KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Kajian Tentang Komunikasi Antar ...
Komunikasi antar budaya
-
Upload
aslanbastra -
Category
Government & Nonprofit
-
view
94 -
download
9
Transcript of Komunikasi antar budaya
TUGAS
TEORI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
(Model Komunikasi Antar Budaya William B.
Gudykunst & Young Yun Kim)
OLEH
I K B A RG2C114044
JURUSAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
1. Alasan Penulis Memilih Model Komunikasi Antar Budaya William B.
Gudykunst & Young Yun Kim
Dalam ilmu komunikasi sebenarnya terdapat ratusan model komunikasi.
Penyusun tidak mungkin membahas model-model tersebut satu persatu. Setiap
model mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing berdasarkan
konsep penggunaannya dalam kehidupan nyata.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun memilih Model Komunikasi
William B. Gudykunst & Young Yun Kim sebagai Model Komunikasi yang
relevan dengan konteks Komunikasi Antar Budaya dikarenakan di dalam model
tersebut dapat merefleksikan suatu proses dan fenomena komunikasi antar budaya
secara rinci dan kompleks.
Model Komunikasi William B. Gudykunst & Young Yun Kim
memberikan pemahaman bahwa Budaya dan komunikasi merupakan hal yang tak
dapat dipisahkan, oleh karena seluruh perbendaharaan perilaku dan komunikasi
kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan.Oleh karena itu,
membahas mengenai model komunikasi antar budaya merupakan hal yang
menarik untuk dikaji.
Model komunikasi ini juga memberikan pemahaman yang lebih tentang
perbedaan budaya yang mempengaruhi praktek komunikasi sehingga kelak kita
dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berbeda budaya. Model
komunikasi ini juga Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir
kesalahpahaman-keslahpahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan
mengerti atau paling tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain,
mengetahui prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktikannya
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
1. Biografi Singkat William B. Gudykunst & Young Yun Kim
Dr. Young Yun Kim adalah seorang Profesor di Departemen Komunikasi,
di Universitas Oklahoma, Norman.Dia menyelesaikan gelar komunikasi Ph.D dari
Northwestern University di Evanston, Illinois.Prof. Kim mengajar sarjana dan
pascasarjana serta tesis untuk doktor di bidang antarbudaya / komunikasi
antaretnis / antarras.Prof. Kim telah menerbitkan lebih dari 100 bab buku dan
artikel referensi dalam jurnal akademik. Sebagai penulis atau editor, ia telah
menghasilkan 11 buku antarbudaya termasuk Becoming Intercultural(Sage, 2001)
dan Communicating with Strangers (4th ed., McGraw-Hill, 2003, dengan W.
Gudykunst). Dia adalah anggota dari Asosiasi Komunikasi Internasional dan
Presiden-Elect dari Akademi Internasional untuk Penelitian Antarbudaya.
William B. Gudykunst (Ph.D., Minnesota, 1977) adalah Profesor Speech
Communicationdi College of Communications, California State University,
Fullerton. Dia sangat terkenal dalam disiplin dan merupakan salah satu penulis
yang paling produktif di bidang komunikasi antar budaya dan teori komunikasi
manusia. Gudykunst telah menulis dan menyunting sejumlah karya untuk Sage
Publication, termasuk Handbook of Intercultural and International
Communication, dan Bridging Differences: Effective Intergroup Communication,
serta teks Building Bridges: Interpersonal Skills for a Changing World dan
Communicating with Strangers: An Approach to Intercultural Communication. Ia
meninggal pada tanggal 20 Januari di South Coast Medical Center setelah
menderita stroke pada usia 57 tahun.
2. Dasar Teori
Model ini sebenarnya merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni
komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan, atau
komunikasi dengan orang asing. Meskipun model ini juga tetap berlaku pada
setiap orang, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai latar
budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya yang persis sama. Asumsi dari model ini
adalah dua orang sejajar dalam berkomunikasi masing-masing dari mereka
berperan sebagai pengirim sekaligus sebagai penerima atau keduanya sebagai
penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding).
Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa pesan dari seseorang merupakan
umpan balik untuk yang lainnya. Faktor- faktor tersebut adalah filter yang
membatasi prediksi yang kita buat mengenai bagaimana orang lain mungkin
menanggapi perilaku komunikasi kita, sehingga mempengaruhi cara kita
menyandi pesan. Filter ini membatasi rangsangan apa yang kia perhatikan dan
bagaimana kita menafsirkan rangsangan tersebut. Faktor budaya menjelaskan
kemiripan dan perbedaan budaya, agama, bahasa, individualitas, kolektivitas,
yang mempengaruhi nilai dan norma dalam berkomunikasi.
Pengaruh sosio budaya menyangkut proses penataan sosial, yaitu
keanggotaan dalam kelompok, konsep diri, peran, dan definisi kita tentang
hubungan antar pribadi. Faktor psikobudaya menyangkut tentang penataan pribadi
seperti stereotip dan sikap terhadap kelompok orang lain. Lingkungan
berpengaruh, dilihat dari segi lokasi geografis, iklim, situasi, arsitektural, dan
persepsi kita atas lingkungan tersebut.
Pengaruh-pengaruh budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya berfungsi
sebagai filter konseptual untuk menyampaikan maupun meyandi balik pesan.
Pengaruh budaya dalam model ini meliputi faktor-faktor yang yang menjelaskan
kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya pandangan dunia (agama), bahasa,
sikap terhadap manusia, dsb. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai, norma,
dan aturan dalam perilaku komunikasi kita. Salah satu unsur yang melengkapi
model Gudykunst dan Kim adalah lingkungan.
Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi balik pesan. Oleh karena
itu, antara dua orang komunikator mungkin mempunyai persepsi dan orientasi
yang berbeda terhadap lingkungan, mereka mungkin menafsirkan perilaku dengan
cara yang berbeda dalam situasi yang sama.
3. Analisis Model Gudykunst & Kim Dalam Memahami Komunikasi
Antarbudaya
Model komunikasi menurut William B.Gudykunst dan Young Yun Kim
merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara orang-orang
yang berasal dari budaya berlainan, atau komunikasi dengan orang asing
(stranger).
E l e m e n - E l e m e n P r o s e s K o m u n i k a s i
1. Pengirim (sender/encoder)= orang yang memberikan pesan
2. Penerima (receiver/decoder)= sasaran/tujuan/penyandi balik
3. Pesan (messsage) = sesuatu yang disampaikan atau dikomunikasikan
4. Umpan Balik (feedback)
Menurut gambaran Model Komunikasi Gudykunst dan Kim, kedudukan
sender/decoder dengan receiver/decoder adalahsama. Pribadi A dan Pribadi B
dapat berperan sebagai pengirim sekaligus penerima.Masing-masing pribadi dapat
melakukan penyandian pesan sekaligus penyandian balik pesan. Pesan dari
pribadi A dapat juga menjadi umpan balik bagi pribadi B, begitu pula sebaliknya.
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian dan penyandian balik terhadap
pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter‐filter
konseptual yang dikategorikan menjadi faktor‐faktor kultur, sosiokultur dan
psikokultur yang nampak pada lingkaran dengan garis putus‐putus. Garis putus‐putus itu sendiri menggambarkan bahwa ketiga faktor ini saling berhubungan dan
mempengaruhi. Selain itu, kedua individu yang terlibat juga terletak dalam suatu
kotak dengan garis putus‐putus yang berarti mewakili pengaruh lingkaran. Hal ini
sekali lagi menggambarkan bahwa lingkaran tersebut bukanlah suatu sistem
tertutup. Pengaruh kultur dalam model ini meliputi penjelasan mengenai
kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya pandangan dunia, bahasa, sikap kita
terhadap manusia (individualisme atau kolektivisme) yang akan mempengaruhi
perilaku komunikasi kita.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi (Filter-Filter
Konseptual)
Dalam penyampaian pesan, ada factor-faktor yang mempengaruhi receiver
untuk menanggapi pesan itu. Faktor-faktor tesebut berupa filter-filter konseptual
yang terdiri dari:
1. Faktor Budaya
Meliputi faktor-faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya.
(Agama, budaya, sikap, bahasa).
Contoh: Ketika kita harus memilih mau peduli dengan individu atau dengan
kelompok.
