BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hemoglobin...
-
Upload
trinhkhuong -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hemoglobin...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka
oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn,2000).
Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat
besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam
eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh
kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis
rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan
146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin.
Hemeadalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedang globin adalah
protein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel
darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh.Setiap orang harus memiliki
sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima juta
sel darah merah per millimeter darah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan
5
6
jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indek kapasitas pembawa
oksigen pada darah.
Kekurangan Hemoglobin menyebabkan terjadinya anemia, yang ditandai
dengan gejala kelelahan, sesak napas, pucat dan pusing. Kelebihan Hemoglobin
akan menyebabkan terjadinya kekentalan darah jika kadarnya sekitar 18-19 gr/ml.
yang dapat mengakibatkan stroke. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh
tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang
tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi
oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari)
(detikhealt, 2011).
1. Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-
butiran darah merah (Costill,1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal
kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100
persen” (Evelyn,2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar
ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa.
Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin juga dapat dipengaruhi oleh peralatan
pemeriksaan yang dipergunakan. Antara cara sahli yang sederhana dengan
cara yang lebih modern dengan alat fotometer tentu akan ada perbedaan hasil
yang ditampilkan. Namun demikian WHO telah menetapkan batas kadar
hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam
Arisman,2002).
7
Gambar 1.1. Tabel Batas Kadar hemoglobin
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin ( gr/dl)
Wanita Dewasa 12.0
Ibu Hamil 11.0
Sumber : WHO dalam arisman 2002
2. Struktur Hemoglobin.
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang
mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya.
Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan
oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil
karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara
bebas ( Evelyn, 2000 ).
Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus
heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein
hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut
hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel
sabit dan talasemia.
Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain)
yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA)
terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan
pada bayi yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari
beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa
8
dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa,
hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri
dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen.
Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap
subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat
molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka
ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit
hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan
hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme
inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida
melalui darah.
Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada
keberadaan gugus prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang
menyebabkan darah berwarna merah. Gugus heme terdiri dari komponen
anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang disebut
protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh
jembatan meterna membentuk cincin tetra pirol. Empat gugus mitral dan
gugus vinil dan dua sisi rantai propionol terpasang pada cincin ini ( Nelson
dan Cox, 2005 ).
9
Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk
sel darah yang bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini,
maka keluwesan sel darah merah dalam melewati kapiler jadi kurang
maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi bisa
mengakibatkan anemia.
Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan
apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis( Evelyn, 2000 ).
Gambar 2. 1 : Struktur 3 dimensi Hemoglobin. ( Mc.Kee T dan Mc.Kee JR,2004 )
10
3. Struktur Mioglobin
Mioglobin(BM 16700, disingkat Mb) merupakan protein pengikat
oksigen yang relatif sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar
pada tulang dan otot jantung, membuat jaringan ini berwarna merah yang
berfungsi sebagai penyimpan oksigen dan sebagai pembawa oksigen yang
meningkatkan laju transpor oksigen dalam sel otot. Mamalia yang menyelam
seperti ikan paus yang menyelam dalam waktu lama, memiliki mioglobin
dalam konsentrasi tinggi dalam ototnya. Protein seperti mioglobin juga
banyak ditemukan pada organisme sel tunggal. Mioglobin merupakan
polipeptida tunggal dengan 153 residu asam amino dan satu molekul heme.
Komponen protein dari mioglobin yang disebut globin, merupakan rantai
polipeptida tunggal yang berisi delapan α-heliks . Sekitar 78% residu asam
amino dari protein ditemukan dalam α-heliks ini.
