BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf ·...

33
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemia 1. Definisi Thalasemia Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada hemoglobin. Secara molekuler Thalasemia dibedakan atas Thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas Thalasemia mayor dan minor. Menurut Nelson (2000) Thalasemia adalah sekelompok heterogen anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia merupakan penyakit kongenetal herediter yang diturunkan secara autosomal berdasarkan kelainan hemoglobin , dimana satu atau dua rantai Hb kurang atau tidak terbentuk secara sempurna sehingga terjadi anemia hemolitik. Kelainan hemolitik ini mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (Ganie, 2005; Mandleco & Pott, 2007). Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sistem hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin (Nurarif, 2013). Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Thalasemia

1. Definisi Thalasemia

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai

oleh defisiensi produk rantai globulin pada hemoglobin. Secara

molekuler Thalasemia dibedakan atas Thalasemia alfa dan beta,

sedangkan secara klinis dibedakan atas Thalasemia mayor dan minor.

Menurut Nelson (2000) Thalasemia adalah sekelompok heterogen

anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat

keparahan. Thalasemia merupakan penyakit kongenetal herediter yang

diturunkan secara autosomal berdasarkan kelainan hemoglobin ,

dimana satu atau dua rantai Hb kurang atau tidak terbentuk secara

sempurna sehingga terjadi anemia hemolitik. Kelainan hemolitik ini

mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah di dalam pembuluh

darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (Ganie, 2005; Mandleco

& Pott, 2007).

Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan

(inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni

kelainan yang disebabkan oleh gangguan sistem hemoglobin akibat

mutasi di dalam atau dekat gen globin (Nurarif, 2013). Mutasi gen

globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

15

perubahan struktur rangkaian asam amino acid sequence rantai globin

tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, Perubahan kecepatan

sintesis atau kemampuan produksi rantai globin tertentu disebut

Thalasemia.

Thalasemia adalah penyakit yang diturunkan kepada anaknya.

Anak yang mewarisi gen Thalasemia dari satu orangtua dan gen

normal dari orangtua yang lain adalah seorang pembawa (carriers).

Anak yang mewarisi gen Thalasemia dari kedua orangtuanya akan

menderita Thalasemia sedang sampai berat (Munce & Campbell,

2009).

2. Klasifikasi

Thalasemia dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis hemoglobin

yang mengalami gangguan menjadi Thalasemia alfa dan beta.

Sedangkan berdasarkan jumlah gen yang mengalami gangguan,

Hockenberry & Wilson (2009) mengklasifikasikan Thalasemia

menjadi :

a. Thalasemia minor (Trait)

Thalasemia minor merupakan keadaan yang terjadi pada

seseorang yang sehat namun orang tersebut dapat mewariskan

gen Thalasemia pada anak-anaknya. Thalasemia trait sudah ada

sejak lahir dan tetap akan ada sepanjang hidup penderita.

Penderita tidak memerlukan transfusi darah dalam hidupnya.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

16

b. Thalasemia Intermedia

Thalasemia intermedia merupakan kondisi antara

Thalasemia mayor dan minor. Penderita Thalasemia ini mungkin

memerlukan transfusi darah secara berkala, dan penderita

Thalasemia jenis ini dapat bertahan hidup sampai dewasa.

c. Thalasemia Mayor

Thalasemia jenis ini sering disebut Cooley Anemia dan

terjadi apabila kedua orangtua mempunyai sifat pembawa

Thalasemia (Carrier). Anak-anak dengan Thalasemia mayor

tampak normal saat lahir, tetapi akan menderita kekurangan

darah pada usia 3-18 bulan. Penderita Thalasemia mayor akan

memerlukan transfusi darah secara berkala seumur hidupnya dan

dapat meningkatkan usia hidup hingga 10-20 tahun. Namun

apabila penderita tidak dirawat penderita Thalasemia ini hanya

bertahan hidup sampai 5-6 tahun (Potts & Mandleco, 2007).

(Bakta, 2003; Permono, dkk, 2006; Hockenberry & Wilson,

2009). Thalasemia mayor biasanya menjadi bergejala sebagai

anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan

kehidupan. Transfusi darah reguler diperlukan pada penderita ini

untuk mencegah kelemahan yang amat dan gagal jantung yang

disebabkan oleh anemia (Nelson, 2000).

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

17

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang dapat dijumpai sebagai dampak patologis

penyakit pada Thalasemia yaitu anemia. Anemia yang menahun pada

Thalasemia disebabkan eritropoisis yang tidak efektif, proses hemolisis

dan reduksi sintesa hemoglobin (Aisyi, 2005; Hockenberry & Wilson,

2009).

