BAB II LANDASAN TEORI - Perpustakaan Digital...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - Perpustakaan Digital...
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
15
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI
2.1.1 Sunda
Istilah Sunda digunakan dalam dua kriteria, yang pertama digunakan dalam
konotasi manusia atau sekolompok manusia. Sedangkan kriteria yang kedua adalah
dalam lingkungan sosial budaya. Menurut kriteria yang pertama orang Sunda adalah
orang yang mengakui dirinya dan diakui orang lain sebagai orang Sunda1. Didalam
definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan dan berdasarkan sosial budaya.
Menurut kriteria kedua, pengertian orang Sunda adalah orang atau sekelompok orang
yang dibesarkan dalam lingkungan sosial-budaya sunda, didalam hidupnya tersebut dia
menghayati serta menggunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya Sunda. Dalam hal
ini tempat tinggal, kehidupan sosial – budaya dan tingkal laku penduduknya yang
dianggap penting
Sunda merupakan salah satu kebudayaan di Indonesia yang terletak di alam
Priangan yang mendiami sebagian besar wilayah Jawa Barat.
Berdasarkan sejarah perkembangan kebudayaan Sunda dibagi kedalam empat periode,
yaitu :
1. Zaman Prasejarah (500.000 SM)
Pada zaman ini ditemukan fosil kapak genggam di Pargi (Ciamis) dan di
Jampang (Sukabumi), flakes dan microlith di sekitar Dago (Bandung). Hal ini
merupakan bukti adanya peradaban manusia. Kepercayaan yang dianut adalah
animisme dan dinamisme.
2. Zaman Purba (kontak Hindu – Budha, 130 -1700 M)
Disebut zaman klasik karena banyak menyumbangkan kebudayaan Hindu –
Budha klasik. Adanya kesenian, sistem kerajaan, adat istiadat dan
kepercayaan baru.
1 (Warnaen et.al, 1987 : 1)
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
16
3. Zaman Madya (kontak dengan islam abad 15 M)
Dimulai dengan dikirimkannya pasukan demak untuk menyerang Batavia
yang dipimpin oleh Fatahillah. Sejalan dengan itu terbentuklah dua kerajaan
Islam yaitu Kasultanan Cirebon dan Banten. Kepercayaan pada zaman klasik
masih dipakai dalam berbagai upacara adat yang bernapaskan Islam.
4. Zaman Modern (kontak dengan Barat, setelah PD II)
Kebudayaan Sunda atau Jawa Barat telah dipengaruhi oleh kebudayaan
Bangsa Barat sejalan dengan adanya penjajahan Belanda, Jepang dan
perkembangan era globalisasi. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap
berbagai bidang, diantaranya seni teater tradisional Sunda (Longser) yang
pada umumnya mengarah pada kesenian populer. 2
2.1.2 Kebudayaan Sunda
Istilah Sunda kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yakni sund atau
suddha yang berarti bersinar, terang, atau putih. Dalam bahasa Jawa kuno (Kawi) dan
bahasa Bali dikenal juga istilah sunda dalam pengertian yang sama yakni bersih, suci,
murni, tak bercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada.
Menurut R.W. van Bemmelen seperti dikutip Edi S. Ekadjati, istilah sunda adalah
sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut wilayah India
Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Dataran sunda dikelilingi oleh
sistem Gunung sunda yang melingkar (Circum- sunda Mountain System) yang
panjangnya sekira 7.000 km. Dataran sunda itu terdiri atas dua bagian utama, yaitu
bagian Utara yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang
LautanFasifik bagian Barat serta bagian Selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam
(India). Dengan demikian, bagian Selatan dataran sunda itu dibentuk oleh kawasan mulai
Pulau Banda di timur, terus ke arah barat melalui pulau-pulau di kepulauan sunda Kecil
2 (Pendidikan Kebudayaan Sunda untuk SMA, Depdikbud 1986)
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
17
(the lesser sunda island), Jawa, Sumatra, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai
Arakan Yoma di Birma. Selanjutnya, dataran ini bersambung dengan kawasan Sistem
Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di Timur.
Dalam buku-buku ilmu bumi dikenal pula istilah sunda Besar dan sunda Kecil.
sunda Besar adalah himpunan pulau yang berukuran besar, yaitu Sumatra, Jawa, Madura,
dan Kalimantan, sedangkan sunda Kecil adalah pulau-pulau yang berukuran kecil yang
kini termasuk kedalam Provinsi Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.
Dalam perkembangannya, istilah sunda digunakan juga dalam konotasi manusia
atau sekelompok manusia, yaitu dengan sebutan urang sunda (orang sunda). Di dalam
definisi tersebut tercakup kriteria berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan
berdasarkan sosial budaya sekaligus.
Menurut kriteria pertama, seseorang bisa disebut orang, sunda jika orang tuanya,
baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu ataupun keduanya, orang sunda, di mana pun
ia atau mereka berada dan dibesarkan.
