BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II...

21
8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen dan Meckling (1976) dalam Purnama (2017) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (Agency Theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang pengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Dalam konsep teori akuntansi, manajemen sebagai agen seharusnya melakukan tindakan yang selaras dengan kepentiangan prinsipal, namun manajemen dapat melakukan tindakan-tindakan yang hanya memaksimalkan kepentiangan sendiri. Dalam praktiknya manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan di waktu mendatang dibandingkan dengan pemilik modal atau pemegang saham. Sehingga sebagai pengelola, manajer memiliki kewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi pada hal ini informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Informasi yang dapat diberikan oleh manajer dapat berupa pengungkapan informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan, laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal. Adanya

Transcript of BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II...

Page 1: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

8

BAB II

TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Agency Theory (Teori Agensi)

Jensen dan Meckling (1976) dalam Purnama (2017) menjelaskan

hubungan keagenan di dalam teori agensi (Agency Theory) bahwa

perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara

pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang

pengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Dalam

konsep teori akuntansi, manajemen sebagai agen seharusnya melakukan

tindakan yang selaras dengan kepentiangan prinsipal, namun manajemen

dapat melakukan tindakan-tindakan yang hanya memaksimalkan

kepentiangan sendiri. Dalam praktiknya manajer sebagai pengelola

perusahaan tentunya mengetahui lebih banyak informasi internal dan

prospek perusahaan di waktu mendatang dibandingkan dengan pemilik

modal atau pemegang saham. Sehingga sebagai pengelola, manajer

memiliki kewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan

kepada pemilik. Akan tetapi pada hal ini informasi yang disampaikan

oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang

sebenarnya. Informasi yang dapat diberikan oleh manajer dapat berupa

pengungkapan informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan,

laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal. Adanya

Page 2: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

9

ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan menimbulkan kondisi

yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetri), dengan

adanya asimetri informasi para manajer berkesempatan untuk melakukan

manajemen laba sehingga hal tersebut akan menjerumuskan pemilik

(pemegang saham) mengenai kinerja ekomoni perusahaan.

2. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan suatu tindakan manajer untuk memilih

kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan yang spesifik dan

kebijakan akuntansi yang dimaksud adalah penggunaan accrual dalam

menyusun laporan keuangan menurut Scott (2011) dalam (Agustia,

2013a). Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan

untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam

laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin

mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.

Manajer melakukan manajemen laba dengan memilih metode atau

kebijakan akuntansi terlebih dahulu, untuk menaikkan laba atau

menurunkan laba. Manajer dapat menaikkan laba dengan menggeser laba

periode-periode yang akan datang ke periode kini dan manajer dapat

menurunkan laba dengan menggeser laba periode kini ke periode-periode

berikutnya. Manajemen laba biasanya terjadi ketika manajer menggunakan

kebijakan dalam laporan keuangan dan juga ketika menstruktur transaksi

dalam laporan keuangan untuk mengabulkan sebagian stakeholder tentang

kinerja ekonomis perusahaan atau untuk mempengaruhi kontrak yang

Page 3: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

10

bergantung atas angka akuntansi yang dilaporkan (Primanita & Setiono,

2006).

Secara umum ada tiga pendekatan yang telah dihasilkan para peneliti

untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu model yang berbasis aggregate

acrrual, spesific acrruals, dan distribution of earnings after managemen.

Dalam penelitian ini, lebih memfokuskan pada penggunaan model

pendekatan berbasis agregate acrrual, yaitu model yang digunakan untuk

mendeteksi aktiva rekayasa dengan menggunakan discretionary accruals

sebagai proksi manajemen laba. S. Sulistyanto (2008) menjelaskan bahwa

secara empiris nilai discretionary accruals bisa nol, positif, atau negatif.

Nilai nol menunjukan manajemen laba dilakukan dengan pola perataan

laba (income smooting), sedangkan nilai positif menunjukkan bahwa

manajemen laba dilakukan dengan pola penaikkan laba (income

inccreasing), dan nilai negatif menunjukkan manajemen laba dengan pola

penurunan laba.

