Bab II Tinjauan Pustaka A. Teknik Sinematografieprints.umm.ac.id/47993/3/Bab2.pdf · Komposisi...
Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka A. Teknik Sinematografieprints.umm.ac.id/47993/3/Bab2.pdf · Komposisi...
-
6
Bab II
Tinjauan Pustaka
A. Teknik Sinematografi
Dalam sebuah ilmu sinematografi, seorang pembuat film tidak hanya
merekam setiap adegan melainkan bagaimana mengontrol dan mengatur setiap
adegan yang diambil, seperti jarak ketinggian sudut, lama pengambilan, dan lain-
lain. Hal ini menjelaskan bahwa unsur sinematografi secara umum dapat dibagi
menjadi tiga aspek, yakni kamera atau film, framing, dan durasi gambar. Framing
dapat diartikan sebagai pembatasan gambar oleh kamera, seperti batasan wilayah
gambar atau frame, jarak ketinggian, pergerakan kamera, dan sebagainya.
Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan atau menjelaskan objek tertentu
secara mendetail, dengan mengupayakan wujud visual film yang tidak terkesan
monoton.Dalam pembuatan film tidak terlepas dari penggunaan teknik
sinematografi. Penggunaan teknik sinematografi akan berpengaruh pada hasil
akhir dari pembuatan sebuah film. Dengan teknik sinematografi penonton akan
lebih mudah menangkap pesan yang disampaikan melalui rangkaian gambar-
gambar yang disusun menjadi sebuah video klip. Teknik adalah cara membuat
atau melakukan yang berhubungan dengan seni.
Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris
Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi
sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik
menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga
menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide). Pengambilan gambar
-
7
merupakan tahapan yang sangat penting didalam proses produksi sebuah
videoklip. Gambar yang diambil harus mampu menyampaikan gagasan dari alur
cerita, dengan kata lain gambar harus mampu berbicara kepada
khalayak/penonton.
Oleh karena itu pengambilan gambar yang baik sangat ditekankan pada
proses ini. Jadi teknik sinematografi adalah cara/metode yang digunakan untuk
mengambil gambar agar penonton mudah untuk menangkap makna/pesan yang
ingin disampaikan melalui sebuah gambar. Kita seharusnya bisa selalu
menampilkan gambar yang menarik, mempunyai arti atau dengan kata lain,
gambar kita harus mampu berbicara” (think that every picture as statement)”.
(Semedhi:2011 hlm 47).
Di dalam teknik sinematografi ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dan diperhitungkan, agar maksud dari setiap shot kamera yang dipilih dapat
menjadi suatu gambar utuh yang dapat menyampaikan sebuah pesan. Aspek
tersebut adalah sebagai berikut :
Camera Angel (Sudut Pandang Kamera)
Penggunaan angel kamera yang baik dan benar akan menambah
visualisasi dramatik dari cerita, dan sebaliknya bila pemilihan
sudut pandang kamera hanya serabutan tanpa mempertimbangkan
dari nilai-nilai estetika akan merusak atau membingungkan dengan
pelukisan adegan sedemikian rupa hingga maknanya sulit untuk
dipahami.. Angel kamera ini dibagi menjadi beberapa aspek,yaitu:
1. Angel Camera Objektif
Kamera Objektif adalah penempatan angle kamera dari sudut
-
8
pandang penonton yang tersembunyi.
2. Angle camera Subjektif
Kamera subjektif adalah penempatan kamera yang bersifat
mengajak penonton ikut berperan dalam peristiwa atau adegan.
3. Angle Camera Point of View
Point of View atau atau disebut POV adalah merekam adegan
dari titik pandang pemain tertentu.
B. Ukuran Shot Pada Teknik Kamera
Film pada dasarnya merupakan rangkaian gambar-gambar yang disusun
secara runtut, dan proses pengambilan gambarnya menggunakan berbagai macam
cara serta titik pandang yang mampu bercerita kepada penonton. Sehingga
penonton mampu menangkap pesan yang disampaikan dari rangkaian gambar-
gambar tersebut. Untuk mendapatkan gambar yang sesuai dengan alur cerita,
diperlukan beberapa titik pandang pengambilan gambar.
