Bab II Tinjauan Pustaka
Click here to load reader
-
Upload
sutarmi-santosa -
Category
Documents
-
view
178 -
download
2
Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Desa Siaga
a. Pengertian Desa Siaga
Program Desa siaga digulirkan oleh Departemen Kesehatan. Program ini
diluncurkan karena program Visi Indonesia Sehat 2010 terancam tak bisa tercapai
tepat waktu. Sebanyak 69 ribu desa ditargetkan telah menjadi desa siaga pada
akhir 2008 (Siswono, 2006)
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya potensial dan
kemampuan mencegah serta mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan secara mandiri (Hartono, 2006). Yang dimaksud dengan Desa
pada desa siaga ini adalah desa atau kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat , berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerinatahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006).
b. Tujuan Desa Siaga
Tujuan umum pencanangan desa siaga adalah mengembangkan kepedulian
dan kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana alam dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Depkes
Propinsi Jawa Tengah, 2006)
6
7
Sedangkan tujuan khusus desa siaga menurut Dinkes Propinsi Jawa tengah
(2006) adalah :
1) Optimalisasi PKD atau potensi sejenis dalam pemberdayaan masyarakat dan
mendorong pembangunan kesehatan di desa serta rujukan pertama pelayanan
kesehatan bermutu bagi masyarakat
2) Terbentuknya forum kesehatan desa yang berperan aktif menggerakkan
pembangunan kesehatan di tingkat desa
3) Berkembangnya kegiatan gotong royong masyarakat untuk mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan
4) Berkembangnya upaya kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan oleh mayarakat
5) Berkembangnya pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat dalam deteksi
dini, kewaspandaan dini, dan kesiapsiagaan terhadap masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
6) Berkembangnya kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan
Untuk mempermudah pencapaian tujuan tersebut diatas, maka Depkes RI
mempunyai sasaran intervensi pengembangan desa siaga sebagai berikut:
1) Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan keluarga atau dapat mencipatakan iklim yang kondusif bagi perubahan
perilaku tersebut seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh
perempuan dan pemuda kader serta petugas kesehatan
2) Semua individu dan keluarga di desa/kelurahan yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desa
8
3) Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain seperti Kepala Desa,
Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan
lain
Sebuah desa dapat dikembangkan menjadi desa siaga
c. Kriteria Desa Siaga
Sebuah desa dapat dikembangken menjadi desa siaga, apabila desa tersebut
telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (PKD) atau
tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakan:
1) Pemberdayaan masyarakat
2) Mendorong pembangunan berwawasan kesehatan di desa
3) Rujukan pertama pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat dan
kegawatdaruratan kesehatan
d. Indikator Proses Pengembangan Desa Siaga
Komponen yang dikembangkan dalam desa siaga dan merupakan indikator
adanya proses pengembangan desa siaga adalah:
1) Terdapat PKD atau tenaga kesehatan profesional Pembina desa yang aktif
memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan siap menerima rujukan pertama
2) Terdapat forum kesehatan desa yang aktif
3) Adanya kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana serta kegawatdaruratan
kesehatan dengan pengendalian factor resikonya
4) Mempunyai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang berkualitas
9
5) Mempunyai kegiatan pengamatan dan pemantauan terhadap masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan yang dilakukan oleh
masyarakat
6) Mempunyai pengembangan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat
Melihat indikator pengembangan desa siaga tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa inti utama pengembangan desa siaga adalah memberdayakan
masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat, mampu mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri (Dinkes Propindi Jawa Tengah, 2006).