Ada beberapa faktor yang memicu manajemen untuk melakukan

manajemen laba diantaranya sebagai berikut :

a. Motivasi bonus

Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan

memberikan sejumlah insetif dan bonus sebagai feedback atas kinerja

manajer dalam menjalankan perusahaan, manajer biasanya akan

menerima bonus yang ditetapkan pemegang saham. Salah satu kinerja

manajemen diukur dari pencapaian laba perusahaan, pemberian bonus

Page 4: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

11

atas pencapaian laba perusahaan tersebut membuat manajer

termotivasi untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak

menutup kemungkinan manajer malakukan manajemen laba agar

dapat menampilkan kinerja yang baik agar mendapatkan bonus yang

dijanjikan oleh pemegang saham.

b. Motivasi hutang

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, untuk

kepentingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan

kontrak bisnis dengan pihak ketiga yaitu kreditor. Agar kreditor mau

menginvestasikan dananya ke perusahaan, tentunya manajer akan

berusaha menampilkan kinerja perusahaan yang maksimal, dengan

begitu manajer berinisiatif untuk melakukan manajemen laba agar

lebih mudah menarik minat kreditor.

c. Motivasi politik

Motivasi politik biasanya terjadi pada perusahaan besar yang

bidang usahanya banyak menyentuh masyarakat luas, seperti

perusahaan perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap

mendapat subsidi dari pemerintah perusahaan tersebut cenderung

menjaga posisi keuangannya dalam keadaan tertentu sehingga

kinerjanya tidak terlalu baik, hal ini dikarena jika kinerja perusahaan

baik maka subsidi dari pemerintah tidak dapat diberikan kepada

perusahaan, ketika peristiwa itu terjadi manajer cenderung akan

melakukan manajemen laba dengan menyajikan laporan keuangan

dengan laba yang lebih rendah dari nilai sebenarnya.

Page 5: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

12

Dalam mendeteksi terjadinya manajemen laba, banyak model yang

dapat digunakan untuk mengukurnya, salah satu model yang digunakan

untuk mengukur manajemen laba kuantitatif adalah modified jones

model, dimana mengasumsikan bahwa akrual nondiskreosioner bersifat

tetap dari satu periode ke periode lainnya sehingga perubahan akrual

yang terjadi karena perubahan akrual dikresioner. Hal ini terjadi karena

manajemen memiliki motivasi untuk melakukan permainan terhadap

kebijakan akuntansi, dengan begitu apabila ada suatu perubahan disuatu

pos tertentu maka manajemen semakin termotivasi untuk melakukan

perubahan pada pos lainnya (Sulistiawan & Januarsi, 2011).

3. Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris independen merupakan organ perusahaan yang

memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh atas pengurusan

perusahaan, fungsi dewan komisaris yaitu memastikan bahwa perusahaan

telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan

kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebagai memonitor

efektifitas pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris

merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan untuk

menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen

dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas.

Page 6: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

13

4. Komite Audit

Komite audit adalah suatu komite yang berpandangan tentang

masalah akuntansi, laporan keuangan dan penjelasannya, sistem

pengawasan internal serta auditor independen, komite audit memiliki

peran dalam upaya untuk menjamin kualitas dari pelaporan keuangan

perusahaan. Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan

komisaris dengan tujuan untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian

yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam

melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting

yang berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit

harus mepunyai keahlian yang memadai karena komite audit dituntut

untuk dapat bekerja secara independen. Komite audit adalah suatu komite

yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris.

5. Profitabilitas

Tingkat profitabilitas yang tinggi menjukkan bahwa kinerja

perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik, sedangkan jika

tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan kurang baik, dan kinerja manajemen pun juga nampak buruk.

Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari

penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, dengan kata lain

semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin baik produktifitas aset

dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini akan meningkatkan daya

tarik perusahaan kepada investor, peningkatan daya tarik perusahaan

Page 7: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

14

menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor karena tingkat

pengembalian akan semakin besar. Semakin tinggi rasio yang diperoleh

maka semakin efisien manajemen aset perusahaan. Profitabilitas

merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditujukkan oleh laba yang

dihasilkan (Murdoko Sudarmadji & Sularto, 2007).

6. Leverage

Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan

oleh perusahaan. Rasio ini menunjukkan risiko yang dihadapi oleh

perusahaan, maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba di masa depan

juga akan makin meningkat. Foster (1986) mengungkapkan bahwa

terdapat hubungan antara rasio leverage dengan return perusahaan yang

artinya hutang dapat digunakan untuk memprediksi keuntungan yang

kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu

perusahaan. Leverage dapat diukur menggunakan analisa rasio leverage

yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang.

Penggunaan leverage mengandung beberapa implikasi, pertama para

kreditur akan melihat modal perusahaan atau dana yang disediakan

penanam modal untuk menentukan besarnya batas marjin yang aman. Jika

penanam modal hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh

pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung oleh para kreditur.

Kedua, mencari dana dari hutang para memilik modal memperoleh

manfaat mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas.

Page 8: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

15

Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi diduga melakukan

earnings management. Earnings management dilakukan untuk dapat

memberikan posisi bargaining yang lebih baik yang berkaitan dengan

sumber dana eksternal atau pada saat terjadi negoisasi ulang apabila

perusahaan benar-benar tidak melunasi kewajibannya. Kosasih and

Widayati (2013) menyatakan bahwa leverage yang semakin tinggi

memiliki arti, bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih besar dari

pada asetnya, sehingga pada pihak eksternal lainnya yaitu kreditor yang

turut mengawasi pelaporan keuangan perusahaan dengan begitu membuat

pengawasan semakin ketat sehingga fleksibilitas manajemen untuk

melakukan manajemen laba semakin berkurang karena bertambahnya

pihak-pihak eksternal yang turut ikut mengawasi. Manajemen perusahaan

melakukan earnings management untuk meningkatkan laba bersih

sebelum ditemukannya pelanggaran persyaratan hutang, karena semakin

tinggi hutang yang dimiliki perusahaan maka semakin ketat pengawasan

yang dilakukan oleh kreditor, sehingga fleksibilitas manajemen untuk

melakukan earnings management semakin berkurang. Perusahaan yang

mempunyai rasio leverage tinggi diduga melakukan earnings management

karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban

pembayaran utang pada waktunya (Widyaningdyah, 2001).

7. Free Cash Flow

Arus kas bebas (Free Cash Flow) adalah arus kas aktual yang di

distribusikan kepada investor sesudah perusahaan melakukan semua

investasi dan modal kerja yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan

Page 9: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

16

operasionalnya (Sawir, 2004). Mardiyanto (2009) menjelaskan bahwa

perusahaan yang sanggup membagikan deviden lebih tinggi akan naik

harga sahamnya karena dipandang investor sebagai perusahaan yang

mempunyai kelebihan kas (Free Cash Flow). Perusahaan yang menahan

kelebihan kasnya (tidak membagikan sebagai deviden) justru harga

sahamnya cenderung turun karena investor menganggap kelebihan dana

tersebut akan digunakan untuk membiayai investasi yang kurang

menguntungkan. Free Cash Flow merupakan determinan penting dalam

penentuan nilai perusahaan, sehingga manajer perusahaan lebih berfokus

pada usaha untuk meningkatjan Free Cash Flow. Perusahaan dengan aliran

kas bebas yang tinggi tanpa adanya pengawasan yang memadai bisa terjadi

karena pihak manajer tidak memanfaatkan secara optimal kas yang

tersedia secara tepat, atau menggunakannya untuk investasi yang

menguntungkan dirinya sendiri. Perusahaan dengan aliran kas bebas yang

tinggi bisa diduga lebih mampu bertahan dalam situasi yang buruk,

sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana internal tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan sehingga

memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun

penerbitan saham baru (WININGSIH, 2017). Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa perusahaan dengan surplus arus kas bebas yang

tinggi juga cenderung melakukan praktik manajemen laba dengan

meningkatkan laba yang dilaporkan untuk menutupi tindakan pihak

manajer yang tidak optimal dalam memanfaatkan kekayaan perusahaan.