Lipatan rantai globin membentuk celah yang hampir terisi gugus
heme. Heme bebas [Fe2+] mempunyai afinitas tinggi terhadap O2 dan
dioksidasi searah membentuk hematin [Fe3+]. Hematin tidak dapat mengikat
O2. Interaksi nonkovalen antara sisi asam amino rantai dan cincin porfirin
nonpolar yang mengandung celah sisi ikat oksigen meningkatkan afinitas
heme terhadap O2. Peningkatan afinitas melindungi Fe2+ dari oksidasi dan
memungkinkan pengikatan oksigen yang reversibel. Semua asam amino
yang berinteraksi dengan heme nonpolar kecuali dua histidin, yang berikatan
langsung dengan atom besi heme dan histidin yang lain menstabilkan sisi ikat
11
oksigen. Ketika oksigen terikat pada heme bebas, aksis dari molekul oksigen
posisinya pada sudut ikatan Fe-O, berlawanan dengan hal ini, ketika CO2
berikatan dengan heme bebas Fe, C dan O berada pada garis lurus. Kedua
kasus tersebut mencerminkan geometri orbital hibridisasi masing-masing
ligan. Pada mioglobin, His64 (His E7), pada sisi ikat O2heme, terlalu jauh
untuk berkoordinasi dengan heme besi, tetapi berinteraksi dengan ligan yang
terikat pada heme. Residu ini disebut distal his, yang tidak berefek pada
pengikatan oksigen tetapi dapat menghalangi pengikatan linier CO,
menjelaskan pengurangan pengikatan CO ke heme( Nelson dan Cox, 2005).
Gambar 2. 2.: Struktur Mioglobin (Nelson dan Cox, 2005 )
4. Manfaat Hemoglobin.
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel
12
ke paru-paru untuk di keluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai
reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-
sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin
(Sunita,2001).
Menurut Depkes RI adapun manfaat hemoglobin antara lain :
a) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
b) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
c) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang.
5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin adalah :
a) Kecukupan Besi dalam tubuh
Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin,
sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah
merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi
juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin
yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,
untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen
lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase,
dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel
13
darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004% berat
tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai
feritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limfa dan sumsum tulang
(Zarianis,2006).
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin
dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan
flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai
peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen
menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot, sitokrom,
flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi
lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan
Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi.
Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi
penurunan kemampuan bekerja (WHO dalam Zarianis, 2006).
Menurut Kartono J dan Soekatri M, kecukupan besi yang
direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari
makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang
sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia
kekurangan besi (Zarianis, 2006).
b) Metabolisme Besi dalam tubuh
Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang
dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam
14
sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5g), mioglobin (150
mg), phorphyrin cytochrome, hati, limfa sumsum tulang (> 200-1500
mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang di
pakai untuk keperluan metabolic dan bagian yang merupakan cadangan.
Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan non hem adalah
bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan.
Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi
fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Feritin dan
hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam
hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri
dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan
pengeluaran (Zarianis, 2006).
6. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb).
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi
yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan
kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau
hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam
hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksi-hemoglobin,
methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan
hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang
dapat dicapai hanya ±10% (Fransisca D.K.,2010).
15
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk
penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar
sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir
semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian
yang dapat dicapai ± 2% ( Darma, 2008 ).
Dengan berkembangnya teknologi alat kesehatan yang semakin
canggih selain kedua cara pemeriksaan tersebut, kini telah banyak digunakan
pemeriksaan darah lengkap dengan menggunakan alat otomatik yang di kenal
dengan nama hematology analyser.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian
hasil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar
hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin.Perempuan hamil terjadi
hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl. (
Darma, 2008).
Gambar 2. 3 : Gugus Heme
16
B. Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit
dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
(Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah
karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia,
tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).
Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah
merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah dalam
tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai
dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan
kerja fisik, penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam
diantaranya adalah anemia defisiensi Zat besi (Murgiyanto, 2006).
Menurut Wirakusumah, anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah normal. Pada penderita
anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin
di bawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan
vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia yang disebabkan karena
kekurangan zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis
tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-
mikrositer, kadar besi serum dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi
total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain
sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Oppusungu, 2009).
