BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf ·...

15
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu sindrom klinik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dl atau postpradial ≥ 200 mg/dl). Bila diabetes mellitus tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat (Gunawan, 2008). 2. Patofisiologi Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke sel sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Lipolisis bertambah dan lipogenesis terhambat, akibatnya dalam jaringan banyak tertimbun asetil KoA (zat yang penting pada siklus asam sistrat dan prekursor utama dari lipid dan steroid, terbentuk dengan cara menggabungkan gugus asetil pada koenzim A selama oksidasi karbohidrat, asam lemak atau asam-asam amino), dan senyawa ini akan banyak diubah menjadi zat keton karena terhambatnya siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb’s Cycle). Zat keton merupakan sumber energi yang berguna terutama pada saat puasa. Metabolisme zat keton pada pasien DM meningkat, karena jumlahnya yang terbentuk lebih banyak daripada yang dimetabolisme. Keadaan ini disebut ketoasidosis yang ditandai dengan napas yang cepat dan dalam disertai adanya bau aseton (Tjay, 2007). Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes

Mellitus (DM) merupakan suatu sindrom klinik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126

mg/dl atau postpradial ≥ 200 mg/dl). Bila diabetes mellitus tidak segera

diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein, dan resiko

timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat

(Gunawan, 2008).

2. Patofisiologi

Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa

darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar.

Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan terganggu,

glukosa tidak dapat masuk ke sel sehingga energi terutama diperoleh dari

metabolisme protein dan lemak. Lipolisis bertambah dan lipogenesis

terhambat, akibatnya dalam jaringan banyak tertimbun asetil KoA (zat

yang penting pada siklus asam sistrat dan prekursor utama dari lipid dan

steroid, terbentuk dengan cara menggabungkan gugus asetil pada koenzim

A selama oksidasi karbohidrat, asam lemak atau asam-asam amino), dan

senyawa ini akan banyak diubah menjadi zat keton karena terhambatnya

siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb’s Cycle). Zat keton merupakan

sumber energi yang berguna terutama pada saat puasa. Metabolisme zat

keton pada pasien DM meningkat, karena jumlahnya yang terbentuk lebih

banyak daripada yang dimetabolisme. Keadaan ini disebut ketoasidosis

yang ditandai dengan napas yang cepat dan dalam disertai adanya bau

aseton (Tjay, 2007).

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

5

3. Jenis Diabetes Mellitus

a. Tipe 1

Diabetes ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya,

diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita

diabetes (Depkes RI, 2005). Pada DM tipe 1 disebabkan karena rusaknya

sel-β pankreas dan seringkali terjadi pada pasien di bawah 15 tahun

(Walker R, 2003). Namun ada pula yang disebabkan oleh bermacam-

macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, herpes dan lain

sebagainya. Ada beberapa tipe autoantibodi yang dihubungkan dengan

DM tipe 1, antara lain: ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA

(Islet Cell Surface Antibodies), dan antibodi terhadap GAD (Glutamic

Acid Decarboxylase) (Depkes RI, 2005).

b. Tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 paling banyak menyerang orang dewasa.

Penderita DM tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi diabetes,

yang umumnya berusia diatas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini DM tipe 2 di

kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat (Depkes RI,

2005). Pada DM tipe 2 lebih disebabkan karena faktor genetik dan obesitas

(Walker R, 2003). Berbeda dengan DM tipe 1, pada penderita DM tipe 2

terutama yang berada pada tahap awal umumnya dapat dideteksi jumlah

insulin yang cukup didalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga

tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM tipe 2 bukan disebabkan oleh

kurangnya sekresi insulin tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau

tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazin disebut

sebagai “Resistensi insulin” (Depkes RI, 2005).

4. Komplikasi

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa

komplikasi yang sering terjadi dan harus diwaspadai (Depkes RI, 2005).

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

6

a. Hipoglikemia

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita

merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam

(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung

meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong

dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian (Depkes RI, 2005).

Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50

mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan

gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma diatas 50 mg/dl. Kadar

glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak

mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat

rusak. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes

mellitus tipe 1, yang dapat dialami 1-2 kali per minggu. Dari hasil

survei yang pernah dilakukan di Inggris diperkirakan 2-4% kematian

pada penderita diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh serangan

hipoglikemia. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, serangan

hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut

mendapat terapi insulin. Serangan hipoglikemia pada penderita

diabetes umumnya terjadi apabila penderita:

1) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)

2) Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh

dokter atau ahli gizi

3) Berolahraga terlalu berat

4) Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada

seharusnya

5) Minum alcohol

6) Stres

7) Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan resiko

hipoglikemia

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

7

Disamping penyebab diatas, pada penderita DM perlu diperhatikan

apabila penderita mengalai hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya

adalah :

1) Dosis insulin yang berlebihan

2) Saat pemberian yang tidak tepat

3) Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik

berlebihan

4) Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu

terhadaap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis

(Depkes RI, 2005)

b. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak

secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan oleh stress, infeksi, dan

konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan

poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan

pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat

dicegah tidak menjadi parah. Hiperglikemia dapat memperburuk

gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi,

dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama

dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,

antara lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis = DKA) yang

dapat berakibat fatal dan membawa kematian. Hiperglikmia dapat

dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat (Depkes RI,

2005).

c. Komplikasi makrovaskular

Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang

pada penderita diebates adalah penyakit jantung koroner (coronary

heart disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit

pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease = PVD).

Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi pada dapat

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

8

juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan

komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang

umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan.

Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal

dengan berbagai nama, antara lain: Syndrome X, Cardiac

Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin

Resistance Syndrome. Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar

resikonya pada penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi

terhadap jantung sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian

tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes

sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80

mmHg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya

hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi

seimbang, berolahraga secara teratur, tidak merokok, mengurangi

stress dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005).

d. Komplikasi mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes

mellitus tipe 1. Hiperglikemia yang persiten dan pembentukan protein

yang terglikasi (HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah

menjadi makin lemah dan rapuh serta terjadi penyumbatan pada

pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong

timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskular, antara lain

retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena kondisi

hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor

genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisi

hiperglikemia yang sama, berbeda resiko komplikasi

mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat untuk

perkembangan komplikasi mikrivaskular tetap lama (durasi) dan

tingkat keparahan diabetes. Satu-satunya cara yang signifikan untuk

mencegah atau memperlambat jalan perkembangan komplikasi

mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar gula darah yang

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

9

ketat. Pengendalian intensif dengan menggunakan suntikan insulin

multi-dosis atau dengan pompa insulin yang disertai dengan

monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan resiko

timbulnya komplikasi mikrovaskular sampai 60% (Depkes RI, 2005).

5. Penatalaksanaan DM Tipe 2

Lakukan setiap step jika target tidak tercapai (umumnya HbA1c <7.0%)

Lini 1

Lini 2

Lini 3

Lini 4

= Pendekatan Umum

= Pendekatan Alternatif

Gambar 1. Algoritma terapi DM 2 menurut International Diabetes Federation (IDF),

2012.

Penghambat α-

glukosidase atau

DPP-4 atau

Thiazolidinedione

Penghambat α-

glukosidase atau

DPP-4 atau

Thiazolidinedione

Basal Insulin

atau

Pre-Mix Insulin atau

Pengaturan Pola Hidup

Metformin

Sulfonilurea atau

Penghambat α-

glukosidase

Sulfonilurea

Metformin

(jika bukan lini 1)

GLP-1

agonist

Basal+

meal-time

insulin

atau

atau

Basal insulin, atau

Pre-mix insulin

(Later basal+meal-

time)

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

10

a. Terapi Farmakologi

1) Insulin

Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi

dari pankreas babi maupun sapi, tetapi kini telah dapat disintesis

dengan teknologi rekombinan DNA menggunakan E. Coli.

Hormon ini dimetabolisme terutama di hati, ginjal, dan otot

(Depkes RI, 2000)

2) Obat Hiperglikemik Oral (OHO)

Secara umum, DM dapat diatasi dengan obat-obat antidiabetes

yang secara medis disebut obat hipoglikemia oral (OHO). Obat ini

tidak boleh sembarangan dikonsumsi karena dikhawatirkan

penderita menjadi hipoglikemia. Pasien yang mungkin berespon

terhadap obat hipoglikemik oral adalah mereka yang diabetesnya

berkembang kurang dari 5 tahun. Pasien yang sudah lama

menderita diabetes mungkin memerlukan suatu kombinasi obat

hipoglikemik dan insulin untuk mengontrol hiperglikemiknya.

Obat-obat hipoglikemik oral dibagi atas 5 golongan:

a) Golongan sulfonilurea

Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau

langerhans, sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Disamping

itu, kepekaan sel-sel beta bagi kadar glukosa darah juga

diperbesar melalui pengaruhnya atas protein transport glukosa.

Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes mellitus tipe 2

yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja

cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga

memperbaiki kepekaan organ tujuan bagi insulin dan

menurunkan absorbsi insulin oleh hati (Tjay, 2007).

b) Golongan biguanide

Metformin adalah satu-satunya golongan biguanid yang

tersedia, bekerja menghambat glukoneogenesis dan

meningkatkan penggunaan glukosa jaringan. Obat ini hanya

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

11

efektif bila terdapat insulin endogen. Kelebihan dari golongan

biguanid adalah tidak menaikkan berat badan, dapat

menurunkan kadar insulin plasma, dan tidak menimbulkan

masalah hipoglikemia (Depkes RI, 2000).

c) Golongan penghambat alfa glukosida

Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan

dengan dosis 150-600 mg/hari yang menghambat alfa-

glukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus yang

mempengaruhi digesti sucrose dan karbohidrat kompleks.

Obat ini efektif pada pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan

kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Akarbose

bekerja menghambat alfa-glukosidase sehingga

memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat

(Depkes RI, 2000).

d) Thiazolidindion

Thiazolidindion merupakan obat baru yang efek

farmakologinya berupa penurunan kadar glukosa darah dan

insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan insulin dari otot,

jaringan lemak, dan hati. Zat ini tidak mendorong pankreas

untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti pada

sulfonilurea (Tjay, 2007).

e) Meglitinida

Kelompok obat terbaru ini bekerja menurunkan suatu

mekanisme khusus, yaitu mencetuskan pelepasan insulin dari

pancreas segera sesudah makan. Meglitinida harus diminum

cepat sebelum makan, dan karena reabsorpsinya cepat maka

mencapai kadar puncak dalam satu jam. Insulin yang

dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya.

Ekskresinya juga cepat dalam satu jam sudah dikeluarkan

tubuh (Tjay, 2007).

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

12

b. Terapi Non Farmakologi

Pokok pangkal penanganan diabetes adalah makan dengan

bijaksana atau diet. Semua pasien harus memulai diet dengan

pembatasan kalori, terutama pada pasien dengan berat badan berlebih.

Makanan perlu dipilih secara seksama terutama pembatasan lemak

total dan lemak jenuh untuk mencapai normalitas kadar glukosa dan

lipid darah (Tjay, 2007).

Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara taratur

(olahraga) dapat mengurangi permasalahan tersebut. Hasilnya insulin

dapat dipergunakan secara baik oleh sel tubuh dan dosisnya pada

umumnya dapat diturunkan (Tjay, 2007).

B. Drug Related Problems (DRPs)

Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu peristiwa atau keadaan

dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat mempengaruhi hasil

terapi yang diinginkan (Bemt and Egberts, 2007; Pharmaceutical Care

Network Europe Faoundation, 2010).

Klasifikasi DRPs menurut Pharmaceutical Care Network Europe

Foundation (PCNE V 6.2).

Tabel 1. Klasifikasi dasar menurut PCNE V 6.2

Kode

V6.2

Domain utama

Masalah P1

P2

P3

P4

Efektifitas terapi

Reaksi yang tidak diinginkan

Biaya pengobatan

Lainnya

Penyebab C1

C2

C3

C4

C5

C6

C7

C8

Pemilihan obat

Bentuk obat

Seleksi obat

Durasi pengobatan

Pemakaian obat/ proses administrasi

Logistik

Pasien

Lainnya

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

13

Kode

V6.2

Domain utama

Intervensi

I0

I1

I2

I3

I4

Tidak ada intervensi

Pada tahap peresepan

Pada tahap pasien

Pada tahap obat

Lainnya

Hasil Intervensi O0

O1

O2

O3

Hasil tidak diketahui

Seluruh masalah terselesaikan

Sebagian masalah terselesaikan

Masalah tidak terselesaikan

Sumber : Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010.

Tabel 2. Klasifikasi masalah DRPs menurut PCNE V 6.2

Domain utama Kode

V6.2

Masalah

Efektifitas terapi P1.1

P1.2

P1.3

P1.4

Tidak ada efek terapi dari obat / kegagalan terapi.

Efek terapi tidak optimal.

Efek yang tidak diinginkan dari terapi.

Indikasi yang tidak ditangani.

Reaksi yang tidak

diinginkan

P2.1

P2.2

P2.3

Kejadian yang tidak diinginkan (non alergi).

Kejadian yang tidak diinginkan (alergi).

