BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

18
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam menghadapi perbedaan tersebut, metode pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan. Pemilihan metode yang tepat menempati peranan yang tak kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan. Metode pembelajaran adalah suatu cara untuk melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga menumbuhkan minat siswa untuk memperhatikan, mengikuti alur pembelajaran sehingga akan di dapat keberhasilan proses belajar mengajar. Gintings (2007:42) metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai dasar prinsip pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama.

Dalam menghadapi perbedaan tersebut, metode pembelajaran yang tepat

sangat dibutuhkan. Pemilihan metode yang tepat menempati peranan yang tak

kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa

yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang

diajarkan.

Metode pembelajaran adalah suatu cara untuk melakukan proses

pembelajaran yang menyenangkan sehingga menumbuhkan minat siswa untuk

memperhatikan, mengikuti alur pembelajaran sehingga akan di dapat

keberhasilan proses belajar mengajar. Gintings (2007:42) metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam

memanfaatkan berbagai dasar prinsip pendidikan serta berbagai teknik dan

sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri

pembelajar. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan

mampu mencapai tujuan pengajaran.

Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi

pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

9

b. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara

memperagakan sesuatu untuk menemukan jawaban atas sesuatu yang di

peragakan. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi

biasanya menggunkan alat-alat bantu untuk memperagakan. Menurut Ginting

(2007:53) pembelajaran metode demonstrasi tidak berarti sekedar

memperlihatkan tetapi lebih dari itu peragaan di artikan sebagai membimbing

dengan cara memperlihatkan langkah-langkah atau menguraikan rincian dari

suatu proses. Sependapat dengan itu Aminudin (2002:8) mengemukakan

bahwa metode demonstrasi ialah cara pembelajaran dengan memperagakan,

mempertunjukkan, atau memperlihatkan sesuatu dihadapan siswa di dalam

atau luar kelas.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang efektif membantu

siswa untuk menemukan jawabannya sendiri dengan berdasarkan fakta dan

data yang benar.

c. Kelamahan dan Kelebihan Metode Demonstrasi

Sebagai metode pembelajaran tentunya metode demonstrasi memiliki

kekurangan dan kelebihan. Menurut Yamin (2013:151) Kelemahan utama

yang di alami guru dalam menerapkan metode demonstrasi yaitu:

1) Memerlukan waktu persiapan dan pelaksanaan yang lebih banyak

2) Membutuhkan peralatan yang kadang kala mahal atau tidak dimiliki oleh

sekolah

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

10

3) Agar efektif, demonstrasi harus dilakukan secara berulang dan dalam

kelompok yang kecil agar semua siswa mendapatkesempatan untuk

memperhatikan atau memainkan peran

Sedangkan kelebihan dari metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut :

1) Dalam pembelajaran teori, memperagakan akan memberikan pemahaman

yang lebih konkrit tentang bagian suatu obyek atau labgkah-langkah suatu

proses

2) Dalam pembelajaran praktek, demonstrasi akan menuntun siswa

menguasai keterampilan tertentu secara lebih mudah dan sistematis

termasuk mengingat langkah-langkah kunci yang harus dikuasai oleh

siswa.

d. Aspek Penting dalam Penggunaan Metode Demonstrasi

Adapun aspek-aspek penting dalam menggunakan metode demontrasi

menurut Yamin (2013:152) adalah sebagai berikut :

1) Demontrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di

demontrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa.

2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti dengan sebuah

aktifitas dimana para peserta didik endiri dapat ikut bereksperimen dan

menjadikan aktivitas itu pengalaman pribadi

3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan didalam kelompok

4) Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian

didemonstrasikan, terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam

situasi nyata

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

11

5) Manakala setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu

yang banyak dan membosankan bagi peserta didik yang lain.

e. Langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi

Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi

menurut Putra (3013:109) adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan dengan jelas mengenai jenis kecakapan atau keterampilan

yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi di lakukan

2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh terkait wajar atau tidaknya

metode itu di gunakan secara efektif atau tidak tidak metode tersebut untuk

mencapai tujuan yang dirumuskan.

