BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori -...

19
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah: (1) Pembelajaran IPA (2) Hasil Belajar, (3) Model pembelajaran Numbered Headas Together, dan (4) Media flip chart. 2.1.1. Pembelajaran IPA 2.1.1.1.Pengertian IPA Menurut Trianto (2012:135) sejak zaman dahulu orang berusaha memanfaatkan alam. Mereka mencari makanan dan minuman bergantung pada alam. Melalui pengamatan manusia mempelajari alam. Mulai pengamatan dari objek-objek di sekitar hingga objek yang jauh untuk diamati. Dorongan rasa ingin tahu manusia mempercepat perkembangan sains. Manusia terus berkembang dan beradaptasi dengan alam hingga saat ini. Hal ini berati bahwa sains timbul dan berkembang dari rasa ingin tahu manusia. Seorang ahli lain yaitu Fowler (Trianto, 2012:136) berpendapat bahwa IPA adalah pengetahuan sistematis dan dirumuskan serta saling berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan yang didasarkan atau pengamatan dan deduksi. Pendapat lain dikemukakan oleh Wahyana (Trianto, 2012:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis dan terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya ditandai oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasarkan pendapat para ahli tentang IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan dengan menggunakan prosedur yang dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori -...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Teori

Dalam penelitian ini, teori yang akan dikaji adalah: (1) Pembelajaran IPA

(2) Hasil Belajar, (3) Model pembelajaran Numbered Headas Together, dan (4)

Media flip chart.

2.1.1. Pembelajaran IPA

2.1.1.1.Pengertian IPA

Menurut Trianto (2012:135) sejak zaman dahulu orang berusaha

memanfaatkan alam. Mereka mencari makanan dan minuman bergantung pada

alam. Melalui pengamatan manusia mempelajari alam. Mulai pengamatan dari

objek-objek di sekitar hingga objek yang jauh untuk diamati. Dorongan rasa ingin

tahu manusia mempercepat perkembangan sains. Manusia terus berkembang dan

beradaptasi dengan alam hingga saat ini. Hal ini berati bahwa sains timbul dan

berkembang dari rasa ingin tahu manusia.

Seorang ahli lain yaitu Fowler (Trianto, 2012:136) berpendapat bahwa IPA

adalah pengetahuan sistematis dan dirumuskan serta saling berhubungan dengan

gejala-gejala kebendaan yang didasarkan atau pengamatan dan deduksi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Wahyana (Trianto, 2012:136) menyatakan

bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis dan terbatas pada

gejala-gejala alam. Perkembangannya ditandai oleh adanya metode ilmiah dan

sikap ilmiah.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA

adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan

dengan menggunakan prosedur yang dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapat suatu kesimpulan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

6

2.1.1.2.Hakikat IPA

Menurut Trianto (2012:137) pada hakikatnya IPA terdiri atas dasar produk

ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Pertama, IPA sebagai produk yaitu

kumpulan hasil penelitian yang sudah membentuk konsep yang telah dikaji

sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Kedua, IPA sebagai proses yaitu

untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Ketiga,IPA sebagai

sikap adalah sikap ilmiah harus dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Donosepoetro (Trianto, 2012:137) menambahkan bahwa pada hakikat

IPAjuga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang alam, dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: IPA sebagai produk, proses dan

prosedur. IPA sebagai produk, diartikan sebagai suatu hasil dari proses yang

berupa pengetahuan yang diajarkan disekolah maupun diluar sekolah. IPA sebagai

proses, diartikan sebagai segala sesuatu atau semua kegiatan ilmiah untuk

menyempurnakan pengetahuan tentang alam ataupun menemukan pengetahuan

baru tentang gejala alam. IPA sebagai prosedur, diartikan sebagai metode atau

cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu atau sering disebut metode ilmiah.

Seorang ahli lain yaitu Sulistyorini (Susanto, 2013: 169) menjelaskan

bahwa ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah, yaitu: sikap

ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa,

tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan

kedisiplinan diri.

Pendapat lain menurut Marjono ( Susanto, 2013: 167) yang menyatakan

bahwa hal yang harus diutamakan dalam IPA adalah bagaimana mengembangkan

rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu masalah.

IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Menurut

Jacobson dan Bergman (Susanto, 2013:170), meliputi:

1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena

alam, termasuk juga penerapannya.

