BAB II Revisi

download BAB II Revisi

of 15

Transcript of BAB II Revisi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit dapat diakibatkan oleh berbagai sebab dan salah satunya adalah akibat infeksi bakteri terhadap jaringan tubuh.Salah satu bakteri penyebab penyakit infeksius tersebut adalah pasteurella.Pasteurella merupakan bakteri gram negatif, memiliki bentuk coccobasili dan merupakan bakteri facultative anaerob.Pasteurella merupakan flora normal dalam saluran pernafasan kerbau atau sapi namun keberadaannnya juga dapat mengkibatkan keadaan patologis.Penyakit yang timbul karena bakteri pasteurella ini disebut dengan pasteurellosis.Berbagai hewan dapat terjangkit pesteurellosis dengan spesies pasteurella yang berbeda-beda. Pasteurella haemolytica dapat mengakibatkan pneumonis pasteurella pada sapi dan kerbau, pasteurella multocida mengakibatkan haemorragic septicaemia pada sapid an kerbau. Dan pada Unggas (itik) pasteurella multocida menyebabkan Fowl Cholera. Berbagai penyakit infeksius dapat terjadi akibat keberadaan bakteri ini dalam tubuh hewan.Penanganan dan pengobatan yang dilakukan juga berbeda pada setiap hewan yang terjangkit.Semakin banyak kasus kematian hewan akibat pasteurellosis ini, dan berbagai dampak negatif ditimbulkan oleh karenanya.Melihat permasalahan inilah maka penulis menulis makalah dalam mata kuliah penyakit infeksius pada semester empat dalam program profesi dokter hewan dan mengangkat tema tentang Pasteurellosis. Dengan penulisan makalah ini, maka penulis harapkan akan ada semakin banyak pihak yang terbantu dalam penanganan ataupun pengenalan penyakit ini.

1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengenal pasteurella secara umum dan bakteri penyebabnya serta karakteristiknya. 2. Untuk mengenal gejala klinis yang timbul akibat penyakit infeksius ini dan tingkat kerentanan hewan akan penyakit ini serta mekanisme penularannya. 3. Untuk mengetahui cara pendiagnosaan serta penanganan dan pencegahan terhadap penyakit pasteurellosis.

1

1.3 Manfaat Penulisan Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mengenal pasteurella secara umum dan bakteri penyebabnya serta

karakteristiknya. 2. Mengenal gejala klinis yang timbul akibat penyakit infeksius ini dan tingkat kerentanan hewan akan penyakit ini serta mekanisme penularannya. 3. Mengetahuicara pendiagnosaan serta penanganan dan pencegahan terhadap penyakit pasteurellosis.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Nama lain: Fowl Cholera, Avian Haemorrhagic Septicemia, Avian Cholera atau Penyakit Kolera Unggas.

Kholera unggas adalah penyakit akut atau kronis yang menyerang unggas, seperti : ayam, itik, angsa, kalkun, merpati dan burung liar yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida (P. multocida). Penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan. Wabah akut yang berhubungan dengan stres menejemen atau lingkungan dapat menyebabkan penurunan produksi telur pada itik petelur. Pada itik pembibit menyebabkan aktivitas kawin berkurang sehingga menurunkan fertilitas dan pada gilirannya akan menurunkan jumlah anak itik per indukan. Penyakit ini pertama kali tercatat pada abad ke-18. Awalnya penyakit unggas di Eropa, pertama kali tercatat di Amerika Utara pada 1943-1944. Sejak itu wabah telah direkam hampir setiap tahun pada burung liar. penyakit ini paling banyak ditemukan pada unggas air liar di Amerika Utara. Pada tahun 2011 wabah avian kolera menewaskan ribuan bebek eider di Kutub Utara wilayah Kanada.

2.2 Epidemiologi Wabah terjadi pada cuaca dingin dan basah. Jika ada bangkai unggas yang mati dan tidak ditangani dengan segera maka kemudian dikerumuni tikus dan tikus tersebut yang membawa agen penyakit yang bias menular pada unggas yang sehat. Pembawa kronis selalu dapat menyebabkan kembali munculnya penyakit pada unggas rentan. Penyakit ini ada dalam dua bentuk yang sangat berbeda yaitu : akut dan kronis. Burung dengan kolera burung kronis, lebih sering terjadi pada unggas domestik, menunjukkan sakit yang berkepanjangan dengan infeksi lokal lebih.3

