BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit 2.1.1 Pengertian Auditeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4454/3/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit 2.1.1 Pengertian Auditeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4454/3/BAB...
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Audit
2.1.1 Pengertian Audit
Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba
disamping beberapa tujuan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
semua tahap kegiatan yang dilaksanakan harus direncanakan, dianalisa dan
diteliti secara seksama terlebih dahulu oleh bertanggung jawab.
Dengan makin luas dan rumit masalah-masalah yang ada pada
perusahaan, maka ruang lingkup dan luasnya tugas yang dipikul oleh
manajemen semakin bertambah besar. Oleh karena itu manajemen
memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya. Salah satu alat bantu dalam
melaksanakan fungsi utama manajemen, fungsi pengawasan dan
pengendalian adalah aktivitas audit.
Alvin A. Aren (2008:3) mendefinisikan pengertian audit sebagai
berikut :
“Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan
-
10
criteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen”
Untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam bentuk
yang dapar diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang digunakan
auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut dan memiliki banyak bentuk.
Para auditor secara rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur
termasuk laporan keuangan perusahaan. Auditor juga mengaudit informasi
lebih subjektif sistem komputer dan efisiensi operasi manufaktur.
2.1.2 Jenis Audit
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, menurut Sukrismo Agoes
(2005), audit dapat dibedakan atas :
1. Pemeriksaan Umum
Yaitu suatu pemeriksaan umun atas laporan keuangan yang
dilakukan oleh kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen
dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran
laporan keuangan keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus
Yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada
permintaan audit yang dialakukan oleh Kantor Publik (KAP)
dengan menberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan
-
11
yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas
perusahaan.
Menurut Messier (2003) audit dikelompokan menjadi empat, yaitu:
1) Financial statement audit
2) Comilance audit
3) Operational audit
4) Forensic audit
2.1.3 Audit Investigasi
2.1.3.1 Pengertian Audit Investigasi
1. Audit investagasi adalah salah satu aktivitas dalam rangka
implementasi upaya strategi memerangi korupsi dengan
pendekatan investigasi (Haryono Umar, 2009).
2. Investigative Auditing involves reviewing finacial
documentation for a specific purpose, which could relate to
litigation support and insurance claims, as well as criminal
matter (Jack Bologna dan Robert J. Lindquist. 1993) berbunyi
audit investigasi mencakup review dokumentasi keuangan
untuk tujuan tertentu yang mungkin saja berhubungan dengan
masalah ligitasi dan pidana.
-
12
3. Audit Investigasi ibarat memancing ikan, pemancing
profesional akan memulai dengan pertanyaan: “Ikan apa yang
akan dipancing” (Howard R. Davia Fraud:101).
4. Audit Investigasi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
proses penyelidikan yang berlandaskan pada hukum dan rasa
keadilan untuk mencari kebenaran dengan tingkat kebenaran
yang tinggi (hig level off assurance) mengenai suatu
permasalahan yang ditemukan.
2.1.3.2 Tujuan Adanya Audit Investigasi
Audit Investigasi merupakan sebuah kegiatan sistematis
dan terukur untuk mengungkap kecurangan sejak diketahui, atau di
indikasihkannya sebuah peristiwa/kejadian/transaksi yang dapat
memberikan cukup keyakinan, serta dapat digunakan sebagai bukti
yang memenuhi pemastian suatu kebenaran dalam menjelaskan
kejadian yang telah diasumsikan sebelumnya dalam rangka
mencapai keadilan.
Pusdiklatwas BPKP (2008). Dalam pelaksaannya audit
Investigasi diarahkan untuk menentukan kebenaran permasalahan
melalui proses pengujian, pengumpulan dan untuk
mengungkapkan fakta-fakta fraud mencakup:
1) Adanya perbuatan fraud (Subyek)
-
13
2) Mengidentifikasi pelaku fraud (Obyek)
3) Menjelaskan modus operandi fraud (Modus)
4) Mengkuantifikasi nilai kerugian dan dampak yang
ditimbulkannya.
2.1.3.3 Investigasi dengan Teknik Audit
Banyak auditor yang sudah berpengalaman pun, merasa
ragu untuk terjun dalam bidang Investigasi. Padahal teknik-
teknik audit yang mereka kuasai memadai untuk dipergunakan
dalam audit investigasi. Teknik audit adalah cara-cara yang
dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan.
Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Jadi teknik
audit yang akan dilakukan menurut Theondorus M. Tuanakotta
(2010) yaitu :
1) Memeriksa Fisik
2) Meminta Konfirmasi
3) Memeriksa Dokumen
4) Review Analitikal
5) Meminta informasi lisan atau tertulis dari audit
6) Menghitung kembali
7) Mengamati
-
14
2.1.3.4 Prinsip-prinsip Investigasi
1. Investigasi merupakan metode/teknik yang dapat digunakan
dalam audit investigasi.
2. Investivasi memerlukan penerapan kecerdasan,
pertimbangan yang sehat dan pengalaman, selain itu
memerlukan pemahaman terhadap ketentuan perundang-
undangan dan prinsip-prinsip investigasi guna pemecahan
permasalahan yang dihadapi
Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran dengan
memperhatikan keadilan dan berdasarkan pada ketentuan
perundang-undang yang berlaku. Prinsip-prinsip berikut ini
berdasarkan pengalaman dan praktek dapat dijadikan
pedoman bagi investigasi dalam setiap situasi sebagai
berikut:
1) Kegiatan investigasi mencakup pemanfaat sumber-
sumber bukti yang dapat mendukung fakta yang
dipermasalahkan.
2) Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian
rupa.
-
15
3) Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi
sehingga investigator harus mempertimbangkan
segala kemungkinan untuk dapat memperoleh
informasi.
4) Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan
bagian yang peting dalam investigasi
5) Pelaku kejahatan adalah manusia, oleh karena itu jika
ia diperlukan sebagaimana layaknya manusia maka
mereka juga maka merespon sebagaimana manusia
2.1.3.5 Tahapan-tahapan Audit Investigasi
Pusdiklatwas BPKP (2008). Dalam melakukan audit
investigasi ada tahapan yang harus dilakukan yaitu :
1. Penelaahan informasi awal
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan
5. Tindak lanjut
Investigasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh bukti dengan menggunakan prosedur dan teknik
audit. Untuk melakukan investigasi dengan baik maka
diperlukan :
-
16
1. Pengetahuan yang baik tentang permasalahan yang
akan diaudit.
2. Siapa orang-orang yang akan diaudit dan siapa yang
diperiksa terlebih dahulu.
3. Menyusun pertanyaan yang dapat mengungkap
kejadian sebenarnya
4. Menyiapkan bahan-bahan untuk konfrontasi.
5. Pengetahuan tentang orang-orang/pribadi yang akan
diaudit.
6. Tempat dan waktu
Dalam melaksanakan investigasi perlu diperhatikan
agar pelaku mudah diarahkan untuk mengakui perbuatannya
maka diperlukan mengumpulkan bahan dan bukti yang
berkaitan dengan kasus yang diaudit dan dapat dijadikan
sebagai alat bukti. Alat bukti menurut KUHP pasal 184.
1. Keterangan saksi
2. Keterangan saksi ahli
3. Keterangan/pengakuan terdakwa
Keterangan dari pengakuan terdakwa saja tidak
cukup untuk pembuktian melainkan harus diserta dengan alat
bukti yang lainnya. Bukti dalam audit adalah :
1. Klarifikasi
-
17
2. Hasil pengujian fisik
3. Dokumentasi
4. Observasi
5. Tanya jawab/hasil wawancara
6. Prosedur analisis
2.1.3.6 Laporan Audit Investigasi
Laporan audit merupakan alat formal auditor untuk
mengkomunikasikan kesimpulan yang diperoleh tentang
hasil auditnya kepada pihak yang berkepentingan. Sampai
saat ini ada standar yang khusus untuk laporan audit
investigasi atau audit khusus.
2.2 Fraud
2.2.1 Pengertian Fraud
Fraud memiliki definisi yang sangat beragam. Banyak penelitian
maupun lembaga yang mencoba mendefinisikan fraud. Pengertian
fraud secara umum meliputi bermacam-macam arti dimana dengan
kepandaian manusia seorang dapat merencanakan memperoleh
keuntungan melalui gambaran yang salah (Suprajadi 2009). Berikut
merupakan beragam definisi fraud dari berbagai sudut pandang.
