BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Metode ...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama.
Dalam menghadapi perbedaan tersebut, metode pembelajaran yang tepat
sangat dibutuhkan. Pemilihan metode yang tepat menempati peranan yang tak
kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan metode apa
yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang
diajarkan.
Metode pembelajaran adalah suatu cara untuk melakukan proses
pembelajaran yang menyenangkan sehingga menumbuhkan minat siswa untuk
memperhatikan, mengikuti alur pembelajaran sehingga akan di dapat
keberhasilan proses belajar mengajar. Gintings (2007:42) metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam
memanfaatkan berbagai dasar prinsip pendidikan serta berbagai teknik dan
sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri
pembelajar. Dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan
mampu mencapai tujuan pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
9
b. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperagakan sesuatu untuk menemukan jawaban atas sesuatu yang di
peragakan. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi
biasanya menggunkan alat-alat bantu untuk memperagakan. Menurut Ginting
(2007:53) pembelajaran metode demonstrasi tidak berarti sekedar
memperlihatkan tetapi lebih dari itu peragaan di artikan sebagai membimbing
dengan cara memperlihatkan langkah-langkah atau menguraikan rincian dari
suatu proses. Sependapat dengan itu Aminudin (2002:8) mengemukakan
bahwa metode demonstrasi ialah cara pembelajaran dengan memperagakan,
mempertunjukkan, atau memperlihatkan sesuatu dihadapan siswa di dalam
atau luar kelas.
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang efektif membantu
siswa untuk menemukan jawabannya sendiri dengan berdasarkan fakta dan
data yang benar.
c. Kelamahan dan Kelebihan Metode Demonstrasi
Sebagai metode pembelajaran tentunya metode demonstrasi memiliki
kekurangan dan kelebihan. Menurut Yamin (2013:151) Kelemahan utama
yang di alami guru dalam menerapkan metode demonstrasi yaitu:
1) Memerlukan waktu persiapan dan pelaksanaan yang lebih banyak
2) Membutuhkan peralatan yang kadang kala mahal atau tidak dimiliki oleh
sekolah
10
3) Agar efektif, demonstrasi harus dilakukan secara berulang dan dalam
kelompok yang kecil agar semua siswa mendapatkesempatan untuk
memperhatikan atau memainkan peran
Sedangkan kelebihan dari metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut :
1) Dalam pembelajaran teori, memperagakan akan memberikan pemahaman
yang lebih konkrit tentang bagian suatu obyek atau labgkah-langkah suatu
proses
2) Dalam pembelajaran praktek, demonstrasi akan menuntun siswa
menguasai keterampilan tertentu secara lebih mudah dan sistematis
termasuk mengingat langkah-langkah kunci yang harus dikuasai oleh
siswa.
d. Aspek Penting dalam Penggunaan Metode Demonstrasi
Adapun aspek-aspek penting dalam menggunakan metode demontrasi
menurut Yamin (2013:152) adalah sebagai berikut :
1) Demontrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di
demontrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa.
2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti dengan sebuah
aktifitas dimana para peserta didik endiri dapat ikut bereksperimen dan
menjadikan aktivitas itu pengalaman pribadi
3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan didalam kelompok
4) Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian
didemonstrasikan, terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam
situasi nyata
11
5) Manakala setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu
yang banyak dan membosankan bagi peserta didik yang lain.
e. Langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi
Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi
menurut Putra (3013:109) adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan dengan jelas mengenai jenis kecakapan atau keterampilan
yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi di lakukan
2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh terkait wajar atau tidaknya
metode itu di gunakan secara efektif atau tidak tidak metode tersebut untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan.
3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan
mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktudiadakan
demonstrasi tidak gagal
4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas
5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan;
sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu
supaya tidak gagal pada waktunya
6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apabila tersedia waktu untuk
memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
serta komentar swlama dan sesudah demonstrasi
7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan ialah
sebagai berikut :
a. Keterangan-keterangan dapat didengar secara jelas oleh siswa
b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap
siswa bisa melihat secara jelas
c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan
sebelumnya.
8) Menerapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Seringkali, perlu
diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba
melakukan demonstrasi.
Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Putra (2013:109)
dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan metode demonstrasi harus
memperharikan indikator pencapaian peserta didik, alat yang digunakan,
memperhatikan jumlah peserta didik, menetapkan garis besar dan selama
metode demonstrasi berlangsung perlu diperhatikan keterangan yang
12
dijelaskan guru dapat didengar dengan jelas oleh siswa dan sarankan kepada
peserta didik membuat catatan-catatan kecil.
