BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

24
BAB II TEORI BELAJAR Bab ini akan memebahas teori belajar yang cocok untuk pembelajaran fisika. Teori belajar yang dimaksudkan yaitu teori belajar yang dikemukakan oleh David Ausubel, Jerome Bruner, Robert Gagne, Jean Piaget dan Jean Piaget dan Vigotsky . A.Teori Ausubel David Ausubel sebagai ahli psikologi pendidikan mengklasifikasikan belajar menjadi dua demensi yaitu: (1) demensi belajar penerimaan/ penemuan dan (2) demensi belajar bermakna/hafalan. Demensi penerimaan berkaitan dengan cara bagaimana materi pelajaran disampaikan ke peserta didik. Belajar penerimaan ini peserta didik menerima materi atau konsep sudah final. Untuk belajar penemuan anak didik diharapkan untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang disampaikan. Belajar bermakna bila peserta didik dapat mengaitkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep yang telah ada di dalam struktur kognitif yang ada di dalam dirinya. Struktur kognitif dapat berupa; fakta, konsep-konsep, hukum/prinsip yang telah dipahami sebelumnya oleh peserta didik. Bila peserta didik tidak mampu menghubungkan konsep baru dengan struktur kognitif yang telah ada, maka peserta didik itu belajar secara hafalan. Untuk lebih memahami hubungan antara belajar bermakn/hafalan dan belajar penerimaan/penemuan dapat

description

pembelajaran fisika

Transcript of BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

Page 1: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

BAB IITEORI BELAJAR

Bab ini akan memebahas teori belajar yang cocok untuk pembelajaran fisika.

Teori belajar yang dimaksudkan yaitu teori belajar yang dikemukakan oleh David

Ausubel, Jerome Bruner, Robert Gagne, Jean Piaget dan Jean Piaget dan Vigotsky .

A. Teori Ausubel

David Ausubel sebagai ahli psikologi pendidikan mengklasifikasikan belajar

menjadi dua demensi yaitu: (1) demensi belajar penerimaan/ penemuan dan (2)

demensi belajar bermakna/hafalan. Demensi penerimaan berkaitan dengan cara

bagaimana materi pelajaran disampaikan ke peserta didik. Belajar penerimaan ini

peserta didik menerima materi atau konsep sudah final. Untuk belajar

penemuan anak didik diharapkan untuk menemukan sendiri konsep dari materi

yang disampaikan.

Belajar bermakna bila peserta didik dapat mengaitkan konsep yang baru

dipelajari dengan konsep yang telah ada di dalam struktur kognitif yang ada di dalam

dirinya. Struktur kognitif dapat berupa; fakta, konsep-konsep, hukum/prinsip yang

telah dipahami sebelumnya oleh peserta didik. Bila peserta didik tidak mampu

menghubungkan konsep baru dengan struktur kognitif yang telah ada, maka peserta

didik itu belajar secara hafalan.

Untuk lebih memahami hubungan antara belajar bermakn/hafalan dan belajar

penerimaan/penemuan dapat dibuat matrik tabel 2.1 menurut Ausubel dan Robinson

seperti yang dikutip Dahar sebagai berikut:

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Belajar Menurut Ausubel dan Robinson

Siswa mengasimilasi materi pelajaran

Belajar dapatHafalan Bermakna

Secara penerimaan

1. Materi disajikan dalam bentuk final

1. Materi disajikan dalam bentuk final

2. Materi dihafal 2.Materi dimasukkan ke struktur kognitif

Secara penemuan

1. Materi ditemukan 1. Materi ditemukan2. Materi dihafalkan 2.Materi dimasukkan ke

struktur kognitif

Page 2: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

Belajar bermakna merupakan inti dari teori belajar Ausubel. Belajar bermakna

bila informasi baru atau konsep baru yang diterima dapat dikaitkan dengan konsep-

konsep yang relevan yang ada di struktur struktur kognitif peserta didik.