Tidak hanya asal mengambil gambar saja, melainkan harus pandai-pandai
menempatkan posisi kamera saat pengambilan gambar. Sudut pandang kamera
yang tepat akan menghasilkan gambar yang mudah diterima oleh penonton. Sudut
pandang yang sering digunakan adalah sebagai berikut.
1. Extreme Long Shot
Extreme long shot menggambarkan wilayah luas dari jarak yang sangat
jauh. Shot ini bisa digunakan ketika penonton perlu dibuat terkesan
pada pemandangan yang menarik dari tempat berlangsungnya
peristiwa. Extreme long shot ini bertujuan untuk memberikan
gambaran yang luas sebelum masuk ke dalam scene yang akan dilihat
-
9
selanjutnya. Didalam film teknik ini sering digunakan sebagai awal
pembukaan sebuah film. “Pembuatan extreme long shot yang baik
adalah dari tempat tinggi, seperti dari panggung tinggi yang memang
dibuat untuk tempat kamera, dari atap gedung, atas bukit atau puncak
gunung”. Oleh karena itu, pengambilan gambar secara extream long
shot harus digunakan sebagai pembukaan sebuah film secara besar-
besaran, agar dapat menangkap perhatian penonton sejak awal.
2. Very Long Shot
Gambar-gambar opening scene atau bridging scene di mana pemirsa
divisualkan adegan kolosal, kota metropolitan, dan sebagainya. Posisi
kamera diletakkan beragam seperti top angel dari helikopter,
menggunakan crane atau jimmy jib.
3. Long shot
Long shot yaitu menangkap seluruh wilayah dari tempat kejadian.
Tempat, orang dan objek-objek dalam adegan diperlihatkan semua
dalam sebuah long shot untuk memperkenalkan kepada penonton
secara keseluruhan. Hal ini digunakan untuk menjelaskan semua
elemen dari adegan, hingga penonton akan tahu siapa saja yang
terlibat, dimana mereka berada, dan ketika nempak pada jarak dekat
dalam perjalanan sequence. Gambar yang diambil dalam long shot
biasanya terkomposisi dengan longgar, sehingga para pemain
mempunyai cukup ruang untuk bergerak kesana-kemari, dan setting
tempat dapat diperlihatkan untuk menjelaskan secara keseluruhan.
-
10
Long shot dapat memberikan bantuan jangkauan pada gambar, karena
long shot itu bisa menggembangkan ukuran dari setting awal.
4. Medium Long Shot
Setelah gambar Long Shot ditarik garis imajiner lalu di-zoom in
sehingga lebih padat, maka masuk ke medium long shot. Angel
Medium Long Shot sering dipakai untuk memperkaya keindahan
gambar.
5. Medium Shot
Medium shot didefinisikan sebagai intermediate shot karena terletak
antara long shot dan close up. Pemain direkam dari batas lutut ke atas,
atau sedikit di bawah pinggang. Medium shot baik digunakan dalam
pembuatan film, karena jarak ini menyajikan semua adegan dalam
batas wilayah yang bisa diterima bagi penayangan di frame (monitor)
dengan penampilan pemain atau talent dalam ukuran besar. Medium
shot secara umum merekam bagian-bagian besar dari film/videoklip
karena ukuran ini akan menempatkan penonton pada jarak
pertengahan, bagus untuk menyajikan peristiwa setelah adegan
dijelaskan dalam long shot.
6. Middle Close Up
“Dari dada pokok materi sampai puncak kepala”. Middle Close Up
dapat dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan
keleluasaan background yang masih bisa dinikmati. Teknik ini
memperdalam gambar dengan menunjukkan profil dari objek yang
-
11
direkam. Sudut pandang sangat berpengaruh pada cara pandang
penonton.
Bagaimana agar pesan dalam sebuah gambar dapat tersampaikan dengan
baik juga berkaitan dengan kualitas gambar. Pemilihan sudut pandang yang tepat
dapat menambah estetika pada hasil gambar. Terlebih pada film, karena estetika
suatu gambar dalam videoklip akan sangat diperhatikan oleh penontonnya.
Gambar-gambar dalam film ditampilkan secara berkesinambungan agar tercipta
alur yang sesuai dengan kandungan pesan yang ingin disampaikan.