3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikap rahasia

alam.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

7

4. IPA tidak dapat membuktikan semua, namunsebagian atau beberapa saja.

5. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang objektif.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang IPA, dapat dipahami bahwa IPA

merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang

dapat menumbuhkan sikap ilmiah terhadap konsep IPA. Oleh karena itu, proses

belajar mengajar IPA di SD diharapkan dapat dilakukan dengan penyelidikan,

pengamatan, diskusi dan bukan hanya sekedar hafalan konsep-konsep IPA.

Pembelajaran diarahkan agar siswa dapat melakukan pengalaman langsung

melalui diskusi/kerjasama dengan teman dalam kelompok.

2.1.1.3.Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan

guru untuk memotivasi siswa mau melakukan proses belajar tentang prinsip-

prinsip dan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah.

Prihantro Laksmi (Trianto, 2012: 142) menyebutkan ada beberapa nilai-nilai

yang ditanamkan dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-

langkah metode ilmiah.

2. Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan

alat-alat eksperimen dalam memecahkan masalah.

3. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran IPA di SD memuat konsep-konsep yang masih terpadu,

karena belum dipisahkan secara sendiri-sendiri, seperti misalnya kimia, biologi

dan fisika.

Tujuan pembelajaran di SD menurut BNSP (Susanto, 2013:171),

dimaksudkan untuk:

1. Memperoleh keyakinan tehadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keteraturan alam.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman IPA untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

8

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang hubungan

yang saling mempengaruhi IPA.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam menjaga lingkungan

alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan ke jenjang SMP.

Dalam penelitian ini, penulis memilih standar kompetensi dan kompetensi

dasar mata pelajaran IPA di kelas IV pada semester II yaitu:

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bumi dan Alam Semesta

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,

cahaya matahari, dan gelombang air laut)

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,

abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir,

dan longsor)

2.1.2. Hasil Belajar

2.1.1.1.Hakikat Belajar

Menurut Thorndike (Budiningsih, 2012:21) belajar adalah proses interaksi

antara stimulus dan respon. Stimulus adalah suatu rangsangan dalam kegiatan

belajar yang dapat ditangkap oleh alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

9

muncul akibat adanya rangsangan tersebut, dapat berupa pikiran, perasaan

ataupun tindakan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Gagne (Susanto, 2013:1) yang menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu individu berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang

tidak dapat dipisahkan. Bagi Gagne, belajar diartikan sebagai proses untuk

memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah

laku.

Sependapat dengan Gagne, Winkel (Susanto, 2013:4) mengemukakah

bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi

aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap yang

bersifat relatif konstan.

Adapun menurut Klein (Suprihatiningrum, 2013:14) belajar adalah hasil

eksperimental dalam tingkah laku yang relatif permanen dan tidak dapat

diucapkan dengan pernyataan sesaat.

Seorang ahli lain yaitu Gestalt (Susanto, 2014: 12) menjelaskan bahwa

belajar merupakan suatu proses perkembangan. Hal itu berarti bahwa jiwa dan

raga anak secara kodrati mengalami perkembangan. Hasil dari belajar dipengaruhi

oleh siswa sendiri dan lingkungan.

Menurut Bell-Gredler (Winataputra, 2008:5) belajar adalah proses yang

dilakukan manusia untuk mendapatkan ketrampilan, kemampuan dan sikap.

Ketrampi lan, kemampuan dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan

berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses

belajar sepanjang hayat. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia

dengan mahluk lainnya.

Berdasarkan pendapar para ahli tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa

belajar diartikan sebagai aktivitas yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu pemahaman, atau suatu pengetahuan baru, sehinggga

memungkinkan adanya perubahan tingkah laku individu dalam berbagai aspek

kehidupan dan berkembang berdasarkan pengalaman atau latihan yang dialami.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

10

2.1.1.2.Hasil Belajar IPA

Menurut Gagne dan Briggs (Suprihatiningrum, 2013: 17) hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat yang

diperoleh dari proses belajar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Reigeluth (Suprihatiningrum, 2013: 37)

yang menyatakan hasil belajar adalah pengaruh yang memberikan suatu ukuran

nilai dari metode alternatif dalam kondisi yang berbeda. Reigeluth juga

mengartikan bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja yang diindikasikan sebagai

suatu kemampuan yang diperoleh.

