BAB II LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - BINA NUSANTARA | Library ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Manfaat Manajemen Keuangan Dalam
Perusahaan.
Manajemen Keuangan merupakan salah satu fungsi yang penting (strategik)
bagi keberhasilan perusahaan. Hampir semua kejadian penting dalam perusahaan
mengandung aspek keuangan, misalnya keputusan mengenai penambahan suatu lini
produk baru, memperluas kapasitas, menambah mesin pabrik, menjual tambahan
surat berharga, mengadakan perjanjian leasing, pembagian dividen, dan membeli
kembali saham perusahaan. Semuanya merupakan contoh peristiwa yang tidak
terlepas dari aspek keuangan.
Pengelolaan dana suatu perusahaan sangatlah penting artinya agar dapat
digunakan sesuai kebutuhan. Bukanlah hal yang mustahil kalau ada suatu perusahaan
yang dapat meningkatkan penjualan, tetapi mengalami kesulitan uang karena arus kas
masuk yang diterimanya tidak mencukupi untuk membeli bahan baku atau membayar
hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo.
Dengan demikian berarti seorang manajer keuangan harus dapat melihat
lebih jauh dan merencanakan tindakan yang diambil untuk memenuhi kebutuhan dana
dalam melaksanakan kegiatan perusahaan secara keseluruhan.
Berikut ini penulis akan mengemukakan pengertian Manajemen Keuangan
menurut Husnan (2002), dalam bukunya Dasar – Dasar Manajemen Keuangan,
“Manajemen Keuangan didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh dana dan
menggunakan dana dengan tujuan untuk meningkatkan dan memaksimalkan nilai
perusahaan”.
Secara umum fungsi manajer keuangan adalah merencanakan, mencari dan
memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi (daya
guna operasi perusahaan). Untuk itu diperlukan suatu rencana yang tepat sehingga
manajer dapat memperoleh dan mengalokasikan dana secara efisien. Manajer dapat
memproyeksikan arus kas tersebut terhadap kondisi keuangan. Dana yang diperoleh
oleh manajer keuangan dapat bersumber baik dari dalam maupun dari luar
perusahaan.
Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dan
menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut disebut pembelanjaan perusahaan
dalam artian yang luas (business finance) atau manajemen keuangan (financial
management). Sedangkan pembelanjaan dalam artian yang sempit adalah aktivitas
yang hanya bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana saja yang sering juga
dinamakan pembelanjaan pasif atau pendanaan (financing).
2.2. Pembelanjaan Perusahaan
Fungsi Pembelanjaan Perusahaan meliputi :
1. Fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana (use/allocation of funds).
Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan
aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Efisiensi penggunaan dana
secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang
dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Dengan demikian maka
manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana harus selalu
mencari alternatif investasi untuk kemudian dianalisa. Dari hasil analisa tersebut
diambil keputusan investasi mana yang akan dipilih.
2. Fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan (financing, obtaining
of funds).
Dalam hal ini manajemen keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat
memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat
yang paling menguntungkan. Manajer keuangan harus mempertimbangkan
dengan cermat sifat dan biaya dari masing – masing sumber dana yang akan
dipilih karena masing – masing sumber dana mempunyai konsekuensi finansial
yang berbeda – beda.
2.3. Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai
operasinya sehari – hari, misalkan untuk memberikan uang muka pembelian bahan
mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan lain sebagainya, di mana uang atau
dana yang dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam
perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang
yang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi
untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan
terus menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.
Pengertian modal kerja (Riyanto, 2001) dapat dikemukakan dalam beberapa
konsep :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur
aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar dan
kembali dalam bentuk semula atau di mana dana yang tertanam di dalamnya
akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.
2. Konsep Kualitatif
Pada konsep ini modal kerja hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah aktiva
lancar saja, maka pada kondep kualitatif ini pengertian modal kerja juga
dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus dibayar.
Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari
aktiva lancar yang benar – benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan
aktiva lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering
disebut modal kerja neto (net working capital).
3. Konsep Fungsional
Dasar konsep ini adalah fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap
dana yang digunakan dalam perusahaan adalah untuk menghasilkan pendapatan.
