BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Mata 2.1.1...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Mata 2.1.1...
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
2.1.1 Definisi
Mata merupakan organ yang diciptakan Tuhan dan termasuk salah satu organ
vital yang penting nilainya. Manusia dapat memperoleh informasi sebanyak 80% hanya
dengan melihat (Kurmaselaet al. 2013). Mata berbentuk seperti bola, kecuali tonjolan
yang berada didepan mata yaitu tempat masuknya cahaya. Bagian luar mata terdapat
sebuah lapisan putih dan kaku, keras disebut sclera. Daerah tonjolan mata terdapat
lapisan transparan yang dilewati cahaya disebut dengan kornea (Syaifuddin, 2012). Mata
terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan. Diameter bola mata
manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan rentang
intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar cahaya.
Gambar 2.2 Anatomi Mata
Sumber :Lecture Notes on Opthamology
13
2.1.2 Struktur Mata
Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu
dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat
penglihatan pada otak, untukditafsirkan, anatomi organ penglihatan dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: (Syaifuddin, 2012)
1. Adneksa Mata
Jaringan bagian pendukung mata yang terdiri dari beberapa bagian mata seperti :
a. Kelopak mata
Bagian pelindung bola mata karena berfungsi sebagai proteksi mekanis pada
bola mata anterior yang menyebarkan air mata ke konjungtiva dan kornea
sehingga dapat mencegah mata menjadi kering. Kelopak mata memiliki
rambut/bulu yang tumbuh tepi kelopak. Kelopak mata memiliki kulit yang lebih
tipis dibandingkan dengan kulit pada bagian tubuh lainnya (Cameron et al. 2006).
Kelopak mata terdiri dari jaringan fibrosa yang ditutupi kulit dan dibatasi oleh
membran mukosa. Bagian tepi kelopak ditumbuhi rambut (bulu mata) yang
mencegah masuknya debu, serangga (Cameron et al, 2006).
Pada kelopak mata terdapat otot-otot orbicularis dimana otot polos ini
dipersarafi oleh sistem saraf simpatis, sehingga jika terjadi kerusakan oleh
persarafan simpatis akan terjadi ptosis ringan. Tepi kelopak mata merupakan
sambungan mukotan, sambungan ini mengandung muara kelenjar minyak
Meibom yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini mensekresi komponen lipid
dari film air mata. Bagian medial pada kelopak mata atas dan bawah dimana dua
pungta kecil membentuk bagian awal sistem drainse lakrimal membentuk
14
kanalikulus komunis sebelum memasuki sakus lakrimalis. Duktus nasolakrimalis
berjalan dari sakus ke hidung. Drainase air mata merupakan proses aktif, setiap
kedipan kelopak mata akan membantu memompa air mata melalui sistem ini
(James, Chew dan Bron, 2006).
2. Bola Mata
a. Konjungtiva
Merupakan bagian terluar boa mata yang memiliki pembuluh darah. Membrane
mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak dan melindungi bola mata bagian
luar. Konjungtiva terbagi menjadi 2 (dua) yaitu konjungtiva palpebral (melapisi
kelopak mata) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola mata).
Konjungtiva berfungsi sebagai proteksi pada sclera dan memberi pelumas pada
bola mata (Gul, 2007).
a. Kornea
Merupakan selaput bening mata, jika mengalami kekeruhan akan sangat
mengganggu penglihatan. Jendela bening yang melindungi struktur halus yang
berada dibelakangnya serta membantu memfokuskan bayangan pada retina.
Kornea memiliki ketebalan ± 0,5 mm dan tidak mengandung pembuluh darah
(Syaifuddin, 2012). Kornea memfokuskan bayangan dengan membiaskan atau
membelokkan berkas cahaya. Besarnya pembiasan (refraksi) bergantung pada
kelengkungan permukaannya dan kecepatan cahaya pada lensa dibandingkan pada
benda sekitar (indeks bias relatif). Indeks bias hampir konstan untuk semua
kornea, tetapi kelengkungan cukup bervariasi pada setiap orang dan berperan
besar dalam gangguan penglihatan. Kornea yang terlalu melengkung mata akan
15
berpenglihatan dekat, sedang jika kelengkungan pada kornea kurang maka mata
akan berpenglihatan jauh. kelengkungan yang tidak merata akan menyebabkan
astigmatisme (Cameron et al, 2006).
