BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pelaksanaan Pelayanan 2.1.1. Pengertian … · pelanggan. Dari...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pelaksanaan Pelayanan 2.1.1. Pengertian … · pelanggan. Dari...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pelaksanaan Pelayanan
2.1.1. Pengertian Pelaksanaan
Dalam menjalankan suatu aktivitas adanya pelaksanaan yang terarah mampu
memberikan dampak positif untuk berjalannya suatu kegiatan. Persiapan pelaksanaan
diharapkan mampu memberikan pengarahan untuk nantinya kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan baik.
Menurut Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut-karena para anggota, juga ada suatu
keinginan tertentu yang ingin diraihnya juga. (Suhardi, 2018)
Actuating merupakan suatu proses tindakan menggerakan semua anggota
kelompok berusaha mencapai sasaran yang telah direncanakan manajerial atau
organisasi. Actuating menjadi penting karena dapat berfungsi:
1. Mempengaruhi orang-orang, agar bersedia melakukan apa yang diinginkan, atau
apa yang tidak diinginkan (follower).
2. Menaklukan daya tolak seseorang, jika ada anggota atau karyawan yang enggan
mengerjakan tugasnya, melalui fungsi actuating ini sebagai solusinya.
3. Membuat orang dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Melalui fungsi
actuating ini pula dapat membuat orang mengerjakan pekerjaan dengan baik.
(Suhardi, 2018) Dari pengertian diatas, maka penulis dapat meyimpulkan bahwa
pelaksanaan atau actuating merupakan tindakan menggerakan seseorang atau
anggota kelompok untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan
arahan manajerial.
8
2.1.2. Pengertian Pelayanan
Dalam kegiatan sehari-hari setiap aktivitas seseorang tidak lepas dari
keterikatan dengan bantuan orang lain, dalam hal ini seseorang mengharapkan
bantuan yang dapat memberikan tingkat kepuasan yang baik sehingga hal ini dapat
membuat seseorang merasa dihargai. Biasanya seseorang akan menilai bagaimana
sikap orang lain dalam melakukan tindakan, hal ini biasanya disebut sebagai
pelayanan.
Pelayanann (service) adalah “suatu usaha untuk membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang atau orang lain, terhadap kita yang
membentuk suatu keterikatan hak dan kewajiban masing-masing pihak”. (Rusydi,
2017)
Menurut Poewadarmita dalam Hardiyansyah (2011:10) dalam (Nurhadi,
2016) menjelaskan bahwa secara etimologis, pelayanan berasal dari kata
layan yang berarti membantu menyiapkan atau mengurus apa-apa yang
diperlukan seseorang, kemudian pelayanan dapat diartikan sebagai Perihal
atau cara melayani, service atau jasa, sehubungan dengan jual beli barang
atau jasa.
Menurut Donald dalam Hardiyansyah (2011:10) dalam (Nurhadi, 2016)
mengatakan bahwa pelayanan pada dasarnya adalah merupakan kegiatan atau
manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada
hakekatnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu,
proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
Hardiyansyah (2011:11) dalam (Nurhadi, 2016) mendefinisikan pelayanan
adalah aktifitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan dan mengurus. Baik
itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada pihak yang lain. Istilah lain yang
sejenis dengan pelayanan itu adalah pengabdian dan pengayoman.
Menurut (Barata, 2003: 30) dalam (Frimayasa, 2017b), Pelayanan adalah
suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara
9
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan
pelanggan.
Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa para ahli diatas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan merupakan suatu aktifitas atau
interaksi secara langsung untuk membantu, menyiapkan serta mengurus apa yang
diperlukan orang lain.
2.1.3. Dasar-Dasar Pelayanan
Dalam memberikan pelayanan biasanya seseorang akan memiliki
keterampilan dasar dimana hal ini akan membawa seseorang untuk memiliki
pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Adapun dasar-dasar pelayanan yang harus
dipahami dan dimengerti:
1. Berpakaian dan Berpenampilan Rapih dan Bersih.
Karyawan harus mengenakan baju dan celana yang sepadan dengan kombinasi
yang menarik. Harus berpakaian bersih tidak kumal dan bagi baju lengan panjang
jangan digulung. Gunakan pakaian seragam jika karyawan diberikan pakaian
seragam sesuai waktu yang telah ditetapkan.
