BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demam Berdarah …

13
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demam Berdarah Dengue 2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue Agen penyakit DBD berupa virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus memiliki keterkaitan dengan lingkungan manusia sehingga menyebabkan penularan DBD dapat terjadi dengan cepat. Pada wilayah endemik peningkatan kasus DBD dapat terjadi dalam kurun waktu yang cepat bahkan parahnya dapat menimbulkan KLB (kejadian luar biasa) di sebagian wilayah dunia. Indonesia adalah negara yang beriklim tropis dan DBD paling banyak ditemukan di daerah beriklim tropis. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor primer serta Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor skunder. Biasanya ada penularan trans seksual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan trans ovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Virus dengue ini merupakan anggota genus dari flavivirus yang terdiri dari empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Sedangkan serotipe paling banyak di indonesia adalah DEN-3. Semua serotipe tersebut menyebabkan pandemi DBD. Ilmu taksonomi atau ilmu penggolongan makhluk hidup menggolongkan setiap serotipe sebagai spesies tersendiri. Virus dengue berukuran sekitar 50 nanometer (nm) terdiri dari komponen materi genetik atau genom virus berupa Ribonucleic Acid. RNA (asam ribonukleat) untai tunggal sepanjang kurang lebih 10.700 basa nukleotida. (InfoDatin, 2018).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demam Berdarah …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue

Agen penyakit DBD berupa virus dengue masuk ke dalam

tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus memiliki keterkaitan dengan lingkungan manusia sehingga

menyebabkan penularan DBD dapat terjadi dengan cepat. Pada

wilayah endemik peningkatan kasus DBD dapat terjadi dalam kurun

waktu yang cepat bahkan parahnya dapat menimbulkan KLB (kejadian

luar biasa) di sebagian wilayah dunia. Indonesia adalah negara yang

beriklim tropis dan DBD paling banyak ditemukan di daerah beriklim

tropis.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic

Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh

gigitan nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai

vektor primer serta Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris serta Ae

(Finlaya) niveus sebagai vektor skunder. Biasanya ada penularan trans

seksual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta

penularan trans ovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Virus

dengue ini merupakan anggota genus dari flavivirus yang terdiri dari

empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Sedangkan

serotipe paling banyak di indonesia adalah DEN-3. Semua serotipe

tersebut menyebabkan pandemi DBD. Ilmu taksonomi atau ilmu

penggolongan makhluk hidup menggolongkan setiap serotipe sebagai

spesies tersendiri. Virus dengue berukuran sekitar 50 nanometer (nm)

terdiri dari komponen materi genetik atau genom virus berupa

Ribonucleic Acid. RNA (asam ribonukleat) untai tunggal sepanjang

kurang lebih 10.700 basa nukleotida. (InfoDatin, 2018).

5

2.1.2 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

Menurut World Health Organization (WHO) ada lebih dari 50

juta kasus DBD setiap tahunnya dan hampir setengah dari populasi

dunia tinggal di daerah endemis demam berdarah. Menurut Kemenkes

tercatat sampai bulan Desember sebanyak 95.893 kasus yang

sebelumnya pada bulan September 2020 terdapat 84.734 kasus di

Indonesia. Kasus DBD tertinggi di Pulau Jawa. Pada bulan Juli 2020

mencapai 71.633. Provinsi yang telah disebutkan adalah provinsi yang

berpotensi endemis dari tahun ke tahun tinggi, selain itu jumlah

kematian di Indonesia sejauh ini mencapai 661 pada bulan Desember

2020. Tercatat 1.759 kasus DBD di Jawa Timur, ada 218 kasus di

Kabupaten Malang, 208 kasus di Kabupaten Pacitan dan 166 kasus

DBD di Kabupaten Trenggalek (Riskesdas, 2020).