b. Sklera
Jaringan ikat dengan serat yang kuat berwarna putih di bawah konjungtiva serta
merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk
bola mata (Gul, 2007). Sklera terbentuk dari serabut kolagen yang saling berkaitan
dengan lebar yang berbeda-beda, terletak diatas substansi dasar dan dipertahankan
oleh fibrolas. Ketebalan sclera bervariasi, 1 mm disekitar papil saraf optic dan 0,3
mm tepat di posterior insersi otot (James, Chew dan Bron, 2006).
c. Retina
Retina merupakan mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat
ujung-ujung nervusoptikus bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata)
maka berkas-berkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor,
lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina.
Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah
visuil dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah visuil menerima berita dari
kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk (Syaifuddin, 2012). Sel
Kerucut pada retina bertanggung jawab untuk penglihatan siang hari, sel-sel ini
terkonsentrasi di fovea yang bertanggung jawab untuk penglihata detail seperti
membaca huruf kecil. Sel batang berfungsi pada penglihatan malam hari, sel-sel ini
sensirif terhadap cahaya dan tidak seperti sel kerucut yang memberikan sinyal
16
informasi panjang gelombang (warna). Sel batang menyusun sebagian besar
fotoreseptor diretina bagian lainnya (James, Chew dan Bron, 2006).
d. Uvea
Lapisan vascular di dalam bola mata yang terdiri dari 3 bagian yaitu iris, korpus
siliar dan koroid. Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang
dapat berubah ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk mengontrol
jumlah cahaya yang masuk ke mata. Lapisan yang dapat bergerak untuk mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata .Iris memiliki lapisan batas anterior
yang tersusun dari fibroblast dan kolagen serta stroma selular dimana otot sfingter
terletak di dalamnya yang dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis (James et al,
2006).
Badan siliar berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan
koroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah untuk
memberi nutrisi pada bagian mata (Gul, 2007). Proses akomodasi dipengaruhi
oleh M.Ciliaris, dimana otot ini berperan untuk berkontraksi sehingga terjadi
pengenduran dari Zonula zinnia yang berakibat pencembungan lensa karena
elastisitasnya, sehingga menambah kekuatan refraksinya. Otot siliaris dipersarafi
oleh sistem parasimpatis (James, Chew dan Bron, 2006). Koroid dibentuk oleh
arteriol, venula dan anyaman kapiler padat. Membrane dasarnya dengan
membrane dasar epitel pigmen retina membentuk membrane Bruch yang aselular
berfungsi sebagai sawar difusi antara koroid dan retina.Koroid berada diantara
sclera dan retina yang juga merupakan lapisan gelap kecoklatan, warna gelap ini
berfungsi untuk mencegah refleksi (pantulan sinar). Bagian ini mengandung
17
banyak pigmen dan pembuluh darah, berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan
oksigen (James, Chew dan Bron, 2006).
e. Pupil
Lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata, dimana lebarnya diatur oleh
gerakan iris. Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Bila cahaya
lemah iris akan berkontraksi dan pupil melebar (midriasis) yang dipengaruhi oleh
saraf simpatis sehingga cahaya yang masuk lebih banyak. Sedangkan bila cahaya
kuat iris akan berelaksasi dan pupilmengecil (miosis) sehingga cahaya yang masuk
tidak berlebihan, dipengaruhi oleh saraf parasimpatis. Pupil sebagai pengatur
kebutuhan cahaya yang diperlukan (Gul, 2007).
f. Lensa mata
Struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan
kecekungan terbesar berada pada sisi depan. Lensa adalah organ fokus utama,
yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang
dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina (Syaifuddin, 2012). Lensa
merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada mata setelah kornea, dimana
lensa disangga oleh serabut zonula yang berjalan diantara korpus siliaris dan
kapsul lensa. Serabut zonula ini metransmisikan perubahan pada otot siliaris
sehingga membuat lensa mengubah bentuk dan kekuatan refraksinya.