Ada sebagian dana yang digunakan pada periode akunting tertentu dapat
seluruhnya menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan
ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak
seluruhnya digunakan untuk menghasilkan current income. Dengan demikian,
modal kerja menurut konsep fungsional terdiri dari: kas, piutang usaha
(berdasarkan cost), persediaan, depresiasi aktiva tetap untuk periode yang
bersangkutan. Sedangkan surat – surat berharga (investasi sementara) dan marjin
piutang usaha, merupakan modal kerja potensial.
2.4. Jenis - jenis Modal Kerja
Jenis – jenis modal kerja menurut W. B. Taylor (Sawir,2001) dapat
digolongkan menjadi :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha.
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Jumlah kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi
yang normal. Pengertian “normal” di sini adalah dalam artian yang dinamis.
Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata – rata per
bulannya mempunyai produksi 1000 unit. Apabila kemudian ternyata bahwa
selama 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi rata – rata per bulannya 2000
unit, maka luas produksi normalnya di sinipun berubah menjadi 2000 unit.
2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah sesuai dengan perubahan keadaan,
dan modal kerja ini dibedakan antara :
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah disebabkan karena fluktuasi
musim.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah – ubah disebabkan karena fluktuasi
konjungtur.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang besarnya berubah – ubah karena adanya keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya misal adanya pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak.
2.5. Jenis Perkiraan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan
Asuransi
Dalam neraca perusahaan asuransi ada perbedaan pos – pos perkiraan
dibandingkan dengan perusahaan dagang. Perbedaan tersebut antara lain pada
perkiraan tersebut di bawah ini (PSAK, 2002) :
1. Investasi
Lazimnya dalam bidang usaha asuransi kerugian, investasi (penyertaan)
merupakan salah satu kegiatan pengelolaan keuangan yang utama di luar usaha
asuransi. Dengan demikian perkiraan ini disajikan pada urutan pertama pada
aktiva, namun demikian bukanlah merupakan suatu keharusan. Investasi
ditujukan antara lain untuk :
- memperoleh keuntungan
- menjamin solvabilitas perusahaan
- menunjang kegiatan operasional asuransi
Investasi dapat merupakan investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Piutang
Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan menjadi dua kategori yaitu
piutang underwriting dan piutang non underwriting. Piutang underwriting terdiri
dari piutang premi dan piutang reasuransi.
a. Piutang Premi
Piutang Premi adalah tagihan premi kepada tertanggung / agen / broker, dan
perusahaaan asuransi (ceding company) sebagai akibat adanya transaksi
asuransi.
b. Piutang Reasuransi
Piutang reasuransi timbul dari kompensasi hutang piutang kepada reasuradur
sehubungan dengan kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi
komisi dan klaim reasuransi.
c. Piutang Non Underwriting
Piutang Non Underwriting (piutang lain-lain) adalah piutang yang timbul di
luar transaksi operasi asuransi seperti piutang pegawai, piutang bunga, dan
lainnya.
3. Kewajiban
a. Hutang Klaim
Hutang Klaim adalah hutang yang timbul sehubungan dengan adanya
persetujuan atas klaim yang diajukan oleh tertanggung / perusahaan asuransi
(ceding company) yang belum dibayar oleh perusahaan. Hutang klaim diakui
dan dicatat pada saat klaim disetujui untuk dibayar (claim settled).
b. Hutang Reasuransi
Hutang Reasuransi adalah hutang kepada reasuradur yang timbul sehubungan
dengan kewajiban membayar premi reasuransi setelah dikurangi dengan
komisi reasuransi dan klaim reasuransi.
c. Hutang komisi
Hutang komisi adalah hutang yang timbul sehubungan dengan terjadinya
penutupan asuransi.
d. Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan
Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan (Unearned Premium) diakui dan
dicatat pada tanggal neraca yang besarnya ditetapkan berdasarkan estimasi
sesuai dengan metode yang digunakan.
Premi yang belum merupakan pendapatan dibentuk dan dihitung secara
berkala pada akhir periode buku atau merupakan pendapatan premi yang
ditangguhkan pengakuannya.
e. Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri
Estimasi Klaim Tanggungan Sendiri diakui dan dicatat pada tanggal neraca
yang besarnya berdasarkan estimasi jumlah kerugian yang menjadi kewajiban
perusahaan.
Estimasi klaim tanggungan sendiri yang dihitung / dibentuk secara berkala
pada akhir periode buku atau merupakan klaim yang dilaporkan dan telah
dicatat perusahaan, tetapi belum diselesaikan (ditetapkan) ganti ruginya.
