BAB II KONSEP DASAR -...

54
8 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin (Martin, 1999). Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai enterogen termasuk bakteri virus dan parasit (Nelson, 2000). Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002). Gastroenteritis adalah radang dari lambung ke usus yang memberikan gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar (Manjoer, Arief.2000). Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau atau dapat bercampur dengan darah dan lender atau lendir saja.

Transcript of BAB II KONSEP DASAR -...

8

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya

muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran

terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin (Martin, 1999).

Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan

oleh berbagai enterogen termasuk bakteri virus dan parasit (Nelson, 2000).

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan

usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat

kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala

keseimbangan elektrolit (Cecyly, Betz.2002).

Gastroenteritis adalah radang dari lambung ke usus yang

memberikan gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah

ataupun dengan muntah besar (Manjoer, Arief.2000).

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam

sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak atau dewasa dalam satu

hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau atau dapat

bercampur dengan darah dan lender atau lendir saja.

9

B. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 : Anatomi Sistem Pencernaan

Sumber : Kee, J.L. & Hayes, E.R.(2006).

10

ANATOMI

1. Mulut

Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi

organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.

Secara umum mulut terdiri atas dua bagian yaitu :

a. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi , pipi,

bibir , gigi.

1) Bibir

Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam

ditutupi oleh selaput lendir ( mukosa), otot orbikularis oris

menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor

anguli oris menekan ujung mulut.

2) Pipi , dilapisi dari dalam mukosa yang mengandung papillia,

otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.

3) Gigi , ada 2 macam

a) Gigi sulung

Mulai tumbuh pada anak – anak umur 6 – 7 bulan , lengkap

pada umur 2,5 jumlahnya 20 buah, disebut juga gigi susu.

Terdiri dari : 8 buah gigi seri ( dens insisvus ), 4 buah gigi

taring ( dens kaninus ) dan gigi graham ( molar ).

b) Gigi tetap ( gigi permanent )

Mulai tumbuh pada umur 6 – 18 tahun jumlahnya 32 buah,

terdiri dari : 8 buah gigi seri ( dens insisivus ), 4 buah gigi

11

taring ( dens kaninus ), 8 buah gigi geraham ( molar ) dan

12 buah gigi graham ( premolar ).

b. Bagian rongga mulut ( bagian dalam ), yaitu rongga mulut yang

dibatasi oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis- lapis,

dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan

lendir.selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat

banyak ujug akhir syaraf sensoris. Dasebelah luar mulut ditutupi

oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir

(mukosa).

1) Palatum

Terdiri dari 2 bagian :

a) Palatum durum, yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari

sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang

terdiri dari 2 bagian palatum.

b) Palatum mole, terletak dibelakang yang merupakan lipatan

menggantung yang dapat bergerak,terdiri atas jaringan

fibrosa dan selaput lendir.

2) Rongga mulut

a) Gigi

Manusai mempunyai 2 susunan gigi primer dan sekunder.

Gigi ada 2 macam :

Gigi sulung, mulai pada anak – anak umur 6-7 bulan

12

Gigi tetap tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32

buah.

b) Lidah

Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput

lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan kesegala arah.

Lidah terbagi atas 3 bagian yaitu radiks lingua ( pangkal

lidah ), dorsum lingua ( punggung lidah ), apeks lingua

( ujung lidah ).

Pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis punggung

lidah ( dorsum lingua ), terdapat putting-putting pengecap /

ujung saraf pengecap.

Fenulum lingua, merupakan selaput lendir yang terdapat

pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah jika lidah

digerakkan keatas tampak selaput lendir.

Flika sub lingua, terdapat disebelah kiri dan kanan

frenulum lingua. Disini terdapat pula lipatan selaput lendir.

Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dari

grandula sub lingualis.

3) Kelenjar ludah

Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama

duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada 2, yaitu :

13

a) Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar sub maksilaris)

yang terdapat dibawah tulang rahang atas pada bagian

tengah.

b) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sub lingualis) yang

terdapat disebelah dapat dibawah lidah.

Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah

bawah lidah diantara lipatan bawah lidah bagian bawah dari

lidah disebut korunkula sub lingualis serta hasil sekresinya

berupa kelenjar ludah (salivia).

Salivia dihasilkan didalam rongga mulut disekitar rongga

mulut. Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah

yaitu :

a) Kelenjar karotis, letaknya dibawah depan dari telinga

diantara proseus mastoid kiri dan kanan os mandibular,

duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari grandula

parotis menuju kerongga mulut melalui pipi (muskulus

buksinator).

b) Kelenjar sub maksilari, terletak dibawah rongga mulut

bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni,

bermuara didasar rongga mulut dekat dengan frenulum

lingua.

c) Kelenjar sub lingualis, letaknya dibawah selaput lendir

dasar rongga mulut bermuara didasar rongga mulut.

14

4) Otot lidah

Otot ektrinsik lidah berasal dari rahang bawah (M.

Mandibularis, os hioid dan prosesus steloid) menyebar kedalam

lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsik

yang terdapat pada lidah. M geinoglossus merupakan otot lidah

yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang

menyebar sampai keradiks lingua.

2. Faring (tekak)

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tosil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosit.

Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan

makanan. Letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,

didepan ruas tulang belakang.

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung

dengan perantara lubang bernama koana.

Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan

perantara lubang disebut ismus fausium.

Tekak terdiri dari :

a. Bagian superior (nasofaring), bermuara tuba yang menghubungkan

tekak dengan ruang kendang telinga.

