BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi dan Budaya
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi dan Budaya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi dan Budaya
Definisi komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu
komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian paradigmatik,
sehingga akan menjadi jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi
itu.Pengertian komunkasi secara umum adalah setiap orang yang hidup dalam
masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa
terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi
terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain, karena
berhubungan menimbulkan interaksi sosial.
Kehidupan manusia terlihat dari dinamika komunikasinya. Semua manusia
sangat sadar akan kebutuhan hidupnya dan bisa terpenuhi apabila dia
berinteraksi. Oleh karenanya apabila seseorang berinteraksi dengan baik
kebutuhannya dapat berjalan lancar.
Menurut Saundra Hybels dan Richard L. Weafer II, yaitu komunikasi adalah
proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu mencangkup
informasi yang telah disampaikan tidak hanya saja secara lisan dan tulisan,
tetapi dengan bahasa tubuh, gaya serta penampilan diri, atau dengan alat bantu
di sekeliling kita untuk memperkaya pesan tersebut ( Liliweri, 2003: 3).
Menurut Billie J. Walhstrom menyatakan komunikasi merupakan
pernyataan diri yang secara efektif, pertukaran pesan tertulis, pesan dalam
percakapan, serta dengan cara imajinasi, pertukaran informasi dan hiburan
dengan kata melalui percakapan atau dengan metode lain. Pengalihan informasi
dari seseorang untuk orang lain, pertukaran makna antarpribadi dengan sistem
7
simbol proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain
dengan efek tertentu (Liliweri, 2003: 4).
Komunikasi sekarang dapat didefiniskan sebagai proses dinamika
transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimaannya dengan
sengaja menyadari (to code ) perilaku mereka untuk menghasilakan pesan yang
mereka salurkan lewat suatu saluran ( Channel ) guna merangsang atau
memperoleh sikap atau perilaku tertentu. Dimasukkan semua stimuli sadar tak
sadar, segaja tak sengaja, verbal dan non-verbal yang berperan sebagai
isyaratisyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibillitas
pedsan (Sihabudin, 2011 : 15).
Kebudayaan sangat identik dengan cara manusia hidup, manusia belajar,
berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut
budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,
tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan teknologi, semua
berdasarkan pola-pola budaya.
Budaya merupakan rencana membangunkan ketertarikan. Budaya dapat
ditafsirkan salah satu pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,
makna dan diwariskan dari generasi ke generasi, dengan keras individu dan
kelompok. Budaya menampakan, dengan pola bahasa dan berbagai kegiatan
serta perilaku ; gaya berkomunikasi, objek materi, seperti rumah, alat, dan
mesin yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis transportasi, dan
alatalat perang. Budaya berhubungan serta ada dimanapun, budaya juga
bersangkutan pada bentuk fisik dan lingkungan sosial mempunyai pengaruhi di
kehidupan sehari-hari. Budaya berpengaruh sejak di kandungan hingga mati
bahkan kita meninggal, kita dikuburkan dengan cara budaya masing-masing.
Budaya ada sudah saat geneti, budaya juga berubah ketika orang-orang
melupakan budayanya dan bergaul antara yang satu dengan lainnya (Sihabudin,
2011 :19-20).
Budaya merupakan nilai yang timbul dari proses interaksi antar- individu.
Nilai yang diakui baik secara langsung atau tidak, seiring waktu yang dilalui
dalam interaksi tersebut. bahkan terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung di
8
dalam alam bawah sadar individu dan diwariskan untuk generasi selanjutnya
(Nasrullah, 2012 : 15).
Secara teori ataupun dalam tradisi antropologi, Cliffort Geerzt ( dalam
Martin dan Nakayama, 1997: 47) menjelaskan budaya adalah nilai yang dilihat
dari ceritanya sendiri memiliki karakteristik atau terlihat dari simbol yang
muncul. Simbol itu mempunyai makna yaitu dengan sistem konsep ekspresi
komunikasi di antara manusia yang mempunyai arti yang terus menerus
berkembang bertepatan pengetahuan manusia untuk melakukan kehidupan.
Oleh karenanya, untuk arti kebudayaan adalah nilai, kebiasaan, atau
kepercayaan yang akan terus berkembang (Nasrullah, 2012 : 15-16).