2.6. Analisa Sumber - Sumber dan Penggunaan Dana
Sebagai langkah pertama dalam analisa sumber – sumber dan penggunaan
dana adalah penyusunan “Laporan perubahan Neraca” yang disusun atas dua neraca
dari dua saat atau titik waktu. Laporan tersebut menggambarkan perubahan dari
masing – masing elemen tersebut mencerminkan adanya sumber atau penggunaan
dana. Pengertian dana yang digunakan dalam analisis sumber - sumber dan
penggunaan dana tersebut dapat dalam artian yang sempit yaitu “Kas” atau dalam
artian yang lebih luas, yaitu sebagai “Modal Kerja”. Pengertian mana yang akan
digunakan dalam analisa sumber – sumber dan penggunaan dana itu tergantung
kepada kebutuhan kita sendiri, yaitu apa yang ingin kita analisa.
1. Dana dalam Aliran Kas.
Menurut pengertian ini dana diartikan sebagai kas. Dalam komponen aktiva,
kas merupakan elemen aktiva yang paling likuid.
Adapun perubahan – perubahan dari elemen – elemen neraca antara dua saat
yang efeknya memperbesar Kas dan ini dikatakan sebagai sumber – sumber dana
adalah sebagai berikut :
a. Berkurangnya aktiva lancar selain Kas.
b. Berkurangnya aktiva tetap.
c. Bertambahnya setiap jenis utang.
d. Bertambahnya modal.
e. Adanya keuntungan dari operasinya perusahaan.
Berkurangnya aktiva lancar selain Kas.
Berkurang aktiva lancar selain Kas berarti bertambahnya dana atau Kas.
Berkurangnya barang (inventory) dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan
hasil penjualan itu merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan itu.
Berkurangnya piutang berarti bahwa piutang itu telah dibayar dan penerimaan
piutang merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang
bersangkutan. Demikian pula berkurangnya surat – surat berharga atau Efek berarti
bahwa efek itu terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana atau kas
bagi perusahaan tersebut.
Berkurangnya aktiva tetap
Sepertinya halnya berkurangnya aktiva lancar, berkurangnya aktiva tetap
pun merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan yang bersangkutan.
Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual
dan hasil penjualannya merupakan sumber dana. Berkurangnya aktiva tetap neto
tersebut berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan dan depresiasi
dalam tahun yang bersangkutan dan depresiasi inipun merupakan sumber dana.
Bertambahnya setiap jenis utang
Bertambahnya utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang
merupakan sumber dana. Bertambahnya utang berarti adanya tambahan dana yang
diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.
Bertambahnya Modal
Bertambahnya modal misalnya disebabkan karena adanya emisi saham baru,
dan hasil penjualan saham baru itu merupakan sumber dana.
Adanya keuntungan dari operasinya perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti
bahwa ada tambahan dana bagi perusahaan yang bersangkutan.
Adapun perubahan – perubahan yang efeknya memperkecil dana atau Kas
dan itu dikatakan sebagai penggunaan dana dapatlah disebutkan sebagai berikut :
a. Bertambahnya aktiva lancar selain Kas.
b. Bertambahnya aktiva tetap.
c. Berkurangnya setiap jenis utang.
d. Berkurangnya modal.
e. Pembayaran cash dividend.
f. Adanya kerugian
Bertambahnya aktiva lancar selain Kas
Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang, dan
pembelian barang membutuhkan dana. Dengan demikian penambahan aktiva lancar
merupakan penggunaan dana.
Bertambahnya aktiva tetap
Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian
aktiva tetap, dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana.
Berkurangnya utang
Berkurangnya utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang dapat
terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur utangnya. Pembayaran
kembali utang berarti penggunaan dana.
Berkurangnya modal
Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil
kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan. Berkurangnya
modal berarti berkurangnya dana. Ini berarti bahwa pengurangan modal itu
merupakan penggunaan dana. Dalam P.T. pembelian kembali saham pun merupakan
penggunaan dana.
Pembayaran cash dividend
Pembayaran cash dividend jelas merupakan penggunaan dana. Cash
dividend dibayarkan dari keuntungan neto sesudah pajak.
Adanya kerugian karena operasi perusahaan
Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat disertai dengan
berkurangnya aktiva atau bertambahnya utang. Sebenarnya bertambahnya utang
merupakan sumber dana, tetapi dengan adanya kerugian, tambahan dana tersebut
digunakan untuk menutup kerugian. Dengan demikian maka adanya kerugian
merupakan penggunaan dana.
