BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori...
-
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) dalam Triani (2008) mengemukakan
teori keagenan (agency theory) yang menjelaskan hubungan yang timbul
karena adanya kontrak antara pemegang saham (prinsipal) yang
mendelegasikan tanggung jawab pengelolaan perusahaan kepada
manajemen (agen). Asumsi yang digunakan dalam agency theory adalah
bahwa masing-masing individu (prinsipal dan agen) termotivasi untuk
memperoleh kepuasan dirinya sendiri, sehingga dapat menyebabkan
konflik antara prinsipal dan agen. Agen termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi, sedangkan pihak prinsipal termotivasi
mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas
yang maksimal atau peningkatan nilai investasi dalam perusahaan.
Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran dividen
mensyaratkan manajemen untuk mendanai investasi baru, investor baru
mungkin tertarik pada perusahaan hanya jika manajemen memberikan
informasi yang meyakinkan bahwa modal yang digunakan akan
memperoleh keuntungan. Maka pembayaran dividen secara tidak
langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi
-
14
manajemen. Dividen bisa menjadi kontribusi yang berarti pada nilai
perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Triani (2008).
2.1.2 Kebijakan Dividen
Ketika perusahaan memutuskan untuk membagi uang kas maka
ada dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu memaksimumkan nilai
pemegang saham dan arus kas yang dihasilkan perusahaan yang
merupakan pemilik pemegang saham. Ketika menetapkan kebijakan
dividen satu ukuran tidak bisa dipakai untuk semua kebijakan. Kebijakan
dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang diperoleh
perusahaan dan menjadi hak para pemegang saham yaitu pembagian laba
dalam jumlah dividen yang dibayarkan sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna membiayai investasi dimasa mendatang
tergantung dari kebijakan setiap perusahaan. (Sartono, 2014).
Salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi investor
yaitu informasi tentang naik turunya dividen tunai dibagikan perusahaan
karena informasi tersebut mengandung muatan informasi yang berkenaan
dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh para investor atau calon
investor dalam melakukan penilaian perusahaan.
Dengan demikian maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan beberapa
bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dan seberapa besar bagian laba bersih itu akan
-
15
ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi. (Sartono,
2014).
Mengukur dividen yang dibayarakan oleh perusahan dapat diukur
menggunakan salah satu dari ukuran umum dikenal. Menurut Riyanto
(2013) ukuran kebijakan dividen sebagai berikut :
a. Dividen yield, yang mengaitkan besaran dividen dengan harga saham
perusahaan. Secara matematis, rumusan dividen yield adalah sebagai
berikut :
b. Dividen payout ratio, rasio pembayaran dividen diukur dengan cara
membagi besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per
lembar saham, yang secara matematis dapat dinyatakan dengan rumus
berikut:
-
16
2.1.3 Dividen
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu
perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang
dipegang oleh masing-masing pemilik. (Riyanto, 2013).
Menurut Skousen et al (2008) yang dikutip oleh Manurung & Siregar
(2008) menyatakan bahwa
“Dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para
pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya” dividen
merupakan laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada
pemegang saham”
Ada berbagai macam bentuk dividen yang bisa dibagikan oleh perusahaan
kepada pemegang saham.
Riyanto (2013) mengemukakan dividen dibagi beberapa jenis,
diantaranya:
1. Dividen Tunai (Cash Dividen)
Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas
sehingga perusahaan harus memperhatikan jumlah uang kas yang
tersedia untuk dibagikan sebagai dividen sebelum dilakukan
pengumuman dividen. Dividen tunai merupakan jenis dividen yang
paling umum dibagikan oleh perusahaan.
-
17
2. Dividen Harta (Property Dividen)
Dividen harta adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk selain kas
seperti surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki perusahaan,
barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Hal ini biasanya terjadi
karena perusahaan tidak ingin likuiditasnya terganggu.