2. Aroma Tubuh yang Menyegarkan.
Hindari seperti bau badan dan bau mulut yang kurang segar, sehingga dapat
mengganggu pelayanan. Oleh karenan itu, karyawan perlu menggunakan parfum
yang baunya juga jangan terlalu menyengat. Demikian juga untuk pengharum
mulut dapat menggunakan permen.
3. Percaya Diri, Bersikap Akrab dan Penuh Dengan Senyuman.
Dalam melayani pelanggan, karyawan tidak boleh ragu-ragu atau takut-takut.
Karyawan harus memiliki keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Selain itu juga
10
harus bersikap akrab dengan pelanggan dan juga harus murah senyum dengan raut
muka yang menarik hati, serta tidak dibuat-buat.
4. Menyapa Dengan Lembut dan Berusaha Menyebutkan Nama Jika Kenal.
Pada saat nasabah atau pelanggan datang karyawan harus segera menyapa lebih
dulu dan kalau sudah pernah bertemu sebelumnya usahakan menyapa dengan
menyebutkan namanya, serta menanyakan apa yang dapat kami bantu.
5. Tenang dan Tekun Mendengarkan Setiap Pembicaraan.
Usahakan pada saat melayani pelanggan atau nasabah dalam keadaan tenang,
tidak terburu-buru. Kondisi yang terburu-buru akan membuat suasana menjadi
tidak nyaman. Kemudian tunjukan sikap menghormati tamu, tekun mendengarkan
sekaligus berusaha memahami keinginan pelanggannya.
6. Sopan Santun.
Sikap sopan santun harus ditunjukkan sebelum dan selama proses pelayanan
dilakukan.
7. Hormat.
Karyawan harus menghormaati keinginan dan kemauan pelanggan. Jangan
menimbulkan perasaan tidak senang yang membuat pelanggan tersinggung.
8. Berbicara Dengan Bahasa yang Baik dan Benar.
Dalam berkomunikasi dengan nasabah gunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar atau jika menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing gunakan secara
benar pula. Suara yang digunakan harus jelas dalam arti mudah dipahami dan
jangan menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh nasabah.
9. Bergairah dalam Melayani Nasabah dan Tunjukkan Kemampuannya.
Dalam melayani pelanggan jangan terlihat loyo, lesu atau kurang semangat.
Tunjukkan pelayanan yang prima seolah-olah memang Anda sangat tertarik
11
dengan keinginan dan kemauan pelanggan. Kemampuan karyawan tentang
pengetahuan produk dalam memberikan informasi ke nasabah benar-benar
meyakinkan sehingga pelanggan memutuskan untuk membeli dan merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan.
10.Jangan Menyela atau Memotong Pembicaraan.
Usahakan jangan memotong atau menyela pembicaraan. Hindari kalimat yang
bersikap teguran atau sindiran yang dapat menyinggung pelanggan. Kalau terjadi
sesuatu dengan nasabah usahakan jangan berdebat. Usahakan pelanggan yang
berbicara lebih banyak, setelah selesai berbicara barulah karyawan melanjutkan.
11.Mampu Meyakini Nasabah Serta Memberikan Kepuasaan.
Setiap pelayanan yang diberikan harus mampu meyakinkan pelanggan dengan
argumen-argumen yang masuk akal. Karyawan juga harus mampu memberikan
kepuasan atas pelayanan yang diberikannya. Biasanya sering kali pelanggan
kurang paham tentang sesuatu, maka jelaskan dengan kalimat yang sejelas-
jelasnya, sehingga pelanggan merasa yakin dengan produk yang dibelinya.
12.Jika Tidak Sanggup, Minta Bantuan.
Jika ada pertanyaan atau permasalahan yang tidak sanggup dijawab atau
diselesaikan oleh karyawan yang bertugas, maka harus meminta bantuan kepada
karyawan yang mampu menanganinya. Tujuannya adalah jangan sampai
karyawan memberikan informasi yang salah yang akan berdampak fatal
dikemudian hari.
