BAB II LANDASAN TEORI A. Komite Sekolah 1. Pengertian...

29
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Komite Sekolah 1. Pengertian Komite Sekolah Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada jalur pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. 1 Komite sekolah dapat juga diartikan suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan. 2 Komite sekolah terdiri dari unsur masyarakat yang dapat berasal dari perwakilan orang tua/wali murid berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis, tokoh masyarakat, anggota masyarakat yang mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan, tokoh pendidikan, dunia usaha/industri, organisasi profesi 1 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 90. 2 Misbah, “Peran dan Fungsi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”, Insania, Vol.14 No.1 (Jan-April, 2009), 3.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Komite Sekolah 1. Pengertian...

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Komite Sekolah

    1. Pengertian Komite Sekolah

    Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran

    serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan

    efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada jalur

    pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur

    pendidikan luar sekolah.1

    Komite sekolah dapat juga diartikan suatu badan atau lembaga

    non profit dan non politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang

    demokratis oleh para stakeholder pendidikan pada tingkat satuan

    pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung

    jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.2

    Komite sekolah terdiri dari unsur masyarakat yang dapat

    berasal dari perwakilan orang tua/wali murid berdasarkan jenjang kelas

    yang dipilih secara demokratis, tokoh masyarakat, anggota masyarakat

    yang mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan,

    tokoh pendidikan, dunia usaha/industri, organisasi profesi

    1 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 90.

    2 Misbah, “Peran dan Fungsi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”, Insania,

    Vol.14 No.1 (Jan-April, 2009), 3.

  • 14

    tenagapendidikan/guru, wakil alumni, dan wakil dari siswa (khusus

    untuk SLTA).3

    Anggota komite sekolah yang berasal dari unsur dewan guru,

    yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan

    Desa sebanyak-banyaknya berjumlah tiga orang.

    Jumlah dari anggota komite sekolah sekurang-kurangnya

    sembilan orang dan jumlahnya harus ganjil. Adapun syarat-syarat, hak

    dan kewajiban, serta masa keanggotaan komite sekolah ditetapkan

    dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

    Sebelum terbentuknya komite sekolah, lebih dahulu kita

    mengenal istilah BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan)

    pada tiap-tiap sekolah dan juga POMG (Persatuan Orang tua Murid

    dan Guru).

    2. Kedudukan Komite Sekolah

    Komite sekolah berkedudukan pada satuan pendidikan

    sekolah, pada seluruh jenjang pendidikan, pendidikan dasar (Madrasah

    Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah), hingga pendidikan menengah

    (Madrasah Aliyah), baik madrasah negeri maupun swasta.4

    Komite sekolah yang berkedudukan di setiap satuan

    pendidikan, merupakan badan mandiri yang tidak memiliki hubungan

    hierarkis dengan lembaga pemerintah. Komite sekolah dapat terdiri

    dari satuan pendidikan atau berupa satuan pendidikan dalam jenjang

    3 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 100.

    4 Ahmad Baedowi dkk, Manajemen Sekolah Efektif (Jakarta: Alvabet, 2015), 291.

  • 15

    yang sama, atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang,

    tetapi pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan pendidikan

    yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena

    pertimbangan lain.

    Pada dasarnya posisi komite sekolah berada ditengah-tengah

    antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat setempat, dan

    kalangan swasta di satu pihak dengan pihak sekolah sebagai institusi,

    kepala sekolah, dinas pendidikan wilayahnya, dan pemerintah daerah

    di pihak lainnya.5 Peran komite sekolah diharapkan dapat

    menjembatani kepentingan keduanya.

    Satuan pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang dan jenis

    pendidikan memiliki penyebaran lokasi dan beragam. Ada madrasah

    tunggal, dan ada pula beberapa madrasah yang menyatu dalam satu

    komplek. Oleh karena itu maka komite sekolah dapat dibentuk melalui

    alternatif sebagai berikut:

    a. Komite sekolah/madrasah yang dibentuk di satuan pendidikan.

    b. Terdapat beberapa sekolah/madrasah pada satu lokasi yang

    berdekatan, atau beberapa madrasaah yang dikelola oleh suatu

    penyelengggara pendidikan, atau karena pertimbangan lainnya,

    dapat dibentuk koordinator komite sekolah/madrasah.6

    5 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 90.