17
Menurut Soekirman, anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi
penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun
dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan
keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun
tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang
dikatakan mengalami kurang gizi besi saja ( tidak disertai anemia gizi besi).
Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan
anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk
membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru
(Wulansari, 2006).
1. Penyebab Anemia
Ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi, yaitu : (Arisman, 2008).
a. Kehilangan darah secara kronis
Pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh
proses perdarahan akibat penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit.
Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap
bulan. Jika darah yang keluar selama haid banyak akan terjadi anemia
defisiensi zat besi.
Selain itu, kehilangan zat besi dapat diakibatkan karena perdarahan
selama persalinan dan setelah persalinan.
b. Asupan dan serapan tidak adekuat
18
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan
yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi,
serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka
keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian besar penduduk di Negara yang
sedang berkembang tidak mampu menghadirkan bahan makanan tersebut.
Kebiasaan konsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat
besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan
menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.
c. Peningkatan kebutuhan
Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang
hilang melalui tinja, air seni dan kulit. Berdasarkan jenis kelamin,
kehilangan zat besi untuk pria dewasa mendekati 0,9 mg dan 0,8 mg untuk
wanita.
Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari cadangan zat
besi,serta peningkatan adaptif jumlah persentasi zat besi yang terserap
melalui saluran cerna. Namun, jika cadangan zat besi sangat sedikit
sedangkan kandungan dan serapan zat besi dalam dan dari makanan
sedikit, pemberian suplementasi pada masa-masa ini menjadi sangat
penting.
2. Tanda dan gejala Anemia
Tanda dan gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas,
seperti pucat, mudah lelah, berdebar dan sesak napas. Kepucatan bisa
19
diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palbera. Tanda yang
khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia, hipokloridia,
koilonikia dan patofagia. Tanda yang kurang khas berupa kelelahan,
anoreksia, kepekaan terhadap infeksi meningkat, kelainan perilaku tertentu,
kinerja intelektual serta kemampuan kerja menurun (Arisman, 2008).
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi,
kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah
terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-
kunang terutama bila bangkit dari tempat duduk. Selain itu, wajah, selaput
lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia
sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas bahkan lemah jantung
(Zarianis,2006).
C. Nutrisi dan Suplemen Besi (Fe)
Makanan diperlukan untuk membina tubuh, mengganti yang sudah aus dan
bekerja sebagai bahan bakar untuk menghasilkan panas dan energi. Setiap orang
untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup memerlukan lima kelompok zat
gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup,
tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Disamping itu manusia memerlukan air
dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Pemberian gizi
yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk
mencerna makanan.
20
Perlu di perhatikan dalam pemberian nutrisi pada ibu habis melahirkan
adalah karena pada persalinan banyak mengeluarkan darah. Pemberian nutrisi
dengan kandungan zat gizi yang tinggi kalori dan tinggi protein adalah sangat
membantu pemulihan kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan. Kandungan gizi
yang diperlukan antara lain :
1. Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori
dapat diperoleh dari serealia dan umbi-umbian.
2. Protein sebagai sumber zat pembangun dapat diperoleh dari daging, ikan, telur
dan kacang-kacangan.
3. Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayuran.
4. Vitamin B complex berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung
agar berfungsi secara normal. Dapat dijumpai pada serealia, biji-bijian,
kacang-kacangan, sayur hijau, telur dan produk susu.
5. Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi,
sumbernya terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
6. Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat, terdapat
pada gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
7. Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah, banyak
terdapat pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam.kembang kol dan
brokoli, pada buah-buahan asam folat terdapat pada jeruk, pisang, wortel dan
tomat.
21
Selain dari pemberian makanan yang mengandung komposisi Tinggi Kalori
dan Tinggi Protein, salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah
merah adalah zat besi. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan.
Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan
anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.
Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu
meningkatkan Fe di dalam. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, Zink
(Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi
dalam tubuh. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah
terpenuhinya kecukupan vitamin A. makanan sumber zat besi umumnya
merupakan sumber vitamin A.
