Bab II Tinjauan Pustaka A. Teknik Sinematografieprints.umm.ac.id/47993/3/Bab2.pdf · Komposisi...

22
6 Bab II Tinjauan Pustaka A. Teknik Sinematografi Dalam sebuah ilmu sinematografi, seorang pembuat film tidak hanya merekam setiap adegan melainkan bagaimana mengontrol dan mengatur setiap adegan yang diambil, seperti jarak ketinggian sudut, lama pengambilan, dan lain- lain. Hal ini menjelaskan bahwa unsur sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera atau film, framing, dan durasi gambar. Framing dapat diartikan sebagai pembatasan gambar oleh kamera, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak ketinggian, pergerakan kamera, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan atau menjelaskan objek tertentu secara mendetail, dengan mengupayakan wujud visual film yang tidak terkesan monoton.Dalam pembuatan film tidak terlepas dari penggunaan teknik sinematografi. Penggunaan teknik sinematografi akan berpengaruh pada hasil akhir dari pembuatan sebuah film. Dengan teknik sinematografi penonton akan lebih mudah menangkap pesan yang disampaikan melalui rangkaian gambar- gambar yang disusun menjadi sebuah video klip. Teknik adalah cara membuat atau melakukan yang berhubungan dengan seni. Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide). Pengambilan gambar

Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka A. Teknik Sinematografieprints.umm.ac.id/47993/3/Bab2.pdf · Komposisi...

  • 6

    Bab II

    Tinjauan Pustaka

    A. Teknik Sinematografi

    Dalam sebuah ilmu sinematografi, seorang pembuat film tidak hanya

    merekam setiap adegan melainkan bagaimana mengontrol dan mengatur setiap

    adegan yang diambil, seperti jarak ketinggian sudut, lama pengambilan, dan lain-

    lain. Hal ini menjelaskan bahwa unsur sinematografi secara umum dapat dibagi

    menjadi tiga aspek, yakni kamera atau film, framing, dan durasi gambar. Framing

    dapat diartikan sebagai pembatasan gambar oleh kamera, seperti batasan wilayah

    gambar atau frame, jarak ketinggian, pergerakan kamera, dan sebagainya.

    Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan atau menjelaskan objek tertentu

    secara mendetail, dengan mengupayakan wujud visual film yang tidak terkesan

    monoton.Dalam pembuatan film tidak terlepas dari penggunaan teknik

    sinematografi. Penggunaan teknik sinematografi akan berpengaruh pada hasil

    akhir dari pembuatan sebuah film. Dengan teknik sinematografi penonton akan

    lebih mudah menangkap pesan yang disampaikan melalui rangkaian gambar-

    gambar yang disusun menjadi sebuah video klip. Teknik adalah cara membuat

    atau melakukan yang berhubungan dengan seni.

    Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris

    Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi

    sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik

    menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga

    menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide). Pengambilan gambar

  • 7

    merupakan tahapan yang sangat penting didalam proses produksi sebuah

    videoklip. Gambar yang diambil harus mampu menyampaikan gagasan dari alur

    cerita, dengan kata lain gambar harus mampu berbicara kepada

    khalayak/penonton.

    Oleh karena itu pengambilan gambar yang baik sangat ditekankan pada

    proses ini. Jadi teknik sinematografi adalah cara/metode yang digunakan untuk

    mengambil gambar agar penonton mudah untuk menangkap makna/pesan yang

    ingin disampaikan melalui sebuah gambar. Kita seharusnya bisa selalu

    menampilkan gambar yang menarik, mempunyai arti atau dengan kata lain,

    gambar kita harus mampu berbicara” (think that every picture as statement)”.

    (Semedhi:2011 hlm 47).