2.1.3 Gejala Demam Berdarah Dengue

Ada 3 jenis gejala yang bisa menjadi cikal bakal gejala demam

berdarah. Diantaranya ada gejala demam berdarah klasik, gejala dengue

hemorrhagic fever, gejala dengue shock syndrome.

a. Gejala demam berdarah klasik, biasanya dimulai setelah masa

inkubasi dari gigitan nyamuk yang terinfeksi berlangsung 4-7hari,

gejalanya meliputi demam tinggi hingga 40 derajat C, sakit kepala

parah, nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata), nyeri otot

dan sendi parah, mual dan muntah, ruam yang muncul sekujur tubuh

sekitar 3-4 hari setelah demam.

b. Gejala dengue hemorrhagic fever, muncul saat demam berdarah

klasik berlanjut. Sehingga gejala dengue hemorrhagic fever ini

sama dengan gejala demam berdarah klasik namun di tambah

dengan kerusakan di pembuluh darah dan kelenjar getah bening

serta perdarahan di gusi, hidung atau bawah kulit yang

menyebabkan memar, jenis gejala ini bisa berlajut pada kematian.

c. Gejala dengue shock syndrome, berlanjut menjadi jenis penyakit

dengue yang paling parah. Gejalanya meliputi semua gejala demam

berdarah klasik dan gejala dengue hemorrhagic fever namun di

6

tambah dengan pendarahan yang parah, kebocoran diluar

pembuluh darah hingga tekanan darah menjadi sangat rendah.

Umumnya gejala ini muncul pada pasien yang mengalami infeksi

dengue untuk yang kedua kalinya. Biasanya anak-anak yang

mengalami jenis dengue shock syndrome ini.

2.1.4 Faktor Risiko Demam Berdarah Dengue

Faktor risiko potensial seperti geografi, lingkungan, dan status

sosial ekonomi sangat penting karena dapat mempengaruhi kejadian

DBD. Adapun faktor lingkungan fisik seperti curah hujan dan

kepadatan penduduk termasuk faktor resiko yang berkontribusi besar

terhadap penyebaran penyakit DBD. Faktor lingkungan dapat

mempengaruhi kerentanan anak terhadap penyakit ini. DBD kerap

menyerang usia anak, balita dan bayi. Sebelumnya menurut data IDAI

anak usia dibawah 5 tahun yang paling rentan dan saat ini lebih luas

lagi rentang umurnya, penyakit ini kini menyerang anak di bawah usia

15 tahun karena daya tahan tubuh anak cenderung lebih rentan dan

sering berada di dalam rumah.. Selain itu keberadaan tempat bertelur

(breeding habit) nyamuk Aedes Aegypti pada air jernih dan bersih di

sekitar lingkungan rumah. Habitat yang paling disukai oleh nyamuk

Aedes Aegypti yaitu lingkungan dalam rumah terutama bak mandi.

Rentang waktu yang di perlukan dari saat nyamuk menggigit /

memasukkan virus dengue ke dalam tubuh manusia hingga orang

tersebut mengalami gejala DBD. Selama masa inkubasi virus DBD

akan memperbanyak diri dalam tubuh orang tersebut. Ada beberapa

pendapat mengenai berapa lamanya masa inkubasi DBD tersebut.

Diantaranya ada yang menyebutkan 4-10 hari, ada yang menyebutkan

8-12 hari. Namun pada umumnya lama inkubasi DBD ini sekitar

kurang lebih 4-7 hari paling lama 12 hari setelah tergigit nyamuk

Aedes aegypti (Pangestuty, 2020).

2.1.5 Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Langkah utama mencegah DBD adalah menjaga kebersihan

lingkungan. Kemenkes RI gencar mendorong masyarakat melakukan

7

pencegahan DBD 3M yang kemudian berkembang menjadi

pencegahan DBD 5M sebagai berikut :

a. Menguras tempat penampungan air.

Bagi rumah dengan kamar mandi yang menggunakan bak

mandi maka dianjurkan untuk mengurasnya secara berkala,

minimal sekali dalam seminggu. Bertujuan untuk memutus siklus

hidup nyamuk yang hanya berumur 2-3bulan dari telur hingga

dewasa kemudian mati. Nyamuk Aedes aegypti yang menetas 2

hari setelah menyentuh air dan setiap hari nyamuk bertelur 3 kali

sehari sehingga menyebabkan bak mandi menjadi sarang jentik

nyamuk bila tidak di kuras secara berkala. Tidak hanya dikuras,

membersihkan dinding bak mandi dan seluruh sela-sela secara

bersih karena terkadang telur nyamuk menempel dan tidak

terbersihkan. Setelah itu menaburi air dengan bubuk larvasida yang

berfungsi membunuh telur dan jentik yang hidup dan yang sudah

menjadi nyamuk.

b. Menutup rapat tempat penampungan air.