Upaya pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
fasilitasi yang bersifat persuasif yang tidak memerintah dan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan individu, keluarga dan
masyarakat. Untuk itu, sebaiknya pemberdayaan masyarakat menggunakan
prinsip-prinsip dibawahi ini:
1) Menumbuh-kembangkan kemampuan atau potensi masyarakat
2) Menumbuh-kembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan
3) Mengambangkan semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan
4) Bekerja bersama masyarakat
5) Menggalang kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan
6) Menyerahkan pengambilan keputusan kepada masyarakat
Adapun sasaran pemberdayaan masyarakat yang mendukung tercapainya
program desa siaga dilakukan pada:
10
1) Individu, yaitu untuk mendorong agar individu mempunyai kemampuan dalam
memilih, menentukan atau mengupayakan segala aktifitas yang berhubungan
dengan masalah kesehatan
2) Keluarga, yaitu untuk mendorong agar keluarga mempunyai kemampuan
untuk meningkatkan kesehatan keluarga serta mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan yang muncul di dalam keluarga dengan memanfaatkan
potensi keluarga baik tanpa atau dengan bantuan pihak lain yang
menghasilkan kemandirian.
3) Masyarakat atau kelompok masyarakat, yaitu untuk mendorong agar
masyarakat atau kelompok masyarakat berperan aktif didalam meningkatkan
kesehatan kelompok masyarakat serta mecegah dan mengatasi masalah
kesehatan yang muncul pada masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya
dan potensi setempat yang menghasilkan kemadirian.
2. Komponen Desa Siaga
1. Poliklinik Kesehatan Desa
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah suatu Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UBKM) yang dikelola oleh tenaga kesehatan
professional kesehatan di desa yang diharapkan dapat memfasilitasi
terwujudnya desa siaga dengan mengembangkan system kesehatan di desa
serta menjadi rujukan pertama dari berbagai upaya kesehatan oleh masyarakat
(Dinkes Propinsi Jawa Tengah , 2006).
PKD secara teknis dibina oleh oleh puskesmas dan lintas sektor terkait
serta secara administrasi dibina oleh kepala desa. Untuk desa yang belum
mempunyai PKD, maka pelaksanaan kegiatan kesehatan dapat dilaksanakan
11
oleh tenaga kesehatan professional yang siap sebagai fasilitator dan pembina
desa/kelurahan yang melaksanakan tugas dan peran PKD. Adapun pengelola
adalah Tenaga Kesehatan (Bidan/perawat), tenaga sanitarian dan tenaga
adminstrasi (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006).
Secara umum, PKD bertujuan untuk mendorong pembangunan
berwawasan kesehatan di desa, mendorong pemberdayaan masyarakt, dan
memberikan pelayanan kesehatan sesuai kewenangan (Depkes RI, 2006).
a. Kegiatan PKD
Depkes RI (2006) menyatakan bahwa PKD diharapkan dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
desa yang sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit, khususnya
penyakit menular yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa
termasuk faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan
ibu hamil yang berisiko
2. Penanggulangan penyakit terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa serta faktor-faktor
resikonya (termasuk status gizi)
3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan
4. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kepentingannya
5. Kegiatan-kegiatan lain, seperti promosi kesehatan untuk peningkatan
keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
penyehatan lingkungan
12
Dinkes Propinsi Jawa Tengah (2006), menyebutkan bahwa PKD
mempunyai pernanan yang sangat penting didalam mensukseskan
keberhasilan desa siaga dengan cara:
1. Mendorong pembentukan forum kesehatan desa melalui kemitraan
dengan berbagai potensi desa (aparat desa, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga desa, tokoh masyarakat dll) dan mendorong
peran aktif forum kesehatan desa dalam pembangunan berwawasan
kesehatan dengan mencegah dan mengatasi masalah kesehatan,
bencana, serta kegawatdaruratan di desa
2. Bersama dengan forum kesehatan desa, mendorong kegiatan gotong
royong individu, keluarga dan masyarakat dalam rangka mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan di desa secara mandiri
3. Memfasilitasi peningkatan kualitas upaya kesehatan yang dilaksanakan
oleh masyarakat desa termasuk membina upaya UKBM dan
memfasilitasi system rujukannn masalah kesehatan
4. Memfasilitasi upaya deteksi dini dan factor
resiko maslaah kesehatan di desa oleh masyarakat, serta mendorong
upaya pengendalian factor resiko yang ada di desa
5. Memfasilitasi pengembangan system
pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan desa
6. Bersama forum kesehatan desa, mendorong
kemandirian masyarakat dalam pembiayaan kesehatan
7. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya, dan
meningkatkan kemampuan untuk menjadi rujukan pertama dari
13
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.
