BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi...

21
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Balita 1. Pengertian Peran Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki oleh orang di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individu yang bersifat khas atau istimewa (Depdiknas, 2002). Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial (Biddle dalam Friedman, 1998). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Sistem membutuhkan sentuhan atau tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah, dan memperbaiki suatu sistem. Suatu sistem membutuhkan peran dari seseorang. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Ali, 2002). 2. Pengertian Ibu Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang mempunyai banyak peran, peran sebagai seorang istri dari suaminya, sebagai ibu dari anak- anaknya, dan sebagai seorang yang melahirkan menyusui dan merawat anak- anaknya. Ibu juga berfungsi sebagai benteng keluarga yang menguatkan anggota-anggota keluarganya. Ibu sebagai seorang yang sangat penting dalam rumah tangga. Ibu yang merawat anak-anaknya, menyediakan makanan untuk anggota keluarganya dan terkadang bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Peran ibu adalah tingkah laku yang dilakukan seorang ibu terhadap keluarganya untuk merawat suami dan anak-anaknya (Santoso, 2009).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Ibu dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Balita

1. Pengertian Peran

Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan atau dimiliki

oleh orang di masyarakat, peran terutama ditentukan oleh ciri-ciri individu

yang bersifat khas atau istimewa (Depdiknas, 2002). Peran juga dapat

diartikan sebagai perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang

posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam

suatu sistem sosial (Biddle dalam Friedman, 1998).

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap kedudukan dalam suatu sistem. Sistem membutuhkan sentuhan

atau tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah, dan

memperbaiki suatu sistem. Suatu sistem membutuhkan peran dari seseorang.

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan

bersifat stabil (Ali, 2002).

2. Pengertian Ibu

Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang mempunyai banyak

peran, peran sebagai seorang istri dari suaminya, sebagai ibu dari anak-

anaknya, dan sebagai seorang yang melahirkan menyusui dan merawat anak-

anaknya. Ibu juga berfungsi sebagai benteng keluarga yang menguatkan

anggota-anggota keluarganya. Ibu sebagai seorang yang sangat penting dalam

rumah tangga. Ibu yang merawat anak-anaknya, menyediakan makanan untuk

anggota keluarganya dan terkadang bekerja untuk menambah pendapatan

keluarga. Peran ibu adalah tingkah laku yang dilakukan seorang ibu terhadap

keluarganya untuk merawat suami dan anak-anaknya (Santoso, 2009).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

2

3. Pengertian Balita

Pengertian balita dari beberapa sumber menyebutkan bahwa balita

adalah merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak

awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau

biasa digunakan perhitungan bulan yaitu 24-60 bulan. Periode usia ini disebut

juga sebagai usia prasekolah (Ensiklopedia). Balita adalah anak yang berumur

di bawah lima tahun, tidak termasuk bayi karena bayi mempunyai karakter

makan yang khusus (Irianto, 2009).

Menurut Santoso (2009) menyatakan bahwa balita adalah anak yang

berumur 12-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan

akan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya

lebih banyak dengan kualitas tinggi. Balita termasuk kelompok rawan gizi,

mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang

dibutuhkan, hal ini disebabkan balita sering mengalami gangguan kesulitan

makan (Santoso, 2009).

4. Peran Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Balita

Peran seorang ibu sangat besar dalam proses kehidupan awal seorang

anak. Sejak bayi lahir, ibu yang menyusui atau menyuapi makanan ke mulut

bayi. Freud menempatkan tokoh ibu paling penting dalam perkembangan

seorang anak. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh serta pendidik

untuk anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan

sosialnya, dan sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu

ibu juga bisa mencari nafkah untuk tambahan dalam menopang ekonomi

keluarganya (Dagun, 2002).

Menurut Maharani (2009), menyatakan bahwa seorang ibu harus

mengetahui berbagai hal yang terkait dengan perannya meliputi mengetahui

makanan bergizi, jadwal makanan, cara mempersiapkan, cara menyajikan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

3

serta dalam mempersiapkan perlengkapan makannya. Seorang ibu harus

mampu melatih makan pada anaknya dan sanggup mengantisipasi sewaktu

anak susah makan. Winarsho (2009) menyatakan bahwa peran ibu dalam

memberikan makanan pada anak balita adalah sebagai berikut :

a. Membentuk pola makan anak

Pola makan adalah cara seseorang dalam memilih makanan dan

memakannya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis

budaya dan sosial (Waryana, 2010). Makanan berperan penting dalam

pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pola makan yang baik dan teratur

perlu diperkenalkan sejak dini. Penting sekali membina dan

mengembangkan keterampilan makan pada anak yang dimulai sejak dini.