3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan

mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktudiadakan

demonstrasi tidak gagal

4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas

5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan;

sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu

supaya tidak gagal pada waktunya

6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apabila tersedia waktu untuk

memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan

serta komentar swlama dan sesudah demonstrasi

7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan ialah

sebagai berikut :

a. Keterangan-keterangan dapat didengar secara jelas oleh siswa

b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap

siswa bisa melihat secara jelas

c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan

sebelumnya.

8) Menerapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Seringkali, perlu

diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba

melakukan demonstrasi.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Putra (2013:109)

dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan metode demonstrasi harus

memperharikan indikator pencapaian peserta didik, alat yang digunakan,

memperhatikan jumlah peserta didik, menetapkan garis besar dan selama

metode demonstrasi berlangsung perlu diperhatikan keterangan yang

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

12

dijelaskan guru dapat didengar dengan jelas oleh siswa dan sarankan kepada

peserta didik membuat catatan-catatan kecil.

2. Pembelajaran Matematika SD

a. Pengertian Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran mengandung dua makna yaitu belajar mengajar. Belajar

dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar dilakukan oleh guru disini guru

sebagai pendidik dan sumber informasi. Belajar adalah kegiatan dimana orang

harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan pelajaran, sedangkan mengajar

adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh guru sebagai pendidik.

Adapun menurut Susanto (2013:186) pembelajaran matematika adalah

suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi matematika.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang

mengandung dua proses kegiatan yaitu belajar mengajar. Dua aspek ini akan

saling berkolaborasi secara terpadu menjadi sebuah kegiatan pada saat terjadi

interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

lingkungan pada saat proses belajar berlangsung.

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa sama-

sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini

akan tercapai secara maksimal apabila pembelajaran berlangsung secara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

13

efektif. Pembelajaran secara efektif adalah pembelajaran yang mampu

melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari

segi proses dan dari segi hasil yang dipeoleh siswa.

Menurut Hans Freudental dalam Susanto (2012:189), matematika

merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan

realitas. Dengan demikian, matematika merupakan cara berfikir logis yang

dipresentasikn dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang

telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sd adalah proses

pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian

kegiatan yang terencana sehingga peserta didik paham akan materivyang

diajarkan.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Prihandoko (2006: 5) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di

sekolah dasar adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk

menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan.

Selain itu Susanto (2012:189) mengemukakan secara umum, tujuan

pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan

terampil menggunakan matematika.

Depdiknas (2002:9) mengemukakan bahwa kompetensi atau kemampuan

umum pembelajaran matematika disekolah dasar adalah sebagai berikut :

1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian, pembagian beresta operasi campurannya,termasuk yang

melibatkan pecahan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

14

2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang

sederhana, termasuk penggunaan sudut. Keliling, luas, dan volume

3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan system koorninat.

4) Menggunakan pengukuran satuan:satuan, kesetaraan antar satuan, dn

penaksiran pengukuran.

5) Menentukan dan menasirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,

terendah, rata-rata, modes, mengumpulkan dan menyajikan.

6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan

gagasan secara matematika.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut seorang guru hendaknya

dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan

siswa aktif dalam mengembangkan pengetahuannya. Susanto (2012:190)

berpendapat siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran

melalui suatu proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang

sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

c. Ruang Lingkup Pembelajaraan Matematika SD

Adapun ruang lingkup pelajaran matematika yaitu bilangan,

geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Kompetensi dalam

bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan

sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan menaksir

hasil operasi hitung.

Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan

mengidentifikasi pengelolaan data dan bangun ruang serta menentukan

keliling, luas, volume, dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data

ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan dan

membaca data

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

15

3. Perkalian dan Pembagian Bilangan

a. Pengertian Perkalian Bilangan

Heruman (2007:22) menjelaskan pada prinsipnya, perkalian sama dengan

penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang

harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penjumlahan.