Menurut kriteria kedua, orang sunda adalah orang yang dibesarkan dalam
lingkungan sosial budaya sunda dan dalam hidupnya menghayati serta mempergunakan
norma-norma dan nilai-nilai budaya sunda. Dalam hal ini tempat tinggal, kehidupan
sosial budaya dan sikap orangnya yang dianggap penting. Bisa saja seseorang yang orang
tuanya atau leluhurnya orang sunda, menjadi bukan orang sunda karena ia atau mereka
tidak mengenal, menghayati, dan mempergunakan norma-norma dan nilai- nilai sosial
budaya sunda dalam hidupnya.
Dalam konteks ini, istilah, sunda juga dikaitkan secara erat dengan pengertian
kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan Kebudayaan sunda, yaitu kebudayaan yang
hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang sunda yang pada umumnya
berdomosili di Tanah sunda. Dalam tata kehidupan sosial budaya Indonesia digolongkan
ke dalam kebudayaan daerah. Di samping memiliki persamaan-persamaan dengan
kebudayaan daerah lain di Indonesia, kebudayaan sunda memiliki ciri-ciri khas tersendiri
yang membedakannya dari kebudayaan lain.
Secara umum, masyarakat Jawa Barat atau Tatar sunda, sering dikenal dengan
masyarakat yang memiliki budaya religius. Kecenderungan ini tampak sebagaimana
dalam pameo "silih asih, silih asah, dan silih asuh" (saling mengasihi, saling
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
18
mempertajam diri, dan saling memelihara dan melindungi). Di samping itu, sunda juga
memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan (handap asor), rendah hati
terhadap sesama; penghormatan kepada orang tua atau kepada orang yang lebih tua, serta
menyayangi orang yang lebih kecil (hormat ka nu luhur, nyaah ka nu leutik); membantu
orang lain yang membutuhkan dan yang dalam kesusahan (nulung ka nu butuh nalang ka
nu susah), dsb.
Bahwa budaya sunda adalah budaya religius, itu merupakan konsekuensi logis
dari pandangan hidupnya yang mendasarkan pada ajaran agama, yakni Islam. Dalam
perspektif ilmu-ilmu sosial agama adalah sebuah sistem nilai yang memberikan sejumlah
konsep mengenai konstruksi realitas yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata
normatif dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia sekitar. Dalam
konteks inilah, agama memiliki signifikansinya dalam pengembangan, pembentukan,
pengisian, dan pengayaan budaya.
Kebudayaan sunda adalah semua sistem gagasan, aktivitas dan hasil karya
manusia sunda yang terwujud sebagai hasil interaksi terus-menerus antara manusia sunda
sebagai pelaku dan latar tempat ia hidup, dalam rentang waktu yang panjang dan suasana
yang bermacam-macam. kebudayaan sunda adalah milik masyarakat sunda yang
diperoleh dari hasil proses adaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang
terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama.
Kebudayaan sunda adalah sumber kerangka acuan masyarakat sunda ketika
mereka berhadapan dengan berbagai perubahan. Suatu perubahan itu ditolak atau
diterima oleh masyarakat bergantung sejauh mana perubahan itu bias diterima oleh
kebudayaannya. Oleh karena itu, suatu perubahan yang akan dilakukan terhadap
masyarakat sunda mestilah mempertimbangkan aspek tradisi dan kebudayaan masyarakat
sunda itu sendiri. Ketika suatu perubahan yang berasal dari suatu unsur kebudayaan asing
terlalu berbeda jauh dengan kebudayaan sunda, perubahan itu akan sangat lama diterima
untuk menjadi bagian dari kebudayaan sunda.
Pertama-tama perubahan itu akan ditolak karena dianggap kontra budaya atau
unsur budaya yang berlainan, tapi lambat laun perubahan itu sedikit demi sedikit akan
diterima menjadi subbudaya dan dalam waktu yang relatif lama, akan diterima menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan sunda.
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
19
(Guru Besar Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung)
2.1.3 Unsur – unsur Kebudayaan Sunda
Kebudayaan Sunda pada saat ini sudah digolongkan menjadi kebudayaan daerah
atau suku bangsa tersendiri yang memiliki beberapa kesamaan dengan kebudayaan
daerah lain di Indonesia, namun tetap memiliki identitas tersendiri yang membedakannya
dari kebudayaan daerah lain. Kebudayaan Sunda bertitik tolak pada kebudayaan desa
sebagaimana daerah-daerah lain di bumi indonesia, sehingga tercipta ungkapan ”ciri
sabumi, cara sadesa”. Perkampungan (desa) orang sunda memiliki pola rumah yang
terletak berhimpitan, dua deret saling berhadapan dan letak rumah mereka pada
umumnya mengelompok. Sedangkan pertanian dan tanah perkebunan terletak di luar
batas kampung mereka.
Ir. Anwas Adiwilaga melukiskan gambaran tentang pola perkampungan
masyarakat Sunda sebelum mengalami banyak perubahan, adalah sebagai berikut :
Orang sunda pada umumnya bertempat tinggal menyendiri di tengan padang luas
atau ditengah hutan. Kalaupun mereka memiliki kampung halaman , maka rumah mereka
selalu berhimpit-himpitan, dua deret saling berhadap-hadapan terpisahkan oleh pelataran.