Kondisi anemia kronis menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan

dan merangsang peningkatan produksi eritropoitin yang berdampak

pada ekspansi susunan tulang sehingga pasien Thalasemia mengalami

deformitas tulang, risiko menderita gout dan defisiensi asam folat.

Selain itu peningkatan eritropoitin juga mengakibatkan hemapoesis

ekstra medular. Hemapoesis ektra medular serta hemolisis

menyebabkan terjadinya hipersplenisme dan splenomegali. Hipoksia

yang kronis sebagai dampak dari anemia mengakibatkan penderita

sering mengalami sakit kepala, iritable, aneroxia, nyeri dada dan tulang

serta intoleran aktifitas. Pada taraf lanjut pasien juga beresiko

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan reproduksi.

Pasien dengan Thalasemia juga mengalami perubahan struktur tulang

yang ditandai dengan penampilan wajah khas berupa tulang maxilaris

menonjol, dahi yang lebar dan tulang hidung datar (Indanah, 2010).

Pada semua Thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya

bervariasi sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan

.pada bentuk yang lebih berat misalnya beta-Thalasemia mayor bisa

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

18

terjadi sakit kuning/ jaundice, luka terbuka dikulit/ulkus batu empedu

dan pembesaran hati. Gejala lain pada penyakit Thalasemia adalah

jantung mudah berdebar-debar, karena oksigen yang dibawa ke

jantung akan lebih sedikit karena hemoglobin yang bertugas

membawa oksigen ke dalam darah berkurang dan jantung akan

berusaha lebih keras sehingga menyebabkan kelemahan pada otot

jantung (Irawan, 2009 ).

4. Pencegahan

Penyakit Thalasemia belum ada obatnya, maka pencegahan dini

menjadi hal yang penting dibanding pengobatan. Program pencegahan

Thalasemia menurut Mansjoer (2000). Terdiri dari beberapa strategi,

yakni :

a. penapisan (skining) pembawa sifat Thalasemia.

b. konsultasi genetik (genetic counseling)

c. Diagnosis prenatal.

Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan

retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif pembawa

sifat Thalasemia langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan

secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat melalui

penelusuran keluarga penderita Thalasemia (family study). Kepada

pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang

keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik

untuk Thalasemia seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

19

Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik

terutama di negara-negara sedang berkembang, karena pendekatan

prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus

dibedakan antara usaha program pencegahan di Negara berkembang

dan Negara maju (Mansjoer, 2000).

Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan

di Negara berkembang dari pada program prospektif. Konsultasi

genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin

tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan

informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila

mempunyai anak. Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif

dan prospektif. Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosa

prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak Thalasemia, dan

sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada

pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat

dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa

kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil sampel darah dari villi

khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA (Lanni,

2002).

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

20

Dalam rangka pencegahan penyakit Thalasemia Menurut Lanni

(2002) ada beberapa masalah pokok yang harus disampaikan kepada

masyarakat, ialah :

a. Bahwa pembawa sifat Thalasemia itu tidak merupakan

masalah baginya.

b. Bentuk Thalasemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial

yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri

kematian.

c. Kelahiran bayi Thalasemia dapat dihindarkan

Menurut Tamam (2006) karena penyakit ini menurun, maka

kemungkinan penderitanya akan terus bertambah dari tahun

ketahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah

sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita

Thalasemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia

subur diperiksa kemungkinan membawa sifat Thalasemia. Pemeriksaan

akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat:

a. Ada saudara sedarah yang menderita Thalasemia.

b. Kadar hemoglobin relative rendah antara 10-12 g/dl

walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi.

c. Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun

keadaan Hb normal.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

21

5. Penanganan

Pengobatan Thalasemia bergantung pada jenis dan tingkat

keparahan dari gangguan. Seseorang pembawa atau yang memiliki

sifat alfa atau beta Thalasemia cenderung ringan atau tanpa gejala

dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa pengobatan. Terdapat tiga

standar perawatan umum untuk Thalasemia tingkat menengah atau

berat, yaitu transfusi darah, terapi besi dan chelation, serta

menggunakan suplemen asam folat. Selain itu, terdapat perawatan

lainnya adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang,

pendonoran darah tali pusat, dan HLA (Children's Hospital & Research

Center Oakland, 2005).

a. Transfusi darah

Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah.

Terapi ini merupakan terapi utama bagi orang-orang yang

menderita Thalasemia sedang atau berat. Transfusi darah

dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan sel darah

merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan

keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin

karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati.