2. Dana dalam Artian Modal Kerja.
Modal kerja di sini adalah dalam artian neto yaitu kelebihan aktiva lancar di
atas utang lancar. Dalam laporan sumber – sumber dan penggunaan modal kerja tidak
tercantum di dalamnya sumber – sumber dari penggunaan dana yang berasal dari
unsur – unsur modal kerja sendiri, karena perubahan – perubahan yang hanya
menyangkut unsur – unsur Aktiva Lancar dan Utang Lancar saja, kedua accounts
tersebut disebut “Current Accounts” .
Analisa sumber – sumber dan penggunaan dana (baik dalam artian Kas
maupun dalam artian modal kerja) tidak hanya dilakukan terhadap waktu yang lalu
saja, tetapi juga penting dilakukan terhadap laporan yang diproyeksikan untuk
periode yang akan datang (projected statement of sources and uses of funds). Analisa
terhadap “projected statement of sources and uses of funds” tersebut dimaksudkan
untuk menilai kebijakan perusahaan yang bersangkutan dalam penggunaan dana dan
cara mendapatkannya dana untuk periode yang mendatang.
2.7. Modal Kerja Perusahaan Asuransi
Perusahaan asuransi (baik asuransi jiwa maupun kerugian) tergolong dalam
bidang produksi jasa. Dengan demikian maka dalam komponen aktiva lancar
perusahaan, tidak diperlukan elemen aktiva lancar yang berupa persediaan barang
sebagai hasil produksi. Dengan sendirinya modal kerja yang diperlukan berupa kas,
piutang, biaya dibayar dimuka, investasi. Karena itu jika dibandingkan dengan
perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi barang, memang secara relatif
kebutuhan modal kerja perusahaan asuransi lebih kecil. Elemen aktiva lancar yang
diperlukan lebih sedikit. Dengan perkataan lain bahwa lebih kecil di sini bukan dari
segi jumlah (secara mutlak) namun dari segi jenis elemen yang dibutuhkan dalam
modal kerja.
Pada umumnya, sumber modal kerja suatu perusahaan asuransi dapat berasal
dari :
1. Hasil operasi perusahaan.
Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung
dengan cara menganalisa laporan perhitungan laba (rugi). Laba perusahaan yang
tidak diambil (Laba ditahan) oleh pemilik perusahaan akan memperbesar modal
kerja perusahaan yang bersangkutan. Dalam perusahaan asuransi, sumber dana
yang paling besar didapat dari penjualan premi asuransi (premi bruto). Perlu
dicatat bahwa biaya operasi perusahaan yang tunai akan mengurangi modal kerja.
Sedangkan biaya operasi perusahaan yang tidak tunai (penyusutan, amortisasi,
diskonto, dan sebagainya) pada periode yang bersangkutan tidak memerlukan
pengeluaran uang, sehingga pada periode tersebut tidak mengurangi /
menggunakan modal kerja.
2. Keuntungan penjualan surat berharga
Surat berharga merupakan unsur aktiva lancar. Jika surat berharga yang dimiliki
perusahaan kemudian dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada harga
perolehannya, maka keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan sumber
modal kerja.
3. Penjualan aktiva tetap
Dengan adanya hasil penjualan aktiva tetap yang tidak digunakan untuk membeli
pengganti aktiva tersebut maka akan menambah modal kerja perusahaan.
4. Penjualan saham atau obligasi
Jika perusahaan membutuhkan tambahan modal kerja, maka manajemen dapat
mengambil langkah / keputusan dengan cara mengeluarkan saham baru ataupun
dapat menjual obligasi. Keduanya merupakan sumber modal kerja. Namun
karena obligasi mengandung resiko lebih besar yaitu beban tetap berupa bunga
maka penerbitan saham dipandang dari sudut resiko lebih memungkinkan dan
menguntungkan.