    6 Khaerudin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jogjakarta: Nuansa Aksara,

    Cet.II, 2007), 250.

  • 16

    3. Struktur Organisasi Komite Sekolah

    Pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan,

    akuntabel, dan demokratis.7 Dilakukan secara transparan adalah bahwa

    komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh

    masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia, kriteria

    calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon

    anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan.

    Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa dalam proses pemilihan

    anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat.

    Struktur kepengurusan komite sekolah ditetapkan berdasarkan

    AD/ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua,

    sekertaris dan bendahara. Apabila dipandang perlu, kepengurusan

    dapat dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan yang

    ada.

    4. Tujuan Komite Sekolah

    Tujuan dibentuknya komite sekolah dimaksudkan agar adanya

    suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan

    loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah.

    Adapun tujuan dibentuknya komite sekolah yang telah

    dijelaskan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

    7 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 99.

  • 17

    044/U/2002 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah sebagai

    organisasi masyarakat sekolah adalah sebagai berikut:8

    a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat

    dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan

    di satuan pendidikan.

    b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

    penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

    c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan

    demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang

    bermutu di satuan pendidikan.

    Dengan demikian tujuan dibentuknya komite sekolah adalah

    untuk mewadahi partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam

    operasional manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya,

    berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program

    sekolah secara proposional, sehingga komite sekolah dapat

    meningkatkan mutu pendidikan. Disamping hal itu, komite sekolah

    juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar.

    5. Peran dan Fungsi Komite Sekolah

    Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang

    tua, masyarakat, dan pemerintah. Akan tetapi ungkapan arif tersebut

    sampai saat ini lebih banyak bersifat slogan dan masih jauh dari

    harapan yang sebenarnya. Bisa dikatakan tanggung jawab masing-

    8 Naziardi dan Nilawati, “Komite Sekolah dan Mutu Pendidikan”, Lentera, Vol.5 No.14 (2014),

    71.

  • 18

    masing masih belum optimal, terutama pada peran serta masyarakat

    yang sampai saat ini belum banyak diberdayakan.

    Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional, pada pasal 54 dikemukakan: (1) peran serta

    masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan,

    kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi

    kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

    pelayanan pendidikan; (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai

    sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.9

    Secara lebih spesifik, pada pasal 56 disebutkan bahwa di

    masyarakat ada dewan pendidikan dan komite sekolah atau komite

    madrasah, yang berperan sebagai berikut.10

    a. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

    pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi

    program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite

    sekolah/madrasah.

    b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan

    dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan

    memberikan pertimbangan,, arahan, dan dukungan tenaga, sarana

    prasarana, serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional,

    provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan

    hierarkis.

    9 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 91.

    10 Ibid., 92.

  • 19

    c. Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan

    berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan

    pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana

    serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

    Atas dasar untuk pemberdayaan masyarakat itulah, maka

    digulirkan konsep komite sekolah sebagaimana dikemukakan diatas.

    Berdasarkan keputusan Mendiknas No. 044/U/2002, keberadaan

    komite sekolah berperan sebagai berikut:

    a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

    pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

    b. Pendukung (suppoting agency) baik yang berwujud finansial,

    pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di

    satuan pendidikan.

    c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

    akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan

    pendidikan.

    d. Mediator antara pemerintah (executive) dengan masyarakat di

    satuan pendidikan.11

    Keempat peran komite tersebut, bukanlah peran yang dapat

    berdiri sendiri, melainkan dari keempat peran tersebut saling terkait

    11

    Ahmad Baedowi dkk, Manajemen Sekolah Efektif, 290.