Di sisi lain pelataran terdapat lesung umum yang digunakan orang-orang untuk
menumbuk padi. Keberadaan lesung tersebut menandakan bahwa salah satu mata
pencaharian orang sunda adalah bertani, yang merupakan mata pencaharian pokok orang
sunda. Selain digunakan sesuai dengan fungsi utamanya, area disekitar lesung ini juga
dipergunakan sebagai sarana berkomunikasi.
Tempat-tempat untuk menyelanggarakan upacara adat dapat dilaksanakan
dipekuburan, mesjid-mesjid, atau Bale desa. Di depan Bale desa tersebut biasanya
digunakan sebagai tempat penting bagi penduduk desa untuk melakukan berbagai
kegiatan. Orang Sunda penganut religi agama islam. Mereka termasuk orang-orang yang
patuh menjalankan kewajibannya. Pada umumnya mereka masih mempercayai hal-hal
gaib yang dianggap dapat mendatangkan keberuntungan. 3
3 Kebudayaan Sunda suatu pendekatan sejarah, Edi.S.Ekajati
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
20
2.1.4 Nilai Arsitektur Tradisional Sunda
2.1.4.1 Kampung Ciptagelar
Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah sebuah sebuah kampung adat
yang mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih
dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Permukiman masyarakat Kasepuhan
Ciptagelar merupakan prototipe dari pola kampung masyarakat Sunda pada umumnya.
Bangunan-bangunan seperti bumi ageung, leuit, saung lisung, buruan , dan rumah
panggung menunjukkan pola perkampungan khas masyarakat tradisional Sunda. Rumah
dan kelengkapan permukiman lainnya, dibangun mengikuti lahan berkontur.
Pola Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah linear yang memanjang
dari utara keselatan mulai Bumi Ageung yang terletak paling utara. Sedangkan rumah-
rumah yang berada dipinggir jalan pada umumnya berorientasi kearah jalan. Sementara
rumah-rumah yang berada pada lapis kedua, sangat bergantung pada kondisi tanah.
Bangunan yang menyatu dengan Bumi Ageung adalah Bumi Warga atau Bumi Rakyat
yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan publik sehingga setiap orang dapat masuk
kedalamnya. Di sebelah timur bumi ageung terdapat lumbung padi yang dikenal dengan
sebutan leuit, dimiliki secara umum oleh semua warga. Setiap rumah memiliki leuit.
Leuit yang berbentuk seperti rumah berukuran kecil dengan dinding bilik dan atap ijuk
umumnya berada di pinggir pemukiman. Berdekatan dengan kelompok leuit terdapat
bangunan milik bersama tempat menumbuk padi yang dinamakan saung lisung.
Satu bagian yang dapat dikatakan sebagai ciri khas Kampung Gede
Kasepuhan Ciptagelar adalah terdapatnya Bale Pertemuan yang terletak di lingkungan
rumah tinggal Sesepuh Girang. Bale Pertemuan ini merupakan bangunan berupa
panggung-panggung dengan material kayu dan bambu, digunakan sebagai tempat
pertemuan dengan pejabat pemerintahan.
Komponen permukiman yang penting dan berfungsi sebagai tempat tinggal
warga adalah rumah. Rumah- rumah warga Kasepuhan Ciptagelar menunjukkan adanya
kesamaan dengan pola arsitektur Sunda pada umumnya. Adapun bahan-bahan yang
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
21
digunakan cenderung menggunakan material yang terdapat disekitar pemukiman, seperti
dinding bilik, rangka kayu dan atap dari ijuk, rumbia atau tepus.
Jenis rumah mereka adalah rumah panggung dengan kolong setinggi kurang
lebih 60 sentimeter. Kolong tersebut umumnya ditutupi dengan papan. Adapun bentuk
rumahnya rata-rata persegi panjang dengan suhunan panjang serta suhunan jure yaitu
bentuk atap perisai yang memanjang.
Pintu masuk rumah terbagi dua, yaitu pintu depan dan pintu belakang yang
terletak disamping rumah. Terdapat kepercayaan mengenai letak pintu, bahwa apabila
rumah menggunakan dua pintu atau lebih, maka pantang untuk membuat pintu depan
sejajar dengan pintu belakang. Oleh karena itu, pintu belakang diletakkan di samping
rumah menjadi pintu samping.
Menurut pandangan kosmologis, rumah dipandang sebagai dunia dan alam
semesta. Dalam kepercayaan masyarakat Sunda umumnya, terdapat pandangan bahwa
dunia ini terbagi menjadi dunia bawah (buana rangrang), dunia tengah (buana panca
tengah), dan dunia atas (buana alit). Dunia tengah merupakan pusat alam semesta dan
manusia menempatkan dirinya pada pusat alam semesta tersebut. Oleh karena itu, rumah
sebagai tempat tinggal manusia harus terletak ditengah antara dunia atas (langit) dan
dunia bawah (bumi) dan tidak terletak di dunia atas atau bawah. 4
Bagian –bagian rumah dapat dibagi menjadi bagian kepala yang
menyimbolkan dunia atas, bagian badan mewakili dunia tengah dan bagian kaki yang
menyimbolkan dunia bawah. Maka tiang rumahpun tidak boleh diletakkan di atas tanah.