Fe dari bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe
dari bahan makanan nabati (non heme). Penyerapan zat besi heme lebih banyak
daripada zat besi non heme, yaitu 20-30% dibanding hanya 2-10% saja untuk
sumber dari sayuran. Pemberian suplemen zat besi tambahan kepada pasien post
partum yang diberikan umumnya adalah tablet zat besi. Setiap tablet zat besi yang
berisi 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 mg besi elemental dan 0.25 mg asam
folat.
D. Perawatan dan Pengobatan
Setelah persalinan normal berlangsung, dokter biasanya akan melakukan
beberapa pemantauan yang dilakukan selama 2 jam di ruang pemulihan. Yang
dipantau adalah kesadaran ibu, tekanan darah, dan perdarahan yang terjadi pada
22
vagina. Jika tak ada perdarahan, komplikasi, atau pembengkakan jalan lahir, dan
sebagainya, ibu dialihkan ke ruang perawatan.
Setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika sejumlah kecil
plasenta tertinggal di dalam rahim sehingga rahim tidak dapat berkontraksi, maka
darah yang hilang akan lebih banyak. Robekan pada vagina atau serviks juga bisa
menyebabkan perdarahan hebat.
Perdarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang
serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter. Hal
ini terjadi ketika plasenta lepas dari rahim tetapi rahim tidak berkontraksi dengan
baik, yang disebabkan rahim terlalu tegang atau pemakaian anestesi pengendur
otot selama proses persalinan. Untuk membantu kontraksi rahim maka diberikan
oksitocin/prostaglandin melalui infus. Jika perdarahan terus berlanjut mungkin
perlu diberikan tranfusi darah.
Dalam keadaan anemia wanita semakin rentan terhadap terjadinya infeksi
sehingga bakteri dalam keadaan normal didalam vagina setelah persalinan bisa
menyebabkan infeksi. Pengobatan yang efektif dan tepat setelah persalinan adalah
mencegah terjadinya infeksi pada jalan lahir dan perdarahan post partum.
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah dan mengobati terjadinya
infeksi.Untuk mengatasi terjadinya anemi akibat perdarahan pada saat persalinan
dilaksanakan prosedur dasar pencegahan anemi yaitu :
23
1. Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Pemberian tablet tambah darah atau lama suplementasi selama 3-4
bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah
merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung
selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh
memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe)
dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet
tambah darah sangat penting dilakukan.
Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat
menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil
penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena
kekurangan zat besi.
2. Meningkatkan asupan nutrisi
Peningkatan asupan makanan untuk mencukupi nilai gizi dan
pemulihan kesehatan bagi penderita anemia adalah makanan yang
mengandung zat besi. Makanan sumber zat besi adalah: Hati, daging sapi,
kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan, kangkung, daun katuk, bayam,
daun ubi jalar, daun singkong, buncis, kacang panjang.
Makanan sumber asam folat : Hati, jamur, pisang, apel. Tinggi protein
adalah telur, susu, tahu, tempe dan kacang-kacangan.(sumber brunner dan
suddar, 2001 buku ajar keperawatan medical bedah).
24
E. Kerangka Teori
Gambar 2. 4. Faktor - faktor yang mempengaruhi kadar Hb.
Pasien post
partum
Kadar Hb
Perdarahan
Asupan tidak
adekuat
Peningkatan
kebutuhan
AnemiaPerawatan dan
Pengobatan
Suplemen besi
Asupan gizi
25
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
G. Hipotesis.
Ha : Ada perbedaan kadar hemoglobin pada pasien persalinan normalsebelum
dan sesudah mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Ho : Tidak ada perbedaan kadar hemoglobin pada pasien persalinan normal
sebelum dan sesudah mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Variabel Terikat
Kadar Hemoglobin
Variabel Bebas
Perawatan dan Pengobatan