Memperhatikan hal tersebut betapa pentingnya seorang guru mengetahui pengetahuan

awal dari peserta didik sebelum melaksanakan pembelajaran. Mulai dari persiapan

sampai dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengetahuan awal dari peserta didik ini

dapat digunakan sebagai awal pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar bermakna ditinjau dari psikologi

belajar adalah: a) struktur kognitif yang dimiliki peserta didik yang berupa fakta,

konsep, hukum atau generalisasi yang telah dimilikinya, b) stabilitas struktur kognitif,

jelas dan teratur, maka pengetahuan baru yang sahih akan jelas terbentuk dan c)

materi atau pengetahuan yang dipelajari harus bermakna dan peserta didik mempunyai

motivasi yang tinggi dan mempunyai tujuan yang kuat.

Kebaikan belajar bermakna yakni; informasi atau pengetahuan lama diingat,

mempermudah proses belajar selanjutnya, dan mempermudah mempelajari

pengetahuan yang mirip meskipun sudah lupa.

B. Teori Jerome Bruner

Bruner seorang ahli psikologi perkembangan sekaligus psikologi kognitif. Menurut

Bruner manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Dari pandangannya

ini, maka menurut Bruner inti dari belajar adalah bagaimana cara manusia memilih,

mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif. Keaktifan dalam

berinteraksi dengan lingkungan dimana manusia belajar. Bruner mengembangkan 3 tahap

dalam teori belajarnya yaitu: a) En Active : Learning is by doing dan belajar melalui

perbuatan termasuk bermain, b) Iconic: Learning is by means of images dan pictures.

Belajar dengan bantuan “imej” dangambar-gambar, dan c) symbolic: Learning is by means

of words and numbers. Belajar dengan bantuan kata-kata dan angka-angka (Sunderland,

1992). Disamping itu Bruner menyarankan dalam pendidikan agar menggunakan

pendekatan childcentred approach yang dihubungkan dengan belajar penemuan

(discoverylearning)

Page 3: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

C. Teori Robert Gagne

Robert Gagne menyusun 8 tipe belajar secara hirarki sebagai berikut: 8) problem

solving, 7) rule learning, 6) concept learning, 5) discriminationlearning, 4) verbal

learning, 3) chaining, 2) stimulus reponse learning, dan 1) signal learning.

1. Tipe 8: Problem solving

Problem solving disebut juga dengan inquiry dalam pelaksanaannya sering digabung

dengan discovery sehingga diperoleh modifikasi yang disebut structured inqury

(penyelidikan terstruktur). Pada penyelidikan terstruktur ini peserta didik mendapat saran

cara kerja, mengumpulkan data, mengorganisasi data dan mendapat pertanyaan yang

mengarah pada penyelesaian masalah yang dihadapinya. Sedangkan penyelidikan tidak

terstruktur, peserta didik dihadapkan pada permasalahan dan mereka melengkapi cara

kerja sendiri untuk menyelesaikan permasalahan.

Belajar memecahkan masalah ini merupakan tipe belajar tingkat tinggi, yang

menggunakan prinsip/hukum untuk mencapai tujuan dari belajar. Pemecahan masalah

merupakan aktivitas mental secara aktif yang memungkin terbentuknya pemikiran ilmiah

atau pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah.

Guru yang menggunakan pembelajaran problem solving oleh Gagne disaranakan: 1)

guru harus mengembangkan tugas-tugas pemecahan masalah dengan ide-ide baru jauh dari

latihan rutin, 2) guru harus menganalisis tugas tersebut untuk menentukan pengetahuan

dan keterampilan awal yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan, 3) guru harus

yakin bahwa peserta didik memahami hakikat dari permasalahan yang diberikan, dan 4)

guru harus hati-hati tidak memberi jalan pemecahan masalah dari permasalahn yang

diberikan. Peserta didik yang belajar denganproblem solving mereka harus tahu cara

belajar rule learning

2. Tipe 7: Rule learning

Rule learning memerlukan kemampuan menggabungkan dua konsep atau lebih.

Misal pada siang hari berembus angin laut dan malam hari berembut angin darat. Hal ini

siswa harus memahami bahwa udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah

yang bertekanan rendah. Juga harus memahami hubungan antara tekanan dan suhu pada

ruang terbuka, bahwa pada suhu tinggi tekanannya rendah dan pada suhu rendah

tekanannya tinggi. Peserta didik telah memahami cara belajar concept learning.