Adapun menurut Nawawi (Susanto, 2013: 5) hasil belajar diartikan sebagai

keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran di sekolah yang ditunjukkan

dengan skor sesuai dengan hasil tes pada mata pelajaran tertentu.

Beberapa ahli lain yaitu Krathwohl, Bloom dan Masia (Suprihatiningrum,

2013: 38) membedakan hasil belajar menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik. Pertama, aspek kogitif ini berhubungan dengan

kemampuan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kedua, aspek afektif

berkaitan dengan kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan

apresiasi. Ketiga, aspek psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan

ketrampilan yang bersifat manual dan motorik.

Sependapat dengan Krathwohl, Bloom dan Masia, Susanto (2013: 5)

menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan pada siswa dalam aspek

kognitif, afektif dan psikomotoriknya sebagai hasil dari proses belajar. Susanto

juga menjelaskan secara sederhana bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah mengikuti kegiatan belajar.

Menurut Wasliman (Susanto, 2013: 12-13) hasil belajar merupakan hasil

interaksi antar berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi

proses belajarnya. Faktor internal tersebut antara lain: kecerdasan, minat dan

perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kondisi fisik dan kesehatan.

Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor eksternal tersebut antar lain: keluarga, sekolah dan masyarakat. Wasliman

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

11

menambahkan bahwa semakin tinggi kualitas belajar siswa, maka semakin tinggi

pula hasil belajarnya.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang hasil belajar, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa adalah pencapaian kompetensi dalam suatu mata

pelajaran dengan menggunakan kemampuan dan ketrampilan sesuai dengan

tingkat usahanya sebagai suatu hasil dari proses belajar untuk memperoleh ilmu

pengetahuan dengan memenuhi unsur-unsur kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.3. Model Pembelajaran Numbered Heads Together

2.1.1.1.Pengertian Numbered Heads Together

Menurut Arends (2008: 16) Numbered Heads Together merupakan model

pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan

lebih banyak siswa dalam menelaah berbagai materi yang dibahas dalam sebuah

pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran tersebut.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Iif Khoiru Ahmadi, dkk (2011 :59)

Numbered Heads Together(NHT) adalah suatu model pembelajaran dimana

setiap siswa diberi nomor suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil

nomor dari siswa.

Sependapat dengan Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Kokom Komalasari (2010:62)

menyatakan bahwa NHT merupakan suatu model pembelajaran di mana setiap

siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru

memanggil nomor dari siswa.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang model

pembelajaran Numbered Heads Together dapat disimpulkan bahwa Numbered

Heads Together adalah suatu strategi pembelajaran berkelompok dimana setiap

anggota kelompoknya bertanggung jawab terhadap tugas kelompoknya, sehingga

tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu

kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

12

2.1.1.2.Langkah-langkah Model Numbered Heads Together (NHT)

Arends (2008: 16) menjelaskan bahwa ada empat langkah-langkah

pembelajaran dalam Numbered Heads Together (NHT) yaitu;

1. Langkah 1: Numbering. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang

terdiri atas 3-5 siswa dan setiap anggota kelompok mendapat nomor 1 sampai

5.

2. Langkah 2: Questioning. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

Pertanyaan dapat bervariasi.

3. Langkah 3: Heads Together. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

pertanyaan dan memastikan setiap anggota kelompok tahu.

4. Langkah 4: Answering. Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-

masing kelompok yang memiliki nomor tersebut mengangkat tangan dan

memberikan jawabannya ke hadapan seluruh siswa.

Sependapat dengan Arends, Iif Khoiru Ahmadi menyebutkan ada beberapa

langkah-langkah dalam model pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT)yaitu:

1. Setiap siswa dibagi kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapatkan

nomor.

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan tugas.

3. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakan,

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil dan

melaporkan hasil kerjasama kelompok.