2. Pembelajaran Matematika SD
a. Pengertian Pembelajaran Matematika SD
Pembelajaran mengandung dua makna yaitu belajar mengajar. Belajar
dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar dilakukan oleh guru disini guru
sebagai pendidik dan sumber informasi. Belajar adalah kegiatan dimana orang
harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan pelajaran, sedangkan mengajar
adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh guru sebagai pendidik.
Adapun menurut Susanto (2013:186) pembelajaran matematika adalah
suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi matematika.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang
mengandung dua proses kegiatan yaitu belajar mengajar. Dua aspek ini akan
saling berkolaborasi secara terpadu menjadi sebuah kegiatan pada saat terjadi
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
lingkungan pada saat proses belajar berlangsung.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa sama-
sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini
akan tercapai secara maksimal apabila pembelajaran berlangsung secara
13
efektif. Pembelajaran secara efektif adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari
segi proses dan dari segi hasil yang dipeoleh siswa.
Menurut Hans Freudental dalam Susanto (2012:189), matematika
merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan
realitas. Dengan demikian, matematika merupakan cara berfikir logis yang
dipresentasikn dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang
telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sd adalah proses
pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian
kegiatan yang terencana sehingga peserta didik paham akan materivyang
diajarkan.
b. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Prihandoko (2006: 5) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di
sekolah dasar adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk
menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan.
Selain itu Susanto (2012:189) mengemukakan secara umum, tujuan
pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan
terampil menggunakan matematika.
Depdiknas (2002:9) mengemukakan bahwa kompetensi atau kemampuan
umum pembelajaran matematika disekolah dasar adalah sebagai berikut :
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, pembagian beresta operasi campurannya,termasuk yang
melibatkan pecahan.
14
2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk penggunaan sudut. Keliling, luas, dan volume
3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan system koorninat.
4) Menggunakan pengukuran satuan:satuan, kesetaraan antar satuan, dn
penaksiran pengukuran.
5) Menentukan dan menasirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,
terendah, rata-rata, modes, mengumpulkan dan menyajikan.
6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan
gagasan secara matematika.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut seorang guru hendaknya
dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan
siswa aktif dalam mengembangkan pengetahuannya. Susanto (2012:190)
berpendapat siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran
melalui suatu proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang
sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.
c. Ruang Lingkup Pembelajaraan Matematika SD
Adapun ruang lingkup pelajaran matematika yaitu bilangan,
geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Kompetensi dalam
bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan
sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah dan menaksir
hasil operasi hitung.
Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan
mengidentifikasi pengelolaan data dan bangun ruang serta menentukan
keliling, luas, volume, dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data
ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan dan
membaca data
15
3. Perkalian dan Pembagian Bilangan
a. Pengertian Perkalian Bilangan
Heruman (2007:22) menjelaskan pada prinsipnya, perkalian sama dengan
penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang
harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penjumlahan.
Perkalian termasuk topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini
dapat dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkat satuan sekolah
dasar belum menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak
mengalami kesulitan dalam mempelajari topik matematika yang lebih tinggi.
Melalui penggunaan media dan pemilihan metode pembelajaran demonstrasi
dirasa dapat membantu siswa dalam mempelajari perkalian ini
I. Penanaman Konsep Perkalian
- Media yang diperlukan:
Berbagai benda yang dimiliki siswa seperti pensil, pulpen, buku,
penghapus, dan sebagainya
- Kegiatan Pembelajaran:
Pada awal pembelajaran, guru dapat bercerita tentang permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian. Untuk
membantu kemampuan berfikir siswa diberikan bantuan benda atau
gambar yang sesuai dengan cerita, seperti pada contoh berikut :
1. Bu Endang mengambil buku dari dus sebanyak tiga kali, setiap
pengambilan terambil dua buku. Berapa jumlah buku yang diambil
bu endang semuanya?
16
Jumlah buku yang terambil
2 + 2 + 2 = 6
Dari peragaan di atas, guru dapat memberikan pertanyaan
pengiring untuk siswa dalam menemukan konsep perkalian, misal
sebagai berikut :
Berapa kali bu endang mengambil buku? (jawaban yang
diharapkan : 3)
Berapa jumlah buku setiap pengambilan? (jawaban yang
diharapkan : 2)
Berapa jumlah buku yang diambil seluruhnya oleh Bu endang?
(jawaban yang diharapkan : 2 + 2 + 2 = 6 buku) atau tiga kali
dua ( 3 kali 2) yang tertulis dalam perkalian 3 x 2 = 6
Berilah penekanan pada siswa bahwa 2 + 2 + 2 jika ditulis
dalam perkalian menjadi 3 x 2 = 6
2.