Rumah harus diberi alas yang berfungsi memisahkan lantai rumah dengan tanah, dengan
demikian terdapat kolong di bawah lantai rumah. 5
Pembagian ruangan dan fungsi ruangan yang menjadi pola mayoritas pada
rumah masyarakat Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, terbagi atas:
Sedangkan untuk bagian-bagian rumah pada Kampung Gede Kasepuhan
Ciptagelar tersebut pada umumnya terdiri dari :
4 Kampung Adat& Rumah Adat di Jawa Barat, Depdikbud 5 Ibid
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
22
1. Atap
Memiliki bentuk adat suhunan jolopong (suhunan lurus) yakni bentuk atap yang
terdiri dari dua bidang atap. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur
bubungan di bagian tengah bangunan rumah. Salah satu ciri khasnya adalah
adanya talahab yaitu penutup atap yang terbuat dari bilahan bambu. Atap talahab
ini dipasang di bagian dapur, sedangkan atap yang dipergunakan untuk menutup
bagian rumah lainnya terbuat dari ijuk dan kiray yang diikatkan tali dari bambu
ke bagian atas dari rangka atap.
2. Langit-langit
Langit-langit terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipasang dengan jarak
tertantu. Untuk mendukung lalangit ditempelkan di atas bambu bulat disebut
dengan darurang para atau dalos dan pada dasar rangkak atap. Namun langit-
langit ada juga yang dibuat dari bambu utuh yang dijajar rapat.
3. Tiang
Tiang dari kayu yang mendukungn rangka atap, lantai serta sebagai bagian
rangka bangunan rumah induk berjumlah 18 tiang. Tiang utama yang terletak
ditengah-tengah bangunan induk (sasaka) berjumlah 2 buah, dan tiang yang
terletak di pinggir (sisi) bangunan induk dan yang berguna untuk menempelkan
dinding bilik berjumlah 16 buah. Sedang tiang bale-bale berjumlah 6 buah.
Untuk pondasi tiang digunakan batu alam.
4. Dinding
Seluruh dinding terbuat dari anyaman bambu yang pola anyamannya ada dua
macam yaitu kepang dan kandang jaga. Bilik ini menempel langsung pada
bagian luar tiang rumah yang dipasang dengan lembaran yang tingginya antara
lincar dan pamikul danpanjangnya merupakan jarak antara tiang-tiang bagian
luar bagian rumah, sehingga ukuran bilik perlembarnya hampir sama sesuai
dengan ukuran jarak antara tiang-tiang tersebut. Untuk menahan dinding rumah
di bagian dalam dipasang kayu dengan posisi horizontal disebut Paneer dan
berfungsi pula sebagai penahan tiang rumah.
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
23
5. Pintu
Memiliki satu daun pintu yang berhubungan langsung ke ruangan tamu, pintu ini
berbentuk persegi panjang berukuran 1, 90 meter x 1 meter. Selain itu terdapat 2
buah pintu lainnya yaitu pintu kamar tidur (pangkeng) dan pintu kamar gudang
(goah). Pintu muka rumah ini dikenal dengan bentuk buka palayu yakni letak
pintu muka sejajar dengan salah satu sisi bidang atap, dengan demikian jika
dilihat dari arah muka tampak dengan jelas keseluruhan garis suhunan yang
melintang dari kiri kekanan.
6. Jendela
Selain pintu terdapat tiga jendela pada nagunan induk yang terletak disisi timur,
disisi barat satu jendela serta disisi utara satu jendela, dengan ukuran 1,16 x 0,73
meter. Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan jarak
tertentu secara vertikal disebut jalosi, serta daun jendela kayu sebagai
penutupnya.
7. Lantai
Seluruh lantai terbuat dari bambu yang dibentuk lempengan- lempengan bambu
yang digelarkan diatas bambu utuh dinamakan dengan darurang. Tinggi lantai
rumah induk dengan tanah setinggi 50 sentimeter, yang dilengkapi oleh tangga
dan golodog.
2.1.4.2 Kampung Naga
Kampung naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh
sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan
leluhurnya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan
masyarakat lain diluar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu
tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional
yang lekat.
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
24
Pola pemukiman masyarakat di Kampung Adat adalah mengelompok.
Rumah-rumah berkelompok di lereng bukit di suatu areal tanah yang tidak sama
ketinggiannya. Lereng bukit yang menjadi tempat keletakkan rumah terdiri dari empat
tingkatan. Ditengah kampung terletak masjid atau bale yang letaknya berdampingan.
Masjid dan bale merupakan bangunan panggung dengan arsitektur tradisional. Masjid
berfungsi sebagai tempat ibadah sedangkan bale atau patemon berfungsi sebagai tempat
pertemuan atau musyawarah.
Disebelah timur masjid dan bale terdapat alun-alan yang berfungsi sebagai
tempat keperluan bersama yang dimanfaatkan untuk tempat beraktivitas penduduk
kampung. Sejajar dengan masjid disebelah barat pada bagian tanah yang lebih tinggi
terdapat sebuah bangunan yang dikeramatkan sebagai bangunan suci yang disebut bumi
ageung, berfungsi untuk menyimpan benda-benda keramat.