5. Tanggapan dari kelompok yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain.

6. Guru bersama siswa menyimpulkan tugas yang diberikan kepada peserta didik.

Adapun menurut Miftahul Huda (2011:130) menjelaskan ada beberapa

langkah dalam NHT yaitu:

1. Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok,

2. Masing-masing anggota diberi nomor,

3. Guru memanggil salah satu nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya,

4. Memanggil secara acak hingga semua nomor terpanggil.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

13

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang langkah-langkah model

pembelajaran NHT dapat disimpulkan bahwa secara umum ada empat langkah

dalam model pembelajaran yaitu numbering (penomoran), questioning (pemberian

tugas/pertanyaan), heads together (penyatuan pendapat) dan

answering(pemberian jawaban)sesuai yang dikemukakan oleh Arends.

2.1.1.3.Kelebihan dan Kekurangan Model Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Iif Khoiru Ahmadi, dkk (2011: 59-60) dalam menggunakan

strategi pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ada

beberapa kelebihan dan kelemahan.

Numbered Heads Together (NHT)memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai/tutor sebaya.

4. Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain.

5. Memupuk rasa kebersamaan.

6. Membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan.

Selain memiliki kelebihan tersebut, dalam menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terdapat

beberapa kelemahan yang harus diperhatikan, hal ini dilakukan agar tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, antara lain:

1. Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan.

2. Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi.

3. Guru harus bisa memfasilitasi siswa.

4. Tidak semua mendapat giliran.

NHT memiliki beberapa kelemahan, namun pendekatan ini penting

diterapkan untuk mendorong siswa bekerja sama dan berkembang secara positif.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan NHT dapat membuat siswa berkembang

aktif dalam kelompok yang memungkinkan untuk dapat meningkatkan hasil

belajar mereka.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

14

2.1.4. Media Flip Chart

2.1.1.1.Media

Pirenomulyo dan Nyoto Harjono (2010: 117) menjelaskan bahwa media

merupakan bentuk jamak dari perantara (medium), merupakan sarana komunikasi.

Secara etimologi „media‟ berasal dari bahasa Latin medium (“antara”), istilah ini

merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber dan

sebuah penerima. Istilah media sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses

pembelajaran pada dasarnya juga termasuk di dalamny karena dalam proses

tersebut ada komunikan, komunikator dan media komunikasi.

Menurut AECT (Assosiation of Education and Communication) dalam

Pirenomulyo dan Nyoto Harjono(2010:118) media adalah segala bentuk dan

saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Pendapat lain menurut NEA (National Education Assosiation) dalam

Pirenomulyo dan Nyoto Harjono(2010:118) media adalah segala benda yang

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibacakan beserta instrumen yang

digunakan untuk kegiatan tersebut.

Beberapa ahli yaitu Derald dan Ely (Budiyono, dkk. 2010: 137) menyatakan

bahwa media adalah alat-alat untuk menangkap atau memproses dan menyusun

kembali informasivisual ataupun verbal.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang media maka dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang

digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi untuk mendorong proses

pembelajaran.

2.1.1.2.Fungsi Media

Menurut Pirenomulyo dan Nyoto Harjono (2010: 119) secara umum fungsi

media adalah sebagai penyalur pesan. Dalam proses pembelajaran media

berfungsi sebagai alat interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan

pembelajaran lebih efektif dan efisien sehingga hasilnya lebih baik.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Enoch (Pirenomulyo dan Nyoto

Harjono, 2010:119) menjelaskan bahwa media berfungsi untuk memebangkitkan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

15

rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses

pembelajaran siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa fungsi media sangat penting

diterapkan dalam proses pembelajaran karena dapat menyalurkan pesan atau

informasi dari guru kepada siswa lebih efisien dan efektif serta akan berdampak

baik pada hasil belajar yang diperoleh.

2.1.1.3.Jenis Media Pembelajaran

Terdapat beberapa jenis media pembelajaran. Gerlach (Pirenomulyo dan

Nyoto Harjono, 2010:120) mengelompokkan ada media berdasarkan teknologi

yang digunakan, yaitu: media tradisional dan media dengan teknologi mutakhir.

Media tradisional meliputi:

1. Media visual diam yang diproyeksikan, contohnya: proyeki tak tembus

pandang, proyeki overhead, slides, dan film strip.

2. Media visual yang tak diproyeksikan, contohnya: gambar, poster, foto, charts,

grafik, diagram dan papan info.