Bakteri yang menyerang populasi burung akan rentan terserang wabah kolera burung yang akut. Unggas yang terinfeksi akan mati 6-12 jam setelah tertular bakteri, dan burung sakit sangat sedikit telah dijelaskan. Karena asosiasi dan agregasi padat, unggas air lah yang paling sering terserang oleh P. multocida, dan juga pemulung serta burung air lainnya sering teserang wabah.. 2.3 Etiologi Pasteurella multocida merupakan salah satu species dari bakteri pasteurella.dikenal juga dengan nama pasteurella septica, pasteurella avicida dan pasteurella galicida. Salah satu serotip dari pasteurella multocida merupakan penyebab dari penyakit Fowl Cholera pada unggas. Perbedaan serotip pada pasteurella multocida dibedakan atas antigen somatic dan antigen kapsul dari bakteri ini.

2.2.1 Morfologi Pasteurella multocida merupakan bakteri gram negative, coccobasili, non-motil, berkapsul dan tidak berspora. Namun dalam keadaan yang kurang menguntungkan bakteri ini cenderung akan memperlihatkan bentuk pleomorphic, longer rods, dan berfilamen. Memiliki ukuran 0.2-0.4 dan 0.6-2.5 mm. bakteri ini bersifat bipolar,sifat ini terlihat jelas pada bakteri yang diisolasi dari penderita dan diwarnai dengan giemsa.

2.2.2 Sifat Biakan Pasteurella multocida tumbuh dalam sebagian besar media yang umum digunakan dalam laboratorium, seperti nutrient agar.Media khusus yang digunakan adalah dextrose-starch agar dan casein-sucrose-yeast (CSY) sementara media pemerkaya yang digunakan adalah blood agar. Casein-sucrose-yeast merupakan media yang baik digunakan dalam pengulturan rutin dari bakteri ini di laboratorium, dalam suhu optimum yaitu 35 - 37C. Dalam medium pengaya digunakan suhu 37C, akan ditemukan koloni dengan diameter 1-3 mm setelah diinkubasi selama 18 24 jam. Apabila dibiakkan pada blood agar dengan oxidase dan catalase positif, maka pasteurella multocida akan memproduksi koloni yang tidak menghemolisa darah, disebut dengan non-haemolytic colonies. Koloni ini berwarna putih, berukuran sedang dan berbentuk mucoid serta memiliki aroma yang harum. Dengan pewarnaan akan 4

mencirikan bahwa bakteri ini merupakan bakteri gram negative dan tidak mereduksi nitrat. Sample pemeriksaan dapat diambil dari swab saluran nafas, organ dan darah.

Gambar 1 : pasteurella multocida dalam blood agar dan di bawah mikroskop

2.2.3 Struktur Genom Bakteri ini memiliki 2.257.487 nukleotida, 2015 gen pengkode protein dan 77 gen RNA. Memiliki kromosom melingkar dengan panjang 2.250 kb dan sebuah plasmid

2.2.4 Toxin Ditemukan bahwa serogrup A dan D menghasilkan toxic protein. Toxic dari serogroup D lebih toxin namun keduanya mirip, jika tidak identic maka akan diproduksi antiserum untuk menetralkan yang lain (Rimier dan Rhoades 1989). Eksotoxin tidak diproduksi oleh strain B, strain yang terkait dengan Cattle HS.

2.2.5 Klasifikasi Serologi Pasteurella Multocida diklasifikasikan atas beberapa serotip yang terdiri atas antigen capsul dan antigen somatic.Cattle Haemorragic Septisaemic disebabkan oleh pasteurella multocida serotip B:2 dan E:2. Pengklasifikasian serologi ini dilakukan awal pada tahun 1920an. Beberapa ahli yang melakukan pengujian terhadap pengklasifikasian ini adalah Cornelius pada 1929, Yusef pada 1935, Little dan Lyon pada 1943 dan Roberts pada 1947, yang mengembangkan system pengklasifikasian serologi ini berdasarkan pada passive protection test pada tikus. Dari penggunaan system ini, diidentfikasikan empat jenis yaitu tipe I, II, III dan IV.Berdasarkan

