BAB II LANDASAN TEORI · Menurut Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam Kartono (2013:37),...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI · Menurut Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam Kartono (2013:37),...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Ilmu kepemimpinan telah semakin berkembang seiring dengan dinamika
perkembangan hidup manusia. Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih
dalam, ada beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
Menurut Fahmi (2014:15) “Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang
mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan
mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang
direncanakan”.
Menurut Komang Ardana dkk (2009:89) “Kepemimpinan adalah salah satu
topik perilaku organisasi yang sangat banyak mendapat perhatian”.
Menurut Kartono (2013:2), menyatakan bahwa “kepemimpinan merupakan
cabang dari sekelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi negara”.
Menurut George R. Terry dalam Kartono (2013:57) “Kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan
kelompok”.
9
2.1.2. Syarat-syarat Kepemimpinan
Menurut Earl Nightingale dan Whitt Schult dalam Kartono (2013:37), syarat-
syarat kepemimpinan yang harus dimiliki ialah:
1. Kemandiriaan, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism).
2. Besar rasa ingin tahu, dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda (corius).
3. Multiterampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
4. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
5. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
6. Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi.
7. Sabar namun ulet, serta tidak “mandek” berhenti.
8. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
9. Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
10. Berjiwa wirswasta.
11. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat, serta
berani mengambil risiko.
12. Tajam firasatnya, tajam, dan adil pertimbanganya.
13. Berpengetahuan luas, dan haus akan ilmu pengetahuan.
10
14. Memiliki motivasi tinggi, dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang ingin
dicapai, dibimbing oleh idialisme tinggi.
15. Punya imajinasi yang tinggi, daya kombinasi, dan daya inovasi.
2.1.3. Ciri-Ciri Pemimpin
Untuk mewujudkan seseorang menjadi pemimpin yang ideal dibutuhkan
syarat-syarat yang tergambarkan dalam bentuk ciri-ciri yang dimiliki. Menurut Fahmi
(2014:19) ada beberapa ciri-ciri untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu:
1. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan zamannya. Artinya kompetensi yang
dimilikinya sangat berguna untuk diterapkan pada saat itu, dan kompetensi
tersebut diakui oleh banyak pihak serta pakar khususnya.
2. Memahami setiap permasalahan secara lebih dalam dibandingkan dengan orang
lain, serta mampu memberikan keputusan terhadap permasalahan tersebut.
3. Mampu menerapkan konsep “the right man and the right place” secara tepat dan
baik. The right man and the right place adalah menempatkan orang sesuai dengan
tempatnya dan kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya. Artinya pemimpin
adalah yang bisa melihat setiap potensi yang dimiliki oleh seseorang dan
menempatkan potensi tersebut sesuai pada tempatnya.
Menurut George R. Terry dalam Fahmi (2014:19) mengemukakan delapan ciri
dari pemimpin, yaitu:
11
1. Energi ialah mempunyai kekuatan mental dan fisik.
2. Stabilitas emosi ialah seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek
terhadap bawahannya, ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri sendiri
harus cukup besar.
3. Human Relationship ialah mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia.
4. Personal Motivation ialah keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar, dan
dapat memotivasi diri.
5. Communication Skill ialah mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi.
6. Teaching Skill ialah mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan, dan
mengembangkan bawahannya.
7. Social Skill ialah mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin
kepercayaan dan kesetiaan bawahannya. Ia harus suka menolong, senang jiwa
bawahannya maju, peramah serta luwes dalam pergaulan.
8. Technical Competent ialah mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan,
mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan dan mampu
menyusun konsep.
2.1.4. Nilai-nilai Kepemimpinan
Menurut Guth dan Taguiri dalam Fahmi (2014:23) nilai-nilai yang dimiliki
oleh pemimpin, yaitu:
1. Teoritik yaitu nilai-nilai yang berhubungan dengan usaha mencari kebenaran dan
mencari pembenaran secara rasional.