3. Tipe 6: Concept learning

Page 4: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

Peserta didik belajar concept learning mereka akan memperoleh pemahaman

tentang konsep tertentu. Konsep berupakan gambaran dari suatu kejadian atau obyek yang

memiliki atribut atau sifat tertentu. Misal: (1) konsep yang baik yaitu contoh dan

atributnya dapat diamati. Contoh konsep spektrum cahaya konsep contohnya pelangi

atributnya bentuknya melengkung memiliki warna dan memiliki ukuran tertentu. (2)

Konsep dengan contoh yang dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati. Misalnya

tembaga contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati karena terdiri dari

atomatom. (3) konsep yang contoh maupun atributnya tidak dapat diamati misal inti atom.

4. Tipe 5: Discriminationlearning

Tipe belajar ini anak dituntut untuk membedakan setiap stimulus yang berbeda yang

datang pada dirinya. Membedakan setiap stimulus yang datang ini merupakan kegiatan

intelektual yang mendasar. Tipe belajar ini digunakan untuk anak-anak kecil.

5. Tipe 4: Verbal learning

Tipe belajar verbal dimana peserta didik diharapkan dapat membedakan dengan

menghubungkan suatu yang pernah dipelajari dengan kata lain. Belajar verbal ini agar

dapat berlangsung dengan baik perlu dipenuhi beberapa syarat antara lain: (1) kata atau

unsur telah dipelajari, sehingga dapat dipelajari satu dengan yang lainnya, (2) penyajian

kata-katanya harus teratur, dan (3) peserta didik harus aktif merespon, dan (4) perlu ada

reinforcenent

6. Tipe 3: Chaining

Tipe ini menuntut anak untuk dapat merangkaikan respon yang berkaitan satu dengan

yang lain. Misal pintu tak terkunci, maka akan menimbulkan beberapa respon misalnya

memilih kunci, memasukkan kunci dan memutar kunci agar pintu terkunci.

7. Tipe 2: Stimulus reponse learning

Belajar coba-coba (trial and error) terjadi pada anak yang belajar bahasa. Agar

terjadi proses belajar pada tipe belajar ini harus ada reinforcement. Rentang waktu antara

stimulus satu dengan yang lain penting. Semakin singkat stimulus response, maka semakin

muat reinforcement nya.

8. Tipe 1: Signal learning.

Belajar isyarat ini sebagai proses penguasaan pola dasar perilaku yang bersifat

tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Agar terjadi proses belajar, maka perlu

Page 5: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

pemberian stimulus-rangsangan secara berulang-ulang seperti percobaannya Pavlov

dengan teori conditioning.

Hasil belajar menurut Gagne ada lima, tiga pada aspek kognitif yaitu keterampilan

intelektual, strategi kognitif, dan informasi verbal, satu pada aspek afektif yaitu sikap dan

aspek psikomotor berupa keterampilan motorik.

D. Teori Jean Piaget

Perkembangan kognitif menurut Piaget ada 3 aspek penting yaitu struktur, isi, dan

fungsi. Aspek struktur sering disebut skemata merupakan organisasi mental yang

terbentuk ketika individu berinteraksi dengan lingkungan. Aspek isi berkaitan dengan pola

perilaku yang khas gambaran dari respon dari masalah yang dihadapi. Fungsi adalah cara

untuk membuat kemajuan intelektual.

Untuk mempelajari teori perkembangan kognitif menurut Piaget perlu memahami

3 istilah yang dipergunakan Piaget yaitu: proses akomodasi (accommodation), asimilasi

(assimilation), dan ekuilibrasi (equilibration). Akomodasi merupakan kemampuan anak

menyesuaikan terhadap lingkungan. Misal seorang anak bermain mobil-mobilan pada

jalan yang seharusnya dilewati terhalang oleh benda, maka anak mengambil benda yang

menghalangi agar mobil-mobilannya dapat berjalan. Asimilasi kemampuan anak

mengubah lingkungan, agar sesuai dengan yang diimajinasikan. Seorang anak bermain-

main dengan kayu dan kayu tersebut diimajinasikan sebagi pedang. Sedangkan ekuilibrasi

atau kesetimbangan dinamis kemampuan anak untuk menyusun dan mengatur.

