BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf ·...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Tekanan darah
Tekanan darah adalah dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh, sebagai analogi,
bayangkan kran air jika suplai air terganggu dan „tekanan air rendah‟,
maka aliran air di kran menjadi lambat dan hanya berupa tetesan air.
Tekanan darah berperan penting, karena tanpanya darah tidak akan
mengalir (Anna & Bryan, 2015).
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung
yang berkontraksi seperti pompa, untuk mendorong agar darah terus
mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tekanan darah ini
diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu melawan gravitasi,
serta hambatan dalam dinding pembuluh darah. Tekanan darah dibagi
menjadi dua, yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Angka lebih
tinggi yang diperoleh pada saat jantung berkontraksi disebut tekanan
darah sistolik. Angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah ditulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik (Khasanah,
2012).
11
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
Batas normal adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah
termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan
diastolik di atas 99 mmHg, dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut
selama selang waktu 2-8 minggu (Martuti A, 2009).
2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan arteri
sistemik yang menetap diatas batas normal yang telah disepakati,
dengan nilai sistolik 140mmHg dan diastolik 90mmHg dan salah satu
pencetus terjadinya penyakit jantung, ginjal, dan stroke (Elokdyah, M,
2007).
Kevin, Michelle, stephanie, dan tracy (2014), menyimpulkan
bahwa Hipertensi didefisinikan sebagai tekanan darah yang konsisten
di atas 140/90 mmHg atau 130/80 mmHg jika menderita diabetes atau
gagal ginjal kronis. Hipertensi lebih sering terjadi pada pria hingga
usia 45 tahun, dan prevalensi tertinggi terjadi pada wanita berusia di
atas 65 tahun. Warna kulit hitam dan hispanik memiliki kemungkinan
2 kali untuk menderita hipertensi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole
konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanna melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah (Wajan Juni, 2010).
3. Epidemologi Penyakit Hipertensi
Pada awal mula istilah epidemologi hanya terbatas pada wabah
penyakit menular. Sesuai dengan perekmbangan jaman kemudian
epidemologi mulai masuk kedalam penyakit tidak menular, seperti
halnya penyakit degeneratif, penyakit akibat populasi dan penyakit
kanker bahkan epidemlogi juga membahas masalah kecelakaan lalu
lintas dewasa ini (Wahyuningsih, 2009). Sebagai gambaran umum,
masalah hipertensi di tinjau dari segi epidemologi adalah:
a. Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai
suatu proses penuaan, hipertensi tentu umumnya ditemukan pada
orang tua. Ditemukan kecenderungan peningkatan pervalensi
berdasarkan usia.
b. Sebagian besar penderita tidak menyadari bahwa dirinya sebagai
penderita hipertensi oleh karena itu cenderung penderita tidak
berusaha merubah gaya hidup yang dapat menyebabkan hipertensi
bertambah parah.
c. Sebanyak 70% merupakan hipertensi ringan karena itu hipertensi
banyak diremehkan atau terabaikan sehingga menjadi ganas.
d. Sebesar 90% adalah hipertensi essential, mereka dengan hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti sehingga
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
menyulitkan untuk mencari bentuk intervensi atau pengobatan
yang sesuai.
4. Jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih, pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak di
ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi
duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih
kunjungan (Chandra, 2014).
b. Hipertensi Sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah
hipertensi sekunder, yang disefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi
oral, coarcstation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,
ganggua psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler,
luka bakar, dan stress (Wajan, 2010).
5. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi esensial atau primer tidak diketahui dengan
pasti. Hipertensi ini di sebabkan oleh berbagi faktor yang saling
berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor yang di ketahui
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, strees akut,
kerusakan vaskuler dan lain-lain. Resiko relatif hipertensi tergantung
pada jumlah dan keparahan dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi
dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor –faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan
nutrisi (Yogiantoro, 2006).
Menurut Bustaman, (2009) Faktor yang menyebabkan hipertensi
terbagi menjadi dua yaitu:
a. Faktor yang dapat dikontrol, pada faktor yang dapat di kontrol
antara lain obesitas, stress, merokok, konsumsi garam yang
berlebihan, kebiasan makan dan konsumsi alkohol.
b. Faktor-faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat di
kontrol seperti usia, jenis kelamin, dan Ras.
Hipertensi juga berhubungan dengan komposisi tubuh, asupan
maknan, faktor emosi, dan gaya hidup. Berhubungan dari 90%
penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi
primer maka secara umum yang di sebut hipertensi primer (esensial)
(Kusmana, 2007 ).