3. Dividen Utang (Scrip Dividen)
Dividen dalam bentuk skrip timbul apabila saldo laba ditahan
mencukupi untuk dibagikan sebagai dividen tetapi saldo kas yang ada
tidak mencukupi sehingga perusahaan tidak membayar dividen pada
saat ini tetapi memilih membayarnya pada masa depan.
4. Dividen Likuidasi
Beberapa perusahaan menggunakan modal disetor sebagai dasar untuk
membayar dividen. Dividen yang didasarkan bukan pada laba ditahan
merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan
dari laba.
5. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa dipungut
pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-
saham yang dimilikinya. Hal ini dilakukan karena perusahaan
mengalami kesulitan likuiditas atau untuk mencegah mengalirnya kas
keluar sehingga dapat digunakan untuk pengembangan perusahaan
sedangkan pemegang saham menghendaki adanya pembagian dividen.
-
18
2.1.4 Tujuan pembagian dividen
Menurut Riyanto (2013) tujuan pembagian dividen antara lain :
1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang
saham hal ini bertujuan untuk sebagian pemegang saham atau
investor menanamkan modalnya di pasar modal, apabila
dividen yang diperoleh tinggi maka akan mempengaruhi harga
saham dan investor akan melihat bahwa prospek perusahaan
kedepan baik.
2. Untuk menunjukkan Likuiditas perusahaan
Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
investor akan mempengaruhi kinerja perusahaan, pembagian
dividen tetap untuk setiap periode diharapkan investor akan
mengakui kinerja keuangan perusahaan bagus.
3. Sebagian investor memandang bahwa risiko dividen lebih
rendah dibanding risiko capital gain
4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan
pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi
5. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara
manajer dan pemegang saham.
-
19
2.1.5 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyajikan informasi keuangan sebuah
perusahaan. Laporan keuangan ini menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan selama periode tertentu. Untuk selanjutnya juga digunakan
sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan, kemudian dengan hasil penilaian tersebut pihak-pihak yang
berkepentingan membuat suatu keputusan. (Sony Warsono, 2013)
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, “Laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas (cash flow) atau laporan arus
dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keungan”. Itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya,
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga”. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2012).
2.1.6 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis laporan keuangan menurut Kasmir (2017) adalah sebagai
berikut :
-
20
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan
modal yang dimiliki perusahaan saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jumlah dan jumlah pendapatan
perusahaan saat ini.
4. Memberikan informasi jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan
keuangan.
2.1.7 Teknik- Teknik Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan cara membuat
perbandingan (comparison) terdapat banyak teknik yang digunakan dalam
analisis laporan keuangan. Teknik-teknik analisis laporan keuangan dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam (Sony Warsono, 2013):
1. Analisis Rasio
Membandingkan satu atau kumpulan akun dengan satu atau
kumpulan akun lain di laporan keuangan.
-
21
2. Analisis Horisontal
Membandingkan satu atau kumpulan akun pada periode
tertentu dengan satu atau kumpulan akun yang sama pada
periode-perode lain.
3. Analisis Vertika
Membandingkan berbagai jenis akun yang terdapat di laporan
keuangan pada satu periode yang sama.
2.1.8 Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh perusahaan dari
hasil perbandingan laporan keuangan yang mempunyai hubungan satu
sama lainnya. Pengertian rasio menurut James C Van Horne dalam Kasmir
(2017) menyatakan bahwa :
“Indeks yang menghubungka dua angka akuntansi dan diperoleh
dengan membagi satu angka dengan angka lainnya”.
Sedangkan pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2017) adalah :
“Kegiatan membangingkan angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya”.