Selanjutnya Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi 3 bagian utama

yakni: sensori motorik, pra operasional, dan operasional. Untuk operasional dibagi

menjadi dua yaitu operasional konkrit dan operasional formal. Karakteristik dari

perkembangan Piaget disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Karakteristik Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

No Tahap Perkembangan Karakteristik 1 Sensorik Motorik

(0 – 2 tahun)a. Melakukan gerak reflek seperti: memegang,

menghisap, menangis.b. Bermain, meniru (imitasi)c. Sifat permanen objekd. Non verbal

2 Pra – operasional(2 – 7 tahun)

a. Perkembangan bahasa sangat pesatb. Bersifat egosentrisc. Bersifat eriversibeld. Cenderung berfikir memusat

3 Operasiona konkrit a. Berfikir reversibel

Page 6: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

(7 – 11 tahun) b. Mampu mengklasifikasikanc. Mampu melakukan operasi +, -, x, :d. Memahami prinsep konservasi: jumlah, luas,

volume, berat dan sebagainya4 Operasional formal

11 tahuna. Mampu memberi alasan yang proporsional

dan mengkombinasikan beberapa alasanb. Mampu mengidentifikasi dan mengkontrol

variabelc. Mampu memberi alasan yang bersifat

deduktif hipotetikd. Mampu berfikir reflektif

1. Sensori motorik (0 - 2 tahun)

Aktivitas mental pada tahap ini ditunjukkan secara non verbal, karena individu belum

dapat menyebutkan obyek dan berkomunikasi dengan kata-kata, sehingga bermain

merupakan manifestasi dari ketertarikan atau kesenangan. Individu lebih suka menirukan

dan gerak refleks seperti memegang, menghisap, menangis. Pada tahap awal apabila objek

di sembunyikan dihadapan individu akan dilupakan, tetapi pada akhir perkembangan dari

tahap ini ia sudah mengenali dan mencari bila disembunyikannya mulailah pembentukan

memori dan obyek mulai permanen.

2. Pra Operasional (2 - 7 tahun)

Perkembangan bahasa berlangsung sangat pesat dia mulai sebagai pemikir dan suka

berbicara (thinkers and talkers), tetapi alasan yang diberikan sering tidak logis bagi orang

dewasa. Misal seorang anak menggambar anak yang baru saja makan buah-buah dan

tampak pada bagian perutnya itu gambar buah itu dan menceriterakannya. Anak

berpikirnya masih memusat belum dapat berfikir kebalikan (reverse thinking). Contoh

misal pada gelas A berisi air 1 liter tampak hanya setengah gelas dan pada gelas B juga

berisi air 1 liter tampak penuh, maka anak mengatakan air pada gelas B lebih banyak dari

pada di gelas A. Hal ini menunjukkan persepsi anak lebih mendominasi pikirannya. Pada

tahap ini anak lebih egosentris atau berpusat pada dirinya.

3. Operasional Konkrit (7 - 11 tahun)

Tahap ini individu sudah berpikir logis dan menunjukkan kemampuan seperti:

mengurutkan, mengklasifikasikan, menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan

membagi.Juga berkembang kemampuan memnentukan penyebab dari suatu kejadian dan

menunjukkan hubungan spatial (ruang). Kemampuan individu dalam memahami

Page 7: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

konservasi juga berkembang. Kemampuan konsevasi ini merupakan aspek yang penting,

karena dengan mengubah suatu variabel dalam suatu sistem, variabel yang lain tidak

berubah. Juga paham konsep luas, volume dan berat.

4. Operasional Formal (11 tahun - ... )

Tahap ini dimulai fari permulaan masa remaja dan sudah mampu berfikir abstrak.

Merek mampu membuat asumsi-asumsi tentang sesuatu. Selain itu juga mampu menyusun

hipotesis, menggunakan pemikiran kombinatorial dan menggunakan alasan yang

proporsional misalnya ½ = 4/8 hal ini juga mudah dipahami oleh individu yang berada

pada tahap operasional konkrit. Tetapi juga hubungan yang lebih kompleks misalnya

25/30 = x/90, masalah ini memerlukan permikiran yang lebih formal untuk memahaminya.

