BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf ·...

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Tekanan darah Tekanan darah adalah dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh, sebagai analogi, bayangkan kran air jika suplai air terganggu dan „tekanan air rendah‟, maka aliran air di kran menjadi lambat dan hanya berupa tetesan air. Tekanan darah berperan penting, karena tanpanya darah tidak akan mengalir (Anna & Bryan, 2015). Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa, untuk mendorong agar darah terus mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tekanan darah ini diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu melawan gravitasi, serta hambatan dalam dinding pembuluh darah. Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Angka lebih tinggi yang diperoleh pada saat jantung berkontraksi disebut tekanan darah sistolik. Angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik (Khasanah, 2012). 11 Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Tekanan darah

Tekanan darah adalah dorongan darah ke dinding arteri saat

darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh, sebagai analogi,

bayangkan kran air jika suplai air terganggu dan „tekanan air rendah‟,

maka aliran air di kran menjadi lambat dan hanya berupa tetesan air.

Tekanan darah berperan penting, karena tanpanya darah tidak akan

mengalir (Anna & Bryan, 2015).

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung

yang berkontraksi seperti pompa, untuk mendorong agar darah terus

mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tekanan darah ini

diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu melawan gravitasi,

serta hambatan dalam dinding pembuluh darah. Tekanan darah dibagi

menjadi dua, yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Angka lebih

tinggi yang diperoleh pada saat jantung berkontraksi disebut tekanan

darah sistolik. Angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung

berelaksasi disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah ditulis

sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik (Khasanah,

2012).

11

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

12

Batas normal adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140

mmHg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah

termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan

diastolik di atas 99 mmHg, dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut

selama selang waktu 2-8 minggu (Martuti A, 2009).

2. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan arteri

sistemik yang menetap diatas batas normal yang telah disepakati,

dengan nilai sistolik 140mmHg dan diastolik 90mmHg dan salah satu

pencetus terjadinya penyakit jantung, ginjal, dan stroke (Elokdyah, M,

2007).

Kevin, Michelle, stephanie, dan tracy (2014), menyimpulkan

bahwa Hipertensi didefisinikan sebagai tekanan darah yang konsisten

di atas 140/90 mmHg atau 130/80 mmHg jika menderita diabetes atau

gagal ginjal kronis. Hipertensi lebih sering terjadi pada pria hingga

usia 45 tahun, dan prevalensi tertinggi terjadi pada wanita berusia di

atas 65 tahun. Warna kulit hitam dan hispanik memiliki kemungkinan

2 kali untuk menderita hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-

menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole

konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanna melawan dinding arteri. Hipertensi menambah

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

13

beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan

kerusakan jantung dan pembuluh darah (Wajan Juni, 2010).

3. Epidemologi Penyakit Hipertensi

Pada awal mula istilah epidemologi hanya terbatas pada wabah

penyakit menular. Sesuai dengan perekmbangan jaman kemudian

epidemologi mulai masuk kedalam penyakit tidak menular, seperti

halnya penyakit degeneratif, penyakit akibat populasi dan penyakit

kanker bahkan epidemlogi juga membahas masalah kecelakaan lalu

lintas dewasa ini (Wahyuningsih, 2009). Sebagai gambaran umum,

masalah hipertensi di tinjau dari segi epidemologi adalah:

a. Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai

suatu proses penuaan, hipertensi tentu umumnya ditemukan pada

orang tua. Ditemukan kecenderungan peningkatan pervalensi

berdasarkan usia.

b. Sebagian besar penderita tidak menyadari bahwa dirinya sebagai

penderita hipertensi oleh karena itu cenderung penderita tidak

berusaha merubah gaya hidup yang dapat menyebabkan hipertensi

bertambah parah.

c. Sebanyak 70% merupakan hipertensi ringan karena itu hipertensi

banyak diremehkan atau terabaikan sehingga menjadi ganas.

d. Sebesar 90% adalah hipertensi essential, mereka dengan hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti sehingga

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

14

menyulitkan untuk mencari bentuk intervensi atau pengobatan

yang sesuai.

4. Jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau

lebih, pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak di

ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi

duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih

kunjungan (Chandra, 2014).

b. Hipertensi Sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi sekunder, yang disefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya

seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi

oral, coarcstation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis,

ganggua psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler,

luka bakar, dan stress (Wajan, 2010).

5. Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi esensial atau primer tidak diketahui dengan

pasti. Hipertensi ini di sebabkan oleh berbagi faktor yang saling

berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor yang di ketahui

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

15

yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, strees akut,

kerusakan vaskuler dan lain-lain. Resiko relatif hipertensi tergantung

pada jumlah dan keparahan dari faktor resiko yang dapat dimodifikasi

dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor –faktor yang tidak dapat

dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.

Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan

nutrisi (Yogiantoro, 2006).

Menurut Bustaman, (2009) Faktor yang menyebabkan hipertensi

terbagi menjadi dua yaitu:

a. Faktor yang dapat dikontrol, pada faktor yang dapat di kontrol

antara lain obesitas, stress, merokok, konsumsi garam yang

berlebihan, kebiasan makan dan konsumsi alkohol.

b. Faktor-faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat di

kontrol seperti usia, jenis kelamin, dan Ras.

Hipertensi juga berhubungan dengan komposisi tubuh, asupan

maknan, faktor emosi, dan gaya hidup. Berhubungan dari 90%

penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi

primer maka secara umum yang di sebut hipertensi primer (esensial)

(Kusmana, 2007 ).

1) Faktor yang dapat diubah:

a) Obesitas

Kelebihan berat badan meningkatkan resiko sesorang terserang

penyakit hipertensi. Semakin besar masa tubuh, maka semakin

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

16

banyak pula darah yang di butuhkan untuk memasok oksigen

dan makanan ke jaringan tubuh. Maka volume darah yang

beredar melalui pembuluh darah meningkat. Sehingga akan

memberi tekanan lebih besar ke dinding arteri. Selain itu

obesitas dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan

kadar insulin dalam darah (Martuti, 2009).

b) Stress

Stress adalah interaksi antara seseorang dengan lingkungan

termasuk penilaian sesorang terhadap tekanan dari suatu

kejadian dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi

tekanan tersebut, keadaan ini diikuti respon secara fisiologis

dapat berupa rangsangan fisik meningkat, perut mules, badan

berkeringat, jantung berdebar-debar. Respon secara perilaku

antara lain mudah marah, mudah lupa, dan susah berkosentrasi

(Stuart, 2007).

c) Merokok

Individu yang terus menerus menggunakan tembakau

cenderung meningkatkan resiko hipertensi. Hal ini disebabkan

karena adanya konsumsi komulatif dari penggunaan tembakau.

Apapun yang menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat

menaikan tekanan darah, termasuk nikotin yang ada dalam

rokok. Nikotin merangsang sistem syaraf simpatik, sehingga

pada ujung syaraf melepaskan hormon stress norepineprihne

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

17

dan segera meningkatkan hormone reseptor alpha. Hormon ini

mengalir dalam pembuluh darah dan seluruh tubuh. Oleh

karena itu jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh

darah akan mengkerut. Selanjutnya akan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah dan menghalngi arus darah

secara normal, sehingga tekanan darah meningkat (WHO,

2009).

Nikotin meningkatkan tekanan darah dengan merangsang

untuk melepaskan sistem hormonal kimia, yaitu

norephinephirin melalui syaraf adrenegrik dan meningkartkan

katekkolamin yang dikeluarkan medulla adrenal. Volume darah

merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan pada

system pengendalian darah. Karena volume darah dan jumlah

kapasitas pembuluh darah harus selalu sama dan seimbang jika

terjadi perubahan diameter pembuluh darah (penyempitan

pembuluh darah) maka akan terjadi perubahan pada nilai

osmotil (Ibnu, 2006).

d) Konsumsi alkohol yang berlebihan

Alkohol juga dihubungkan dengan peningkatan darah peminum

alkohol berat akan cenderung hipertensi meskipun

mekanismenya timbulnya hipertensi yang pasti belum

diketahui. Beberapa studi menunjukan hubungan langsung

antara tekanan darah dan asupan alkohol dan di antarnya

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

18

melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak

apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar

setiap harinya (Karyadi, 2005).

e) Konsumsi garam yang berlebihan

Konsumsi garam yang berlebihan mengakibatkan tekanan

darah meningkat. Penelitian telah membuktikan bahwa

pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah

dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik akan

menurunkan tekanan darah. Garam terdapat dua komponen

mineral, natrium dan klorida yang sangat dibutuhkan untuk

menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, transmisi

syaraf, serta kontaksi otot. Garam adalah zat tambahan

makanan sesudah gula, yang digunakan atau di salahgunakan.