Toksisitas akibat reaksi obat yang tidak diinginkan.

Biaya pengobatan P3.1

P3.2

Obat lebih mahal dari yang diperlukan.

Obat yang tidak perlu.

Lain-lain P4.1

P4.2

Pasien tidak puas dengan terapi akibat hasil terapi dan biaya

pengobatan.

Masalah atau keluhan yang tidak jelas. Klasifikasi lain

diperlukan.

Sumber : Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010.

Tabel 3. Klasifikasi penyebab terjadinya DRPs menurut PCNE V 6.2

Domain utama Kode

V6.2

Penyebab

Pemilihan obat C1.1

C1.2

C1.3

C1.4

C1.5

C1.6

C1.7

C1.8

C1.9

Obat yang tidak tepat.

Pemberian obat tanpa indikasi.

Kombinasi yang tidak tepat atau adanya interaksi obat

dengan makanan.

Adanya duplikasi obat pada terapi atau bahan aktif.

Indikasi bagi penggunaan obat tidak ditemukan.

Terlalu banyak obat yang diresepkan pada indikasi.

Terdapat obat lain yang lebih cost effective.

Dibutuhkan obat yang sinergistik/pencegahan namun tidak

diberikan.

Indikasi baru bagi terapi obat muncul.

Bentuk sediaan obat

yang tidak tepat.

C2.1 Bentuk obat yang tidak sesuai.

Pemilihan dosis C3.1

C3.2

C3.3

C3.4

C3.5

Dosis terlalu rendah.

Dosis terlalu tinggi.

Regimen dosis tidak cukup.

Frekuensi regimen dosis berlebih.

Tidak ada monitoring terapi.

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

14

Domain utama Kode

V6.2

Penyebab

C3.6

C3.7

Masalah farmakokinetik yang membutuhkan penyesuaian

dosis.

Memburuknya/ membaiknya tahap penyakit yang

membutuhkan penyesuaian dosis.

Durasi terapi C4.1

C4.2

Durasi terapi terlalu singkat.

Durasi terapi terlalu lama.

Proses penggunaan

obat

C5.1

C5.2

C5.3

C5.4

C5.5

C5.6

C5.7

Waktu penggunaan atau interval dosis yang tidak tepat.

Obat yang dikonsumsi kurang.

Obat yang dikonsumsi lebih.

Obat sama sekali tidak dikonsumsi.

Obat yang digunakan salah.

Penyalahgunaan obat.

Pasien tidak dapat menggunakan obat sesuai interuksi.

Ketersediaan C6.1

C6.2

C6.3

Obat yang diminta tidak tersedia.

Kesalahan peresepan.

Kesalahan dispensing (salah obat / salah dosis).

Pasien C7.1

C7.2

C7.3

C7.4

Pasien lupa mengkonsumsi obat.

Pasien menggunakan obat yang tidak diperlukan.

Pasien mengkonsumsi makanan yang berinteraksi dengan

obat.

Pasien tidak benar menyimpan obat.

Lain-lain C8.1

C8.2

Penyebab lain.

Tidak ada penyebab yang jelas.

Sumber : Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010.

Tabel 4. Intervensi yang diberikan berdasarkan PCNE V 6.2 jika terjadi DRPs

Domain utama Kode

V 6.2

Intervensi

Tidak ada intervensi I0.0 Tidak ada intervensi

Pada tahap peresepan I1.1

I1.2

I1.3

I1.4

I1.5

Menginformasikan kepada dokter

Mengajukan informasi dari dokter

Mengajukan intervensi yang diperbolehkan oleh dokter

Mengajukan intervensi yang tidak diperbolehkan oleh

dokter

Mengajukan intervensi yang hasilnya tidak diketahui

Pada tahap pasien I2.1

I2.2

I2.3

I2.4

Konseling pasien (obat)

Hanya memberikan informasi tertulis

Mempertemukan pasien dengan dokter

Bebicara dengan keluarga pasien

Pada tahap obat I3.1

I3.2

I3.3

I3.4

I3.5

I3.6

Obat diganti dengan ….

Dosis diganti menjadi ….

Formulasi diganti menjadi ….

Intuksi untuk penggunaan diganti menjadi ….

Obat dihentikan

Obat baru mulai digunakan

Intervensi atau aktivitas

lain

I4.1

I4.2

Intervensi lain (spesifik)

Melaporkan efek samping kepada otoritas

Sumber : Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010.

