BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/7420/3/FITRI APRILIANA SARI BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/7420/3/FITRI APRILIANA SARI BAB...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Persalinan
a. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010, h:4).
Sedangkan menurut Saifuddin (2006, h: 100) persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
b. Tanda persalinan
Tanda persalinan yaitu his persalinan, his persalinan mempunyai
ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar kedepan yang sifatnya
teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar,
mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktifitas
(jalan) kekuatan makin bertambah (manuaba,2010;h.173).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Pengeluaran lendir dan darah dengan his persalinan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada
kanalis servikalis lepas. Terjadi pendarahan karena pembuluh darah
kapiler pecah (Manuaba, 2010 ;h.173).
Pengeluaran cairan pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah
yang menimbulkan pengeluaran cairan,. Sebagian besar ketuban baru
pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam
(Manuaba, 2010 ; h.173).
c. Tahap persalinan
1) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Proses ini terbagi 2
fase yaitu fase laten (8jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm
dan fase aktif (7jam) dimana serviks membuka 3-10 cm
(sulistyawati,2010; h.7). lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. Berdasarkan
kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/ jam
dan pembukaan multigravida 2cm/jam (manuaba,2010; h.173).
2) Kala II
Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida
30 menit. Gejala dari kala II menurut manuaba (2010; h.173):
a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai
hipomoklion berturut turut lahir ubun ubun besar, dahi, hidung dan
muka dan kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti dengan putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala terhadap punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan : kepala dipegang pada os oksiput dan
dibawah dagu, ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu
depan dan curam keatas untuk melahirkan bahu belakang, setelah
kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi,
bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
3) Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta,
karena sifat retrksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda tanda uterus menjadi
bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim, tali pusat bertambah panjang. (manuaba,2010; h.174).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4) Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
pendarahan post partum paling sering terjadi 2jam pertama.
Observasi yang dilakukan meliputii tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan,
kontraksi uterus ,terjadi pendarahan . pendarahan dianggap masih
normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500cc (manuaba,
2010; h.174).
a. Partograf
Menurut manuaba (2010; h. 157) dengan penerapan
partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan
perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu
menunjang sistem kesehatan nasional menuju tingkat
kesejahteraan masyarakat. Penerapan partograf ditujukan pada
kehamilan normal yang direncanakan untuk persalinan
pervaginam. Untuk dapat menjamin keberhasilan partograf
dengan baik maka partograf tidak dipergunakan pada kasus
persalinan prematur, persalinan dengan hamil ganda,kelainan
letak, persalinan dengan induksi.
b. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan menurut Hanifa (2007; h. 187)
Bentuk jalan lahir atau lorong panggul yang tidak teratur dan
dimensi dimensi kepala janin yang relatif besar, jelas bahwa tidak
semua diameter kepala dapat melewati semua diameter panggul.
Oleh karena itu diperlukan suatu proses adaptasi atau akomodasi
bagian bagian kepala dapat bersangkutan terhadap berbagai
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
segmen panggul untuk menyelesaikan kelahiran perubahan
perubahan posisi dibagian presentasi ini merupakan mekanisme
persalinan.
Gerakan gerakan kardinal pada persalinan adalah
enggagment, penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar
dan ekspulsi,. Meskipun pada, proses pendidikan gerakan
gerakan diajarkan terpisah, namun pada kenyataannya
mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan dari gerakan
gerakan yang berlangsung pada saat yang sama.
c. Komplikasi pada persalinan
Persalinan menyebabkan beberapa komplikasi diantaranya:
ketuban pecah sebelum waktunya, persalinan prematur, tidak
adanya kemajuan dalam persalinan, denyut jantung janin yang
abnormal, kelainan posisi janin, kehamilan ganda, distosia bahu,
emboli cairan ketuban, persalinan postterm,dan operasi caesar
(hanifa, 2007; h. 599).
B. Persalinan postterm
a. Definisi
Persalinan abnormal yaitu persalinan dengan komplikasi masalah
masalah kontraktilitas atau integritas (power) uterus, keadekuatan pelvis
(passage), dan komplikasi janin (passenger) (Liu, 2007; h.167).
Sedangkan persalinan postterm yaitu persalinan dengan umur
kehamilan 42 minggu atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus neagle dengan siklus haid rata rata 28 hari (candranita,
2008; h. 104).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat
ini sebab terjadinya kehamilan postterm belum jelas. Bahwa terjadinya
kehamilan postterm sebagai akibat dari gangguan terhadap timbulnya
persalinan (hanifa, 2010; h. 686)
c. Faktor Predisposisi
1) Rata rata usia kehamilan 280 hari terhitung dari hari pertama haid
terakhir dengan perhitungan rumus neagle: bulan kurang dari 3 dari
hpht ditambah 7 untuk memperoleh tanggal taksiran persalinan.
Menentukan tanggal yang tepat membutuhkan pemeriksaan
fisik,riwayat haid dan parameter lainnya (James, DKK, 2002, h: 187)
2) Pada postterm insufisisensi plasenta menyebabkan protein plasenta
dibawah normal sehingga transpor kalsium tak terganggu dan glukosa
menurun sehingga pengangkutan molekul tinggi seperti asam
amino,lemak mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin intrauterin (Feryanto, 2011, h :89).
3) Keadaan umur ibu yang terlalu muda atau umur dimana alat-alat
reproduksi belum matang.
4) Menurut Sulaiman S, Djamhoer M, Firman FW (2004, h: 12), bahwa
faktor predisposisi dari kehamilan postterm salah satunya adalah ibu
primigravida muda karena kadar hormon progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadap oxytosin berkurang.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5) Pada saat menjelang persalinan hormon progesteron tidak cepat turun
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin yang dapat
menimbulkan kontraksi otot otot rahim berkurang (Hanifa Wiknjosastro,
2007, h: 319). Hormon progesteron tidak cepat turun disebabkan
karena penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
bimolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitifitas uterus
terhadap ksitosin, maka proses penurunan hormon progesteron
memerlukan waktu (Prawirohajo, 2009, h: 686).