Pertambahan usia akan membuat serabut yang letaknya di dalam akan kehilangan
nucleus dan organel intraselulernya (James, Chew dan Bron, 2006).
18
3. Rongga Orbita
Rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh. Otot-
otot bola mata masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang
berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik
(Syaifuddin, 2012). Otot – otot mata ada enam macam yang berfungsi sebagai
penggerak bola mata membuat gerakan bola mata bersifat ritmis dan harmonis
yaitu:
a. Musculus rektus internus (medius), otot mata yang menggerakkan bola mata ke
arah medial
b. Musculus rektus externus (lateralis), otot mata yang menggerakkan bola mata
ke arah lateral/temporal. Pada saat berkontraksi menyebabkan mata menjadi
axis (abduksi).
c. Musculus rektus superior, otot mata yang berfungsi menarik bola mata ke atas
d. Musculus rektus inferior, otot mata ini berfungsi menarik bola mata ke bawah
e. Musculus oblique superior, otot mata ini berfungsi untuk menarik bola mata ke
arah nasal bawah dan menyebabkan mata berputar ke arah dalam (endorotasi)
f. Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola maat ke arah nasal atas dan
menyebabkan mata berputar keluar (eksirotasi).
19
2.2 Konsep Mata Lelah
2.2.1 Defini Mata Lelah
Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau Astenophia yaitu kelelahan ocular
atau ketegangan pada organ visual dimana terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala
berhubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Keletihan visual
menggambarkan seluruh gejala - gejala yang terjadi sesudah stress berlebihan terhadap
setiap fungsi mata, diantaranya adalah tegang otot siliaris yang berakomodasi saat
memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang sangat dekat (Maryamah, 2011).
Kelelahan mata merupakan gangguan yang dialami mata karena otot-otot (siliaris) mata
yang dipaksa bekerja keras, terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu
lama (Kangarul, 2009).
Kelelahan mata dapat dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu internal daneksternal.
Kelelahan mata internal ditandai perasaan tegang dan sakit di dalam mata yang
disebabkan oleh stres akibat gerakan akomodasi dan konvergensi.Kelelahan mata
eksternal ditandai dengan timbulnya gejala mata kering dan iritasipada permukaan mata
yang disebabkan kondisi lingkungan (James & Sheedy. 2007).
2.2.2 Gejala Mata Lelah
Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada otot akomodasi, hal ini
terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan
jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pearce (2007) mengatakan kelelahan mata
dapat ditandai dengan adanya a.) Gejala iritasi pada mata seperti mata pedih, mata
bewarna merah; b.) Penglihatan ganda (Double Vision); c.) Sakit atau nyeri sekitar mata;
20
d.) Daya akomodasi menurun; e.)Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan
terhadap kontras dan kecepatan persepsi.
Kelelahan pada mata juga ditandai oleh adanya iritasi pada mata atau
konjungtivitis (konjungtiva berwarna merah dapat mengeluarkan air mata), penglihatan
ganda, sakit kepala, daya akomodasi dan konvergensi menurun, ketajaman penglihatan
kepekaan kontras dan kecepatan persepsi (Kurnia, 2009). Persepsi visual yang
mengalami stress hebat tanpa disertai efek lokal pada otot akomodasi atau retina maka
keadaan ini akan menimbulkan kelelahan syaraf. Gejala umum lainnya yang dapat
timbul akibat dari mata lelah adalah sakit punggung dan vertigo. Penglihatan yang kabur
pada penggunaan gadget seperti laptop, notebook ini dapat bermanifestasi menjadi
myopia, hipermetropi dan astigmat (Depkes RI (1990) dalam Sya’ban & Riski (2014)).
