BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. …repository.ump.ac.id/4237/3/Nur Andika Prabowo...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. …repository.ump.ac.id/4237/3/Nur Andika Prabowo...
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan,
yang tersirat dalam pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan
(individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku pendidikan),
proses adalah (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain),
output adalah (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo,
2012).
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO yang paling baru ini memang
lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang
mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik maupun
mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan
dalam bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan kesehatan adalah
semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap,
praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
15
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :
a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah untuk
mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai
dengan prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
terhadap kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua
kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan
sekedar apa yang terlihat oleh mata yakni tampak badannya besar dan
kekar.
Mungkin saja sebenarnya ia menderita batin atau menderita
gangguan jiwa yang menyebabkan ia tidak stabil, tingkah laku dan
sikapnya. Untuk menapai sehat seperti definisi diatas, maka orang harus
mengikuti berbagai latihan atau mengetahui apa saja yang harus dilakukan
agar orang benar-benar menjadi sehat.
b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat
istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan,
apalagi adat kepercayaan yang telah menjadi norma atau nilai di suatu
kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk mengubahnya. Hal itu
melalui proses yang sangat panjang karena kebudayaan adalah suatu sikap
dan perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
16
belajar. Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan
mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat, namun perilaku
tersebut ternyata mencakup hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut
dikategorikan secara mendasar. Susilo membagi perilaku kesehatan
sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam yaitu :
1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung
jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan pada keadaan bahwa
cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah
sebabnya dalam hal ini Pelayanan Kesehatan Dasar (PHC = Primary
Health Care) diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam
hal bentuk yang nyata adalah PKMD. Contoh PKMD adalah Posyandu.
Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah
mencegah timbulnya penyakit.
3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan Sebaliknya
sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada
sebagaimana mestinya.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
17
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Menurut Susilo (2011) sasaran pendidikan kesehatan di indonesia,
berdasarkan kepada program pembangunan di Indonesia adalah :
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperi wanita, pemuda, remaja.
b. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok pendidikan mulai
dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama swasta maupun negeri.
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.
4. Faktor –faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikankesehatan
dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah
pula dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat
istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
18
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan
oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan menurut Mubarak (2009)
yaitu:
a. Dimensi Sasaran
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
b. Dimensi Tempat Pelaksanaannya
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Upaya Kesehatan
Sekolah (UKS).
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, di Pusat Kesehatan
Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus
dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
19
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan.
c. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan
1) Promosi Kesehatan (Health Promotion).
2) Perlindungan Khusus (Specific Protection).
3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment).
4) Pembatasan cacat (Disability Limitation).
5) Rehabilitasi (Rehabilitation).
6. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode pendidikan kesehatan menurut Achyar (2009), yaitu :
a. Metode ceramah
Ceramah ialah menyajikan pelajaran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung.
b. Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok ialah percakapan yang dipersiapkan diantara
tiga orang atau lebih membahas topik tertentu dengan seorang pemimpin,
untuk memecahkan suatu permasalahan serta membuat suatu keputusan.
c. Metode panel
Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis
atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
20
d. Metode permainan peran
Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, aktual,
atau kejadian yang akan datang.
e. Metode demonstrasi
Demonstrasi ditunjukan untuk mengevaluasi perubahan
psikomotor dengan memperliatkan cara melaksanakan suatu tindakan atau
prosedur dengan alat peraga dan tanya jawab.
7. Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Nursalam (2008) media pendidikan kesehatan adalah
saluranbkomunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan.
Media dibagi menjadi 3, yaitu: cetak, elektronik, media papan (billboard).
a. Media cetak
1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisan
maupun gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang bisa membaca.
2) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanya
berisi gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya.
3) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.
4) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang berbentuk lembar
balik dan berbentuk buku. Biasanya berisi gambar dibaliknya berisi
pesan kalimat berisi informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai hal
yang berkaitan dengan hal kesehatan.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
21
6) Poster :berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatan biasanya
ditempel di tembok-tembok tempat umum dan kendaraan umum.
7) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan.
b. Media elektronik
1) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan vorum
diskusi tanya jawab dan lain sebagainya.
2) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanya
jawab dan lain sebagainya.
3) Vidio Compact Disc (VCD).
4) Slide : slide juga dapat digunakan sebagai sarana informasi.
5) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan kesehatan.
c. Media papan (bill board)
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat dipakai
dan diisi pesan-pesan kesehatan.
B. Pendidikan Bencana
Pendidikan bencana adalah merupakan proses pembelajaran melalui
penyediaan informasi, pengetahuan, dan kewaspadaan terhadap peserta didik
guna membentuk kesiapan bencana di level individu dan komunitas. Melalui
pendidikan bencana, peserta didik didorong untuk mengetahui resiko bencana,
mengumpulkan informasi terkait mitigasi bencana, dan menerapkannya pada
situasi bencana (Shiwaku et al., 2007).
Aplikasi bencana yang secara sederhana dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari meliputi melakukan simulasi bencana di keluarga,
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
22
menolong korban bencana, memiliki perlengkapan darurat (disaster kit),
mengetahui tempat berlindung saat bencana, dan mengetahui fasilitas tanggap
darurat yang tersedia di instansi terkait (Kapucu, 2008).
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari
tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan sebagian
besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengatahuan merupakan pedoman
dalam membentuk tindakan seseorang.
2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
menurut Notoatmodjo (2012) mempunyai enam tingkat, yakni:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Contoh tahu yaitu dapat menyebutkan
tanda – tanda gerakan tanah.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
23
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan penggunakan rumus statistik.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannnya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengggunaan kata-kata kerja
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumsan-rumusan yang telah ada.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
24
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah
ada. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara tradisional dan juga cara
modern (Suparyanto, 2012), cara tradisional ada empat cara yaitu:
1) Cara coba-salah (trial and error)
2) Cara kekuasaan atau otoritas
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
4) Melalui jalan pikiran
Pengetahuan yang diperoleh dengan cara tradisional ada dua cara
yaitu:
1) Metode berfikir induktif
2) Metode berfikir deduktif
Pengetahuan yang diperoleh dipengaruhi oleh faktor internal
maupun faktor eksternal (Suparyanto, 2012), faktor-faktor tersebut antara
lain:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip
oleh Notoatmodjo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan
kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
25
Indonesia mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai suatu usaha
dasar untuk dari pengalaman dan kematanganjiwanya, makin tua
seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping
terhadap masalah yang dihadapi.
2) Faktor Eksternal
a) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan
sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai
suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh
informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini
biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku,
biasanya digunakan malalui media massa.
b) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan
sikap atau sikap seseorang.
Pembriati (2013) menerangkan bahwa pengertian
pengetahuan kebencanaan adalah kemampuan dalam mengingat
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
26
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Priambodo (2013:22) menerangkan bahwa yang
dimaksud dengan bencana adalah suatu kejadian alam, buatan
manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba –
tiba sehingga menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi
kelangsungan kehidupan. Pendapat ini didukung adanya Pasal 1
Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana yang menerangkan bahwa bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jenis –
jenis bencana dibagi menjadi tiga yaitu:
i. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
ii. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
27
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
iii. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror. Saat darurat bencana dan peristiwa krisis
secara alami kacau dan sangat dinamis, menciptakan fisik,
emosional, dan kekacauan sosial. Peristiwa krisis tersebut dan
keadaan darurat, komunikasi sangat penting pada semua fase
penanggulangan bencana. Komunikasi selama darurat
menggabungkan berbagai langkah-langkah untuk mengelola
risiko bagi masyarakat dan lingkungan, menggambar dari
berbagai sumber yang mencakup satelit telekomunikasi, radar,
telemetri, meteorologi dan remote sensing, peringatan dini dibuat
mungkin. Sebelum terjadi bencana, telekomunikasi dapat
digunakan sebagai saluran untuk menyebarkan informasi tentang
bahaya yang akan datang, sehingga memungkinkan bagi orang
untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi
dampak bahaya ini. Aplikasi telekomunikasi lainnya, termasuk
penginderaan jauh dan Global Positioning System (GPS),
memiliki peran penting dalam pelacakan mendekati bahaya,
peringatan pihak berwenang, peringatan yang terpengaruh
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
28
populasi, operasi bantuan koordinasi, menilai kerusakan dan
memobilisasi dukungan untuk rekonstruksi.