5

pengklasifikasian serologi ini, ditetapkan bahwa Cattle Haemorragic Septisaemic disebabkan oleh tipe I. Pada 1954, Hudson menambahkan serotip kelima.Pada 1955, pengklasifikasian ini dilakukan kembali oleh Carter dengan menggunakan uji presipitasi dan mampu mengidentifikasikan empat jenis serologi.Semuanya berdasarkan atas aglutinasi dari eritrosit O pada manusia yang dilapisi oleh crude extract dari komponen terluar dari kultur bakteri.Kapsul ekstrak ini adalah supernatant yang disiapkan melalui pemanasan suspensi bakteri pada suhu 56C selama 30 menit dan mengeluarkan sel dengan sentrifugasi. Dari percobaan ini ditemukan empat jenis kapsul yaitu A,B,C dan D. sementara itu strain yang mengakibatkan Fowl Choleraadalah tipe B. selanjutnya, dia menemukan bahwa Fowl Choleradi Africa tidak diakibatkan oleh strain B, meskipun strain yang ditemukan berbeda namun tetap terkait dengan tipe B. tipe ini k e m u d i a n

d ijadikan sebagai tipe E (Carter 1961). Kemudian dia menemukan bahwa tipe C bukanlah tipe yang konsisten maka tipe ini dihapuskan.

Metode pengklasifikasian serotip ini terus berkembang dan dilakukan oleh lebih banyak ahli beberapa decade kemudian. Baru kemudian pada 1963, oleh Namioka dan Bruner, dikembangkan tes tipe somatic yang berdasarkan atas pelepasan inti somatic komponen bakteri oleh agglutinating acid (HCl)_treated cells dengan antiserum kelinci. Dengan menggunakan metode ini, diidentifikasikan 11 tipe somatic. Pada 1972, Haddleston, dkk mengembangkan metode agar gel presipitasi tes menggunakan supernatant yang dipanaskan selama 1 jam, dan menemukan 16 tipe somatic yang diakui hingga sekarang

6

Jadi Bakteri ini mempunyai serotype somatic yang bervariasi. Ada 16 serotipe somatic (serotype 1-16) dan 4 serogrup kapsuler (A, B, D dan F) diantaranya diisolasi dari hospes unggas. Namun dari karakter antigenik dan virulensinya ditemukan A:1, A:3, dan B:4.Tabel1: klasifikasi serologi dari Pasteurella Multocida Author Capsular typing Carter (1955) Carter (1961) Carter (1963) Namioka and Murata ( 1961) Rimler and Rhoades (1987) Somatic typing Namioka and Murata (1961) Namioka and Bruner (1963) Namioka and Murata (1964) Heddleston et al (1972) Agar gel precipitation test using 1-hour boiled supernatant 1 - 16 Agglutination of HCl-treated cells 1 11 Indirect haemogglutination (IHA) IHA IHA and passive mouse protection Slide agglutination of frest cultures IHA A, B, C, D E Excluded type C A, B, D, E F Basis Type identified

2.4 Epizootiologi 2.3.1 Hewan Rentan

Bakteri Pasteurella atau sering disebut sebagai cholera sangat rentan menyerang sapi dan kerbau.Babi memiliki kerentanan yang lebih rendah dari pada sapi dan kerbau sementara kambing dan domba lebih rentan dari pada babi.Pada kuda, keberadaan bakteri ini tidak menimbulkan infeksi Hampir semua jenis unggas terserang, seperti ayam, itik, kalkun, angsa dan burung liar lainnya serta menyerang semua umur.

7

2.3.2 Cara Penularan

Infeksi terjadi setelah kontak langsung antara itik yang peka dengan itik yang secara klinis terkena penyakit atau dengan ternak karrier yang telah sembuh. Penyebaran penyakit terutama disebabkan oleh kondisi lingkungan yang jelek. Sumber infeksi bisa berupa lingkungan yang tercemar, binatang pengerat dan

burung liar. Karung pakan, peralatan, kandang terkontaminasi juga pakaian, anak yang bisa

berperan sebagai perantara infeksi. predisposisi memudahkan penyakit, perubahan antara pakan Faktor-faktor yang kejadian lain :

secara

drastis, malnutrisi, transportasi, pengaruh iklim, moulting maupun pengaruh infestasi parasit cacing. Sumber infeksi termasuk burung pembawa dan unggas secara klinis sakit yang meninggal karena infeksi. Burung liar, tikus dan serangga bisa menjadi sumber infeksi Masa Inkubasi Masa inkubasi penyakit bervariasi dari beberapa jam sampai beberapa hari. Pada infeksi pertama kali angka morbiditas bisa mencapai 60 70%, sedangkan angka mortalitas mencapai 40 50%. Dalam satu kelompok unggas terserang tingkat mortalitas

bervariasi, pada ayam mencapai 20%, itik 50% dan kalkun 17-68%.2.5 Gejala Klinis Gejala klinis yang timbul sebagai identifikasi penyakit ini adalah :