Pada umunya bak mandi memang tidak ditutup, namun

usahakan untuk menutup penampungan air lainnya seperti ember,

baskom, atau gentong agar tidak memberi celah nyamuk bisa

masuk dan berkembang biak di dalamnya.

c. Mengubur barang bekas.

Barang bekas yang menumpuk bisa menjadi tempat tinggal

nyamuk Aedes aegypti. Untuk itu maka jangan biarkan barang

bekas menumpuk dengan cara mengubur atau mendaur ulang

menjadi barang yang lebih fungsional.

d. Menggunakan obat anti-nyamuk.

Musim hujan menjadi resiko meningkatnya DBD.

Menggunakan anti-nyamuk adalah cara tercepat mengatasi gatal-

gatal akibat gigitan nyamuk. Selain obat nyamuk bakar kini

tersedia obat nyamuk elektrik dan obat nyamuk semprot. Selain itu

ada lotion anti-nyamuk, dianjurkan untuk mengoleskan lotion anti-

8

nyamuk tersebut pada sore hari saat nyamuk Aedes aegypti aktif

mencari mangsa dan wajib membaca aturan pakai yang tertera

pada kemasan.

e. Mengenakan pakaian tertutup saat ke luar rumah.

Memakai pakaian tertutup adalah salah satu langkah dari

pencegahan DBD 5M, menghindari dari gigitan nyamuk.

f. Menggunakan kelambu.

Selain memberantas sarang nyamuk, menggunakan

kelambu saat tidur juga efektif dalam melindungi dari gigitan

nyamuk saat tidur.

g. Meletakkan tanaman pengusir nyemuk di dalam rumah.

Ada beberapa jenis tanaman yang efektif mengusir nyamuk,

diantaranya serai wangi, lemon balm, lavender, catnip dan

geranium. Letakkan tanaman di pot kecil disudut ruangan, dekat

jendela, atau di dekat pintu masuk. Selain terbebas dari nyamuk,

menaruh tanaman diruangan juga menambah estetika, keindahan

dan membuat ruangan lebih segar. Untuk tanaman serai wangi dan

lemon balm bisa di tanam di pekarangan rumah.

h. Mengehentikan kebiasaan menggantung pakaian.

Gantungan pakaian merupakan tempat tinggal favorit

nyamuk. Menghindari menggantung pakaian merupakan

pencegahan bersarangnya nyamuk, terutama di belakang pintu

yang gelap dan lembab.

Pada umumnya petugas RT dan RW akan berkoordinasi

dengan petugas kelurahan dan kecamatan untuk melakukan fogging

atau pengasapan. Fogging adalah proses penyemprotan pestisida

atau insektisida kimia dalam bentuk aerosol untuk membunuh

nyamuk. Pelaksanaan fogging harus mengikuti aturan yang

berlaku. Fogging dilakukan pada saat nyamuk Aedes aegypti aktif

mencari mangsa antara pukul 08.00 – 11.00 pagi dan 14.00 – 17.00

sore.

9

Melindungi keluarga dari DBD terutama anak-anak. Maka

orang tua perlu berhati-hati dengan melakukan pencegahan DBD

pada anak, pada umumnya pencegahan yang dilakukan sama

dengan pencegahan DBD pada dewasa, sebagai berikut :

a. Selalu menjaga kebersihan lingkungan, rumah dan kamar anak.

b. Ingatkan anak agar tidak menumpuk pakaian atau barang-

barang. Menumpuk pakaian atau barang-barang dapat

menimbulkan tempat bersarangnya nyamuk.

c. Mengingatkan anak untuk mengenakan pakaian tertutup saat

keluar rumah.

d. Menggunakan lotion anti-nyamuk pada anak, dengan

mengikuti panduan yang tertera di kemasannya.

e. Lotion anti-nyamuk tidak boleh dioleskan pada bayi berusia di

bawah 2 bulan.