Apabila mengkonsumsi garam terlalu banyak dari yang dapat

diolah oleh ginjal maka kelebihan garam akan di timbun dan

harus dicairkan sebelum tubuh menanganinya. Jadi tubuh harus

menahan berkilogram air, hanya untuk menjaga agar kelebihan

garam tetap cair. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah,

karena ginjal harus mendorong cairan garam itu melalui

penyaring-penyaring yang terdapat pada ginjal (Bustaman,

2007).

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

19

2) Faktor yang tidak dapat diubah:

a) Umur

Menurut Elsanti, (2009), usia dapat meningkatkan resiko

penyakit hipertensi. Walupun penyakit hipertensi dapat terjadi

pada segala usia, kenaikan umur seseorang sebanding dengan

kenaikan tekanan darah. Penambahan usia menyebabkan

semakin hilang daya elastisitas dari pembuluh darah yang

mengakibatkan arteri dan aorta kehilangan daya untuk

menyesuaikan diri dengan aliran darah, oleh sebab itu orang

yang lebih tua akan cenderung lebih terkena hipertensi daripada

orang yang lebih muda. Sering dengan bertambahnya usia

pengetahuan orang bertambah tentang hipertensi. Individu

berumur lebih dari 60 tahun mempunyai tekanan darah yang

lebih besar dari orang lain sebesar 50% - 60% hal itu terjadi

karena degenerasi yang terjadi pada orang lanjut usia.

b) Jenis Kelamin

Gender berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, dimana pria

lebih banyak yang menderita hipertensi di bandingkan dengan

wanita dengan ratio sekitar 2,29 untuk knaikan tekanan darah

sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah sistolik. Pria

diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

meningkatkan tekanan darah di bandingkan wanita. Namun

setelah memasuki monopause, pervalensi hipertensi pada

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

20

wanita tinggi. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya

hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria

yang dia akibatkan oleh faktor hormonal (DepKes RI, 2006).

c) Ras

Menurut Junaidi (2010), genetik merupakan salah satu faktor

yang dapat memicu timbulnya hipertensi terlebih lagi hipertensi

primer. Jika kedua orang tua kita menderita hipertensi maka

kemungkinan kita terserang penyakit hipertensi adalah 60% dan

apabila hanya satu dari orang tua kita terserang hipertensi maka

pervalensi kita untuk terserang akan menurun menjadi 25%.

Adanya faktor genetik pada suatu keluarga akan mengakibatkan

keluarga tersebut mempunyai faktor keturunan yang sama

beresiko terkena hipertensi. Sifat bawaan dari orang tua, kita

warisi melalui gen sehingga akan diwariskan kepada

keturunannya.

6. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif, (2013) bahwa tanda dan gejala yang disebabkan

oleh penyakit hipertensi yaitu :

a. Gejala yang tidak di rasakan

Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan

perubahan kondisi tubuh. Seringkali hal ini yang menyebabkan

banyak penderita hipertensi terlalu mengabaikan kondisinya karena

memang gejala atau keluhan yang tidak dirasakan.

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

21

b. Gejala yang umum

Gejala yang umum pada penyakit hipertensi adalah nyeri pada

kepala dan kelelahan. Beberapa penderita yang memerlukan

pertolongan medis karena mereka mengeluh sakit kepala, pusing,

lemes, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual, muntah, epistaksi,

kesadran menurun.

7. Penatalaksanaan Penyakit Hipertensi

Menurut WHO, (2009) penyakit hipertensi memang penyakit

berbahaya, namun bukan berarti orang yang menderita hipertensi ini

seumur hidupnya, karena hipertensi dapat dikontrol atau dapat

dikendalikan, oleh karena itu sangat dibutuhkan kepatuhan dalam

memeriksakan tekanan darahnya yang tepat sasaran dan

berkesinambungan. Salah satu masalah utama dalam mengontrol

penyakit hipertensi adalah kemampuan penderita hipertensi untuk

patuh dan taat terhadap tenaga kesehatan.