C. Level Angle Camera
Level Angle Camera dibagi menjadi 3 aspek (Fachrudin:2012 hlm 151).
yaitu:
1. Eye Level Angle
Merupakan teknik pengambilan gambar yang memposisikan kamera
sejajar secara horisontal dengan ketinggian subyek, bisa setinggi dada
ataupun setinggi penglihatan subyek. Pengambilan gambar Normal
Angle banyak digunakan pada adegan-adegan yang standar, baik saat
dialog dalam film fiksi maupun pada saat wawancara pada film
dokumenter.
2. High Angel
High Angle merupakan teknik pengambilan gambar dengan
meletakkan tinggi kamera di atas objek/garis mata orang. Kesan
psikologis yang ingin disampaikan objek tampak seperti tertekan.
Pengambilan gambar high angle ini dapat menggunakan bantuan
peralatan seperti jimmyjib, portal jib, helicam, crane atau dengan alat
-
12
berat lainnya dengan tujuan kamera dapat diposisikan berada lebih
tinggi dari objek.
3. Low Angel
Low Angel merupakan teknik penggambilan gambar dengan
meletakkan tinggi kamera di bawah objek atau di bawah garis mata
orang. Adapun pesan psikologis yang ingin disajikan adalah objek
tampak berwibawa.
D. Close Up
Close up adalah sarana yang sangat unik dari film/videoklip. Close up
pada film/videoklip memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan
detail dari suatu kejadian. close up menjadi sarana penuturan cerita yang kuat bagi
pembuat film/videoklip. Close up itu sendiri mempunyai dua jenis, yaitu:
1. Close up cut in
Close up cut in adalah suatu pengambilan gambar lebih dekat dari
pengambilan gambar sebelumnya yang lebih besar. Close up cut in ini
merupakan bagian dari sebuah adegan utama dan dibuat untuk
menciptakan kesinambungan dari adegan utama yang dilanjutkan dengan
shot yang lebih dekat lagi.
2. Close up cut away
Close up cut away adalah suatu pengambilan gambar close up yang
menyajikan action kedua yang sedang berlangsung secara bersamaan
disuatu tempat yang mempunyai kaitan secara penuturan.
-
13
E. Composition (Komposisi)
Komposisi dalam pengertian yang sederhana merupakan pengaturan dari
unsur-unsur yang terdapat di dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan
yang serasi di dalam sebuah frame. Tujuan dari komposisi ini yaitu untuk
membuat gambar menjadi semenarik mungkin untuk dilihat, tidak membuat bosan
penonton. Komposisi berhubungan dengan selera artistik, kesadaran emosional,
pengalaman, dan latar belakang pribadi dari kameramen itu sendiri. Oleh karena
itu, komposisi tidak digariskan dengan aturan yang ketat. Semakin kreatif
kameramen, maka gambar yang dihasilkan akan lebih bagus dan menarik.
Didalam sebuah film pendek sangatlah dituntut ide sekreatif mungkin,
karena dengan durasi yang cukup pendek gambar-gambar yang disajikan harus
mampu menyampaikan pesan yang dituangkan kedalam gambar-gambar tersebut.
Juru kamera harus mengenal berbagai teori komposisi, diantaranya :
1. Intersection of Thirds (Rule of Thirds)
Kita sebagai manusia normal, dianugerahi kemampuan pandangan
yang cukup baik, yang dihasilkan oleh dua buah mata kita yang
diletakkan secara sejajar yang berfungsi sebagai lensa penangkap
gambar. Karena letaknya yang sejajar, maka banyak
mengistilahkan bahwa kita mempunyai pandangan teleskopis atau
binocular eyes. Karena binocular eyes, maka jika kita melihat
sesuatu maka pandangan kita terarah secara sejajar. Demikian juga
jika kita melihat sesuatu termasuk ke layar televisi, layar bioskop
ataupun layar reklame dan bidang datar lainnya. Oleh karena
itulah, daerah di bidang yang kita lihat secara binocular tersebut
-
14
dijadikan titik pusat perhatian atau point of interest suatu gambar.
Disitulah titik perhatian atau objek yang ingin ditonjolkan di
letakkan. Berdasarkan asumsi “binocular eyes” inilah lahir point
interest.