Keletakkan seluruh rumah dan bangunan memanjang arah barat-timur. Pola
letak rumah sama dan asimetris dengan jarak antar rumah yang berdekatan. Letak rumah
saling berhadapan antara rumah satu dengan yang lainnya. Arah atau orientasi rumah
menghadap kearah utara dan selatan. Tanah kosong diantara rumah digunakan sebagai
jalan yang dipakai untuk kepentingan bersama.
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
25
Gambar 1.2
Pola perkampungan Kampung Naga
Fungsi dan peranan rumah menurut masyarakat kampung naga adalah
tempat ”diri, rabi, keluarga, dan keturunan, serta tempat memancarnya rasa, kaersa,
dan karya, tempat berlindung dari terik matahari, hujan dan udara dingin”6
Jenis rumah di Kampung Naga adalah panggung, dengan ketinggian kolong
60 sentimeter. Tiang-tiang rumah dibagian bawah diberi alas batu yang disebut tatapakan.
Rumah –rumah di Kampung Naga bentuknya sama dan letaknya teratur, rumah-
rumahnya berbentuk persegi panjang dengan jenis rumah termasuk jenis rumah
panggung. Lantai rumah menggunakan papan atau palupuh, sedangkan lantai rumah
terbuat dari papan atau bambu. Atapnya menggunakan gaya suhunan julang ngapak, yaitu
bentuk atap panjang yang kedua sisinya diperpanjang atau ditambah, sehingga 6 Kebudayaan Sunda suatu pendekatan sejarah, Edi.S. Ekajati
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
26
menyerupai rentangan sayap burung. Bidang atau tambahan yang melandai ini disebut
leang-leang.
Unsur lain dari sebuah rumah adalah pekarangan yang terdiri dari
pekarangan muka dan pekarangan belakang. Fungsi halaman rumah di Kampung Naga
adalah untuk menjemur padi dan menjemur pakaian. Selain halaman rumah yang menjadi
milik bersama, ada beberapa bangunan khusus yang digunakan dandipelihara bersama
untuk kepentingan semua warga Kampung Naga. Bangunan-bangunan itu adalah : Bumi
ageung, Leuit, Saung Lisung dan Mesjid.
Pembagian ruangan dan fungsi ruangan yang menjadi pola mayoritas pada
rumah masyarakat Kampung Naga, terbagi atas:
1. Tepas
Ruangan ini merupakan ruang tempat menerima tamu. Ruangan
berbentuk tertutup serta memiliki jendela kayu atau kaca. Ruangan
dibiarkan kosong tanpa perkakas rumah seperti meja, kursi ataupun bale-
bale. Disebelah tepas terdapat ruangan dapur (pawon) yang dipisahkan
oleh dinding bambu dianyam (bilik). Ruangan tamu berukuran sekitar
3,65 meter x 2,40 meter.
2. Ruang tengah / tengah imah
Tengah imah merupakan daerah netral sehingga terbuka untuk semua
jenis kelamin anggota keluarga dan biasanya digunakan untuk
berkumpul semua anggota keluarga. Ruangan tengah ini berukuran 2,40
meter x 2,40 meter. Ruangan tengah terletak di bagian tengah rumah dan
terletak di antara kamar tidur, ruangan tamu dan dapur.
3. Dapur
Dapur berdampingan dengan ruang tamu. Dapur biasa digunakan untuk
memasak. Dalam dapur ini terdapat peralatan dapur yang dipergunakan
dalam keseharian. Dalam dapur ini pula terdapat parako yaitu tempat
hawu (perapian) dan Paraseuneu. Di ruangan dapur terdapat ruangan
untuk menyimpan bahan makan disebut padaringan atau goah. Untuk
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
27
pintu dapur biasanya menggunakan bilik anyaman sasag. Yang berfungsi
sebagai celah keluarnya asap dari dapur.
4. Kamar Tidur
Ruangan ini memiliki fungsi sebagai tempat tidur, berada di bagian
kanan dan kiri rumah. Jumlah kamar pada rumah tinggal tidak sama,
disesuaikan dengan ukuran rumah.
Gambar 1.3
Gambar sketsa rumah di Kampung Naga
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
28
Gambar 1.4
Rumah di Kampung Naga
Sedangkan untuk bagian-bagian rumah pada Kampung Naga tersebut pada
umumnya terdiri dari :
1. Atap
Rumah memiliki bentuk aatp julang ngapak yang pada puncaknya
terdapat capik hurang atau cagak gunting yang berfungsi mencegah
rembesan air kedalam para dan sebagai lambang kesatuan antar rumah
dan alam berdasarkan kepercayaan masyarakat Kampung Naga. Penutup
atap dibuat dari daun alang-alang yang dikaitkan dengan tali bambu
kebagian atas dari rangka atap.
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
29
2. Langit- langit
Langit-langit terbuat dari bilah bambu yang dianya. Dengan pola
anyaman kepang. Dari lantai rumah kelangit-langit berjarak 2, 85 meter.