    Di dalam teknik sinematografi ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan

    dan diperhitungkan, agar maksud dari setiap shot kamera yang dipilih dapat

    menjadi suatu gambar utuh yang dapat menyampaikan sebuah pesan. Aspek

    tersebut adalah sebagai berikut :

    Camera Angel (Sudut Pandang Kamera)

    Penggunaan angel kamera yang baik dan benar akan menambah

    visualisasi dramatik dari cerita, dan sebaliknya bila pemilihan

    sudut pandang kamera hanya serabutan tanpa mempertimbangkan

    dari nilai-nilai estetika akan merusak atau membingungkan dengan

    pelukisan adegan sedemikian rupa hingga maknanya sulit untuk

    dipahami.. Angel kamera ini dibagi menjadi beberapa aspek,yaitu:

    1. Angel Camera Objektif

    Kamera Objektif adalah penempatan angle kamera dari sudut

  • 8

    pandang penonton yang tersembunyi.

    2. Angle camera Subjektif

    Kamera subjektif adalah penempatan kamera yang bersifat

    mengajak penonton ikut berperan dalam peristiwa atau adegan.

    3. Angle Camera Point of View

    Point of View atau atau disebut POV adalah merekam adegan

    dari titik pandang pemain tertentu.

    B. Ukuran Shot Pada Teknik Kamera

    Film pada dasarnya merupakan rangkaian gambar-gambar yang disusun

    secara runtut, dan proses pengambilan gambarnya menggunakan berbagai macam

    cara serta titik pandang yang mampu bercerita kepada penonton. Sehingga

    penonton mampu menangkap pesan yang disampaikan dari rangkaian gambar-

    gambar tersebut. Untuk mendapatkan gambar yang sesuai dengan alur cerita,

    diperlukan beberapa titik pandang pengambilan gambar.

    Tidak hanya asal mengambil gambar saja, melainkan harus pandai-pandai

    menempatkan posisi kamera saat pengambilan gambar. Sudut pandang kamera

    yang tepat akan menghasilkan gambar yang mudah diterima oleh penonton. Sudut

    pandang yang sering digunakan adalah sebagai berikut.

    1. Extreme Long Shot

    Extreme long shot menggambarkan wilayah luas dari jarak yang sangat

    jauh. Shot ini bisa digunakan ketika penonton perlu dibuat terkesan

    pada pemandangan yang menarik dari tempat berlangsungnya

    peristiwa. Extreme long shot ini bertujuan untuk memberikan

    gambaran yang luas sebelum masuk ke dalam scene yang akan dilihat

  • 9

    selanjutnya. Didalam film teknik ini sering digunakan sebagai awal

    pembukaan sebuah film. “Pembuatan extreme long shot yang baik

    adalah dari tempat tinggi, seperti dari panggung tinggi yang memang

    dibuat untuk tempat kamera, dari atap gedung, atas bukit atau puncak

    gunung”. Oleh karena itu, pengambilan gambar secara extream long

    shot harus digunakan sebagai pembukaan sebuah film secara besar-

    besaran, agar dapat menangkap perhatian penonton sejak awal.

    2. Very Long Shot

    Gambar-gambar opening scene atau bridging scene di mana pemirsa

    divisualkan adegan kolosal, kota metropolitan, dan sebagainya. Posisi

    kamera diletakkan beragam seperti top angel dari helikopter,

    menggunakan crane atau jimmy jib.

    3. Long shot

    Long shot yaitu menangkap seluruh wilayah dari tempat kejadian.

    Tempat, orang dan objek-objek dalam adegan diperlihatkan semua

    dalam sebuah long shot untuk memperkenalkan kepada penonton

    secara keseluruhan. Hal ini digunakan untuk menjelaskan semua

    elemen dari adegan, hingga penonton akan tahu siapa saja yang

    terlibat, dimana mereka berada, dan ketika nempak pada jarak dekat

    dalam perjalanan sequence. Gambar yang diambil dalam long shot

    biasanya terkomposisi dengan longgar, sehingga para pemain

    mempunyai cukup ruang untuk bergerak kesana-kemari, dan setting

    tempat dapat diperlihatkan untuk menjelaskan secara keseluruhan.

  • 10

    Long shot dapat memberikan bantuan jangkauan pada gambar, karena

    long shot itu bisa menggembangkan ukuran dari setting awal.

    4. Medium Long Shot

    Setelah gambar Long Shot ditarik garis imajiner lalu di-zoom in

    sehingga lebih padat, maka masuk ke medium long shot. Angel

    Medium Long Shot sering dipakai untuk memperkaya keindahan

    gambar.