13.Bila Belum Dapat Melayani, Beritahukan Kapan Akan Dilayani.
Jika pada saat tertentu, karyawan sibuk dan tidak dapat melayani salah satu
pelanggan atau nasabah, maka beritahukan kepada pelanggan kapan akan dilayani
12
dengan simpatik. Hal ini dilakukan untuk menghindari pelanggan menunggu
tanpa kepastian dan dapat menimbulkan emosi dari pelanggan. (Kasmir, 2017)
2.1.4. Ciri-Ciri Pelayanan yang Baik
Dalam kegiatan pelayanan sendiri biasanya memiliki ciri khas yang
membedakan apakah pelayanan tersebut dapat dikategorikan sebagai pelayanan yang
baik atau buruk. Adapun ciri-ciri pelayanan yang baik yang harus diikuti oleh
manajemen dalam melayani pelanggan atau nasabah yaitu:
1. Tersedia karyawan yang baik.
Karyawan harus bersikap ramah, sopan dan menarik dalam melayani pelanggan.
Disamping itu, karyawan harus pandai bicara, menyenangkan, pintar dalam
membaca suasana dan juga harus mampu memikat dan mengambil hati pelanggan
sehingga pelanggan semakin tertarik untuk bertransaksi.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
Peralatan dan fasilitas yang dimiliki seperti ruang tunggu dan ruang untuk
menerima tamu harus dilengkapi berbagai fasilitas sehingga membuat pelanggan
nyaman atau betah dalam ruangan tersebut. Kelengkapan dan kenyamanan sarana
dan prasarana ini akan mengakibatkan pelanggan betah untuk berurusan dengan
perusahaan, sehingga mampu mengusir kebosanan.
3. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah sejak awal hingga selesai.
Dalam menjalankan kegiatan pelayanan, karyawan harus mampu melayani dari
awal sampai tuntas atau selesai.
4. Mampu melayani secara cepat dan tepat.
Dalam melayani pelanggan diharapkan karyawan harus melakukannya sesuai
prosedur yang ada. Layanan yang diberikan sesuai jadwal untuk pekerjaan tertentu
13
dan jangan membuat kesalahan dalam arti pelayanan yang diberikan sesuai
dengan standar perusahaan dan keinginan pelanggan.
5. Mampu berkomunikasi.
Karyawan harus mampu berbicara kepada setiap pelanggan atau nasabah.
Karyawan juga harus mampu dengan cepat memahami keinginan pelanggan,
dapat berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.
6. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.
Karyawan harus menjaga kerahasiaan pelanggan atau nasabah yang berkaitan
dengan uang dan pribadi pelanggan. Pada dasarnya menjaga rahasia pelanggan
nasabah sama artinya dengan menjaga rahasia perusahaan. Menjaga rahasia
pelanggan atau nasabah merupakan ukuran kepercayaan nasabah kepada
perusahaan.
7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
Tugas karyawan selalu berhubungan dengan manusia, maka karyawan perlu
dididik khusus mengenai kemampuan dan pengetahuannya untuk menghadapi
pelanggan atau nasabah. Kemampuan dalam bekerja akan mampu meempercepat
proses pekerjaan sesuai dengan waktu yang diinginkan.
8. Berusaha memahami kebutuhan pelanggan.
Karyawan harus cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan pelanggan.
Usahakan mengerti dan memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan secara
cepat, dengan cara mendengar terlebih dahulu keinginannya.
9. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan.
Kepercayaan calon pelanggan kepada perusahaan mutlak diperlukan sehingga
calon pelanggan mau menjadi pelanggan perusahaan yang bersangkutan.
Demikian pula untuk menjaga pelanggan yang lama agar tidak lari perlu dijaga
14
kepercayaannya. Kepercayaan merupakan ujung tombak perusahaan untuk
menjalankan aktivitasnya. Sekali pelayanan yang diberikan dapat memuaskan
pelanggan, maka akan menimbulkan kepercayaan. (Kasmir, 2017)
2.1.5. Larangan Dalam Etika Pelayanan
Sebagai seorang customer service biasanya perilaku sangat dituntut untuk
melakukan sesuatu yang dapat dianggap sempurna, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan pelanggan serta menghindari terjadinya keluhan yang
disebabkan karena kurangnya ketelitian seseorang customer service.