Kebutuhan bahan makanan perlu diatur, sehingga bayi mendapatkan

asupan gizi yang diperlukan secara utuh sesuai dengan usia dan

kebutuhannya.

Pola makan anak sebaiknya diatur sesuai dengan waktu lapar dan

pengosongan lambungnya. Perhatikan juga jarak waktu pemberian makan,

supaya anak tidak diberi makan ketika masih kenyang. Tidak benar

memaksa anak menghabiskan makanannya jika anak sudah tidak mau

makan. Sikap memaksa hanya akan membuat anak trauma pada makanan.

Pola makan kelompok masyarakat atau keluarga akan menjadi pola

makan anak dimana seorang anak itu tinggal. Seorang anak dapat

memiliki kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari

kebiasaan dalam masyarakatnya. Jika menyusun hidangan untuk anak, hal

yang perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup

sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada

kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan

mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting

(Santoso, 2009).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

4

Makan dapat dijadikan media untuk mendidik anak supaya anak

dapat menerima, menyukai, memilih makanan dan menentukan jumlah

makanan yang cukup dan bermutu, dengan demikian dapat dibina

kebiasaan yang baik tentang waktu makan. Melalui cara pemberian makan

yang teratur anak biasa makan pada waktu yang lazim dibiasakan.

Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan pada balita

(Santoso, 2009).

b. Menciptakan situasi yang menyenangkan

Suasana makan juga menentukan mood anak, jika di lingkungan

rumah ada taman bermain tak ada salahnya jika mengajak anak main di

sana. Suasana bertemu teman-teman sepermainannya akan membuat anak

cenderung lebih bersemangat makan. Namun perlu diingat makanan yang

dibawa harus ditutup dengan baik untuk menghindari debu dan kuman.

Tidak benar memaksa anak untuk makan, biarkan anak makan atas

inisiatif sendiri. Seperti halnya orang dewasa nafsu makan anak juga

dipengaruhi suasana hatinya. Anak sedang merasa tidak bahagia, tertekan

atau tidak dicintai dapat menyebabkan selera makan anak akan menurun.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberi kesempatan kepada

anak untuk memilih menu favoritnya. Suasana makan yang

menyenangkan juga bisa diciptakan didalam rumah bisa sambil nonton

televisi, mendengarkan lagu kesenangan, atau makan bersama-sama

keluarga yang lain, sehingga menambah nafsu makan pada anak.

c. Penyajian makanan yang menarik

Penyajian makanan yang menarik bisa dilakukan dengan banyak

cara diantaranya perhatikan dalam menyajikan makanan. Penyajian

makanan yang menarik dapat merangsang keinginan anak untuk makan.

Penyajian makanan yang menarik dapat dengan menggunakan perangkat

makan yang menarik misalnya bergambar karakter kartun yang lucu

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

5

dengan warna-warna yang menarik, variasi menu dan berikan perubahan

rasa.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu dalam mengatasi kesulitan

makan pada balita

Peran dipengaruhi oleh banyak hal. Termasuk dalam hal ini adalah

peran ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada balita. Beberapa hal yang

dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu dalam mengatasi

makan pada balita adalah sebagai berikut (Santoso, 2009).

a. Pendidikan

Bidang pendidikan memegang peranan penting. Semakin tinggi

pendidikan semakin mudah menerima hal-hal baru dan bisa menyesuaikan

dengan mudah. Pendidikan yang semakin tinggi memungkinkan seseorang

untuk dapat menerima informasi tentang pengetahuan gizi dengan baik

dan dapat memperbaiki gizi keluarga terutama untuk balita (Notoadmodjo,

2002).

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Ibu sangat membutuhkan

pengetahuan yang cukup untuk mengetahui perannya. Peran dalam hal ini

yaitu untuk mengatasi kesulitan makan pada balita (Notoadmodjo, 2003).

c. Perilaku

Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan

seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh

orang lain ataupun orang yang melakukannya. Untuk dapat menyusun

menu yang adekuat seorang ibu perlu memiliki pengetahuan mengenai

bahan makanan, zat gizi dan cara pengolahan makanan. Pengolahan

makanan yang tepat akan meningkatkan mutu makanan yang akan

dikonsumsi oleh balita (Notoadmodjo, 2002).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

6

d. Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

untuk bertindak, sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal atau objek.