2.2.3 Faktor – Faktor yang Memepengaruhi Mata Lelah
Kejadian mata lelah ini tentunya terjadi karena dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal :
1. Faktor Internal
Faktor – factor internal merupakan faktor yang muncul dalam diri seseorang yang
mempengaruhi terjadnya mata lelah yaitu ;
a. Umur, semakin tua seseorang lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya
akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan
menipiskan mata (Setiawan, 2010). Daya akomodasi menurun pada usia 45 – 50
tahun, menurunnya daya akomodasi. Daya akomodasi merupakan kemampuan lensa
untuk menebal atau menipis sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan
21
jatuh tepat di retina. Daya akomodasi ini disebabkan oleh penurunan fisiologis
mengakibatkan penurunan fungsi organ mata sehingga terjadi penurunan
kemampuan penglihatan yang dapat dilihat melalui uji visus. Uji visus ini
menggambarkan kemampuan penglihatan dibanding dengan penglihatan orang
normal (Sya’ban dan Riski, 2014).
b. Kelainan Refraksi, yaitu keadaan bayangan tegas yang tidak dibentuk di retina.
Kelainan refraksi terjadi akibat ketidak seimbangan sistem optic pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Kelainan refraksi ini sangat berpotensi kejadian
mata lelah karena daya akomodasi pada mata sudah menurun ( Ilyas, 2006). Hasil
penelitian (Hana, 2008) dari 98 responden, 46 diantaranya mempunyai gangguan
penglihatan dan 52 pekerja tidak mempunyai gangguan penglihatan serta 82%
diantaranya mengalami gejala kelelahan mata. Pekerja dengan gangguan mata
terpaksa harus menggunakan kacamata untuk memperjelas penglihatannya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar individu yang dapat
membuat mata lelah seperti :
a. Tingkat Pencahayaan (Illumination Levels), menurut Suma’mur (1996 dalam Setiawan
(2010) menyatakan bahwa pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja
melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya
yang tidak perlu. Selain itu, penerangan yang buruk dapat berakibat pada kelelahan
mata dengan berkurangnya kinerja. Pencahayaan lingkungan yang memadai baik
yang alami atau buatan memegang peranan yang cukup penting dalam upaya
peningkatan kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja. Baik tidaknya
22
pencahayaan di suatu tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat
iluminasi yang menyebabkan objek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh
kualitas dari pencahayaan tersebut diantaranya menyangkut arah dan penyebaran
atau distribusi cahaya, tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dekorasi ruangan
khususnya mengenai warna dari dinding, langit-langit, peralatan kerja ikut
menentukan tingkat penerangan (Aryanti, 2006).
b. Lama paparan, waktu yang lama menyebabkan mata untuk melihat secara terus–
menerus pada monitor. Berada di depan monitor dengan waktu lebih dari 2 (dua)
jam beresiko mengalami refraksi pada mata. Objek yang terlalu kecil dan dengan
bentuk yang rumit membuat mata berupaya lebih focus, sehingga mata dipaksa
untuk bekerja lebih keras (Hanum, 2008). Berdasarkan penelitian Permana (2015)
berada lama didepan monitor dapat menyebabkan kelelahan pada mata, serta gejala-
gejala lainnya yang timbul. Pengguna gadget merasakn mata lelah di akibat karena
memusatkan pandangan pada monitor di mana obyek yang dilihat terlalu kecil.
Menyebabkan mata berkonsentrasi dan kurang berkedip, sehingga penguapan air
mata meningkat dan mata menjadi kering. Mata lelah harus diputuskan mata
rantainya dengan berada mengurangi waktu di depan monitor atau banyak
mengistirahatkan mata. Lama paparan ini dapat di kategorikan sebagai berikut;
Ringan (kurang dari 2 jam), Sedang (2-4 jam) dan berat (lebih dari 4 jam)
(Kurmasela, Saerang dan Rares, 2013).
23
2.2.4 Mekanisme Mata Lelah
Menurut Subitha (2013) kelelahan mata atau astenopia adalah gejala yang
diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada pada kondisi
kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Indikasi kelelahan mata
adalah mata tidak nyaman, iritasi, panas, pedih, merah. Kelelahan mata juga dapat
ditandai dengan penglihatan buram, penglihatan ganda.
Ilyas (2008) menjelaskan bahwa kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi
pada fungsi penglihatan. Akomodasi merupakan proses aktif yang memerlukan kerja
otot, sehingga dapatmengakibatkan melelahkan mata apabila saat seseorang berupaya
untuk melihat pada objek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang
lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan
dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) akan semakin besar
sehingga terjadi peningkatan asam laktat pada otot dan sebagai akibatnya terjadi
kelelahan mata. Stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan
dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama.