    5. Medium Shot

    Medium shot didefinisikan sebagai intermediate shot karena terletak

    antara long shot dan close up. Pemain direkam dari batas lutut ke atas,

    atau sedikit di bawah pinggang. Medium shot baik digunakan dalam

    pembuatan film, karena jarak ini menyajikan semua adegan dalam

    batas wilayah yang bisa diterima bagi penayangan di frame (monitor)

    dengan penampilan pemain atau talent dalam ukuran besar. Medium

    shot secara umum merekam bagian-bagian besar dari film/videoklip

    karena ukuran ini akan menempatkan penonton pada jarak

    pertengahan, bagus untuk menyajikan peristiwa setelah adegan

    dijelaskan dalam long shot.

    6. Middle Close Up

    “Dari dada pokok materi sampai puncak kepala”. Middle Close Up

    dapat dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan

    keleluasaan background yang masih bisa dinikmati. Teknik ini

    memperdalam gambar dengan menunjukkan profil dari objek yang

  • 11

    direkam. Sudut pandang sangat berpengaruh pada cara pandang

    penonton.

    Bagaimana agar pesan dalam sebuah gambar dapat tersampaikan dengan

    baik juga berkaitan dengan kualitas gambar. Pemilihan sudut pandang yang tepat

    dapat menambah estetika pada hasil gambar. Terlebih pada film, karena estetika

    suatu gambar dalam videoklip akan sangat diperhatikan oleh penontonnya.

    Gambar-gambar dalam film ditampilkan secara berkesinambungan agar tercipta

    alur yang sesuai dengan kandungan pesan yang ingin disampaikan.

    C. Level Angle Camera

    Level Angle Camera dibagi menjadi 3 aspek (Fachrudin:2012 hlm 151).

    yaitu:

    1. Eye Level Angle

    Merupakan teknik pengambilan gambar yang memposisikan kamera

    sejajar secara horisontal dengan ketinggian subyek, bisa setinggi dada

    ataupun setinggi penglihatan subyek. Pengambilan gambar Normal

    Angle banyak digunakan pada adegan-adegan yang standar, baik saat

    dialog dalam film fiksi maupun pada saat wawancara pada film

    dokumenter.

    2. High Angel

    High Angle merupakan teknik pengambilan gambar dengan

    meletakkan tinggi kamera di atas objek/garis mata orang. Kesan

    psikologis yang ingin disampaikan objek tampak seperti tertekan.

    Pengambilan gambar high angle ini dapat menggunakan bantuan

    peralatan seperti jimmyjib, portal jib, helicam, crane atau dengan alat

  • 12

    berat lainnya dengan tujuan kamera dapat diposisikan berada lebih

    tinggi dari objek.

    3. Low Angel

    Low Angel merupakan teknik penggambilan gambar dengan

    meletakkan tinggi kamera di bawah objek atau di bawah garis mata

    orang. Adapun pesan psikologis yang ingin disajikan adalah objek

    tampak berwibawa.

    D. Close Up

    Close up adalah sarana yang sangat unik dari film/videoklip. Close up

    pada film/videoklip memberikan kemungkinan suatu penyajian yang rinci dan

    detail dari suatu kejadian. close up menjadi sarana penuturan cerita yang kuat bagi

    pembuat film/videoklip. Close up itu sendiri mempunyai dua jenis, yaitu:

    1. Close up cut in

    Close up cut in adalah suatu pengambilan gambar lebih dekat dari

    pengambilan gambar sebelumnya yang lebih besar. Close up cut in ini

    merupakan bagian dari sebuah adegan utama dan dibuat untuk

    menciptakan kesinambungan dari adegan utama yang dilanjutkan dengan

    shot yang lebih dekat lagi.

    2. Close up cut away

    Close up cut away adalah suatu pengambilan gambar close up yang

    menyajikan action kedua yang sedang berlangsung secara bersamaan

    disuatu tempat yang mempunyai kaitan secara penuturan.