15

b. Bagian media (orofaring), berbatas kedepan sampai diakar lidah

bagian superior disebut faring = faring yang berhubungan tekak

dengan tenggorokan (trakea).

c. Bagian inferior = bagian yang tinggi dengan faring.

3. Esofagus (kerongkongan)

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan

lambung, panjang kurang lebih 25 cm. Mulai dari faring sampai

masuk kardiak dibawah lambung.

Lapisan dinding esofagus dari dalam keluar terdiri dari :

lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan sub mukosa, lapisan otot

melingkar sirkuler dan lapisan otot memnjang longitudinal.

Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang

punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk

kedalam abdomen menyambung dengan lambung.

4. Lambung

Gambar 2.2 : Lambung

(Sumber: http:www.medicastore.com)

16

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak, terutama didaerah epigaster lambung, terdiri dari

bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui

orifisium pilarik terletak dibawah diafragma didepan pangkreas dan

limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari:

a. Fundus ventrikuli

Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteom kardium

dan biasanya penuh berisi gas.

b. Korpus fentrikuli

Korpus fentrikuli setinggi ostium kardium suatu lekukan pada

bagian bawah kurfatura minor.

c. Antrum vilorus

Antrum vilorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot

yang tebal membentuk spinter pilorus

d. Kurvatura minor

Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari

osteom kardiak sampai ke pilorus.

e. Kurvatura mayor

Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor terbentang

dari sisi kiri osteom kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju

kekanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lenalis

terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limfa.

17

f. Osteom kardiakum

Osteom kardiakum merupakan tempat dimana esofagus bagian

abdomen masuk ke lambung pada bagian ini terdapat orifisium

pilorik.

5. Usus halus (intestinum minor)

Adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar,

yang merupakan tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus

sampai kiatup ileosekal empatnya menyatu dengan usus besar.

Susunan usus halus :

a. Duodenum

Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm,

berbentuk seperti sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan

ini terdapat pangkreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat

selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada papila

vateri ini bermuara saluran empedu (duktus pankreatikus).

b. Yeyenum

Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya lebih 1

– 1,5m.

1) Ileum

Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan

panjang 2 – 2,5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada

dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatam

peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentreum.

18

6. Hati

Organ yang paling besar dalam tubuh kita, warnanya coklat

dan beratnya 1500 kg. Letaknya dibagian atas rongga abdomen

disebelah kanan bawah diafragma.Hepar tertetak diquadran kanan atas

abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang rusuk

(costae),sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak

teraba). Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan

darah yang tidak teroksigenasi tetapi kanya akan nutrien vena porta

hepatica.

7. Empedu

Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane

berotot, letaknya dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati

sampai pinggir depannya, panjangnya 8 – 12 cm berisi 60 cm.

Empedu yang diproduksi oleh sel – sel hati memasuki

kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan

kiri. Duktus hepatica menyatu untuk membentuk duktus hepatic

komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung

empedu damn keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis.

Duktus empedu komunis bersama denagn duktus pancreas bernuara

diduodenum atau dialihkan untuk penyimpanan dikandung empedu.

8. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik

kurvatura besar lambung.

19

Kelenjar pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sanga mirip dengan

kelenjar ludah panjangya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari

duodenum sampai kelimpa dan beratnya rata – rata 60 – 90 gr.

Terbentang pada vertebral lumbalis II dan II dibelakang lambung.

9. Usus Besar

dalam ke luar adalah selaput lender, laposan otot melingkar,

lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat . Ukurannya lebi besar

daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apendiks epiploika,

mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki

villi,tidal memiliki lipatan – lipatan sirkuler. Serabut otot longitudinal

dalam muskulus eksterna membentuk tiga pita, taenia coli yang

menarik kolon menjafdi kantong – kantong besar yang di sebut

haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara

usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk

merespongelombang peristaltic, sehingga memungkinkan kimus

mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total aliran sebanyak 500

ml/hari.

Usus besar terdiri dari :

a. Kolon asendens (kanan)

b. Kolon transversum

c. Kolon desendens (kiri)

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

20

10. Rectum

Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus

besar(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus.

Biasanya rectum ini kosong karena tinja di simpan ditempat

yang lebih tinggi yaitu pada kolon desenden. Jika kolon desenden

penuh dan tinja masuk kedalam rectum, maka akan timbul keinginan

buang air besar, orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan

ini, tetapi pada bayi dan anak mudah mengalami kekurangan dalam

pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus

merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah

keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lainnya dari usus.

11. Anus

Ada lapisan dari saluran pencernaan yangmenghubungkan rektum

dengan dunia luar (udara luar). Terletak diantara pelvis. Dindingnya

diperkuat oleh 3 sfingter :

a. Sfingter ani internus

b. Sfingter levatorani

c. Sfingter ani eksternus(Setiadi, 2007).

21

FISIOLOGI

Pada sistem pencernaan makanan terdiri dari 3 fase : pergerakan

makanan, sekresi getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna.

Adapun penjelasan dari 3 fase tersebut yaitu :

1. Pergerakan makanan

Jenis fungsional pergerakan saluran pencernaan yaitu :

a. Gerak campur, disebabkan oleh kontraksio lokal segmen kecil dinding

usus

b. Gerak mendorong – peristaltik (propulsif)

Peristaltik ditimbulkan oleh karena rangsangan, sehingga terjadi

peregangan. Peristaltik terjadi pada traktus gastrointestinal, saluran

empedu, ureter dan saluran kelenjar lain diseluruh tubuh dan sebagian

besar tabung otot polos lain dalam tubuh.