Mata lelah akibat penggunaan gadget(laptop/notebook) ini juga dipengaruhi
oleh radiasi dan pencahayaan yang terdapat pada gadget. Radiasi gadget dapat
menyebabkan kelelahan mata dan masalah visual lainnya yang timbul seperti penglihatan
kabur, susah melihat objek jauh. Selain itu, disebutkan pula bahwa pengguna gadget
dengan intensitas waktu yang berlebihan ternyata dapat membuat mata menjadi lebih
jarang berkedip. Padahal kedipan mata sangat penting untuk mengurangi resiko mata
kering dan iritasi mata. Semakin lama mata terbuka, semakin tinggi kemungkinan kornea
24
mata mengalami dehidrasi, merasa panas dan sakit atau seperti ada pasir dikelopak mata
hingga terasa berat (Nurmaya, 2009).
Penerangan gadget yang terlalu kuat juga dapat menyebabkan kesilauan, oleh
karena itu dibutuhkan penerangan yang memadai agar bisa mencegah terjadinya
kelelahan mata (Budiono, 2008), sedangkan pencahayaan yang terlalu gelap membuat
mata bekerja lebih keras untuk melihat. Hal ini akan membuat mata lebih cepat lelah.
Pencahayaan yang terlalu besar atau pun terlalu rendah, dimana pupil mata harus
berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata merasa silau
atau berkontraksi secara berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil,
pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil
akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Pencahayaan yang kurang baik akan
menunjukan gejala kelelahan mata yang ditandai seperti kelopak mata terasa berat
(Aryanti, 2006).
2.2.5 Metode mengurangi gejala mata lelah
Mata lelah akibat stress atau penggunaan mata yang terlalu ekstra ini dapat
dikurangi dengan beberapa cara seperti :
a. Blink (kedipan mata), refleks berkedipnya berkurang 66% yaitu 3-6 kali per menit
saat berada di depan monitor. Menyebabkan mata menjadi kering, selain itu juga
menyebabkan ketegangan pada otot mata. Pada keadaan normal mata manusia
berkedip 15-20 kali per menit. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yang,
Tarik, Kwan (2014) dimana mereka menelitti pengaruh kedipan mata untuk
mengurangi mata lelah. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa dengan
25
mengedipkan mata, berhasil mengurangi gejala mata lelah seperti mata yang kering,
perih.
b. Memasang Screen pada monitor, dimana kuantitas iluminasi yang berlebihan dapat
mengakibatkan silau dan sensitivitas retina. Penggunaan screen pada monitor dapat
mengurangi cahaya yang masuk ke mata. Mata lelah juga disebabkan oleh
pencahayaan pada monitor. Penggunaan screen pada monitor membu sehingga gejala
mata lelah menurun (Hanum, 2008).
c. Eye exercises, melakukan terapi pada mata dapat membantu mata menjadi sehat, dan
mengurangi ketidaknyamanan pada mata. Melatih mata diharapkan mata dapat
menjadi lebih segar karena sirkulasi darah pada mata menjadi lancar (Bansal dan
Moudgil, 2014).
d. Lubricating eye drops, merupakan intervensi farmakologi dengan meneteskan pada
mata. Mata yang telah ditetesi diharapkan akan mengurangi gejala mata kering saat
berada didepan monitor (Bansal dan Moudgil, 2014).