-
18
Tabel 2.1 Definisi Fraud
Sumber Informasi Definisi
Assoiation of Certified
Fraud Examiners (dalam
Ernst & Young LLP, 2009)
Kecurangan (fraud) sebagai tindakan
penipuan atas kekeliruan yang dibuat
seseorang atau badan yang mengetahui
bahwa tindakan kekeliruan tersebut dapat
mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak
baik kepada individu atau entitas pihak lain.
Bimbangkum, n.d Suatu tindak kesengajaan untuk
menggunakan sumber daya perusahaan
secara tidak wajar dan salah menyajikan
fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Statenment of Auditing
Standart No.99
kesengajaan dalam menghasilkan salah saji
material dalam laporan keuangan yang
merupakan subyek audit
BKP RI,2007 Fraud adalah sebagai salah satu tindakan
melawan hukum yang dilakukan dengan
sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan
-
19
cara menipu
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) diatas
maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat
dilihat pada beberapa kategori kecurangan.
2.2.2 Unsur-unsur Fraud
Menurut Binbangkun (n,d) secara umun unsur-unsur dari fraud
(kecurangan) adalah :
1. Harus terdapat salah pernyataan
2. Dari suatu masa lampau dan sekarang
3. Fakta bersifat material
4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan
5. Dengan maksud untuk menyebabkan suatu pihak beraksi
6. Pihak yang dirugikan harus beraksi terhadap salah
pernyataan tersebut.
7. Yang merugikan
2.2.3 Jenis-jenis Fraud
Menurut Albrecth dan Albrecth (dikutip oleh Nguyen, 2008), fraud
diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu :
-
20
Tabel 2.2 Jenis-jenis Fraud
No Jenis Fraud Korban Pelaku Penjelasan
1. Embezzleme
nt employee
atau
occupationa
l fraud
Pimpinan Karyawan Pencurian yang
dilakukan secara
langsung kepada
perusahaan
2. Managemen
t fraud
Stockholder
dan
pengguna
laporan
Manajemen
puncak
Manajemen puncak
memberikan
informasi yang
biasa dalam
laporan keuangan
3. Invesment
scams
Investor Perseorang Melakukan
kebohongan
dengan investasi
dengan menanam
modal
4. Vendor
fraud
Perusahaan
yang
membeli
Organisasi
atau
perusahaan
Perusahaan
mengeluarkan tarif
yang mahal dalam
-
21
barang atau
jasa
yang
menjual
barang atau
jasa
hal pengiriman
barang
5. Customer
fraud
Organisasi
atau
perusahaan
yang
menjual
barang atau
jasa
Pelanggan Pelanggan menipu
penjual agar
mereka
mendapatkan
sesuai yang lebih
dari seharusnya
Berdasarkan tabel diatas, menurut Erwin (dikutip oleh Nguyen,
2008) kecurangan pada laporan keuangan merupakan kecurangan yang
sengaja dilakukan oleh manajemen kepada investor dan kreditor dengan
menyesatkan informasi material pada laporan keuangan. Robertson
(200) dalam Rezaee (200) melihat bahwa management fraud dan
kecurangan laporan keuangan bersinonim karena kecurangan laporan
keuangan muncul dengan persetujuan atas sepengetahuan dari
manajemen.
-
22
2.2.4 Fraud Tree
Secara skematis, pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari
fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting anaknya. Dalam pohon
kecurangan ini memiliki 3 (tiga) cabang utama yaitu Korupsi,
Penyalahgunaan Aset dan Pernyataan Palsu
-
23
Gambar 2.1 Fraud Tree
Sumber: https://www.google.co.id
https://www.google.co.id/
-
24
1. Korupsi
Korupsi dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kedudukan di instansi/perusahaannya, atau bisa dikatakan
penyalahgunaan wewenang. Studi CEF menunjukkan empat jenis
utama korupsi: konflik kepentingan, penyuapan, persenan ilegal
dan pemerasan ekonomi.
Konflik Kepentingan muncul ketika seorang pegawai
bertindak atas nama kepentingan pihak ketiga selama melakukan
pekerjaan atau atas nama kepentingan diri sendiri. Ketika hal ini
tidak diketahui oleh perusahaan dan mengakibatkan kerugian
berarti telah terjadi fraud.