Manusia dapat mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal. Sikap

seseorang terhadap makanan dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman

yang diperoleh sejak masa kanak-kanak tentang makan dan makanan

(Santoso, 2004).

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan

bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan presdisposisi tindakan atau

perilaku, begitu juga sikap ibu dalam menentukan jenis makanan yang

mengandung zat gizi cukup dan sesuai dengan kebutuhan anak. Ibu dapat

menentukan sikap dalam mengatasi kesulitan makan pada balitanya

dengan cara yang sesuai kemampuan masing-masing ibu (Notoadmodjo,

2002).

e. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek

(Ahmadi, 2003). Dewasa ini sering kali ibu terpaksa meninggalkan

anaknya untuk bekerja meskipun ibu sangat mencintai anaknya. Keadaan

seperti ini mau tidak mau ibu tidak bisa memberi kasih sayang penuh pada

anaknya. Umumnya ibu tidak mengerti bahwa pada umur yang begitu

awal sudah ada kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi. Ibu yang

bekerja mungkin tidak bisa memperhatikan jenis makanan, frekuensi

makan dan zat gizi yang dibutuhkan anak dengan sempurna. Ibu tidak

cukup waktu untuk memperhatikan dan mengatur segala sesuatu yang

berkaitan dengan makan anak. Pemberian makan pada balita

membutuhkan perhatian ibu termasuk dalam peran ibu dalam mengatasi

kesulitan makan pada balita (Santoso, 2004).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

7

f. Ekonomi

Kekurangan pendapatan ekonomi keluarga membawa konsekuensi

buruk. Kurangnya pendapatan keluarga akan menyebabkan ketahanan

pangan akan terganggu. Kemampuan rumah tangga memperoleh makanan

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk seluruh anggota keluarganya

akan semakin berkurang. Ketidakberdayaan keluarga memenuhi

persediaan pangan secara langsung akan berpengaruh terhadap pemenuhan

nutrisi anggota keluarganya termasuk untuk anak balitanya (Santoso,

2004).

g. Keterampilan

Keterampilan ibu dalam memilih, memasak dan menghidangkan

makanan anak dapat berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi anak.

Keterampilan ibu dalam memilih keragaman bahan dan keragaman jenis

masakan juga sangat diperlukan untuk menghindari kebosanan anak

terhadap makanan. Ibu yang memiliki keterampilan dalam memasak,

memilih bahan dan menyajikan akan menghasilkan makanan yang

menarik saat disajikan. Keterampilan dalam memberikan atau menyuapi

makanan pada anak akan meningkatkan kemauan anak untuk makan

(Santoso, 2004).

h. Penyediaan makanan

Penyediaan makanan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang

bersifat hasil karya manusia seperti sistem pertanian. Termasuk disini

pengadaan setelah dimasak, makanan akan dihidangkan untuk anak.

Makanan yang dihidangkan oleh ibu harus disajikan dengan menarik,

dengan begitu anak merasa senang bahkan puas sehingga meningkatkan

selera makan, gairah makan dan nafsu makan anak. Selanjutnya anak

dapat mengkonsumsi semua zat-zat gizi yang dibutuhkan (Sediaoetama,

2000). Pengadaan makanan perlu diperhitungkan, persediaan bahan

makanan yang dibutuhkan anak diseimbangkan dengan nilai rata-rata

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

8

kecukupan makanan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat badan anak

(Santoso, 2000).

i. Ketersediaan waktu ibu

Dewasa ini seringkali seorang ibu terpaksa meninggalkan anaknya

karena harus bekerja, padahal sebagai seorang ibu masih harus

bertanggung jawab terhadap peran yang diembannya. Salah satunya

berperan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi untuk anak terutama disaat

balita mengalami kesulitan makan. Ibu yang memilki banyak waktu untuk

anak akan membuat waktu untuk sering bersama. Kebersamaan itu dapat

memberikan keakraban antara ibu dan anak. Keakraban antara ibu dan

anak akan sangat menguntungkan disaat anak mengalami kesulitan makan.