12
2. Ekonomis yaitu yang tertarik pada aspek-aspek kehidupan yang penuh keindahan,
menikmati setiap peristiwa untuk kepentingan sendiri.
3. Sosial, Menaruh belas kasihan pada orang lain, simpati, tidak mementingkan diri
sendiri.
4. Politis, Beriorentasi pada kekuasaan dan melihat kompetisi sebagai faktor yang
sangat vital dalam kehidupannya.
5. Religius, selalu menghubungkan setiap aktivitas dengan kekausaan Sang Pencipta.
2.1.5. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan
kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang
membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.
Menurut Thoha (2010:49) “Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku
orang lain seperti yang ia lihat”.
Menurut S. P. Siagian dalam Fahmi (2014:72) lima tipe utama pemimpin,
yaitu:
1) Tipe yang otokratisi atau diktatoral
2) Tipe yang militeristis
3) Tipe yang paternalistis
13
4) Tipe yang laissez faire
5) Tipe yang demokratis atau partisipatif
Ada yang harus dipahami oleh para pemimpin bahwa pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mengerti dengan benar dimana ia meletakan setiap tipe
kepemimpinan tersebut sesuai dengan tempatnya. Dan seorang pemimpin yang tidak
baik adalah pemimpin yang tidak mengerti bagaimana ia harus bersikap. Menurut
Buchari Alma dalam Fahmi (2014:73) tipe pemimpin yaitu:
1. Pemimpin kharismatik
Merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan diikuti oleh para
pengikutnya.
2. Tipe paternalistis
Tipe kepemimpinan ini bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau
sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang.
3. Tipe militeristis
Tipe kepemimpinan ini banyak menggunakan sistem perintah, sistem komando
dari atasan ke bawahan sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar
selalu patuh, penuh acara formalitas.
14
4. Tipe otokratis
Tipe kepemimpinan ini berdasarkan pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak
harus dipatuhi.
5. Tipe laissez faire
Tipe kepemimpinan ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri semua
pekerjaan dan tanggung jawab dilakukan oleh bawahan.
6. Tipe populistis
Tipe kepemimpinan ini mampu menjadi pemimpin rakyat. Dia berpegang pada
nilai-nilai masyarakat tradisional.
7. Pemimpin tipe administrative
Pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
8. Tipe pemimpin demokratis
Tipe pemimpin ini beriorentasi pada manusia dan memberikan bimbingan pada
pengikutnya.
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Suatu organisasi didirikan karena mencapai karena mempunyai tujuan yang
ingin dan harus dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi
15
perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap para pelaku
yang terdapat dalam organisasi. Kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu
organisasi adalak kinerja karyawan, yakni bagaimana ia melakukan segala sesuatu
yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi.
Dua jenis tugas pekerjaan mencakup unsur-unsur penting kinerja: tugas
fungsional dan tugas perilaku. Tugas fungsional berkaitan dengan seberapa baik
seorang karyawan menyelesaikan pekerjaan, termasuk terutama menyelesaikan
aspek-aspek teknis pekerjaan. Tugas perilaku berkaitan dengan seberapa baik
karyawan menangani kegiatan antar personal dengan anggota lain organisasi,
termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja
dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.
Menurut Lawer dan Porter dalam Sutrisno (2010:170) yang menyatakan
bahwa “kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas”.
Menurut Prawirosentono dalam Sutrisno (2010:170) menyatakan bahwa
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yakni memperoleh
keuntungan. Organisasi dapat beroperasi karena kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan oleh para karyawan yang ada didalam organisasi tersebut. Menurut
16
Prawirosentono dalam Sutrisno (2010:176) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan yaitu:
1. Efektivitas dan Efisiensi
Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya
kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Dikatakan efektif bila mencapai
tujuan, dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai
tujuan, terlepas efektif atau tidak. Artinya, efektivitas dari kelompok (organisasi)
bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang
direnanakan. Sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang
dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2. Otoritas dan Tanggung jawab
Masing-masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang
menjadi haknya dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi
akan mendukung kinerja karyawan.