Tujuan dari penatalaksanaan hipertensi adalah mencegah terjadinya

morbiditas dan moralitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg, (Smeltzer &

Bare, 2008).

Menurut Junaidi (2010), penatalaksanaan penderita hipertensi

dapat dibagi menjadi dua yaitu secara farmakologis dan non

farmakologis, yaitu :

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

22

a. Farmakologis

Merupakan pengobatan yang didasarkan pada obat-obatan

medis. Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan jangka

panjang bahkan mungkin sampai seumur hidup. Diantarnya yaitu :

1) Obat yang terkenal dari jenis beta-blocker adalah propanol,

atenolol, pindolo dan sebagainya.

2) Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non

adrenalin sehingga menurunkan aktivitas syaraf adrenergic

perifer dan turunnya tekanan darah. Pengguna obat ini perlu

memperhatikan efek hipertensi ortostatik. Obat yang ternasuk

jenis ini adalah clonidine, guanfacine dan metildopa.

a) Vosodilator

Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding

arteriole sehingga daya tahan perifer berkurang dan tekanan

darah menurun, obat yang termasuk dalam jenis ini adalah

Hidralazin dan Ecarazine

b) Antagonis Kalsium

Mekanisme antagonis kalsium ion kalsium ke dalam sel

otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatsi dan

turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang

terkenal adalah nifedupiune dan verapamil.

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

23

b. Non Farmakologis

Menurut Marliani (2007) bahwa perubahan pola hidup

sehat merupakan pengobatan non farmakologis yang bertujuan

menghilangkan faktor resiko yang dapat memperberat penyakit.

Penatalaksanaan non farmakologi misalnya dengan menjalankan

pola hidup sehat, menurunkan berat badan sampai batas ideal

dengan cara membatasi makanan dan mengurangi penggunaan

garam, menghentikan pemakaian alkohol dan narkoba, hidup

dengan pola yang sehat istirahat yang cukup, berhenti merokok,

mengelola stres, melakukan olahraga yang tidak terlalu berat

secara teratur, (Susilo & Wulandari, 2011).

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit paling dasar dalam masyarakat yang

memiliki efek-efek paling menonjol terhadap anggotanya dan

pengaruhnya yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang

individu yang dapat menentukan berhasil tidaknya kehidupan individu

tersebut. (Friedman, 1998).

Keluarga merupakan salah satu sumber daya penting dalam

memberikan pelayanan kesehatan, baik bagi individu maupun keluarga

saat perawatan difokuskan di dalam keluarga, sehingga terbukti

efektifitas perawatan yang dilakukan oleh keluarga akan meningkat

(Gilis & Davis, 1993., dalam Friedman 1998).

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

24

2. Tugas Keluarga

Beberapa tugas keluarga menurut Friedman, (1998) yaitu :

a. Mampu mengatasi dan mengambil keputusan yang tepat bila

terdapat masalah dalam keluarga tersebut.

b. Mengenal masalah, keluarga harus mampu mengenali masalah

kesehatan yang ada di dalam keluarga.

c. Merawat anggota keluarga yang sakit.

d. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada.

e. Memelihara lingkungan.

Dari fungsi dan tugas keluarga di atas, dapat disimpulkan bahwa peran

keluarga merupakan sumber utama dalam memberikan sebuah layanan

ksehatan bagi anggota keluarga yang mengalami maslaah kesehatan.

3. Fungsi Keluarga

Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman, (1998) yaitu :

a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian)

Untuk stabilitas kepribadian keluarga dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan anggota keluarganya termasuk dalam mendaptkan

kesehatan yang layak.

b. Fungsi sosilisasi

Untuk sosialisasi primer yang bertujuan untuk membuat anggota

keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif.

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

25

c. Fungsi reproduktif

Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup

anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektif.

e. Fungsi-fungsi keperawatan kesehatan

Untuk pengadaan, perawat dan penyedian kebutuhan-kebutuhan

fisik hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan untuk anggota

keluaraga.

4. Jenis Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami,

istri, anak. Keluarga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggota

keluarganya, tetapi anggota keluaraga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan (Friedman, 1998).