Perkalian termasuk topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini

dapat dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkat satuan sekolah

dasar belum menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak

mengalami kesulitan dalam mempelajari topik matematika yang lebih tinggi.

Melalui penggunaan media dan pemilihan metode pembelajaran demonstrasi

dirasa dapat membantu siswa dalam mempelajari perkalian ini

I. Penanaman Konsep Perkalian

- Media yang diperlukan:

Berbagai benda yang dimiliki siswa seperti pensil, pulpen, buku,

penghapus, dan sebagainya

- Kegiatan Pembelajaran:

Pada awal pembelajaran, guru dapat bercerita tentang permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian. Untuk

membantu kemampuan berfikir siswa diberikan bantuan benda atau

gambar yang sesuai dengan cerita, seperti pada contoh berikut :

1. Bu Endang mengambil buku dari dus sebanyak tiga kali, setiap

pengambilan terambil dua buku. Berapa jumlah buku yang diambil

bu endang semuanya?

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

16

Jumlah buku yang terambil

2 + 2 + 2 = 6

Dari peragaan di atas, guru dapat memberikan pertanyaan

pengiring untuk siswa dalam menemukan konsep perkalian, misal

sebagai berikut :

Berapa kali bu endang mengambil buku? (jawaban yang

diharapkan : 3)

Berapa jumlah buku setiap pengambilan? (jawaban yang

diharapkan : 2)

Berapa jumlah buku yang diambil seluruhnya oleh Bu endang?

(jawaban yang diharapkan : 2 + 2 + 2 = 6 buku) atau tiga kali

dua ( 3 kali 2) yang tertulis dalam perkalian 3 x 2 = 6

Berilah penekanan pada siswa bahwa 2 + 2 + 2 jika ditulis

dalam perkalian menjadi 3 x 2 = 6

2.

Banyaknya bola seluruhnya: 2 + 2 + 2 + 2 = 8

Ditulis dalam perkalian …. x… = 8 ((jawaban yang di harapkan:

4 x 2 = 8)

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

17

Sebagai tahapan awal, siswa sebaiknya mengerjakan perkalian

dengan cara mengubah terlebih dahuu dari perkalian ke dalam

penjumlahan, dan sebaliknya. Siswa jangan dulu diberikan drill

sebelum mereka memahami benar konsep perkalian sebagai

penjumlahan berulang.

II. Pemahaman konsep Perkalian

Untuk mengetahui apakah siswa telah memahami topik perkalian

ini, kita dapat memberikan contoh soal dengan jawaban yang benar dan

salah. Apabila siswa mengatakan “salah” pada soal dengan jawaban salah,

serta mengoreksi jawaban tersebut, berarti siswa telah paham. Perhatikan

contoh berikut:

Perhatikan perkalian dibawah ini. Apabila benar beri tanda √, jika salah

perbaikilah!

a. 3 + 4 = 3 x 4

b. 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 2 x 5

c. 4 + 4 + 4 = 3 x 4

d. 5 + 5 + 5 + 5 = 4 x 5

e. 2 + 2 + 2 = 3 x 2

f. 2 x 4 = 2 + 2 + 2 + 2

g. 3 x 5 = 5 + 5 + 5

h. 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2

i. 5 x 3 = 5 + 3

j. 4 x 4 = 4 + 4

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

18

b. Pengertian Pembagian Bilangan

Pembagian menurut Heruman (2007:26) merupakan lawan dari

perkalian. Pembagian disebut juga pengurangan berulang sampai habis.

Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari

konsep pembagian adalah pengurangan dan perkalian.

Pembagian termasuk topic yang sulit untuk dimengerti siswa. Oleh

karena itu, banyak ditemukan kasus ketika siswa di kelas tinggi SD bahkan

SMP, kurang memiliki keterampilan dalam pembagian. Hal ini merupakan

penyebab mengapa siswa banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari

matematika atau mata pelajaran lain yang berkaitan dengan pembagian.