3. Disiplin
Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara
perusahaan dan karyawan. Dengan demikian, bila peraturan atau ketetapan yang
ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering dilanggar, maka karyawan
memiliki disiplin yang buruk. Sebaliknya, bila karyawan tunduk pada ketetapan
perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik. Masalah disiplin
para karyawan yang ada didalam organisasi baik atasan maupun akan memberi
17
corak terhadap kinerja organisasi. Kinerja organisasi akan tercapai, apabila kinerja
individu maupun kinerja kelompok ditingkatkan.
4. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan cara berpikir, kretivitas dalam bentuk ide
untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap
inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan. Dengan
perkataan lain, inisiatif karyawan yang ada didalam organisasi merupakan daya
dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja.
Disini tampak jelas bahwa pengertian kinerja itu lebih sempit sifatnya, yaitu hanya
berkenaan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya.
2.2.3. Penilaian Kinerja
Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yakni memperoleh
keuntungan. Organisasi perusahaan hidup karena aktivitas yang dilakukan oleh para
karyawannya. Sesuai dengan unit kerja yang terdapat dalam organisasi perusahaan,
maka masing-masing unit dinilai kinerjanya, agar kinerja sumber daya manusia yang
terdapat dalam unit dapat dinilai secara objektif.
Oleh karena itu, setiap orang sebagai pelaku yang melaksanakan kegiatan
yang sesuai dengan fungsinya harus dinilai kinerjanya. Pada prinsipnya kinerja unit-
unit organisasi di mana seseorang atau sekelompok orang berada di dalamnya
merupakan pencerminan dari kinerja sumber daya manusia yang bersangkutan.
Untuk mengetahui kinerja karyawan diperlukan kegiatan-kegiatan khusus.
18
Menurut Bernardin dan Russel dalam Sutrisno (2010:179) mengajukan enam kinerja
primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja yaitu:
1. Quality
Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiataan
mendekati tujuan yang diharapkan.
2. Quantity
Merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, unit, dan siklus
kegiatan yang dilakukan.
3. Timeliness
Merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang
dikehendaki, dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang
tersedia untuk kegiatan orang lain.
4. Cost efectiveness
Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi (manusia,
keuangan, teknologi, dan material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi
dan pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.
5. Need for supervision
Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi
pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah
tindakan yang kurang diinginkan.
6. Interpesonal impact
Merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama baik, dan
kerja sama diantara rekan kerja dan bawahan.
19
2.3. Konsep Dasar Operasional Dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-Kisi Operasional Variabel
Kisi-kisi operasional variabel gaya kepemimpinan dan kinerja pegawai yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel X (Gaya kepemimpinan)
Berikut ini adalah indikator yang penulis paparkan dalam variabel gaya
kepemimpinan menurut Buchari Alma dalam Fahmi (2014:73):
Tabel II.1
Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan (Variabel X)
No Dimensi Indikator Pernyataan Butir
Item
1 Gaya
kepemimpinan
kharismatik
Merupakan kekuatan
energi, daya tarik
yang luar biasa yang
akan diikuti oleh para
pengikutnya.
1. Pemimpin selalu
memberikan contoh
sikap yang baik
kepada saya di kantor.
2. Pemimpin selalu
memberikan
bimbingan, arahan,
dan dorongan kepada
bawahan.
1 dan 2
2 Gaya
kepemimpinan
militeristis
Menggunakan sistem
perintah, sitem
komando, dari atasan
kebawahan sifatnya
keras sangat otoriter,
menghendaki
bawahan agar selalu
patuh, penuh acara
formalitas.
3. Pemimpin selalu
memberikan sanksi
tegas terhadap
pegawai yang lalai
dalam pekerjaannya.
4. Pekerjaan pimpinan
dikerjakan/diserahkan
kepada
bawahan/pegawai.