Dukungan sosial merupakan informasi verbal maupun non verbal,

saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh

orang-orang yang dekat dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya,

atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional atau pengaruh tingkah laku bagi penerimanya. Dukungan

sosial juga dapat didefinisikan sebagai adanya kenyamanan, perhatian,

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

26

penghargaan atau sikap penerimaan dukungan social tersebut di

peroleh dari kelompok maupun individu (Kuspiatiningsih, 2009).

Dukungan sosial keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Keluarga

memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pembentukan

identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Keluarga

memainkan suatu peran yang bersifat mendukung selama masa

penyembuhan dan pemulihan terhadap anggota yang mengalami

masalah ksehatan. Apabila dukungan semacam ini tidak ada maka

keberhasilan penyembuhan atau pemulihan sangat berkurang

(Friedman, 1998).

Menurut Friedman, (1998) ada empat dimensi dukungan keluarga

yaitu :

a. Dukungan emosional

Meliputi ungkapan empati, perhatian dan kepedulian yang

bersangkutan dengan anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan. Misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota

keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk pemulihan

dan penguasaan emosi.

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

27

b. Dukungan instrumental

Dukungan yang bersifat nyata, bertujuan untuk meringankan beban

atau masalah bagi individu. Sehingga keluarga merupakan sumber

pertolongan yang praktis dan konkrit.

c. Dukungan informasi

Dukungan ini di berikan dalam bentuk informasi, nasehat dan

petunjuk tentang penyelesaian masalah. Keluarga merupakan

penyebar informasi yang dapat memberikan dukungan

pengawasan, serta semangat terhadap pola hidup sehari-hari.

d. Dukungan penghargaan

Terjadi lewat ungkapan hormat, atau positif untuk anggota

keluarga yang mengalami yang mengalami masalah kesehatan.

Misalnya: pujian, reward terhadap tindakan atau penyampaian

pesan ataupun masalah, keluarga berperan sebagi pembimbing

seperti dorongan bagi anggota keluarga.

5. Dukungan Keluarga dengan Kesehatan

Secara umum dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi

sebagai koping. Baik dukungan sosial keluarga internal maupun

eksternal terbukti bermanfaat bagi keluaraga saat mengalami masalah

gangguan kesehatan (Friedman, 1998).

Status sehat atau sakit para anggota keluarga dan anggota

mempengaruhi jalannya penyakit dan status kesehatan anggota

keluarga. Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

28

masalah-masalah kesehatan dan menjadi actor dalam menentukan

masalah-masalah kesehatan anggota keluarga, keluarga juga harus

dilibatkan dalam program pendidikan dan penyuluhan dan proses

terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga,

mulai dari keadaan sehat (ketika mulai diajarkan pengenalan

kesehatan dan strategi kesehatan) hingga tindakan dan penyembuhan.

Agar keluarga mampu mendukung usaha penderita untuk

mengendalikan hipertensi, ini dapat memberi arti adanya hubungan

yang seimbang antara penderita dengan keluarganya dimana kedua

pihak tersebut dapat mengungkapkan kebutuhan dan kepentingan

mereka secara terbuka (Friedman, 1998).

Semua anggota keluarga harus dilibatkan dalam program

pendidikan dan penyuluhan agar anggota keluarga mampu

mendukung usaha pasien untuk mengendalikan hipertensi, ini

memberi arti adanya hubungan yang adil dan seimbang antar klien

dengan keluarganya dimana kedua pihak tersebut dapat

menegosiasikan dan mengungkapkan kebutuhan dan kepentingan

mereka secara terbuka (Friedman, 1998). Dorongan, penyuluhan

maupun bimbingan harus terus menerus diperlukan agar penderita

hipertensi tersebut mampu melaksankan rencana yang dapat di terima

untuk mematuhi aturan terapinya. Keluarga selalu dilibatkan dalam

program pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan

pasien mendukung kepatuhan terhadap program terapi dan

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

29

mengetahui kapan harus mencari pertolongan dari profesional

kesehatan (Brunerr and Studdart, 2001).