Proses pergerakan makanan :

a. Mulut, kerongkongan, esofagus

Jumlah makanan yang dicerna seseorang ditentuka oleh hasrat intrinsik

untuk makan (lapar) dan jenis makanan yang disukai (selera).

Mekanisme pencernaan, yaitu :

1) Penguyahan (mastikasi)

Yaitu gerak menggigit, memotong, dan menggiling makanan

diantara gigi atas dan bawah.

Otot utam manguyah : muskulus maseter, muskulus temporalis dan

muskulus pterigoid.

22

Sebagian otot polos menguyah dipersarafi oleh cabang motoris

saraf otot ke V dan proses menguyah diatur oleh nukleus pada otak.

Adapun reflek penguyahan sebagai berikut : adanya bolus makanan

dalam mulut menyebabkan reflek innibisi otot – otot penguyah

yang memungkinkan otot rahang bawah turun dan mendadak

memulai reflek regamh otot – otot rahang yang mengakibatkan

kontraksi memantul.

Proses penguyahan sangatlah penting karena enzim-enzim

pencernaan terutama bekerja pada permukaan partikel makanan

sehingga mampengaruhi kecepatan panguyahan. Selain itu juga

mencegah dari eksporai saluran pencernaan dan mempermudah

pengosongan makanan dam lambung.

2) Menelan (deglutisi)

Proses menelan dibagi dalam 3 stadium :

a) Stadium volunter

Makanan yang tiap ditelan, secara sadar makanan atau

didorong kebagian belakang mulut oleh tekanan lidah keatas

dan kebelakang terhadap platum. Jadi lidah memaksa bolus

makanan masuk kedalam faring.

b) Stadium faringeal

Bila lobus makanan didorong kebelakang mulut, maka

perangsang daerah reseftor menelan lalu imflus berjalan

23

kebatang otak untuk melakukan serangkaian kontraksi otot

faring.

Mekanismenya :

b.1) palatum mollo didorong keatas menutup nares posterior

untuk mencegah refluk makanan kerongga hidung.

b.2) arkus palatofaringeus pada tiap sisi faring tertarik ketengah

untuk saling mendekati sehingga menbentuk celah untuk

lewat makanan.

b.3) pita suara laring sangat berdekatan dengan epiglotis

mangayun kebelakang atas pintu superior laring untuk

mencegah makanan masuk kedalam trakea.

b.4) seluruh laring ditarik keatas dan kedepan dan sfingter

esofagus atas relaksasi sehingga memungkinkan makanan

dengan mudah dan bebas dari faring posterior kedalm

esofagus atas.

Saat laring terangkat dan sfingter esofagus relaksasi, muskulus

kontriktor faring superior berkontraksi maka terjadilah

gelombang peristaltik.

Pada stadium ini, pengatur saraf atas stadium faringeal yaitu

terletak pada daerah cincin sakit, lubang faring dengan kepekaan

terbesar dari “tonsilitar pilliar”. Implus dihantarkan daerah-

daerah tersebut melalui bagian sensori nervus trigemius dan

nervus glosofaringeus menuju kedaerah-daerah nebulla

24

oblongata dan bagian bawah pons yang merupakan bagian

pussat menelan. Implus dari pusat menelan dikirim kefaring dan

bagian atas esofagus melalui saraf otak ke V, IX, Xdan XII yang

kemudian menyebabkan menelan.

c) Stadium esofagial

Dalam keadaan normal, esofagus menunjukkan 2 jenis gerakan

peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer

merupakan lanjutan gelombang peristaltik yang dimulai pada

faring dan menyebar ke esofagus selama stadium faringeal

proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring kelambung

kira-kira dalam waktu 5-10 detik. Sedangkan peristaltik

sekunder adalah gelombang peristaltik yang berasal dari

esofagus akibat adanya regangan esofagus oleh makanan yang

tertinggal.

Peristaltik esofagus dikontrol oleh vagus yang dihantarkan

melalui saraf eferen vagus dari esofagus kemedulla oblongata

dan kembali ke esofagus.

Setelah makanan masuk ke lambung maka sfingter esofagus

bawah akan mwnutup untuk mencegah reflek. Sfingter ini

bekerja dipengaruhi oleh nervus mienterikus.

b. Lambung

Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam

25

keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung

kedalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan dengan enzim-enzim,

sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir,

asam klorida (HCL) prekursor pepsin (enzim yang memecahkan

protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan olehnasam

lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan

kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tikak lambung.

Fungsi motorik lambung ada 3 :

1) Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan

tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan.

2) Mencampur makanantersebut dengan sekret lambung sampai ia

membentuk satu campuran setengah padat yang dinamakan kimus.

3) Mengeluarkan makanan perlahan-perlahan dari lambung masuk

keusus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan

absorbsi oleh usus halus.

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan

oleh pepsin guna mencegah protein. Keasaman lambung yang setinggi

juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara

membunuh berbagai bakteri.

Pengosongan lambung dipengaruhi oleh :

1) Saraf yang disebabkan oleh peregangan dalam lambung oleh

makanan

26

2) Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh mukosa antrum yang

menimbulkan efek meningkatkannya pengosongan lambung.

Adapun faktor penghambat pengosongan lambung :

1) Reflek enterogastrik dari duodenum pada aktifitas pylorus

Bila kimus memasuki duodenum, isyarat reflek saraf dihantarkan

kembali kelambung untuk manghambat peristaltik dan

meningkatkan tonus pyorus.