Penggunaan media pembelajaran dan pemilihan metode yang benar

diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari topic pembagian

tersebut.

I. Penanaman Konsep Pembagian

- Media yang diperlukan

Berbagai benda yang dimiliki siswa seperti pensil, pulpen, buku,

penghapus dan sebagainya.

- Kegiatan pembelajaran

Pada awal pembelajaran guru dapat bercerita tentang

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

pembagian. Cerita yang disajikan adalah cerita yang dekat dengan

kehidupan siswa, maupun cerita yang sering atau pernah di alami

siswa. Untuk membantu kemampuan berfikir siswa, kita dapat

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

19

memberikan bantuan benda atau gambar yang sesuai dengan

cerita. Perhatikan contoh berikut:

1. Bu rahma mempunyai 6 buah buku. Buku tersebut akan

dibagikan sama banyak pada 2 orang anak. Berapa buah buku

yang di dapatkan setiap anak?

anak 1

anak 2

perintah peragaan:

- Ambil 2 bagikan!

- Ambil 2 lagi, bagikan!

- Ambil 2 lagi, bagikan!(Habis)

a. Berapa buah buku yang didapatkan masing-masing anak?

(jawaban yang diharapkan: 3 buah buku)

Dengan kata lain, peragaan di atas sama seperti 6 diambil 2, diambil 2,

diambil 2 = habis.

Apabila ditulis dalam pengurangan, perintah diatas menjadi 6 – 2 – 2 – 2 =

0

b. Berapa kali bu rahma mengambil 2 buku sekaligus?

(jawaban yang diharapkan: 3 kali)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

20

Apabila ditulis dalam pembagian menjadi 6 : 2 = 3

2. Paman mempunyai 8 buah bola kecil. Bola tersebut akan

dibagikan pada 2 orang anak. Berapa buah bola yang diperoleh

masing-masing anak?

Anak 1 Anak 2

Perintah peragaan:

- Ambil 2 bagikan!

- Ambil 2 lagi, bagikan!

- Ambil 2 lagi, bagikan!(habis)

1. Berapa buah bola yang di dapatkan masing-masing anak?

(jawaban yang diharapkan: 4 buah bola)

Dengan kata lain, dalam peragaan di atas: 8 dibagi 2, dibagi 2, dibagi 2,

dibagi 2 = habis

Perintah di atas jika ditulis dalam pengurangan menjadi 8 – 2 – 2 – 2 – 2 =

0

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

21

2. Berapa kali paman mengambil 2 bola sekaligus? (jawaban yang

diharapkan: 4 kali)

apabila ditulis dalam pembagian menjadi 8 : 2 = 4

Buatlah keterkaitan antara pembagian dan pengurangan seperti berikut:

a. 8 : 2 =… 8 – 2 – 2 – 2 – 2 = 0

8 : 2 = 4

b. 12 : 3 = … 12 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0

12 : 3 = 4

c. 15 : 5 = … 15 – 5 – 5 - = 0

15 : 5 = 3

d. 6 – 2 – 2 – 2 = 0 6 : 2 = 3

e. 8 – 4 – 4 = 0 8 : 4 = 2

f. 6 – 3 – 3 = 0 6 : 3 = 2

g. 9 – 3 – 3 – 3 = 0 9 : 3 = 3

h. 12 – 4 – 4 – 4 = 0 12 : 4 = 3

Untuk tahap awal, siswa sebaliknya mengerjakan pembagian

dengan cara mengubah terlebih dahulu pembagian ke dalam pengurangan,

dan sebaliknya

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

22

II. Pemahaman Konsep Pembagian

Untuk mengetahui apakah siswa telah memahami topik

pembagian ini, guru dapat memberikan contoh soal dengan

jawaban yang benar dan salah. Apabila siswa mengatakan “salah”

pada soal dengan jawaban salah, dan dapat mengkoreksi jawaban

salah tersebut, berarti mereka telah paham. Perhatikan contoh

berikut:

