BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB...
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi
Pada penelitian tentang opini audit going concern ini,
membutuhkan kajian teori agensi. Menurut Jensen dan Meackling
(1967), menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak
dibawah satu atau lebih principal (pemilik) yang melibatkan agen
untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada pihak agen.
Baik principal (shareholders) maupun agen diasumsikan orang
ekonomi rasional dan semata-mata termotifasi oleh kepentingan
pribadi. Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai
perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga manajer
selalu tidak bertindak sesuai keinginan principal sebagian dikarenakan
oleh adanya moral hazard.
Hubungan prinsipal dan agen membutuhkan pihak ketiga yang
bersifat independen sebagai mediator. Pihak ketiga berfungsi untuk
memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai
keinginan prinsial. Auditor adalah pihak yang yang mampu
menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal (shareholder)
dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan manajer
(Setiawan dalam Yulius 2009). Auditor melakukan fungsi monitoring
12
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
13
pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas
auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut,
mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor saat ini juga harus
mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.2 Pengertian audit
Proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-
bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan
dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
penyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan
ASOBAC (A Statement of Basic Concepts).
Auditor digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu (Mulyadi,
2002) :
1. Auditor independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang
menyedikan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam
bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Audit tersebut umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
para pemakai informasi keuangan.
2. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja
diinstansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
14
organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor intern
Auditor intern adalah audit yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negri atau swasta) yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan.
2.1.3 Opini Auditor
Opini auditor menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan
Publik) SA seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor
independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum di Indonesia. Laporan audit merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan
mengharuskan, untuk menyatakan tidak dibenarkan untuk memihak
kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus
bebas dari setiap kewajiban terhadap klilennya dan tidak memiliki
suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 1994).
Terdapat lima tipe pendapat auditor menurut Mulyadi, 2002.
1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian.
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor
menyatakan bahwa laporan keuangan mengkajikan secara wajar
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
15
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip berterima umum di
Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini
terpenuhi:
a. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat
dipenuhi oleh auditor.
c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia. Hal ini juga berarti bahwa
pengungkapan telah dilakukan memadai dalam catatan kaki
atau bagian lain laporan keuangan.
e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk
menambahkan paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata
dalam laporan audit.
2. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Baku.
Dalam keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor
menambahkan sauatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelas
yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
16
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan.
Pendapat penjelasan ini dicantumkan setelah paragraf pendapat.
Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu
paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit
baku yaitu:
a. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima
umum.
b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
c. Auditor setuju suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh dewan standar akuntansi keuangan.
d. Penekanan atas suatu hal.
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian.
Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor
mengatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas entitas sesuai dengan perinsip berterima umum di
Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.
Pendapat wajar dengan pengecualilan dinyatakan dalam keadaan:
a. Tidak adanya bukti komponen yang cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan
auditor menarik kesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia mearik kesimpulan
tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
17
b. Auditor yakin atas auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan
untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
4. Pendapat tidak Wajar.
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
entitias tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor
menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan
oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup
memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas
laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga
dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen
dalam hubungannya dengan klien.
2.1.4 Going Concern
Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Menurut Hani etal. dalam Kartika (2012), mendifinisikan
going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan entitas atau
badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha
dianggap mampu mempertahankan usahanya dalam jangka waktu
panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
18
Arens (1997) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan
ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup adalah pertama, kerugian
usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja. Kedua,
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban pada saat
jatuh tempo dalam jangka pendek. Ketiga, kehilangan pelanggan
utama, terjadinya bencana yang tidak diasumsikan seperti gempa bumi,
banjir atau masalah perburuan yang tidak biasa. Keempat, perkara
pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi
yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
2.1.5 Opini Audit Going concern
Opini audit going concern yaitu opini yang dikeluarkan auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Opini audit going tersebut
merupakan suatu evaluasi kesangsian dari auditor atas kemampuan
suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas (Kartika, 2012). Auditor mempertimbangkan
hasil dari operasi mengenai kemampuan perusahaan membayar hutang
dan kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang. Arens (1997)
menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian
mengenai kelangsungan hidup perusahaan yaitu ;
1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal
kerja.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada
saat jatuh tempo dalam jangka pendek.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
19
3. Kehilangan pelangggan utama, terjadinya bencana yang tidak
diasuransikan seperti gempa bumi, banjir atau masalah perburuhan
yang tidak biasa.