Menurut Iris Varner dan Linda Beamer, dalam Intercultural
Communication in the Global Workplace, mengartikan kebudayaan sabagai
pandangan tentang sesuatu yang dipelajari, yang dibagi, atau yang
dipertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan ini berisi apa yang mendasari
kehidupan, apa yang menjadi derajat kepentingan. Tetang sikap mereka yang
tepat terhadap sesuatu, gambaran suatu perilaku yang harus diterima oleh
sesama atau yang berkaitan dengan orang lain ( Liliweri, 2003:8). Pengertian
kebudayaan tersebut mengandung beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang
sama, yakni kebudayaan itu ada diantara umat manusia yang sangat beraneka
ragam, diperoleh dan diteruskan secara sosial melalui pembelajaran, dijabarkan
dari komponen biologi, psikologi, dan sosiologi sebagai eksistensi manusia.
Hubungan antara komunikasi dan budaya tidak dapat terpisahkan , oleh
karena budaya tidak hanya mampu menentukan siapa lawan biacaranya,
misalkan siapan bicara siapa, tentang apa dan bagaimana komunikasi
berlangsung , hanya saja budaya juga sering menentukan agar orang menyandi
pesan, makna yang mereka miliki untuk sebuat symbol dan pesan dalam kondisi
tertentu. Untuk mengirim, memperhatikan, menafsirkan pesan. Sebenarnya,
semua perilaku tergantung pada budaya saat kita dibesarkan. Konsekuensinya,
budaya adalah landasan untuk komunikasi. Jika budaya beranekan ragam, maka
dari itu beragam pula praktik komunikasi.
9
Pusat utama komunikasi dan budaya terihat pada variasi langkah dan cara
manusia berinteraksi melalui golongan manusia atau kelompok sosial.
Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode pesan, baik secara verbal maupun
nonverbal, yang secara almiah digunakan dalam semua konteks interaksi. Pusat
perhatian studi komunikasi dan kebudayaan juga meliputi bagaimana makna
serta pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya,
kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang
melibatkan interaksi antarmanusia.
2.2. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya Liliweri (2013: 11) menurut beberapa ahli, :
menurut samovar dan poter, “komunikasi antarbudaya terlaksana apabila pesan
dan penerima pesan yang latar kebudayaanya berbeda’’. Berbanding terbalik
pada konsep Charley H. Dood menyatakan komunikasi antarbudaya
mencangkup komunikasi yang dilibatkan peserta komunikasi yang mewakili
pribadi, antarpribadi dan kelompok pada tekanan yang perbedaan latar belakang
kebudayaan yang sangat berpengaruh pada perilaku komunikasi antarbudaya
menurut Guo-Ming Chen dan William J. Starosta, “komunikasi antarbudaya
adalah proses negosiasi atau pertukaran sisterm simbolik yang mebimbing
perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai
kelompok’’.
Penjelasan beberapa ahli peneliti memberi penyimpulan komunikasi
antarbudaya merupakan komunikasi berlangsung karena komunikator dan
komunikan dan mempunyai latar belakang budaya berbeda dan melibatkan
urusan pribadi, antarpribadi dan kelompok melalui proses pertukaran pesan dan
membatasi mereka untuk melakukan fungsinya di dalam kempok.
Menurut Deddy Mulyana dan Jalaludin (2009: 23) kelompok yang
mempunyai budaya berbeda, mereka tidak memiliki pengalaman yang sama dan
tidak memiliki pandangan yang sama. Gaya hidup dan kepercayaan mereka pun
berbeda. Oleh karenanya mereka mempunyai budaya yang serupa, perbedaan
mereka terlihat pada aspek pandangan sosial yang terbatas. Pandangan sosial
10
merupakan pemberian arti pada objek sosial dan peristiwa yang di dapatkan di
lingkungan adalah suatu aspek komunikasi yang sangat penting. Budaya
mempunyai pengaruh tahap pandangan sehingga memmpunyai tatanan
perseptual yang tergantung pada budaya.
2.2.1. Fungsi Komunikasi Antarbudaya
Menurut Pakpahan dalam Jurnalnya ( 2013: 238-240), fungsi komunikasi
antarbudaya yaitu :
1. Fugsi pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antarbudaya merupakan fungsi yang
diperlihatkan dengan karakter berkomunikasi yang terdapat dari seorang
individu.
a. Menyatakan indentitas sosial
Perilaku ini terlihat dari bahasa verbal dan nonverbal. Dari berbahasa
dapat diketahui identitas diri maupun sosial misalnya yaitu asal-usul
suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan,
b. Menyatakan intergrasi sosial
Adalah keterbukaan kesatuan atau persatuan antarpribadi,
antarkelompok tetap mengakui perbedaan yang dimiliki.
c. Menambah Pengetahuan
Komunikasi antarbudaya tidak dapat dipungkiri menambah
pengetahuan serta saling tukar pengalaman budaya masing-masing.