3. Tiang
Tiang dari kayu yang mendukung rangka atap, lantai serta sebagai
bagian rangka bengunan rumah induk berjumlah 14 tiang. Tiang yang
terletak di pinggir bangunan berguna untuk menempelkan dinding bilik
berjumlah 10 tiang. Untuk pondasi tiang digunakan batu alam yang
dipotong berbentuk persegi panjang. Tinggi pondasi dari atas tanah
sekitar 50 sentimeter.
4. Dinding
Dinding terbuat dari bilik yang pola anyamannya ada dua macam yaitu
kepang dan sasag. Anyaman sasag dipergunakan untuk dinding dapur,
sedangkan anyaman kepang dipergunakan untuk dinding bagian rumah
lainnya. Dinding dengan anyaman sasag memang lebih awet dan tahan
lama. Dinding dikapur putih atau dibiarkan sesuai aslinya.
5. Pintu
Rumah memiliki dua buah pintu masuk yang berhubungan langsung ke
ruangan tamu dan dapur. Dan berlaku aturan keluar rumah harus melalui
pintu tepas dan msuk kedalam rumah harus melalui pintu dapur. Pintu
dibuat dari bilik dan kayu. Pintu berbentuk persegi panjang berukuran
1,75 meter x 0,75 mete. Pintu lainnya terdapat antara ruang tamu dan
dapur menuju ruang tengah dan pintu-pintu kamar tidur, serta pintu
goah. Ukuran dan bentuk pintu pada umumnya sama.
6. Jendela
Jendela terletak pada bangunan depan, samping, atau belakang, dengan
ukuran jendela 1 meter x 0,58 meter. Jendela berbentuk persegi panjang
dan dipasang kayu dengan jarak tertentu secara vertikal disebut jalusi,
serta daun jendela kayu sebagai penutupnya.
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
30
7. Lantai
Lantai dari papan, yang sebelumnya merupakan lantai dari lempengan-
lempengan bambu (palupuh). Tinggi lantai rumah dari tanah adalah 50
sentimeter.
8. Golodog
Golodog diletakan didepan pintu depan dan pintu dapur, terbuat dari
papan, bambu atau batu. Fungsi golodog adalah sebagai tangga untuk
meenaiki rumah. Berfungsi juga sebagai tempat duduk sambil
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan.
2.1.4.2 Pola Kampung Tradisional Sunda
Dapat disimpulkan bahwa pola kampung tradisional Sunda secara umum
memiliki ciri-ciri sbb:
• Letak rumah yg berderet dan berdekatan
• Adanya ruang terbuka di tengah permukiman yg berfungsi sbg pusat
kampung ( alun-alun), tempat kegiatan bersama.
• Perletakan bangunan mengarah pada arah Utara selatan atau pada tempat
yg dianggap keramat, atau bangunan yg dianggap penting.
• Adanya unsur-unsur pembentuk kampung yaitu rumah tinggal, tajug
(mesjid), bale lebu ( balai desa), balong ( kolam), saung lisung ( tempat
menumbuk padi) dan leuit (lumbung)
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
31
Gambar 1.6
2.2 Definisi Taman Budaya
Pengertian Taman Budaya menurut Keputusan Menteri Depdikbud No.
0221/0/1991 adalah unit pelaksana teknis kebudayaan dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang berada di bawah Direktorat Jenderal kebudayaan.
Taman Budaya mempunyai tugas melaksanakan pengolahan seni sebagai unsur budaya di
daerah propinsi.
Pernyataan di atas dapat dikembangkan dengan terlebih dahulu memahami
pengertian dari ’budaya’ itu sendiri. Berikut ini beberapa definisi kebudayaan menurut
para ahli.
Definisi yang banyak dikutip orang adalah hasil pemikiran
seorang ahli sosial bernama E.B. Tylor (1832-1917), yang
menyatakan bahwa budaya adalah keseluruhan jaringan (kompleksitas) yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moralitas, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lainnya yang didapat
oleh seseorang sebagai anggota dari suatu masyarakat.7 Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur – struktur sosial, religius, dan lain – lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi cirri khas suatu masyarakat.
7 (Sociology: a window on the world, Lundy & Warme,1988:40)
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
32
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi kebudayaan
adalah hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Menurut Koentjoroningrat, seorang pakar Antropologi, kebudayaan adalah
seluruh kelakuan dan hasil dari kelakuan manusia yang teratur, yang didapatkan dengan
belajar, dan semuanya tersusun dalam kehidupan manusia. Budaya dapat menjadi
tuntunan andangan hidup anggota kelompok masyarakat yang berisi perangkat, teknik,
peraturan, sikap, kepercayaan, motivasi dan sistem nilai. Perwujudan kebudayaan dapat
berupa :
1. wujud kebudayaan sebagai suatu ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma –
norma, peraturan dan sebagainya. Perwujudan kebudayaan sebagai tata
kelakuan manusia tergolong tidak bisa diperagakan, tetapi ada dalam pikiran
masing – masing orang. Jika pemikiran itu dituangkan ke dalam bentuk
tulisan, maka nilai dan norma ini dituangkan ke dalam bentuk literatur. Jika
pemikiran ini dituangkan dalam bentuk lisan, maka wujud kebudayaan ini
dapat berupa diskusi/ ceramah.
2. wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dan masyarakat berupa aspek material yang dapat diperagakan. Aktivitas
kebudayaan sebagai proses / kinetis dapat diwujudkan ke dalam bentuk
pertunjukkan kebudayaan.
3. wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya manusia yang dapat
diwujudkan kedalam bentuk pameran hasil budaya.
Sementara itu menurut Umar Kayam, kebudayaaan pada kota – kota besar di
Indonesia telah bergeser dari konsep tradisional ke arah orientasi baru. Saat ini dialog
budaya yang terjadi adalah antara peradaban dunia industri dengan negara yang sedang
berkembang. Dalam melambangkan identitas budayanya, bagaimanapun Indonesia harus
mengikuti simbol – simbol tradisional namun harus lebih terbuka. Identitas Indonesia
yang dinamis diperoleh dengan mengolah simbol – simbol yang lahir dari penjelajahan
kemungkinan – kemungkinan baru.
Dari ulasan diatas, pemahaman yang didapat ialah bahwa budaya merupakan
segala sesuatu yang dipikirkan dan dilakukan oleh manusia yang dihasilkan melalui
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
33
proses belajar. Disebabkan hal yang dipelajari manusia selalu berubah dan berkembang
mengikuti konteks lingkungan dan kebutuhanyang harus dipenuhinya, maka budaya pun
senantiasa bergerak seiring dengan hal – hal yang dipelajari tersebut. Oleh karena itu, tata
nilai dan tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berubah mengikuti pola pikir
yang baru.
Konsekuensi dari pembaharuan tata nilai dan tradisi tersebut diantaranya adalah
timbulnya tuntutan – tuntutanbaru terhadap bentukan fisik lingkungan tempat manusia
bermukim dan beraktivitas. Tuntutan tersebut terjadi disebabkan munculnya fungsi –
fungsi baru yang sebelumnya tidak ada, ataupun karena karakter yang dimiliki oleh suatu
tempat sudah tidak lagi sesuai dengan ’ semangat ’ yang dimiliki saat itu.
Berangkat dari pemahaman tersebut, sosok Taman Budaya sudah selayaknya
mampu menjadi cerminan dari kedinamisan budaya yang dianut masyarakat setempat.
Kedinamisan yang dicerminkan tersebut diartikan bahwa Taman Budaya berperan
sebagai inventarisir dari tahapan – tahapan berbudaya yang pernah dilalui.
Berikut hasil pendapat beberapa orang tokoh seniman kota Bandung mengenai
sosok Taman Budaya
1. Endo Suanda
(Etnomusikolog, Penari, Ketua ” Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia)
” Taman Budaya ditujukan sebagai tempat menampilkan keragaman tradisi
setempat, baik yang masih populer maupun tidak. Cara menampilkan tradisi
tersebut, misalnya kesenian, harus sesuai dengan konteksnya mulai dari setting
panggung sampai dengan aturan main dengan penonton, dan tidak semata-mata
ditampilkan sebagai hiburan.”
2. Harry Roesli
(Pemusik, Pemerhati sosial)
” Dalam Taman Budaya segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya dapat
ditampilkan. Tidak hanya berisi program pementasan kesenian tradisional saja,
tetapi musik yang digemari anak muda sekarang pun dapat ditampilkan. Hal ini
dapat dijadikan magnet untuk menarik generasi muda mengunjungi Taman
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
34
Budaya dan melihat apa yang ada disana. Apalagi mengingat sebuah Taman
Budaya juga membutuhkan sumber dana untuk membiayai kegiatannya, tentu
tidak ada salahnya menampilkan kesenian populis berselingan dengan kesenian
tradisional. Tradisi yang sudah ditinggalkan perlu dibuatkan pendokumentasian
yang rapi berikut analisa atau kajian yang lengkap mengenai perkembangannya.
Semua itu harus dapat dikemas dalam sebuah museum dalam Taman Budaya
yang informatif dan komunikatif.
3. Aat Suratin
( Pemerhati dan penggiat seni, staf pengelola ’Rumah Nusantara’)
” Mengacu kepada kota-kota di luar negeri seperti di Perancis dan Inggris, sebuah
kota semestinya memiliki suatu ’ruang budaya’ dimana terjadi berbagai bentuk
kegiatan yang berkaitan dengan budaya setempat. Dalam ruang budaya terdapat
gedung kesenian, pasar seni, gallery dan pelataran tempat digelar berbagai atraksi
kesenian, juga tempat makan dan toko-toko. Taman Budaya yang ideal memiliki
bentuk dan suasana seperti ruang budaya tersebut.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Taman Kebudayaan adalah sebuah
tempat atau fasilitas dimana dipusatkannya berbagai kegiatan untuk melestarikan,
memperkenalkan, memasyarakatkan, dan memberikan informasi yang benar mengenai
realitas yang ada pada kebudayaan suatu etnis, daerah ataupun bangsa baik itu berupa
kebudayaan materiil maupun kebudayaan non materill. Taman kebudayaan ini biasanya
mengakomodasi berbagai kegiatan berupa pameran-pameran karya seni, pertunjukkan
teater maupun video dan sering juga ditambah dengan diadakannya kursus-kursus bahasa
untuk lebih memasyarakatkan kebudayaan suatu daerah. Lahirnya Taman Budaya
dilandasi pemikiran bahwa jati diri suatu bangsa muncul dari kebudayaan itu sendiri,
yang wujudnya berupa ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, kelakuan
terpola dari manusia dalam masyarakat dan benda-benda hasil karya manusia. Karena
Budaya sangat penting untuk digali, dilestarikan dan dikembangkan maka kita perlu pusat
pengembangan kebudayaan sebagai fasilitas pengembangan kebudayaan. Dalam hal ini
Taman Budaya mempunyai potensi yang besar sebagai objek wisata seni dan budaya.