  • 20

    antara peran satu dengan yang lainnya.12

    Dalam hal ini komite sekolah

    mempunyai penjabaran peran dalam kegiatan operasional komite

    sekolah ditinjau dari segi fisik pendidikan, adapun penjabarannya

    secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

    a. Sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam

    penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan

    pendidikan indikator kinerjanya dengan memberikan masukan dan

    pertimbangan mengenai:

    1) Kebijakan pendidikan

    2) Program pendidikan

    3) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

    (RAPBS)

    4) Kriteria fasilitas pendidikan13

    b. Sebagai pendukung (suppoting agency), baik yang berwujud

    finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan

    pendidikan di satuan pendidikan, indikator kinerjanya yaitu:

    1) Memantau kondisi sarana dan prasarana.

    2) Menggalang dana dalam rangka pembiayaan pendidikan

    3) Mendorong tumbuhnya perhatian masyarakat terhadap

    penyelenggara pendidikan yang bermutu.

    4) Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.14

    12

    Sri Renani Panjastuti dkk, Komite Sekolah: Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan (Yogyakarta: Hikayat Publising, 2008), 81. 13

    Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 93.

  • 21

    c. Sebagai pengontrol (controlling agency), dalam rangka

    transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran

    pendidikan di satuan pendidikan, indikator kerjanya yaitu:

    1) Mengawasi proses pengambilan keputusan di sekolah.

    2) Kontrol terhadap perencanaan sekolah.

    3) Mengontrol proses pelaksanaan program sekolah.

    d. Sebagai mediator, dengan masyarakat di satuan pendidikan,

    indikator kinerjanya yaitu:

    1) Melakukan kerja sama dengan masyarakat.

    2) Menampung aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan

    pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

    3) Menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan

    pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.15

    Apabila komite sekolah dalam setiap satuan pendidikan sudah

    dapat melaksanakan keempat perannya tersebut dengan baik,

    diasumsikan bahwa komite sekolah tersebut dapat memberikan

    dampak terhadap kinerja dalam sistem pendidikan tersebut.16

    Dengan

    kata lain, keberadaaan dan peran dari komite sekolah perlu juga

    menyentuh berbagai indikator kinerja dalam kaitannya dengan

    keberhasilan sistem pendidikan dalam upaya memberikan pelayanan

    kepada masyarakat secara optimal.

    14

    Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 94. 15

    Syaiful Safala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, 251. 16

    Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 99.

  • 22

    Sementara itu untuk menjalankan perannya, komite sekolah

    juga berfungsi dalam hal-hal sebagai berikut:17

    a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat

    terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

    b. Melakukan upaya kerja sama dengan masyarakat (perorangan/

    organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan

    dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

    c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan,dan berbagai

    kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

    d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada

    satuan pendidikan mengenai:

    1) Kebijakan dan program pendidikan

    2) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

    3) Kriteria kinerja satuan pendidikan

    4) Kriteria tenaga pendidikan

    5) Kriteria fasilitas pendidikan

    6) Hal-hal yang terkait dengan pendidikan.

    e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam

    pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan

    pendidikan.

    f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

    penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

    17

    Naziardi dan Nilawati, “Komite Sekolah dan Mutu Pendidikan”, Lentera, Vol.5 No.14 (2014), 71-72. (70-76)

  • 23

    g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,

    penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

    Komite sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan

    akuntabilitas sebagai berikut:18

    a. Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program

    sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa

    keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan

    sasaran program sekolah.

    b. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban bantuan masyarakat

    baik berupa materi (dana, barang tak bergerak maupun bergerak),

    maupun non materi (tenaga dan pikiran) kepada masyarakat dan

    pemerintah setempat.

    Adapun secara rinci berdasarkan paparan di atas dapat kita

    paparkan peran dan fungsi komite sekolah adalah sebagai berikut:

    a. Menyelenggarakan rapat komite sesuai dengan program yang

    ditetapkan.

    b. Bersama dengan sekolah/madrasah merumuskan dan menetapkan

    visi dan misi.

    c. Bersama-sama dengan sekolah/madrasah menyusun standar

    pelayanan pembelajaran di sekolah/madrasah.