1) Faktor yang dapat diubah:
a) Obesitas
Kelebihan berat badan meningkatkan resiko sesorang terserang
penyakit hipertensi. Semakin besar masa tubuh, maka semakin
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
banyak pula darah yang di butuhkan untuk memasok oksigen
dan makanan ke jaringan tubuh. Maka volume darah yang
beredar melalui pembuluh darah meningkat. Sehingga akan
memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri. Selain itu
obesitas dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan
kadar insulin dalam darah (Martuti, 2009).
b) Stress
Stress adalah interaksi antara seseorang dengan lingkungan
termasuk penilaian sesorang terhadap tekanan dari suatu
kejadian dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi
tekanan tersebut, keadaan ini diikuti respon secara fisiologis
dapat berupa rangsangan fisik meningkat, perut mules, badan
berkeringat, jantung berdebar-debar. Respon secara perilaku
antara lain mudah marah, mudah lupa, dan susah berkosentrasi
(Stuart, 2007).
c) Merokok
Individu yang terus menerus menggunakan tembakau
cenderung meningkatkan resiko hipertensi. Hal ini disebabkan
karena adanya konsumsi komulatif dari penggunaan tembakau.
Apapun yang menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat
menaikan tekanan darah, termasuk nikotin yang ada dalam
rokok. Nikotin merangsang sistem syaraf simpatik, sehingga
pada ujung syaraf melepaskan hormon stress norepineprihne
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
dan segera meningkatkan hormone reseptor alpha. Hormon ini
mengalir dalam pembuluh darah dan seluruh tubuh. Oleh
karena itu jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh
darah akan mengkerut. Selanjutnya akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah dan menghalngi arus darah
secara normal, sehingga tekanan darah meningkat (WHO,
2009).
Nikotin meningkatkan tekanan darah dengan merangsang
untuk melepaskan sistem hormonal kimia, yaitu
norephinephirin melalui syaraf adrenegrik dan meningkartkan
katekkolamin yang dikeluarkan medulla adrenal. Volume darah
merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan pada
system pengendalian darah. Karena volume darah dan jumlah
kapasitas pembuluh darah harus selalu sama dan seimbang jika
terjadi perubahan diameter pembuluh darah (penyempitan
pembuluh darah) maka akan terjadi perubahan pada nilai
osmotil (Ibnu, 2006).
d) Konsumsi alkohol yang berlebihan
Alkohol juga dihubungkan dengan peningkatan darah peminum
alkohol berat akan cenderung hipertensi meskipun
mekanismenya timbulnya hipertensi yang pasti belum
diketahui. Beberapa studi menunjukan hubungan langsung
antara tekanan darah dan asupan alkohol dan di antarnya
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak
apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar
setiap harinya (Karyadi, 2005).
e) Konsumsi garam yang berlebihan
Konsumsi garam yang berlebihan mengakibatkan tekanan
darah meningkat. Penelitian telah membuktikan bahwa
pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah
dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik akan
menurunkan tekanan darah. Garam terdapat dua komponen
mineral, natrium dan klorida yang sangat dibutuhkan untuk
menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, transmisi
syaraf, serta kontaksi otot. Garam adalah zat tambahan
makanan sesudah gula, yang digunakan atau di salahgunakan.
Apabila mengkonsumsi garam terlalu banyak dari yang dapat
diolah oleh ginjal maka kelebihan garam akan di timbun dan
harus dicairkan sebelum tubuh menanganinya. Jadi tubuh harus
menahan berkilogram air, hanya untuk menjaga agar kelebihan
garam tetap cair. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah,
karena ginjal harus mendorong cairan garam itu melalui
penyaring-penyaring yang terdapat pada ginjal (Bustaman,
2007).
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
2) Faktor yang tidak dapat diubah:
a) Umur
Menurut Elsanti, (2009), usia dapat meningkatkan resiko
penyakit hipertensi. Walupun penyakit hipertensi dapat terjadi
pada segala usia, kenaikan umur seseorang sebanding dengan
kenaikan tekanan darah. Penambahan usia menyebabkan
semakin hilang daya elastisitas dari pembuluh darah yang
mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya untuk
menyesuaikan diri dengan aliran darah, oleh sebab itu orang
yang lebih tua akan cenderung lebih terkena hipertensi daripada
orang yang lebih muda. Sering dengan bertambahnya usia
pengetahuan orang bertambah tentang hipertensi. Individu
berumur lebih dari 60 tahun mempunyai tekanan darah yang
lebih besar dari orang lain sebesar 50% - 60% hal itu terjadi
karena degenerasi yang terjadi pada orang lanjut usia.