Ibu akan mudah untuk mengatasinya karena anak sudah merasa nyaman

dan percaya sama ibunya. Ibu yang tidak memiliki ketersediaan waktu

akan berpengaruh terhadap perannya dalam mengasuh anaknya (Santoso,

2004).

B. Kesulitan Makan pada Balita

1. Konsep Makan

Makan merupakan salah satu naluri yang diperoleh manusia sejak

lahir. Setiap orang mempunyai selera dan faktor sesuai pergaulan dan

kebiasaan makan sehari-hari. Balita juga akan makan makanan yang

diberikan oleh ibu atau pengasuhnya, sesuai dengan menu yang biasa

diberikan sehari-hari (Waryana, 2010).

Maulana (2007) menyatakan bahwa proses makan terjadi melalui 2

fase yaitu :

a. Fase pra makan

Proses makan yang baik dimulai dari ketika anak merasa lapar dan

memberikan sinyal ingin makan. Pusat lapar di otak menerima sinyal dari

banyak sel dalam tubuh. Ketika sinyal ini dirasakan nafsu makan anak

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

9

akan meningkat, hal ini ditandai dengan memberikan tanda pada orang

dewasa melalui menangis, rewel, murung bahkan balita yang sudah bisa

bicara akan mengatakan bahwa dia ingin makan.

b. Fase makan

Proses ini dimulai dari proses mekanik membawa makanan

kemulut, mengisi mulut dengan makanan, menguyah, dan kemudian

menelan. Diperlukan koordinasi sensoris dan juga gerakan motorik kasar

dan halus. Fase ini dibagi lagi menjadi tiga yaitu fase oral (di mulut), fase

faring (di tenggorokan) dan fase esofagus (di pipa saluran makanan).

Fase oral umumnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu fase persiapan

dan fase transfer makanan. Fase persiapan makanan padat dihancurkan

secara mekanis dan dibasahi oleh air ludah untuk membuat bolus

makanan yang bisa siap untuk ditelan. Fase transfer makanan dimulai

dari gerakan bolus dari lidah sampai ke farings. Fase ini diperlukan

pengaturan otot-otot di rongga mulut yang baik.

Fase farings terjadi proses menelan, yang secara tidak disadari. Fase

ini terjadi pemberhentian pernafasan sejenak agar makanan tidak masuk

ke saluran nafas, hingga melewati esofagus dan masuk ke lambung. Jika

terdapat kelainan di esofagus ini dapat menyebabkan kesulitan makan,

misalnya, esofagitis yang menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan anak

sulit makan.

2. Pengertian Kesulitan Makan

Masalah makan pada anak umumnya adalah masalah kesulitan makan.

Hal ini penting diperhatikan karena dapat menghambat tumbuh kembang

optimal pada anak. Tujuan memberi makan pada anak diantaranya untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup dalam kelangsungan hidupnya,

pemulihan kesehatan sesudah sakit, untuk aktivitas, pertumbuhan dan

perkembangan. Pelaksanaannya ternyata seringkali timbul kesulitan makan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

10

anak yaitu kurangnya nafsu makan anak karena kesulitan makan pada balita

(Santoso, 2009).

Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan dan menolak

makanan tertentu (Santoso, 2009). Gangguan kesulitan makan pada anak

sering kita jumpai pada masyarakat awam yang belum memahami prosedur

pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak. Masyarakat awam masih banyak

yang belum memahami pentingnya nutrisi pada anak (Hidayat, 2005).

Kesulitan makan adalah suatu gejala dari berbagai penyakit atau

gangguan fungsi tubuh. Kesulitan makan bukan merupakan suatu bentuk

diagnosis atau penyakit tersendiri. Definisi kesulitan adalah jika anak tidak

mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi

makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis

(alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan,

mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa

paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu (Judarwanto, 2005).

3. Gejala Kesulitan makan

Menurut Maulana (2007) menyatakan bahwa gejala kesulitan makan

pada balita diantaranya adalah:

a. Kesulitan menguyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa

makan makanan lunak atau cair

b. Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk

di mulut anak

c. Makan berlama-lama dan memainkan makanan

d. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau

menutup mulut rapat

e. Memuntahkan atau menumpahkan makanan dan menepis suapan

f. Tidak banyak menyukai variasi makanan

g. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

11

4. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Makan

Suatu masalah pasti dipengaruhi oleh beberapa hal. Termasuk juga

kesulitan makan pada balita juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada

beberapa faktor yang menyebabkan masalah kesulitan makan yaitu faktor

organik, faktor nutrisi dan faktor psikologi (Zaviera, 2008).

a. Faktor organik

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan di mulut,

mengunyah, dan menelan. Kemampuan koordinasi pergerakan motorik

kasar di sekitar mulut sangat berperan dalam proses makan tersebut.

Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit,

mengunyah, dan menelan yang dilakukan oleh otot lainnya di sekitar

mulut.

Proses makan melibatkan berbagai organ tubuh turut berperan

mulai dari unsur-unsur pada rongga mulut (bibir, gigi geligi, palatum dan

lidah) sampai ke usus yang dipengaruhi oleh sistem saraf. Gangguan

saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting

dalam gangguan proses makan di mulut. Jika terdapat gangguan saluran

cerna maka hal itu akan mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat,

sehingga terjadi gangguan fungsi susunan saraf pusat.

Gangguan fungsi susunan saraf pusat tersebut berupa gangguan

neuroanatomis dan neurofungsional. Salah satu manifestasi klinis yang

terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar pada mulut. Berbagai

kelainan atau penyakit pada organ-organ tersebut pada umumnnya akan

mengakibatkan gangguan yang menyebabkan gangguan makan.

Gangguan bisa berupa berupa saat anak mengalami sariawan, sakit

tenggorokan atau adanya penyakit di organ pencernaan.

b. Faktor nutrisi

Balita merupakan golongan konsumen semipasif atau semiaktif

sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih bergantung pada orang lain,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

12

khususnya ibu atau pengasuhnya. Perlu diketahui saat ini terjadi

perubahan pola makan dari makanan bayi ke dewasa. Pengetahuan ibu

dalam kemampuan menentukan jenis harus jumlah makanan yang

diberikan kepada anak harus sesuai perkembangan usianya. Ketepatan

jenis dan jumlah makanan sangat menentukan pemenuhan gizi pada

balita.

c. Faktor psikologi

Seringkali terjadi kelainan psikologi disebabkan kekeliruan

pengelolaan orang tua dalam hal mengatur makan anaknya. Ada orang tua

yang bersikap terlalu melindungi dan ada orang tua yang terlalu

memaksakan anaknya makan terlalu banyak melebihi keperluan anak.

Keadaan saat anak jauh dari ibunya dan perasaan takut berlebihan pada

makanan juga dapat menyebabkan anak tidak mau makan. Sikap suka

memaksakan makanan menyebabkan bayi atau anak merasakan proses

makan sebagai saat yang tidak menyenangkan, hal ini berakibat

menimbulkan sikap anti terhadap makanan. Sikap yang terlalu obsesif dan

overprotektif akan berakibat negatif pada anak (Santoso, 2009).

Sifat yang menonjol pada balita adalah rasa ingin tahu segala hal di

sekitarnya. Sifat ini menyebabkan perhatian terhadap makanan berkurang

dan sering kali menolak diberi makan. Perilaku makan yang sering

tampak adalah membiarkan makanan tetap dalam mulut tapi tidak

dikunyah, melepeh, atau justru lebih menyukai makanan yang cair atau

yang diminum agar lekas habis (proses makan lebih cepat selesai).

5. Bentuk Kesulitan Makan

Balita yang mengalami kesulitan makan umumnya menunjukkan

sikap-sikap tertentu. Balita tersebut mungkin menunjukkan sikap yang

memperlihatkan salah satu dari bentuk kesulitan makan. Beberapa bentuk

kesulitan makan adalah psikogenik anoreksia, dawling dan menolak untuk

menguyah makanan (Maulana, 2008) :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

13

a. Psikogenik anoreksia

Psikogenik anoreksia adalah berkurangnya nafsu makan yang

disebabkan oleh faktor psikologis. Hal ini perlu dibedakan dengan

anoreksia yang disebabkan oleh adanya penyakit organik. Berkurangnya

nafsu makan yang disebabkan oleh penyakit organik biasanya timbul

mendadak dan pada seluruh makanan.

b. Dawling

Dawling adalah makan dengan cara lambat sekali yang disebabkan

karena faktor psikologis dan bukan faktor bawaan. Biasanya anak akan

membiarkan makanan dalam mulut tanpa dikunyah. Makanan akan

dibiarkan tetap dalam mulut sekalipun dikunyah akan membutuhkan

waktu yang sangat lama.

c. Menolak untuk Menguyah Makanan

Balita sering kali menunjukkan sifat menolak makan. Sesekalinya

balita mau membuka mulutnya makanan tersebut tidak dikunyah, namun

hanya didiamkan didalam mulut. Makanan yang sudah dimasukkan dalam

mulut enggan untuk dikunyah hanya didiamkan dalam mulut, bahkan

makanan yang sudah ditelan dikeluarkan kembali lewat mulut setelah

adanya usaha untuk mengeluarkannya.