Menurut (Rusydi, 2017), Etika pelayanan adalah, “Perilaku petugas bank
terutama petugas pelayanan (customer service) dalam memenuhi apa yang
diinginkan atau diharapkan konsumen atau nasabah”.
Berikut ini adalah larangan etiket pelayanan secara umum:
1. Dilarang berpakaian sembarangan.
Karyawan dilarang berpakaian sembarangan terutama pada saat jam kerja dan
pada saat melayani pelanggan. Jika ditetapkan pakaian seragam maka harus
menggunakan pakaian seragam. Karyawan juga dilarang menggunakan baju
kemeja yang tanggannya digulung atau tidak memasukkan baju kedalam terutama
untuk karyawan pria. Karyawan juga dilarang menggunakan aksesori yang
berlebihan.
2. Dilarang melayani sambil makan.
Karyawan dilarang melayani pelanggan atau nasabah sambil makan, minum dan
merokok. Karyawan juga dilarang mengunyah sesuatu seperti permen karet pada
saat memberikan pelayanan. Melayani sambil makan, minum, dan merokok
membuat pembicaraan dengan pelanggan pun sering kurang jelas, sehingga
pelanggan sulit mengerti maksud karyawan tersebut.
15
3. Dilarang melayani sambil ngobrol atau bercanda.
Karyawan dilarang melayani pelanggan atau nasabah sambil mengobrol atau
bercanda dengan karyawan lain dalam kondisi apapun. Fokuskan pembicaraan
hanya dengan pelanggan atau nasabah yang sedang dilayani. Usahakan jika
karyawan yang lain mengajak berbicara jangan dilayani dan jangan bercanda atau
cengengesan dengan karyawan lain.
4. Dilarang menampakkan wajah yang tidak menyenangkan.
Sering kali pada saat melayani pelanggan karyawan sudah mengalami kelelahan.
Namun tetap saja karyawan dilarang menampakkan wajah yang tidak
menyenangkan. Artinya karyawan dilarang menampakkan wajah cemberut, asam,
memelas atau sedih pada saat melayani pelanggan.
5. Dilarang untuk berdebat atau menyanggah.
Dalam praktiknya sering kali pelanggan atau nasabah menanyakan hal-hal yang
tidak penting. Bahkan terkadang ngeyel dan tidak menerima penjelasan dari
karyawan. Dalam kondisi seperti ini diharapkan agar tidak terjadi salah paham
antara karyawan dengan pelanggan. Karyawan dilarang berdebat atau
memperdebatkan tentang pendapat pelanggan atau nasabah tersebut. Sekalipun
pendapat pelanggan atau nasabah tersebut salah. Cara untuk mengatasinya ialah
dengan menunjukkan pedoman atau aturan yang berlaku kepada pelanggan
tersebut.
6. Dilarang meninggalkan pelanggan.
Karyawan dilarang meninggalkan pelanggan maksudnya bila sedang melayani
pelanggan usahakan selalu ditemani, sehingga jika ada yang kurang jelas dapat
ditanyakan langsung. Jika memang harus meninggalkan pelanggan walaupun
sesaat, sebaiknya izin kepada pelanggan dengan sopan. Jangan melayani
16
pelanggan lain pada saat sedang melayani pelanggan. Jika ada sistem antrean
kemukakan kepada pelanggan secara sopan.
7. Dilarang berbicara terlalu keras.
Dalam berbicara, karyawan dilarang berbicara terlalu keras, baik volume suara
maupun kalimat yang digunakan. Terlalu keras dapat mengakibatkan persepsi
yang salah paham, misalnya karyawan dianggap sedang marah atau menganggap
pelanggan tuli. Jangan pula berbicara terlalu pelan atau lemah karena dapat
mengakibatkan suara tidak jelas pada saat melayani pelanggan.
8. Dilarang keras meminta imbalan.
Seluruh karyawan dan pimpinan dilarang keras meminta imbalan kepada
pelanggan atau nasabah. karena mengingat karyawan sudah digaji perusahaan.