6) Peningkatan kadar kortisol plasma janin sehingga mempengaruhi
plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan mempebesar
sekresi estrogen yang berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin,pada janin yang menyebabkan janin mengalami cacat
bawaan seperti anensefalus,hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya
kalenjar hipofisis pada janin yang menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga menyebabkan postterm (Feryanto,
2011, h: 86).
7) Penyakit diabetes mellitus ketika ibu hamil atau sebelum hamil yang
menyebabkan insidensi janin besar ( Abdul BS, 2006, h: 307)
Diabetes mellitus akan terdapat makrosomia dan anensefalus
atau cacat bawaan yang merupakan faktor insidensi disproporsi
kepala panggul ( Abdul BS, 2006, h: 291), yang akan menimbulkan
kesulitan turunnya kepala ke rongga panggul dan menyebabkan
kehamilan postterm (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 639).
8) Rendahnya kadar corisol pada darah bayi sehingga kerentanan akan
stress merupakan faktor tidak timbulnya his (Hanifa Wiknjosastro,
2007, h: 318).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
9) Hipertensi adalah penyakit yang salah satunya disebabkan oleh pola
makan ibu yang berlebihan yang dapat menimbulkan komplikasi yaitu
bayi terlalu besar atau makrosomia (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h:
161). makrosomia merupakan faktor insidesi predisproporsi kepala
panggul akan kesulitan turunnya kepala janin ke rongga panggul dan
menyebabkan kehamilan posterm (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h:
639).
d. Patofisiologi
1) Pada saat menjelang persalinan hormon progesteron tidak cepat
turun sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin yang dapat
menimbulkan kontraksi otot otot rahim berkurang (Hanifa
Wiknjosastro, 2007, h: 319).
2) Mengakibatkan tidak adanya kontraksi dari janin untuk memulai
proses persalinan (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 319).
3) Bila kehamilan possterm di rencanakan untuk tidak segera di
lahirkan,mempunyai keyakinan bahwa janin dapat hidup terus
didalam lingkungan intrauterin (Hanifa Wiknjosastro, 2006, h: 306).
e. Tanda Dan Gejala
1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali / 20 menit atau secara
obyektif dengan kardiotografi kurang dari 10 kali / 20 kali (Taufan,
2010, h. 40).
2) Pada bayi akan ditemukan tanda tanda lewat waktu (postterm) yang
terbagi menjadi:
a) Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b) Stadium II: seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan ) dikulit.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) Stadium III: seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat (Taufan, 2010, h: 40).
d) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air
ketuban berkurang (Taufan, 2010, h: 40).
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Sitologi vagina : indeks kariopiknotik meningkat (> 20%) (Taufan,
2010, h: 42).
2) Foto rontgen : melihat inti penulangan terutama pada os kuboid,
proximal tibia dan bagian distal femur (Taufan, 2010, h: 42).
3) USG: menilai jumlah dan kekeruhan air ketuban , derajat maturitas
plasenta, besarnya janin, keadaan janin (Taufan, 2010, h: 42).
4) Kardiotografi : menilai kesejahteraan janin (raektif atau tidak reaktif)
maupun CST (negatif atau positif) (Taufan, 2010, h: 42).
5) Amnioskopi : warna air ketuban (Taufan, 2010, h: 42).
g. Komplikasi
Komplikasi pada persalinan dapat terjadi pada ibu dan janin menurut
Varney (2007, h: 780-692), antara lain:
1) Pada ibu
Mengakibatkan persalinan traumatis/pendarahan post partum dan
ibu menjadi cemas karena kehamilan yang melewati tafsiran
persalinan
2) Pada janin
Makrosomia, insufisiensi plasenta (pertumbuhan janin terhambat,
oligohidramnion (terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium yang
kental, perubahan abnormal jantung janin) hipoksia janin, mekonium),
cacat bawaan, dan kematian janin.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
h. Penatalaksaan Medis
Penatalaksaan medis dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Bagan Penatalaksanaan kehamilan tepat waktu (Sumber: Manuaba, 2008, h: 106)
Kehamilan Lewat Waktu
Identifikasi janin intrauterine • NST-CST • USG • Amnioskopi • Evaluasi 1-2 minggu
Pemeriksaan Umum • Laboratorium lengkap • Fungsi ginjal dan hati • Sistem hematopoictik
Kehamilan risiko tinggi Skor Bishop
Nilai > 7 Nilai 5-6 Nilai < 6
Pematangan serviks • Kateter Foley 24 jam • Prostaglandin vaginal interval 12 • Pecah ketuban
Induksi persalinan
Induksi gaga; • Disiosia serviks • Gawat janin • Reptur uteri iminens • Ternyata disproporsi
sefalopelvis • Ketuban pecah, keruh
Induksi berhasil • Lahir spontan • Operasi vaginal
Langsung seksio sesarea • Pramigravida lanjut usia • Riwayat obstetril buruk • Asfiksia intrauterine • Ketuban keruh, kental
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
i. Penatalaksanaan persalinan postterm
a. Penatalaksanaan persalinan postterm dengan stimulasi persalinan
Stimulasi persalinan dapat dilakukan dengan teknik farmakologis,
teknik mekanik, dan teknik pemberian oksitosin intravena.
1) Teknik farmakologis terdiri dari:
a) Prostaglandin E2, aplikasi lokal gel prostaglandin E2
(dinoproston) banyak digunakan untuk mematangkan serviks.
Pemakaian prostaglandin E2 dosis rendah meningkatkan
keberhasilan induksi, mengurangi insiden persalinan yang
berkepanjangan, dan mengurangi dosis oksitosin maksimal
dan total.
b) Prostaglandin E1, misoprostol (Cytotec) adalah suatu
prostaglandin E1 sintetik dan saat ini tersedia dalam sediaan
tablet 100 µg untuk mencegah alkuspeptikum.
c) Misoprostol Vaginal, tablet misoprostol yang dimasukkan ke
dalam vagina.
d) Misoprostol Oral, misoprostol per oral memiliki efektifitas untuk
mematangkan serviks dan menginduksi persalinan setara
dengan pemberian intravaginal.