Penyuluhan perawatan kesehatan sangat penting untuk

menyampaikan informasi mengenai praktek kesehatan keluarga untuk

membantu keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta dapat memenuhi fungsi perawatan kesehatan yang baik dan

menggunakan pelayanan keperawatan kesehatan profesional

(Notoatmodjo, 2003).

C. Lansia

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia merupakan masa yang tidak bisa dielakan oleh

siapapun khususnya bagi yang dikarunia umur panjang. Manusia hanya

bisa melakukan penghambat proses menua agar tidak terlalu cepat,

karena pada hakikatnya dalam proses menua terjadi suatu kemunduran

atau penurunan (Siti, 2011).

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk

hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Usia lanjut dapat

dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia

tersebut, maka dari itu orang yang berusia lanjut sangat memerlukan

tindakan keperawatan baik yang brsifat preventif maupun promotif agar

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

30

mereka dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang

berguna dan bahagia (Maryam, 2008).

Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia World Health

Organization (WHO) dalam Maryam (2008), ada empat tahapan lanjut

usia yang meliputi :

a. Usia pertengahan (Middle Age) yaitu seseorang yang berusia antara

45-59 tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) yaitu seseorang yang berusia antar 60-74

tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) yaitu sesorang yang berusia antara 75-90

tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) yaitu seseorang yang berusia di atas 90

tahun.

Sedangkan batasan lansia menurut Depkes RI sebagai berikut :

a. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa prsiapan uisa

lanjut yang menampakan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa

antara usia 45-54 tahun.

b. Usia lanjut dini/prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki usia

lanjut antara 55-64 tahun.

c. Usia lanjut/semua usia 65 tahun ke atas.

d. Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih

dari 70 tahun.

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

31

2. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan

ekonominya (Nugroho, dalam Maryam, 2008). Tipe tersebut dapat di

jabarkan sebagai berikut :

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi

panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, brgaul dengan teman, dan memenuhi

undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,

dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,

dan melakukan pekerjaan apa saja.

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

32

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe

dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan

serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam

melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

6. Masalah yang di hadapi Lansia

Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat

dikelompokan ke dalam masalah ekonomi, masalah sosial budaya,

masalah kesehatan, dan masalah psikologis.

a. Masalah ekonomi

Usia lanjut di tandai dengan menurunnya produktivitas kerja,

memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini

berakibat pada menurunnya pendapat yang kemudian terkait dengan

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan,

papan, kesehatan, rekreasi dan kebutuhan sosial. Pada sebagian usia

lanjut, karena kondisinya yang tidak memungkinkan, berarti masa

tua tidak produktif lagi dan berkurang atau bahkan tidak

penghasialan. Pada hal di sisi lain, usia lanjut di hadapkan kepada

berbagai kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan

akan makana yang bergizi dan seimbang, pemeriksaan kesehatan

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

33

secara rutin, perawat bagi yang menderita penyakit ketuaan,

kebutuhan sosial dan rekreasi.

b. Masalah sosial

Memasuki masa tua di tandai dengan berkurangnya kontak

sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun

teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena

pensiun. Di samping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti atau

keluarga batih (nucleus family) daripada keluarga luas (extended

family) juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Di samping

itu perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan

masyarakat individualistik, berpengaruh bagi para usia lanjut yang

kurang mendapat perhatian, sehingga sering tersisih dari kehidupan

masyarakat dan terlantar. Kurangnya kontak sosial ini menimbulkan

perasaan kesepian, murung. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat

manusia sebagai mahluk sosial yang dalam hidupnya selalu

membutuhkan kehadiran orang lain.

c. Masalah kesehatan

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di

indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup manusia

indonesia. Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut dan diikuti

dengan meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah

kesehatan indera pendengaran dan penglihatan. Pada usia lanjut

terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

34

pada kelemahan oragan, kemunduran fisik, timbulnya berbagai

macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan

menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani

perekonomian baik pada usia lanjut maupun pemerintah karena

masing-masing penyakit memerlukan dukungan dana atau biaya.

d. Masalah psikologis

Masalah psikologis yang di hadapi usai lanjut pada umumnya

meliputi: kesepian, tersaingi dari lingkungan, ketidakberdayaan,

perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan,

keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power

syndrome dan sebagainya. Kehilangan perhatian dan dukungan diri

lingkungan sosial bisanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atu

kedudukan, dapat menimbulkan konflik atau keguncangan. Berbagai

persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi-fungsi fisik

dan psikis sebagai akibat proses penuaan. Aspek psikologis

merupakan faktor penting dalam kehidupan usia lanjut, bahkan

sering lebih menonjol daripada aspek lainnya dalam kehidupan

seorang usia lanjut.

D. Dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan

tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan proses perawatan. Literatur

perawatan-kesehatan mengemukakan bahwa kepatuhan berbanding lurus

dengan tujuan yang dicapai pada program pengobatan yang telah

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

35

ditentukan (Bastable, 2002, dalam Tumenggung, 2013). Status sehat sakit

para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.

Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan

status kesehatan anggota keluarga. Keluarga merupakan jaringan yang

mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana masalah-masalah

seorang individu dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan

seluruh system. Keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap

pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Keluarga

memainkan suatu peran yang bersifat mendukung selama masa

penyembuhan dan pemulihan klien. Apabila dukungan semacam ini tidak

ada, maka keberhasilan penyembuhan/pemulihan (rehabilitasi) sangat

berkurang (Friedman, 2000, Tumenggung, 2013).

Menurut Niven, (2002), Tumenggung (2013), keluarga dapat

menjadi yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai

kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang progran kesehatan

yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan

membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.

Penanganan hipertensi meliputi obat anti hipertensi, pembatasan

natrium dan lemak dalam diet, pengaturan berat badan, perubahan gaya

hidup, program latihan, dan tindak lanjut asuhan kesehatan dengan interval

teratur. Ketidakpatuhan terhadap program terapi merupakan masalah yang

besar pada penderita hipertensi. Bila pasien berpartisipasi secara aktif

dalam program termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

36

diet, kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh

umpan balik sejalan dengan perasaan semakin terkontrol (Smeltzer &

Bare, 2002, Tumenggung, 2013).

Upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi melalui pola

makan sangat penting bagi penderita hipertensi. Pengaturan diit pada

penderita hipertensi dan keteraturan pemeriksaan tekanan darah akan

berhasil apabila pasien patuh. Kepatuhan merupakan tingkat seseorang

dalam melaksanakan aturan-aturan perilaku yang di sarankan. Kepatuhan

pada penderita hipertensi diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan

sesuatu yang dianjurkan dokter atau petugas kesehatan. Dukungan

keluarga juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menjalankan

diet hipertensi (Supriyono dkk, 2012).

Kontriksi arteriole pada penderita hipertensi membuat darah sulit

mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi

menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Akibatnya akan

timbul berbagi komplikasi antara lain stroke, infark miokard, gagal ginjal,

dan ensefalopati (kerusakan otak). Kepatuhan berobat pada penderita

hipertensi adalah ketaatan untuk memeriksakan tekanan darah lebih dari

satu kali berturut-turut di Puskesmas untuk mengetahui keadaan tekanan

darahnya. Jika penderita tidak patuh kontrol maka tekanan darah tidak

terkendali dan terjadi komplikasi. (Trianni dkk, 2012).

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.repository.ump.ac.id/1522/3/OKA PRAMUDYA BAB II.pdf · duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih kunjungan (Chandra, 2014).

37

E. Kerangka teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Bustaman, ( 2009), Junaidi, (2010), Friedman, (1998).

Faktor resiko hipertensi

1. Faktor yang dapat diubah:

a. Obesitas

b. Stress

c. Merokok

d. Konsumsi alkohol yang

berlebihan

e. Konsumsi garam yang berlebihan

2. Faktor yang tidak dapat diubah:

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Ras

Dukungan keluarga :

1. Dukungan emosional

2. Dukungan instrumental

3. Dukungan informasi

4. Dukungan penghargaan

Kepatuhan lansia penderita

hipertensi dalam

memeriksakan tekanan

darah

Penatalaksanaan hipertensi

1. Farmakologi

Penatalaksanaan hipertensi yang

menggunakan terapi medis.

2. Non farmakologi

Penatalaksanaan hipertensi yang

menggunakan terapi non medis,

seperti pola hidup sehat, kurangi

stress, olahraga dll.

Gambaran DUkungan Keluarga..., OKA PRAMUDYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016