Faktor – faktor yang secara terus menerus manimbulkan reflek

enterogastrik :

a) Derajat peregangan duodenum

b) Derajat keasaman kimus

c) Osmolaris kimus

d) Adanya iritasi mukosa duodenum

e) Adanya hasil-hasil pemecahan kimus (protein dan lemak)

2) Peran dari hormon atau isyarat umpan balik hormonal dari

duodenum

a) Kolesistokinin, diproduksi dari mukosa jejenum dalam respon

terhadap lemak dalam kimus. Berfungsi untuk menghambat

pengosongan lambung yang meningkat akibat kerja hormon

gastrin.

b) Sekretin, diproduksi dari mukosa duodenum yang berespon

terhadap asam lambung berfungsi menurunkan motilitas

pencernaan.

27

c) Hormon peptida penghambat lambung yang dikeluarkan dari

bagian atas usus halus terutama berespon terhadap lemak tetapi

juga karbohidrat berfungsi menghambat motilitas lambung.

c. Usus halus

Pergerakan usus halus ada 2 yaitu :

1) Kontraksi pencampuran (segmentasi)

Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu desakan

kimus.

2) Kontraksi pendorong

Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.

Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya

kimus kedalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan

gastroenteritik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung

terutama dihancurkan melalui pleksus mienterikus dari lambung

turun sepanjang dinding usus halus.

Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosikalis yang

berfungsi mencegah aliran feses kedalam usus halus. Derajat

kontraksi sfingter ileosikal terutama diatur oleh reflek yang berasal

dari sekum. Reflek-reflek kesfingter ileosikal ini diperantai oleh

plekus mienterikus.

Dinding usus halus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut

zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus halus

melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu

28

malarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus

juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,

gula, dan lemak.

Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus, seperti yang terjadi

pada beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan

“peristaltik rush” merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan

jauh pada usushalus dalam beberapa menit.

d. Usus besar (kolon)

Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan

menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2

macam :

1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot

polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak

terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.

2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus

besar yang mendorong feses ke arah anus.

Faktor pencetus timbulnya Mass movement adalah reflek

gastroiliaka.reflek duodenokolika dan iritasi kolon. Banyaknya bakteri

yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan

dan membantu penyerapan zat – zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat – zat penting,

seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

29

bakteri-bakteri didalam usus besar .Akibatnya terjadi iritasi yang bisa

menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air, dan terjadilah diare.

Beberapa sifat khas otot pada usus adalah sebagai berikut : osinsitium

fungsional yang berati bahwa potensial aksi yang berasal dari salah

satu serabut otot polos umumnya dihantarkan dari serabut ke serabut.

Kontraksi otot intestinal, otot polos saluran pencernaan menunjukkan

kontraksi tonik dab kontraksi ritnik. Kontraksi tonik bersifat kontinue.

Sfingter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu

pergerakan makanan dalam usus. Kontraksi ritnik bertanggung jawab

akan fungsi fasik saluran pencernaan, seperti pencampuran makanan

atau dorongan peristaltik makanan.

Pleksus meinterikus terutama mengatur gerakan gastrointestinal

seedangkan pleksus sub mukosa penting dalam mengatur sekresi dan

juga melakukan banyak fungsi sensoris,yang menerima isyarat

terutama dari epitel usus dan banyak dari reseptor regangan dalam

dinding usus.

e. Rektum dan anus

Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.

Mekanisme :

1) Kontraksi kolon desenden

2) Kontraksi reflek rectum

3) Kontraksi reflek signoid

4) Relaksasi sfingter ani

30

Reflek defekasi dimulai bila serabut syaraf sensorik dalam rectum di

rangsang regangan isyarat dihantarkan kebagian sakral medula spinalis

lalu secara reflek kembali kekolon desenden ,rectum, sigmoid dan anus

melalui serabut saraf para simpatis dalam nervi erigentes. Isyaraf para

simpatis ini melalui gelombang peristaltik yang kuat. Isyarat averen

yang masuk medula spenalis juga memulai reflek lain seperti bernafas

dalam penutupan glottis dan kontraksi otot-otot abdomen untuk

mendorong masa feses dalam kolon ke bawah sementara pada saat

sama menyebabkan rantai pelvis terdorong kebawah dan keatas anus

untuk mengeluarkan feses ke bawah (Evelyn Pearce, 2006).

C. Etiologi

Faktor penyebab diare adalah :

1. Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)

yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang

dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat

menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya

perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan

gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit.

Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor

menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan

31

akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat (Hidayat,

2008).

Macam – macam infeksi dibagi beberapa macam :

a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi

internal sebagai berikut:

1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella,

capylabactor, yersinia aoromonas dan sebagainya.

2) Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis)

3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris,

srongyloidis, protozoa, jamur)

b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : Otitis

Media Akut, tonsillitis, bronkopnemonia, easefalitis, dan lainnya

(Ngastiyah, 2005).

2. Faktor malabsorbsi :

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang

mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi

pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan

isi rongga usus sehingga terjadi diare (Aziz Alimul, 2008).

Macam – macam dari malabsorbsi dibagi menjadi beberapa :

a. Malabsorbsi karbohidrat

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein (Ngastiyah, 2005).

32

3. Faktor psikologis

Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang

dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan sehingga terjadi

diare. Sebagai contoh rasa takut dan cemas (Aziz Alimul, 2008).

4. Faktor makanan, makanan basi atau beracun

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan

baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya

menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan

(Aziz Alimul, 2008).

D. Patofisiologi

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi

(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi , faktor makanan dan faktor

psikologis (Ngastiyah, 2005).

Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau

minuman yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk

sampai lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung.

