berbeda dan merupakan lokasi penemuan artefak alat serpih terbanyak yang

pernah ditemukan. Dalam video ini nanti akan menyajikan berbagai informasi

tentang Museum Dayu untuk menjelaskan profil dari museum ini kepada

masyarakat.