Misalnya dalam pembelajaran fisika hubungan tersebut ada pada penentuan fokus dari

lensa positif

E. Teori Jean Piaget dan Vigotsky

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagi pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu

tindakan menciptakan suatu makna dari yang dipelajari. Kontruktivisme sebenarnya bukan

gagasan baru, apa yang kita miliki merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi

pengalaman. Hal inilah yang menyebabkan manusia mempunyai pengetahuan yang

dinamis. Konsep umum yang dimiliki oleh pendekatan kontruktivisme antara lain: a)

pebelajar aktif membina pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah ada, b) dalam

konteks pembelajaran pebelajar harus membina sendiri pengetahuannya, c)pentingnya

membina pengetahuan secara aktif oleh pebelajar sendiri saling mempengaruhi antara

pembelajaran yang baru dengan yang terdahulu, d) unsur yang penting dalam teori ini

seseorang yang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan

informasi baru dengan informasi yang lama, e) ketidakseimbangan merupakan faktor

motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pebelajar

menyadari ketidak konsistenan atau konsisten dengan pengatahuan alamiah, dan f) bahan

pembelajaran yang disediakan perlu mempunyai keterkaitan dengan pengalaman pebelajar

untuk menarik minat.

Salah satu teori yang sangat terkenal berkaitan dengan terori belajar konstruktivisme

adalah teori perkembangan mental dari Piaget. Teori belajar (Piaget) tersebut berkaitan

dengan kesiapan anak dengan belajar yang tampak pada tahap perkembangan mental sejak

Page 8: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

lahir hingga dewasa. Setiap perkembangan mental mempunyai ciri-ciri tertentu dalam

mengkonstruksi pengetahuan.

Wheatly (1991:12) mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori

konstruktivisme. Pertama pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara

aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua fungsi kognitif bersifat adaptif dan

membantu membentuk pengorganisasian melalui pengalaman nyata dari anak.

Pengertian di atas menekankan pentingnya keterlibatan peserta didik secara aktif

dalam mengaitkan sejumlah gagasan dan pengkontruksian ilmu pengetahuan melalui

lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudaya (1990:4) mengatakan bahwa seseorang

akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu berdasarkan apa yang telah

diketahui orang lain. Oleh karena itu untuk mempelajari suatu materi yang baru,

pengalaman belajar yang lalu dari seseorang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut.

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar

konstruktivisme, Hanbury (1996:3) mengemukakan beberapa aspek yang berkaitan

denganpembelajaran yaitu; 1) peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara

mengintegrasikan ide yang telah dimiliki, 2) pembelajaran menjadi lebih bermakna bila

siswa mengerti, 3) strategi peserta didik lebih bernilai, dan 4) siswa mempunya

kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan

dengan temannya.

Tujuan teori konstrktuktivisme dikelas:

1. Memotivasi peserta didik bahwa belajar adalah tanggung jawab peserta didik itu

sendiri

2. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan

mencari jawaban sendiri dari pertanyaan

3. Membantu peserta didik mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara

lengkap

4. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk jadi pemikir secara mandiri

5. Menekan proses belajar bagaimana belajar itu.

a. Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget

Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 189:159) menegaskan bahwa

penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori stsu pengetahuan

yang dibangun dari realita. Oeran guru menurut teori kontruktivisme sebagai fasilatator

Page 9: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

dan moderator. Menurut pandangan kalangan kontruktivistikpeserta didik dalam

membangun pengetahuandi dalam pikirannya melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi

sesuai dengan skemata yang dimilikinya.

Skemata merupakan sekumpulan konsep yang digunakan untuk berinteraksi dengan

lingkungannya. Sejak kecil anak memiliki skemata atau struktur kognitif. Skemata ini

terbentuk karena pengalaman. Penyempurnaan skemata ini semakin sempurna dengan

semakin banyaknya pengalaman yang dimilikinya. Penyempurnaan skemata ini melalui

kegiatan asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi merupakan proses kognitif dari seseorang untuk mengintegrasikan persepsi,

konsep atau pengelaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

Asimilasi dipandang sebagai proses kognitif yang menempatkan dang mengklasifikasikan

kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada dan proses asimilasi ini terus

berjalan.Asimilasi ini tidak akan menyebakan perubahan/pergantian skemata melainkan

perkembangan skemata. Asimilasi merupakan proses individu dalam mengadaptasikan

dang mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.