2.8. Proyeksi Kebutuhan Dana
Salah satu tugas pokok manajer keuangan adalah menyusun perencanaan,
baik yang berkaitan dengan kebutuhan dana maupun alokasinya. Pada sisi lain,
perencanaan diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan / program yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Dengan menunjuk elemen – elemen rencana perusahaan, tampak bahwa
dana yang berasal dari hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Namun dalam
frekuensi yang rendah (hanya sesekali). Penerbitan saham / pengeluaran surat
berharga (dana jangka panjang) akan memperkecil biaya per Rupiah yang
dikeluarkan. Jika dikaitkan efisiensi perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, maka
perencanaan / proyeksi kebutuhan dana merupakan hal yang sangat penting artinya
bagi perusahaan. Oleh karena itu setiap manajer keuangan perlu menguasai metode /
konsep peramalan / proyeksi kebutuhan dana secara akurat dan efektif. Kegagalan
manajer keuangan dalam menyusun proyeksi tersebut dapat berpengaruh terhadap
akurasi penggalian sumber dana yang pada akhirnya mengakibatkan pengelolaan
keuangan perusahaan tidak efisien.
1. Perputaran Modal kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan
selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran
modal kerja (working capital turn over period) dimulai dari saat di mana kas
diinvestasikan dalam komponen – komponen modal kerja sampai saat di mana
kembali lagi menjadi kas.
Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau
makin tinggi tingkat perputarannya (turnover ratenya). Berapa lama periode tersebut
berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover
ratenya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada
berapa lama periode perputaran dari masing – masing komponen dari modal kerja
tersebut. Periode perdagangan lebih pendek daripada barang yang mengalami proses
produksi.
2. Proyeksi / Peramalan Kebutuhan Dana.
Untuk keperluan analisis pembahasan lebih lanjut, berikut ini akan
dikemukakan secara singkat metode peramalan kebutuhan dana berdasarkan
prosentase penjualan. Walaupun dasar perhitungan kebutuhan dana menggunakan
ramalan penjualan, namun diasumsikan bahwa nilai ramalan penjualan telah
diketahui sehingga tidak dipersoalkan lebih lanjut. Dalam hubungan ini, pendekatan
yang dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana guna meramalkan
kebutuhan dana, dinyatakan dalam prosentase penjualan yang diinvestasikan pada
masing – masing perkiraan dalam neraca. Penentuan kebutuhan dana yang diperlukan
dari luar perusahaan ditentukan dengan formula (Supranto,2001) sebagai berikut :
Kebutuhan dana A B dari luar = (DTR) - (DTR) - b . m (TR2) TR TR
A = Aktiva
B = Hutang
TR = Premi Bruto = Penjualan premi asuransi.
TR2 = Proyeksi penjualan premi tahun ke n.
DTR = Perubahan Premi Bruto. A = Aktiva dibagi dengan Premi Bruto.
TR B = Hutang dibagi dengan Premi Bruto.
TR
m = Net Underwriting Income
Premi Bruto
b = Laba ditahan
Total Laba
Metode Kuadrat Minimum (Least Square Method)
Implementasi metode prosentase penjualan dalam rangka menghitung jumlah
kebutuhan dana, memerlukan prediksi / proyeksi penjualan untuk tahun yang
akan datang. Atas dasar prediksi tersebut, kebutuhan dana yang diperlukan dari
luar dapat dihitung dengan menggunakan metode prosentase penjualan yang
dimaksud.
Dalam rangka menghitung / memprediksi hasil penjualan, dapat digunakan trend
linier dengan metode kuadrat minimum (least square method) dengan formula
sebagai berikut :
Y = a + bx
Dengan ketentuan :
Y = Pendapatan Premi pada tahun yang diproyeksikan.
Σ Yi a = n Yi = Pendapatan premi dari tahun lalu yang digunakan sebagai dasar
peramalan.
n = Jumlah tahun yang digunakan dari jumlah total pendapatan
premi sebagai dasar peramalan.
Σ (Ui . Yi) b = Σ ( Ui)² Ui = Code assigned to the midpoints. (Kode atau angka yang
dihubungkan dengan nilai tengah).
x = Variabel jarak jumlah tahun yang menghubungkan nilai tengah
tahun pendapatan premi dengan tahun yang diproyeksikan.
2.9. Risk Based Capital dan Penilaian Terhadap Perusahaan
Asuransi Kerugian.
Menurut hasil Biro Riset Info Bank, ada 10 kelompok rasio keuangan yang
digunakan untuk menilai bagus tidaknya perusahaan asuransi umum atau kerugian.
(Info Bank, 2002).
1. Rasio Risk Based Capital (RBC) untuk tahun 2001 pemerintah menetapkan
standar terbaik di atas atau sama dengan 40% tetapi untuk akhir tahun 2002
pemerintah menetapkan standar rasio risk based capital diatas atau sama
dengan 75% dan untuk akhir tahun 2003 pemerintah menetapkan standar rasio
risk based capital diatas atau sama dengan 100%. (Info Bank, 2002 dan
Kompas, 2003). Rasio ini untuk melihat tingkat solvensi perusahaan asuransi.