Page 10: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

17

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdaahulu

No Peneliti (tahun) Variabel penelitian Hasil

1 Febriarti (2017) Independen : Ukuran

Perusahaan, Financial

Leverage, Profitabilitas,

Arus Kas Bebas, Struktur

Kepemilikan

Institusional, dan

Struktur Kepemilikan

Manajerial

Dependen : Manajemen

laba

Ukuran perusahaan, struktur

kepemilikan institusional dan

struktur kepemilikan manajerial

tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba, sedangkan

financial leverage dan

profitabilitas berpengaruh positif

terhadap manajemen laba. Namun

arus kas bebas berpengaruh

negatif terhadap manajemen laba

yang berarti semakin rendah arus

kas bebas perusahaan maka akan

meningkatkan manajemen laba.

Selain itu ukuran perusahaan,

financial leverage, profitabilitas,

arus kas bebas, struktur

kepemilikan institusional, dan

struktur kepemilikan manajerial

berpengaruh secara simultan

Page 11: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

18

terhadap manajemen laba.

2 (Perdana &

MAHFUD, 2012)

Independen : Firm size,

Leverage, Good

Covernance, dan

profitabilitas

Dependen : earnings

management

kualitas audit dan leverage

berpengaruh negatif signifikan

terhadap manajemen laba, dan

profitabilitas berpengaruh positif

signifikan terhadap manajemen

laba, serta firm size dan proporsi

komisaris independen tidak

berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

3

(Basir & Muslih,

2019)

Independen : free cash

flow, leverage,

profitabilitas, dan sales

growth

Dependen : manajemen

laba

Secara simultan memperoleh hasil

bahwa variabel free cash flow,

leverage, profitabilitas dan sales

growth berpengaruh terhadap

manajemen laba dan secara parsial

variabel free cash flow, sales

growth dan leverage tidak

berpengaruh signifikan dengan

arah negatif terhadap manajemen

laba sedangkan profitabilitas

berpengaruh signifikan dengan

arah positif terhadap manajemen

laba.

Page 12: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

19

4

(Agustia, 2013a) Independen : good

corporate governance,

free cash flow, dan

leverage

Dependen : manajemen

laba

hasil bahwa variabel-variabel good

corporate governance (GCG)

tidak berpengaruh terhadap

praktek manajemen laba. variabel

free cash flow berpengaruh negatif

signifikan terhadap manajemen

laba, dan variabel yang terakhir

leverage berpengaruh terhadap

earnings management.

5 (Purnama, 2017)

Independen :

profitabilitas, leverage,

ukuran perusahaan,

kepemilikan institusional

dan kepemilikan

manajerial

Dependen : manajemen

laba

variabel profitabilitas berpengaruh

positif terhadap manajemen laba,

variabel Leverage tidak

berpengaruh tehadap manajemen

laba, variabel ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba, dan kepemilikan

institusional tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba, serta

kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

6

(Agustia, 2013b) Independen : free cash

flow dan kualitas audit

Independen : manajemen

free cash flow berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba, arus kas

bebas yang tinggi cenderung tidak

Page 13: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

20

laba

akan melakukan manajemen laba

karena meskipun tanpa adanya

manajemen laba perusahaan sudah

bisa meningkatkan harga

sahamnya, dan Kulaitas audit

sebuah kantor akuntan publik yang

digunakansebuah perusahaan,

tidak menjamin berkurangnya

perusahaan melakukan praktik

manajemen laba.

7

(Arifin & Destriana,

2016)

Independen: firm size,

corporate governance,

dan karakteristik

perusahaan

Dependen: manajemen

laba.

Dewan board of independence,

institutional ownership

berpengaruh terhadap manajemen

laba, dan firm size, board of

director, audit quality, dan

managerial ownership tidak

berpengaruh terhadap manajemen

laba.