2) Teknis mekanis terdiri dari:
a) Dilator serviks higroskopis
Inisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks
osmotik higroskopik telah lama diterima sebagai metode yang
efektif sebelum dilakukan terminasi kehamilan.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Pelucutan selaput ketuban
Induksi persalinan dengan ”melucuti” (striping) atau
“menyisir” (sweeping) selaput ketuban merupakan praktik yang
sering dilakukan. Pelucutan selaput ketuban merupakan
tindakan yang aman dan berkaitan dengan penurunan
insidensi gestasi posmatur.
3) Teknik pemberian oksitosin intravena.
Teknik pemberian oksitosin intravena memiliki tujuan untuk
menimbulkan pembukaan serviks dan penurunan janin sekaligus
menhindari stimulasi berlebihan terhadap uterus dan/ atau
timbulnya status janin yang tidak meyakinkan (Cunningham, 2005,
h: 517-521).
Metode induksi yang digunakan pada kasus postterm ini
adalah metode induksi dengan oxytosin.
Metode induksi dengan oxytosin drip diberikan dengan:
a) 5 IU oxytosin dalam 500 cc. Mulai 8 tetes/menit, dinaikkan 4
tetes tiap 15 menit sampai maksimal 20 tetes/ menit.
b) Bila flabot I habis belum inpartu, teruskan dengan flabot kedua
yang berisi 5U dengan tetesan tetap, atau diisi 10 U oxytosin
dengan jumlah tetesan setengah tetesan semula dan
dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit sampai maksimal 20
tetes/menit.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) Bila flabot II gagal, penderita diistirahatkan 24 jam kemudian
diulangi lagi.
Induksi pada wanita DM gunakan larutan infus non dextrosa
(misal: Na CL, RL)
d) Apabila berhasil lakukan persalinan spontan pervaginam
(Bantuk HT, 2007, h:19 ).
Indikasi pada pemberian induksi drip oxytosin
(1) Indikasi ibu
i. Pre eklamsi / eklamsi.
ii. Pendarahan antepartum.
iii. KPD umur kehamilan >36 minggu.
iv. Hidramnion akut.
v. Kehamilan possterm.
(2) Indikasi pada janin
(a) Diabetes mellitus.
(b) Kematian intra uteri.
(c) Serotinus
(d) Fetus yang terlalu besar.
Kontraindikasi
(a) Mutlak
(1) CPD
(2) Tumor yang menghalangi jalan lahir
(3) Kelainan letak : lintang, sungsang letak kaki
(4) Kelainan presentasi : muka, dahi
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(5) Bekas SC dengan persangkaan CPD
(6) Bekas myomectomi.
(7) Gemelli anak I dengan kelainan letak.
(b) Relatif
(1) Grande multi
(2) Bekas SC.
(c) Induksi akan memiliki kemungkinan berhasil lebih
besar pada:
1. Pengawasan baik.
2. Presentasi belakang kepala.
3. Kehamilan hampir/ aterm.
4. Cerviks cukup matang.
5. Kepala telah masuk PAP (H. III)
(d) Tindakan operasi sectio cesarea dapat
dipertimbangkan pada:
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum
matang.
2) Pembukaan yang belum matang.
3) Persalinan lama.
4) Terjadi tanda gawat janin.
5) Primigravida tua.
6) Kematian janin dalam kandungan.
7) Pre eklamsi.
8) Hipertensi menahun.
9) Infertilitas.
10) Kesalahan letak janin (Bantuk HT, 2007, h: 17).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Tujuan dilakukannya seksio sesaria adalah:
a) Mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktivitas uterus yang
abnormal
b) Mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu dan janin
c) Mengurangi trauma janin (misalnya presentasi bokong
prematur kecil) dan infeksi janin (misalnya resiko tertular
infeksi herpetik atau HIV)
d) Mengurangi resiko pada ibu (misalnya gangguan jantung
tertentu, lesiintrakranial/keganasan serviks)
e) Memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai
keyakinan.
j. Prognosa ibu dan bayi
Keadaan ibu pada persalinan postterm, tidak timbulnya his karena
kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta, dan kerentanan akan stress
(Mansjoer, dkk, 2001, h: 275).
Morbiditas/moralitas ibu: dapat meningkat sebagai akibat dari
makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang
menyebabkan terjadi distosia persalinan, incoordinate uterine action,
partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan
traumatis/pendarahan postpartum akibat bayi besar. Aspek emosi: ibu
dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung
melewati taksiran persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti
“belum lahir juga?” akan menambah frustasi ibu (Prawirohardjo, 2009, h:
692).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Menurut Mansjoer, dkk (2001, h: 276), keadaan klinis yang dapat
ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang
dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10
kali/20 menit. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang
terbagi menjadi:
k. Stadium I. Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
l. Stadium II. Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
m. Stadium III. Seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit, dan tali pusat.
C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Tinjauan Manajemen Varney
Manajemen merupakan satu proses pemecahan masalah dalam
melaksanakan asuhan, yang mencerminkan satu metode pengaturan dan
pengorganisasian antara pikiran dan tindakan yang digambarkan dalam
satu proses kegiatan asuhan berdasarkan kebutuhan ibu yang diberi
asuhan yang beranjak dari diagnosis dan permasalahan yang mnyertai.
Proses yang menggambarkan pengaturan antara pikiran dan tindakan
dalam melaksanakan asuhan harus didukung oleh ilmu pengetahuan
yang terfokus dan sikap yang sesuai (Mandriwati, 2008, h: 5).
Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7
langkah yang harus dilaksanakan berurutan, dan secara periodik perlu
diulang ulang sesuai dengan kondisi ibu yang diberi asuhan. Proses
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
manajemen menggambarkan langkah yang sistematis, dan pola pikir
yang diaplikasikan dalam semua situasi yang membutuhkan asuhan.
Manajemen langkah Varney dalam memberi asuhan yang sistematis
sebagai berikut:
Langkah pertama : Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data dasar yang
menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini
meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi,
meninjau pemeriksaan laboratorium terdahulu, semua data tersebut
berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap, bahkan jika ibu
dan bayi baru lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka
mendapat konsultasi dari dokter sebagai bagian dari penatalaksaan
kolaborasi (varney, 2006; h. 27.)