3. Audio, contohnya: radio, piringan hitam, tape recorder.

4. Multimedia, contohnya: tape recorder dan multi image.

5. Visual yang diproyeksikan, contohnya: film, TV dan video.

6. Media cetak, contohnya: buku teks, modul, majalah dan hand out.

7. Permainan, contohnya: teka-teki dan simulasi.

8. Realita, contohnya: model, manipulatif seperti boneka dan peta.

Media teknologi mutakhir meliputi:

1. Media berbasis telekomunikasi, contohnya: teleconference dan kuliah jarak

jauh.

2. Media berbasis mikroprosesor, contohnya: computer-assisted instruction,

permainan, tutor intelejen, interactif dan hipermedia.

Adapun menurut Atmohoetomo (Pirenomulyo dan Nyoto Harjono,

2010:120) media pembelajaran terbagi atas tiga jenis, yaitu: media audio, visual

dan audio visual. Media audio, contohnya: radio, piringan hitam, dan tape

recorder. Media visual dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) media visual

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

16

yang diproyeksikan, contohnya: slide, film bisu, film strip, OHD, dan epidiascop.

(2) media visual yang tidak perlu diproyeksikan, contohnya: wall shets, model dan

objek. Sementara itu, media audio visual, contohnya: TV, video, film bicara, dan

sound slides.

2.1.1.4.Media Flip Chart

Media flip chart merupakan salah satujenis dari media visual yang tak

diproyeksikan yaitu mediachart. Menurut Nurseto (2011:25) Flipchart adalah

lembaran-lembaran kertas menyerupai kalender berukuran 50X75 cm, atau ukuran

yang lebih kecil 21X28 cm yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian

atasnya . Flipchart dapat digunakan sebagai media penyampai pesan

pembelajaran. Penyajian flip chart ini dapat menuntun pola pikir siswa agar

mudah mencerna materi pelajaran.

2.1.1.5.Cara Penggunaan Media Flip Chart

Nurseto (2011:26) menjelaskan cara menggunakan flip chart, yaitu:

1. Mempersiapkan diri: Guru perlu menguasai bahan pembelajaran dengan baik,

dan memiliki keterampilan untuk menggunakan media tersebut.

2. Penempatan yang tepat. Perhatikan posisi flipchart, sehingga dapat dilihat

dengan baik oleh semua siswa yang ada di ruangan kelas tersebut.

3. Pengaturan siswa. Misalnya siswa dibentuk menjadi setengah lingkaran, atau

leter U, pastikan semua siswa memperoleh pandangan yang baik.

4. Perkenalkan pokok materi. Materi yang disajikan terlebih dahulu

diperkenalkan kepada siswa pada saat awal membuka pelajaran.

5. Sajikan gambar. Setelah masuk pada materi, mulailah memperlihatkan

lembaran-lembaran gambar flipchart dan berikan keterangan yang cukup.

6. Beri kesempatan siswa untuk bertanya. Berikan stimulus agar siswa mau

bertanya, meminta klarifikasi apakah materi yang telah disampaikannya jelas

dipahami atau masih kurang jelas. Beri kesempatan siswa memberikan

komentar terhadap isi flipchart yang disajikan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

17

7. Menyimpulkan Materi. Dorong siswa berperan aktif menyimpulkan materi

yang diperkuat oleh guru. Jika dirasa perlu maka siswa atau guru kembali

membuka beberapa flipchart yang dianggap penting.

2.1.1.6.Kelebihan Menggunakan Media Flip Chart

Beberapa kelebihan dari flip chart menurut Nurtejo (2011:25), antara lain:

1. Mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis.

2. Dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan.

3. Mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis.

4. Dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan.

5. Bahan pembuatan relatif murah.

6. Mudah dibawa kemana-mana (moveable).

7. Meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2.1.1.7.Kelemahan Menggunakan Flip Chart

1. Sukar dibaca karena keterbatasan tulisan.

2. Pengajar/pembicara cenderung memunggungi peserta saat menulis.

3. Biasanya kertas flip chart hanya dapat digunakan untuk satu kali saja.

(menggunakan bahan kertas).

Berdasarkan jenis media, dengan mempertimbangkan kondisi sekolah,

sarana dan prasarana sekolah, serta karakteristik siswa, penulis memilih media flip

chart sebagai alat yang digunakan untuk membantu proses pembelajran. Media

flip chart merupakan media yang sederhana namun efektif dan dapat menarik

perhatian siswa sehingga hasil belajarnya lebih baik.