Khusus untuk penderita beta Thalasemia intermedia,

transfusi darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara

rutin. Sedangkan untuk beta Thalasemia mayor (Cooleys

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

22

Anemia) harus dilakukan secara teratur (Children's Hospital

& Research Center Oakland, 2005).

b. Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation)

Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi

yang kaya protein. Apabila melakukan transfusi darah

secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat besi

dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan

organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi

khelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi

dari tubuh. Terdapat dua obat-obatan yang digunakan dalam

terapi khelasi besi menurut National Hearth Lung and

Blood Institute (2008) yaitu:

(1) Deferoxamine

Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan

melalui bawah kulit secara perlahan-lahan dan

biasanya dengan bantuan pompa kecil yang

digunakan dalam kurun waktu semalam. Terapi ini

memakan waktu lama dan sedikit memberikan rasa

sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat

menyebabkan kehilangan penglihatan dan

pendengaran.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

23

(2) Deferasirox

Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari.

Efek sampingnya adalah sakit kepala, mual, muntah,

diare, sakit sendi, dan kelelahan.

c. Suplemen Asam Folat

Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu

pembangunan sel-sel darah merah yang sehat. Suplemen ini

harus tetap diminum di samping melakukan transfusi darah

ataupun terapi khelasi besi.

(1) Transplantasi sum-sum tulang belakang

Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun

1900 telah dilakukan. Darah dan sumsum

transplantasi sel induk normal akan menggantikan

sel-sel induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-

sel di dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel

darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-

satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan

Thalasemia. Namun, memiliki kendala karena hanya

sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan

yang baik antara donor dan resipiennya (Okam, 2001).

(2) Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood)

Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat

dan plasenta.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

24

Seperti tulang sumsum, itu adalah sumber kaya sel

induk, bangunan blok dari sistem kekebalan tubuh

manusia. Dibandingkan dengan pendonoran sumsum

tulang, darah tali pusat non-invasif, tidak nyeri, lebih

murah dan relatif sederhana (Okam, 2001).

6. HLA (Human Leukocyte Antigens)

Human Leukocyte Antigens (HLA) adalah protein yang

terdapat pada sel dipermukaan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita

mengenali sel kita sendiri sebagai 'diri' dan sel „asing' sebagai lawan

didasarkan pada protein HLA ditampilkan pada permukaan sel kita.

Pada transplantasi sumsum tulang, HLA ini dapat mencegah terjadinya

penolakan dari tubuh serta Graft versus Host Disease (GVHD).

HLA yang terbaik untuk mencegah penolakan adalah melakukan

donor secara genetik berhubungan dengan penerima (Okam, 2001).

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

25

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-

tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

26

lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan

dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

3. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comperehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

27

1) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

2) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

3) Sintesis (synthesis)

Sintesis ini menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

28

4) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

a. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Adapun hasil pengukuran tingkat

pengetahuan menurut Arikunto (2006) dapat

berbentuk empat tingkatan:

(1) Baik : bila nilai mencapai 76-100 %

(2) Cukup : bila nilai mencapai 56-75 %

(3) Kurang : bila nilai mencapai 41-55 %

(4) Buruk : bila nilai mencapai < 40 %

b. Hal-hal yang mempengaruhi pengetahuan.

5) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan

pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

29

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik.

6) Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan, khususnya dalam pembentukan prilaku

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

tinggi kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dan

semakin matang pertimbangan seseorang dalam

mengambil keputusan (Notoatmojo, 2003). Notoatmodjo

(2003) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu.

Pendidikan responden yang mayoritas tinggi dapat

mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan sikap

mereka tentang tindakan pengobatan.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam

dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Makin

tinggi pendidikan seseorang, makin tinggi pula

kesadarannya tentang hak yang dimilikinya, kondisi ini

akan meningkatkan tuntutan tehadap hak untuk

memperoleh informasi, hak untuk menolak/menerima

pengobatan yang ditawarkan (Notoatmodjo, 2003).

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

30

Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara, mengklasifikasikan pendidikan

menjadi pendidikan formal dan pendidikan nonformal,

jenjang pendidikan formal terdiri dari :

a. Tinggi : Akademi dan Perguruan

Tinggi (S1)

b. Menengah : SMA

c. Dasar : SD dan SMP

7) Pekerjaan

Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang

dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk

memperoleh penghasilan. Setiap pekerjaan apapun

jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan

kekuatan otot atau pemikiran, hal ini adalah beban bagi

yang melakukan. Beban ini dapat berupa beban fisik,

beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis

pekerjaan si pelaku. Kemampuan kerja pada umumnya

diukur dari keterampilan dalam melaksanakan

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

31

pekerjaan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki

oleh tenaga kerja, semakin efisien (badan anggota),

tenaga dan pemikiran dalam melaksanakan pekerjaan

(Notoatmodjo, 2003).