6. Dampak Kesulitan Makan

Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat kesulitan makan

bermacam-macam. Salah satu yang dapat ditimbulkan adalah kekurangan

kalori dan protein, yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan atau

gagal tumbuh. Tampilan klinisnya adalah terjadi gangguan dalam

peningkatan berat badan, bahkan terjadi kecenderungan berat badan tetap

dalam keadaan yang cukup lama. Normal anak usia di atas 2 tahun

seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun, namun

pada anak yang sulit makan peningkatan berat badan itu sulit ditempuh.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

14

Kesulitan makan pada anak banyak mengakibatkan dampak negatif

(Maulana, 2007).

Dampak dari kesulitan makan mengakibatkan beberapa hal yang

berkaitan dengan kekurangan gizi. Gizi merupakan salah satu penentu

kualitas sumber daya manusia. Akibat kekurangan gizi akan menyebabkan

beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik tidak optimalnya

perkembangan dan kecerdasan, akibat lain adalah terjadinya penurunan

produktifitas, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan

meningkatkan risiko kesakitan dan kematian (Soekirman, 2000).

Waryana (2010) menyatakan bahwa beberapa dampak yang bisa

diakibatkan karena kesulitan makan pada balita yaitu sebagai berikut :

a. Kekurangan Gizi

Kesulitan makan pada anak yang berkepanjangan bisa

mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat dan beberapa vitamin

dan mineral. Kekurangan beberapa zat gizi tersebut akan membuat anak

jatuh dalam keadaan Kurang Kalori Protein (KKP). KKP merupakan

penyakit gangguan gizi yang cukup sering di Indonesia. Di Indonesia

angka kejadiannya cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun. Untuk

menentukan klasifikasi berat ringannya kurang kalori protein (KKP)

dapat menggunakan beberapa cara, yang paling sering digunakan dan

cukup mudah adalah dengan melihat berat badan dan umur anak

disesuaiakan dengan grafik Kartu Menuju Sehat (KMS).

b. Menurunnya Daya Intelegensi

Anak usia 1-5 tahun merupakan usia yang sangat penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan sel–sel otak. Secara garis besar ada tiga

jenis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan

kecerdasan, salah satunya adalah pertumbuhan fisik biomedik otak.

Faktor fisik biomedis otak memerlukan peran penting nutrisi. Nutrisi ini

akan terkandung di dalam makanan. Makanan dengan kualitas kadar gizi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

15

dan kuantitas yang optimal akan mendukung pertumbuhan otak yang

optimal. Kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan

akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otak anak, sehingga

anak berkurang daya kecerdasannya.

c. Menurunnya daya ketahanan anak

Tubuh anak terdapat suatu zat yang berfungsi untuk menjaga

ketahanan tubuh anak dari berbagai penyakit. Zat-zat tersebut akan

diproduksi dengan baik pada kondisi kecukupan gizi. Balita yang

kekurangan zat gizi maka akan menjadi rentan terhadap serangan

penyakit oleh karena menurunnya daya imunitas anak.

7. Upaya Mengatasi Kesulitan Makan

Kesulitan makan pada balita jelas berakibat akan mempengaruhi

terhadap keadaan gizi seorang anak. Perlu diusahakan upaya untuk mengatasi

kesulitan makan agar tidak terjadi efek yang buruk dari kesulitan makan

tersebut. Upaya tersebut meliputi menghilangkan penyebab kesulitan makan

tersebut, pengobatan, dan cara-cara lainnya. Secara garis besar upaya yang

bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan makan pada balita adalah upaya

dietik dan upaya psikologis (Santoso, 2009).

a. Upaya dietik

Upaya ini berhubungan dengan pengaturan makanan yaitu

merancang makanan. Adapun faktor–faktor yang perlu diperhatikan

dalam pengaturan makanan yaitu, umur dan berat badan anak, keadaan

penyakit anak, keadaan alat penerima (mulut, gigi geligi, usus dan

sebagainya), kebiasaan makan, selera, kesukaan, aneka ragam atau variasi

hidangan, penerimaan dan toleransi anak terhadap makanan yang

diberikan.