f. Hindari mengoleskan lotion ke bagian tubuh anak yang sedang

terluka.

g. Hindari menggunakan produk anti-nyamuk yang menggantung

minyak lemon eucalyptus (OLE) atau para-menthane-

diol (PMD) untuk anak yang berusia di bawah 3 tahun.

h. Untuk produk anti-nyamuk semprot (spray), orang tua perlu

menyemprotkannya ke tangan mereka lebih dulu, baru

dioleskan ke wajah anak.

i. Berikan vaksinasi Dengue. Vaksin ini masih belum tersedia

secara luas, tetapi sudah disetujui oleh Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM). Perlindungan dari vaksin Dengue

paling efektif bila diberikan kepada anak berusia 9–16 tahun.

Vaksin ini belum dapat diberikan kepada anak yang berusia di

bawah 9 tahun.

j. Berikan anak makanan kaya vitamin C yang dapat

meningkatkan imunitasnya, seperti buah jambu biji (Rio, 2016)

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu

10

tempat, di bawah satu atap dan saling ketergantungan. Berasal dari

bahasa sansekerta “kulawarga” yang berarti anggota, kelompok

kerabat . Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) keluarga

adalah ibu, bapak dengan anak-anaknya . Keluarga merupakan

kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu yang memiliki

hubungan antar individu, memiliki ikatan, tanggung jawab, kewajiban

satu sama lain.

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih

memiiki hubungan darah. Keluarga merupakan insitusi terkecil dalam

masyarakat yang berfungsi mewujudkan kehidupan yang tentram,

aman damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang

diantara anggotanya. Suatu ikatan hidup yang didasarkan karena

terjadinya perkawinan, bisa disebabkan juga karena persusuan atau

muncul perilaku pengasuhan (Hayati, 2017).

Keluarga tidak dapat di pisahkan dari kehidupan anak yang

merupakan utama dan pertama dalam memulai kehidupannya.

Keluarga merupakan tempat utama atau tempat awal dan tempat

terdekat anak, karena dalam keluarga tersedia banyak waktu luang

untuk dihabiskan bersama dengan anak. Peran aktif orang tua terhadap

perkembangan anak sangat di perlukan terutama pada saat mereka

masih berada di bawah usia 5 tahun (Zahrok, 2018).

2.2.2 Upaya Keluarga

Upaya keluarga adalah suatu usaha atau kegiatan yang

mengerahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan oleh

keluarga (Lestari, 2016).

2.2.3 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan kepada

anak atau anggota keluarga lainnya baik moril maupun materil untuk

memotivasi orang tersebut dalam melakukan kegiatan atau upaya

melindungi antar anggota keluarga satu sama lain (Hayati, 2017).

11

2.2.4 Manfaat Dukungan Keluarga

Dalam hal ini manfaat dukungan keluarga ialah melindungi

keluarga dari segala macam bentuk hal tidak baik dan membahayakan

apapun. Maka dalam hal ini pencegahan DBD yang dilakukan keluarga

juga adalah bagian dari perlindungan dan sudah menjadi keharusan

bagi anggota keluarga satu sama lain apalagi orang tua kepada anaknya

(Hayati, 2017).

2.2.5 Jenis Keluarga

Menurut Friedman (1998) ada 2 jenis keluarga diantaranya

yaitu:

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan

anak kandung atau angkat.

2) Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah keluarga lain

yang masih mempunyai hubungan darah contohnya kakek,

nenek, keponakan, paman, bibi atau lainnya.

3) Keluarga Dyad adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri

tanpa anak.

4) Single parent adalah keluarga yang terdiri dari satu orang tua

ayah/ ibu dengan anak kandung atau angkat. Kondisi tersebut

dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5) Single adult adalah keluarga yang hanya terdiri dari seseorang

dewasa misalnya seseorang yang telah dewasa yang tinggal

kost untuk bekerja atau kuliah.

b. Keluarga non tradisional

1) The unmarriedteenege mather adalah keluarga yang terdiri dari

orang tua terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) The stepparent family adalah keluarga dengan orang tua tiri.

3) Commune family adalah sebagian pasangan keluarga dengan

anaknya yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama

dalam satu rumah, fasilitas dan sumber yang sama, pengalaman

12

yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok

atau membesarkan anak bersama.