Cara menentukan point of interest di dalam aturan intersection of
thirds adalah sebagai berikut :
Bagilah layar menjadi tiga baik secara vertical maupun
horizontal, dan buatlah garis imaginer yang membagi layar
menjadi tiga bagian. Pertemuan antara garis – garis
imaginer (empat pertemuan) itulah terletak titik perhatian
(point of interest). Di keempat titik itulah objek gambar
yang ingin ditonjolkan kita letakkan. (lihat gambar 2.1)
Gambar
2.1(www.google.com)
Upayakan objek yang ingin kita tonjolkan paling tidak
menyinggung atau berada di dua titik, bahkan kalau
mrnyinggung tiga titik menjadi lebih baik. Sungguh pun
demikian, lebih baik menghindari memanfaatkan empat
-
15
titik untuk menempatkan objek, karena akan menjadi terlalu
padat. Komposisi yang baik adalah komposisi yang
sederhana, bukan yang terlalu ramai (too crowded).
Dalam memanfaatkan point of interest dengan
caraintersection of third, juru kamera memang tidak boleh
terpaku dengan teori yang ada, karena masih banyak aturan
atau teori point of interest lainnya yang mengarahkan kita
menemukan cara untuk menonjolkan objek di layar.
2. Golden Mean Area
Ini adalah cara membuat komposisi yang baik, khususnya untuk
pengambilan gambar besar atau close up. Gambar close up yang
dimaksudkan untuk menonjolkan ekspresi atau detail muka
seseorang, diatur oleh teori ini dengan cara sebagai berikut :
Bagilah layar menjadi dua bagian secar mendatar dan bagi
jugalah menjadi tiga bagian, khususnya dibagian atas,
sehingga tergambarlah bagian diatas setengah layar dan
dibawah sepertiga layar
Golden Mean area harus benar – benar menjadi panduan
para juru kamera, baik untuk gambar diam maupun
bergerak
3. Diagonl Depth
Salah satu panduan untuk pengambilan gambar long shot. Setiap
pengambilan gambar long shot hendaknya para juru kamera
mempertimbangkan unsur – unsur diagonal sebagai komponen
-
16
gambarnya. Unsur diagonal penting artinya untuk memberikan
kesan “depth” atau kedalaman, dan dengan unsur diagonal maka
akan memberikan kesan tiga dimensi. Dengan demikian, gambar
memiliki depth atau mengesankan tiga dimensi, padahal
sebenarnya gambarnya adalah dua dimensi.(lihat gambar 2.2)
Gambar 2.2(www.google.com)
Sebagai ringkasan, gambar long shot, hendaknya memiliki unsur:
Objek
Latar belakang
Benda yang dijadikan latar depan
Gambar yang membentuk diagonal
F. Gerakan Kamera
Ada beberapa gerakan kamera yang sering digunakan dalam pembuatan
film. Tujuan dari gerakan-gerakan tersebut adalah menciptakan variasi terhadap
gambar agar penonton tidak bosan. Tetapi juga penataan kamera yang lazim juga
-
17
harus di hindari agar tidak mengalihkan perhatian penonton dari gambar kepada
kesadaran adanya kamera.( Misbach:2010 hlm 105).
1. Zooming (In/Out)
Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun
menjauhkan objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan
oleh kamera video dan cameramen hanya mengoperasikannya saja.
2. Panning (Left/Right)
Yang dimaksud dengan gerakan panning yaitu kamera bergerak dari
tengah ke kanan atau dari dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya
yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang di
inginkan.
3. Tilting (Up/Down)
Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih
menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar yang didapat
memuaskan dan stabil.
4. Dolly (In/Out)
Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama
dengan gerakan zooming namun pada dolly yang bergerak adalah
tripod yang telah diberi roda dengan cara mendorong tripod maju
ataupun menariknya mundur.
5. Follow
Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam
bergerak searah.
6. Framing (In/Out)
-
18
Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki
(in) atau keluar (out) framing shoot.
7. Fading (In/Out)
Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar
baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan
jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan
gambar baru disebut fade out.
8. Crane Shoot
Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin
beroda dan bergerak sendiri bersama cameramen, baik mendekati
maupun menjauhi objek.
G. Gerakan Objek
Ada beberapa gerakan pada objek yang ditampilkan dalam sebuah scene,
di antaranya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kamera sejajar objek. Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek,
baik ke kiri maupun ke kanan.