2. Faktor Sosiobudaya
Pengaruh yang menyangkut proses penataan social (keanggotaan, kelompok,
konsep diri, ekspektasi diri). Pengaruh sosiokultur akan nampak pada proses
penataan sosial yang berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain
ketika pola‐pola perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu. Ada
empat faktor utama dalam sosiobudaya, antara lain: keanggotaan kita dalam
kelompok sosial, konsep diri kita, ekspektasi peran kita, dan definisi kita
mengenai hubungan antar pribadi.
Contoh: Jika kita menjadi ketua dalam suatu organisasi, tentunya konsep diri
dan ekspektasi diri kita sangat tinggi.
3. Faktor Psikobudaya
Dimensi psikokultur mencakup proses penataan pribadi. Penataan pribadi ini
adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor‐faktor
dalam psikobudaya adalah stereotip dan sikap terhadap kelompok lain. Kedua
faktor ini akan menciptakan pengharapan mengenai bagaimana orang lain
akan berperilaku, dan pada akhirnya akan mempengaruhi cara kita
menafsirkan stimulus yang datang dan prediksi kita tentang perilaku orang
lain.
Contoh: Etnosentrisme (menafsirkan perilaku orang lain dengan pemikiran
diri sendiri dan ingin orang lain berlaku sama seperti kita).
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan akan mempengaruhi kita dalam melakukan penyandian dan
penyandian balik suatu pesan. Yang dimaksudkan dengan lingkungan ialah
mencakup iklim, lokasi geografis, lingkungan fisik, dan persepsi kita atas
suatu lingkungan.
Contoh: Seorang Amerika Utara dan seorang warga Kolombia yang memiliki
cara pandang berbeda tentang ruang keluarga..(Bagi orang Amerika ruang
keluarga adalah tempat berkumpul dan bercanda (informal), bagi orang
Kolombia, ruang keluarga adalah tempat formal).
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian-balik
pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konspetual
yang dikategorikan menjadi faktor-faktor budaya, sosiobudaya, psikobudaya dan
faktor lingkungan. Lingkaran paling dalam, yang mengandung interaksi antara
penyandian pesan paling dalam, yang mengandung interaksi antara penyandian
pesan dan penyandian pesan balik pesan, dikelilingi tiga lingkaran lainnya yang
merepresentasikan pengaruh budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya. Ketiga
lingkaran dengan garis putus-putus mencerminkan hubungan faktor-faktor yang
tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.Lingkungan merupakan salah
satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim. Lingkungan
mempengaruhi kita dalam menyandi dan menyandi balik pesan. Garis putus-putus
yang melambangkan lingkungan merupakan pembuktian bahwa lingkungan
tersebut bukanlah daerah tertutup atau terisolasi.
Kelebihan dan Kekurangan Model Komunikasi Gudykunst dan Kim
Kelebihan Kekurangan
Menambah pengetahuan antar budaya Sering muncul kesalahpahaman
Memperbesar toleransi antar budaya Dapat memicu terjadinya konflik
Memperluas pergaulan Tidak ada media
Model Komunikasi Gudykunst dan Kim telah menjawab bagaimana
pengaruh budaya sangat besar dalam komunikasi antar manusia. Namun, model
komunikasi ini seringkali menimbulkan kesalahpahaman dan konflik akibat
perbedaan latar belakang budaya, serta tidak dijelaskannya media yang digunakan
dalam proses komunikasi antarbudaya.
Tidak ada model yang benar atau salah. Setiap model hanya dapat diukur
berdasarkan kemanfaatannya ketika dihadapkan dengan dunia nyata, khususnya
ketika digunakan untuk menjaring data dalam penelitian. Selain itu, model yang
dirancang, unsur-unsur model dan hubungan antara berbagai unsur tersebut,
bergantung pada perspektif yang digunakan oleh si pembuat model. Pandangan
dari suatu perspektif akan menampilkan dimensi – dimensi tertentu, sementara
pengamatan dari sudut pandang berbeda akan menyoroti aspek – aspek
komunikasi yang berbeda pula.
Mengkaji komunikasi antarbudaya memiliki banyak manfaat yang dapat
kita peroleh, terlebih dalam tata cara kita berkomunikasi dan menyikapi perilaku
seseorang atau kelompok yang berbeda budaya dengan kita. Oleh karena itu,
wawasan ini menjadi penting dalam proses interaksi kita dengan sesama manusia.