  • 13

    E. Composition (Komposisi)

    Komposisi dalam pengertian yang sederhana merupakan pengaturan dari

    unsur-unsur yang terdapat di dalam gambar untuk membentuk suatu kesatuan

    yang serasi di dalam sebuah frame. Tujuan dari komposisi ini yaitu untuk

    membuat gambar menjadi semenarik mungkin untuk dilihat, tidak membuat bosan

    penonton. Komposisi berhubungan dengan selera artistik, kesadaran emosional,

    pengalaman, dan latar belakang pribadi dari kameramen itu sendiri. Oleh karena

    itu, komposisi tidak digariskan dengan aturan yang ketat. Semakin kreatif

    kameramen, maka gambar yang dihasilkan akan lebih bagus dan menarik.

    Didalam sebuah film pendek sangatlah dituntut ide sekreatif mungkin,

    karena dengan durasi yang cukup pendek gambar-gambar yang disajikan harus

    mampu menyampaikan pesan yang dituangkan kedalam gambar-gambar tersebut.

    Juru kamera harus mengenal berbagai teori komposisi, diantaranya :

    1. Intersection of Thirds (Rule of Thirds)

    Kita sebagai manusia normal, dianugerahi kemampuan pandangan

    yang cukup baik, yang dihasilkan oleh dua buah mata kita yang

    diletakkan secara sejajar yang berfungsi sebagai lensa penangkap

    gambar. Karena letaknya yang sejajar, maka banyak

    mengistilahkan bahwa kita mempunyai pandangan teleskopis atau

    binocular eyes. Karena binocular eyes, maka jika kita melihat

    sesuatu maka pandangan kita terarah secara sejajar. Demikian juga

    jika kita melihat sesuatu termasuk ke layar televisi, layar bioskop

    ataupun layar reklame dan bidang datar lainnya. Oleh karena

    itulah, daerah di bidang yang kita lihat secara binocular tersebut

  • 14

    dijadikan titik pusat perhatian atau point of interest suatu gambar.

    Disitulah titik perhatian atau objek yang ingin ditonjolkan di

    letakkan. Berdasarkan asumsi “binocular eyes” inilah lahir point

    interest.

    Cara menentukan point of interest di dalam aturan intersection of

    thirds adalah sebagai berikut :

    Bagilah layar menjadi tiga baik secara vertical maupun

    horizontal, dan buatlah garis imaginer yang membagi layar

    menjadi tiga bagian. Pertemuan antara garis – garis

    imaginer (empat pertemuan) itulah terletak titik perhatian

    (point of interest). Di keempat titik itulah objek gambar

    yang ingin ditonjolkan kita letakkan. (lihat gambar 2.1)

    Gambar

    2.1(www.google.com)

    Upayakan objek yang ingin kita tonjolkan paling tidak

    menyinggung atau berada di dua titik, bahkan kalau

    mrnyinggung tiga titik menjadi lebih baik. Sungguh pun

    demikian, lebih baik menghindari memanfaatkan empat

  • 15

    titik untuk menempatkan objek, karena akan menjadi terlalu

    padat. Komposisi yang baik adalah komposisi yang

    sederhana, bukan yang terlalu ramai (too crowded).

    Dalam memanfaatkan point of interest dengan

    caraintersection of third, juru kamera memang tidak boleh

    terpaku dengan teori yang ada, karena masih banyak aturan

    atau teori point of interest lainnya yang mengarahkan kita

    menemukan cara untuk menonjolkan objek di layar.

    2. Golden Mean Area

    Ini adalah cara membuat komposisi yang baik, khususnya untuk

    pengambilan gambar besar atau close up. Gambar close up yang

    dimaksudkan untuk menonjolkan ekspresi atau detail muka

    seseorang, diatur oleh teori ini dengan cara sebagai berikut :