2. Fungsi sosial
a. Pengawasan
Saling mengawasi. Fungsi ini berguna untuk menginformasikan
perkembangan terhadap lingkungan di media massa.
11
b. Menjembatani
Fungsi menjembatani dapat terkontrol dengan cara pertukaran pesan,
keduannya memperjelas perbedaan arti atas satu pesan sehingga
mempunyai kesimpulan yang sama.
c. Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengajarkan serta memperkenalkan
nilai budaya dimasyarakat kepada masyarakat lain.
d. Menghibur
Fungsi menghibur tampil didalam proses komunikasi antarbudaya,
misalnya menonton tarian dari kebudayaan lain.
2.2.2. Asumsi-Asumsi Komunikasi Antarbudaya
Menurut Alo liliweri (2013: 15) berbicara tentang ilmu komunikasi
tentunya ilmu komunikasi merupakan terori-teori, yang untuk berguna
menerangkan segala aktivitas komunikasi manusia. Dalam teori, termasuk teori
komunikasi dapat dilakukan disuatu lingkungan atau situasi tertentu. Situasi
dimana teori komunikasi bisa dilakukan dan disebut asumsi, hanya dengan
asumsi orang maka memberikan batas-batas bagi penerapan sebuah teori.
Dalam hal pemahaman kajian komunikasi antarbudaya liliweri (2013 : 15-22)
menjabarkan beberapa asumsi, sebagai berikut :
1. Perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan
Dengan adanya perbedaan budaya maka perhatian teoritis atau
praktis dari komunikasi terfokus ada pesan yang menghubungkan
individu atau kelompok dari dua situasi budaya yang berbeda. Semisal
komunikasi yang efektif adalah variabel tidak bebas maka perbedaan
antarbudaya tersebut secara ilmiah dapat diakui sebagai variabel bebas,
menjadi jurang memisahkan komunikator dengan komunikan. Dalam
perbedaan ini hambatan komunikasi antarbudayan adalah berbedaan
pandangan kepada norma-norma budaya, pola-pola berpikir, struktur
budaya dan sistem budaya. Maka dari itu, kesuksesan komunikasi
12
antarbudaya mengakui dan menerima perbedaan-perbedaan budaya
sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang dikehendaki.
2. Komunikasi Antarbudaya Mengandung Isi dan Relasi Antarpribadi
Proses komunikasi antarbudaya muncul dari relasi sosial antarbudaya
yang menghendaki adanya interaksi sosial. Watzlawick, Beavin, dan
Jackson (1967) menekankan bahwa isi (content of communication)
komunikasi tidak berbeda dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi dan
makna merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dua hal yang esensial
membentuk relasi (relation). Relasi antarmanusia mempengaruhi
bagaimana isi dan makna sebuah pesan agar dapat diinterpretasikan.
3. Gaya Personal Mempengaruhi Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya berrawal dari komunikasi antarpribadi
diantara peserta yang berbeda budaya, menurut Candia Elloit (1999) secara
normatif komunikasi antarpribadi itu mengandakan gaya berkomunikasi
yang dihubungkan dengan nilai-nilai yang dianut orang. Nilai itu berbeda
diantara kelompok etnik yang bisa menunjang serta merusak perhatian
orang berkomunikasi gaya ini berkaitan pada individu ataupun sekelompok
etnik.
4. Tujuan Komunikasi Antarbudaya: Mengurangi Tingkat ketidakpastian
Dalam studi komunikasi, terutama teori informasi, tingkat
ketidaktentuan akan berkurang apabila proses komunikasi dilakukan
dengan tepat. Menurut Gudykunstt dan Kim (1984), cara mengurangi
tingkat ketidakpastian bisa dilakukan dengan tiga tahap interaksi
sebagai berikut :
a. Pro-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal
maupun nonvebal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau
menghindari komunikasi).
b. Intial contact and immpresion, yakni tanggapan lanjutan atas kesan
yang muncul dari kontak awal tersebut.
13
c. Closure, mulai membuka diri yang semula tertutup melalui atribusi
dan pengembangan kepribadian implisit. Terori antribusi
menganjurkan agar seseorang lebih mengerti perilaku orang lain
dengan menyelidiki motivasi atas suatu perilaku atau tindakan.