Bantuan seorang ahli gizi dapat membantu untuk merancang

makanan anak yang memenuhi persyaratan dengan memperhatikan

jumlah kebutuhan anak. Setiap nutrien disesuaikan dengan daftar

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

16

kebutuhan nutrien dan jumlah makanan. Jenis bahan makanan yang akan

dipilih untuk menentukan nutrien yang diperlukan dengan menggunakan

daftar komposisi. Bentuk makanan yang akan diberikan bisa dengan

kreiteria khusus yaitu dalam bentuk biasa, lunak, saring atau cair. jadwal

waktu makan dalam sehari dan cara pemberian makanan dengan cara

biasa atau memakai alat juga bisa ditentukan.

b. Upaya psikologis

Hubungan emosional antara anak dan ibu hendaknya baik. Ibu perlu

sabar, tenang, dan tekun. Adakan suasana yang menyenangkan untuk

anak. Berikan pujian apabila anak melakukan cara makan dengan baik

serta cukup makan. Gunakan alat makan yang menarik, disukai anak, dan

sesuai dengan kondisi anak sehingga memudahkan anak untuk makan.

C. Nutrisi pada Balita

1. Pengertian Nutrisi

Lima tahun pertama dalam kehidupan anak adalah periode

pertumbuhan yang sangat penting dan akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Proses Pertumbuhan dan perkembangan

pada balita sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang diperoleh. Asupan gizi

yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak maka akan dapat mendukung

untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak, untuk itu perlu

diberikan nutrisi yang tepat (Novaria, 2008).

Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk

melakukan fungsinya. Nutrisi berfungsi untuk menghasilkan energi,

membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses kehidupan,

untuk itu di butuhkan nutrisi atau gizi yang seimbang (Almatsier, 2002). Gizi

adalah makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

17

yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan

fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Santoso, 2009).

Gizi merupakan makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi

adalah unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat mempengaruhi

kesehatan, yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu

menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan. Zat-zat gizi

yang berasal dari makanan diperlukan oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhan. Kebutuhan zat gizi seseorang berbeda-beda tergantung dari

ukuran tubuh dan usianya termasuk balita yang memiliki ukuran sendiri.

2. Kebutuhan Nutrisi pada Balita

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam

membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila kebutuhan

nutrisi pada anak terpenuhi, diharapkan anak dapat tumbuh dengan tepat

sesuai dengan usianya. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak harus

seimbang dan mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh yang

mengandung nilai gizi (Hidayat, 2005).

Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap

hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Makanan merupakan

kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia khususnya anak balita. Karena

di dalam makanan tersebut mengandung zat gizi (Santoso, 2009). Zat gizi

diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan

manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, sehingga

membutuhkan gizi yang harus dipenuhi (Supariasa, 2004). Kebutuhan gizi

yang harus diperoleh pada masa balita diperlukan untuk menghasilkan energi.

Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari karbohidrat, lemak dan protein.

Zat tersebut bisa diperoleh dari mengkonsumsi makanan padat, karena pada

balita sudah bisa mengkonsumsi makanan padat selain ASI (Waryana, 2010).

Asupan utama yang berbentuk padat sangat dibutuhkan pada usia

prasekolah. Usia prasekolah merupakan periode keemasan (golden age)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

18

dalam proses perkembangan. Periode keemasan dapat diartikan bahwa pada

aspek tersebut aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak

berkembang secara cepat, untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan dari

masing-masing aspek itu dibutuhkan stimulasi dan asupan nutrisi yang baik

(Zaivera, 2008).

Tujuan pemenuhan nutrisi pada anak adalah untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi yang cukup dalam kelangsungan hidupnya, untuk

beraktifitas, dan untuk proses pertumbuhan dan perkembanganya (Santoso,

2009). Anak-anak berusia enam bulan sampai satu tahun biasanya

membutuhkan 700-900 kalori setiap hari, dari makanan dan susu ibu. Anak-

anak berusia dua tahun seharusnya mengkonsumsi 1.300–1.400 kalori,

bertambah 100 kalori setiap tahun. Kebutuhan anak sangat bervariasi sesuai

dengan ukuran dan aktivitasnya (Downsen, 2002).