Langkah kedua : Interpretasi Data
Interpretasi data berawal dari data dasar kemudian diproses
menjadi suatu masalah atau diagnosis serta kebutuhan kesehatan yang
diidentifikasi secara khusus. Kata masalah dan diagnosis sama sama
digunakan karena beberap masalah tidak dapat diidentifikasikan sebagai
sebuah diagnosis, tetapi perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan
rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh. Masalah sering kali bisa
diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan mengenali masalah
seseorang dalam diagnosis kebidanan yaitu yang sesuai dengan kategori
apapun dalam nomenklatur diagnostik standar.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan adalah:
a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c. Memiliki ciri khas kebidanan
d. Didukung oleh clinikal judgenment dalam praktek kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Dengan demikian, dari semua temuan yang diperoleh, masalah atau
diagnosis dapat diidentifikasi dan bisa saja sebaliknya (varney, 2006 ;
h. 27)
Langkah ketiga : Identifikasi Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan
masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,
pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh,
dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah
ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi asuhan
kebidanan secara aman. Seorang bidan harus mengenali masalah yang
timbul pada pasien dan harus mampu memperkirakan alasan terjadinya
masalah tersebut, kemudian mengambil langkah antisipasi, melakukan
tindakan kewaspadaan, dan kemudian mempersipkan beberapa alternatif
tindakan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi (varney, 2006;
h.27).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Langkah keempat : Identifikasi kebutuhan tindakan segera,
kolaborasi, dan konsultasi
Identifikasi kebutuhan tindakan segera, kolaborasi dan konsultasi
mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak
hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal
periodik, tetapi juga saat bidan melakukan asuhan berkelanjutan bagi
wanita tersebut, kemudian data yang baru diperoleh dikaji dan dievaluasi.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan dokter sesuai kondisi
klien (varney, 2006 ; h.27)
Langkah kelima : Perencanaan
Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh dengan tepat yang
ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang
diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta
perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Sebuah rencana kesehatan harus
menguntungkan kedua belah pihak, baik bidan atau ibu atau orang tua
supaya dapat memberi asuhan kebidanan yang efektif. Oleh karena itu,
setiap tugas yang dilakukan pada setiap langkah ditetapkan setelah
dirumuskan dan didiskusikan bersama ibu atau orang tua sekaligus
sebagai upaya menginformasikan persetujuan klien (varney, 2006 ; h. 26)
Langkah keenam : Pelaksanaan
Melaksanakan rencana perawatan yang sudah dibuat. Langkah ini
dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian
oleh orang tua, atau anggota tim kesehatan lain. Tetapi bidan tetap
berperan sebagai penanggung jawab penuh dari pelaksanaan tersebut
(varney, 2006 ; 28)
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Langkah ketujuh : Evaluasi
Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana asuhan
yang dilakukan benar benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi
kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tenteng
masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana
tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplentasikn semua tindakan
dalam rencana, dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplentasikan
(varney, 2006; h. 28)
Menurut Mufdillah Pendokumentasian data perkembangan dalam bentuk
SOAP
S (Subyektif) : Data dari pasien, di dapat dari anamnesa.
O (Obyektif) : Hasil pemeriksaan dignostik dan pendukung yang lahir
dan catatan medik lain.
A (Obyektif) : Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang
terkumpul dibuat kesimpulan.
1) Diagnosis
2) Antisipasi diagnosa/masalah potensial
3) Perlunya tindakan segera
P (Planning) : Gambaran pendokumentasian dari tindakan. Evaluasi
didalamnya termasuk:
1) Asuhan Mandiri
2) Kolaborasi
3) Tes Dignostik
4) Konseling
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Teori Asuhan Kebidanan
a. Pengkajian
Data subyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
a) Nama
Identitas di mulai dengan nama pasien, yang harus
jelas dan lengkap: nama depan, nama tengah (bila ada), nama
keluarga, dan nama panggilan akrabnya (Matondang, DKK.
2009, h: 5).
b) Umur
Keadaan umur ibu yang terlalu muda atau umur
dimana alat-alat reproduksi belum matang.
Menurut Sulaiman S, Djamhoer M, Firman FW (2004,
h: 12), bahwa faktor predisposisi dari kehamilan postterm
salah satunya adalah ibu primigravida muda karena kadar
hormon progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap
oxytosin berkurang.
c) Agama
Data tentang agama dan suku bangsa juga
memantapkan identitas, disamping itu perilaku seseorang
tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan
agama dan suku bangsa. Kebiasaan, kepercayaan dan tradisi
dapat menunjang namun tidak jarang dapat menghambat
perilaku hidup sehat (Matondang, DKK. 2009, h: 6).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling tentang bahaya potterm
dan cara mengatasinya sesuai dengan pendidikannya (Eny,
2009, h: 132)
e) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut (Eny, 2009, h: 132).
Hanifa (2007, h: 726) menyatakan kekurangan gizi
berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan anensefalus
yang merupakan penyebab terjadinya persalinan postterm.
f) Alamat
Tempat tinggal pasien juga harus dituliskan denagn
jelas dan lengkap, dengan nomor rumah, jalan, RT, RW,
kelurahan, kecamatannya, serta bila ada nomor telponnya.
Kejelasan alamat ini amat diperlukan agar sewaktu waktu
dapat dihubungi (Matondang, DKK. 2009, h: 5).
2) Keluhan utama
Anamnesis tentang penyakit pasien diawali dengan
keluhan utama, yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan
pasien dibawa berobat, perlu diperhatikan bahwa keluhan utama
tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan oleh
pasien (Matondang, dkk. 2009, h: 6-7).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Ibu mengalami usia kehamilan yang telah melewati 294
hari atau genap 42 minggu (Chrisdiono, 2004, h: 32).
Ibu merasakan bahwa gerakan janin menjadi jarang yaitu
kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan tokografi
(normal rata-rata 10 kali/20 menit), (Wiknjosastro, 2007, h: 319)
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kesehatan yang lalu digunakan untuk
mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit seperti
diabetes millitus, anemia, dan hipertensi.