5. Komunikasi Berpusat pada Kebudayaan
Komunikasi adalah bentuk, metode, teknik, proses sosial dari kehidupan
manusia yang membudaya maka komunikasi merupakan sarana bagi
transmisi kebudayaan. Dalam kebudayaan, jadi kebudayaan itu sendiri
adalah komunikasi, dalam kebudayaan ada sistem dan dinamika yang
mengatur tata cara pertukar simbol-simbol komunikasi, dan hanya dengan
komunikasi maka pertukaran simbol-simbol bisa dilakukan, serta
kebudayaan hanya akan eksis bila ada komunikasi.
6. Tujuan Komunikasi Antarbudaya adalah Efektivitas Antarbudaya
Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial jika tidak
berkomunikasi dan berinteraksi antarbuadaya yang efektif tergantung dari
komunikasi antarbudaya. Tujuan dari komunikasi antarbudaya akan
tercapai jika bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan upaya yang
sadar dari peserta komunikasi untuk memperbaharui relasi antar
komunikator dengan komunikan yang efektif Lahirnya semangat
kesetiakawanan, persahabatan , hingga kepada berhasilnya pembagian
teknologi dan mengurangi konflik.
2.2.3. Hambatan-hambatan Komunikasi Antarbudaya
Setiap daerah memiliki budayanya masing-masing. Dalam satu negara
seperti negara Indonesia, terdapat beragam budaya yang tumbuh dan
berkembang serta menjadi ciri khas dari setiap daerah. Komunikasi
antarbudaya merupakan komunikasi yang dilakukan orang dua orang,
kelompok atau lebih yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Budaya mengacu pada pola perilaku, kepercayaan dan adat istiadat.
14
Barna dan Ruben (dalam Devito, 2011:488-492) hukum Murpy (jika salah
dia akan salah) Mengetahui penghambat dapat membantu anda
menhindarinya. Komunikasi antarbudaya, tentu menghadapi hambatan dan
masalah seperti komunikasi. Berikut hambatan-hambatan komunikasi
antarbudaya :
a. Mengabaikan perbedaan antara kelompok dengan secara kultural
berbeda. Hambatan yang paling lazim adalah perilaku serta
kepercayaan, mengenai perbedaan gaya rambut, cara berpakaian, dan
makanan. Tetapi, dalam hal ini nilai serta kepercayaan, pada dasarnya
semua manusia sama.
b. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda.
Dalam setiap kelompok kultural mempunyai perbedaan kukltural.
Seperti orang Amerika tidak sama satu dengan yang lain. Demikian
dengan orang Indonesia.
c. Mengabaikan perbedaan makna. Maka tidak terletak pada kata-kata
yang digunakan, tetapi kepada orang yang menggunakan kata-kata itu.
d. Melanggar adat kebiasaan kultur. Setiap kultur mempunyai aturan
komunikasi sendiri-sendiri. Aturan itu menetapkan mana yang patut
dan mana yang tidak.
e. Menilai perbedaan secara negatif. Adanya perbedaan secara kultural,
tetapi tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai negatif.
2.2.4. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarbudaya mancakup komunikasi interpersonal. Joseph A.
Devito menjelaskan dalam bukunya The Interpersonal Communication Book,
bahwa “the process of seding dan Receiving message between two persons,
among small grup of persons. With some effect and some immediate
feedback’’(proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang/ diantara
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika) (Jatmiko, 1997: 16).
15
Selanjutnya, Mc Crosky, Larson, dan Knapp dalam bukunya An
Indroduction to interpersonal communication, mengatakan bahwa komunikasi
yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan yang paling tinggi
derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi
(Jatmiko, 1997: 16).
Untuk kesamaan dan ketidaksamaan diproses komunikasi interpersonal
Everrett M Rogers menyatakan istilah. Homophily dan heterophily yang dapat
memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi
interpersonal. Homophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat
pasangan perorang yang berinteraksi dan memiliki kesamaan dalam sifatnya,
atribut ( seperti kepercayaan nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya).
Heterophilysebagai kebalikan dari homophily, didefinisikan sebagai derajat
pasangan orang-orang yang berinteraksi dan berada dalam sifat-sifat tertentu.
Dalam situasi bebas memili, dimana komunikator dapat berinteraksi dengan
salah seorang dari sejumlah komunikan yang kuat untuk memilih komunikan
yang lebih menyamai diri komunikator. Menurut Homann lebih dekat
kesamaanya sejumlah orang dalam tingkat sosial, lebih sering mereka
berinteraksi satu sama lain (Jatmika, 1997: 17).