D. Peran Perawat Dalam Managemen Bencana
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi pelayanan keperawatan
tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi bencana. Perawat tidak hanya
dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan saja.
Kemampuan tanggap bencana juga sangat dibutuhkan saat keadaan darurat. Hal
ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan
pertolongan dalam situasi bencana. Kegiatan penanganan siaga bencana
memang berbeda dibandingkan pertolongan medis dalam keadaan normal
lainnya. Menurut Mursalin (2011), ada beberapa tindakan penting yang bisa
dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap bencana :
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan menyebabkan
isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling
urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga
kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan
tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun juga
melakukan pengobatan bersama perawat lainnya secara cepat, menyeluruh
dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam,
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
29
mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan
profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk,
seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya.
Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara
langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain
itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan
di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan oleh para korban saat
itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak mendapatkan bantuan
tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa
kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit
trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa
pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan
mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana.
Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan
kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa,
pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala
keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
30
diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara
yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal
ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain.
Perawat dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut
akan mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehingga
kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda yang
mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah dalam
menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan
keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka
kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang
difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak
dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia
miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas, menurut Mepsa (2012) perlu
adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya
adalah, perawat harus memiliki skill keperawatan yang baik, perawat harus
memiliki jiwa dan sikap kepedulian, perawat harus memahami managemen
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
31
siaga bencana. Adapun peran perawat dalam menagemen siaga bencana
adalah sebagai berikut :
a. Peran perawat dalam fase pre-impect
1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana.
2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana.
3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
b. Peran perawat dalam fase impact
1) Bertindak cepat
2) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4) Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
5) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya
untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
c. Peran perawat dalam fase post impact
1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi
korban.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
32
2) Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan
3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua,
individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback,
mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga,
individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan
PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan
gangguan memori.
3) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan
masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan
(recovery) menuju keadaan sehat dan aman.
E. Definisi Kesiapsiagaan
1. Pengertian Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak
negatif dari bencana. Kesiapsiagaan bencana merupakan proses dari
penilaian, perencanaan dan pelatihan untuk mempersiapkan sebuah rencana
tindakan yang terkoordinasi dengan baik (Undang-Undang No.24 Tahun
2007).
Berdasarkan LIPI (2006), Ada 7 (tujuh) stakeholder yang berkaitan
erat dengan kesiapsiagaan bencana, yaitu : individu dan rumah tangga,
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
33
instansi pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan bencana, komunitas
sekolah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi non pemerintah
(Ornop), kelembagaan masyarakat, kelompok profesi dan pihak swasta. Dari
ke tujuh stakeholders tersebut, rumah tangga, pemerintah dan komunitas
sekolah disepakati sebagai stakeholders utama dan empat stakeholders
lainnya sebagai stakeholders pendukung dalam kesiapsiagaan bencana.
Kesiapsiagaan bencana mencakup langkah-langkah untuk
memprediksi, mencegah dan merespon terhadap bencana. Koordinasi lintas
sektoral diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut seperti yang telah
disebutkan oleh LIPI-UNESCO/ISDR (2006), bahwa ruang lingkup
kesiapsiagaan dikelompokkan kedalam empat parameter yaitu pengetahuan
dan sikap (knowledge and attitude), perencanaan kedaruratan (emergency
planning), sistem peringatan (warning system), dan mobilisasi sumber daya.
Pengetahuan lebih banyak untuk mengukur pengetahuan dasar
mengenai bencana alam seperti ciri-ciri, gejala dan penyebabnya.