2. Walking (In/Out) objek bergerak mendekati (in) maupun menjauhi
(out) kamera.45
3. Slo-Motion, yaitu pengaturan pada kamera dengan cara menurunkan
speed dibawah 30 fps (frame per second) untuk menghasilkan efek
yang dramatic. Memperlambat visualisasi tersebut sering digunakan
untuk menampilkan tokoh pada scene tersebut yang digabungkan
dengan point of view (POV) shoot sehingga dapat meningkatkan rasa
simpatik dari penonton.
-
19
4. Fast-Motion, yaitu kebalikan dari slo-motion, pengaturan pada kamera
untuk mempercepat visualisasi dari kenyataan dengan menambahkan
speed di atas 30 fps yang biasa digunakan dalam adegan komedi. Fast
motion dapat pula digunakan untuk menampilkan peristiwa yang
penting.
H. Lighting dan Warna
Cahaya (Light) pada hikmatnya adalah membuka layar untuk menuntun
mata penonton sampai masing-masing adegan sekecil-kecilnya dalam rangka
mengarahkan maknanya ke tempat di mana gerak-laku terjadi. Menurunkan
derajat cahaya akan mengakibatkan penurunan segala hal yang Nampak sampai
tidak Nampak sama sekali. Kemudian membiarkan set tidak menyolok, hanya
sebuah kegelapan, atau membiarkan adanya sosok-sosok bayangan sampai
akibatnya seorang pemeran yang damai muncul, lalu disusul dengan menaikkan
derajat cahaya sehingga objeknya kelihatan. Dibawah sorotan cahaya biasa
kenampakan akan mencapai maksimum pada warna kuning, kemudian akan
semakin menurun pada warna hijau,biru, oranye, dan merah. Oleh karena itu maka
derajat yang tinggi dari cahaya biru diperlukan untuk adegan malam hari, lebih
efektif daripada menggunakan warna kuning.(Pramana:1988 hlm 156).
Dalam pengambilan gambar dengan kamera, cahaya alami tidak selalu
dapat diperoleh. Apalagi untuk pengambilan gambar dalam ruangan
(Interior/Indoor). Untuk itu diperlukan bantuan tambahan lampu-lampu agar
dapat diperoleh gambar yang baik dan berkesan. Saat matahari terbit dan
terbenam akan tampak sangat berbeda karena waktu pengambilan gambar
mempengaruhi warna yang muncul. Video yang diambil sebelum matahari terbit
-
20
akan tampak kebiru-biruan, tapi video yang diambil segera setelah matahari terbit
akan tampak kemerah-merahan.
Makin tinggi matahari dilangit warna video makin tajam dan makin bersih.
Ini akan tampak sekali saat shooting tengah hari. Pada saat matahari terbenam,
warna video akan lebih hangat. Corak warna merah dan jingga akan muncul di
video menjelang malam, tapi saat matahari terbenam warnanya akan terisi dengan
ungu muda berbaur warna merah muda dan hijau.(John:2004 hlm 64).
Perubahan warna warni ini yang membuat hasil video berbeda saat
pengambilan gambar berlangsung pada waktu yang berbeda. Namun untuk
mensetting warna yang diinginkan dapat diatur melalui kamera pada menu White
Balance (WB) yang terdiri dari pilihan auto white balance, cloudy, tungsten,
fluorescent, daylight, flash dan custom. Penggunaan lampu sebagai cahaya
artificial juga sering digunakan untuk cahaya dari alam (sinar matahari) sering
berubah-ubah tertutup awan. Namun penggunaan cahaya tambahan dari lampu
pada dasarnya bukanlah hanya agar subyek jadi terang benderang dan gampang
dilihat saja. Melainkan agar diperoleh efek yang diinginkan, yaitu munculnya
dimensi atau efek dramatis dari subyek.(Kukuh:2010 hllm 89).
Berdasarkan penempatan dan kegunaannya, maka lampu-lampu untuk
pengambilan gambar dengan kamera telah diklasifikasikan atau didefinisikan
sebagai berikut :
1. Key Light
Yaitu lampu tembak utama atau “lampu kunci” yang dipasang agar
dapat menerangi seluruh subyek yang akan diambil gambarnya
-
21
dengan kamera. Keberadaan lampu ini jika diletakkan membentuk
sudut 45 derajat dengan kamera, biasanya akan menimbulkan
bayangan pada sisi yang bersebrangan di sebelah subyek.