4. Contoh Kasus Dalam Penelitian
Penelitian ini melibatkan tiga orang pria penduduk kampung Ampel dari 3
etnis berbeda sebagai informan yang diwawancarai. Informan pertama adalah
Muhammad Atamimi, Tamim adalah Warga Negara Indonesia keturunan Arab
yang lahir dan besar di kawasan Ampel. Tamim merupakan warga lama
Kelurahan Ampel yang cukup mengerti tentang kehidupan di Kawasan Ampel.
Karena termasuk warga lama di kawasan Ampel, Tamim cukup dikenal oleh
masyarakat di daerah Ampel. Dalam kesehariannya Tamim berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa Jawa.
Informan kedua adalah Rudolf Nikiyuluw yang berusia
empat puluh tujuh tahun. Pria yang akrab disapa Rudolf ini
adalah pria keturunan Cina. Rudolf termasuk keturunan etnis
Cina peranakan, karena nenek dari Ayah Rudolf berasal dari etnis
jawa. Dalam hal melakukan komunikasi antaretnik sudah
menjadi kebiasaan sehari-hari baginya. Ditambah lagi Rudolf
juga bertempat tinggal di kawasan Ampel. Dalam kesehariannya
saat berkomunikasi dengan etnis selain Cina Rudolf
menggunakan bahasa Jawa campuran bahasa Indonesia.
Informan ketiga adalah seorang pria yang berasal dari
etnis Madura asli yang bernama Achmad Sobari. Pria yang akrab
disapa Cak Bari ini berusia empat puluh dua tahun. Cak Bari yang
asli Madura ini berasal lahir dan besar di daerah Pamekasan,
pada usia dua puluh tahun beliau merantau ke Surabaya untuk
mencari kerja. Cak Bari bertempat tinggal di kawasan Ampel
sudah sekitar lima belas tahun. Dalam kehidupan sehari-hari Cak
Bari berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa campur
Indonesia dengan logat Madura yang masih melekat. Karena
sudah sering berganti-ganti majikan dari etnis lain, Cak Bari
sudah terbiasa dalam melakukan komunikasi antaretnik.
Informan pertama yaitu Pak Tamim yang beretnis Arab,
telah terbiasa dengan komunikasi antaretnis. Dalam kehidupan
keseharian di lingkungan sosialnya, Pak Tamim telah terpapar
oleh kehidupan antaretnis dimana warga RT-nya terdiri dari
individu-individu dari berbagai etnis, salah satunya adalah
Madura. Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara berikut:
"Ya paling-paling ngobrol sama tetangga mas, kalo gak ya ngobrol sama orang-orang waktu kegiatan RT. Kebetulan di RT saya memang ada etnis lain juga mas, ketua RTnya aja orang Madura mas"
Adapun interaksi yang terjadi seringkali merupakan
interaksi secara tatap muka dalam bentuk obrolan mengenai
kehidupan sehari-hari seperti berita yang tayang di televisi,
politik, olahraga, dan juga permasalahan di lingkungan tempat
mereka tinggal. Gambaran interaksi ini dibuktikan dalam
wawancara berikut:
"..Ya Paling obrolan sehari-hari mas.. masalah berita di TV kayak berita politik, olahraga, ekonomi, trus masalah lingkungan sekitar, kadang ya masalah kegiatan RT."
Dalam menanggapi karakteristik etnis lain yang berbeda dengan etnisnya,
Pak Tamim mengungkapkan pendapatnya sebagaimana dapat dilihat dalam
kutipan di bawah ini:
"Emm.. Kalo menurut saya orang Cina itu lebih tertutup mas, biasanya kalo ngobrol sama orang itu seperlunya, Nah kalo orang Madura itu kebanyakan wataknya keras mas, gampang tersinggung orangnya, apalagi kalo ngomong itu blak-blakan kadang kayak gak punya aturan gitu mas."
Jika ditelaah, dapat dilihat dari kutipan di atas bahwa adanya stereotipe
yang tercipta dari dalam diri Pak Tamim berkenaan dengan interaksinya terhadap
etnis lain seperti etnis Madura dan Cina. Dalam model komunikasi antar manusia
yang ditarik dari ranah komunikasi antarkultur, Gudykunst dan Kim (1992:33)
mengemukakan bahwa ada beberapa filter yang mempengaruhi proses penyandian
pesan dan penyandian balik pesan yaitu budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya.