2.2.6 Pengukuran Mata Lelah
Pengukuran kelelahan mata dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a. Kuesioner
Kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dari responden (Nazir, 2014). Penelitian ini
menggunakan jenis kuesioner tertutup, yang mana pada lembar kuesioner
sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih dengan
menandai check list. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
26
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan/pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Kuesioner digunakan untuk mengetahui
keluhan mata lelah, dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden(Nazir, 2014).Astenopia adalah keluhan subjektif penglihatan akibat
kelelahan otot-otot penglihatan yang disertai nyeri pada mata, nyeri kepala,
penglihatan kabur, mata kering, mata merah dan sebagainya, yang kemudian
dapat diukur dengan menggunakan kuisioner. Visual Fatigue (VF). Kuesioner
yang akan digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari Vardanjani et al (2014)
yang berjudul “Designing and validation a visual fatigue questionnaire for video display
terminals operators”. Instrument ini berjumlah 15 items dengan pertanyaan
tertutup, terdiri dari 4 pertanyaan mengenai mata lelah, 5 pertanyaan mengenai
penglihatan buruk, 3 pertanyaan mengenai gejala pada permukaan mata yang
memburuk dan 3 pertanyaan mengenai gejala yang dirasakan selain pada
daerah mata. Kemudian kuesioner akan dijumlahkan dan di skor untuk
mengetahui responden masuk pada kategori tingkatan mata lelah
Skoring kuesioner dengan rumus : Jumlah jawaban responden x 10 15
Terdapat beberapa kategori dari mata lelah yaitu no fatigue dengan skor <0,65;
low fatigue 0,49-2,36; moderate fatigue 2,37-3,88 dan severe fatigue > 3,89
(Vardanjani et al. 2014)
2.3 Konsep Eye Exercises
27
2.3.1 Definisi
Eye exercises atau disebut juga dengan latihan mata merupakan serangkaian
gerakan yang dilakukan oleh organ mata untuk melatih otot-otot mata, sehingga
menguragi ketidaknyaman penglihatan. Eye exercise merupakan terapi yang tepat
digunakan untuk ganggun akomodasi (Noto, Uta dan DeSouza, 2013).
2.3.2 Manfaat Eye exercises terhadap mata
Latihan mata ini bermanfaat bagi kesehatan mata seperti melatih otot-otot mata
sehingga melancarkan sirkulasi darah pada mata. Menurut latihan mata dapat
mencegah masalah penglihatan, selain itu latihan mata juga mempertajam penglihatan,
mengurangi ketegangan otot dengan merileksasikan otot-otot pada mata. Mencegah
terjadinya tumor mata dan di kelenjar hipofisis (pituari), mengurangi keriput pada
daerah mata. Eye exercise, dimana teknik ini mengurangi eyes strain selain itu juga
mengurangi atau menghilangkan penyakit mata, menghilangkan lingkaran dan bengkak
di bawah mata atau menghilangkan kantong mata, mengurangi keriput di sekitar mata,
membuat otot mata dan sekitarnya menjadi elastis dan kuat, serta mempertajam
penglihatan (Djing, 2006).
2.3.3 Klasifikasi Eye Exercises
28
Tahapan – tahapan eye exercise sebagai berikut ; (Jyoti et al, 2015)
1. Palming
Menurut Battenberg dan Rigney (2010) merupakan teknik menggosokan
kedua telapak tangan hingga terasa hangat. Tutup mata dan letakkan telapak
tangan pada daerah mata tanpa menekan bola mata. Kehangatan tangan,
dikombinasikan dengan memblokir semua cahaya, berfungsi untuk
merileksasikan mata yang tegang, selain itu juga merileksasikan saraf-saraf
pada daerah mata. Gerakan ini berfungsi untuk membuat mata menjadi
rileks.
Gambar 2.2 Teknik Palming
Sumber: wikihow
2. Berkedip
Responden diperintahkan untuk membuat berkedip secara teratur, sekali atau
dua kali setiap 3-4 detik. Teknik berkedip ini diharapkan dapat
membersihkan dan melumasi mata sehingga mata menjadi lembab.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yang, Tarik, Kwan (2014)
dimana mereka juga meneliti berkedip untuk mengurangi mata lelah. Hasil
29
dari penelitian ini mengungkapkan bahwa dengan mengedipkan mata,
berhasil mengurangi gejala mata lelah.
Gambar 2.3 teknik Blinking
Sumber: wikihow
3. Imagine number 8
Gerakan ini untuk melatih otot mata sehingga menjadi fleksibel, bayangkan
mata anda membuat angka 8 yang besar. Ikuti arah angka 8 tersebut dengan
perlahan. Gerakan ini melatih otot-otot ekstraokular, sehingga otot memjadi
elastis, kuat dan gerakan ini mampu meningkatkan sirkulasi darah
Gambar 2.4 teknik Imagiine number 8
Sumber: wikihow
4. Rotation
Gerakan ini merupakan gerakan untuk melatih otot mata yang berfungsi
mempertajam penglihatan, membuat otot mata ekstraokular menjadi kuat
dan elastid. Gerakan ini diperlukan untuk menghindari ketegangan mata.