Akomodasi merupakan proses lebih lanjut pengembangan skemata. Bila rangsang atau

pengalaman yang datang ke individu tidak dapat diasimalasi oleh skema yang telah ada di

dalam diri individu, maka individu tersebut akan melakukan akomodasi. Akomodasi ini

akan membentuk skemata baru atau memodifikasi skemata yang ada agara cocok dengan

rangsang atau pengalaman yang barudatang.

Kesetimbangan atau ekuilibrasi merupakan keseimbangan antara asimilasi dan

akomodasi. Kesetimbangan ini membuat individu mampu menyatukan pengalaman luar

dengan struktur yang ada.

b. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Ratumanan (2004:45) mengemukan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide

utama. Pertama perkembangan intelektual dapat dipahami dari konteks historis dan budaya

pengalaman anak. Kedua perkembangan tergantung pada sistem isyarat yang mengacu

pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir,

berkomunikasi, memecahkan masalah, dengan demikian berkembangan kognitif anak

mensyaratkan sistem komunikasi budaya dabn belajar menggunakan sistem-sistem ini

untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri. Menurut Slavin (dalam

Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama teory Vygotsky dalam pendidikan.

Page 10: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

Pertama, dikehendakinya setting kelas bentuk pembelajaran kooperatif antara kelompok-

kelompok peserta didik dengan kemampuan yang berbeda, sehingga peserta didik dapat

berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi

pemecahan masalah yang efektif dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-

masing. Kedua,dalam pembelajaran menggunakan yang menekankan perancahan atau

pendampingan (scaffolding), sehingga peserta didik semakin lama semakin dapat

mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.

(1) Pengelolaan Pembelajaran

Interaksi sosial individu dengan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan

belajar seseorang, sehingga perkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi

oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000), peserta didik

melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat

yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide-ide baru

dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.

(2) Pemberian Bimbingan

Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-

tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah

perkembangan terdekat mereka (Wersch,1995), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas

peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky. Pada saat peserta didik melaksanakan

aktivitas di dalam daeah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat

diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang

lain.

c. Ciri dan Prinsip Teori Belajar Konstruktivistik

1) Ciri teori Belajar kontruktivistik

Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

Pengetahuan tidak dapat dipindah dari guru ke peserta didik, kecuali dengan

keaktifan peserta didik untuk bernalar.

Peserta didik mengkonstruksi secara terus-menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah

Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi

berjalan lancar

Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

Page 11: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

Selain itu yang paling penting, guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan

pengetahuan kepada peserta didik.Peserta didik harus membangun pengetahuan di dalam

pikirannya. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang

membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi peserta didik,

dengan memberi kesempatan kepada peserta didikuntuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide-ide dan dengan mengajak peserta didik agar menyadari dan menggunakan

strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada

peserta didik agar dapat membantu peserta didik mencapai tingkat pemahaman yang lebih

tinggi, tetapi harus diupayakan agar siswa sindiri yang mau memanjatnya.

2) Prinsip Teori Belajar Konstruktivistik

Secara garis besar, prinsip kontruktivisme yang diterapkan dalam proses pembelajar

adalah:

Pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta didik, kecuali peserta

didik aktif sendiri untuk bernalar

Peserta didik aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah

Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi

pengetahuan berjalan lancar

Menghadapi masalah yang relevan dengan peserta didik

Struktur pembelajaran seputar konsep utama penting sebuah pertanyaan

Mencari dan menilai pendapat peserta didik

Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh

hanya semata-mata memberi pengetahuan pada peserta didik. Peserta didik harus

membangun pengetahuan dalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses

ini dengan cara membuat informasi lebih bermakna dan sangat relevan bagi peserta didik.

Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

debgan mengajak peserta didik menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka

sendiri untuk belajar.

d. Aplikasi dan Implikasi Teori Belajar kontruktivistik

Page 12: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

1) Setiap guru akan pernah mengalami, bahwa materi yang telah di bahas dengan jelas,

tetapi masih ada sebagian peserta didik belum memahami dari materi yang telah

dibahas. Hal ini bukan berarti guru tidak berhasil, karena belajar merupakan

tanggungjawab peserta didk sendiri untuk belajar. Jadi dalam pembelajaran yang

penting bagaimana seorang gyry mendorong peserta didik mau berusaha keras

secara mandiri untuk memahaminya dari apa yang diinformasikan guru.

2) Tugas guru memfasilitasi peserta didik. Sehingga materi yang dibangun atau

dikontruksi peserta didik sendiri bukan ditanam guru; Peserta didik harus aktif

mengasimilasi dan mengakomodasi pengalaman baru ke dalam struktur kognitifnya.

3) Untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik guru harus mengetahui model-

model mental yang digunakan peserta didik untuk mengenal dunia mereka dan

penalaran yang dikembangkan yang dibuat peserta didik untuk mendukung model-

model itu

4) Peserta didik perlu mengkontruksi pemahaman mereka sendiri untuk masing-

masing konsep materi sehingga guru dalam proses pembelajaran bukan

“mengkuliahi” atau yang sejenisnya tetapi guru harus menciptakan situasi bagi

peserta didik yang membantu perkembangan mereka membentuk kontruksi-

kontruksi mental yang diperlukan.

5) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan

pengetahuan dan keterampilan dapat dikontruksi oleh peserta didik

6) Latihan memecahkan masalah sebaiknya dilakukan secara berkelompok dengan

menganalisis masalah dalamkehidupan sehari-hari

7) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang

sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, moderator dan teman yang membuat

situasi kondusifuntuk terjadinya kontruksi pengetahuan pada diri pesertadidik.

Daftar Pustaka

1. Ausubel, D.P., 1986. Educational Psychology: A cognitive View. New York: Holt Rinehart & Winston.

2. Dahar, Ratna W., (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Proyek P2LPTK

3. Lawson, A.E., 1995. Science Teaching and Development of Thinking. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company

Page 13: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

Pertanyaan Latihan

1. Menurut Ausubel inti dari belajar adalah , jelaskan.

2. Seorang anak dapat menemukan sendiri materi belajarnya dan dimasukkan ke dalam

struktur kognitif, maka anak tersebut menurut Ausubel.

3. Apa yang dimaksud dengan kemampuan berfikir deduktif-hipotetik menurut Piaget.

4. Bagaimana Bruner memandang manusia dalam teori belajarnya

5. Mengapa menurut Gagne pemecahan masalah merupakan belajar yang paling tinggi

tingkatnya jelaskan.

6. Pada pembelajaran penemuan menurut Gagne dan Piaget bagaimana peran peserta

didik dan guru jelaskan.

7. Apa yang disaran Gagne pada guru yang menggunakan pemecahan masalah dalam

pembelajaran?

8. Seorang anak telah mengalami perkembangan intelektualnya, menurut Piaget jika anak

tersebut telah:

9. Jelaskan istilah asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi dalam teori perkembangan

intelektual menurut Piaget.

10. Hal yang perlu diingat untuk memahami teori perkembangan intelektual menurut

Piaget adalah:

11. Beri contoh dalam memecahkan masalah dalam belajar fisika peserta didik telah

mampu berfikir reflektif

12. Konsep umum yang dimiliki oleh pendekatan kontruktivisme antara lain:

13. Menurut Slavin ada dua implikasi utama teory Vygotsky dalam pendidikan jelaskan.

14. Menurut Vygotsky dalam Slavin , peserta didik melaksanakan aktivitas belajar adalah.

15. Jelaskan Ciri dan Prinsip Teori Belajar Konstruktivistik.

Page 14: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

Jawaban Pertanyaan

1. Inti dari belajar menurut Ausubel adalah belajar bermakna, artinya peserta didik dapat

mengasimilasi materi pelajaran secara penerimaan, maupun secara penemuan

2. Seorang anak dapat menemukan sendiri materi belajarnya dan dimasukkan ke dalam

struktur kognitif, maka anak tersebut menurut Ausubel maka anak tersebut telah

belajar secara penemuan

3. Kemampuan berfikir deduktif-hipotetik menurut Piaget kemampuan membuat asumsi

situasi-situasi hipotesis dan mengemukakan alasan yang logis serta mampu

menggunakan pemikiran yang kombinasi dn menggunakan alasan secara proporsional.