Joseph A Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication,
efektivitas komunikasi memiliki dua perspektif ysng keduanya saling
melengkapi yaitu:
1. Perpektif humaistik, meliputi sifat-sifat:
a. Keterbukaan
Sifat keterbukaan yaitu bahwa kita harus terbuka pada orang-orang
yang berinteraksi dengan kita. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus
dengan serta merta menceritakan semua latar belakang kehidupan
kita. Namun yang penting ada kemauan untuk membuka diri pada
masalah-masalah umum. Dari sini orang lain akan mengetahui
pendapat, pikiran, dan gagasan kita, sehingga komunikasi akan mudah
dilakukan.
b. Perilaku suportif
16
Artinya seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap
bettahan. Terbukan dan empati tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak suportif.
c. Perilaku Positif
Menunjukan paling tidak dua aspek, yaitu pertama komunikasi
antarpribadi akan bekembang bila ada pandangan positif terhadap diri
sendiri. Kedua, mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan
berbagai situasi komunikasi.
d. Empati
Adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada
peranan/ posisi orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara
emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan
dan dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat
dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.
e. Kesamaan
Mencakup dua hal, yaitu pertama, kesamaan bidang pengalaman
diantara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi antarpribadi
umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai,
sikap, dan perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak berarti
bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. Tentu saja dapat lebih
banyak waktu untuk menyesuaikan mereka sulit dan perlu lebih
banyak waktu untuk menyesuaikan diri dibandingkan dengan kedua
belah pihak yang mempunyai kesamaan-kesamaan. Kedua kesamaan
dalam komunikasi antarpribadi harus ada kesamaan dalam mengirim
dan menerima pesan.
2. Perspektif pragmatis, memiliki sifat-sifat :
a. Bersikap yakin
Dalam arti bahwa seseorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah
menghadapi orang lain. Orang yang mempunyai sifat ini akan
bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun nonverbal
b. Kebersamaan
17
Orang yang memiliki sifat ini, bila berkomunikasi dengan orang lain
akan memperhatikan dan merasakan kepentingan orang lain.
c. Menejemen interaksi
Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan
mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskankedua belah
pihak, sehingga tidak seorangpun merasa diabaikan. Hal ini
ditunjukan dengan mengatur isi, kelancaran, dan arah pembicaraan
secara konsisten
d. Prilaku ekspresif
Memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh
dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ekspresif ini hampir
sama dengan keterbukaan; mengekspresikan tanggung jawab terhadap
perasaan dan pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan
memberikan umpan balik yang relevan.
e. Orientasi pada orang lain
Seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain.
Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan
orang lain. Tentunya, dalam hal ini seseorang harus mampu melihat
perhatian dan kepentingan orang lain. Selain itu, orang yang memiliki
sifat ini harus mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut
pandang orang lain serta mengahargai perbedaan orang lain dalam
suatu hal.
2.2.5. Teori Bahasa dalam Budaya
Walaupun percakapan merupakan bagian fari kehidupan manusia yang
alami (karena kita tidak dapat menghindari percakapan), namun percakapan
bukanlah suatu yang tanpa konsekeunsi. Percakapan yang kita lakukan
membentuk siapa dan bagimana diri kita sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat. Teori perspektif bahasa dalam budaya yang dikemukakan Fern
Johnson, menjadikan studi mengenai liguistik budaya (cultural linguistic)
memberikan peran dan pengaruhnya pada isu-isu mengenai keragaman budaya
pada masyarakat mulibudaya seperti di Amerika Serikat (AS).
18
2.3. Etnis Kalimantan Tengah dan Madura
1. Pengertian etnis
Pengertian etnis merujuk pada suatu kelompok yang berkaitan dengan
suku dari kebudayaan tertentu. Istilah etnis berasal dari bahasa Yunani
‘etnichos’, secara harfiah digunakan untuk menerangkan keberadaan
sekelompok penyembah berhala/ kafir. Dalam perkembangannya istilah
etnis mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai kelompok fanatik
dengan ideologinya (Liliweri, 2001- 334).
Dalam liliweri (2001-335) para ahli ilmu sosial menganalogikan
kelompok etnis sebagai sekelompok penduduk yang mempunyai kesamaan
sifat-sifat kebudayaan, misalnya bahasa, adat istiadat, perilaku budaya,
karateristik budaya, serja sejarah.