2. Forum Kesehatan Desa Atau Kelurahan
Forum kesehatan desa atau kelurahan merupakan wadah partisipasi bagi
masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa
atau kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak
kegiatan, serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa (Dinkes
Propinsi Jawa Tengah, 2006). Forum kesehatan desa perlu didukung Surat
keputusan (SK) Kepala Desa/Kelurahan untuk legalitas dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya.
a. Tugas Forum Kesehatan Desa
Tugas yang diemban forum kesehatan desa guna menunjang
berjalannya desa siaga meliputi (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006):
1). Menyusun kebijakan
2). Mengumpulkan informasi dan menggali potensi dengan survey mawas
diri
3). Memadukan antara potensi desa dengan kegiatan yang ada didesa
4). Merencanakan (identifikasi masalah dan penyebab masalah,
identifikasi potensi, menyusun pemecahan masalah dan kesepakatan
bersama, menetapkan dalam musyawarah masyarakat desa
5). Koordinasi
6). Penggerak, pembinaan, dan pengembangan kegiatan
7). Monitoring evaluasi kegiatan desa
8). Penghubuangan berbagai kepentingan
14
b. Kriteria Keberhasilan Forum Kesehatan Desa
Suatu forum kesehatan desa dikatakan berhasil apabila memenuhi
kriteria-kriteria di bawah ini:
1). Ada forum yang melaksanakan tugas
2). Ada rencana pembangunan kesehatan hasil survey mawas diri dan
musyawarah masyarakat desa (minimal tahunan)
3). Ada kebijakan bidang kesehatan
4). Ada kegiatan rapat rutin
5). Adanya pelaksanaan terhadap rencana kegiatan
6). Ada dukungan secara berkelanjutan
3. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat
Kegiatan gotong royong adalah kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan
untuk masyarakat secara mandiri sesuai dengan potensi setempat dan
dilakukan untuk kepentingan masyarakat
a. Bentuk Kegiatan Gotong Royong
1). Bentuk kegiatan gotong royong masyarakat dapat berupa:
2). Gerakan perbaikan lingkungan
3). Gerakan mendukung kelompok rentan (ibu hamil resiko tinggi, balita
resiko tinggi, lansia resiko tinggi, dll)
4). Ambulan desa atau penyediaan sarana transportasi utnuk merujuk
kasus dari desa ke unit rujukan kesehatan
5). Penggolongan donor darah pada kondisi gawat darurat
6). Gerakan pengendalian factor resiko penyakit dan masalah kesehatan
7). Gerakan pengendalian bencana dan factor resikonya
15
8). Paguyuban penderita TB Paru
9). Penggalakan tanaman obat keluarga
b. Indikator Kegiatan Keberhasilan
Kegiatan gotong royong dikatakan berhasil apabila memenuhi
indikator-indikator di bawah ini:
1). Ada kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat
2). Ada kesinambungan kegiatan
3). Ada peningkatan kegiatan gotong royong masyarakat
4. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan desa dilakukan oleh kader dan masyarakat untuk
mengatasi maslah kesehatan masyarakat secaramandiri (Dinkes Propinsi Jawa
Tengah, 2006). Tujuan upaya kesehatan desa adalah meuwujudkan tingkat
kesehatan yang optimal sebagai kebutuhan dasar manusia yang
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif yang didukung oleh upaya
kuratif dan rehabilitatif yang berkesinambungan. Sasaran utama upaya
kesehatan desa adalah ibu hamil, bayi, balita, remaja, wanita usia subur dan
masyarakat umum lainnya
Dinkes Propinsi Jawa Tengah (2006) menyebutkan bahwa upaya
kesehatan yang dilaksanakan masyarakat desa meliputi:
a. Upaya promotif
Penyuluhan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat
Pola asuh dan pola makan yang baik