b) Jenis Kelamin
Gender berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi di bandingkan dengan
wanita dengan ratio sekitar 2,29 untuk knaikan tekanan darah
sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah sistolik. Pria
diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah di bandingkan wanita. Namun
setelah memasuki monopause, pervalensi hipertensi pada
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
wanita tinggi. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria
yang dia akibatkan oleh faktor hormonal (DepKes RI, 2006).
c) Ras
Menurut Junaidi (2010), genetik merupakan salah satu faktor
yang dapat memicu timbulnya hipertensi terlebih lagi hipertensi
primer. Jika kedua orang tua kita menderita hipertensi maka
kemungkinan kita terserang penyakit hipertensi adalah 60% dan
apabila hanya satu dari orang tua kita terserang hipertensi maka
pervalensi kita untuk terserang akan menurun menjadi 25%.
Adanya faktor genetik pada suatu keluarga akan mengakibatkan
keluarga tersebut mempunyai faktor keturunan yang sama
beresiko terkena hipertensi. Sifat bawaan dari orang tua, kita
warisi melalui gen sehingga akan diwariskan kepada
keturunannya.
6. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif, (2013) bahwa tanda dan gejala yang disebabkan
oleh penyakit hipertensi yaitu :
a. Gejala yang tidak di rasakan
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan
perubahan kondisi tubuh. Seringkali hal ini yang menyebabkan
banyak penderita hipertensi terlalu mengabaikan kondisinya karena
memang gejala atau keluhan yang tidak dirasakan.
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
b. Gejala yang umum
Gejala yang umum pada penyakit hipertensi adalah nyeri pada
kepala dan kelelahan. Beberapa penderita yang memerlukan
pertolongan medis karena mereka mengeluh sakit kepala, pusing,
lemes, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah, epistaksi,
kesadran menurun.
7. Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi
Menurut WHO, (2009) penyakit hipertensi memang penyakit
berbahaya, namun bukan berarti orang yang menderita hipertensi ini
seumur hidupnya, karena hipertensi dapat dikontrol atau dapat
dikendalikan, oleh karena itu sangat dibutuhkan kepatuhan dalam
memeriksakan tekanan darahnya yang tepat sasaran dan
berkesinambungan. Salah satu masalah utama dalam mengontrol
penyakit hipertensi adalah kemampuan penderita hipertensi untuk
patuh dan taat terhadap tenaga kesehatan.
Tujuan dari penatalaksanaan hipertensi adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan moralitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg, (Smeltzer &
Bare, 2008).
Menurut Junaidi (2010), penatalaksanaan penderita hipertensi
dapat dibagi menjadi dua yaitu secara farmakologis dan non
farmakologis, yaitu :
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
a. Farmakologis
Merupakan pengobatan yang didasarkan pada obat-obatan
medis. Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan jangka
panjang bahkan mungkin sampai seumur hidup. Diantarnya yaitu :
1) Obat yang terkenal dari jenis beta-blocker adalah propanol,
atenolol, pindolo dan sebagainya.
2) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktivitas syaraf adrenergic
perifer dan turunnya tekanan darah. Pengguna obat ini perlu
memperhatikan efek hipertensi ortostatik. Obat yang ternasuk
jenis ini adalah clonidine, guanfacine dan metildopa.
a) Vosodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan perifer berkurang dan tekanan
darah menurun, obat yang termasuk dalam jenis ini adalah
Hidralazin dan Ecarazine
b) Antagonis Kalsium
Mekanisme antagonis kalsium ion kalsium ke dalam sel
otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatsi dan
turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang
terkenal adalah nifedupiune dan verapamil.
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
b. Non Farmakologis
Menurut Marliani (2007) bahwa perubahan pola hidup
sehat merupakan pengobatan non farmakologis yang bertujuan
menghilangkan faktor resiko yang dapat memperberat penyakit.
Penatalaksanaan non farmakologi misalnya dengan menjalankan
pola hidup sehat, menurunkan berat badan sampai batas ideal
dengan cara membatasi makanan dan mengurangi penggunaan
garam, menghentikan pemakaian alkohol dan narkoba, hidup
dengan pola yang sehat istirahat yang cukup, berhenti merokok,
mengelola stres, melakukan olahraga yang tidak terlalu berat
secara teratur, (Susilo & Wulandari, 2011).
B. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit paling dasar dalam masyarakat yang
memiliki efek-efek paling menonjol terhadap anggotanya dan
pengaruhnya yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang
individu yang dapat menentukan berhasil tidaknya kehidupan individu
tersebut. (Friedman, 1998).
Keluarga merupakan salah satu sumber daya penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga
saat perawatan difokuskan di dalam keluarga, sehingga terbukti
efektifitas perawatan yang dilakukan oleh keluarga akan meningkat
(Gilis & Davis, 1993., dalam Friedman 1998).
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
2. Tugas Keluarga
Beberapa tugas keluarga menurut Friedman, (1998) yaitu :
a. Mampu mengatasi dan mengambil keputusan yang tepat bila
terdapat masalah dalam keluarga tersebut.
b. Mengenal masalah, keluarga harus mampu mengenali masalah
kesehatan yang ada di dalam keluarga.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada.
e. Memelihara lingkungan.
Dari fungsi dan tugas keluarga di atas, dapat disimpulkan bahwa peran
keluarga merupakan sumber utama dalam memberikan sebuah layanan
ksehatan bagi anggota keluarga yang mengalami maslaah kesehatan.
3. Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman, (1998) yaitu :
a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian)
Untuk stabilitas kepribadian keluarga dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan anggota keluarganya termasuk dalam mendaptkan
kesehatan yang layak.
b. Fungsi sosilisasi
Untuk sosialisasi primer yang bertujuan untuk membuat anggota
keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif.
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
c. Fungsi reproduktif
Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup
anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektif.
e. Fungsi-fungsi keperawatan kesehatan
Untuk pengadaan, perawat dan penyedian kebutuhan-kebutuhan
fisik hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan untuk anggota
keluaraga.
4. Jenis Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami,
istri, anak. Keluarga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggota
keluarganya, tetapi anggota keluaraga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan (Friedman, 1998).
Dukungan sosial merupakan informasi verbal maupun non verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang yang dekat dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya,
atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau pengaruh tingkah laku bagi penerimanya. Dukungan
sosial juga dapat didefinisikan sebagai adanya kenyamanan, perhatian,
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
penghargaan atau sikap penerimaan dukungan social tersebut di
peroleh dari kelompok maupun individu (Kuspiatiningsih, 2009).
Dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Keluarga
memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pembentukan
identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Keluarga
memainkan suatu peran yang bersifat mendukung selama masa
penyembuhan dan pemulihan terhadap anggota yang mengalami
masalah ksehatan. Apabila dukungan semacam ini tidak ada maka
keberhasilan penyembuhan atau pemulihan sangat berkurang
(Friedman, 1998).
Menurut Friedman, (1998) ada empat dimensi dukungan keluarga
yaitu :
a. Dukungan emosional
Meliputi ungkapan empati, perhatian dan kepedulian yang
bersangkutan dengan anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan. Misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota
keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk pemulihan
dan penguasaan emosi.
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
b. Dukungan instrumental
Dukungan yang bersifat nyata, bertujuan untuk meringankan beban
atau masalah bagi individu. Sehingga keluarga merupakan sumber
pertolongan yang praktis dan konkrit.
c. Dukungan informasi
Dukungan ini di berikan dalam bentuk informasi, nasehat dan
petunjuk tentang penyelesaian masalah. Keluarga merupakan
penyebar informasi yang dapat memberikan dukungan
pengawasan, serta semangat terhadap pola hidup sehari-hari.
d. Dukungan penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat, atau positif untuk anggota
keluarga yang mengalami yang mengalami masalah kesehatan.
Misalnya: pujian, reward terhadap tindakan atau penyampaian
pesan ataupun masalah, keluarga berperan sebagi pembimbing
seperti dorongan bagi anggota keluarga.
5. Dukungan Keluarga dengan Kesehatan
Secara umum dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi
sebagai koping. Baik dukungan sosial keluarga internal maupun
eksternal terbukti bermanfaat bagi keluaraga saat mengalami masalah
gangguan kesehatan (Friedman, 1998).
Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan anggota
mempengaruhi jalannya penyakit dan status kesehatan anggota
keluarga. Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
masalah-masalah kesehatan dan menjadi actor dalam menentukan
masalah-masalah kesehatan anggota keluarga, keluarga juga harus
dilibatkan dalam program pendidikan dan penyuluhan dan proses
terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga,
mulai dari keadaan sehat (ketika mulai diajarkan pengenalan
kesehatan dan strategi kesehatan) hingga tindakan dan penyembuhan.