Namun jika jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang beberapa lolos

sampai keduodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus

gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus

tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan

lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk

kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri mengeluarkan toksik yang

merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian cripta villi dan

33

menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume

cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus

menggembung dan tegang. Sebagian dinding usus akan mengadakan

kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus

besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus

maka akan terjadi diare.

Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan

makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare

karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus

mengakibatkan hiperperistaltik sehingga terjadi berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika

peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya timbul diare pula (Hidayat A.A, 2008).

Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga

usus menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2

hal itu, nyeri abdomen atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat

oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan C02 yang

menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini

klien akan merasa mual bahkan muntah serta nafsu makannya menurun.

34

Karena terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila keadaan

ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan

gangguan nutrisi sehingga klien lemas.

Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan

klien terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan

menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung

(pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat

cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain air, tubuh

juga kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus,

maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi,

perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok

hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi

kecil, tekanan darah menurun klien sangat lemah kesadaran menurun.

Akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan,

tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat

dengan pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kusmaul)

Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor

psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin

dibawah pengendalian sistem, pernapasan simpatis untuk merangsang

pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh.

Sehingga bila terjadi stres, maka metabolisme akan mengalami

peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus (Soegeng, 2002).

35

E. Manifestasi Klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.

Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja lama-

lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus

dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan terjadi

makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang

berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak

yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar

manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit

tampak kering.

Bardasarkan banyaknya cairan yang hilang, dehidrasi menurut

Betz, 2002 dapat dibagi menjadi :

a. Dehidrasi ringan adalah kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan

ditandai dengan 1). Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal; 2). TD

normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal; 3). Turgor

normal; 4). mukosa sedikit kering; 5). urin sedikit kurang.

b. Dehidrasi sedang adalah kehilangan cairan antara 5-9% berat badan

ditandai dengan 1). Haus meningkat; 2). Nadi cepat dan lemah,TD

36

normal, RR cepat; 3). Turgor menurun; 4). Membran mukosa kering;

5). Ubun-ubun normal; 6). Status mental normal; 7). Keluaran urin

mengurang.

c. Dehidrasi berat adalah kehilangna cairan lebih dari 10% berat badan

ditandai dengan 1). Kesadarn menurun, lemas, takikardi, ekstremitas

dingin; 2). Nadi cepat dan halus kadang teraba,TD menurun; 3). Haus

meningkat; 4). Keluaran urin tidak ada; 5). Ubun – ubun cekung

F. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan medis menurut FKUI, 2007 adalah :

1. Pemberian cairan

Cara pemberian cairan dalam terapi dehidrasi :

a. Belum ada dehidrasi adalah dengan peroral sebanyak anak mau

minum ( ad libitum ) atau satu gelas setiap kali buang air besar

b. Dehidrasi ringan adalah 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kgbb peroral

atau intragastrik; Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum

(sebanyak anak mau minum).

c. Dehidrasi sedang adalah dengan 1 jam pertama : 50-100 ml/ kg bb/

peroral/ intra gastrik (sonde); selanjutnya : 125 ml / kg bb / hari

ada albumin.

37

d. Dehidrasi berat

Tabel 2.1. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan

waktuumur Berat

Badan 1 jam pertama 4 jam pertama 7 jam berikut 16 jam berikut 20 jam berikut

< 1 bln < 3 kg - 25 ml/kgbb/jam

atau

= 6 tts/kgbb/mnt

(1 ml = 15 tetes)

atau

= 8

tts/kgbb/menit (1

ml = 20 tetes)

- - 150

ml/kgbb/20jam

atau

= 2

tts/kgbb/mnt (1

ml = 15 tetes)

atau

=21/2

tts/kgbb/m (1

ml = 20 tetes)

1 bln – 2 3 – 10 kg 40 ml/kgbb/jam - 12 ml/kgbb/jam 125 ml/kgbb oralit

38

tahun atau

= 10 tts/kgbb/mnt

(1 ml=15 tts)

= 13 tts/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

atau

= 3 tts/kgbb/mnt

(1ml=15 tts)

= 4 tts/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

peroral atau

intragastrik.

Bila anak tidak

mau minum,

teruskan DG aa

intravena (1

bagian larutan

Darrow + 1 bagian

glikosa 5%)

2 tts/kgbb/mnt

(ml=15 tts) atau 3

tts/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

2 – 5

tahun

10 - 15 kg 30 ml/kgbb/jam

atau

- 10 ml/kgbb/jam

atau

125 ml/kgbb oralit

peroral atau

-

39

= 8 tts/kgbb/mnt

(1ml=15 tts )

= 10 tts/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

= 3 tts/kgbb/mnt

(1ml=15 tts)

= 4 tts/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

intragastrik.