Ibu hamil dengan Diabetes mellitus akan terdapat
makrosomia dan anensefalus atau cacat bawaan yang
merupakan faktor insidensi disproporsi kepala panggul (Abdul
BS, 2006, h: 291), yang akan menimbulkan kesulitan turunnya
kepala ke rongga panggul dan menyebabkan persalinan
postterm (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 639).
Penyakit anemia yang pernah diderita ibu sebelum
hamil dapat berpotensi terjadi anemia kembali pada saat
kehamilan sekarang, sedangkan anemia dalam kehamilan
merupakan penyebab terjadinya cacat janin atau anesefalus
(Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 448). Anesefalus adalah faktor
presdisposisi terjadinya persalinan postterm (Sulaiman S,
Djmahoer M, Firman FW, 2004, h: 13).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Riwayat penyakit hipertensi yang pernah diderita
sebelum hamil akan berpotensi terjadi kembali pada masa
kehamilan. Sedangkan hipertensi merupakan faktor resiko
terjadinya diabetes mellitus (Abdul BS, 2006, h: 282) yang
merupakan penyebab terjadinya persalinan postterm (Hanifa
Wiknjosastro, 2007, h: 639)
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang digunakan untuk
mengetahui adanya penyakit anemia dan diabetes mellitus
dan hipertensi dalam kehamilan sekarang yang berpotensi
terjadinya persalinan postterm.
Anemia dalam kehamilan merupakan penyebab
terjadinya cacat janin atau anesefalus (Hanifa Wiknjosastro,
2007, h: 448). Anesefalus adalah faktor presdisposisi
terjadinya persalinan postterm (Sulaiman S, Djmahoer M,
Firman FW, 2004, h: 13).
Ibu hamil dengan diabetes mellitus akan terdapat
makrosomia dan anensefalus atau cacat bawaan yang
merupakan faktor insidensi disproporsi kepala panggul (Abdul
BS, 2006, h: 291), yang akan menimbulkan kesulitan turunnya
kepala ke rongga panggul dan menyebabkan persalinan
postterm (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 639).
Pada penderita penyakit hipertensi yang merupakan
faktor resiko terjadinya diabetes mellitus (Abdul BS, 2006, h:
282) yang merupakan penyebab terjadinya persalinan
postterm (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 639).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga digunakan untuk
mengetahui adanya riwayat penyakit keluarga yang menderita
diabetes mellitus, hipertensi, dan riwayat keluarga yang
menderita persalinan postterm.
Diabetes mellitus dalam keluarga berpotensi menurun
kepada keluarga atau anak, penyakit Diabetes mellitus akan
terdapat makrosomia dan anensefalus atau cacat bawaan
yang merupakan faktor insidensi disproporsi kepala panggul
(Abdul BS, 2006, h: 291), yang akan menimbulkan kesulitan
turunnya kepala ke rongga panggul dan menyebabkan
persalinan postterm (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 639).
Riwayat keluarga yang menderita penyakit hipertensi
berpotensi menurun kepada keluarga atau keturunannya.
Sedangkan hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus (Abdul BS, 2006, h: 282) yang merupakan
penyebab terjadinya persalinan postterm (Hanifa Wiknjosastro,
2007, h: 639).
Bila keluarga ada yang mempunyai riwayat melahirkan
postterm maka kemungkinan besar ibu juga akan melahirkan
postterm (Sulaiman S, Djamhoer M, Firman FW, 2004, h: 13)
4) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status
yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya (Eny, 2009, h:
133)
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5) Riwayat obstetrik
a) Riwayat menstruasi
Menanyakan usia saat menarce, frekuensi; rentang jira
tidak teratur, lama, jumlah darah yang keluar, karakteristik
darah yang keluar, periode menstruasi terakhir, dismenorea,
pendarahan pada uterus disfungsional, penggunaan alat
kebersihan, sindrom syok toksik, gejala pramenstruasi/sindrom
premenstruasi dan gejala perimenopause (Varney, 2006, h:
33)
b) Riwayat KB
Yang perlu dikaji adalah ibu hamil apakah ibu pernah
menggunakan KB atau tidak. Pada saat menjelang persalinan
hormon progesteron tidak cepat turun sehingga kepekaan
uterus terhadap oksotosin yang dapat menimbulkan kontraksi
otot-otot rahim berkurang (Wiknjosastro, 2007, h: 319)
c) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya
(Eny, 2009. h: 134-135).
d) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
kehamilan (Eny, 2009, h: 136).
6) Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari
Pemenuhan kebutuhan dan kebiasaan ibu hamil sehari-
hari memiliki peran penting dalam proses kehamilan. Aspek-aspek
yang harus diperhatikan , diantaranya:
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuansi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
Kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan anensefalus (Hanifa, 2007, h: 726) yang
merupakan penyebab terjadinya persalinan postterm
(Sulaiman S, Djamhoer M, Firman FW, 2004, h: 13).
Fadlun dan Feryanto (2012, h: 86) menambahkan teori
kartisol/ACTH janin sebagai ”pemberi tanda” persalinan adalah
janin. Akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin
yang mempengaruhi plasenta sehingga progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, berpengaruh
terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada janin
yang mengalami cacat bawaan seperti anesefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin
akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga menyebabkan persalinan postterm.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar.
Adakah keluhan saat BAB dan BAK, frekuensi untuk
menilai gangguan pencernaan. Ada juga pengaruh kontraksi
pada uterus, kepala janin sulit turun ke rongga panggul jika
kandung kemih dan kolon dalam keadaan penuh (Hanifa,
2007, h: 592).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien ,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya
membaca, mendengarkan musik.