    18

    Khaerudin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jogjakarta: Nuansa Aksara, 2007), 252.

  • 24

    d. Bersama-sama dengan sekolah/madrasah menyusun rencana

    strategi pengembangan sekolah/madrasah.

    e. Bersama-sama dengan sekolah/madrasah menyusun dan

    menetapkan rencana program tahunan sekolah/madrasah termasuk

    dalam penyusunan dan penetapan RAPBS/M.

    f. Membahas dan turut menetapkan pemberian tambahan

    kesejahteraan berupa honorium yang diperoleh dari masyarakat

    kepada kepala sekolah/madrasah, tenaga pendidik, dan tenaga

    kependidikan sekolah/madrasah.

    g. Bersama-sama dengan sekolah/madrasah mengembangkan potensi

    ke arah prestasi unggulan, baik yang bersifat akademis (ujian

    semester, UAN, maupun yang bersifat non-akademis (keagamaan,

    olah raga, seni, dan lain sebagainya).

    h. Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakatuntuk

    meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.

    i. Mengelola peran masyarakat berupa non-material(tenaga, pikiran,

    yang ditujukan kepada peningkatan kualitas pelayanan

    sekolah/madrasah.

    j. Mengevaluasi program sekolah/madrasah secara proporsional

    sesuai dengan kesepakatan dengan pihak sekolah/madrasah,

    meliputi pengawasan penggunaan sarana dan prasarana,

    pengawasan keuangan secara berkala dan berkesinambungan.

  • 25

    k. Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan memecahkannya

    bersama-sama dengan pihak sekolah/madrasah (termasuk juga

    dengan melibatkan masyarakat dan orang tua murid).

    l. Memberikan respon terhadap kurikulum yang dikembangkan

    secara terstandar nasional maupun lokal.

    m. Memberikan motivasi, penghargaan (baik yang berupa materi

    maupun non-materi) kepada tenaga kependidikan atau kepada

    seseorang yang berjasa kepada sekolah/madrasah secara

    proporsional.

    n. Membangun jaringan kerjasama dengan pihak luar

    (sekolah/madrasah) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

    pelayanan di sekolah/ madrasah yang bersangkutan.

    o. Memantau kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di

    sekolah/ madrasah yang bersangkutan.

    p. Mengkaji laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program yang

    dikonsultasikan oleh kepala sekolah/madrasah.

    q. Menyampaikan usul atau rekomendasi kepada pemerintah daerah

    untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan

    kebutuhan sekolah/madrasah dan masyarakat.19

    Selain peran yang disebutkan diatas, peran nyata yang

    dilaksanakan komite sekolah adalah sebagai mitra atau partner bagi

    pemerintah daerah maupun sekolah. Badan ini memiliki peran sebatas

    19

    Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), 189.

  • 26

    memberikan pertimbangan atau pilihan-pilihan yang harus dilakukan

    oleh pemerintah daerah dan sekolah, serta memberikan dukungan,

    kontrol, dan menjembatani kepentingan masyarakat dan

    penyelenggaraan pendidikan.

    Peran komite sekolah memberikan pertimbangan dalam

    penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, mendukung

    penyelenggaraan pendidikan, mengontrol dan mediator antara

    pemerintah dengan masyarakat. Di samping itu juga berfungsi

    mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

    pendidikan berkualitas, melakukan kerjasama dengan masyarakat,

    menampung dan menganalisa aspirasi, memberi masukan, mendorong

    orang tua murid dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan,

    menggalang dana dari masyarakat dan melakukan evaluasi.

    Maka dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, orang tua

    dan masyarakat mempunyai potensi yang signifikan dalam berperan

    aktif. Antara lain orang tua turut belajar kaitannya dengan birokrasi

    kependidikan skala kecil dalam satuan pendidikan (sekolah),

    mendorong aktif kegiatan di sekolah, menciptakan situasi keakraban

    yaitu dengan diskusi di rumah, dan juga orang tua perlu mengetahui

    perkembangan anaknya di sekolah serta turut serta dalam pengadaan

    sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar.