Bila anak tidak

mau minum,

teruskan DG aa

intravena 2

tetes/kgbb/mnt

(1ml=15 tts atau 3

tetes/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

5 – 10

tahun

15 – 25 kg 20 ml/kgbb/jam

atau

= 5 tts/kgbb/mnt

(1ml=15 tts) atau

= 7 tts/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

- 10 ml/kgbb/jam

atau

=21/2

tts/kgbb/mnt

(1ml=15 tts)

=3 tts/kgbb/mnt

105 ml/kgbb oralit

peroral atau bila

anak tidak mau

minum dapat

diberikan DG aa

intravena 1

40

(1ml=20 tts) tts/kgbb/mnt

(1ml=15 tts) atau

1½ tts/kgbb/mnt

(1ml=20 tts)

41

2. Pengobatan diatetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 th dengan BB kurang

dari 7 kg jenis makanan :

a. Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tidak jenuh, misalnya LLM, alimiron atau sejenisnya)

b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan pada (nasi tim) bila

anak tidak mau minum susu

c. Susu khusus yang sesuai dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu tanpa laktosa , susu asam lemak yang berantai

sedang atau jenuh

3. Obat-obatan

Prinsif pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang

melalui tinja dengan atau tanpa muntah, denga cairan yang

mengandung elektrolit dan glikosa atau karbohidrat lain (gula, air tinja,

tepung beras dan sebagainya) medikel obat diare :

a. Obat anti sekresi : asetol dosis 25 mg / tahun denfan dosis

minimum 30 mg komproimazin dosis 0,25 – 1 mg / kg bb / hari

b. Obat spasmolitik dan lain-lain umumnya obat sposmalitik seperti

paverin, ekstra beladona, opium, loperamid tidak digunakan untuk

mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin,

pactin, cherecoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi

diare, sehingga tidak diberikan lagi

42

c. Antibiotik umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada

penyebabnya kolera tetrasiklin 25 – 50 mg / kg bb / hari

(Ngastiyah. 2005).

G. Komplikasi

Menurut Suriadi, 2006 bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul :

a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan

dengan tandamukosa bibir kering, turgor kulit jelek, urin pekat, mata

cekung

b. Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume

cairan yang terlampaui berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan

sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat

menimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah

manurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstremitas dingin dan kadang

sianosis.

c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, brakikardia, disritmia jantung)

Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kelainan

elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot

sekeleta dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah)

akan mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung

bisa menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan

brakikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan

hipotoni otot.

43

d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan

oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan

biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan oleh asidosis metabolik

sebagai aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan keorgan-

organ tubuh yang vital.

e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat

menyebabkan tubuh zat gizi yang ditandai berat badan turun,

konjungtiva anemis, badan lemas.

f. Asidosi Metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan

bikarbonas dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH

darah manurun (menjadikan lebih asam / asidosis). Sedangkan pada

proses metabolisme dengan menggunakan Co2 sehingga dalam tubuh

terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis metabolisme.

H. Pengkajian fokus

1. Pengkajian data fokus yang digolongkan menjadi 2 yaitu data subyektif

dan data obyektif :

a. Data subyektif

Pada pasien yang menderita gatroenteritis data subyektif yang

ditemukan adalah :

44

1) Nyeri atau kram pada abdomen serangan dan lama lokasi dan

penyebaran karakter dan beratnya, faktor penghilang dan

pemberatnya

2) Sering defekasi (BAB) : warna kehijaunan, hijau, mungkin

mengandung darah

3) Penurunan nafsu makan : anoreksia (mual), muntah (polifagia)

4) Demam

b. Data obyektif

Pada pasien dengan gastroenteritis data obyektif yang sering

diremukan adalah :

1) Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan

berat badan

2) Hiperaktif usus halus

3) Peka rangsang

4) Dehidrasi mata : cekung, turgor kulit burukl, selaput lendir

kering, tak ada air mata saat menangis

5) Ketidak seimbangan elektrolit (Tucker, 2000).

2. Pengkajian data dasar gastroenteritis

a. Pola nutrisi dan metabolik

Gejala :

1) Anoreksia : mual-mual

2) Penurunan BB

45

3) Tak toleran pada diare / sensitif misal : produk susu, makanan

berlemak

Tanda :

1) Penurunan lemak subkutan / masa otot

2) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk

3) Membran mukosa pucat

b. Pola eliminasi

Gejala :

1) Episode diare yang tidak diperkirakan hilang timbul, sering

tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan

berlemak (steatosea) : melena

2) Konstipasi hilang timbul

3) Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urin)

c. Pola aktifitas / istirahat

Gejala

1) Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktifitas / kerja

sehubungan dengan efek proses penyakit

d. Pola persepsi dan sensori

Gejala :

1) Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan

bawah : nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum)

2) Nyeri tekan disebagian periumbilikal

3) Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis)

46

4) Nyeri mata fotofobia (iritasi)

Tanda :

1) Nyeri tekan abdomen

e. Pola hubungan dengan orang lain

Gejala :

1) Masalah berhubungan / berperan sehubungan dengan kondidi,

ketidak mampuan aktif secara sosial (Dongoes, 2000).

f. Pengkajian fisik

Pengkajian fisik meliputi :

1) Keadaan umum pasien

Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenetritis apabila

belum ada dehidrasi keadaan umum baik, dehidrasi sedang

keadaan umum nya cukup pada dehidrasi berat keadaan

umumnya buruk.

2) Kesadaran

Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dapat

dibagi menjadi 3 kriteria :

a. Belum ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri

dan linkungan. Saat diajak bicara dengan suara normal,

pasien melihat pada anda dan berespon sempurna serta

sesuai dengan rangsangan.

b. Dehidrasi sedang : tingkat kesadaran klian sadar namun

tidak menuntut kemungkinan pasien dengan pasien dengan

47

dehidrasi sedang jatuh pada tingkat kesadaran letergia

(ketika diajak bicara denagn suara keras, pasien terlihat

mengantuk tetapi membuka matanya dan melihat pada

anda, memberikan respon pertanyaan).

c. Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi (ketika

diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya

dan melihat pada anda tetapi memberikan respon dengan

lambat dan agak sedikit bingung). Dapat juga masuk pada

tingkat kesadaran stupor (kesadaran diri dan lingkungan

minmal) dan koma meskipun mendapatkan rangsangan

yang menyakitkan secara berulang, pasien tetap tidak

tersadarkan dengan matanya terpejam.

3) Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal

yaitu kurang dari 120/80 mmHg

b. Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari

37o C

c. Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari

100x/menit

d. Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis belum

adanya dehidrasi masih batas normal yaitu mangalami

penurunan dari ambang normal kurang dari 24x / menit

48

4) Keadaan

a. Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran dan

tekstur kulit kepala, termasuk warna (pucat), tesktur,

penyebaran rambut dan lesi

b. Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat

kelainan quadrantik, seklera dan konjungtiva, bisa terjadi

interik. Kelopak mata biasa terjadi anameris

c. Daun telinga, lubang telinga, dan gendang telinga :

biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman

pendemgaran

d. Hidung : tidak mendapat keluhan

e. Mulut dan faring : infeksi (bibir terjadi sianosis atau pucat)

f. Leher : palpasi kelenjar limfe, infeksi kelenjar tiroid

g. Thoraks dan paru-paru : inspeksi (frekuensi terjadi

penurunan kurang dari 24x / menit, iramanya lemah,

kedalaman dan upaya terdapat bernafas dalam)

h. Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan

i. Abdomen : inpeksi (secara berurutan, inpeksi abdomen

dengan evaluasi sulit : warna, jaringan perut, terdapat lesi

atau kemerahan), perkusi (timpani diperpasi diatas

lambung, pekak diperfusi diatas hati, limpa dan ginjal).

Palpasi terdapat adanya area nyeri tekan, masa dan organ

pada abdomen.

49

j. Genitalia, anus dan rektum : biasayna terjadi lesi dan

kemerahan pada anus

k. Aktremitas : biasanya terjadi kelemahan otot ekstremitas

(Suriadi, 2006).

g. Tahap-tahap tumbuh kembang anak menurut Whalley & Wong,

2002 adalah

a. Masa pranatal

1) Masa mudugah / embrio : konsepasi – 8 minggu

2) Masa janin / fetus : 9 minggu – lahir

b. Masa bayi : usia 0-1 tahun

1) Masa neonatal : usia 0-28 tahun

a) Masaneonatal dini : 0-7 hari

b) Masa neonatal lanjut : 8-28 hari

c) Masa pasca neonatal : 29 – 1 tahun

c. Masa prasekolah : usia 1-6 tahun

d. Masa sekolah : usia 6-18 tahun / 20 yahun

1) Masa pra remaja : usia 6-10 tahun

2) Masa remaja

a) Masa remaja dini

(1) wanita, usia 8-13 tahun

(2) pria, usia 10-15 tahun

b) Masa remaja lanjut

(1) wanita usia 13-18 tahun

50

(2) pria, usia 15-20 tahun

Perkembangan mental anak balita yang disebut : SKALA YAUMIL

MINI

1. Dari lahir sampai 3 bulan

a. Balajar mengangkat kepala

b. Belajar mengikuti obyek dengan matanya

c. Melihat kemuka orang dengan tersenyum

2. Dari 3 sampai 6 bulan

a. Mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan

bertopeng tangan

b. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam

jangkauannya / diluar jangkauannya

3. Dari 6 sampai 8 bulan

a. Dapat duduk tanpa dibantu

b. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri

c. Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang

4. Dari 9 sampai 12 bulan

a. Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan

b. Dapat berjalan dengan tuntunan

c. Menirukan suara

5. Dari 12 sampai 18 bulan

a. Berjalan dan mengesplorasi rumah serta sekeliling rumah

b. Menyusun 2 atau 3 kotak

51

c. Dapat mengatakan 5-10 kata

6. Dari 18 sampai 21 bulan

a. Naik turun tangga

b. Menyusun 6 kotak

c. Menunjuk mata dan hidungnya

7. Dari 2 sampai 3 tahun

a. Balajar meloncat, memanjat dan melompat dengan satu kaki

b. Membuat jembatan dengan 3 kotak

c. Mampu menyusun kalimat

8. Dari 3 sampai 4 tahun

a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga

b. Berjalan peda jarak kaki

c. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri

9. Dari 4 sampai 5 tahun

a. Melompat dan menari

b. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan badan

c. Menggambar segi empat dan segitiga

52

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium / diagnostik menurut Betz, 2002 adalah

a. Hamest feses untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan

yang bakterial)

b. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi adanya kus

atau pus

c. Hitung darah lengkap dengan deferensional

d. Uji antigen imonosiasi enzim untuk memastikan rota virus

e. Kultur feses (jika anak dihopitalisasi, pus dalam feses atau diare

yang berkepanjangan) untuk menentukan fatogen

f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit

g. Aspirasi duodenum (jika diduga coli lambia)

53

I. Pathways

Faktor Malabsorbsi faktor makanan faktor infeksi faktor psikologi

Absorbsi menurun hipermobilitas hipomobilitas parenteral internal hormon adrenalin meningkat

Tekanan osmotik usus absorbsi berkurang bakteri tumbuh toksin dr bakteri & virus mempengaruhi saraf

parasimpatik

pergeseran air & elektronik iritasi mukosa usus

kerongga usus cairan elektrolit dlm usus hiperperistaltik

meningkat

hiperperistaltik defekasi sering lebih iritasi mukosa usus

absorbsi menurun dari 3 kali

info ttg penyakit kurang kerusakan rongga usus

proses infeksi

proses dehidrasi kemerahan & iritasi kulit

sekitar anus

(Hidayat.A.A, 2008 ; Ngastiyah, 2005; Soegeng, 2002)

DIARE

Kurang pendidikan

kesehatan

cemas

hipertermi

Kekurangan volume

cairan dan elektrolit

Gangguan integritas

kulit

Gangguan

nutrisi kurang

dari bebutuhan

nyeri

54

J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Doenges, 2000 dan Nanda, 2005 adalah

1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan,

psikologis.

a. Data subyektif :

1) BAB lebih dari 4 kali dalam sehari

b. Data obyektif :

1) Frekuensi lebih dari 4 kali sehari

2) Cair

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

diare.

a. Data subyektif :

1) Kelemahan

2) Haus

3) Mual muntah

b. Data obyektif :

1) Kulit kering

2) Nadi meningkat, tekanan darah menurun, volume / tekanan nadi menurun

3) Penurunan urin output

4) Peningkatan suhu tubuh

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat

gastroentritis.