4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang
sudah terjadi dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk
beroperasi.
Tanggungjawab auditor didalam menyatakan opini audit going
concern adalah untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup suatu
perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Warnida, 2011).
Pernyataan tersebut mengacu kepada statement on auditing standar
No. 59 (AICPA, 1998), auditor harus memutuskan apakah perusahaan
klien akan bisa bertahan dimasa yang akan datang. Berdasar pada
pernyataan Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) nomor
30 melalui Komite Standar Profesional Akuntan Publik tentang
“Laporan Auditor Independen tentang dampak memburuknya kondisi
ekonomi Indonesia terhadap entitas”. IPSA ini menganggap auditor
perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu :
1. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam
mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada)
terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
2. Pengungkapan peristiwa kemudian yang mungkin timbul sebagai
akibat kondisi ekonomi tersebut.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
20
3. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi
ekonomi tersebut berdampak terhadap kamampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan hidup.
Jika auditor menyimpulkan adanya keragu-raguan atas
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat, terlepas dari
pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA nomor 30 membolehkan,
tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pernyataan
tidak memberikan pendapat karena adanya kesangsian atas
kelangsungan hidup. Auditor dalam mengeluarkan opini audit suatu
perusahaan perlu memberikan pernyataan mengenai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Namun bila terjadi keraguan mengenai kelangsungan hidup
perusahaan maka auditor perlu mengungkapkan dalam laporan opini
audit (Warnida, 2011).
Didalam PSA No. 30 memberikan pedoman kepada auditor
tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam waktu pantas, auditor harus :
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditunjukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
21
b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara
efektif dilaksanakan.
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak
kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertahankan
untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat
(disclamer).
3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya
adalah menyimpulkan efektifitas rencana tersebut.
a. Jika auditor berkesimpulan rencana tidak efektif dan klien
mengungkapkan keadaaan tersebut dalam catatan atas laporan
keuangan, maka auditor menyatakan bahwa tidak memberikan
pendapat.
b. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif dan
klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas
laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian.
Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif
akan tetapi klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut dalam
catatan laporan keuangan, maka auditor akan menyatakan pendapat
tidak wajar.
Dari pernyataan diatas, peneliti mengklasifikasi opini audit
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
22
going concern menjadi dua kategori, yaitu :
1. Going Concern Audit Opinion (GCAO), jika seorang auditor
menemukan kelangsungan hidup suatu perusahaan mengalami
ketidakpastian maka seorang auditor harus mengungkapkannya
dalam going concern audit opinion. (GCAO), berkode 1.
2. Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO), jika auditor
tidak menemukan kelangsungan hidup suatu perusahan
mengalami ketidakpastian (NGCAO), berkode 0.
2.1.6 Ratio Likuiditas
Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan
perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini,
biasanya digunakan angka ratio sebagai berikut :
a. Modal Kerja
Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva dan utang
lancar. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini
menjadi perhatian para kreditor jangka pendek, karena angka ini
menunjukan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana
jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali
dalam jangka pendek. Makin besar angka modal kerja, makin
bersar pula tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin
besar kepastian bahwa utang jangka pendek akan dilunasi tepat
waktu.
b. Current ratio
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
23
Current ratio adalah elemen-elemen yang digunakan dalam
perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam rasio, yang
membandingkan antara total aktiva lancar dan hutang lancar.
Perhitungan sebagai berikut :
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜(CR) =Aktiva Lancar (AL)
Utang Lancar (UL)𝑥 100%
Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan asumsikan
semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar.
Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan
diasumsikan semua hutang lancar benar-benar harus dibayar.
c. Acid-Test Ratio
Pada ratio ini, pos persediaan dan persekot biaya
dikeluarkan dari total akiva lancar, dan hanya menyisakan pos-pos
aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang
lancar. Perhitungan sebagai berikut :
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝑄𝑅) =Aktifa Lancar (AL) − Persediaan − Persekot Biaya
Utang Lancar (UL)
d. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)
Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam
hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena
memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang
perusahaan berputar menjadi kas. Perhitungan sebagai berikut :
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
24
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =Penjualan (kredit)
Rata − rata Piutang
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =Jumlah hari per tahun
Perputaran Piutang
e. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Ratio perputaran persediaan mengukur berapa kali
persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu. Ratio
perputaran persediaan dan jumlah hari ini dihitung dengan cara
sebagai berikut :
Perputaran Persediaan =Harga Pokok Penjualan
Rata − rata Persediaan
Jumlah hari Persediaan =Jumlah hari per tahun
Perputaran Persediaan
2.1.7 Rasio Solvabilitas (Leverage)
Solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Berikut ini
beberapa perhitungan yang digunakan dalam mencari rasio
solvabilitas yaitu:
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt Ratio merupakan ratio utang yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
25
aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi dapat
diartikan pendanaan dengan utang semakin banyak, maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu
menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya.
Namun jika terbalik, apabila rasionya rendah, semakin kecil
perusahaan dibiayai dengan utang. Standar untuk menilai baik
tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri
yang sejenis.
Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan
sebagai berikut :
Debt to assets ratio =Total debt
Total assets 𝑥 100%
b. Debt to Equity Ratio
Dalam rangka mengukur, fokus perhatian kreditor
jangka panjang terutama ditunjukan pada prospek laba dan
perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat
mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan
antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang
didanai oleh pemilik perusahaan.
Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh
kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
26
dengan ratio debt to equity, dengan cara perhitungan sebagai
berikut :
Debt to equity =Total Hutang
Total Modal
Dengan demikian, debt to equity ini juga dapat
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
oleh perusahaan, sehingga dapat dillihat tingkat resiko tek
tertagihnya suatu utang.
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya
adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang,
dengan cara membandingakan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Rumus untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio
adalah dengan perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri.
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Long term debt
Equity
d. Time Interest Earned
Time Interest earned adalah untuk mengukur
kemampuan operasi perusahan dalam memberikan proteksi
kepada kreditor jangka penjang, khusunya dalam membayar
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
27
bunga, digunakan time interest earned, dengan cara
perhitungan sebagai berikut :
Time Interest earned =Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Biaya Bunga
e. Fixed Charge Converage (FCC)
Fixed Charge Converage atau lingkup biaya tetap
merupakan rasio yang menyerupai Time Interest Earned.
Letak perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila
perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa
aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
Cara menghitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Fixed charge converage =EBT + Biaya bunga + kewajiban sewa
Biaya bunga + kewajiban sewa
2.1.8 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan terlihat di dalam total aktiva yang dimiliki
suatu perusahaan. Perusahaan dengan total aktiva yang besar akan
menunjukkan tingkat prestasi perusahaan tersebut, dapat dikatakan
perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan sebab dalam tahap ini
arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
kelangsungan hidup yang baik dalam jangka waktu yang relatif
panjang. Ukuran perusahaan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
perusahan besar dan perusahaan kecil. Menurut Keown dalam Warnida
(2011) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan
fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
28
Empat faktor yang mendasari menentukan besarnya fee audit, yaitu
1. Karaktristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva
modal, dan lain-lain.
2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-
lain.
3. Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi
perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain.
4. Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi
dengan internal auditor, dan lain-lain.
2.1.9 Opinion shopping
Opinion shopping adalah aktifitas mencari auditor yang mau
mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajer untuk
mencapai tujuan pelaporan perusahaan (SEC, dalam Kartika 2012).
Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor untuk
menghindari penerimaan opini going concern menurut Teoh, 1992
dalam Januarti (2009) dengan dua cara, yaitu : Pertama, perusahaan
dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk
diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak
mengungkapkan masalah going concern. Argumen ini disebut
ancaman pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika auditor tersebut
independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik
(auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau
sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini
going concern. Argumen ini disebut opinion shopping.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
29
Negara-negara Eropa menetapkan peraturan kepada perusahaan
untuk mempertahaankan auditor selama beberapa tahun agar tidak
terjadi strategi pergantian auditor (Lennox, 2002). Di Inggris, auditee
tidak dapat mengganti auditor tanpa alasan yang tepat dan hanya dapat
dilakukan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2.2 Kerangka Pemikiran
Opini audit laporan keuangan merupakan informasi penting yang
dikeluarkan auditor. Karena laporan tersebut memberikan informasi kepada
para pemakai laporan audit tentang apa yang telah dilakukan oleh auditor dan
disimpulkan yang diperolehnya. Informasi yang diperoleh dari laporan audit
digunakan dalam proses pengambilan keputusan denganasumsi bahwa
informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias (Ardianingsih, 2012).
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
perusahaan (going concern) dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan.
Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan
melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar
Akuntansi Keuangan, 2004). Dari hal tersebut, terlihat bahwa para pemakai
laporan keuangan sangat memerlukan opini audit yang dikeluarkan oleh
seorang auditor untuk melakukan keputusan investasi kepada perusahaan yang
menurutnya kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dalam kondisi
baik atau menguntungkan.
2.2.1 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
30
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Pengertian likuiditas menurut Subramanyam dalam Arma
(2013) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam
jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya dan bergantung pada
arus kas perusahaan serta kewajiban lancarnya. Likuiditas perusahaan
ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah
untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang
dan persediaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, perusahaan
dapat menghitung rasio likuiditas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Warnida (2011), menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern, penelitian ini sejalan
dengan penelitian menurut Arma (2013) serta Juandini (2010), yang
menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit
going concern dihitung dengan menggunakan rumus Quick Ratio.
2.2.2 Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Rasio Solvabilitas (Laverage) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Apabila tingkat rasio solvabilitas tinggi
dapat dilihat dengan meningkatnya total utang terhadap total asset
(debt to total assets). Hasil penelitian menurut Warnida (2011) serta
Mettani (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio berpengaruh
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
31
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan
dengan hasil penelitian menurut Kuswardi (2012), yang menyatakan
bahwa solvabilitas ratio perusahaan memiliki arah positif dan
berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan
menggunakan rumus debt to total assets.
2.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Ukuran perusahaan dapat dihitung dari besarnya total aktifa
perusahaan tersebut. Menurut Mutchler (1985) dalam Warnida (2011),
menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit
going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai
bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan
keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Hasil
penelitian yang dilakukan menurut Warnida (2011) serta Ria (2010),
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan dengan hasil
penelitian menurut Arga dan Linda (2007), yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
2.2.4 Pengaruh Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktifitas
mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi uang
ditunjukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
32
perusahaan. Menurut Lennox (2000), menggunakan model pelaporan
audit untuk memprediksi opini yang tidak diteliti dan menguji
dampaknya pada pergantian auditor. Penelitian yang dilakukan
diIndonesia oleh (Praptitorini dan Januarti, 2009) menyatakan bahwa
perusahaan cenderung menggunakan auditor independen yang sama
apapun opini audit diberikan, karena perusahaan enggan untuk
mengganti auditor independen. Terkait dengan hal tersebut, terlihat
dari terbitnya peraturan tentang lamanya penggunaan auditor
independen selama tiga tahun dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
selama enam tahun. Hasil dari penelitian Sudarno (2012), yang
menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh negatif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian
menurut Irfana (2012), yang menyatakan bahwa opinion shopping
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, ukuran perusahaan dan opinion shopping
penerimaan opini audit going concern. Kerangka pemikiran yang
peneliti diajukan adalah sebagai berikut :
H 1
H 2
H 3
H 4
Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas
Ukuran Perusahaan
Opinion Shoping
Penerimaan Opini
Audit Going Concern
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014
33
2.3 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diajukan
peneliti adalah sebagai berikut:
H1 : Rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur.
H2 : Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur.
H3 : Ukuran peusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur.
H4 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern pada perusahaan manufaktur.
Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014