Sintak model pembelajaran numbered heads together berbantuan media flip

chart pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai

5 orang siswa. Setiap anggota kelompok mendapat nomor yang berbeda.

Nomor yang disediakan 1-5 untuk masing-masing kelompok.

2. Guru membagikan flipchartsebagai media belajar dan membimbing siswa

dalam kelompok.

3. Melakukan tanya jawab tentang materi yang terdapat pada flip chart.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

18

4. Guru membagi lembar kerja kepada setiap kelompok.

5. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama dalam kelompoknya.

Lembar kerja siswa dapat bervariasi tipe soal.

6. Guru memanggil nomor anggota dan menyebutkan satu nomor. Para siswa dari

tiap kelompok yang nomornya dipanggil menyiapkan jawaban untuk

dipresentasikan/dilaporkan.

7. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari semua pertanyaan yang

berhubungan tentang materi yang telah disampaikan.

Berdasarkan kajian teoritetang model pembelajaran NHT dan media flip

chart, meskipun ada beberapa kelemahan model pembelajaran NHT, namun

strategi ini sangat baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran IPA, karena

dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan keterampilan siswa secara positif

melalui kerja kelompok. Berdasarkan karakteristik dan kondisi sekolah, penulis

berusaha memilih media yang sesuai. Media yang digunakan merupakan media

flip chart yang pada dasarnya merupakan media yang sederhana, namun media ini

cukup efektif untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Penerapan model

pembelajarannumbered heads together berbantuan media flip chart ini

diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada di SDN Sidorejo 4 yaitu

tentang rendahnya hasil belajar siswa.

2.2. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan memuat tentang uraian sistematis hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan dihubungkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa acuan yang relevan.

Rini Hadiyanti dkk (2012) dalam jurnal yang berjudul “Keefektifan

Pembelajaran Kooperatif Numbered HeadsTogether terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan

keaktifan dan pemahaman siswa. Terbukti dari rata-rata keaktifan siswa kelas

eksperimen mencapai 74%, sedangkan kelas kontrol mencapai 73%. Dengan

demikian dapat disimpulkan model pembelajaran kelas kooperatif tipe Numbered

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

19

HeadsTogether lebih efektif dalam kemampuan pemahaman konsep siswa. Oleh

karena itu guru IPA hendaknya mengembangkan pembelajaran melalui

pembelajaran kooperatif, terutama model pembelajaran NHT untuk meningkatkan

keaktivan dan kemampuan pemahaman konsep siswa.

Fifi Fitriana Sari (2010) dalam jurnal yang berjudul „‟Implementasi Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)Dalam

Pemecahan Masalah Dimensi Tiga Siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang‟‟, hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada kenaikan rata-rata aktivitas guru dan siswa

selama proses pembelajaran. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata aktivitas guru

setelah empat kali pertemuan adalah 78,12 % . Karena procentation aktivitas guru

adalah antara selang 70 % sampai 84 % , sehingga aktivitas guru dalam proses

belajar termasuk kategori " baik ". Selain itu, aktivitas siswa dari pertemuan

pertama sampai pertemuan keempat selalu naik. Prosentase rata-rata aktivitas

siswa setelah kali keempat pertemuan adalah sebesar 85,10 % . Karena prosentase

aktivitas siswa adalah interval antara 85 % sampai 100 % , sehingga aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran adalah termasuk " sangat baik " kategori . Tanda

rata-rata kemampuan siswa pada pemecahan masalah " Dimensi Tiga " dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif terutama jenis Numbered Heads Together

( NHT ) dilakukan empat kali pertemuan adalah jumlah 79,91 % . Karena

persentasi kemampuan siswa pada pemecahan masalah "Dimensi Tiga " adalah

pada interval antara 70 % hingga 84 % , sehingga aktivitas guru dalam proses

pembelajaran adalah " Baik " kategori. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pembejaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keaktivan guru dan siswa

dalam melakukan pemecahan masalah.

Rudiansyah (2013) dalam jurnal yang berjudul „‟Penerapan Model

Cooperative Learning Tipe Number Heads Together (NHT)Dalam Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial‟‟, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya

peningkatan kemampuan merancang dari guru dan peningkatan hasil belajar

siswa. Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan kemampuan guru dalam

merancang pembelajaran sebesar 0,66. Terdapat peningkatan kemampuan guru

dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 0,93. Terdapat peningkatan hasil

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

20

belajar siswa sebesar 82,40 (tuntas). Terjadi peningkatan sebesar 28,80 poin. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan kemampuan merancang guru dan hasil belajar siswa.