Banyaknya bola seluruhnya: 2 + 2 + 2 + 2 = 8
Ditulis dalam perkalian …. x… = 8 ((jawaban yang di harapkan:
4 x 2 = 8)
17
Sebagai tahapan awal, siswa sebaiknya mengerjakan perkalian
dengan cara mengubah terlebih dahuu dari perkalian ke dalam
penjumlahan, dan sebaliknya. Siswa jangan dulu diberikan drill
sebelum mereka memahami benar konsep perkalian sebagai
penjumlahan berulang.
II. Pemahaman konsep Perkalian
Untuk mengetahui apakah siswa telah memahami topik perkalian
ini, kita dapat memberikan contoh soal dengan jawaban yang benar dan
salah. Apabila siswa mengatakan “salah” pada soal dengan jawaban salah,
serta mengoreksi jawaban tersebut, berarti siswa telah paham. Perhatikan
contoh berikut:
Perhatikan perkalian dibawah ini. Apabila benar beri tanda √, jika salah
perbaikilah!
a. 3 + 4 = 3 x 4
b. 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 2 x 5
c. 4 + 4 + 4 = 3 x 4
d. 5 + 5 + 5 + 5 = 4 x 5
e. 2 + 2 + 2 = 3 x 2
f. 2 x 4 = 2 + 2 + 2 + 2
g. 3 x 5 = 5 + 5 + 5
h. 4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2
i. 5 x 3 = 5 + 3
j. 4 x 4 = 4 + 4
18
b. Pengertian Pembagian Bilangan
Pembagian menurut Heruman (2007:26) merupakan lawan dari
perkalian. Pembagian disebut juga pengurangan berulang sampai habis.
Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari
konsep pembagian adalah pengurangan dan perkalian.
Pembagian termasuk topic yang sulit untuk dimengerti siswa. Oleh
karena itu, banyak ditemukan kasus ketika siswa di kelas tinggi SD bahkan
SMP, kurang memiliki keterampilan dalam pembagian. Hal ini merupakan
penyebab mengapa siswa banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari
matematika atau mata pelajaran lain yang berkaitan dengan pembagian.
Penggunaan media pembelajaran dan pemilihan metode yang benar
diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari topic pembagian
tersebut.
I. Penanaman Konsep Pembagian
- Media yang diperlukan
Berbagai benda yang dimiliki siswa seperti pensil, pulpen, buku,
penghapus dan sebagainya.
- Kegiatan pembelajaran
Pada awal pembelajaran guru dapat bercerita tentang
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
pembagian. Cerita yang disajikan adalah cerita yang dekat dengan
kehidupan siswa, maupun cerita yang sering atau pernah di alami
siswa. Untuk membantu kemampuan berfikir siswa, kita dapat
19
memberikan bantuan benda atau gambar yang sesuai dengan
cerita. Perhatikan contoh berikut:
1. Bu rahma mempunyai 6 buah buku. Buku tersebut akan
dibagikan sama banyak pada 2 orang anak. Berapa buah buku
yang di dapatkan setiap anak?
anak 1
anak 2
perintah peragaan:
- Ambil 2 bagikan!
- Ambil 2 lagi, bagikan!
- Ambil 2 lagi, bagikan!(Habis)
a. Berapa buah buku yang didapatkan masing-masing anak?
(jawaban yang diharapkan: 3 buah buku)
Dengan kata lain, peragaan di atas sama seperti 6 diambil 2, diambil 2,
diambil 2 = habis.
Apabila ditulis dalam pengurangan, perintah diatas menjadi 6 – 2 – 2 – 2 =
0
b. Berapa kali bu rahma mengambil 2 buku sekaligus?
(jawaban yang diharapkan: 3 kali)
20
Apabila ditulis dalam pembagian menjadi 6 : 2 = 3
2. Paman mempunyai 8 buah bola kecil. Bola tersebut akan
dibagikan pada 2 orang anak. Berapa buah bola yang diperoleh
masing-masing anak?
Anak 1 Anak 2
Perintah peragaan:
- Ambil 2 bagikan!
- Ambil 2 lagi, bagikan!
- Ambil 2 lagi, bagikan!(habis)