Berdasarkan kesimpulan diatas, rasio keuangan merupakan angka yang
dihasilkan dari laporan-laporan keuangan yang hubungannya sesuai dan
berarti. Adapun jenis-jenis rasio keuangan menurut Kasmir (2017) yang
sering digunakan yaitu :
-
22
1. Rasio Likuiditas (Liquiditiy Ratio)
Rasio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio
likuiditas adalah untuk menunjukkan dan mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas dan usaha) maupun
didalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain rasio,
rasio likuditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahan
untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya dan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi
kewajiban. (Kasmir, 2017). Adapun jenis-jenis pengukuran rasio
likuiditas:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan
kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat
pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan
(margin of safety) suatu perusahaan. (Kasmir, 2017).
-
23
Rumus untuk mencari current ratio adalah sebagai berikut :
b. Quick ratio
Quick ratio merupakan rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang
jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
sediaan (inventory). Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap
memerlukan waktu lebih laba untuk diuangkan, apabila perusahaan
membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya
dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. (Kasmir, 2017).
Rumus untuk mencari quick ratio adalah sebagai berikut:
c. Cash ratio
Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Keterdiaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau
-
24
yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank
(yang dapat ditarik setiap saat). (Kasmir, 2017).
Rumus untuk mencari cash ratio adalah sebagai berikut:
d. Rasio Perputaran Kas
Rasio Perputaran Kas (cash turn over) berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang
dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.
Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan
kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan penjualan. (Kasmir, 2017).
Rumus untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut:
e. Inventory to Net Working Capital
Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. (Kasmir, 2017).
-
25
Rumus yang digunakan untuk mencari Inventory to Net Working
Capital adalah :
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio Solvabilitas adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban beban utang yang
ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.
(Kasmir, 2017).
Menurut Sartono (2014) pengertian leverage sebagai berikut:
“Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya.”
Menurut Agus Harjito dan Martono (2011) menyatakan bahwa
pengertian leverage sebagai berikut :
“Leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada
penggunaan asset dan sumber dan sumber dana (sources
of funds) oleh perusahaan dimana dalam penggunaan
asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan
biaya tetap atau beban tetap.”
-
26
Menurut Kasmir (2017) menyatakan bahwa pengertian leverage
sebagai berikut :
“Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.”
Dari pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa
pengertian rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Adapun jenis-
jenis pengukuran rasio leverage Menurut Kasmir (2017) yakni sebagai
berikut:
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk
mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva. (Kasmir, 2017).
Rumus untuk menghitung rasio tersebut:
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
-
27
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui
jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang. (Kasmir, 2017).
Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio adalah sebagai
berikut :
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio
antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya
adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan
cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri yang disediakan oleh perusahaan. (Kasmir, 2017).
Rumus yang diguankan :
-
28
d. Times Interest Earned
Times Interest Earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh
mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat merasa malu
karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunnnya. (Kasmir,
2017). Rumus yang diguanakan :
3. Rasio Profitabilitas
Suatu perusahaan menjadikan laporan keuangan sebagai
informasi dalam pengambilan keputusan dan dijadikan sebagai
pengukuran kinerja perusahaan. Melalui analisis rasio keuangan,
yaitu rasio profitabilitas dapat mengukur tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam suatu perusahaan. Rasio profitabilitas juga
memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik usaha
atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan,
terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan
dengan perusahaan. (Kasmir, 2017). Adapun jenis-jenis pengukuran
rasio profitabilitas Menurut Kasmir (2017) yakni sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin
-
29
Gross Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap rupiah
penjualan Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan,
semakin bagus, karena itu artinya biaya produksi perusahaan
itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin laba kotor
semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan.
(Kasmir, 2017). Dihitung dengan rumus :
b. Net Profit Margin
Net Profit Margin mengukur laba bersih (EAT) yang
dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar rasio
ini, semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutup
beban di luar operasi dan pajak penghasilan, yang sekaligus
juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba bersih. (Kasmir, 2017).
Dihitung dengan rumus :
-
30
c. Return on Total Assets (ROI)
Return on Total Assets (ROI) mengukur tingkat
keuntungan yang dihasilkan dari investasi total. Semakin
besar rasio ini, semakin besar kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari total aktiva yang ada. (Kasmir, 2017).