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

15

Tabel 5. Hasil dari intervensi menurut PCNE V 6.2

Domain utama Kode

V 6.2

Hasil intervensi

Tidak diketahui O0.0 Hasil dari intervensi tidak diketahui

Terselesaikan O1.0 Seluruh masalah terselesaikan

Sebagian terselesaikan O2.0 Sebagian masalah terselesaikan

Tidak terselesaikan O3.1

O3.2

O3.3

O3.4

Masalah tidak terselesaikan, karena pasien tidak

kooperatif

Masalah tidak terselesaikan, karena dokter tidak

kooperatif

Masalah tidak terselesaikan, karena intervensi yang

dilakukan tidak efektif

Masalah yang tidak perlu atau tidak mungkin

terselesaikan

Sumber : Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010.

*catatan: satu masalah (atau kombinasi intervensi) hanya dapat menyebabkan satu tingkat

pemecahan masalah (PCNE V 6.2).

C. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai

kesatuan personal terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani

masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud

yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik ( Siregar,

2003).

Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan

untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut KEPMENKES RI

Nomor : 983/Menkes/SK/XI/1992, Rumah Sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk

menjalankan tugas sebagaimana dimaksudkan, Rumah Sakit mempunyai

fungsi :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanankesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

kebutuhan medis;

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

16

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalamrangka peningkatan kemampuan pemberian pelayanan kesehatan;

dan

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

D. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit/ bagian di rumah

sakit yang melakukan pekerjaan kefarmasian dan memberikan pelayanan

kefarmasian menyeluruh, khususnya kepada pasien, profesional kesehatan,

rumah sakit, serta masyarakat pada umumnya, dipimpin oleh seorang

apoteker yang sah, kompeten dan profesional (Siregar, 2004).

Kriteria penetapan prioritas penerapan fungsi dan pelayanan IFRS

didasarkan pada berbagai hal berikut:

1. Fungsi yang memastikan tersedianya obat yang paling sesuai, efektif,

aman, rasional, dan memadai.

2. Fungsi yang memastikan, langsung mempengaruhi penulisan serta

penggunaan obat yang paling tepat dan rasional.

3. Fungsi yang memastikan upaya peningkatan keamanan dan kepatuhan

pasien dalam penggunaan obat.

4. Fungsi dan pelayanan yang segera dapat dilakukan tanpa penambahan

biaya yang besar.

5. Fungsi dan pelayanan yang menjadi keahlian serta keterampilanapoteker.

6. Fungsi dan pelayanan atas permintaan profesional kesehatan lainnya.

(Siregar, 2004).

E. Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker

untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien.

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

17

Yang berhak menulis resep ialah :

1. Dokter

2. Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.

3. Dokter hewan, terbatas pengobatan hewan.

Dalam resep harus memuat :

1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi dan Dokter

hewan

2. Tanggal penulisan resep (inscription)

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau

komposisi obat (invicatio)

4. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatur).

5. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai denganperundang-

undangan yang berlaku (subscriptio)

6. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter hewan

7. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang

jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief, 1988).

F. Rekam Medik

Setiap Rumah Sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam

medik yang memadai dari setiap penderita, baik untuk penderita rawat tinggal

maupun rawat jalan. Rekam medik harus secara akurat didokumentasikan,

segera tersedia, dapat dipergunakan, mudah ditelusuri kembali (retrieving),

dan lengkap informasi. Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat

dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang rekam

medik. Definisi rekam medik menurut Surat Keputusan Direktur Jendral

Pelayanan Medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama riwayat di

Rumah Sakit, baik rawat jalan maupun rawat tinggal (Siregar, 2003).

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.repository.ump.ac.id/449/3/BAB II_INTAN PURNAMA DEWI_FARMASI'16.pdf · komplikasi akut dan kronis ... pada penderita diebates adalah penyakit jantung

18

Kegunaan Rekam Medik:

1. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan

penderita.

2. Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap profesional

yang berkontribusi pada perawatan penderita.

3. Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab kesakitan penderita dan

penanganan/pengobatan selama tiap tinggal di Rumah Sakit.

4. Digunakan setiap dasar untuk kaji ulang study dan evaluasi perawatan yang

diberikan kepada penderita.

5. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan

praktisi yang bertanggung jawab.

6. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.

7. Sebagai dasar perhitungan biaya dengan menggunakan data dalam rekam

medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan

seorang penderita (Siregar, 2003).

Kontribusi Apoteker Dalam…, Intan Purnama Dewi, Fakultas Farmasi UMP, 2016