Perencanaan kedaruratan lebih ingin mengetahui mengenai tindakan apa yang
telah dipersiapkan menghadapi bencana alam. Sistem peringatan adalah
usaha apa yang terdapat di pemerintahan/masyarakat dalam mencegah
terjadinya korban akibat bencana dengan cara tanda-tanda peringatan yang
ada. Sedangkan mobilisasi sumber daya lebih kepada potensi dan peningkatan
sumber daya di pemerintahan/masyarakat seperti keterampilan-keterampilan
yang diikuti, dana dan lainnya.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
34
Kesiapsiagaan menghadapi bencana merupakan suatu aktivitas
lintas sektor yang berkelanjutan. Kegiatan itu membentuk suatu bagian yang
tak terpisahkan dalam sistem nasional yang bertanggungjawab untuk
mengembangkan perencanaan dan program pengelolaan bencana
(pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, respons, rehabilitasi, dan atau
rekonstruksi) di Indonesia dikenal dengan Bakornas PB. Satu hal terpenting
untuk memastikan mutu dan efektivitas program kesiapsiagaan bencana dan
kedaruratan adalah melakukan koordinasi, penilaian dan evaluasi secara hati-
hati terhadap program-program yang telah disiagakan untuk memastikan
bahwa program tersebut dapat dioperasikan secara efektif.
Pan American Health Organization (PAHO, 2006), menyebutkan
Penanganan pelayanan kesehatan untuk korban cedera dalam jumlah besar
diperlukan segera setelah terjadinya bencana tanah longsor. Oleh karena itu
dibutuhkan kesiagaan untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan
dalam beberapa jam pertama. Banyaknya korban jiwa yang tidak tertolong
karena minimnya sumber daya lokal, termasuk transportasi yang tidak
dimobilisasi segera. Sumber daya lokal sangat menentukan dalam
penanganan korban pada fase darurat. Tanggungjawab sektor kesehatan pada
saat bencana praktis mencakup semua aspek operasi normal pra-bencana.
Semua departemen teknis dan layanan penunjang dilibatkan pada saat
terjadinya bencana besar. Kesiapsiagaan harus ditujukan pada semua kegiatan
kesehatan dan sektor lainnya dan tak bisa dibatasi pada aspek yang paling
terlihat dari pengelolaan korban massal dan layanan kegawatdaruratan saja.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
35
Pelaksanaan tugas penanganan kesehatan akibat bencana di lingkungan Dinas
Kesehatan dikoordinasi oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan
dengan surat keputusan (Depkes RI, 2007).
Pendidikan dan pelatihan kebencanaan merupakan salah satu upaya
penanggulangan bencana pada tahap kesiapsiagaan bencana. (Renstra BNPB
2010-2014). Pelatihan kebencanaan sangat diperlukan baik untuk petugas
maupun untuk masyarakat yang bakal terkena bencana. (Soehatman,2010).
Pelatihan yang diperlukan berkaitan dengan penanggulangan bencana
misalnya:
a. Pelatihan mengenai manajemen resiko bencana, diharapkan petugas
memiliki wawasan mengenai manajemen bencana termasuk perundang-
undangannya sehingga mampu mengembangkannya dilingkungan
masing-masing, mampu menyusun dan menilai suatu analisa resiko
bencana.
b. Pelatihan mengenai penanganan suatu bencana menurut jenisnya,
misalnya bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, bencana industri,
atau bencana sosial.
c. Teknik melakukan pertolongan seperti resque atau penyelamatan lainnya.
d. Teknik bantuan medis (P3K) dan bantuan medis lainnya.
e. Pelatihan mengenai prosedur penanggulangan bencana yang meliputi
mitigasi bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
f. Pelatihan mengenai sistem informasi dan komunikasi bencana.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
36
g. Pelatihan manajemen logistik bencana.
h. Pelatihan standar pelayanan minimal kesehatan bencana dan pengungsi.
2. Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Upaya Penanggulangan Bencana
Tanah Longsor
a. Kesiapsiagaan Pra Bencana
Ada beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana tanah longsor, antara lain :
1) Tidak menebang atau merusak hutan
2) Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimbi,
bambu, akar wangi, lamtoro dan sebagainya pada lereng-lereng yang
gundul
3) Membuat saluran air hujan
4) Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal
5) Memeriksa keadaan tanah secara berkala
6) Mengukur tingkat kederasan hujan
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk
menghindari korban jiwa dan harta akibat tanah longsor, diantaranya :
1) Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan.
2) Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun.
3) Membuat peta ancaman.
4) Melakukan deteksi dini
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
37
b. Kesiapsiagaan Saat Bencana
Ada beberapa tindakan yang harus dilakukan masyarakat saat
tanah longsor terjadi, diantaranya :
1) Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran runtuhan/puing
kebidang yang lebih stabil.
2) Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti
bola dengan kuat dan lindungi kepala anda.posisi ini akan memberikan
perlindungan terbaik untuk badan anda.
c. Kesiapsiagaan Pasca Bencana
Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan masyarakat setelah
tanah longsor terjadi, diantaranya :
1) Hindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi.
2) Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung
memasuki daerah longsoran.
3) Bantu arahkan SAR kelokasi longsor.
4) Bantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus anak-anak, orang
tua, dan orang cacat.
5) Dengarkan siaran radio lokal atau televise untuk informasi keadaan
terkini.
6) Wapada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
38
7) Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang.
8) Periksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya
longsor.
9) Tanami kembali daerah bekas longsor atau daerah sekitarnya untuk
menghindari erosi yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat
menyebabkan banjir bandang.
10) Mintalah nasehat pada ahlinya untuk mengevaluasi ancaman dan
teknik untuk mengurangi resiko tanah longsor.
3. Kesiapsiagaan Pemerintah Setempat dalam Upaya Penanggulangan
Bencana Tanah Longsor
Pan American Health Organization (PAHO,2006), menyatakan
bahwa tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin
bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya
masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi
korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah pemulihan
dan rehabilitasi layanan.
Menurut Soemantri (2010), tanah longsor disebabkan oleh tiga
faktor yaitu :
a. Faktor Dakhil, penyebab tanah longsor lahan meliputi kedalaman
pelapukan batuan, struktur geologi, tekstur tanah dan permeabilitas tanah.
b. Faktor dari suatu medan penyebab tanah longsor adalah kemiringan
lereng, banyaknya dinding terjal, dan penggunaan lahan.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
39
c. Faktor pemicu terjadinya tanah longsor antara lain tebal curah hujan dan
gempa bumi.
Adapun gejala-gejala tanah longsor yang disebabkan oleh faktor-
faktor terbut di atas dapat di lihat sebagai berikut :
a. Curah hujan tinggi
b. Hujan berlangsung lama
c. Munculnya retakan-retakan pada tanah di lereng atas seperti pada tiang
listrik, pohon menjadi mirip
d. Lereng-lereng pegunungan yang telah lapuk
e. Bahan lapuk tersebut termasuk tanah berwarna merah
f. Ada perubahan bobot massa baik pergantian musim atau karena lahan
miring tersebut dijadikan persawahan
g. Adanya perbedaan kelunakan permukaan lahan dan dasar lahan
h. Adanya gravitasi bumi yang tergantung pada besarnya lereng adalah kritis
jika lereng lebih dari 100%
i. Perubahan hambatan geser
Sedangkan tindakan manusia yang menyebabkan tanah longsor
adalah sebagai berikut :
a. Menebang pohon dilereng pegunungan
b. Membuat sawah dan kolam lereng bagian atas dekat pemukiman
c. Mendirikan pemukiman di daerah tebing terjal
d. Melakukan penggalian dibawah tebing terjal
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
40
Soemantri (2010) juga menjelaskan bahwa mitigasi becana meliputi
sebelum, saat terjadi, dan sesudah terjadi tanah longsor, yaitu melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Sebelum bencana antara lain peringatan dini (early warning system) secara
optimal dan terus menerus pada masyarakat, dengan :
1) Mendatangi daerah rawan longsor berdasarkan peta kerentanannya
2) Memberikan tanda khusus pada daerah rawan longsor
3) Memanfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya
4) Pemukiman sebaiknya menjauhhi tebing
5) Tidak melakukan pemotongan lereng
6) Melakukan reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam keadaan
gundul
7) Membuat terasering atau sengkedan
8) Membatasi lahan pertanian
9) Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah
10) Menggunakan teknik penanaman dengan system kontur tanah
11) Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah), terutama
musim hujan
b. Saat bencana antara lain bagaimana masyarakat menyelamatkan diri dan
ke arah mana, ini harus diketahui masyarakat.
c. Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) dengan melibatkan
masyarakat sebagai berikut :
1) Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman.