Stereotipe sendiri, termasuk pada faktor psikobudaya.
Berbeda dengan informan pertama, informan kedua yaitu Pak Rudolf
berasal dari etnis Cina. Interaksi antarbudaya yang dilakukannya adalah dengan
orang-orang yang ada di sekitarnya seperti tetangga, pegawai, dan pelanggan
tokonya. Lebih jauh lagi, informan kedua mengungkapkan bahwa dari semua etnis
yang ada di daerah Ampel, beliau paling sering berinteraksi dengan orang dari
etnis Madura yang tidak lain adalah pegawainya sendiri dengan bahasan
seringkali mengenai permasalahan yang biasa terjadi di dalam bisnisnya.
Penjabaran ini dapat dilihat dalam beberapa kutipan wawancara di bawah ini:
"…Biasa’e seh yo omong-omongan mbek tetangga, mbek pegawaiku, mbek langganan, lek gak yo mbek pedagang liyo mas." "Biasa’e yo mbek wong Meduro mas." "Soale pegawaiku semua wong Meduro mas, ketemune yo setiap hari mas.” "Biasa’e yo masalah sehari-hari ae mas, lek gak yo masalah dagangan."
Masih berkenaan dengan model interaksi yang diungkapkan
oleh Gudykunst dan Kim (1992:33), dari ketiga faktor yang
mempengaruhi proses penyandian pesan dan penyandian balik
pesan, dapat dilihat kutipan di bawah ini terjadi kendala
komunikasi yang berkenaan dengan bahasa, dimana menurut
Gudykunst dan Kim berada pada lingkar faktor budaya:
"Paling yo kendala bahasa ae seh mas, soale kadang onok istilah-istilah etnis laine sing ndak ngerti mas.""…Ya’apa mas yo.. Yo pokok’e istilah-istilah Meduro sing aku ga ngerti mas. Aku yo bingung njelasno’e mas.. Hahaha.."
Informan yang terakhir memiliki nama panggilan Cak Bari, berasal dari
etnis Madura. Dalam kesehariannya, komunikasi antaretnis yang paling sering
dilakukan adalah dengan etnis Arab yang mayoritas merupakan tetangganya
sendiri. Dalam berkomunikasi, seringkali yang dibahas adalah mengenai agama,
yang dikarenakan adanya kesamaan agama antara Cak Bari dengan tetangga-
tetangganya yang berasal dari etnis Arab. Berikut kutipan wawancara yang
mengungkapkan keseharian Cak Bari dalam berkomunikasi antar etnis:
"…Saya lebih seringnya itu sama Orang Arab mas, soalnya tetangga-tetangga saya kebanyakan orang Arab." "Saya itu lebih seringnya ngobrol masalah seputar agama mas. Karena memang lebih seringnya saya komunikasi dengan orang Arab."
Dalam kutipan kedua di atas, dapat dilihat adanya kesamaan pandangan
dalam kepercayaan yang dianut oleh Cak Bari dan tetangga-tetangganya yang
mayoritas adalah etnis Arab. Serupa dengan informan kedua, faktor yang
mempengaruhi komunikasi berdasarkan Gudykunst dan Kim (1992:33) adalah
faktor budaya.
Kesimpulan
Model komunikasi Gudykunst dan Kim membuat kita dapat mengenal
budaya lain secara lebih dalam. Dengan komunikasi Gudykunst and Kim ini juga
kita dalam mempelajari dan mengetahui latar belakang suatu budaya , agama ,
suku , lingkungan , pendidikan , dll . Akan tetapi model komunikasi ini seringkali
menimbulkan kesalahpahaman dan konflik akibat perbedaan latar belakang
budaya.
Daftar Pustaka
Angga Mahendra. 2011 : Komunikasi Antaretnik Pada Masyarakat Multietnik Di Kawasan Sunan Ampel Surabaya Dalam Kehidupan Bertetangga. http://journal.unair.ac.id//
Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya: Bandung. 2005.
Sage. Biografi William B. Gudykunst. Diambil darihttp://www.sagepub.com/authorDetails.nav?contribId=528100; Internet.
Sihabuddin, Ahmad. 2011. Komunikasi Antarbudaya, Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara,
The University of Oklahoma.Biografi Young Yun Kim. Diambil darihttp://cas.ou.edu/young-Kim; Internet.
.