Memastikan klien sudah tercukupi dalam istirahat,
karena untuk persiapan persalinan (Eny, 2009, h: 136)
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
Menggambarkan frekuensi mandi, gosok gigi, ganti
pakaian dan keramas selama hamil dan terakhir melakukan
aktivitas tersebut (Sarwono, 2009, h: 32)
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas sehari hari. Pada pola
ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas yang dilakukan
oleh pasien dalam kegiatan sehari-hari (Eny, 2009, h: 137 )
Data obyektif
1) vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu yang berkaitan
dengan kondisi yang dialami.
a) Temperatur/ suhu
Suhu tubuh normal 35, 36-37 derajat celcius (Varney, 2007, h:
686).
b) Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60–80x/menit (Varney, 2007, h: 686).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c) Tekanan darah
Bertujuan untuk mengetahui tekanan darah ibu pada
waktu bersalin. Pastikan mengecek dengan baik dan dilakukan
di antara kontraksi (Varney, 2007, h: 686)
2) Pemeriksaan fisik
a) Rambut : dikaji untuk mengetahui karakter umum (kering,
berminyak), kerontokan, menggunakan rambut palsu atau
tidak, infeksi kulit kepala, ketombe, kutu rambut (Varney, 2006,
h: 35).
b) Kepala : dikaji untuk mengetahui nyeri kepala, lama, waktu
ketika timbul nyeri, keparahan, tindakan meredakan, nyeri dan
keefektifannya, faktor penyebab untuk mengetahui, gejala
terkait, pusing (Varney, 2006, h: 35).
c) Mata : konjungtiva tampak anemi atau tidak pada penderita
anemia memicu kehamilan possterm (Sulaiman S, 2004, h:
13)
d) Hidung : untuk mengkaji adanya sumbatan pada hidung
epitaksis (pendarahan pada hidung), cedera, frekuensi flu
(Varney, 2010, h: 36)
e) Mulut : bertujuan untuk mnegetahui sakit gigi, pendarahan,
lesi, nyeri, edema gusi, kesulitan mengunyah atau menelan
(Varney, 2010, h: 36).
f) Telinga : Untuk menegevaluasi ketajaman pendengarannya
dan perubahan terbaru pada pendengarannya, sakit telinga,
infeksi (Varney, 2010, h: 36).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
g) Leher : untuk mengetahui kekakuan pada leher, keterbatasan
gerakan leher, pembesaran thyroid, pembesaran atau nyeri
tekan pada kalenjar getah bening (Varney, 2010, h: 37).
h) Dada dan axilla : untuk menilai adanya gangguan pada
pernafasan (varney, 2007; h.45).
i) Abdomen : palpasi pada bagian janin lebih jelas karena
berkurangnya air ketuban (Chrisdionom, 2004, H: 32)
j) Genetalia : untuk mnegtahui adanya varises, pendarahan luka,
cairan yang keluar, pengeluaran dari uertra, kalenjar bartholini
dan skene, cairan yang keluar (Mandriwati, 2008, H: 185).
k) Extremitas : untuk mngetahui adanya oedem , varises
(Varney, 2010, h: 36).
Status obstetrikus
a. Inspeksi
Muka : apakah ada cloasma gravidarum atau tidak, apakah
ada oedema dimuka (mandriwati, 2008; h.186).
Dada : untuk mengetahui pembesaran mammae, puting
susu menonjol, datar / masuk, pengeluaran
colostrum dan cairan, benjolan pada payudara,
pembesaran kalenjar ketiak (Mandriwati, 2008, h:
185)
Abdomen : untuk mengetahui pembesaran abdomen dan
kesesuaian dengan umur kehamilan(Mandriwati,
2008, h: 186)
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Palpasi
1) Mamae : apakah ada benjolan atau tidak, untuk mengetahui
pengeluaran kolostrum (Mandriwati, 2008, h: 185).
2) Abdomen:
Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri untuk
mengetahui tuanya kehamilan dapat diketahui.
Tua kehamilan disesuaikan dengan hari
pertama haid terakhir ( Hanifa Winkjosastro,
2007, h: 156).
Leopold II : menentukan batas samping uterus dan
menentukan letak punggung janin yang
membujur dari atas ke bawah menghubungkan
bokong dan kepala ( Hanifa Winkjosastro ,
2007, h: 156).
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin (Hanifa
Winkjosastro, 2007. h: 156).
Pada bagian bawah lebih jelas karena
berkurangnya air ketuban (Chrisdiono, 2004, h:
32).
Leopold IV : menentukan bagian mana yang sudah masuk
dalam pintu atas panggul. Bila belum masuk
teraba ballotment kepala (Hanifa Winkjosastro,
2007, h: 156).
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3) Pengukuran TFU
TFU normal pada kehamilan 28 minggu sekurangnya
25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada
kehamilan 40 minggu fundus uteri turun kembali dan terletak
kira-kira 3 jari di bawah prosesus xifoidesus (Hanifa
Winkjosastro, 2007, h: 156).
4) Auskultasi DJJ
Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari
DJJ yang kurang dari 120 atau lebih 160 kali per menit.
Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100
atau lebih dari 180 kali per menit (JNPKKR. 2008. h: 41)
dijumpai abnormalitas detak jantung janin pada kehamilan
postterm dengan pemeriksaan auskultasi (Chrisdiono, 2004, h:
5) His
Tidak turunnya hormon progesteron, menyebabakan
tidak tombulnya his sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin yang dapat menimbulkan kontraksi otot-otot rahim
kurang dan dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan
postterm (Hanifa Wiknjosastro, 2007, h: 319).
6) Pemeriksaan dalam :
(a) Cairan vagina: terdapat bercak darah, pendarahan
pervaginam atau mekonium.
(b) Vagina: luka parut divagina mengindikasikan adanya
riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomi
sebelumnya.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(c) Pembukaan : untuk mengetahui pembukaan dan penipisan
serviks.
(d) Effacement : sudah masuk kedalam rongga panggul atau
belum, dan penipisan berapa persen.
(e) Bagian terbawah : apakah bagian terbawah janin kepala,
pastikan penunjuknya (ubun ubun kecil, ubun ubun besar,
atau frontela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk
menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang
kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan
ukuran jalan lahir (JNPKKR, 2008, h: 44)
7) Pemeriksaan penunjang
(a) USG (ultrasonografi) untuk menilai usia kehamilan,
oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
(b) KTG (kardiotokografi) untuk menilai ada atau tidaknya
gawat janin.
(c) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau
tidak ada dan tes tekanan oksitosin) (Chrisdiono, 2004, h:
33).
c. Interpretasi Data
Setelah pengkajian data ibu dan janin selesai, langkah
selanjutnya menentukan diagnosis berdasarkan rangkaian
masalah yang telah didentifikasi.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Ny. L. . . G. . . P. . . A. . . , Umur. . . Tahun, hamil. . minggu,
janin tunggal hidup intrauteri, preskep, puka/puki, belum/dalam
persalinan dengan postterm.