4) The non marital heterosexual cohibitang family adalah

keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan

tanpa pernikahan.

5) Gay and lesbian family adalah seseorang yang mempunyai

persamaan sex hidup bersama seperti suami dan istri atau

marital partners.

6) Cohibitang couple adalah orang dewasa yang hidup bersama

diluar pernikahan karena beberapa alasan tertentu.

7) Group-marrige family adalah beberapa orang dewasa

menggunakan alat-alat rumah tangga yang seperti sudah

menikah berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan

anaknya.

8) Group network family adalah keluarga inti yang dibatasi oleh

aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu

sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah

tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan

anaknya.

9) Foster family adalah keluarga yang menerima anak yang tidak

ada hubungan keluarga atau saudara dalam waktu sementara,

saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk

menyatukan kembali keluarga aslinya.

10) Homeless family adalah keluarga yang terbentuk tidak

mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis

personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi atau

problem kesehatan mental.

11) Gang adalah keluarga yang destruktif dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal

dalam kehidupannya (Andarmoyo, 2012).

13

2.2.6 Fungsi Keluarga

1) Fungsi pendidikan. Tugas keluarga dalam mendidik anak untuk

mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak ketika dewasa.

2) Fungsi sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah

mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3) Fungsi perlindungan. Tugas keluarga dalam melindungi anak dari

tindakan-tindakan yang tidak baik atau apapun yang tidak baik dan

membahayakan agar anggota keluarga merasa terlindungi dan

aman.

4) Fungsi perasaan. Tugas keluarga melindungi dan menjaga secara

intuitif merasakan perasaan dan suasana hati anak dan anggota

keluarga lainnya dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar

sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain

dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5) Fungsi religius. Tugas keluarga memperkenalkan dan mengajak

anak dan anggota keluarga lainnya dalam kehidupan beragama dan

tugas kepala keluarga adalah menanamkan keyakinan bahwa ada

keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan

lain setelah kehidupan di dunia ini.

6) Fungsi ekonomis. Tugas keluarga dalam mencari sumber-sumber

kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lainnya,

kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur

penghasilan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan keluarga.

7) Fungsi rekreatif. Tugas keluarga ini tidak selalu harus pergi ke

tempat rekreasi, yang penting bagaimana menciptakan suasana

yang menyenangkan dalam keluarga, dapat dilakukan dirumah

dengan cara nonton TV bersama, bicara tentang pengalaman

masing-masing dan family time atau quality time lainnya.

8) Fungsi biologis. Tugas Keluarga ini untuk meneruskan keturunan

sebagai generasi penerus.

14

9) Memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, rasa aman dan nyaman

diantara anggota keluarga serta membina pendewasaan kepribadian

anggota keluarga.

Namun adapun 8 dasar tugas keluarga sebagai berikut:

1) Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota keluarga lainnya.

2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

4) Sosialisasi antar anggota keluarga.

5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang

lebih luas.

8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

(Kogoya, 2019).

2.3 Konsep COVID-19

2.3.1 Definisi COVID-19

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus

severe acute respiratory syndrome coronovirus 2 (SARS-CoV-2) atau

disebut juga virus Corona. COVID-19 dapat mengganggu sistem

pernapasan, memiliki gejala seperti flu hingga pneumonia.

Penyebarannya yang sangat cepat membuat sebagian negara

menerapkan kebijakan lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial

Berskala Besar) untuk mencegah dan menekan penyebaran virus

Corona. Bagian negara dibagi per-zona sesuai dengan kerentanan

COVID-19 pada daerah tersebut. Dalam hal ini kota Malang sudah

termasuk zona merah yang berarti berbahaya dan tingkat positif

COVID-19 tinggi. Maka dari itu masyarakat dilarang melakukan

aktivitas diluar rumah dalam bentuk apapun kecuali orang-orang yang

memang sangat terpaksa harus keluar rumah seperti orang-orang yang

pekerjaannya tidak bisa dilakukan dirumah.