  • 27

    B. Mutu Pendidikan

    1. Pengertian Mutu Pendidikan

    Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam

    dunia bisnis, baik yang berdifat produksi maupun jasa. Dewasa ini,

    mutu bukan hanya menjadi masalah dan kepedulian dalam bidang

    bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang lainnya, seperti

    permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan dan

    ketertiban sekalipun.20

    Philip B. Crosby mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian

    dengan apa yang disyaratkan atau distandarkan (Conformance to

    requirement).21

    Secara sederhana sebuah produk dikatakan berkualitas

    apabila produk tersebut sesuai dengan standar kualitas yang telah

    ditentukan yang meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk

    jadi. Dari definisi ini, mutu itu diartikan sebagai kesesuaian dengan

    standar yang ada. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi memproduk

    sebuah produk atau barang akan dikatakan bermutu jika barang atau

    produk tersebut sudah sesuai dengan standar yang ada. Dalam

    organisasi non profit misalnya, di dunia pendidikan memiliki beberapa

    standar. Organisasi pendidikan itu dikatakan bermutu jika organisasi

    tersebut telah memenuhi standar-standar yang ada.22

    20

    Nana Syaodih Sukmadinata,dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen (Bandung: Refika Aditama, 2006), 8. 21

    Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu (Malang: UIN Press, 2010), 78. 22

    Noer Rohmah dan Zaenal Fanani, Pengantar Manajemen Pendidikan (Malang: Madani, 2017), 205.

  • 28

    Menurut Goetch dan Davis, bahwasanya kualitas/mutu adalah

    suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan layanan, orang, proses,

    dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan.23

    Sedangkan menurut Umeidi, secara umum mutu adalah gambaran dan

    karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan

    kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Dalam

    konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan

    output pendidikan.24

    Berangkat dari pengertian tersebut, maka dalam

    mendefinisikan mutu pendidikan adalah pendidikan yang dapat

    menghasilkan peserta didik yang unggul dalam pengetahuan akademik

    maupun non akademiknya serta mampu menanamkan dan menumbuh

    kembangkan pengetahuannya tersebut untuk dijadikan pandangan

    hidupnya, serta diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan

    dalam keterampilan hidupnya seharihari.25

    Konsep tentang mutu pendidikan dengan demikian juga

    diartikan secara berbeda-beda, tergantung pada situasi, kondisi dan

    sudut pandang. Ada yang berpendapat bahwa mutu pendidikan

    ditandai dengan kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan yang berupa

    fisik seperti gedung, fasilitas, sarana dan prasarasa dll. Sementara itu

    masyarakat umum berpendapat bahwa ukuran mutu yang utama adalah

    23

    Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 554. 24

    Umeidi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah, 2001), 25. 25

    Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah: Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 8.

  • 29

    besarnya lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi.26

    Dari sini dapat

    ditegaskan bahwa mutu tidak hanya tentang lulusan saja, akan tetapi

    mutu juga dapat dilihat dari segi fisik seperti bangunan dan sarana

    prasarana yang memadai untuk kelancaran sebuah proses pendidikan.

    Dalam peningkatan mutu pendidikan, ada beberapa hal yang

    perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:

    a. Siswa

    Dalam kaitannya dengan pendidikan, peserta didik

    merupakan faktor atau komponen penting dalam pendidikan, oleh

    karenaitu pembinaan terhadap anak harus dilaksanakan secara

    terus-menerus ke arah kematangan dan kedewasaan. Bisa

    dikatakan hampir semua kegiatan disekolah pada akhirnya

    ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya.

    Upaya itu akan optimal jika siswa itu sendiri secara aktif

    berupaya mengembangkan diri sesuai dengan program-program

    yang dilakukan oleh sekolah. Oleh karena itu, sangat penting untuk

    menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara

    optimal. Sebagai manusia, peserta memiliki karakteristik-

    karakteristik tertentu, yaitu:

    1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga

    masihmenjadi tanggung jawab pendidik.