    Bagilah layar menjadi dua bagian secar mendatar dan bagi

    jugalah menjadi tiga bagian, khususnya dibagian atas,

    sehingga tergambarlah bagian diatas setengah layar dan

    dibawah sepertiga layar

    Golden Mean area harus benar – benar menjadi panduan

    para juru kamera, baik untuk gambar diam maupun

    bergerak

    3. Diagonl Depth

    Salah satu panduan untuk pengambilan gambar long shot. Setiap

    pengambilan gambar long shot hendaknya para juru kamera

    mempertimbangkan unsur – unsur diagonal sebagai komponen

  • 16

    gambarnya. Unsur diagonal penting artinya untuk memberikan

    kesan “depth” atau kedalaman, dan dengan unsur diagonal maka

    akan memberikan kesan tiga dimensi. Dengan demikian, gambar

    memiliki depth atau mengesankan tiga dimensi, padahal

    sebenarnya gambarnya adalah dua dimensi.(lihat gambar 2.2)

    Gambar 2.2(www.google.com)

    Sebagai ringkasan, gambar long shot, hendaknya memiliki unsur:

    Objek

    Latar belakang

    Benda yang dijadikan latar depan

    Gambar yang membentuk diagonal

    F. Gerakan Kamera

    Ada beberapa gerakan kamera yang sering digunakan dalam pembuatan

    film. Tujuan dari gerakan-gerakan tersebut adalah menciptakan variasi terhadap

    gambar agar penonton tidak bosan. Tetapi juga penataan kamera yang lazim juga

  • 17

    harus di hindari agar tidak mengalihkan perhatian penonton dari gambar kepada

    kesadaran adanya kamera.( Misbach:2010 hlm 105).

    1. Zooming (In/Out)

    Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun

    menjauhkan objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan

    oleh kamera video dan cameramen hanya mengoperasikannya saja.

    2. Panning (Left/Right)

    Yang dimaksud dengan gerakan panning yaitu kamera bergerak dari

    tengah ke kanan atau dari dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya

    yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang di

    inginkan.

    3. Tilting (Up/Down)

    Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih

    menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar yang didapat

    memuaskan dan stabil.

    4. Dolly (In/Out)

    Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama

    dengan gerakan zooming namun pada dolly yang bergerak adalah

    tripod yang telah diberi roda dengan cara mendorong tripod maju

    ataupun menariknya mundur.

    5. Follow

    Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam

    bergerak searah.

    6. Framing (In/Out)

  • 18

    Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki

    (in) atau keluar (out) framing shoot.

    7. Fading (In/Out)

    Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar

    baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan

    jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan

    gambar baru disebut fade out.

    8. Crane Shoot

    Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin

    beroda dan bergerak sendiri bersama cameramen, baik mendekati

    maupun menjauhi objek.

    G. Gerakan Objek

    Ada beberapa gerakan pada objek yang ditampilkan dalam sebuah scene,

    di antaranya dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Kamera sejajar objek. Kamera sejajar mengikuti pergerakan objek,

    baik ke kiri maupun ke kanan.

    2. Walking (In/Out) objek bergerak mendekati (in) maupun menjauhi

    (out) kamera.45

    3. Slo-Motion, yaitu pengaturan pada kamera dengan cara menurunkan

    speed dibawah 30 fps (frame per second) untuk menghasilkan efek

    yang dramatic. Memperlambat visualisasi tersebut sering digunakan

    untuk menampilkan tokoh pada scene tersebut yang digabungkan

    dengan point of view (POV) shoot sehingga dapat meningkatkan rasa

    simpatik dari penonton.

  • 19

    4. Fast-Motion, yaitu kebalikan dari slo-motion, pengaturan pada kamera

    untuk mempercepat visualisasi dari kenyataan dengan menambahkan

    speed di atas 30 fps yang biasa digunakan dalam adegan komedi. Fast

    motion dapat pula digunakan untuk menampilkan peristiwa yang

    penting.