Masalah ibu: kecemasan, serviks yang belum matang,
persalinan traumatis akibat janin besar, meningkatnya
pendarahan pasca persalinan, karena penggunaan oksitosin
untuk induksi (Abdul BS, 2006, h: 305).
d. Diagnosa potensial
Mengidentifikasi masalah / diagnostik potensial berdasarkan
masalah dan diagnosis saat ini, berkenaan dengan tindakan
antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan
waspada penuh.
1) Pada ibu
Morbiditas/moralitas ibu dan aspek emosi
2) Pada janin
Gawat janin atau parinatal yang disebabkan karena
makrosomia (yang dapat menyebabkan terjadinya distosia
pada persalian, fraktur klavikula, palsi Erb-Duchene, samapai
kematian bayi), insufisiensi plasenta, dan cacat bawaan
(Prawirorahardjo, 2009, h: 691-692)
e. Perencanaan
1) Beritahu ibu bahwa akan dilakukan persalinan dengan induksi
oxytosin.
2) Observasi kemajuan persalinan dengan pengawasan 10 yaitu:
tekanan darah tiap 4 jam, suhu tiap 4 jam, nadi tiap 30 menit,
pernafasan tiap 30 menit, DJJ tiap 30 menit, kontraksi uterus
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(HIS) tiap 30 menit, periksa Bandle ring tiap 30 menit,
pembukaan serviks tiap 4 jam, penurunan kepala tiap 4 jam,
dan monitor urin tiap 2 jam.
3) Memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan.
4) Berikan kehadiran pendamping persalinan.
5) Anjurkan ibu makan dan minum sebagai pencegahan
dehidrasi.
6) Atur posisi ibu, anjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum
pembukaan lengkap.
7) Anjurkan posisi ibu miring kiri agar kepala cepat turun.
8) Persiapkan tempat, alat, dan baha serta obat obatan.
9) Dokumentasikan semua hasil kedalam partograf.
f. Pelaksanaan
1) Beritahu ibu bahwa akan dilakukan persalinan dengan induksi
oxytosin.
2) Memantau keadaan ibu dan janin : denyut jantung janin setiap
setengah jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap
setengah jam, nadi setiap setengah jam, pembukaan serviks
setiap 4jam, penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam,
tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4jam, produksi
urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam (JNPKKR,
2008, H: 55)
3) Memberikan dukungan persalinan untuk mengurangi nyeri
persalinan, memberi kenyamanan dalam bentuk yang
sederhana, efektif, murah, resiko rendah (Hidayat Asri, 2010,
h: 34)
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4) Menghadirkan pendamping persalinan, kehadiran seorang
pendamping tetap dan terus menerus, berusaha untuk
menciptakan kenyamanan fisik dan emosional, kehadiran
pendamping persalinan bermanfaat bagi ibu/bayi dan proses
persalinan(Hidayat Asri, 2010, h: 34)
5) Memberikan makanan dan minuman yang diinginkan ibu.
6) Memerintahkan ibu untuk tidak mengejan ketika mereka
sendiri tidak dapat menghindarinya (Kuncara, 2006, h: 26)
7) Memberikan posisi yang nyaman saat persalinan. Posisi
duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman
bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat
diantara kontraksi (JNPKKR, 2008, H: 82).
8) Kandung kemih kosong dan anjurkan ibu berkemih setiap
2jam atau lebih seringjika kandung kemih terasa penuh
(JNPKKR, 2008, H: 82).
9) Persiapan alat, bahan dan obat obatan:
Partus set (didalam wadah stenlis yang berpenutup) :
(a) 2 klem kelly atau 2 klem kocher
(b) Gunting tali pusat
(c) Benang tali pusat atau klem plastik
(d) Kateter nelaton
(e) Gunting episiotomi
(f) Klem ½ kocher
(g) 2 sarung tangan DTT atau steril
(h) Kasa atau kain kecil
(i) Gulungan kapas basah
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(j) Tabung suntik 2 ½ atau 3 ml dengan jarum IM sekali pakai
(k) Kateter penghisap de lee
(l) 4 kain bersih
(m) 3 handuk atau kain
Bahan
(a) Partograf
(b) Catatan kemajuan persalinan
(c) Kertas kosong atau formulir
(d) Pena
(e) Termometer
(f) Pita pengukur
(g) Doppler
(h) Jam yang mempunyai jarum detik
(i) Stetoskop
(j) Tensimeter
(k) Sarung tangan bersih 5 pasang
(l) Larutan klorin
(m) Perlengkapan pelindung pribadi : masker, kacamata, dan alas
yang tertutup
(n) Sabun cuci tangan
(o) Deterjen
(p) Sikat kuku dan gunting kuku
(q) Celemek plastik
(r) Lembar plastik untuk alas tempat tidur ibu saat persalinan
(s) Kantong plastik
(t) Sumber air bersih yang mengalir
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(u) Wadah untuk larutan klorin 0, 5%
(v) Wadah untuk air DTT
Perlengkapan resusitasi:
(a) Balon resusitasi dan sungkup no. 0 dan 1
(b) Lampu sorot
(c) Tempat resusitasi
Obat obatan yang diperlukan:
8 ampul oksitosin 1ml 10 U, 20 ML lidocain, 3 botol RL, 2 kanula
no. 16 dan 18G, 2 ampul metil ergometrin, 10 kapsul amoksilin,
vitamin k1 ampul.