Karyawan yang terbiasa menerima imbalan akan diremehkan oleh pelanggan.
(Kasmir, 2017)
2.2. Pelayanan Prima
2.2.1. Pengertian Pelayanan Prima
Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan, biasanya karyawan diharapkan
mampu memberikan semaksimal mungkin sehingga hal ini dapat memberikan
penilaian yang baik terhadap kinerja perusahaan.
Menurut (Sarkawi, Oktaviani, Priadi, & Khansa, 2018) Pelayanan prima
merupakan terjemahan istilah “excellent service” yang secara harfiah berarti
pelayanan terbaik atau sangat baik.
Menurut (Rusydi, 2017), Pelayanan prima adalah, “Pelayanan yang sangat
baik atau terbaik atau pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku
17
atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Bisa juga diterjemahkan
sebagai pelayanan yang memuaskan pelanggan”.
Menurut (Rangkuti, 2017) Pelayanan prima adalah, “Memberikan pelayanan
yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata lain,
pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas yang
sudah ditentukan”.
Menurut (Herlambang, 2018) Pelayanan prima adalah, “Salah satu usaha
yang dilakukan perusahaan atau organisasi dalam rangka melayani pelanggan dengan
sebaik-baiknya, sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam
rangka memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan, baik berupa produk atau
jasa”.
Menurut (Basri & Rusdiana, 2015) mengemukakan bahwa:
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah excellent service yang
secara harfiah berarti Pelayanan yang sangat baik atau terbaik. Disebut sangat
baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau
dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Pelayanan disebut sangat
baik atau terbaik atau menjadi prima apabila mampu memuaskan pihak yang
dilayani (pelanggan).
Menurut (Frimayasa, 2017b) Pelayanan Prima adalah kemampuan maksimal
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dalam hal pelayanan.
Pelayanan prima adalah pelayanan yang terbaik yang diberikan kepada
pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal berdasarkan standard
dan prosedur pelayanan.
Dari pengertian pelayanan prima yang telah dikemukakan oleh para ahli,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan prima merupakan pelayanan
yang terbaik yang diberikan oleh karyawan kepada pelanggan karena sudah sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku di perusahaan agar dapat memuaskan
pelanggan.
18
2.2.2. Manfaat Pelayanan Prima
Menurut (Frimayasa, 2017a) terdapat beberapa manfaat pelayanan prima,
berikut ini merupakan manfaat-manfaat pelayanan prima tersebut:
1. Meningkatkan hubungan klien dan pelayanan publik.
2. Mempromosikan inovasi dan kreativitas dalam memberikan pelayanan.
3. Menghargai karyawan yang memberikan pelayanan prima.
4. Tingkat kepercayaan dalam pelayanan publik lebih tinggi.
5. Pelayanan prima yang diberikan dapat selalu dikenang atau dipikirkan oleh para
pelanggan.
2.2.3. Konsep Pelayanan Prima
Menurut (Barata, 2003: 31) dalam (Frimayasa, 2017b) Konsep pelayanan
prima, yaitu mengembangkan pelayanan prima dengan menyelaraskan konsep-
konsep Sikap (Attitude), Perhatian (Attention), Tindakan (Action), Kemampuan
(Ability), Penampilan (Appearance), dan Tanggung jawab (Accountability).
a. Sikap (Attitude)
Perilaku yang harus ditonjolkan ketika menghadapi pelanggan, yang meliputi
penampilan yang sopan dan serasi, berpikir positif, sehat dan logis, dan
bersikap menghargai.
b. Perhatian (Attention)
Kepedulian penuh kepada pelanggan, baik yang berkaitan dengan perhatian
akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan
kritiknya, yang meliputi mendengarkan dan memahami secara sungguh-
sungguh kebutuhan para pelanggan, mengamati dan menghargai perilaku para
pelanggan, dan mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan.