Perhatikan pembagian dibawah ini. Apabila benar beri

tanda (√), jika salah perbaikilah!

a. 4 : 2 = 4 – 2 – 2 – 2 = 0 4 : 2 = 3

b. 10 : 2 = 10 – 5 – 5 = 0 10 : 2 = 2

c. 16 : 8 = 18 – 8 – 8 = 0 16 : 8 = 2

d. 12 : 4 = 12 – 4 – 4 – 4 = 0 12 : 4 = 3

e. 6 : 3 = 6 – 3 – 3 = 0 6 : 3 = 2

f. 8 : 4 = 2

g. 6 : 2 = 4

h. 9 : 3 = 3

i. 12 : 3 = 5

j. 10 : 5 = 2

k.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

23

B. Kajian Penelitian yang relevan

Penelitian yang terkait dilakukan oleh Utin Nurharmiyati (2013)

yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Pecahan

dengan Demonstrasi Kelas III SDN 31 Pontianak Barat”. Hasil penelitian

menunjukkan pada siklus I di kelas III SD Negeri 31 Pontianak Barat pada

pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi rata-

ratanya sebesar 67,64 sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan

terhadap perencanaan pembelajaran guru dengan rata-rata sebesar 83,82.

Hasil penelitian lain dari Darwin (2012) dengan judul

“Peningkatan Minat Belajar Menggunakan Metode Demonstrasi Pada

Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 17 Mengkatang” berdasarkan

hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengamati peningkatan minat belajar dengan menggunakan

metode pada pembelajaran matematika kelas V SD Negeri 17 Mengkatang

Ngabang Kabupaten Landak, diperoleh kesimpulan bahwa terjadi

peningkatan perasaan senang pada siklus I 49% meningkat menjdi 71%

pada siklus II, ada peningkatan 22%. Peningkatan perhatian pada siklus I

57% meningkat menjadi 76% pada siklus II, ada peningkatan 19%.

Penignkatan ketertarikan pasa siklus I 42% meningkat menjadi 55% pada

siklus II, ada peningkatan 13%.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak

pada jenis penilitiannya. Penelitian terdahulu menggunakan jenis

penelitian tindakan kelas yang fokus untuk memperbaiki atau

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

24

meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Sedangkan penelitian sekarang

menggunakan jenis penelitian kualitatif yang fokus meneliti tentang

metode pembelajaran yang digunakan untuk tercapainya proses

pembelajaran

Persamaan penelitian terdahulu dan sekarang sama-sama meneliti

tentang metode demonstrasi dalam proses pembelajaran.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...

25

C. Kerangka Pikir

Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

D.

E.

F.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Penerapan Metode Demonstrasi

Analisis Penerapan konsep perkalian dan pembagian

Fakta dilapangan

Penggunaan metode demonstrasi pada materi perkalian dan pembagian pada

siswa kelas IIIB SDN Lowokwaru 1 Malang yang telah dilakukan

sebelumnya dirasa sangat efektif dalam menanamkan pemahaman konsep

anak terhadap materi tersebut.

Dampak penggunaan

metode demonstrasi

terhadap pemahaman

konsep materi

perkalian dan

pembagian terhadap

hasil belajar siswa

kelas IIIB SDN

Lowokwaru 1 Malang

Kemampuan guru

dalam menerapkan

metode demonstrasi

terhadap pemahaman

konsep perkalian dan

pembagian siswa kelas

IIIB SDN Lowokwaru

Malang

Kendala dalam

melakukan metode

demonstrasi terhadap

pemahaman konsep

perkalian dan

pembagian siswa

kelas IIIB SDN

Lowokwaru 1

Malang

Hasil

Penggunaan metode demonstrasi terhadap pemahaman konsep

perkalian dan pembagian yang dilihat pada saat proses belajar mengajar

berlangsung