55

a. Data subyektif :

1) Melaporkan nyeri secara verbal

2) Memegang daerah yang nyeri

3) Posisi untuk mengurangi nyeri

b. Data obyektif :

1) Tingkah laku berhati-hati

2) Gangguan tidur ( mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau )

3) Fokus pada diri sendiri

4) Perubahan dalam nafsu makan

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya

absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah.

a. Data subyektif :

1) Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan

2) Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan

3) Melaporkan kurang makan

4) Melaporkan perubahan sensori rasa

5) Tidak mampu mengunyah makanan

6) Enggan makan

b. Data obyektif :

1) BB dibawah ideal lebih dari 20%

2) Konjunctiva dan membran mukosa pucat

3) Lemah otot untuk menelan / mengunyah

4) Luka , inflamasi pada rongga mulut

56

5) Penurunan BB dengan intake tidak adekuat

5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi.

a. Data subyektif :

1) Merasakan panas

b. Data obyektif :

1) Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal

2) Kejang

3) Takikardi

4) Frekwensi napas meningkat

5) Diraba hangat

6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi, iritasi mukosa

usus.

a. Data subyektif :

b. Data obyektif :

1) Kemerahan disekitar anus

2) Kerusakan lapisan kulit epidermis

3) Kerusakan lapisan dermis

K. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi,

makanan, psikologis

57

Tujuan : mencapai BAB normal

Kriteria hasil : Penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x.

Feses mempunyai bentuk

Intervensi :

a. observasi dan catat frekuensi defekasi

Rasional : membantu membedakan penyakit individu da mengkaji beratnya tiap

defekasi.

b. tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping temapat tidur

Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme

bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

c. identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misal : sayur-segar

danbuah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu

Rasional : menghindari iritasi meningkatkan istirahat usus

d. mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan minuman jernih

tiap jam hindari minuman dingian

Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan

rangsang makanan atau minuman. Makan kembali secara bertahap mencegah

terjadinya kram dan diare berulang

e. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi misal : antikolinergik

Rasional : menurunkan mortilitas atau peristaltik usus dan menunjukkan sekresi

degestif untuk menghilangkan kram dan diare (Carpenito, 2000).

58

2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

diare.

Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

KH : turgor baik

CRT < 2 detik

Mukosa lembab

Tidak pucat

Intervensi :

a. Kaji tanda-tanda dehidrasi

Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah syok hipovolemik

b. Monitor intake cairan dan output

Rasional : untuk mengetahui balance cairan

c. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak

Rasional : untuk mengembalikan cairan yang hilang

d. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit

Rasional : untuk mempertahankan cairan.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat

gastroentritis

Tujuan : Nyeri hilang atau lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi

KH: skala nyeri 0

Klien mengatakan nyeri berkurang

Nadi 60 – 90 x / menit

Klien nyaman, tenang, rileks

59

Intervensi :

a. Kaji karakteritas dan letak nyeri

Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri

b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman

Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri

c. Beri kompres hangat diperut

Rasional : untuk mengurangi perasaan keras di perut

d. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik

Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya

absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah, anoreksia

Tujuan : nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil: BB sesuai usia

Nafsu makan meningkat

Tidak mual / muntah

Intervensi :

a. Timbang BB tiap hari

Rasional :untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui

tingkat perubahan

b. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)

Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus

c. Anjurkan beristirahat sebelum makan

60

Rasional : Memudahkan penyerapan nutrien

d. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan dalam keadaan hangat

Rasional : keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan

e. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan sedikit tapi sering

Rasional : untuk memenuhi asupan makanan

f. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa

Rasional : untuk memenuh gizi yang cukup.

g. kolaboration pemberian obat anti emetik

Rasional : untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan muntah

5. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi

Tujuan : mempertahankan norma termia

KH: suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C

Intervensi :

a. Monitor suhu dan tanda vital

Rasional : untuk mengetahui vs klien

b. Monitor intake dan output cairan

Rasional : untuk mengetahui balance

c. Beri kompres

Rasional : supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu dapat turun

d. Anjurkan untuk minum banyak

Rasional : untuk mengganti cairan yang hilang

e. Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi

61

Rasional : untuk menurunkan panas

6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi

Tujuan : gangguan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil : tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal

Intervensi :

a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut bilas dengan

air bersih, keringkan dengan seksama kemudian olesi dengan minyak atau salep.

Rasional : untuk mencegah perluasan iritasi

b. Beri stik laken diatas perlak klien

Rasional : untuk mencegah gerekan tiba-tiba pada bokong

c. Gunakan pakaian yang longgar

Rasional : untuk memudahkan bebas gerak

d. Monitor data laboratorium

Rasional : untuk mengetahui luasan / PH faccer, elektrolit, hematoksit, dll.