3 dan 4
20
Lanjutan Tabel II.1
No Dimensi Indikator Pernyataan Butir
Item
3 Gaya
kepemimpinan
paternalistis
Melindungi bawahan
sebagai seorang bapak
atau sebagai seorang
ibu yang penuh kasih
sayang.
5. Pemimpin selalu
melakukan hubungan
baik dengan pegawai.
6. Pemimpin dapat
menciptakan suasana
kerja yang kondusif.
5 dan 6
Sumber: Fahmi (Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi, 2014)
2. Variabel Y (Kinerja Pegawai)
Berikut adalah indikator yang penulis gunakan dalam variabel kinerja pegawai
Menurut Bernardin dan Russel dalam Sutrisno (2010:179)
4 Gaya
kepemimpinan
otokratis
Berdasarkan kepada
kekuasaan dan
paksaan yang mutlak
harus dipatuhi.
7. Pemimpin dalam
tindakan
menggunakan
pendekatan yang
menganut unsur
paksaan dan
hukuman.
8. Pemimpin saya
menetapkan apa yang
harus dilakukan dan
bagaimana
menjalankannya.
7 dan 8
5 Gaya
kepemimpinan
laissez faire
Membiarkan bawahan
berbuat semaunya
sendiri semua
pekerjaan dan
tanggung jawab
dilakukan oleh
bawahan.
9. Pemimpin selalu
memberikan
kebebasan kepada
setiap pegawai untuk
memberikan ide-
idenya.
10. Pemimpin selalu
menghargai setiap
pendapat dari
pegawai.
9 dan
10
21
Tabel II.2
Kisi-kisi Instrumen Kinerja (Variabel Y)
No Dimensi Indikator Pernyataan Butir
Item
1 Quality Tingkat sejauh mana
proses atau hasil
pelaksanaan kegiatan
mendekati
kesempurnaan atau
mendekati tujuan
yang diharapkan
1. Skill yang saya miliki
sesuai dengan
pekerjaan yang saya
kerjakan.
2. Pendidikan dan
pengetahuan saya
sesuai dengan bidang
pengetahuan.
1 dan 2
2 Quantity Jumlah yang
dihasilkan, misalnya
jumlah rupiah, unit,
silkus kegiatan yang
dilakukan.
3. Perusahaan
menetapkan target
kerja dengan penuh
perhitungan.
4. Setiap pekerjaan
dapat diselesaikan
dengan baik dan
rapih.
3 dan 4
3 Timeliness Sejauh mana suatu
kegiatan diselesaikan
pada waktu yang
dikehendaki, dengan
memperhatikan
koordinasi output lain
serta waktu yang
tersedia untuk
kegiatan orang lain.
5. Saya tidak pernah
menunda-nunda
pekerjaan.
6. Sebagai pegawai,
saya dapat
menyelesaikan
pekerjaan tepat
waktu.
5 dan 6
4 Cost
efectivenees
Tingkat sejauh mana
penggunaan sumber
daya organisasi
(manusia, keuangan,
teknologi, dan
material)
dimaksimalkan untuk
mencapai hasil
tertingi atau
pengurangan kerugian
dari setiap unit
penggunaan sumber
daya.
7. Pegawai dapat
menggunakan sumber
daya seperti teknologi
secara efektif.
8. Pengetahuan yang
dimiliki pegawai atas
berpengaruh tehadap
kinerja persahaan.
7 dan 8
22
Lanjutan Tabel II.2
No Dimensi Indikator Pernyataan Butir
Item
5 Need for
Supervision
Tingkat sejauh mana
seorang pekerja dapat
melaksanakan suatu
fungsi pekerjaan tanpa
memerlukan
pengawasan seorang
supervisor untuk
mencegah tindakan
yang kurang
diinginkan.
9. Arahan seorang
pemimpin
berpengaruh terhadap
kinerja pegawai.