Apakah perusahaan itu mampu menanggung segala resiko klaim ? (Bobot
10%).
2. Rasio likuiditas dan rasio deposito wajib terhadap cadangan teknis. Rasio ini
untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar tagihan lancarnya.
Intinya dari rasio ini akan kelihatan tingkat likuiditas perusahaan. Rasio
terbaik likuiditas harus sama dengan atau lebih besar dari 120% dan rasio
deposito wajib terhadap cadangan teknis harus sama atau di atas 5%. (Masing
- masing bobotnya 5%).
3. Rasio cadangan teknis terhadap aktiva lancar serta rasio penjumlahan
cadangan teknis dan modal sendiri terhadap pendapatan premi neto. Kedua
rasio ini intinya digunakan untuk melihat kecukupan cadangan teknis terhadap
kekayaan lancar. Standar terbaik rasio pertama harus kurang dari 100%.
Sedangkan terbaik rasio kedua harus di atas 150%. (Masing – masing
bobotnya 5%).
4. Rasio cadangan premi terhadap premi neto retensi sendiri. Rasio ini untuk
mengetahui bagian dari premi resiko sendiri yang disahkan sebagai cadangan.
Ukuran terbaiknya adalah diatas 40%. (Bobot 10%).
5. Perubahan pendapatan premi bruto dengan ukuran rata – rata terbaik di atas
atau sama dengan 20%. Pertumbuhan ini untuk mengukur perkembangan
pendapatan premi bruto. (Bobot 10%).
6. Rasio premi retensi sendiri terhadap modal sendiri. Rasio ini untuk
mengetahui kekuatan modal sendiri terhadap premi resiko sendiri. Nah, bila
mempunyai rasio di bawah 280%, itulah yang terbaik. (Bobot 10%).
7. Rasio beban klaim neto terhadap premi neto. Rasio ini untuk melihat apakah
premi neto mampu menutup beban klaim neto. Rasio terbaiknya adalah
kurang atau sama dengan 65%.(Bobot 10%).
8. Rasio investasi terhadap penjumlahan cadangan teknis dan utang klaim. Rasio
ini untuk menyidik apakah cadangan teknis dan utang klaim bisa
diproduktifkan dalam bentuk investasi dengan standar terbaik di atas atau
sama dengan 100%.(Bobot 10%).
9. Rasio penjumlahan klaim usaha, dan komisi terhadap pendapatan premi neto.
Rasio ini untuk mengetahui apakah biaya – biaya yang dikeluarkan tidak
melebihi pendapatan. Kata lainnya, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi.
Rasio terbaiknya di bawah atau sama dengan 100%.
10. Rasio laba (rugi) sebelum pajak terhadap rata – rata modal sendiri. Rasio ini
untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif terhadap investasi pada
umumnya. Rasio terbaik dipilih di atas atau sama dengan 12 %, yang diambil
dari rata – rata suku bunga deposito satu tahun. (Bobot 10%).
Nah, setelah diperoleh angka dari 10 kelompok rasio itu, Biro Riset Info
Bank masuk pada tahap pemberian nilai terhadap masing – masing ratio. Perusahaan
yang masuk kriteria rasio ideal akan diberi skor 10 untuk masing – masing kelompok
rasio. Perusahaan yang tidak mencapai rasio terbaik atau ideal diberi skor 0 sampai
dengan 9,9, bergantung pada posisi setiap rasio. Misalnya, skor rasio likuiditas
asuransi X yang 100% tentu berbeda dengan skor asuransi Y yang 50%.
Langkah berikutnya adalah penjumlahan nilai setiap rasio itu. Setelah jumlah
nilai diketahui, barulah disematkan predikat. Rentang jumlah penyematan predikat
tersebut 0-100. Nilai 81 sampai dengan 100 mendapat predikat “sangat bagus”, 66
sampai dengan kurang dari 81 “bagus”, 51 sampai dengan kurang 66 “cukup bagus”,
0 sampai dengan kurang dari 51 “tidak bagus”.
Jika ada nilai total yang sama, yang akan membedakannya adalah posisi
RBC. Kalau rasio itu pun masih sama, pembedanya adalah tingkat likuiditas.