Kebersihan perorangan dan lingkungan
b. Upaya preventif
16
Pemantauan kesehatan secara berkala (balita, ibu hamil, remaja,
pekerja, usia lnjut)
Imunisasi
Deteksi dini factor resiko dan pencegahannya
c. Upaya kuratif dan rehabilitatif
Deteksi dini kasus (maternal, balita, penyakit)
PPPK dan rujukan kasus
Dukungan penyembuhan, perawatan, pamantauan pengobatan
Indikator keberhasilan upaya kesehatan oleh masyarakat antara lain
adalah:
a. Ada kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat
b. Ada kader aktif dan mampu melaksanakan upaya kesehatan dengan baik
c. Ada kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat yang berjalan rutin
atau berkesinambungan
d. Peningkatan rujukan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang ada (hasil
deteksi dini, persalinan tenaga kesehatan di PKD)
e. Ada peningkatan cakupan upaya kesehatan berbasi masyarakat
5. Pengamatan dan Pemantauan (Survelans)
Surveilans adalah kegiatan pengamatan dan pemantauan secara sistematis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi
yang mempengaruhi risiko atau factor risiko terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan tersebut. Komponen pengamatan dan pemantauan dalam desa siaga
dilakukan oleh masyarakat terhadap masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan di desa serta faktor risiko yang mempengaruhi atau yang
17
menyebabkan masalah kesehatan tersebut (Dinkes Propinsi Jawa Tengah,
2006).
Adapun tujuan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat adalah
tercipta system kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini masyarakat terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah kesehatan, bencana,
kegawatdaruratan kesehatan yang akan mengancam dan merugikan
masyarakat sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
Indikator keberhasilan pengamatan dan pemantauan oleh masyarakat
adalah:
a. Ada catatan dan laporan
b. Ada penanggung jawab pengamatan dan pemantauan
c. Ada pemanfaatan catatan dan informasi
6. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah upaya pembiayaan yang berasal dari, oleh
dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasar asas gotong royong
dalam rangka peningkatan kesehatan dan berbagai kegiatan untuk mengatasi
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan serta factor
resikonya (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006)
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan kesehatan
adalah:
a. Pengalokasian dan pemanfaatan pembiayaan kesehatan
b. Indentifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan
18
c. Adanya kejelasan cara pengelolaan, pembelanjaan dan mekanisme system
kontrolnya
d. Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan
kesehatan yang telah dan akan dikembangkan
Indikator yang digunakan untuk penilaian kegiatan pembiayaan kesehatan
meliputi:
a. Terhimpun dana kesehatan dan ada daftar masyarakat yang berpartisipasi
dalam pembiayaan kesehatan yang telah dan akan dikembangkan
b. Pengalokasian dana kesehatan yang tepat sasaran
c. Pengelolaan dan pemanfaatan dana masyarakat yang tertib, mudah dan
lancer
d. Adanya kegiatan yang berkesinambungan
3. Penentuan Strata Pengembangan Desa Siaga
Penilaian dan pengembangan desa siaga dilakukan berdasarkan komponen
yang ada dalam kerangka piker desa siaga, meliputi (Dinkes Propinsi Jawa
Tengahm 2006):
1. Desa siaga strata 1 apabila:
Ada PKD yang berperan aktif dalam mendorong terwujudnya desa siaga
(sesuai indicator keberhasilan PKD).