Page 14: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

21

8 (Abdillah,

Susilawati, &

Purwanto, 2016)

Independen : good

corporate governance

Dependen : manajemen

laba

Good corporate governance

dengan proksi komite audit,

komisaris independen,

kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap

manajemen laba, kepemilikan

manajerial berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba

sedangkan variabel komite audit

berpengaruh sangat besar terhadap

manajemen laba.

9

(Gunawan,

Darmawan, SE, &

Purnamawati, 2015)

Independen : ukuran

perusahaan,

profitabilitas, dan

leverage

Dependen : manajemen

laba

Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap manajemen

laba, profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap manajemen

laba, dan leverage juga tidak

berpengaruh terhadap manajemen

laba.

10

(Yogi &

Damayanthi, 2016)

Independen : arus kas

bebas, capital adequacy

ratio, dan good

corporate governance

Dependen : manajemen

Variabel arus kas bebas

berpengaruh negatif pada

manajemen laba, capital adequacy

ratio berpengaruh positif terhadap

manajemen laba, dan good

Page 15: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

22

laba corporate governance yang di

proksi dengan dewan komisaris

independen, komite audit,

kepemilikan manajerial, dan

kepemilikan institusional tidak

berpengaruh pada manajemen

laba.

Tabel diatas merupakan beberapa penelitian terdahulu mengenai manajemen

laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode

waktu yang digunakan, penelitian ini menggunakan periode waktu 2019.

Kemudian variabel-variabel independen yang digunakanpun juga berbeda beda.

C. Perumusan Hipotesis

Perumusan hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen (X) berupa pengaruh dewan komisaris independen, komite audit,

profitabilitas, leverage, dan free cash flow terhadap variabel dependen (Y)

yaitu manajemen laba pada perusahaan manufaktur yag terdaftar di BEI.

1. Pengaruh dewan komisaris independen terhadap manajemen laba

Dewan komisaris independen bertugas dan bertanggung jawab untuk

memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif

(memantau jadwal, anggran, dan efektifitas strategi), mematuhi hukum

dan perundangan yang berlaku serta menjamin bahwa prinsip-prinsip

Page 16: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

23

good corporate governance telah dipatuhi dan diterapkan dengan baik (S.

Sulistyanto, 2008). Dapat disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris

independen berbanding terbalik dengan manajemen laba, bahwa jika

penambahan proporsi dewan komisaris independen setiap tahunnya dapat

mendorong penurunan praktik manajemen laba. Hal ini didukung oleh

penelitian Dewanto (2012) dalam Agustia (2013a) memperoleh hasil

bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negarif

terhadap praktik manajemen laba. Dari hasil tersebut perusahaan yang

mempunyai jumlah komisaris independen yang lebih besar akan dapat

meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba dalam melaporkan laba

perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

H1 : Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen

laba.

2. Pengaruh Komite audit terhadap manajemen laba

Komite audit merupakan pihak yang bertanggung jawab

melakukan pengawasan dan pengendalian untuk menciptakan keadilan,

transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas. Keempat faktor tersebut

yang membuat laporan keuangan menjadi lebih berkualitas. Komite audit

mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara

kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya

suatu sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakan

good corporate governance. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa

peran anngota komite audit yang banyak diharapkan bisa mengurangi

Page 17: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

24

praktik manajemen laba. Hal ini didukung oleh penelitian Lin, Li, and

Yang (2006) dan Alves (2011) mengungkapkan bahwa keberadaan

komite audit diperusahaan terbukti berpengaruh negatif terhadap praktik

manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan

adalah :

H2 : Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba

Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja manajemen dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan perusahaan (Murdoko Sudarmadji & Sularto, 2007). Salah

satu tujuan perusahaan beroperasi adalah untuk memperoleh laba. Jika

profitabilitas yang didapat perusahaan rendah, maka bonus yang diterima

oleh manajemen perusahaan pun ikut rendah. Oleh karena itu umumnya

pihak manajemen cenderung akan melakukan tindakan manajemen laba

agar pihak manajemen perusahaan mendapatkan bonus atau kompensasi.