Penyuapan melibatkan pemberian, penawaran,
permohonan atau penerimaan sesuatu yang berharga untuk
mempengaruhi seorang petugas dalam pekerjaan menurut hukum.
Fraud penyuapan menipu entitas akan hak jujur dan jasa
kesetiaan dari mereka yang dipekerjakan.
Persenan Ilegal melibatkan pemberian, penerimaan,
penawaran atau permohonan sesuatu yang berharga karena
tindakan resmi yang dilakukan. Transaksinya terjadi setelah fakta
tersebut dilakukan.
-
25
Pemerasan Ekonomi. Penggunaan (ancaman) kekuatan
(termasuk sanksi ekonomi) oleh individual atau organisasi untuk
mendapatkan sesuatu yang berharga. Item yang berharga tersebut
dapat berupa aktiva keuangan, informasi, dan lain-lain.
2. Penyalahgunaan Aset
Aset dapat disalahgunakan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk kepentingan sang pelaku. Transaksi-
transaksi yang melibatkan kas, akun pengecekan, persediaan,
perlengkapan, peralatan dan informasi adalah aset-aset yang
paling rentan disalah gunakan. 85% fraud yang diliputi studi CEF
jatuh pada kategori ini.
1) Skimming. Dalam skimming kas dicuri sebelum kas
tersebut secara fisik masuk keperusahaan. Cara ini
terlihat dalam fraud yang sangat dikenal oleh auditor,
yaitu lapping
a. Penjualan, dengan ciri-ciri penjualan tetap atau
menurun dengan harga pokok penjualan yang
meningkat unrecorded, understated.
b. Piutang, dengan ciri-ciri meningkatnya piutang
usaha dibandingkan dengan kas, write-off schemes,
lapping schemes
c. Pengembalian uang dan lain.
-
26
2) Larceny. Berbeda dengan skimming makan larceny
adalah menjarah kas ketika sudah masuk dalam
perusahaan.
a. Of Cash on Hand, yang ditandai dengan tidak
adanya penjelasan terhadap selisih kas yang
terjadi.
b. From the Deposit, yang ditandai dengan slip
deposit yang diubah atau disalahgunakan.
3) Fraudulent Disbursements, pelaku melakukan trik agar
perusahaan melakukan pengeluaran secara tidak benar.
Contoh yang umum adalah pelaku memasukkan faktur
palsu atau kartu absen yang tidak benar. Jenis-jenis
Fraudulent Disbursements adalah:
a. Billing schemes
b. Payroll schemes
c. Expense reimbursment schemes
d. Check tampering
e. Register disbursements schemes
Inventory and all Other Assets
1) Misuse (Penyalahgunaan Aset)
2) Larceny (Pencurian Aset)
-
27
a. Asset Req. and Transfers
b. False Sales and Shipping
c. Purchasing and Receiving
d. Unconcealed Larceny
3. Pernyataan Palsu
Fraudulent Statements berkaitan dengan fraud
manajemen. Sementara semua fraud melibatkan bentuk
penyimpangan laporan keuangan, untuk memenuhi definisi di
bawah kelas skema fraud, laporan itu sendiri harus memberi
keuntungan bagi pelakunya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Fraudulent Statements mempertanggungjawabkan
sekitar 5% dari kasus fraud yang diliput oleh studi fraud yang
dilakukan oleh CFE.
Financial :
a. Asset/revenue overstatements
b. Asset/revenue understatements
Non-financial :
a. Employment Credentials
b. Internal Documents
c. External Documents
-
28
2.3 Fraud Triangle Theory
Fraud triangle theory merupakan suatu gagasan yang meneliti
tentang penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali
diciptakan oleh Donald R. Cressey (1953) yang dinamakan fraud triangle
atau segitiga kecurangan. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir
dalam setiap situasi fraud:
1. Tekanan
2. Peluang
3. Rasionalisasi
Ketiga hal di atas digambarkan dalam gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Fraud Triangle
Segitiga Fraud (Fraud Triangle)
*Suhartono
Sumber:http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/09/15/segitiga-fraud-
fraud- triangle/
http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/09/15/segitiga-fraud-fraud-%20triangle/http://spi.uin-alauddin.ac.id/index.php/2016/09/15/segitiga-fraud-fraud-%20triangle/
-
29
Konsep fraud triangle pertama kali diperkenalkan dalam SAS No.