Dihitung dengan rumus :
d. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) menunjukkan hasil
pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas
modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri. (Kasmir, 2017).
Dihitung dengan rumus :
e. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
-
31
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva
yang tersedia di dalam perusahaan. Artinya tingkat
pengembalian investasi menggunakan rasio pengukuran laba
yang diterima dari modal yang diinvestasikan. Rasio
pengukuran ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan. Tingkat pengembalian investasi merupakan jenis
tingkat pengembalian modal, rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk memberikan laba bagi yang menyediakan
dana jangka panjang dan menarik penyedia jangka panjang di
masa akan datang. (Kasmir, 2017).
Dihitung dengan rumus :
4. Ukuran Perusahaan
Menurut Riyanto (2013) mengemukan Firm size atau ukuran
perusahaan adalah nilai yang menunjukkan besar/kecilnya
perusahaan, ukuran perusahaan terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium
size), dan perusahan kecil (small firm) penentuan ukuran perusahaan
ini didasarkan kepada total aset perusahaan. (Riyanto, 2013).
-
32
Aktiva menurut Kieso (2008) yang dikutip oleh Manurung &
Siregar (2008) menyatakan bahwa :
“Aktiva adalah sumber daya dikendalikan oleh suatu perusahaan
sebagai akibat peristiwa masa lalu dan diharapkan akan mendapat
manfaat ekonomi masa depan untuk perusahaan.”
Menurut Riyanto (2013) rumus yang digunakan adalah :
“Ukuran perusahaan (Firm Size) merupakan menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan pada total
aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan total aktiva.”
Dihitung dengan rumus :
5. Pertumbuhan perusahaan
Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di
tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Pengukuran
pertumbuhan perusahaan dengan melihat total penjualan yang diukur
dari penjualan bersih.
Dihitung dengan rumus (Kasmir, 2017):
Δ
-
33
2.2 Tinjauan Pustaka
Berikut ini disajikan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh
Current Ratio (CR), pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), pengaruh Firm
Size , pengaruh Return on Assets (ROA), pengaruh Sales Growth terhadap
Dividen Payout Ratio (DPR):
1. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Indrima Faujimi
(2014) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuditas,
Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012”.
Hasilnya menunjukkan Profitabilitas berpengaruh signifikan positif
terhadap kebijakan dividen sedangkan leverage, likuiditas, ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
2. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Nuning Nur
Chayati (2015) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Kesempatan
Investasi dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen Tunai”. Hasilnya
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen tunai sedangkan kesempatan investasi dan
leverage berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen
tunai.
3. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Putu Adhy
Sumantri (2013) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Firm Size,
-
34
Likuditas dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen di BEI”. Hasil
penelitian menunjukkan profitabilitas, firm size, dan likuiditas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan variabel leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen.
4. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Fillya Arfriani
(2015) dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan dan Growth terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013”
Hasil penelitian menunjukkan likuiditas, leverage dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan
profitabilitas dan growth berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
5. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Hendika Arga
Permana (2016) dengan judul “Analisis Pengaruh Leverage,
Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar DI BEI 2012-2014” Hasil penelitian menunjukkan
leverage, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan dividen dan likuiditas, profitabilitas tidak
-
35
berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
6. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Komang Ayu
Novita Sari (2015) dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Leverage,
Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Kebijakan
Dividen pada Perusahaan Manufaktur DI BEI tahun 2010-2013” Hasil
penelitian menunjukkan likuiditas, leverage, pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
7. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Ratna
Rahmawati (2014) dengan judul “Pengaruh Likuditas Perusahaan,
Hutang, Tingkat Pertumbuhan dan Managerial Ownership terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur Di BEI Periode
2010-2012” Hasil penelitian menunjukkan Terdapat pengaruh positif
Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dan Terdapat pengaruh negatif
Hutang terhadap Kebijakan Dividen pada sedangkan Growth,
managerial ownership tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.
8. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Olivia Diantini
(2015) dengan judul “Pengaruh Earning Per Share, Tingkat
-
36
Pertumbuhan Perusahaan dan Current Ratio terhadap Kebijakan
Dividen Periode 2012-2014” Hasil penelitian Earning per share,
Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen Tingkat Pertumbuhan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kebijakan dividen.
9. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Jelmio Da Costa
Sarmento (2014) dengan judul “Pengaruh Return On Equity, Current
Ratio dan Earning Per Share Terhadap Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Keuangan Periode 2011-2013” Hasil penelitian
menunjukan return on equity, current ratio dan earning per share
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan
dividen.
10. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Ida Ayu Putri
Pertami Dewi (2017) dengan judul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia 2011-2015” Hasil penelitian menunjukan
profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen.
-
37
11. Penelitian dalam jurnal ekonomi yang dilakukan oleh Sandy Eltya
(2016) dengan judul “Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas,
dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di BEI Periode 2012-2014” Hasil penelitian
Likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, Leverage,
ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan sedangkan
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Tabel 2.2
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO Peneliti/
Tahun Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Alat
Analisis Hasil Penelitian
1
Indrima
Faujimi
(2014)
Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage,
Likuditas, Ukuran
Perusahaan
terhadap Kebijakan
Dividen pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
2010-2012
Dependen :
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Profitabilitas
2.Leverage
3.Likuiditas
4.Ukuran
Perusahaan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji t dan
uji F
Profitabilitas
berpengaruh
signifikan positif
terhadap kebijakan
dividen
Leverage,
likuiditas, ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen
-
38
2.
Nuning
Nur
Chayati
(2015)
Pengaruh
Profitabilitas,
Kesempatan
Investasi dan
Leverage terhadap
Kebijakan Dividen
Tunai
Dependen :
Kebijakan
Dividen
Independen :
1.Profitabilitas
2.Kesempatan
Investasi
3.Leverage
Analils
Regresi
Linier
Analisis
yang
digunaka
n uji t
Profitabilitas
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap kebijakan
dividen tunai
Kesempatan
investasi dan
leverage
berpengaruh
positif signifikan
terhadap kebijakan
dividen tunai
3.
Putu
Adhy
Sumantri
(2013)
Pengaruh
Profitabilitas, Firm
Size, Likuditas dan
Leverage terhadap
Kebijakan Dividen
di BEI
Dependen :
Kebijkan
Dividen
Independen:
1.Profitabilitas
2.Firm Size
3.Likuiditas
4.Leverage
Analisis
Linier
Berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji t
Profitabilitas, firm
size, dan likuiditas
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Leverage
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
4
Fillya
Arfriani
(2015)
Pengaruh
Likuiditas,
Leverage,
Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan
dan Growth
terhadap Kebijakan
Dividen pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia tahun
2011-2013
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Likuiditas
2.Leverage
3.Profitabilitas
4.Ukuran
Perusahaan
5.Growth
Analisis
regresi
linear
berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji t
Likuiditas,
leverage dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen
Profitabilitas dan
growth
berpengaruh
positif signifikan
terhadap kebijakan
dividen
-
39
5
Hendika
Arga
Permana
(2016)
Analisis Pengaruh
Leverage,
Likuiditas,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan dan
Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan
Dividen pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar DI BEI
2012-2014
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Leverage
2.Likuiditas
3.Profitabilitas
4.Pertumbuhan
Perusahaan
5.Ukuran
Perusahaan
Analisis
regresi
linear
berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji t dan
uji F
Leverage,
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kebijakan dividen
Likuiditas,
profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
kebijakan dividen
Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
dividen
6
Komang
Ayu
Novita
Sari
(2015)
Pengaruh
Likuiditas,
Leverage,
Pertumbuhan
Perusahaan dan
Profitabilitas
terhadap Kebijakan
Dividen pada
Perusahaan
Manufaktur DI BEI
tahun 2010-2013
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Likuiditas
2.Pertumbuhan
Perusahaan
3.Profitabilitas
Analisis
regresi
linear
berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji t dan
uji F
Likuiditas,
leverage,
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
positif signifikan
terhadap kebijakan
dividen
Profitabilitas tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen
7
Ratna
Rahmaw
ati
(2014)
Pengaruh Likuditas
Perusahaan,
Hutang, Tingkat
Pertumbuhan dan
Managerial
Ownership terhadap
Kebijakan Dividen
pada Perusahaan
Manufaktur Di BEI
Periode 2010-2012
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Likuiditas
2.Hutang
3.Tingkat
Pertumbuhan
4.Managerial
Ownership
Analisis
regresi
linear
berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji F
Likuiditas
berpengaruh
positif terhadap
Kebijakan Dividen
Hutang
berpengaruh
negatif terhadap
Kebijakan Dividen
Growth,
managerial
ownership tidak
berpengaruh
terhadap
Kebijakan Dividen
-
40
8.