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
41
2) Menyelamatkan harta benda yang mungkin masih bisa diselamatkan.
3) Menyiapkan tempat-tempat darurat.
4) Menyediakan dapur-dapur umum, air bersih, dan sarana kesehatan.
5) Mengkoordinasikan dengan aparat setempat.
Hal senada juga tercantum dalam Undang-Undang Penanggulangan
Bencana Nomor 24 Tahun 2007 yang memuat komponen-komponen sebagai
berikut :
a. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
b. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melaluii langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.
c. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
d. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyandaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
e. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menanggapi dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
42
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
f. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana.
g. Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiataan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
F. Kerangka Berfikir
Manusia pada dasarnya memiliki caranya sendiri untuk beradaptasi
dengan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka melakukan berbagai hal agar
kehidupan mereka lebih baik dan tempat mereka tinggal layak untuk di tempati.
Masyarakat di desa biasanya memiliki pengetahuan yang kurang tentang
kebencanaan kecuali mereka memiliki pengalaman dengan bencana itu sendiri.
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga terhadap bencana longsor diperlukan
adanya pengetahuan yang lebih tentang bencana tersebut.
Lokasi Desa Panusupan yang berada di daerah perbukitan menjadikan
desa tersebut menjadi daerah rawan tanah longsor dan ditambah adanya
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
43
pengetahuan dan pemahaman yang kurang dari masyarakat tentang pengetahuan
kebencanaan maka dilakukan penyampaian materi tentang bencana sebelum
pengisian angket oleh responden. Bentuk dari meningkatnya kesiapsiagaan
warga yaitu masyarakat paham tentang kebencanaan yang ada di daerahnya dan
sadar dengan apa yang dapat menimpanya di daerah tersebut. Kerangka berfikir
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber dalam Notoatmodjo, BNPB, BPBD
Faktor yang
mempengaruhi
kesiapsiagaan:
1. Kesiapsiagaan
pra bencana
2. Kesiapsiagaan
saat bencana
3. Kesiapsiagaan
pasca bencana
4. Kesiapsiagaan
pemerintahan
setempat
TANAH LONGSOR
KESIAPSIAGAAN
PENGETAHUAN Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan:
1. Pengalaman
2. Pendidikan
3. Keyakinan
4. Fasilitas
5. Latar belakang finansial
6. Sosial budaya
PENDIDIKAN
KESEHATAN
METODE
PENYULUHAN
Faktor yang mempengaruhi
pendidikan kesehatan:
1. Tingkat pendidikan
2. Tingkat social ekonomi
3. Adat istiadat
4. Kepercayaan masyarakat
5. Ketersediaan waktu di
masyarakat
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017
44
G. Kerangka Konsep
A.
B.
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
H. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya
perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesiapsiagaan bencana terhadap tingkat
pengetahuan tanah longsor di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Purbalingga.
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesiapsiagaan bencana terhadap tingkat
pengetahuan tanah longsor di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang,
Kabupaten Purbalingga.
Pendidikan
Kesiapsiagaan
Tanah Longsor
Post-Test
Pengetahuan
Kesiapsiagaan
Tanah Longsor
Pre-Test
Pengetahuan
Kesiapsiagaan
Tanah Longsor
Variabel Terikat
(Sebelum Intervensi)
Variabel Bebas
(Intervensi)
Variabel Terikat
(Sebelum Intervensi)
Pengaruh Pendidikan Kesiapsiagaan..., Nur Andika Prabowo, Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP ,2017