3. Zat Makanan

Zat makanan sebagai asupan nutrisi yang baik akan didapatkan dari

makanan yang bergizi (Santoso, 2009). Makanan adalah bahan selain obat

yang mengandung zat gizi dan unsur-unsur kimia yang dapat diubah menjadi

zat gizi, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh (Waryana, 2010).

Tubuh memerlukan makanan yang baik. Makanan yang baik adalah makanan

yang memiliki nilai gizi.

Gizi adalah zat kimia (makanan) dan zat-zat yang diperlukan oleh

tubuh untuk melakukan fungsinya menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan yang

berhubungan dengan pemeliharaan & peningkatkan kesehatan. Zat makanan

atau zat gizi merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan (Sediaotema,

2000). Zat gizi terdiri atas :

a. Karbohidrat

Karbohidrat terutama terdapat dalam bahan makanan yang berasal

dari tumbuh–tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

19

hewani. Umumnya karbohidrat nabati yang dimakan manusia adalah

berasal dari biji, batang, dan akar tumbuhan dimana karbohidrat ini

tertimbun. Jenis buah–buahan seperti pisang, nangka, sawo mengandung

banyak karbohidrat. Karbohidrat berbentuk zat tepung seperti beras,

gandum, maupun umbi disebut amilum.

Fungsi karbohidrat terutama adalah sebagai sumber utama energi

yang murah. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna masih memiliki fungsi

yaitu memberikan volume kepada lambung dan usus sehingga

menimbulkan rasa kenyang, memberikan rangsangan mekanik dan

melancarkan aliran bubur makanan serta memudahkan pembuangan tinja.

Karbohidrat yang berlebih dalam konsumsi akan disimpan sebagai

glikogen dalam otot dan hati, yang dapat digunakan tubuh bila

diperlukan.

b. Protein

Protein merupakan struktur nutrien kompleks yang terdiri dari

asam-asam amino. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik.

Asam-asam amino akan dilepaskan kemudian akan diserap oleh usus.

Beberapa fungsi protein diantaranya adalah menggantikan protein yang

hilang selama proses metabolisme yang normal dan protein menghasilkan

jaringan baru. Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang

baru dengan zat khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan

haemoglobin.

c. Lemak

Selain mensuplai energi, lemak berfungsi sebagai cadangan energi

tubuh, pelindung organ tubuh dan menyediakan asam lemak esensial

yang berfungsi sebagai anti peradangan, bagi kelancaran aliran darah dan

fungsi sendi. Beberapa fungsi lemak yang lainnya adalah pertama sebagai

sumber utama energi yaitu cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan

bagi organ tertentu dari tubuh. Kedua sebagai sumber asam lemak, yaitu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

20

zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit dan rambut. Ketiga berfungsi

sebagai pelarut vitamin–vitamin (A, D, E dan K ) yang larut dalam lemak.

d. Vitamin

Vitamin merupakan zat organik yang umumnya tidak dapat

dibentuk dalam tubuh. Vitamin berperan sebagai katalisator organik,

mengatur proses metabolisme dan fungsi normal tubuh. Ditubuh vitamin

mempunyai peran utama sebagai zat pengatur dan pembangun bersama

zat lain melalui pembentukan enzim, antibiotik dan hormon. Masing-

masing vitamin mempunyai peranan khusus yang tidak dapat digantikan

oleh vitamin atau zat gizi lain. Ada 2 jenis vitamin diantaranya adalah

vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K, dan vitamin larut air yaitu

vitamin B dan C, vitamin ini tidak disimpan dalam tubuh jadi harus ada

didalam diet setiap harinya.

e. Mineral

Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian

enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.

Mineral merupakan komponen esensial pada jaringan lunak, cairan dan

rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat

mensintesis sehingga harus disediakan lewat makanan. Tiga fungsi

mineral yaitu konstituen tulang dan gigi (contoh: kalsium, magnesium,

fosfor), pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan

komposisi cairan tubuh (contoh Na, Cl, K, Mg, P), bahan dasar enzim dan

protein.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ibu dalam Mengatasi ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-sriwahyuni... · Kebiasaan itu dengan sendirinya akan membentuk pola makan

21