a. Perakut Pada bentuk perakut kasus Kolera, biasanya terjadi kematian mendadak8

tanpa didahului oleh gejala klinik. Pada bedah bangkai, kejadian perakut

dijumpai berbagai bentuk perdarahan pada jantung, hati, paru-paru, jaringan lemak, rongga perut dan membrana mukosa saluran pencernaan termasuk usus, proventrikulus dan ventriculus. b. Akut Pada kejadian yang bersifat akut gejala klinik dapat diamati beberapa jam sebelum itik mati. Pada kasus akut, diare hijau dapat menjadi gejala awal. Ayam tampak lesu, mengantuk, bulu berdiri, demam, nafsu makan dan minum menurun. Tampak adanya cairan agak kental keluar dari mulut dan menggantung seperti seutas tali.

Diare yang terjadi pada awalnya encer, berwarna kekuningan dan berangsur menjadi kehijauan bercampur lendir dan berbau busuk. Adanya lendir dalam saluran pernafasan bagian atas mengakibatkan suara ngorok basah. Jengger dan pial membengkak berwarna ungu kebiruan (cyanosis). Pada kejadian Kolera yang bersifat akut, cairan pada selaput pembungkus jantung dan ascites dapat ditemui. Hati bengkak dan pucat. Pada sejumlah kasus yang disebabkan P. multocida yang ganas dijumpai hati dengan jalur berwarna kuning pucat disertai bintik perdarahan dan bintik kelabu-kekuningan. Dijumpai juga folikel telur yang sudah dewasa yang membubur dan memenuhi rongga perut. Pada folikel telur yang masih muda kadang-kadang berwarna merah akibat perdarahan.

9

itik yang mampu bertahan hidup menjadi kurus dan Angka bervariasi, 20%. Di

mengalami kematian mencapai

dehidrasi. sangat lebih dari

samping timbulnya kematian, juga terjadi penurunan produksi telur. c. Kronis Penyakit dalam bentuk kronis ditemukan jika itik dapat bertahan selama fase akut atau terinfeksi oleh bakteri dengan keganasan rendah. Perubahan yang terjadi pada organ tubuh tergantung proses penyakit yang timbul dan kerapkali

merupakan peralihan bentuk akut dan kronis.

Gejala yang tampak pada periode kronis umumnya berkaitan dengan infeksi lokal seperti pembengkakan (abses) pada salah satu ataupun kedua pial, persendian kaki, persendian sayap ataupun telapak kaki. Gangguan persendian kaki menyebabkan itik sulit bergerak atau lumpuh. Kadang-kadang terlihat adanya cairan dari konjungtiva dan tortikolis. Itik yang terserang kolera bentuk kronis dapat mengalami kematian, menjadi carrier atau sebaliknya menjadi sembuh.

2.6 Diagnosa Specimen darah sediaan ulas jantung yang difiksasi metil alcohol Cairan oedem dan darah dari jantung yang dimasukkan ke dalam pipet Pasteur Potongan organ tubuh seperti jantung, limpa, ginjal, kelenjar limfe dan sumsum tulang. Organ dimasukkan kedalam larutan gliserin NaCl 50%. :

10

Pemeriksaan Laboratorium : Diagnose Fowl Choleradapat dilakukan dengan menggunakan preparat ulas darah dan diwarnai dengan metilen blue atau giemsa sehingga akan mendapatkan bentuk bakteri bipolar. Dengan pewarnaan gram akan didapat jenis bakteri gram negative. Penyakit

septikemia perakut di anak ayam dan hati nekrotik besar bengkak memberikan diagnosis dugaan. Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologi, gejala klinis, patologis, isolasi dan identifikasi penyebab. Koloni bakteri dapat diperiksa menggunakan mikroskop, sedangkan identifikasi dilakukan dengan uji aglutinasi cepat menggunakan antiserum pasteurella multocida. Serotype somatic dari bakteri dapat dideteksi dengan AGP berdasarkan atas variasi antigenic di dalam komponen polisakaridaUji serologi juga dapat digunakan untuk mendeteksi antibody terhadap antien dari pasteurella multocida. Uji serologi yang digunakan adalah ELIZA (Enzime-Linked Immunosorbent Assay)

Dalam uji ini, digunakan ekstrak lipopolisakharida (LPS) dari P.multocida 0019 untuk menghasilkan antibody spesifik terhadap Pmultocida B:2. Antibody ini kemudian akan digunakan sebagai antigen pelapis (cloating antigen) dalam uji ELIZA. Untuk isolat selain P.Multocida B:2 nilainya 100 E.U. pendeteksian dengan menggunakan ELIZ memiliki niai spesifisitas 99% dan sensitivitas 86%.