Ensiklopeda Nasional Indonesia suku bangsa diartikan sebagai suatu
kesatuan sosial yang terkait oleh kesadaran dan kesatuan budaya, yang
seringkali dikuatkan oleh adanya kesatuan bahasa (Sofia, 2005: 28).
Menurut Barth dan Zastrow (Liliweri, 2001: 334) etnis adalah
himpunan manusia, karena kesamaan ras, agama, asal usul, bangsa ataupun
kombinasi dari kategori tersebut yang terkait pada sisitem nilai budayanya.
2. Prinsip untuk menentukan batas dari suatu masyarakat bagian etnis
Koentjaraningrat ( Sofia, 2005: 28) menjelaskan prinsip-prinsip yang
biasanya digunakan untuk menentukan batas suatu masyarakat dari etnis
adalah :
a. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh desa atau lebih.
b. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mempunyai
satu bahasa/logat bahasa.
c. Kesatuann masyarakat yang batasnya ditentukan oleh identitas
penduduknya
d. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh wilayah geografis yang
merupakan kesatuan daerah fisik.
e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh ekologi.
19
f. Kesatuan masyarakat yang penduduknya mengalami suatu
pengalaman sejarah yang sama.
g. Kesatuan masyarakat yang penduduknya memilki frekuensi interaksi
antara satu dengan yang merata tinggi
h. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.
3. Etnis Kalimantan Tengah (Dayak)
Kalimantan merupakan sebuah daerah kepulauan terbesar yang sampai
saat ini masih dimiliki oleh negara Indonesia dengan luas daerahnya sekitar
553.000 km yang berarti bahwa daerah ini memiliki 28,3 %nya melebihi
luas dataran negara Indonesia atau 5 X luas pulau jawa.
Tidak terkecuali Kalimantan Tengah, merupakan daerah kepulauan
yang cukup potensial dan produktif, di daerah ini selain memiliki sumber
daya alam yang masih luas dan belum tergarap tentunya bukan hanya
mengundang minat para investor asing maupun investor lokal untuk
berlomba-lomba menanamkan saham atau mencoba merintis usahanya di
daerah ini. Kekayaan alam yang tersimpan dan terkandung didaerah ini
meliputi : hasil tambang seperti emas, batu bara, batu kecubung, hasil
perkebunan meliputi : karet dan kelapa, hasil perikanan meliputi: perikanan
darat dan laut serta hutan kayu, oleh sebab itu daerah kalimantan tengah ini
juga sebgaian besar dikelilingi hutan yang produktif dan dilindungi.
Seperti yang ditorehkan dalam sejarahnya, bahwa sekitar tahun 1350
Kejaraan Hindu telah memasuki Kota Waringin dan saat itu Kerajaann
Hindu tidak sempat berlangsung lama dalam menduduki Kota Waringin
karena dapat disingkirkan oleh Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1365. Dan
pada tahun 1679 Kerajaan Banjar mendirikan Kerajaan Kota Waringin
tetapi yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah: Sampit, Mendawai,
dan Pembuang sertav daerah lainnya. Kemudia pada tahun 1917 pada saat
pemerintahan penjajahan daerha dibawah pengawasan pejabat-pejabat itu
sendiri. Sejak saat itu penduduk Kalimantan Tengah mulai membangun
daerahnya yang sebagian besar saat ini masih hutan rimba.
20
Sedangkan penduduknya sebagian besar adalah suku dayak, seperti
dayak Ma’ayan, suku dayak Ngaju, suku Dayak Ot-Danum, ada juga suku
lainnya seperti suku Banjar dan suku Bakumpai. Adapun bahasa yang
dipergunakannya antara suku-suku kecil yang masing-masing memiliki
dialektika sendiri. Akibat adanya akulturasi kebudayaan dengan
orangorang Dayak seluruh Kalimantan terutama yang hidup didaerah
pedalaman menyebabkan suku dayak ini memliki kesamaan dalam corak
kebudayaan misalnya saja senjata perang: mandau, dan sumpitan. Corak
kebudayaan lainnya adalah pemujaan roh leluhur yang tercampur dengan
unsur-unsur animisme dan dinamisme yang dikenal kemudia ditengah
masyarakat Kalimantan Tengah agama Kaharingan, sedangkan suku Banjar
dan suku Bakumpai umumnyab menganut agama Islam.