99 yaitu standar audit di Amerika Serikat yang terdiri dari: tekanan,
kesempatan dan rasionalisasi. Tiga hal tersebut yang mendorong
terjadinya upaya fraud. Tekanan berhubungan dengan
manajemen/pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan, sedangkan opportunity adalah kesempatan yang
muncul sebelum tindak kecurangan dan rasionalisasi berkaitan dengan
pembenaran tindak kecurangan oleh pelaku.
1. Pertama, Tekanan yaitu insentif yang mendorong orang
melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidak-
berdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-
coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.
Tekanan ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu nyata
(direct) dan persepsi (indirect). Tekanan nyata disebabkan
oleh kondisi faktual yang dimiliki oleh pelaku seperti orang
sering gambling atau menghadapi persoalan-persoalan
pribadi, sedangkan tekanan karena persepsi merupakan opini
yang dibangun oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan
kecurangan seperti misalnya executive need.
2. Kedua, Kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku
secara leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan
-
30
oleh kontrol yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam
mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap
apatis. Hal yang paling menonjol di sini adalah dalam hal
kontrol. Kontrol yang tidak baik akan memberi peluang orang
untuk melakukan kecurangan.
3. Ketiga, Rasionalisasi yaitu sikap yang ditunjukkan oleh
pelaku dengan melakukan justifikasi atas perbuatan yang
dilakukan. Hal ini merujuk pada sikap, karakter atau sistem
nilai yang dianut oleh pelakunya. Rasionalisasi mengacu pada
fraud yang bersifat situasional. Pelaku akan mengatakan: “I’m
only borrowing they money; I’ll pay it back”, “Everyone does
it”, “I’m not hurting anyone”, “It’s for a good purpose”,
dan“It’s not that serious”. Sikap dan perilaku rasionalisasi
bisa juga akan melahirkan perilaku serakah.
Di sisi lain fraud triangle mempunyai kelemahan yaitu faktor tekanan
dan rasionalisasi yang tidak bisa diobservasi dan juga keterbatasan lainnya
dalam mendeteksi motif kecurangan pelaku. Keterbatasan dalam fraud
triangle dapat disempurnakan dengan model fraud triangle yang kedua
yaitu tindakan (Act), penyembunyian (Concealment), dan Perubahan
(Conversion).
-
31
2.4 Penelitian Terdahulu
Hingga saat ini, telah banyak penelitian yang membahas tetang fraud.
Tinjuan umum beberapa leteratur yang relevan mengindikasikan telah
terhadap penelitian-penelitian terjadinya fraud.
1. Atia Rahma Nabila (2013)
Judul Penelitian “Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan
dalam Perspektif Fraud Triangle”. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh bukti empiris mengenai efektivitas dari fraud
triangle dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
Variabel-variabel dari fraud tinagle adalah finacial stability
pressure yang diproduksikan dengan ACHANGE, financial
targets yang diproduksikan dengan ROD, personal financial need
yang diproduksikan dengan OSHP, external pressure yang
diproduksikan dengan FREEC dan effective monitoring yang
diproduksikan dengan IND. Pendeteksian kecurangan laporan
keuangan dalam penelitian ini menggunakan manajemen laba
Populasi dari ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 dan 2011. Total
sampel penelitian ini adalah 72 perusahaan manufaktur. Metode
analisis data statistik yang digunakan adalah regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa financial stability
-
32
pressure yang diproduksikan dengan ACHANGE, financial
targets yang diproduksikan dengan ROA, personal finacial need
yang diproduksikan dengan OSHP, external pressure yang
diproduksikan dengan FREEC berpengaruh signifika terhadap
kecurangan laporan keuangan. Sementara itu, personal financial
need yang diproduksikan dengan OSHIP, dan effective monitoring
yang diproduksikan dengan IND tidak berpengaruh signifikan
terhadap laporan keuangan.