19
c. Tindakan (Action)
Berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan
kepada pelanggan, yang meliputi mencatat setiap pesanan para pelanggan,
mencatat kebutuhan para pelanggan, menegaskan kembali kebutuhan para
pelanggan, mewujudkan kebutuhan para pelanggan, dan menyatakan terima
kasih dengan harapan pelanggan mau kembali.
d. Kemampuan (Ability)
Pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak diperlukan untuk
menunjang program pelayanan prima, yang meliputi kemampuan dalam
bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif,
mengembangkan motivasi, dan mengembangkan public relation sebagai
instrument dalam membina hubungan kedalam dan keluar organisasi atau
perusahaan.
e. Penampilan (Appearance)
Penampilan seseorang baik yang bersifat fisik saja maupun fisik atau non
fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak
lain.
f. Tanggung Jawab (Accountability)
Suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai suatu wujud keperdulian
untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan
pelanggan.
2.3. Pengertian Customer Service
Untuk melaksanakan kegiatan pelayanan hal ini tidak terlepas dari adanya
seseorang yang bertindak sebagai pelaksana, biasanya karyawan tersebut akan
20
melakukan tugasnya sesuai dengan apa yang sudah ditentukan. Biasanya karyawan
tersebut dikenal dengan istilah customer service.
Customer service adalah suatu upaya memberikan layanan (service) kepada
pelanggan (customer) sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Menurut Suharto Abdul Majid dalam buku customer service dalam bisnis
Jasa Transportasi (2009) menjelaskan tentang customer service adalah,
“sebagai ilmu dan seni dalam pemasaran (marketing) atau penjualan (sales),
artinya bahwa customer service sangat membutuhkan unsur kreativitas,
inisiatif dan kepandaian atau keterampilan dalam berhubungan dengan orang
lain”. (Rusydi, 2017)
Menurut (Kasmir, 2017) mengemukakan bahwa, “Customer service (CS)
merupakan petugas atau karyawan yang sengaja dibentuk untuk melayani pelanggan
atau nasabah oleh berbagai perusahaan seperti perbankan, asuransi, penggadaian,
lembaga pembayaran, leasing, transportasi, rumah sakit atau lainnya”.
Menurut (Rangkuti, 2017) menjelaskan Pelayanan pelanggan dapat diartikan
“Sebagai kemudahan yang diberikan sehubungan dengan soal jual-beli barang atau
jasa. Pelayanan pelanggan dapat pula diartikan sebagai tindakan atau perbuatan
seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau
nasabah”.
Berdasarkan pengertian customer service diatas, maka dapat penulis
simpulkan bahwa customer service merupakan karyawan yang sengaja dibentuk oleh
perusahaan untuk melayani pelanggan dengan baik supaya dapat memberikan
kepuasan kepada nasabahnya.
2.4. Pengertian Komplain Pelanggan
Dalam kegiatan pelayanan tidak menutup kemungkinan adanya beberapa
pelanggan yang merasa kurang puas dengan pelayanan yang telah diberikan, hal ini
21
biasanya memicu para pelanggan untuk memberikan atau melakukan komplain.
Komplain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keluhan yaitu
sesuatu yang diungkapkan yang keluar karena perasaan kesusahan.
Menurut Timm (2005) keluhan adalah, “Kesempatan mempererat hubungan
dan menciptakan loyalitas.
Menurut Bell dan Luddington (2006), keluhan pelanggan (customer
complaints) adalah, Umpan balik (feedback) dari pelanggan yang ditunjukkan kepada
perusahaan yang cenderung bersifat negatif”.
Menurut Rusadi (2004:56), “keluhan pelanggan merupakan ungkapan dari
ketidakpuasan yang dirasakan oleh konsumen”. (Rusydi, 2017)
Menurut (Tjiptono, 2005) dalam (Martiwi, Ryad, & Karlina, 2019) yang
dimaksud dengan keluhan adalah, “penyampaian keluhan secara langsung dan atau
meminta kompensasi kepada perusahaan maupun penyaluran”.
Dari pengertian komplain diatas dapat penulis simpulkan bahwa komplain
pelanggan merupakan suatu ungkapan atau keluhan dari pelanggan karena ketidak
puasan dengan suatu produk perusahaan tersebut ataupun dengan pelayanan yang
diberikan oleh karyawan tersebut.