    H. Lighting dan Warna

    Cahaya (Light) pada hikmatnya adalah membuka layar untuk menuntun

    mata penonton sampai masing-masing adegan sekecil-kecilnya dalam rangka

    mengarahkan maknanya ke tempat di mana gerak-laku terjadi. Menurunkan

    derajat cahaya akan mengakibatkan penurunan segala hal yang Nampak sampai

    tidak Nampak sama sekali. Kemudian membiarkan set tidak menyolok, hanya

    sebuah kegelapan, atau membiarkan adanya sosok-sosok bayangan sampai

    akibatnya seorang pemeran yang damai muncul, lalu disusul dengan menaikkan

    derajat cahaya sehingga objeknya kelihatan. Dibawah sorotan cahaya biasa

    kenampakan akan mencapai maksimum pada warna kuning, kemudian akan

    semakin menurun pada warna hijau,biru, oranye, dan merah. Oleh karena itu maka

    derajat yang tinggi dari cahaya biru diperlukan untuk adegan malam hari, lebih

    efektif daripada menggunakan warna kuning.(Pramana:1988 hlm 156).

    Dalam pengambilan gambar dengan kamera, cahaya alami tidak selalu

    dapat diperoleh. Apalagi untuk pengambilan gambar dalam ruangan

    (Interior/Indoor). Untuk itu diperlukan bantuan tambahan lampu-lampu agar

    dapat diperoleh gambar yang baik dan berkesan. Saat matahari terbit dan

    terbenam akan tampak sangat berbeda karena waktu pengambilan gambar

    mempengaruhi warna yang muncul. Video yang diambil sebelum matahari terbit

  • 20

    akan tampak kebiru-biruan, tapi video yang diambil segera setelah matahari terbit

    akan tampak kemerah-merahan.

    Makin tinggi matahari dilangit warna video makin tajam dan makin bersih.

    Ini akan tampak sekali saat shooting tengah hari. Pada saat matahari terbenam,

    warna video akan lebih hangat. Corak warna merah dan jingga akan muncul di

    video menjelang malam, tapi saat matahari terbenam warnanya akan terisi dengan

    ungu muda berbaur warna merah muda dan hijau.(John:2004 hlm 64).

    Perubahan warna warni ini yang membuat hasil video berbeda saat

    pengambilan gambar berlangsung pada waktu yang berbeda. Namun untuk

    mensetting warna yang diinginkan dapat diatur melalui kamera pada menu White

    Balance (WB) yang terdiri dari pilihan auto white balance, cloudy, tungsten,

    fluorescent, daylight, flash dan custom. Penggunaan lampu sebagai cahaya

    artificial juga sering digunakan untuk cahaya dari alam (sinar matahari) sering

    berubah-ubah tertutup awan. Namun penggunaan cahaya tambahan dari lampu

    pada dasarnya bukanlah hanya agar subyek jadi terang benderang dan gampang

    dilihat saja. Melainkan agar diperoleh efek yang diinginkan, yaitu munculnya

    dimensi atau efek dramatis dari subyek.(Kukuh:2010 hllm 89).

    Berdasarkan penempatan dan kegunaannya, maka lampu-lampu untuk

    pengambilan gambar dengan kamera telah diklasifikasikan atau didefinisikan

    sebagai berikut :

    1. Key Light

    Yaitu lampu tembak utama atau “lampu kunci” yang dipasang agar

    dapat menerangi seluruh subyek yang akan diambil gambarnya

  • 21

    dengan kamera. Keberadaan lampu ini jika diletakkan membentuk

    sudut 45 derajat dengan kamera, biasanya akan menimbulkan

    bayangan pada sisi yang bersebrangan di sebelah subyek.

    2. Fill Light

    Yaitu “lampu pengisi” yang dipasang pada sisi lain yang

    bersebrangan dengan key light, gunanya untuk menghilangkan atau

    mengurangi bayangan yang disebabkan oleh key light, membuat

    keseimbangan cahaya pada kedua sisi subyek.

    3. Back Light

    Yaitu lampu yang dipasang untuk menyinari subyek dari bagian

    belakang. Agar subyek kelihatan lebih jelas berdimensi. Adanya

    lampu ini memberikan semacam kerangka cahaya di seputar

    subyek. Back Light ini juga digunakan agar rambut dari subyek

    Nampak indah bercahaya.

    4. Background Light

    Yaitu lampu yng ditembakkan langsung kearah latar belakang

    subyek (dinding), dengan maksud agar sang subyek terlihat lebih

    “terpisah” dari dinding, sehingga muncul dimensinya. Tanpa

    lampu background ini, subyek terasa seperti melekat, menempel di

    dinding, seperti perangko menempel di amplop saja.