2.7 Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan 2.6.1 Pencegahan

a. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan antara lain adalah prosedur biosekuritas yang ketat untuk mencegah masuknya infeksi, pemberantasan binatang pengerat dan imunisasi kawanan ayam di daerah endemik sangat direkomendasikan. b. Vaksinasi rutin harus dilakukan pada peternakan yang sebelumnya pernah terjangkit penyakit. Pemberian vaksin hidup P. multocida yang telah dilemahkan diberikan dua

11

kali selama pemeliharaan dengan penusukan pada sayap (wing-web stab) pada umur 10 dan 14 minggu.

c. Vaksin inaktif dapat pula digunakan jika timbul reaksi yang tidak diinginkan terhadap vaksin hidup. Untuk pengendalian secara efektif terhadap Pasteurelosis, maka bakterin yang telah diinaktivasi haruslah homolog dengan galur P. multocida. d. Vaksinasi dengan bakterin atau vaksin hidup. Enam belas serotipe telah dibuktikan dengan proteksi-silang terbatas antara serotipe. Serotipe 1, 3 dan 4 adalah yang paling umum dan ditemukan pada vaksin komersial yang paling. e. Biosecurity yang ketat berupa Vaksinasi rutin pada peternakan yang sebelumnya pernah terjangkit penyakit kolera (Pasteurellosis). Pemberian vaksin dapat menggunakan vaksin Pasteurella multocida yang telah dilemahkan (galur CU; PM-1; PM9). f. Unggas yang sakit disingkirkan dari kelompok.2.6.2 Pengendalian dan Pemberantasan Tindakan pengendalian dan pemberantasan dapat dilakukan dengan : 1. Melakukan vaksin setiap satu tahun sekali sesuai vaksin yang digunakan untuk hewan yang sehat. 2. Untuk hewan yang diduga terkena penyakit ini, dapat dilakukan penyuntikan antibiotika, antiserum, kemoterapeutika atau kombinasi dari antiserum dan antibiotika 3. Hewan yang positif menderita Fowl Cholera harus diasingkan sehingga tidak dapat terjadi kontak dengan hewan lain. Pengasingan sedapat mungkin dilakukan setempat dan diberikan sekat. Disediakan pula lubang sebagai tempat pembuangan limbah.

12

4. Hewan yang mati akibat penyakit ini haruslah dibakar atau dikubur dengan kedalaman liang sekurang-kurangnya 2 meter. 5. Setelah hewan sembuh dari sakit maka kandang dan barang-barang yang pernah bersentuhan dengan hewan haruslah

didesinfeksi. Kandang yang terbuat dari bambu dengan atap alang-alang atau yang terbuat dari bahan yang tidak dapat didesinfeksi haruslah dibakar.

13

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Kholera unggas adalah penyakit akut atau kronis yang menyerang unggas, seperti : ayam, itik, angsa, kalkun, merpati dan burung liar yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida (P. multocida). 2. Penyakit ini menyebabkan gangguan percernaan, pernapasan dan reproduksi 3. Infeksi terjadi setelah kontak langsung antara itik yang peka dengan itik yang secaraklinis terkena penyakit atau dengan ternak karrier yang telah sembuh. Kontaminasi alat, dan pengaruh lingkungan berperan besar dalam penyebaran penyakit ini

4. Gejala klinis dari penyakit ini terbagi dalam tiga tingkatan yaitu akut, perakut, dankronis

5. Diagnosa dapat dilakukan dengan pewarnaan, riwayat gejala klinis dan patologianatomis, dan uji serologis.

6. Pencegahannya dilakukan dengan sistem biosekuritas dan vaksinasi rutin danpengobatannya dengan pemberian tetrasiklin dalam pakan.

14

DAFTAR PUSTAKAhttp://encyclopedia2.thefreedictionary.com/pneumonic+pasteurellosis http://www.websters-online-dictionary.org/definitions/pasteurellosis+of+cattle http://priory.com/vet/pasteurella.htm http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/121504.htm http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/121216.htm http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/55600.htm http://aciar.gov.au/files/node/2144/MN057%20part%202.pdf http://duniasapi.com/id/pasca-produksi-potong/2118-serba-serbi-penyakit-ngorok-padaternak-sapi.html http://catatankuliah-heri.blogspot.com/2011/04/septicemia-epizootica-se.html http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/attachments/247_77.pdf

15