2. Fill Light
Yaitu “lampu pengisi” yang dipasang pada sisi lain yang
bersebrangan dengan key light, gunanya untuk menghilangkan atau
mengurangi bayangan yang disebabkan oleh key light, membuat
keseimbangan cahaya pada kedua sisi subyek.
3. Back Light
Yaitu lampu yang dipasang untuk menyinari subyek dari bagian
belakang. Agar subyek kelihatan lebih jelas berdimensi. Adanya
lampu ini memberikan semacam kerangka cahaya di seputar
subyek. Back Light ini juga digunakan agar rambut dari subyek
Nampak indah bercahaya.
4. Background Light
Yaitu lampu yng ditembakkan langsung kearah latar belakang
subyek (dinding), dengan maksud agar sang subyek terlihat lebih
“terpisah” dari dinding, sehingga muncul dimensinya. Tanpa
lampu background ini, subyek terasa seperti melekat, menempel di
dinding, seperti perangko menempel di amplop saja.
5. Rim Light
Lampu ini biasa digunakan untuk menerangi obyek-obyek di
samping manusia.
6. Kicker
-
22
Lampu kicker digunakan untuk mencahayai sisi subyek, biasanya
diposisikan low angle, diletakkan dibelakang subyek mengarah ke
sisinya. Lampu tambahan ini gunanya agar bagian sisi-sisi subyek
lebih “nendang”. Warna dan pencahayaan dapat juga dipergunakan
untuk memberi penekanan pada karakter, serta memperlihatkan
emosional karakter. Adapun berbagai teknik Lighting adalah
sebagai berikut :
Low Key Lighting (Cahaya Utama yang Redup)
Biasanya teknik ini hanya menggunakan the key dan back
light, kontras antara terang dan gelap relative tinggi, dan
terbentuknya bayangan yang panjang.maupun tegas. Low
Key Lighting sendiri banyak digunakan dalam film – film
horror. Film-film tersebut tidak sesuai dengan cahaya yang
relative terang (high).
High Key Lighting (Cahaya Utama yang Terang)
Teknik lighting ini sering digunakan dalam film bergenre
komedi romantic dengan menggunakan filler light,
sehingga menampilkan pencahayaan yang alami dan
realistis. Selain ini, high key lighting juga menjadikan
setting seperti hari yang sedang cerah.
Kontras
Ada dua jenis dari penggunaan lighting yang kontras, yaitu
high contrast dan low contrast. High contrast adalah
perbandingan yang tinggi antara terang dan gelap sehingga
-
23
dapat menampilkan banyak bayangan. Sementara low
contrast menerapkan perbandingan yang rendah antara
terang dan gelap, jadi bayangan yang ditampilkan lebih
sedikit.
Exposure
Exposure adalah jumlah cahaya yang masuk lewat aperture
- aparture yang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
overexposed atau lebih banyak cahaya yang masuk, serta
underexposed, yaitu jumlah cahaya yang masuk lebih
sedikit. Kedua hal tersebut selanjutnya dapat
mempengaruhi tingkat kecerahan gambar dan warna.
Selain cahaya, warna juga memiliki arti penting dalam film, arti dari
warna-warna tertentu seperti putih yang berarti suci, polos, dan kosong. Hitam
berarti misteri dan mahal, biru berarti kebebasan, kesetiaan, dan sendu, merah
berarti passion, sex, darah, bahaya, panas, dan kematian, kuning memiliki arti
matahari, kehangatan, dan intelektual, hijau berarti nature, misteri, dan status,
serta ungu memiliki arti spiritual, mistis, dan janda. Sama halnya dengan
lighting, warna juga memiliki peran tersendiri dalam sebuah film. Warna
dapat membawa arti yang dapat menambah kekayaan adegan, membawa
mood sebuah adegan, dan menambah efek dramatis.
Berbagai warnapun memiliki arti tersendiri. Warna juga penting
peranannya sebagai alat pengendali intensitas cahaya. Di Negara teknologi
maju yang telah lama menggunakan intensitas cahaya listrik sebagai alat
utama cahaya lampu antara komedi dan tragedy, akan tetapi juga membedakan
-
24
tata warna cahayanya. Warna-warna hangat digunakan untuk warna cahaya
komedi, sedangkan warna dingin digunakan untuk warna cahaya tragedi.