    26

    Lukman, Indikator Mutu Proses Pendidikan, http://lukmantp.blogspot.com/indikator-mutu-proses-pendidikan, 01 November 2011, diakses tanggal 09 Mei 2019.

    http://lukmantp.blogspot.com/

  • 30

    2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya,

    sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

    3) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang

    secara terpadu, yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial,

    intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh

    untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar

    belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh dan lainnya),

    serta perbedaan individual.27

    Berkenaan dengan siswa, ada beberapa prinsip dasar yang harus

    diperhatikan, diantaranya yaitu:

    1) Siswa harus diperhatikan sebagai subjek dan bukan objek,

    sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap

    perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan

    kegiatan mereka.

    2) Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari

    kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat,

    dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan

    yang beragamsehingga setiap siswa memiliki wahana untuk

    berkembang secara optimal.

    3) Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar,jika

    mereka menyenangi apa yang diajarkan.

    27

    Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), 52.

  • 31

    4) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah

    kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.28

    b. Pendidik

    Guru merupakan orang pertama yang mencerdaskan

    manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman,

    dan menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak

    didik, dalam prosespendidikan guru memegang peran penting

    setelah orang tua di rumah. Di lembaga pendidikan, guru menjadi

    orang pertama yang bertugas membimbing, mengajar, dan melatih

    anak didik mencapai kedewasaan.29

    Konsep tentang guru profesional ini selalu dikaitkan

    dengan pengetahuan tentang wawasan dan kebijakan pendidikan,

    teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan

    kelas), evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan,

    manajemen pengelolaan kelas/sekolah, serta tekhnologi informasi

    dan komunikasi.

    Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme

    guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan

    guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan

    profesi masih dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya,

    upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi

    28

    Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 121. 29

    Martinis Yamin, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP (Jakarta: Putra Grafika, 2009), 47.

  • 32

    terhambat karena ketidakmampuan guru secara financial dalam

    pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang pendidikan.

    Hal itu juga telah disadari pemerintah sehingga program

    pelatihan mutlak diperlukan karena terbatasnya anggaran untuk

    meningkatkan pendidikan guru.

    Program pelatihan ini dimaksudkan untuk menghasilkan

    guru sebagai tenaga yang terampil (skill labour) atau dengan istilah

    lain guru yang memiliki kompetensi.

    c. Sarana dan Prasarana

    Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapanyang

    secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,

    khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas,

    meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang

    dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara

    tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau

    pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju

    sekolah. tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses

    belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi,

    halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen

    tersebut merupakan sarana pendidikan.30

    Menurut Kepmendikbud No. 053/U/2001 tentang Standar

    Pelayanan Minimal (SPM), sekolah harus memiliki persyaratan

    30

    Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Rosda Karya, 2011), 49.

  • 33

    minimal untuk menyelenggarakan pendidikan dengan serba

    lengkap dan cukup seperti, luas lahan, perabot lengkap,

    peralatan/laboratorium/media, infrastruktur, dan sarana olahraga.31

    Kehadiran Kepmendiknas ini dirasakan sangat tepat karena

    dengan keputusan itu diharapkan penyelenggaraan pendidikan di

    sekolah tidak terlalu cepat dan tidak juga tertinggal di bawah

    persyaratan minimal, sehingga kualitas pendidikan tidak menjadi

    semakin terpuruk.

    Selanjutnya, UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 45 ayat (1)

    berbunyi, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan

    prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan

    pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan

    intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Jika kita

    lihat kenyataan di lapangan bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu

    di beberapa kota di Indonesia saja yang memenuhi persyaratan

    SPM, umumnya sekolah negeri dan swasta favorit.