8) Lingkungan

Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang

ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,

maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu

(Notoatmodjo, 2003).

9) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

dimasa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan

dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan

yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

32

secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata

dalam bidang kerjanya.

10) Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan

formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana

komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi

sebagai tugas pokonya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut

(Notoatmodjo, 2003). Menurut Budiarto (2005) informasi

dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori antara lain

sebagai berikut :

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

33

a) Pernah, jika x ≥ 50%

b) Tidak pernah, jika < 50%

11) Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-

orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan

baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menetukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang

(Notoatmodjo, 2007).

C. Persepsi

1. Pengertian

Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian

terhadap rangsang yang diterima oleh organisasi atau individu

sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas

yang integrated dalam diri individu (Walgito, 2001).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensori. Persepsi

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

34

merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap

stimulasi yang diterimanya. Persepsi dapat diartikan sebagai proses

diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh

perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan

menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun

dalam diri individu (Sunaryo, 2004).

2. Macam-macam persepsi

Ada dua macam persepsi, yaitu:

a. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

rangsang yang datang dari luar diri individu.

b. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang

yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi

objek adalah dirinya sendiri.

3. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang Menurut Siagian

(1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang

berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana

sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

b. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa

orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat

mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

35

ikut mempengaruhipersepsi seseorang adalah gerakan, suara,

ukuran, tindak tanduk dan lain-lain dari sasaran persepsi.

c. Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara

kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu

timbul.

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat

dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulasi yang mengenai alat indra

atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu

yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima

yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus

datang dari luar individu.

b. Alat Indra, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensori sebagai

alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat

susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat

untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

36

c. Adanya perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk

persepsi.

D. Strategi koping

1. Pengertian

Strategi koping merupakan suatu usaha atau upaya tingkah laku

seseorang untuk menguasai, mengurangi, dan menoleransi tuntutan

atau masalah yang sedang dihadapi. Menurut Smet (1994), setiap

individu tidak pernah lepas dari masalah dan sering kali masalah-

masalah tersebut menyebabkan individu menjadi stres. Seseorang akan

memberikan reaksi yang berbeda-beda dalam mengatasi setiap

permasalahannya. Cara atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang

untuk menghindari atau mengalihkan perasaan hati yang menekan atau

stres disebut dengan koping .

Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan

mental. Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah

pengatasan/penanggulangan. Koping sering dimaknai sebagai cara

memecahkan masalah (problem solving). Koping itu sendiri dimaknai

sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi

yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Jadi

koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

37

tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan

emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang

ketika menghadapi stres/tekanan.

2. Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua

macam, (Stuart & Sundeen, 1998) yaitu :

MEKANISME KOPING

Stressor Stressor

Keseimbangan terganggu

Usaha individu mengatasi

Stressor (koping)

Mekanisme Reaksi Pertahanan Ego

Adaptif / Maladaptif

INDIVIDU

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

38

a. Mekanisme koping adaptif

Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,

pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah

berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif,

teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktivitas konstruktif.

b. Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integral,

memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung

menguasai lingkungan.

Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense

mechanism), ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis

koping (Lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme

pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda (Harber & Ruyon, 1984). Lazarus

membagi koping menjadi dua jenis , yaitu :

1. Tindakan Langsung (Direct Action)

Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan

oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau

tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan

lingkungan Individu menjalankan koping jenis direct action atau

tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap

masalah yang dialami. Ada empat macam koping jenis tindakan

langsung :

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

39

a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk

menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara

menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang

mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya

tersebut.

b. Agresi

agresi adalah tindakan yang dilakukan yang dilakukan oleh

individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau

akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa/menilai

dirinya lebih kuat/berkuasa terhadap agen yang mengancam

tersebut.

c. Penghindaran ( Avoidance )

Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih

berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara

menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam

tersebut.

d. Apati

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati

dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak

bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak

ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun pelarikan diri dari

situasi yang mengancam tersebut.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