Konsepsi warna demikian itu secara umum masih banyak dipergunakan saat
ini, namun juga banyak sekali kejutan-kejutan warna cahaya diciptakan secara
cerdik merupakan sebuah tantangan.(Pramana:1988 hlm 151). Dalam film,
warna-warna tertentu dipergunakan untuk mengartikan suasana atau scene
sebuah adegan agar sesuai dengan cerita yang disajikan. Tak hanya berkaitan
dengan warna cahaya, warna itu sendiri juga akan memiliki artinya masing-
masing. Dalam buku pengantar desain komunikasi Visual, dalam suatu simbol
atau makna ada nilai kesepakatan secara universal, contohnya merah untuk arti
berani, putih untuk arti suci, hitam untuk arti misteri, duka cita dan elegan.
Lampu merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati dan hijau untuk aman.
Merah muda untuk arti cinta dan sensual, mawar merah untuk arti cinta.
Namun pada lingkup tertentu tidak dapat diterima secara luas seperti
Feng Shui adanya logo segi tiga yang tidak boleh di gabung dengan unsur
gelombang, karena segi tiga adalah api sedangkan gelombang adalah air
sehingga bisa mati jika keduanya digabungkan.(Kusrianto:2009 hlm 69)
I. Editting
Editing adalah suatu proses memilih, mengatur, dan menyusun shot-shot
menjadi satu scene. Menyusun dan mengatur scene-scene menjadi satu sequence
yang akhirnya merupakan rangkaian shot-shot yang beralur cerita yang utuh. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang editor saat melakukan editing,
yaitu:
-
25
1. Memilih shot
Dalam editing hal yang paling dasar adalah memilih shot yang terbaik
diantara shot-shot yang ada dari beberapa pengambilan gambar yang
dilakukan ketika produksi.
2. Mempertimbangkan keterpaduan
Editor mempunyai tanggung jawab untuk menyambung gambar-
gambar shot dengan menentukan titik pemotongan gambar sehingga
tercapai kererpaduan gambar satu dengan yang lain.
3. Memilih jenis transisi yang dipakai
Seorang editor harus pandai memilih transisi apa yang seharusnya
digunakan. Hal ini untuk menghindari perpindahan gambar yang
sangat mencolok. Untuk menyamarkannya yaitu dengan menggunakan
transisi. Ada beberapa jenis transisi dalam editing.(Rusdi:2008 hlm
25).
Cut
Merupakan perpindahan langsung antar shot secara langsung.
Cut berfungsi dalam kesinambungan cerita, detail objek,
perubahan tempat dan waktu
Dissolve
Dissolve merupakan perpindahan shot secara berangsur-angsur
hingga shot sebelumnya sedikit demi sedikit bercampur dengan
shot selanjutnya dan shot sebelumnya perlahan-lahan hilang.
Fade
-
26
Transisi ini digunakan pada saat awal dan akhir adegan dalam
sebuah gambar. Fade dibagi menjadi 2 yaitu fade in dan fade
out.
Wipe
Wipe merupakan efek dimana suatu shot disapu oleh shot yang
lain hingga shot sebelumnya tampak terdorong oleh shot yang
baru.
Split Screen
Transisi ini merupakan special effect dimana layar sebuah
televisi dibagi menjadi dua bagian yang menampilkan gambar-
gambar yang berbeda. Jadi yang dimaksud dengan cutting
(editing) yaitu proses akhir yang bertujuan memilih gambar
baik dari segi angle, sudut pandang, maupun jenis shot.
Kemudian mengolah gambar-gambar film tersebut sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh dan memiliki makna yang
jelas sehingga dapat dinikmati oleh penonton.(lihat gambar 2.3)
Gambar 2.3(www.google.com)
-
27
J. Pengaturan Arah Gambar (Rooming)
Di dalam setiap film, alangkah baiknya film tersebut menampilkan gambar
yang menarik, mempunyai arti atau dengan kata lain, gambar itu mampu
“berbicara” dan “bernyawa”. Dengan demikian gambar akan terlihat lebih baik
jika gambar tersebut dapat memberikan ruang yang lebih besar di depan hidung
gambar film tersebut. Berikut adalah beberapa isi yang ada di teknik pengambilan
gambar di rooming :
Gambar 2.5 (www.google.com)
Nose room harus lebih besar daripada back room
Gambar 2.6 (www.google.com)