Sebagian besar penduduknya bermata pencagarian perkebunan
disamping itu pertanian, perikanan, industri, kerajinan rakyat, dan
pertambangan, seperti minyak bumi, batu bara, emas, intan dan lainnya (
Tjilik Riwut, 1993: 55-61).
Di Kalimantan Tengah penamaan desa disebut kampung yang ada di
Kalimantan letaknya sangat berjauhan antara satu dengan yang lain. Disana
banyak ditemukan rumah betang. Rumah betang disini dapat diartikan pula
sebagai sebuah simbol toleransi sosial hal ini juga dapat terlihat dari warga
perantau suku Madura di Kalimantan itu adanya kebudayaan Tanean lajang
yaitu perkelompokan perumahan yang menjadi satu rumah dapat tinggal
oleh satu keluarga dan keturunan hubungan kekerabatan dalam sistem
sosial tersebut dengan sendirinya menghasilkan solidaritas sosial yang
tinggi dan sangat kuat dikalangan mereka sendiri. Hendro (1997: 58).
4. Etnis Madura
Berbicara tentang etnis Madura yang di kemukanan Huub de jonhe
(dalamn Edi Petebang dan Eri Sutrisno. 2008: 167), tempramen mereka
panas, suka bekelahi dan sekat dengan kekerasan. Jika orang Madura dibuat
malu, ia segera menghunus carok atau celuritnya. Dan masih banyak lain
21
Stereotip-stereotip lain tentang orang Madura yang berkembang di
masyarakat.
Etnis Madura merupakan satu kelompok etnis asli penghuni pulau
Madura. Menurut Wahid Oscar (dalam Effendy, 1990: 23) bahwa
masyarakat Madura tidak hanya mereka yang bermukim di Madura,
melainkan juga berada di luar Madura. Sedangkan menurut Kiyai Tsbait
bahwa hampir seluruh penduduk di daerah seperti Banyuwangi, Jember,
Bondowoso, Situbondo, Panarukan Probollinggo, Lumajang, Malang dan
Pasuruan terdiri dari orang-orang Madura.
Menurut Riza (2001: 163) bahwa pendatang atau perantauan dari suku
Madura secara umum hidup berkelompok denga n sesama mereka hal ini
terlihat dari pola pemukiman, pengelompokan dalam pola pemukiman
berkaitan dengan dengan struktur sosial khususnya dalam pengelompokan
perumahan yang disebut Tenean Lajang yang menajdikan satu rumah dapat
tinggali satu keturunan. Dan mereka dengan pemedoman pada budaya dan
bahasa Madura serta dengan berbagai adat istiadat dan keyakinan
keagamaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Di dalam profil Jawa Timur, mereka mempunyai adat istiadat yang
keras, kasar dalam bertutur kata, tetapi mereka juga merupakan pekerja
keras yang bersungguh-sungguh dan suka berterus-terang, meskipun
kebudayaan dan adat istiadatnya telah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan
luar, tetapi masih menampakan nilai-nilai aslinya.
Dibandingkan dengan suku-suku lain di Indonesia, orang-orang
Madura dikenal mempunyai watak keras, kadangkala brangasan, suka
menyerang tetapi juga jujur dan mendambakan keadilan ( Effendy, 1990:
31). Dipihak lain, bahwa dominasi terhadap keinginan untuk hidup
harmonis dan ada beberapa hal yang menurut orang Madura seperti
nilainilai atau norma-norma sosial yang tidak dapat diganggu. Adapun
nilainilai yang dianut oleh masyarakat Madura Najib (1996: 177) antara
lain:
a. Sifat egalitarianisme, yang tercerminb dalam pribahasa ‘’tadak
tongkak, tadak dai’’ yang artinya bahwa ‘’tidak ada kaki, tidak ada
kepala’’.
22
b. Sifat kebersamaan, seperti yang tercermin dalam pribahasa ‘’rampak
naong, beringen karo’’ disini tampak rasa kebersamaan masyarakat
Madura, rasa senasib dan sepenanggungan.
c. Tradisi bug-rembug atau musyawarah-mufakat. Kebiasaan
masayarakat Madura dalam banyak hal sering melakukan
musyawarah, baik dalam keluarga, masyarakat dan sebaginya.
d. Menghormati kepada orang yang berjasa, berfikir positif, suka bala
budi.
e. Kaitanya dengan pembangunan ekonomi, mereka memilki etos kerja
sebagai perantau, apapun dikerjakan, asal tidak mengemis.