40

1) Peredaan atau Peringanan (Palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/

menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan

kebutuhan/ fisik, motorik atau gambaran afeksi dari

tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan

yang bermasalah atau bisa diartikan bahwa bila

individu menggunakan koping jenis ini, posisinya

dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah

adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah

persepsi atau reaksi emosinya. Ada dua macam

koping jenis peredaan/palliation:

2) Diarahkan pada Gejala (Syimptom Directed Modes )

Macam koping ini digunakan bila gejala-gejala

gangguan muncul dari diri individu, kemudian

individu melakukan tindakan dengan cara

mengurangi gangguan yang berhubungan dengan

emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau

ancaman tersebut. Penggunaan obat-obat terlarang,

narkotika, alkohol merupakan bentuk koping

dengan cara diarahkan pada gejala. Namun tidak

selamanya cara ini bersifat ketegangan juga

tergolong kedalam Syimptom directed modes tetapi

bersifat positif.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

41

3) Cara Intrapsikis ( Intrapsychic Modes )

Koping jenis peredaan dengan cara intrapsikis

adalah cara-cara yang menggunakan perlengkapan-

perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal

dengan istilah defence Mechanism (Mekanisme

pertahanan Diri). Macam-macam Defence

mechanism :

4) Identifikasi

Yaitu menginternalisasi ciri-ciri yang dimiliki oleh

orang lain yang berkuasa dan dianggap mengancam.

Identifikasi biasanya dilakukan oleh anak terhadap

orang tua mereka.

5) Pengalihan (Displacement)

Yaitu memindahkan reaksi dari objek yang

mengancam ke objek yang asli tidak ada atau

berbahaya bila diagresi secara langsung.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

42

e. Respirasi

Yaitu menghilangi implus-implus yang ada atau tidak bisa

diterima sehingga impuls-impuls tersebut tidak dapat

diekspresikan secara sadar/langsung dalam tingkah laku.

f. Denail

Yaitu melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang

ada karena kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas

individu yang bersangkutan .

g. Reaksi Formasi

Yaitu dorongan yang mengancam diekspresikan dalam bentuk

tingkah laku secara terbalik.

h. Proyeksi

Yaitu menerapkan dorongan-dorongan yang dimiliki pada orang

lain karena dorongan-dorongan tersebut mengancam integrasi.

i. Rasionalisasi/ Intelektualisasi

Yaitu dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisahan

karena bila bersama-sama akan mengancam.

j. Sublimasi

Yaitu dorongan atau implus yang ditransformasikan menjadi

bentuk-bentuk yang diterima secara sosial sehingga dorongan

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

43

atau implus tersebut menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda

dari golongan atau implus lainnya.

3. Faktor yang mempengaruhi strategi koping

Mutadin (2002) cara individu menangani situasi yang mengandung

tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi :

a. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam

usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengarahkan

tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,

seperti keyakinan akan nasib (external locus of control ) yang

mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan

(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi

koping.

c. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan

untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian

mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungannya dengan

hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan

rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

44

d. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai

sosial yang berlaku dimasyarakat.`

e. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan

informasi dan emosional pada diri individu oleh orangtua,

anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan

masyarakat sekitarnya.

f. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang

atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

45

4. Kerangka Teori

Bedasarkan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan

kepustakaan maka kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka teori penelitian

Sumber : Notoatmodjo (2005 ); Siagian (1995); Mutadin (2002); Stuart &

Sundeen (1998)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan :

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Lingkungan

Pengalaman

Informasi

Sosial budaya &

ekonomi

Faktor-faktor yang

mempengaruhi strategi

koping :

Kesehatan fisik

Keyakinan

Keterampilan

memecahkan

masalah

Keterampilan

sosial

Dukungan sosial

Materi

Mekanisme

koping :

adaptif

maladaptif

Faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi :

Diri yang

bersangkutan

Sasaran persepsi

Faktor situasi

Strategi koping

Pengetahuan dan

persepsi ibu

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Thalasemiarepository.ump.ac.id/2968/3/Mega Septiana Putri BAB II.pdf · anemia hipokromik penyakit herediter dengan berbagai derajat keparahan. Thalasemia

46

5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. kerangka konsep penelitian

6. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2006). Berdasarkan teori di atas maka hipotesis penelitian ini

adalah ada hubungan antara pengetahuan dan persepsi ibu terhadap strategi

koping ibu pada anak Thalasemia yang menjalani tranfusi.

Pengetahuan

Persepsi Ibu

Strategi koping ibu pada

anak Thalasemia yang

menjalani Transfusi.

Hubungan Pengetahuan dan..., Mega Septiana Putri, S1 Keperawatan UMP, 2015