Dalam Bonus Plan Hypothesis menyatakan bahwa apabila pada tahun

tertentu kinerja sesungguhnya berada dibawah syarat untuk memperoleh

bonus, maka manajer akan melakukan manajemen laba agar labanya

dapat mencapai minimal untuk memperoleh bonus. Sebaliknya, jika pada

tahun itu kinerja yang diperoleh manajer jauh diatas jumlah yang

diisyaratkan untuk memperoleh bonus, manajer akan mengelola dan

mengatur agar laba yang dilaporkan menjadi tidak terlalu tinggi,

sehingga jika profitabilitas tinggi maka investor akan percaya bahwa

kinerja perusahaan tersebut baik. Widyastuti (2009) menyatakan semakin

Page 18: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

25

besar tingkat profitabilitas maka semakin besar terjadinya manajemen

laba. Guna and Herawaty (2010) menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan tinjauan

teoritis tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

H3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba

4. Pengaruh leverage terhadap manajemen laba

Leverage merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan

total asset perusahaan. semakin tinggi rasio leverage maka semakin

tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajibannya sehingga hal ini

akan berdampak pada kepercayaan kreditur. Nilai rasio leverage yang

tinggi dianggap mempunyai banyak utang kepada pihak eksternal,

akibatnya kondisi tersebut mendorong manajemen perusahaan untuk

melakukan praktik income smoothing (Tampubolon, 2005). Penelitian

yang dilakukan Widyastuti (2009) menyatakan bahwa leverage yang

tinggi mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan pengelolaan

laba. Dalam teori keagenan, semakin dekat perusahaan dengan

pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih

memungkinkan manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi

yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode masa datang ke

periode saat ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang

diajukan sebagai berikut :

H4 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba

Page 19: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

26

5. Pengaruh free cash flow terhadap manajemen laba

Arus kas bebas (FCF) perusahaan yang tinggi tanpa adanya

pengawasan yang memadai bisa terjadi karena pihak manajer tidak

memanfaatkan secara optimal kas yang tersedia secara tepat, atau

menggunakannya untuk investasi yang menguntungkan dirinya sendiri.

Hal ini berdampak pada peningkatan praktik manajemen laba untuk

meningkatkan pelaporan laba, sehingga adanya ketidak efesienan dalam

penggunaan arus kas tersebut bisa tertutupi (Bukit & Iskandar, 2009).

Perusahaan dengan nilai free cash flow yang tinggi cenderung tidak akan

melakukan manipulasi laba karena dalam hal ini sebagian besar investor

merupakan pemilik sementara perusahaan yang lebih berfokus pada

informasi arus kas bebas perusahaan yang menunjukkan bagaimana

kamampuan perusahaan dalam membagikan deviden sehingga dengan

arus kas bebas yang tinggi, tanpa adanya manajemen laba perusahaan

bisa meningkatkan harga sahamnya karena, investor melihat bahwa

perusahaan tersebut mempunyai kelebihan kas untuk pembagian deviden

(Agustia, 2013b). Hasil penelitian Agustia (2013b) yang menyatakan

bahwa FCF berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan

Kangarluei, Motavassel, and Abdollahi (2011) memberikan bukti lain

bahwa besar kecilnya FCF suatu perusahaan tidak mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap kemungkinan terjadinya manajemen laba.

Berdasarkan uarian tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai

berikut :

H5 : Free cash flow berpengaruh terhadap manajemen laba.

Page 20: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

27

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian teoritis dan hasil-hasil penelitian maka kerangka

pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

Profitabilitas

(X3)

Leverage

(X4)

Free cash flow

(X5)

Manajemen Laba

(Y)

Dewan Komisaris

Independen

(X1)

Komite Audit

(X2)

Page 21: BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1 ...eprints.umm.ac.id/66033/3/BAB II.pdf8 BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory (Teori Agensi) Jensen

28