Alasan proporsional ini menunjukkan bahwa anak tersebut telah mampu memahami

hubungan.

4. Bruner memandang manusia dalam teori belajarnya sebagai pemikir dan pencipta

informasi artinya manusia mengkontruksi pengetahuan baru dengan cara

menghubungkan pengetahuan lama yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru.

5. Pemecahan masalah merupakan belajar yang paling tinggi tingkatnya menurut Gagne

sebab Problem solving (pemecahan masalah) disebut juga dengan inquiry dalam

pelaksanaannya sering digabung dengan discovery sehingga diperoleh modifikasi

yang disebut structured inqury (penyelidikan terstruktur). Pada penyelidikan

terstruktur ini peserta didik hanya mendapat saran cara kerja untuk: mengumpulkan

data, mengorganisasi data dan mendapat pertanyaan yang mengarah pada

penyelesaian masalah yang dihadapinya.

6. Peran peserta didik dan guru pada pembelajaran penemuan menurut Gagne dan Piaget

peserta didik harus yang melakukan kegaiatan belajar sebagai pusat karena merekalah

yang belajar, sedangkan guru berlaku sebagai fasilatator, motivator secara singkat

child centered approach.

7. Saran Gagne pada guru yang menggunakan pemecahan masalah dalam pembelajaran

adalah: 1) guru harus mengembangkan tugas-tugas pemecahan masalah dengan ide-

ide baru jauh dari latihan rutin, 2) guru harus menganalisis tugas tersebut untuk

menentukan pengetahuan dan keterampilan awal yang diperlukan untuk

menyelesaikan permasalahan, 3) guru harus yakin bahwa peserta didik memahami

hakikat dari permasalahan yang diberikan, dan 4) guru harus hati-hati tidak memberi

jalan pemecahan masalah dari permasalahn yang diberikan

Page 15: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika

8. Seorang anak telah mengalami perkembangan intelektualnya, menurut Piaget jika

anak tersebut telah memperoleh skemata atau konsep sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannnya

9. Dalam teori perkembangan intelektual Piaget menggunakan istilah-istialh seperti

Asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi yang dimaksud adalah asimilasi adalah

kemampuan anak untuk mengubah lingkungan untuk memenuhi imajinasinya,

akomodasi kemampuan anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan ekuilibrasi

kemampuan anak untuk mengatur dan menyusun

10. Hal yang perlu diingat untuk memahami teori perkembangan intelektual menurut

Piaget adalah setiap anak pasti mengalami masing-masing tahap perkembangan dan

dalam massa berkembangannya secara berturutan hanya kecepatannya berbeda-beda.

11. contoh dalam memecahkan masalah dalam belajar fisika peserta didik telah mampu

berfikir reflektif. Sekelompok anak melakukan percobaan menentukan fokus sebuah

lensa cembung di kelas, setelah mengukur jarak benda sebagai benda nyala lilin, jarak

bayangan dan menghitung besarnya fokus. Etelah selesai melakukan percobaan

kelompok anak ini menyarankan sebaiknya percobaan ini dilakukan di ruang gelap

agar hasilnya lebih akurat.

12. Konsep umum yang dimiliki oleh pendekatan kontruktivisme antara lain di jelaskan

pada hal 7 sampai 8.

13. Menurut Slavin ada dua implikasi utama teory Vygotsky dalam pendidikan,

dikehendakinya setting kelas bentuk pembelajaran kooperatif antara kelompok-

kelompok peserta didik dengan kemampuan yang berbeda. Kedua, dalam

pembelajaran menggunakan yang menekankan perancahan atau pendampingan

(scaffolding).

14. Menurut Vygotsky dalam Slavin , peserta didik melaksanakan aktivitas belajar , bila

melakukan interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai

kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide-ide baru dan

memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.

15. Ciri dan Prinsip Teori Belajar Konstruktivistik baca pada Bab II halaman 10

Page 16: BAB II mengenai strategi pembelajaran fisika