30
Subject harus berpura-pura sedang melihat pusat dari jam raksasa dengan
wajah lurus ke depan. Kepala tidak bergerak hanya mata saja yang bergerak,
setiap gerakan tahan selama 2 detik semua. Gerakan pertama bergerak pada
jarum jam di 3’, kemudian jam 6', setelah itu jam 9 ' jam dan kembali ke 12'
posisi jam. Gerakan tersebut diulangi dengan siklus berlawanan arah jarum
jam. Subjek dapat berlatih gerakan ini sebanyak tiga kali searah jarum jam dan
tiga kali berlawanan arah jarum jam.
Gambar 2.5 Teknik Eye Rotation
Sumber: livingnow
5. Squeeze
Tutup mata anda sekuat-kuatnya selama 5 detik, ulangi selama 5 kali.
Gerakan ini berfungsiuntuk memproduksi air mata yang dapat melembabkan
dan membersihkan mata.
Gambar 2.6 Teknik Squeeze
Sumber : eyesite
31
6. Massage
Gunakan jari anda untuk memijat daerah sekitar mata anda mulai memijat
pada daerah bawah mata setelah itu dibawah alis mata. Teknik ini membantu
meningkatkan aliran darah sehingga lebih banyak oksigen yang terbawa dan
membuat mata menjadi segar kembali serta merilekskan mata.
Gambar 2.7 Teknik Massage
Sumber: wikihow
7. ColdPad
Merupakan teknik relaksasi dengan menggunakan kapas yang telah direndam
air dingin. Kapas yang telah direndam, selanjutnya diperas dan tutup kedua
mata lalu tempelkan kapas pada kelopak mata. ColdPad berfungsi untuk
menyegarkan mata yang lelah dan mengistirahatkan mata dari pekerjaan.
Gambar 2.8 Teknik ColdPad
Sumber: Eyesite
32
2.4 Pengaruh Eye Exersise terhadap mata lelah
Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada otot – otot mata, hal ini
terjadi pada saat seseorang yang berinteraksi dengan gadget dalam jangka waktu lebih
dari 2 jam. Menurut Noto, Uta dan DeSouza (2013) Eye exercise merupakan latihan
otot-otot mata, sebagai upaya mengurangi gejala mata lelah, hal ini dikarenakan latihan
mata memperkuat semua otot extraocular dan oto siliaris. Membantu mencegah
ketegangan mata, karena otot mata menjadi fleksibel serta mempertahankan ketajaman.
Penglihatan adalah fungsi dari kedua tubuh dan pikiran, sehingga apabila mata
relaks membuat pikiran juga menjadi rileks. Eye exercises juga menstimulasi otot mata
dengan gerakan-gerakan yang melibatkan otot-otot mata sehingga sirkulasi darah
meningkat dan penumpukkan asam laktat berkurang.Meningkatnya sirkulasi darah ini
tentu memberikan dampak yang baik pada mata, karena darah membawa oksigen ( )
dan nutrisi untuk sel-sel sehingga membuat mata terasa segar dan meningkatkan
ketajaman mata (Gosewade, Drugkar dan Shende, 2016).
Menurut Dr. Shilppa (2015) beberapa gerakan eye exercise seperti palming
membuat otot-otot mata beristirahat sejenak karena saat gerakan palming membuat
cahayatidak dapat masuk dan rasa hangat saat palming juga membuat otot-otot serta
saraf mata menjadi relaks. Hal ini memungkinkan mata untuk kembali ke keadaan
semula. Menururt Gopinathan, Dhiman dan Manjusha (2012) dengan eye exerciseseperti
teknik blinking dan squeeze dimana teknik ini membuat mata memproduksi air mata dan
melembabkan mata sehingga diharapkan dapat membantu mata menjadi bersih dari
partikel dan mengurangi rasa perih/ irritasi serta mata kering.