    5. Rim Light

    Lampu ini biasa digunakan untuk menerangi obyek-obyek di

    samping manusia.

    6. Kicker

  • 22

    Lampu kicker digunakan untuk mencahayai sisi subyek, biasanya

    diposisikan low angle, diletakkan dibelakang subyek mengarah ke

    sisinya. Lampu tambahan ini gunanya agar bagian sisi-sisi subyek

    lebih “nendang”. Warna dan pencahayaan dapat juga dipergunakan

    untuk memberi penekanan pada karakter, serta memperlihatkan

    emosional karakter. Adapun berbagai teknik Lighting adalah

    sebagai berikut :

    Low Key Lighting (Cahaya Utama yang Redup)

    Biasanya teknik ini hanya menggunakan the key dan back

    light, kontras antara terang dan gelap relative tinggi, dan

    terbentuknya bayangan yang panjang.maupun tegas. Low

    Key Lighting sendiri banyak digunakan dalam film – film

    horror. Film-film tersebut tidak sesuai dengan cahaya yang

    relative terang (high).

    High Key Lighting (Cahaya Utama yang Terang)

    Teknik lighting ini sering digunakan dalam film bergenre

    komedi romantic dengan menggunakan filler light,

    sehingga menampilkan pencahayaan yang alami dan

    realistis. Selain ini, high key lighting juga menjadikan

    setting seperti hari yang sedang cerah.

    Kontras

    Ada dua jenis dari penggunaan lighting yang kontras, yaitu

    high contrast dan low contrast. High contrast adalah

    perbandingan yang tinggi antara terang dan gelap sehingga

  • 23

    dapat menampilkan banyak bayangan. Sementara low

    contrast menerapkan perbandingan yang rendah antara

    terang dan gelap, jadi bayangan yang ditampilkan lebih

    sedikit.

    Exposure

    Exposure adalah jumlah cahaya yang masuk lewat aperture

    - aparture yang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu

    overexposed atau lebih banyak cahaya yang masuk, serta

    underexposed, yaitu jumlah cahaya yang masuk lebih

    sedikit. Kedua hal tersebut selanjutnya dapat

    mempengaruhi tingkat kecerahan gambar dan warna.

    Selain cahaya, warna juga memiliki arti penting dalam film, arti dari

    warna-warna tertentu seperti putih yang berarti suci, polos, dan kosong. Hitam

    berarti misteri dan mahal, biru berarti kebebasan, kesetiaan, dan sendu, merah

    berarti passion, sex, darah, bahaya, panas, dan kematian, kuning memiliki arti

    matahari, kehangatan, dan intelektual, hijau berarti nature, misteri, dan status,

    serta ungu memiliki arti spiritual, mistis, dan janda. Sama halnya dengan

    lighting, warna juga memiliki peran tersendiri dalam sebuah film. Warna

    dapat membawa arti yang dapat menambah kekayaan adegan, membawa

    mood sebuah adegan, dan menambah efek dramatis.

    Berbagai warnapun memiliki arti tersendiri. Warna juga penting

    peranannya sebagai alat pengendali intensitas cahaya. Di Negara teknologi

    maju yang telah lama menggunakan intensitas cahaya listrik sebagai alat

    utama cahaya lampu antara komedi dan tragedy, akan tetapi juga membedakan

  • 24

    tata warna cahayanya. Warna-warna hangat digunakan untuk warna cahaya

    komedi, sedangkan warna dingin digunakan untuk warna cahaya tragedi.

    Konsepsi warna demikian itu secara umum masih banyak dipergunakan saat

    ini, namun juga banyak sekali kejutan-kejutan warna cahaya diciptakan secara

    cerdik merupakan sebuah tantangan.(Pramana:1988 hlm 151). Dalam film,

    warna-warna tertentu dipergunakan untuk mengartikan suasana atau scene

    sebuah adegan agar sesuai dengan cerita yang disajikan. Tak hanya berkaitan

    dengan warna cahaya, warna itu sendiri juga akan memiliki artinya masing-

    masing. Dalam buku pengantar desain komunikasi Visual, dalam suatu simbol

    atau makna ada nilai kesepakatan secara universal, contohnya merah untuk arti

    berani, putih untuk arti suci, hitam untuk arti misteri, duka cita dan elegan.