Arief Bachtiar Putra (2013) dalam jurnal yang berjudul „’Cooperative

Learning Tipe NHT Dengan Media Grafis Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan

Hasil‟‟, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis data

penggunaan model cooperative learning tipe numbered Heads together (NHT)

dengan media grafis pada pembelajaran PKn kelas V B SD Negeri 5 Metro Barat

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (35,71%), siklus II

(58,93%), dan siklus III (83,33%). Peningkatan dari siklus I ke siklus II (23,22%)

dan dari siklus II ke siklus III (24,4%). Sementara itu nilai rata-rata kinerja guru

pada siklus I (48,89), siklus II (61,48), dan siklus III (77,04). Sedangkan rata-rata

nilai hasil belajar siswa pada siklus I (57,86), siklus II (65), dan siklus III (90).

Peningkatan dari siklus I ke siklus II (7,14) dan dari siklus II ke siklus III (25).

Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian kajian yang relevan tipe NHT terbukti dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Jadi, tidak salah jika penulis

memilih strategi tersebut untuk diterapkan guna mengatasi permasalahan yang

terjadi di SD Negeri 4 Sidorejo yaitu tentang rendahnya hasil belajar siswa.

2.3. Kerangka Berfikir

Penelitan ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas yang dilakukan

dalam suatu proses pembelajaran. Penulis melakukan penelitian berdasarkan atas

beberapa masalah – masalah yang terjadi di sekolah. Salah satunya yaitu di SD

Negeri 4 Sidorejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yang mengalami

masalah dalam kegiatan pembelajaran, dimana kurang tepatnya guru dalam

menggunakan strategi yang baik dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kesalahan

penggunaan strategi mengakibatkan rendahnya kemampuan keaktifan siswa

dalam kegiatan belajar.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

21

Penulis akan melakukan suatu tindakan dalam kelas pada proses

pembelajaran yaitu dengan menggunakan strategi cooperative learning tipe

Numbered Heads Together(NHT)berbantuan media flip chart. Dengan

mengoptimalkan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

keaktifan dan hasil belajar IPA.

Untuk mempermudah memahami kerangka pemikiran tersebut dapat

dituliskan pada bagan berikut :

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

22

Gambar 2.1.

Bagan sistematika kerangka berfikir

Rendahnya hasil belajar IPA

mencapai KKM ( ) dari siswa

keseluruhan (34, 62%)

Guru kurang optimal

dalam penggunaan

strategi Kondisi Awal

Peningkatan hasil belajar IPA siswa yang dilakukan dengan langkah-

langkah model pembelajaran Numbered Heads

Together(NHT)berbantuan media flip chart adalah sebagai berikut :

1. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Setiap anggota kelompok

mendapat nomor yang berbeda. Nomor yang disediakan 1-5 untuk

masing-masing kelompok.

2. Guru membagikan flipchartsebagai media belajar dan

membimbing siswa dalam kelompok.

3. Melakukan tanya jawab tentang materi yang terdapat pada flip

chart.

4. Guru membagi lembar kerja kepada setiap kelompok.

5. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama dalam

kelompoknya. Lembar kerja siswa dapat bervariasi tipe soal.

6. Guru memanggil nomor anggota dan menyebutkan satu nomor.

Para siswa dari tiap kelompok yang nomornya dipanggil

menyiapkan jawaban untuk dipresentasikan/dilaporkan.

7. Guru bersama siswa membuat simpulan dari semua pertanyaan

yang berhubungan tentang materi yang telah disampaikan.

Tindakan

Meningkatnya hasil belajar IPA mencapai KKM ( )

sebanyak ≥ 80% siswa secara keseluruhan.

Kondisi

Akhir

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9221/3/T1_292010073_BAB II.pdf · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ...

23

2.4. Perumusan Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir dapat diajukan hipotesis

tindakan adalah hasil belajar IPA dapat meningkat melalui model pembelajaran

Numbered Heads Together(NHT) berbantuan media Flip Chart siswa kelas IV

SD Negeri 4 Sidorejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.