Agar keluarga mampu mendukung usaha penderita untuk
mengendalikan hipertensi, ini dapat memberi arti adanya hubungan
yang seimbang antara penderita dengan keluarganya dimana kedua
pihak tersebut dapat mengungkapkan kebutuhan dan kepentingan
mereka secara terbuka (Friedman, 1998).
Semua anggota keluarga harus dilibatkan dalam program
pendidikan dan penyuluhan agar anggota keluarga mampu
mendukung usaha pasien untuk mengendalikan hipertensi, ini
memberi arti adanya hubungan yang adil dan seimbang antar klien
dengan keluarganya dimana kedua pihak tersebut dapat
menegosiasikan dan mengungkapkan kebutuhan dan kepentingan
mereka secara terbuka (Friedman, 1998). Dorongan, penyuluhan
maupun bimbingan harus terus menerus diperlukan agar penderita
hipertensi tersebut mampu melaksankan rencana yang dapat di terima
untuk mematuhi aturan terapinya. Keluarga selalu dilibatkan dalam
program pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan
pasien mendukung kepatuhan terhadap program terapi dan
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
mengetahui kapan harus mencari pertolongan dari profesional
kesehatan (Brunerr and Studdart, 2001).
Penyuluhan perawatan kesehatan sangat penting untuk
menyampaikan informasi mengenai praktek kesehatan keluarga untuk
membantu keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta dapat memenuhi fungsi perawatan kesehatan yang baik dan
menggunakan pelayanan keperawatan kesehatan profesional
(Notoatmodjo, 2003).
C. Lansia
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia merupakan masa yang tidak bisa dielakan oleh
siapapun khususnya bagi yang dikarunia umur panjang. Manusia hanya
bisa melakukan penghambat proses menua agar tidak terlalu cepat,
karena pada hakikatnya dalam proses menua terjadi suatu kemunduran
atau penurunan (Siti, 2011).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Usia lanjut dapat
dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut, maka dari itu orang yang berusia lanjut sangat memerlukan
tindakan keperawatan baik yang brsifat preventif maupun promotif agar
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
mereka dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang
berguna dan bahagia (Maryam, 2008).
Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia World Health
Organization (WHO) dalam Maryam (2008), ada empat tahapan lanjut
usia yang meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle Age) yaitu seseorang yang berusia antara
45-59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) yaitu seseorang yang berusia antar 60-74
tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) yaitu sesorang yang berusia antara 75-90
tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) yaitu seseorang yang berusia di atas 90
tahun.
Sedangkan batasan lansia menurut Depkes RI sebagai berikut :
a. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa prsiapan uisa
lanjut yang menampakan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa
antara usia 45-54 tahun.
b. Usia lanjut dini/prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki usia
lanjut antara 55-64 tahun.
c. Usia lanjut/semua usia 65 tahun ke atas.
d. Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih
dari 70 tahun.
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
2. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan
ekonominya (Nugroho, dalam Maryam, 2008). Tipe tersebut dapat di
jabarkan sebagai berikut :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, brgaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,
dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan pekerjaan apa saja.
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
6. Masalah yang di hadapi Lansia
Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat
dikelompokan ke dalam masalah ekonomi, masalah sosial budaya,
masalah kesehatan, dan masalah psikologis.
a. Masalah ekonomi
Usia lanjut di tandai dengan menurunnya produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini
berakibat pada menurunnya pendapat yang kemudian terkait dengan
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan,
papan, kesehatan, rekreasi dan kebutuhan sosial. Pada sebagian usia
lanjut, karena kondisinya yang tidak memungkinkan, berarti masa
tua tidak produktif lagi dan berkurang atau bahkan tidak
penghasialan. Pada hal di sisi lain, usia lanjut di hadapkan kepada
berbagai kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan
akan makana yang bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
secara rutin, perawat bagi yang menderita penyakit ketuaan,
kebutuhan sosial dan rekreasi.
b. Masalah sosial
Memasuki masa tua di tandai dengan berkurangnya kontak
sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun
teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena
pensiun. Di samping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti atau
keluarga batih (nucleus family) daripada keluarga luas (extended
family) juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Di samping
itu perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, berpengaruh bagi para usia lanjut yang
kurang mendapat perhatian, sehingga sering tersisih dari kehidupan
masyarakat dan terlantar. Kurangnya kontak sosial ini menimbulkan
perasaan kesepian, murung. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat
manusia sebagai mahluk sosial yang dalam hidupnya selalu
membutuhkan kehadiran orang lain.