Olivia
Diantini
(2015)
Pengaruh Earning
Per Share, Tingkat
Pertumbuhan
Perusahaan dan
Current Ratio
terhadap Kebijakan
Dividen Periode
2012-2014
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Earning per
Share
2.Tingkat
Pertumbuhan
4.Current Ratio
Analisis
regresi
linear
berganda
Earning per share,
Current Ratio
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen
Tingkat
Pertumbuhan
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
kebijakan dividen
9.
Jelmio
Da Costa
Sarment
o (2014)
Pengaruh Return
On Equity, Current
Ratio dan Earning
Per Share Terhadap
Kebijakan Dividen
pada Perusahaan
Keuangan Periode
2011-2013
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Return On
Equity
2.Current Ratio
3.Earning per
Share
Analisis
regresi
linear
berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji t dan
uji F
Return on equity,
current ratio dan
earning per share
berpengaruh
positif namun
tidak signifikan
terhadap kebijakan
dividen
10.
Ida Ayu
Putri
Pertami
Dewi
(2017)
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Kebijakan Dividen
pada Perusahaan
Manufaktur Di
Bursa Efek
Indonesia 2011-
2015
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Profitabilitas
2.Ukuran
Perusahaan
3.Pertumbuhan
Perusahaan
Analisis
regresi
linear
berganda
Profitabilitas,
likuiditas, ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen
Pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen
-
41
Sumber : Kumpulan penelitian-penelitian terdahulu
2.3 Perumusan Hipotesis
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan
secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam
bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan
berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis
yang dirumuskan untuk studi penelitian (Ghozali, 2005). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Dividen Payout Ratio (DPR)
Current Ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas yang
dihitung dengan membagi current asset dengan current liabilities.
(Kasmir, 2017). Sartono (2014) mengemukakan tingkat likuiditas
yang tinggi dapat menggambarkan kinerja perusahaan yang baik
11 Sandy
Eltya
(2016)
Pengaruh Leverage,
Likuiditas,
Profitabilitas, dan
Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan
Dividen pada
Perusahaan
Perbankan yang
terdaftar di BEI
Periode 2012-2014
Dependen:
Kebijakan
Dividen
Independen:
1.Leverage
2.Likuiditas
3.Profitabilitas
4.Ukuran
Perusahaan
Analisis
regresi
linear
berganda
Analisis
yang
digunaka
n uji t dan
uji F
Likuditas tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen
Profitabilitas
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen
Leverage, Ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen
-
42
karena dengan tingkat likuiditas yang baik perusahaan akan lebih
mudah untuk memenuhi kewajiban pembayaran dividen. Ratna (2014)
mengemukakan likuiditas (current ratio) berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
: Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap Dividen
Payout Ratio (DPR)
2. Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR)
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan untuk mengetahui
bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih
banyak menggunakan hutang atau ekuitas (Kasmir, 2017). Menurut
Syahyunan (2013) dalam Komang Ayu (2015) menyatakan bahwa
semakin tinggi kewajiban perusahaan yang harus digunakan maka
semakin rendah kemampuan perusahaan membayarkan dividennya.
Tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal akan
mempengaruhi besarnya keuntungan bersih yang diperoleh dan
berimbas semakin rendah pembagian dividen. Peneliti Putu Adhy
(2013) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan
antara leverage dan kebijakan dividen.
-
43
Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif
signifikan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR)
3. Hubungan Firm Size terhadap Dividen Payout Ratio (DPR)
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total
aktiva pada akhir tahun. Firm Size adalah skala besar kecilnya
perusahaan ditentukan oleh total aset. Riyanto (2013). Besar kecilnya
perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan
investor dalam melakukan investasi.
Menurut Handayani dan Hadinugroho (2009) dalam Ida Ayu
(2017) Firm Size berpengaruh terhadap pembagian dividen karena
perusahaan yang memiliki ukuran yang besar akan lebih mudah
memasuki pasar modal dan menjadikan peluang untuk masuk ke pasar
modal dan memudahkan pembiayaan eksternal lainnya serta
menunjukkan kemampuan meminjam. Hal ini menunjukkaan
hubungan, bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin
besar pula dividen yang akan dibagikan. Sementara, perusahaan yang
baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk
memiliki akses ke pasar modal. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Ida Ayu (2017) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
-
44
kebijakan dividen. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang
dirumuskan :
: Firm Size berpengaruh positif terhadap Dividen Payout
Ratio (DPR)
4. Hubungan Return On Assets (ROA) terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR)
Return on Assets merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur tingkat aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
(Kasmir, 2017). Menurut Wiagustini (2010) dalam Putu Adhi (2013)
Semakin besar Return on Assets menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi semakin
besar. Sehingga meningkatnya profitabilitas perusahaan mempunyai
banyak dana yang dapat digunakan untuk membayar dividen kepada
pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu (2017)
memperoleh hasil yang sama bahwa profitabilitas berpengaruh positif
signifikan. Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah:
: Return On Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan
terhadap Dividen Payout Ratio (DPR)
-
45
5. Hubungan Sales Growth terhadap Dividen Payout Ratio (DPR)
Pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dengan menunjukkan
persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pertumbuhannya. (Kasmir,
2017).
Tingkat penjualan merupakan kemampuan perusahaan untuk
mengembangkan perusahaan dari waktu ke waktu atau
mempertahankan posisi perusahaannya. Makin cepat tingkat penjualan
suatu perusahaan, makin besar biaya operasional untuk membiayai
pertumbuhanya pada waktu mendatang. (Aggy, 2013).
Semakin cepat tingkat pertumbuhan, semakin besar dana yang
dibutuhkan, karena untuk memenuhi kebutuhan dan pendanaan
perusahaan jika menggunakan hutang maka beban bunga makin
tinggi, sehingga laba di pakai untuk membayar beban bunga maka
rasio dividen akan menurun. Semakin besar kebutuhan dana dimasa
mendatang, semakin mungkin perusahaan menahan keuntungan,
bukan membayarkannya sebagai dividen. Oleh karena itu, potensi
pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting dalam kebijakan
dividen (Aggy, 2013). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ida Ayu
Putri Pertami Dewi (2017) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen.
-
46
Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
: Sales Growth berpengaruh negatif signifikan terhadap
Dividen Payout Ratio (DPR)
-
47
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran Teoritis
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
Current Ratio
(𝑿𝟏)
Debt to Equity
Ratio
(𝑿𝟐)
Firm Size
(𝑿𝟑⬚
)
Return On Equity
(𝑿𝟒)
Dividen
Payout Ratio
(Y)
Sales Growth
(𝑿𝟓)