g. Evaluasi
1) Pemantauan hasil induksi
2) Pemantauan hasil keadaan ibu dan janin
3) Ibu sudah merasa nyaman
4) Keluarga mendampingi persalinan
5) Ibu bersedia makan dan minum
6) Ibu bersedia mengejan saat ada kontraksi
7) Ibu sudah memilih posisi yang nyaman saat persalinan
8) Kandung kemih ibu kosong
9) Partus set telah siap
D. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya di masyarakat, seseorang
bidan mempunyai kewenangan yang diatur dalam peraturan dan perundang
undangan kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi secara hukum
baik untuk bidan maupun untuk masyarakat terhadap malpraktik yang
mungkin dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan, peraturan,
perundangannya adalah sebagai berikut,
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Landasan hukum dalam praktik kebidanan yaitu:
1. Peraturan menteri
Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Menkes/per/x/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan
(Depkes RI, 2010)
Bab III Penyelenggaraan Praktik
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan meliputi:
1) pelayanan kesehatan ibu
2) pelayanan kesehatan anak
3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 10
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf 3 diberikan pada masa pra hail, kehamilan, masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebaigamana dimaksud pada ayat 1
meliputi;
a) Pelayanan Konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persainan normal
d) Pelayanan ibu menyusui
e) Pelayanan konseling pada masa antar dua kehamilan
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebaigamana dimaksud pada
ayat 2 berwenang untuk
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu
ibu eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala 3 dan
postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
2. Standar Pelayanan Kebidanan
a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
b. Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan
memerhatikan kebutuhan klien selama proses persalinan
berlangsung.
c. Standar 10 : Persalinan Kala II yang aman
d. Bidan memerlukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap
sopan dan penghargaan terhadap klien serta memerhatikan tradisi
setempat.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
e. Standar 11 : penatalaksanaan aktif persalinan kala III
f. Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk
membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap.
g. Standar 12 : penanganan kala II dengan komplikasi gawat janin
melalui episiotomi.
h. Bidan mengenali secar tepat tanda tanda gawat janin pada kala II
yang lama dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
3. Kompetensi bidan di Indonesia
Asuhan selama persalinan dan pelahiran
Kompetensi ke-4: Bidan memeberikan asuhan yang bermutu
tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,
memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan ibu dan
bayinya yang baru lahir.
a. Pengetahuan dasar
1) Fisiologi persalinan
2) Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk.
3) Aspek psikologis dan kultur pada persalinan dan kelahiran.
4) Indikator tanda – tanda dimulainya persalinan.
5) Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat
serupa.
6) Penilaian kesejahteran janin dalam masa persalinan.
7) Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
8) Proses penurunan janin melalui pelvis selama persalinan dan
kelahiran.
9) Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan pada kehmilan
normal dan ganda.
10) Pemberian kenyamanan selama persalinan , seperti kehadiran
keluarga / pendamping , pengaturan posisi, hidrasi, dukungan
moril, pegurangan nyeri tanpa obat.
11) Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus.
12) Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir yang meliputi:
pernafasan, kehangatan, dan pemberian ASI / penggantian air
susu ibu (PASI).
13) Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir,
antar lain kontak kulit langsung , kontak mata antara bayi dan
ibunya, jika memungkinkan.
14) Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
15) Manajemen fisiologi kala III
16) Memberikan suntikan intramuskular, meliputi uterotonik, antibiotik
dan sedatif.
17) Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu,
asfiksia neonatal, retensio plasenta, pendarahan karena atonia
uteri, dan mengatasi renjatan.
18) Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin.
19) Indikator komplikasi persalinan : pendarahan, partus macet,
kelinan presentasi, eklamsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi,
distosia karena inersia uteri primer , postterm dan preterm, serta
tali pusat menumbung.
20) Prinsip manajemen kala III secara fisiologis.
21) Prinsip manajemen aktif kala III.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Keterampilan Dasar
1) Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan
tanda tanda vital ibu pada persalinan sekarang.
2) Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus.
3) Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap, untuk
mengkaji posisi dan penurunan janin.
4) Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus ( lama, kekuatan
dan frekuensi).
5) Melakukan pemeriksaan panggul(pemeriksaan dalam ) secara
lengkap dan akurat meliputi: pembukaan, penurunan, bagian
terandah, presentasi, posisi keadaan ketuban, proporsi panggul
dengan bayi.
6) Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan
menggunakan pertograf.
7) Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya.
8) Memberikan cairan, nutrisi, dan kenyamanan yang adekuat
selama persalinan.
9) Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pada persalinan
abnormal dan kegawatdaruratan dengan intervensi yang sesuai
dan / melakukan rujukan dengan tepat waktu.
10) Melakukan amniotomi pada pembukaan cerviks lebih dari 4cm
sesuai dengan indikasi.
11) Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat.
12) Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
13) Melakukan manajemen fisiologis kala III
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
14) Melaksanakan manajemen aktif kala III
15) Memberikan suntikan intramuskular, meliputi uterotonik, antibiotik
dan sedatif.
16) Memasang infuse, mengambil darah untuk pemeriksaan
hemoglobin dan hematokrit.
17) Menahan uterus untuk mencegah terjadinya inversi uteri dalam
kala III.
18) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
19) Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan
benar.
20) Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
21) Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II
22) Memberikan pertolongan persalinan abnormal: letak sungsang,
pertus macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini tanpa
infeksi, postterm dan preterm.
23) Melakukan pengeluaran plasenta secara manual.
24) Mengelola pendarahan postpartum.
25) Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan kegawatdaruratan
dengan tepat waktu sesuai indikasi.
26) Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan
hubungan / tali kasih ibu dan bayi baru lahir.
27) Memafasitilasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan
mendukung ASI eksklusif.
28) Mendokumentasikan temuan temuan yang penting dan intervensi
yang dilakukan.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
4. Peran bidan
Peran bidan sebagai pelaksana:
a. Tugas mandiri
Tugas mandiri bidan yaitu,
Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan, mencakup:
1) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan
klien kebidanan.
2) Menentukan diagnosis,
3) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan maslah yang
dihadapi.
4) Melaksanakan tinadakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
5) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
6) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan.
7) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tondakan.
b. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien, mencakup:
1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa
persalinan.
2) Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam
masa persalinan.
3) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai
dengan prioritas masalah.
4) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
5) Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien.
6) Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan
sesuai dengan prioritas.
7) Membuat asuhan kebidanan.
c. Tugas kolaborasi
Tugas tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga,
mencakup:
1) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan kondisi
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
2) Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawat
daruratan dan hasil kolaborasi serta bekerja sama dengan klien.
4) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
5) Membuat pencatatan dan pelaporan.
Asuhan Kebidanan Pada..., FITRI APRILIANA SARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012