1. Berapa buah bola yang di dapatkan masing-masing anak?
(jawaban yang diharapkan: 4 buah bola)
Dengan kata lain, dalam peragaan di atas: 8 dibagi 2, dibagi 2, dibagi 2,
dibagi 2 = habis
Perintah di atas jika ditulis dalam pengurangan menjadi 8 – 2 – 2 – 2 – 2 =
0
21
2. Berapa kali paman mengambil 2 bola sekaligus? (jawaban yang
diharapkan: 4 kali)
apabila ditulis dalam pembagian menjadi 8 : 2 = 4
Buatlah keterkaitan antara pembagian dan pengurangan seperti berikut:
a. 8 : 2 =… 8 – 2 – 2 – 2 – 2 = 0
8 : 2 = 4
b. 12 : 3 = … 12 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0
12 : 3 = 4
c. 15 : 5 = … 15 – 5 – 5 - = 0
15 : 5 = 3
d. 6 – 2 – 2 – 2 = 0 6 : 2 = 3
e. 8 – 4 – 4 = 0 8 : 4 = 2
f. 6 – 3 – 3 = 0 6 : 3 = 2
g. 9 – 3 – 3 – 3 = 0 9 : 3 = 3
h. 12 – 4 – 4 – 4 = 0 12 : 4 = 3
Untuk tahap awal, siswa sebaliknya mengerjakan pembagian
dengan cara mengubah terlebih dahulu pembagian ke dalam pengurangan,
dan sebaliknya
22
II. Pemahaman Konsep Pembagian
Untuk mengetahui apakah siswa telah memahami topik
pembagian ini, guru dapat memberikan contoh soal dengan
jawaban yang benar dan salah. Apabila siswa mengatakan “salah”
pada soal dengan jawaban salah, dan dapat mengkoreksi jawaban
salah tersebut, berarti mereka telah paham. Perhatikan contoh
berikut:
Perhatikan pembagian dibawah ini. Apabila benar beri
tanda (√), jika salah perbaikilah!
a. 4 : 2 = 4 – 2 – 2 – 2 = 0 4 : 2 = 3
b. 10 : 2 = 10 – 5 – 5 = 0 10 : 2 = 2
c. 16 : 8 = 18 – 8 – 8 = 0 16 : 8 = 2
d. 12 : 4 = 12 – 4 – 4 – 4 = 0 12 : 4 = 3
e. 6 : 3 = 6 – 3 – 3 = 0 6 : 3 = 2
f. 8 : 4 = 2
g. 6 : 2 = 4
h. 9 : 3 = 3
i. 12 : 3 = 5
j. 10 : 5 = 2
k.
23
B. Kajian Penelitian yang relevan
Penelitian yang terkait dilakukan oleh Utin Nurharmiyati (2013)
yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pembelajaran Pecahan
dengan Demonstrasi Kelas III SDN 31 Pontianak Barat”. Hasil penelitian
menunjukkan pada siklus I di kelas III SD Negeri 31 Pontianak Barat pada
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi rata-
ratanya sebesar 67,64 sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan
terhadap perencanaan pembelajaran guru dengan rata-rata sebesar 83,82.
Hasil penelitian lain dari Darwin (2012) dengan judul
“Peningkatan Minat Belajar Menggunakan Metode Demonstrasi Pada
Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 17 Mengkatang” berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengamati peningkatan minat belajar dengan menggunakan
metode pada pembelajaran matematika kelas V SD Negeri 17 Mengkatang
Ngabang Kabupaten Landak, diperoleh kesimpulan bahwa terjadi
peningkatan perasaan senang pada siklus I 49% meningkat menjdi 71%
pada siklus II, ada peningkatan 22%. Peningkatan perhatian pada siklus I
57% meningkat menjadi 76% pada siklus II, ada peningkatan 19%.
Penignkatan ketertarikan pasa siklus I 42% meningkat menjadi 55% pada
siklus II, ada peningkatan 13%.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak
pada jenis penilitiannya. Penelitian terdahulu menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas yang fokus untuk memperbaiki atau
24
meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Sedangkan penelitian sekarang
menggunakan jenis penelitian kualitatif yang fokus meneliti tentang
metode pembelajaran yang digunakan untuk tercapainya proses
pembelajaran
Persamaan penelitian terdahulu dan sekarang sama-sama meneliti
tentang metode demonstrasi dalam proses pembelajaran.
25
C. Kerangka Pikir
Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
D.
E.
F.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Penerapan Metode Demonstrasi
Analisis Penerapan konsep perkalian dan pembagian
Fakta dilapangan
Penggunaan metode demonstrasi pada materi perkalian dan pembagian pada
siswa kelas IIIB SDN Lowokwaru 1 Malang yang telah dilakukan
sebelumnya dirasa sangat efektif dalam menanamkan pemahaman konsep
anak terhadap materi tersebut.
Dampak penggunaan
metode demonstrasi
terhadap pemahaman
konsep materi
perkalian dan
pembagian terhadap
hasil belajar siswa
kelas IIIB SDN
Lowokwaru 1 Malang
Kemampuan guru
dalam menerapkan
metode demonstrasi
terhadap pemahaman
konsep perkalian dan
pembagian siswa kelas
IIIB SDN Lowokwaru
Malang
Kendala dalam
melakukan metode
demonstrasi terhadap
pemahaman konsep
perkalian dan
pembagian siswa
kelas IIIB SDN
Lowokwaru 1
Malang
Hasil
Penggunaan metode demonstrasi terhadap pemahaman konsep
perkalian dan pembagian yang dilihat pada saat proses belajar mengajar
berlangsung