c. Masalah kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di
indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup manusia
indonesia. Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut dan diikuti
dengan meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah
kesehatan indera pendengaran dan penglihatan. Pada usia lanjut
terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
pada kelemahan oragan, kemunduran fisik, timbulnya berbagai
macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan
menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani
perekonomian baik pada usia lanjut maupun pemerintah karena
masing-masing penyakit memerlukan dukungan dana atau biaya.
d. Masalah psikologis
Masalah psikologis yang di hadapi usai lanjut pada umumnya
meliputi: kesepian, tersaingi dari lingkungan, ketidakberdayaan,
perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan,
keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power
syndrome dan sebagainya. Kehilangan perhatian dan dukungan diri
lingkungan sosial bisanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atu
kedudukan, dapat menimbulkan konflik atau keguncangan. Berbagai
persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi-fungsi fisik
dan psikis sebagai akibat proses penuaan. Aspek psikologis
merupakan faktor penting dalam kehidupan usia lanjut, bahkan
sering lebih menonjol daripada aspek lainnya dalam kehidupan
seorang usia lanjut.
D. Dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan
tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan proses perawatan. Literatur
perawatan-kesehatan mengemukakan bahwa kepatuhan berbanding lurus
dengan tujuan yang dicapai pada program pengobatan yang telah
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
ditentukan (Bastable, 2002, dalam Tumenggung, 2013). Status sehat sakit
para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.
Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan
status kesehatan anggota keluarga. Keluarga merupakan jaringan yang
mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana masalah-masalah
seorang individu dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan
seluruh system. Keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap
pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Keluarga
memainkan suatu peran yang bersifat mendukung selama masa
penyembuhan dan pemulihan klien. Apabila dukungan semacam ini tidak
ada, maka keberhasilan penyembuhan/pemulihan (rehabilitasi) sangat
berkurang (Friedman, 2000, Tumenggung, 2013).
Menurut Niven, (2002), Tumenggung (2013), keluarga dapat
menjadi yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang progran kesehatan
yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan
membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
Penanganan hipertensi meliputi obat anti hipertensi, pembatasan
natrium dan lemak dalam diet, pengaturan berat badan, perubahan gaya
hidup, program latihan, dan tindak lanjut asuhan kesehatan dengan interval
teratur. Ketidakpatuhan terhadap program terapi merupakan masalah yang
besar pada penderita hipertensi. Bila pasien berpartisipasi secara aktif
dalam program termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
diet, kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh
umpan balik sejalan dengan perasaan semakin terkontrol (Smeltzer &
Bare, 2002, Tumenggung, 2013).
Upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi melalui pola
makan sangat penting bagi penderita hipertensi. Pengaturan diit pada
penderita hipertensi dan keteraturan pemeriksaan tekanan darah akan
berhasil apabila pasien patuh. Kepatuhan merupakan tingkat seseorang
dalam melaksanakan aturan-aturan perilaku yang di sarankan. Kepatuhan
pada penderita hipertensi diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan
sesuatu yang dianjurkan dokter atau petugas kesehatan. Dukungan
keluarga juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menjalankan
diet hipertensi (Supriyono dkk, 2012).
Kontriksi arteriole pada penderita hipertensi membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Akibatnya akan
timbul berbagi komplikasi antara lain stroke, infark miokard, gagal ginjal,
dan ensefalopati (kerusakan otak). Kepatuhan berobat pada penderita
hipertensi adalah ketaatan untuk memeriksakan tekanan darah lebih dari
satu kali berturut-turut di Puskesmas untuk mengetahui keadaan tekanan
darahnya. Jika penderita tidak patuh kontrol maka tekanan darah tidak
terkendali dan terjadi komplikasi. (Trianni dkk, 2012).
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
E. Kerangka teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Bustaman, ( 2009), Junaidi, (2010), Friedman, (1998).
Faktor resiko hipertensi
1. Faktor yang dapat diubah:
a. Obesitas
b. Stress
c. Merokok
d. Konsumsi alkohol yang
berlebihan
e. Konsumsi garam yang berlebihan
2. Faktor yang tidak dapat diubah:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
Dukungan keluarga :
1. Dukungan emosional
2. Dukungan instrumental
3. Dukungan informasi
4. Dukungan penghargaan
Kepatuhan lansia penderita
hipertensi dalam
memeriksakan tekanan
darah
Penatalaksanaan hipertensi
1. Farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi yang
menggunakan terapi medis.
2. Non farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi yang
menggunakan terapi non medis,
seperti pola hidup sehat, kurangi
stress, olahraga dll.
Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016