2. Ratna Amalia (2013)
Judul Penelitian “Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan
dan Pendeteksian Fraud (kecurangan)”. Tujuan penulis melakukan
penelitian ini antara lain, untuk mengetahui Audit Internal di
GKPRI (Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Jawa
Barat, untuk mengetahui pencegahan fraud di GKPRI Jawa Barat,
untuk mengetahui pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat dan
untuk mengetahui pengaruh audit internal terhadap pencegahan dan
pendeteksian fraud di GKPRI Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
empiris, yaitu penelitian terhadap fakta emperis yang diperoleh
berdasarkan observasi dan pengalaman. Sedangkan hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis deskriptif dan asosiatif, tujuannya untuk
melihat hubungan antara Audit Internal dalam mencegah dan
-
33
mendeteksi fraud secara nyata. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam pengumpulan datanya yaitu penelitian lapangan (melalui
wawancara langsung terhadap bagian yang berhubungan dengan
objek penelitian, kuisioner)
Berdasar hasik ini perhitungan program SPPS diproleh t hitung
untuk X terhadap Y1 sebesar 9,229 dan untuk X terhadap Y2
sebesar 3,923. Dengan menggunakan angka signifikasi atau Sig (ɑ
= 5%), dan N + 14 maka diperoleh t table sebesar 2,178. Ketentuan
mengatakan jika t hitung > t table, maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Artinya hipotesis yang menyatakan Audit Internal
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud diterima.
3. Lia Mariana (2013)
Judul Penelitian.”Analisi Kecurangan Laporan Keuangan”. Studi
Kasus pada PT. Bumi Resources, Tbk dan PT. Berau Coal Energy,
Tbk. Motivasi penulis melakukan penelitian ini bertujuan untuk
melakukan analisis kecurangan laporan keuangan terhadap PT.
Bumi Recources, Tbk bab Tp. Berau Coal Energy, Tbk yaitu
melakukan investigasi terhadap menejemen dan analisis pada
laporan keuangan perusahaan. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mempelajari data-data
yang relevan yang berasal dari berbagai literature. Penulis
menggunakan data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan selama
-
34
tahun 2009-2011 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia
dan bebagai situs berita terkait. Metode analisis data dilakukan
dengan Fraud Expose Sales, Overstatment Asset, Liabillities,
Inadequate Fraud Dosclosure dan Rasio Beneish M-score sebagai
alat bantu untuk memprediksi adanya indikasi kecurangan. Hasil
dari penelitian ini secara keseluruhan adalah kedua objek penelitian
terbukti memiliki indikasi kecurangan terhadap laporan keuangan
terutama karena liabilitas perusahaan sangat besar. Maka penulis
menyarankan agar para investor dan regulator melakukan
investigasi audit dan mendorong partisipasi aktif dewan pengawas
dan komite audit.
2.5 Kerangka Pemikiran
Penelitian in menggunakan penerapan teknik audit investigasi pada
subyek penelitian terhadap unsur-unsur terjadinya fraud yang terjadi di
lokasi penelitian. Menelusuri bukti/mengungkap fakta terjadinya fraud
yang bercermin kepada kasus yang pernah terjadi. Kemudian dianalisis
menggunakan unsur fraud dengan Fraud Triangle Theory untuk melihat
kecenderungan terjadinya hal yang berulang pada masing-masing divisi
dalam waktu tipe-tipe fraud yang terjadi. Sehingga pada hasil audit
investigasi nantinya peneliti berharap mendapatkan fakta tentang
-
35
kecurangan pada Hotel Ceria Boutique Yogyakarta yang disertai bukti-
bukti.
AB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Audit2.1.1 Pengertian Audit2.1.2 Jenis Audit2.1.3 Audit Investigasi2.1.3.1 Pengertian Audit Investigasi2.1.3.2 Tujuan Adanya Audit Investigasi2.1.3.3 Investigasi dengan Teknik Audit2.1.3.4 Prinsip-prinsip Investigasi2.1.3.5 Tahapan-tahapan Audit Investigasi2.1.3.6 Laporan Audit Investigasi
2.2 Fraud2.2.1 Pengertian Fraud2.2.2 Unsur-unsur Fraud2.2.3 Jenis-jenis Fraud2.2.4 Fraud Tree
2.3 Fraud Triangle Theory2.4 Penelitian Terdahulu2.5 Kerangka Pemikiran