15

Tercatat sebanyak 664.930 orang terkonfirmasi positif hingga

21 Desember 2020 dengan jumlah kematian 19.880 orang. Merujuk

pada data tersebut tingkat kematian berdasarkan kelompok usia 0 – 5

tahun sebesar 0,99%, 6-18 tahun sebesar 0,61%, 19-30 tahun sebesar

0,73%, 31-45 tahun sebesar 1,51%, 46-59 tahun sebesar 4,65% dan

usia >60 tahun sebesar 11,45%. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin

laki-laki 56,6% dan perempuan 43,4% adalah perempuan yang

meninggal akibat COVID-19 (Susilo, 2020).

2.3.2 Dampak COVID-19

Dampak Pandemi COVID-19 tidak hanya menghambat di

kesehatan namun juga menghambat berbagai kegiatan termasuk

dalam menjalankan fungsi dan tugas keluarga poin ke 6 mengenai

fungsi ekonomis keluarga dalam mencari sumber-sumber kehidupan

dan mencari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

Dalam hal ini terlihat signifikan kesenjangan sosial, mereka

yang beruntung bisa melakukan pekerjaan di dalam rumah dengan

mereka yang harus tetap bekerja keluar rumah untuk menafkahi

keluarga dirumah. Namun masih ada saja orang-orang yang tidak

mematuhi ujaran pemerintah mengenai PSBB atau lockdown. Mereka

orang-orang yang bisa saja melakukan aktivitas dirumah, bekerja

dirumah namun tetap ngotot keluar rumah sekedar untuk jalan-jalan

ke mall dan bahkan sampai ada yang liburan keluar kota. Hal tersebut

justru semakin membahayakan mereka orang-orang yang terpaksa

harus bekerja diluar rumah demi keluarga.

Keluarga adalah lingkup inti terkecil dan terpenting dalam

upaya pencegahan DBD pada anak apalagi di masa pandemi COVID-

19 saat ini. Dapat di garis bawahi dalam fungsi keluarga poin ke 3

adalah fungsi melindungi keluarga dari segala macam bentuk hal

tidak baik dan membahayakan apapun. Maka dalam hal ini

pencegahan DBD yang dilakukan keluarga juga adalah bagian dari

perlindungan dan sudah menjadi keharusan bagi anggota keluarga

satu sama lain apalagi orang tua kepada anaknya.

16

Adapun beberapa tantangan keluarga menghadapi era

pandemic COVID-19. Isu permasalahan keluarga tersebut di

antaranya adalah;

1) Menghadapi anak-anak sekolah belajar dari rumah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa selama ini fungsi

pendidikan diserahkan kepada lembaga pendidikan, pada

kebijakan social distancing, anak-anak harus

belajar dirumah. Beberapa informasi dari keluarga ada

yang sudah mulai kewalahan dan mengeluh dengan sikap

anak-anak di rumah yang kurang berkenan dengan aturan

orang tua, seperti malas, dan berantakan.

2) Kekhawatiran dan ketakutan terkait dengan kesehatan

keluarga. Ketakutan anggota keluarga terpapar

virus, terutama mereka yang mempunyai anak dan

merawat lansia. Ditambah lagi saat ini mengenai kenaikan

angka DBD di Indonesia. Pandemic COVID-19 seolah

tidak cukup memberi kekhawatiran untuk orangtua yang

kini harus ekstra menjaga, melindungi, dan mencegah

penyakit DBD, COVID-19 dan resiko penyakit lainnya.

3) Ekonomi keluarga juga menjadi kekhawatiran, karena

berkurangnya pendapatan keluarga sementara keluarga juga

harus selalu menjaga kesehatan dan menjaga imun

keluarga. Kondisi ini juga berdampak pada pegeluaran

keluarga.

4) Adanya gangguan dengan pendidikan anak. Beberapa

orang tua memiliki kekhawatiran terkait dengan

gangguan masa depan pendidikan anak.

Beberapa isu lainnya terkait dengan pandemi COVID-19

adalah ketakutan pada berita bertambahnya jumlah penderita yang

disiarkan media sosial, serta simpang siurnya isu terkait pandemi

COVID-19, terbatasnya pemenuhan kebutuhan dasar, terbatasnya alat

pelindung diri dan situasi ketidakpastian (Susilowati, 2020).