    Lampu merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati dan hijau untuk aman.

    Merah muda untuk arti cinta dan sensual, mawar merah untuk arti cinta.

    Namun pada lingkup tertentu tidak dapat diterima secara luas seperti

    Feng Shui adanya logo segi tiga yang tidak boleh di gabung dengan unsur

    gelombang, karena segi tiga adalah api sedangkan gelombang adalah air

    sehingga bisa mati jika keduanya digabungkan.(Kusrianto:2009 hlm 69)

    I. Editting

    Editing adalah suatu proses memilih, mengatur, dan menyusun shot-shot

    menjadi satu scene. Menyusun dan mengatur scene-scene menjadi satu sequence

    yang akhirnya merupakan rangkaian shot-shot yang beralur cerita yang utuh. Ada

    beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang editor saat melakukan editing,

    yaitu:

  • 25

    1. Memilih shot

    Dalam editing hal yang paling dasar adalah memilih shot yang terbaik

    diantara shot-shot yang ada dari beberapa pengambilan gambar yang

    dilakukan ketika produksi.

    2. Mempertimbangkan keterpaduan

    Editor mempunyai tanggung jawab untuk menyambung gambar-

    gambar shot dengan menentukan titik pemotongan gambar sehingga

    tercapai kererpaduan gambar satu dengan yang lain.

    3. Memilih jenis transisi yang dipakai

    Seorang editor harus pandai memilih transisi apa yang seharusnya

    digunakan. Hal ini untuk menghindari perpindahan gambar yang

    sangat mencolok. Untuk menyamarkannya yaitu dengan menggunakan

    transisi. Ada beberapa jenis transisi dalam editing.(Rusdi:2008 hlm

    25).

    Cut

    Merupakan perpindahan langsung antar shot secara langsung.

    Cut berfungsi dalam kesinambungan cerita, detail objek,

    perubahan tempat dan waktu

    Dissolve

    Dissolve merupakan perpindahan shot secara berangsur-angsur

    hingga shot sebelumnya sedikit demi sedikit bercampur dengan

    shot selanjutnya dan shot sebelumnya perlahan-lahan hilang.

    Fade

  • 26

    Transisi ini digunakan pada saat awal dan akhir adegan dalam

    sebuah gambar. Fade dibagi menjadi 2 yaitu fade in dan fade

    out.

    Wipe

    Wipe merupakan efek dimana suatu shot disapu oleh shot yang

    lain hingga shot sebelumnya tampak terdorong oleh shot yang

    baru.

    Split Screen

    Transisi ini merupakan special effect dimana layar sebuah

    televisi dibagi menjadi dua bagian yang menampilkan gambar-

    gambar yang berbeda. Jadi yang dimaksud dengan cutting

    (editing) yaitu proses akhir yang bertujuan memilih gambar

    baik dari segi angle, sudut pandang, maupun jenis shot.

    Kemudian mengolah gambar-gambar film tersebut sehingga

    menjadi satu kesatuan yang utuh dan memiliki makna yang

    jelas sehingga dapat dinikmati oleh penonton.(lihat gambar 2.3)

    Gambar 2.3(www.google.com)

  • 27

    J. Pengaturan Arah Gambar (Rooming)

    Di dalam setiap film, alangkah baiknya film tersebut menampilkan gambar

    yang menarik, mempunyai arti atau dengan kata lain, gambar itu mampu

    “berbicara” dan “bernyawa”. Dengan demikian gambar akan terlihat lebih baik

    jika gambar tersebut dapat memberikan ruang yang lebih besar di depan hidung

    gambar film tersebut. Berikut adalah beberapa isi yang ada di teknik pengambilan

    gambar di rooming :

    Gambar 2.5 (www.google.com)

    Nose room harus lebih besar daripada back room

    Gambar 2.6 (www.google.com)