Menurut Latief (dalam Zulkarnain, 1997:1) bahwa salah satu sosok
Madura yang paling menonjol adalah karakter yang apa adanya, artinya sifat
masyarakat Madura itu memang eksprersif, spontan, dan terbuka. Semuanya
itu termanifestasi ketika harus (Zulkarnain, 1997:1) bahwa salah satu sosok
Madura yang paling menonjol adalah karakter yang apa adanya, artinya sifat
masyarakat Madura itu memang eksprersif, spontan, dan terbuka. Semuanya
itu termanifestasi ketika harus merespon segala sesuatu yang harus dihadapi
khsusnya terhadap perlakuan atas dirinya.
2.4. Nisbah Antar Konsep
Komunikasi lahir karena adanya manusia berpikir dan menyatakan
eksistensi dirinya. Eksistensi diri lahir karena adanya pengakuan dari
manusia lain. Pengakuan lahir karena adanya bahasa. Dengan bahasa
manusia bertukar gagasan dan lahirnya komunikasi. Dengan adanya
komunikasi antarmanusia lahirnya masyarakat. Masyarakat yang
berinteraksi satu dengan yang lain akhirnya melahirkan kebudayaan. Dalam
kehidupan berbudaya ini, yang pertama adalah unsur manusia, yang kedua
adalah unsur komunikasi, yang ketiga unsur masyaraka, yang keempat
adalah unsur kebudayaan. Dan yang kelima adalah bahasa sebagai alat
komunikasi (Purwasito, 2003 : 105)
Kelompok etnis minoritas dimanapun selalu mengalami kesulitan dan
hambatan komunikasi ketika behadapan dengan kelompok etnis mayoritas.
Latar belakang hambatan biasanya disebabkan setidaknya oleh tiga hal
23
yaitu: (1) prasangka historis; (2) Diskriminasi; (30 berperasaan superioritas
in group feeling yang berlebihan dengan menganggap inferior pihak yang
lain (out-group) (purwasito, 2003: 147).
Himpunan Mahasiswa merupakan salah satu tempat yang terletak
dikawasan Kota Malang yang terbagi menjadi dua dan mempunyai alamat
yang berbeda, dimana terdapat mahasiswa etnis Dayak dan etnis Madura
dan mempunyai hubungan silaturahmi yang baik, serta sering menjalin
suatu acara anatar etnis. Kelompok Mayoritas biasanya adalah etnis Dayak
dan kelompok minoritas adalah etnis Madura. Tentunya banyak kesulitan
dan hambatan yang mereka hadapi, tetapi mereka selalu menjaga agar
hubungan antar etnis selalu harmonis.Kesulitan dan hambatan yang mereka
hadapi merupakan proses adaptasi yang disebut komunikasi antarbudaya.
24
2.5. Kerangka Pemikiran
Individu dari bermacam-macam etnis
Perbedaan kebudayaan
Kebudayaan Kepribadian Persepsi
Komunikasi antarbudaya
( Komunikasi antar etnis Dayak dan Madura)
Tercipta hubungan yang hamonis Tercipta hubungan
yang tidak hamonis
25
2.6. Penelitian Terdahulu
Pentingnya penelitian terdahulu, dapat mengetahui suatu permasalahan
yang sudah diteliti, memperkuat keinginan untuk meneliti karena adanya
penelitian-penelitian lain yang relevan, serta penelitian terdahulu sebagai sumber
dokumen penelitian. Berikut ini pemaparan hasil penelitian terdahulu, yaitu :
Penelitian dilakukan oleh Aank Risyal Yaniar mahasiswa Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Muhammadiyah Malang
dengan judul “ Model Komunikasi Antarbudaya Para Pedagang Multi Etnis di
jalan Kembang Jepung Surabaya’’. Pendekatan yang digunakan penelitiaan ini
ialah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.
Penelitian dilakukan oleh Maselina Lagu mahasiswa Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulagi Manadodengan
judul “ Komunikasi antarbudaya dikalangan mahasiswa etnik papuadan etnik
manado’’. Pendekatan yang digunakan penelitian ini ialah pendekatan kualitatif
dengan tipe deskriptif. Relevansi dengan penelitian saat ini ialah pada
pendekatan dan tipe penelitian yang digunakan. Tetapi dapat dilihat perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh Aank dengan penelitian saat ini yaitu pada
penelitian Aank adalah adat atau budaya yang diteliti merupakan bagian adat
yang ada pada masyarakat Multi etnis, sedangkan pada penelitian saat ini
menggunakan kebudayaan dan adat yang berasal dari etnis Dayak dan etnis
madura.