10. Perlu adanya
pengawasan terhadap
pelaksanaan kinerja
pegawai.
9 dan
10
Sumber: Sutrisno (Budaya Organisasi, 2010)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas dikatakan sebagai kekuatan kesimpulan, inferensi, atau proposi dari
hasil riset yang sudah kita lakukan yang mendekati kebenaran. Berikut ini adalah
pengertian validitas menurut pendapat beberapa ahli yaitu:
Menurut Cook dan Campbell dalam Sarwono (2015:247), “Validitas sebagai
kondisi yang mendekati kebenaran atau kesalahan yang terdapat dalam inferensi,
proporsi, atau kesimpulan”.
Menurut Worthen, et al. dalam Sarwono (2015:247), menyatakan bahwa
validitas ialah tingkatan dimana pengukuran mencapai tujuan dimana pengukuran
tersebut digunakan.
23
2. Uji Instrumen Reliabilitas.
Reliabilitas dikatakan sebagai adanya konsistensi hasil pengukuran hal yang
sama jika dilakukan dalam konteks waktu yang berbeda. Berikut ini adalah
pengertian reliabilitas menurut pendapat beberapa ahli yaitu:
Menurut Mehrens dan Lehman dalam Sarwono (2015:248), “Reliabilitas
merupakan tingkat konsistensi antara dua pengukuran terhadap hal yang sama”.
Menurut Worthen, et al. dalam Sarwono (2015:248), Reliabilitas merupakan
pengukuran stabilitas, ketergantungan, dan kepercayaan serta konsistensi suatu tes
dalam mengukur hal yang sama di waktu yang berbeda”.
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Dalam penelitian Tugas Akhir ini, penulis menggunakan beberapa teknik
perhitungan yang bersumber dari buku karangan Sugiyono yang berjudul “Metode
Penelitian Administrasi” dan untuk hasil perhitungan, penulis menggunakan
perhitungan secara manual dan SPSS versi 22 untuk bahan perbandingan
1. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2012:117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
24
Berdasarkan teori Roscoe dalam Sugiono (2011:102) memberikan saran-saran
tentang ukuran sampel untuk penelitian yaitu ukuran sampel yang layak dalam
penelitian adalah antara 30 s/d 500. Penulis menggunakan sampel jenuh untuk
menentukan jumlah sampel yang digunakan, sampel yang penulis ambil sebanyak 46
responden.
2. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial ini telah ditetapkan secara
spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel II.3
Skor Nilai Pengukuran Item Peryataan Kuesioner Skala Likert
No Jawaban Nilai
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-Ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2011:108)
25
3. Uji Koefisien Korelasi
Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan memberi
interpretasi terhadap kuatnya hubungan dua variabel itu yaitu hubungan antara gaya
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. Berikut ini adalah rumus yang digunakan
untuk mencari koefisien korelasi Sugiyono (2011:212), yaitu:
Keterangan:
n= Responden
r= Koefisien Korelasi
X= Jumlah variabel bebas , yaitu gaya kepemimpinan
Y= Jumlah variabel terkait, yaitu kinerja
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang
tertera pada table II.4 sebagai berikut:
Tabel II.4
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2011:214)
rxy = n∑xy- (∑x).(∑y)
√{n∑x2-(∑x)2}{n∑y2-(∑y)2}
26
4. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
gaya kepemimpinan terhadap kiinerja pegawai digunakan koefisien determinasi
dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan dan
selanjutnya dikalikan 100%, dengan demikian rumusnya:
Keterangan:
r = Koefisien Korelasi
5. Persamaan Regresi
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu
variabel independen dengan satu variabel dependen persamaan umum regresi linier
sederhana adalah:
Keterangan:
Y= Subyek/nilai dalam variabel dependen yang dipredisikan.
a= Harga Y bila X= 0 (harga konstan).
b= Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
indenpenden. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X= Subyek pada variabel indenpenden yang mempunyai nilai tertentu.
KD = r2 x 100%
Y = a + bX