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
35
Fungsi yang dimiliki taman budaya dalam tugasnya melaksanakan pengembangan
kebudayaan daerah adalah melaksanakan kegiatan kebudayaan dalam rangka
meningkatkan apresiasi dan kreativitas seni oleh dan untuk masyarakat dan juga
melaksanakan kegiatan sebagai pusat informasi di bidang kebudayaan.
2.3 Fungsi Taman Budaya
Menurut keputusan Menteri Depdikbud No. 0221/0/1991, Pusat Kebudayaan
sebagai unit pelaksana teknis kebudayaan memiliki fungsi :
• Mengadakan kegiatan pengolahan dan eksperimentasi karya seni.
• Mengadakan pameran dan pergelaran seni.
• Mengadakan ceramah, temu karya, lokakarya, dokumentasi, publikasi dan
informasi seni.
• Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Kebudayaan.
Taman Budaya sebagai fasilitas publik memiliki fungsi :
• Menunjang keberadaan pusat komunitas kota (civic center)
• Menampung aktivitas seni dan budaya tradisional maupun kontemporer.
• Menampung potensi kreativitas masyarakat dalam bidang seni dan
budaya.
• Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
• Tempat diselenggarakannya kegiatan festival budaya
• Tempat atraksi wisata budaya bagi wisatawan.
2.4 Latar Belakang Perancangan Taman Budaya
2.4.1 Perluasan otonomi
Memberikan peluang besar bagi daerah untuk mengurus rumah tangganya,
dituntut untuk dapat menggali dan mengembangkan potensi daerah melalui sektor
pariwisata. Kegiatan pariwisata menciptakan kebutuhan, baik permintaan konsumsi
maupun permintaan investasi yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegiatan produksi
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
36
barang dan jasa meningkat. Didorong dinamika dunia pariwisata yang menghendaki
inovasi bentuk pelayanan pariwisata baru, maka diperlukan sebuah konsep
kesinambungan perencanaan kawasan pariwisata. Paradigma parawisata baru yang
beerorientasi pada skala kecil, menawarkan pelayanan sekaligus persahabatan dengan
mengangkat potensi alam dan budaya masyarakat sekitar sekaligus mengikutsertakan
masyarakat setempat sebagai subjek sekaligus objek yang ikut mengendalikan dan
menjadi bagian dari manajemen dan proses wisata yang bersangkutan.
2.4.2 Konservasi Budaya
W.S. Rendra dalam Kongres Kebudayaan IV di Jakarta, 29 Oktober - 3
November 1991, mengemukakan bahwa setidaknya ada tujuh daya hidup yang harus
dimiliki oleh sebuah kebudayaan. Pertama, kemampuan bernapas. Kedua, kemampuan
mencerna. Ketiga, kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi. Keempat, kemampuan
beradaptasi. Kelima, kemampuan mobilitas. Keenam, kemampuan tumbuh dan
berkembang. Ketujuh, kemampuan regenerasi.8
Kemampuan bernapas dalam kebudayaan dimaknai sebagai kemampuan
untuk mengolah hawa menjadi prana, menjaga kebersihan udara, mengharmonikan
kegiatan kehidupan dengan irama nafas, serta menghilangkan hal-hal yang menimbulkan
ketegangan pada pikiran yang berarti menimbulkan kesesakan pada nafas kehidupan.
Kemampuan mencerna dimaknai sebagai kemampuan untuk mencernakan berbagai
pengalaman dalam kehidupan. Kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi dimaknai
sebagai kemampuan berinteraksi secara sosial.
Kemampuan beradaptasi dimaknai sebagai kemampuan kesadaran untuk
secara kreatif mengatasi tantangan keadaan, tantangan zaman, dan tantangan berbagai
ragam pergaulan. Kemampuan mobilitas dimaknai sebagai kemampuan untuk dengan
kreatif menciptakan mobilitas sosial, politik, dan ekonomi, baik yang bersifat horizontal
maupun vertikal.
8 Ibid
LAPORAN TUGAS AKHIR TAMAN BUDAYA SUNDA RIZKY SUCI AMMALIA/17303036
37
Kemampuan tumbuh dan berkembang diartikan sebagai kemampuan
kesadaran untuk selalu maju, selalu bertambah luas, dan dalam wawasannya selalu
menawarkan paradigma-paradigma yang segar dan baru. Kemampuan regenerasi
dimaknai sebagai kemampuan untuk mendorong munculnya generasi baru yang kreatif
dan produktif.