    Berdasarkan fakta ini, keterbatasan sarana dan prasarana

    pada sekolah-sekolah tertentu, pengadaannya selalu dibebankan

    kepada masyarakat. Alasannya pun telah dilegalkan berdasarkan

    Kepmendiknas No. 044/U/2002 dan UU Sisdiknas No.20/2003

    pasal 56 ayat (1). Dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan

    yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program

    31

    Kepmendikbud No. 053/U/2001

  • 34

    pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite

    sekolah/madrasah, ayat (2) Dewan pendidikan, sebagai lembaga

    mandiri dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu

    pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan

    dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan

    pendidikan ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota yang

    tidak mempunyai hubungan hierarkis, dan ayat (3) Komite

    sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan

    dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan

    pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana

    serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.32

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan

    prasarana merupakan alat penunjang untuk terselenggaranya proses

    pendidikan demi tercapainya kualitas pendidikan. Sarana dan

    prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam setiap

    aktivitas kegiatan, maka keberadaannya merupakan faktor penting

    dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

    dirumuskan.

    d. Hubungan Masyarakat

    Hubungan masyarakat didefinisikan sebagai seni dan ilmu

    untuk menganalisis kecenderungan, memprediksi konsekuensi-

    konsekuensi, menasihati para pemimpin organisasi, dan

    32

    Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 92.

  • 35

    melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatankegiatan

    yang melayani,baik kepentingan oraganisasi maupun kepentingan

    publik.33

    Hubungan sekolah dan masyarakat pada hakikatnya

    merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan

    mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.

    Dalam hal ini sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian

    penting dari sistem sosial yang lebih besar yaitu masyarakat.

    Sekolah dengan masyarakat mempunyai hubungan yang sangat

    erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif

    dan efisien.

    Sekolah sebagai lembaga pendidikan mesti berada di

    tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, mau tidak mau harus

    berhubungan dengan masyarakat. Baik dalam bentuk kapasitas

    hubungan dinas, maupun hubungan dan kerja sama dengan pihak

    lain di luar kedinasan. Kegiatan humas pada dasarnya tidak cukup

    hanya menginformasikan fakta-fakta tertentu dari sekolah yang

    bersangkutan, tetapi juga harus mengemukakan hal-hal sebagai

    berikut:

    1) Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam

    masyarakat tentang masalah pendidikan;

    33

    Triyo Marno dan Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), 46.

  • 36

    2) Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk

    memperoleh bantuan dan kerja sama;

    3) Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh

    bantuan;

    4) Menunjukkan pergantian keadaan pendapat umum.

    Dengan demikian, pada dasarnya humas tidak hanya

    bersifat publisitas belaka, tetapi jauh dari itu bagaimana sekolah

    membangun kerja sama dengan pihakpihak lain berupa

    networking, di mana kerjasama itu untuk kondisi sekarang

    merupakan sesuatu yang sangat vital dan penting dilakukan,

    dengan tujuan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan

    di sekolah.34

    e. Keuangan

    Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas memerlukan

    tersedianya dana dan sarana yang lengkap dan canggih atau relevan

    dengan kebutuhan program-program yang ditangani. Namun dana

    yang banyak dan fasilitas yang lengkap dan mahal tidak dengan

    sendirinya menjamin tercapainya pendidikan berkualitas, hal itu

    akan sangat tergantung pada sistem pengelolaan serta kemampuan

    atau keahlian dan moral para petugas yang bertanggung jawab.

    Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu

    sumberdaya yang secara langsung menunjang efektivitas dan

    34

    Hasbullah, Otonomi Pendidikan, 126.

  • 37

    efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi

    dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah

    untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta

    mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan

    kepada masyarakat dan pemerintah.35

    Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah

    merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya

    kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-

    komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan

    sekolah memerlukan biaya, baik disadari maupun tidak. Paling

    tidak ada tiga persoalan pokok dalam pembiayaan pendidikan,

    yaitu:

    1) Financing, menyangkut dari mana sumber pembiayaan

    diperoleh,

    2) Budgeting,bagaimana dana pendidikan dialokasikan, dan

    3) Accountability, bagaimana anggaran yang diperoleh

    digunakan dan dipertanggungjawabkan.

    Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara

    garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu: (1)

    pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya,

    yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi

    35

    Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 47.

  • 38

    kepentingan pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3)

    masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.36

    2. Ciri-ciri Mutu Pendidikan

    Era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Oleh karena

    itu lembaga pendidikan mulai dari tingkat tinggi harus memperhatikan

    mutu pendidikan. Lembaga pendidikan berperan dalam kegiatan jasa

    pendidikan maupun pengembangan sumber daya manusia harus

    memiliki keunggulan-keunggulan yang diperioritaskan dalam lembaga

    pendidikan tersebut.

    Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan

    mengadopsi dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah,

    administrator, staff, siswa, guru dan komunitas. Proses diawali dengan

    mengembangkan visi dan misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah

    serta departemen dalam wilayah tersebut.37

    Mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki menurut

    filosofi manajemen lama “kalau belum rusak jangan diperbaiki”. Mutu

    didasarkan pada konsep bahwa setiap proses dapat diperbaiki dan tidak

    ada proses yang sempurna. Menurut filosofi manajemen yang baru

    “bila tidak rusak perbaikilah, karena bila tidak dilakukan anda maka

    36

    Ibid., 48. 37

    Jerome S. Arkaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip dan Tata Langkah Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 10.

  • 39

    orang lain yang akan melakukan”. Inilah konsep perbaikan

    berkelanjutan.38

    Pendidikan dikatakan bermutu apabila pendidikan itu mampu

    membentuk lulusannya agar memiliki kecakapan hidup yang dapat

    meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai calon pemimpin di

    muka bumi ini.

    Menurut Abdul Rachman Shaleh, ciri-ciri pendidikan yang

    bermutu dapat dilihat dari input, proses dan output-nya, sebagai

    indikator-indikatornya adalah sebagai berikut:

    a. Input

    1) Kebijakan mutu dan harapan.

    2) Sumber daya (kesediaan masyarakat).

    3) Berorientasi siswa.

    4) Manajemen (pembagian tugas, perencanaan, kendali mutu

    efisiensi).

    b. Proses

    1) Pembelajaran, beriorentasi:

    a) Learning to know.

    b) Learning to do.

    c) Learning to be.

    d) Learning to live together.

    2) Kepemimpinan yang kuat/demokratis.

    38

    Ibid., 11-14.

  • 40

    a) Kemampuan manajerial.

    b) Kemampuan memobilisasi.

    c) Memiliki otonomi luas.

    3) Lingkungan: aman, nyaman, manusiawi.

    4) Pengelolaan tenaga yang efektif.

    a) Perencanaan.

    b) Pengembangan.

    c) Penilaian.

    d) Imbal jasa.

    5) Memiliki budaya mutu (kerja sama, merasa memiliki, mau

    berubah, mau meningkatkan diri, terbuka).

    6) Tim kerja (kompak, cerdas, dinamis).

    7) Partisipasi masyarakat tinggi.

    8) Memiliki akuntabilitas.

    a) Laporan prestasi.

    b) Respon/tanggapan masyarakat.

    c. Output

    1) Prestasi Akademis:

    a) NEM

    b) STTB

    c) Taraf serap

    d) Lomba karya ilmiah

    e) Lomba keagamaan

  • 41

    2) Prestasi Non Akademis:

    a) Olahraga

    b) Kerapian/ketertiban

    c) Kepramukaan

    d) Kebersihan

    e) Toleransi

    f) Ketulusan

    g) Kesenian

    h) Disiplin

    i) Kerajinan

    j) Solidaritas

    k) Silaturrahmi

    l) Dan lain-lain.39

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan

    merupakan ketercapaian dari standar-standar yang telah ditetapkan.

    Adapun untuk mengetahui mutu pendidikan dapat dilihat dari input,

    proses, serta outputnya. Dimana input pendidikan merupakan segala

    sesuatu yang mendukung proses dalam pendidikan dan output

    pendidikan adalah hasil dari sebuah proses.

    39

    Abdur Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa; Visi, Misi dan Aksi (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), 246-248.