2. Desa siaga strata 2 apabila:
Ada PKD aktif
Ada forum kesehatan desa yang berperan aktif dalam pembangunan
kesehatan di desa dan menggerakkan berbagai kegiatan menuju desa siaga
(sesuai indikator keberhasilan forum kesehatan desa)
19
3. Desa siaga strata 3 apabila:
Ada PKD aktif
Ada forum kesehatan desa
Terdapat kegiatan yang meliputi 4 komponen desa siaga (kegiatan gotong
royong, upaya kesehatan, surveilans dan pembiayaan)
Kesiapan masyarakat menghadapi bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan
System kesehatan desa berfungsi dengan baik yang dapat dinilai dari
indicator output
4. Tenaga Kesehatan Pada Desa Siaga
Di dalam Rencana Pembangunan Menengah Jangka Panjang Nasional
(RPJMN) bidang Kesehatan tahun 2004-2009 disebutkan bahwa salah satu
sasaran yang harus dicapai oleh Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan
umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, menurunkan angka
kematian bayi dari 45/1000 kelahiran hidup menjadi 26/1000 kelahiran hidup,
menurunkan angka kematian ibu dari 307/100.000 kelahiran hidup menjadi
226/100.000 kelahiran hidup dan menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak
dari 25,8% menjadi 20% (Depkes RI, 2006)
Untuk memastikan tercapinya sasaran pembangunan kesehatan tersebut, maka
pemerintah menetapkan pengembangan desa siaga dengan kriteria memiliki
minimal sebuah PKD yang dintuk dari poplindes (Depkes RI, 2006). Adapun
pelayanan di PKD meliputi upaya promotif, preventif, dan kuatif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau
tenaga sukarela lainnya.
20
Pelibatan bidan dalam kegiatan poskesde ini dikarenakan pencapaian sasaran
pembangunan kesehatan khususnya penurunan angka kematian bayi dan angka
kematian ibu banyak melibatkan peran serta bidan dan selain itu, tenaga bidan
sudah banyak tersebar di desa-desa (Depkes RI, 2006).
Disamping melaksanakan tugas dan fungsinya di PKD, tenaga bidan
diharapkan juga berperan sebagai penggerak pemberdayaan masyarakat,
penyuluh kesehatan, pelaksana pelayanan kesehatan dasar dan kegawatdaruratan
kesehatan sehari-hari serta bencana, pengamat penyakit dan factor resiko, gizi dan
sanitasi dasar (Depkes RI, 2006)
a. Peran Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga
Peran bidan dalam pengembangan desa siaga meliputi:
a. Pembimbing dan pelaksana penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
melalui kemitraan
b. Pembimbing dan pelaksana pelayanan kegawatdaruratan kesehatan sehari-
hari serta bencana
c. Pembimbing masyarakat dalam menghadapi bencana
d. Pelaksana pelayanan medis dasar
b. Kompetensi Bidan Dalam Pengembangan Desa Siaga
a. Selain melaksanakan pelayanan kebidanan, diharapkan bidan di PKD
mempunyai kompetensi sebagai berikut
b. Mampu memfasilitasi pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat melalui kemitraan
c. Mampu membimbing pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan kesehatan
sehari-hari dan bencana
21
d. Mampu membimbing masyarakat dalam menghadapi bencana
e. Mampu melaksanakan pelayanan medis dasar
Untuk itu, guna mempermudah pelaksanaan peran dan fungsinya, maka tenaga
bidan diharapkan tinggal menetap di PKD tersebut. Dengan demikian pelaksanaan
peran dan fungsi tenaga bidan khususnya sebagai pelaksana pelayanan medis
dasar dan pelaksana kegawatdaruratan kesehatan sehari-hari dapat dilaksanakan
dengan baik, sehingga PKD yang ada menjadi aktif. Aktif atau tidaknya PKD
pada desa siaga adalah sangat penting, karena keaktifan PKD adalah unsur pokok
di dalam menentukan strata desa siaga
B. Kerangka teori
Gambar 2.1. Kerangka teori modifikasi Depkes RI (2006)
Komponen Desa Siaga:
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)Forum Kesehatan DesaKagiatan Gotong Royong
MasyarakatUpaya KesehatanPengamatan dan PemantauanPembiayaan Kesehatan
Strata Desa Siaga
Strata 1
Strata 2
Strata 3
22
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2. Kerangka konsep
D. Hipotesis
Hipotesis yang muncul dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
keberadaan bidan yang menetap di poliklinik kesehatan desa dengan strata desa siaga di
Kabupaten Blora
Tenaga Bidan Tinggal Menetap
di PKD
Peningkatan Strata Desa Siaga
Komponen Desa Siaga:
Forum kesehatan desa Kagiatan Gotong Royong
Masyarakat Upaya Kesehatan Pengamatan dan
Pemantauan Pembiayaan Kesehatan