BAB II KAJIAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0710050_bab2.pdftokoh...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0710050_bab2.pdftokoh...
9
BAB II KAJIAN TEORI
1. Perancangan
John S. Nimpoeno menyatakan bahwa perancangan, atau dengan
istilah yang sedikit banyak sinonim disebut dengan “desain”, mengandung
pengertian-pengertian yang ternyata berbeda menurut disiplin ilmu, menurut
mazhab di dalam satu disiplin ilmu, atau bahkan menurut masing-masing
tokoh di dalam salah satu mazhab dalam disiplin ilmu tertentu (1986 : 55).
Kata “design” dalam kamus Indonesia-Inggris dari John M. Echols
berarti potongan, model, pola, konstruksi, mode, tujuan, rencana. Sedangkan
dalam kamus Webster, pengertian “design” adalah gagasan awal, rancangan,
perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat, produksi,
membuat, mencipta, menyiapkan, menyusun, meningkatkan, pikiran,
maksud, kejelasan, dan seterusnya (Agus Sachari, 1986 : 127).
Sementara itu, definisi perancangan menurut Al-Bahra Bin
Ladjamudin (2005:51) yang terdapat dalam buku yang berjudul Analisis dan
Desain Sistem Informasi, menjelaskan bahwa perancangan adalah
kemampuan untuk membuat beberapa alternatif pemecahan masalah.
Aran Handoko, S.Sn. M.Sn. menyebutkan dalam “Faktor-faktor dalam
Perancangan Desain” bahwa perancangan dalam komunikasi visual dapat
diartikan sebagai penuangan ide, gagasan, konsep perancangan ke dalam
wujud yang komunikatif terhadap kebutuhan tertentu dari pihak tertentu
atau atas inisiatif sendiri.
10
a. Faktor Perancangan Desain
Dalam dunia desain komunikasi visual, faktor-faktor dalam perancangan
desain memegang peranan penting dalam perencanaan dan keberhasilan
suatu media. Melalui faktor-faktor tersebut dapat memilih dan
merencanakan media untuk saling mendukung dan selaras dalam satu
tujuan. Maka elemen-elemen desain dapat dimaksimalkan dalam
perancangan suatu media sehingga komunikasi dapat tercapai terhadap
target audience yang dituju secara efektif dan efisien.
Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan patokan dalam
perancangan sebuah desain, yaitu :
1) Identifikasi fokus
Identifikasi fokus mengacu pada titik berat desain sebagai media
penyampaian pesan suatu institusi/perusahaan. Hal ini terkait dengan
atribut apa yang ingin dikomunikasikan melalui desain tersebut.
Misalnya tentang service, kualitas produk dan sebagainya. Dengan
memiliki identitas fokus, arah desain menjadi semakin jelas.
2) Kesan artistik
Kesan artistik adalah kata kunci sebuah desain yang sukses.
Bagaimanapun juga jika berurusan dengan masalah visual, yaitu
tampilan, yang tentunya tak semata-mata dinilai secara keindahan.
Indah di sini tentunya tak semata-mata dinilai secara artistik, namun
nilai-nilai artistik mesti tetap ditempatkan sebagai garda depan.
11
Sebuah desain haruslah mampu menarik perhatian publik untuk
melihatnya dan kemudian mengingatkannya dalam pikiran.
3) Mekanis
Mekanis diartikan sebagai kepraktisan. Desain yang baik adalah
desain yang relatif praktis. Tak perlu bertele-tele, harus singkat, padat
dan jelas. Desain haruslah mampu ditangkap dan diingat bahkan
dalam pikiran bawah sadar publik. Tidak perlu memaksa
menggunakan banyak warna dan atau ilustrasi yang teramat kompleks.
Karena desain tersebut mungkin digunakan dalam berbagai
kepentingan, ukuran, media, kondisi, dan publik yang berbeda.
4) Publik dan lingkungan
Publik dan lingkungan sekitar memainkan peran signifikan dalam
menentukan keberhasilan desain. Kepada publik dan lingkungan
macam apakah bisnis/perusahaan berinteraksi? Bagaimana dinamisme
publik dan lingkungan di sekitar? Karena publik dan lingkungan yang
relatif dinamis membutuhkan penanganan yang relatif dinamis pula.
Sebuah desain yang saat ini dianggap modern dan representatif
dengan kondisi publik, beberapa waktu ke depan belum tentu masih
cocok untuk digunakan.
5) Lokasi geografi, demografi, dan psikografi
a) Geografi
Lokasi geografis juga teramat penting untuk dipertimbangkan.
Bagaimana kondisi sosial, politik, dan ekonomi lingkungan
12
geografis yang dituju? Hal ini sangat penting, karena baik desain
bervisi global maupun lokal mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing.
b) Demografi
Sangat penting untuk mendefinisikan usia publik yang dituju.
Misalnya, apakah publik yang dituju adalah golongan anak-anak,
remaja, dewasa atau orangtua? Perlunya mendefinisikan batasan
usia publik ini tentunya tak berlaku secara kaku, namun setidaknya
dengan memberikan batasan pada usia berapa publik paling
potensial dapat membantu untuk menfokuskan diri dalam
menentukan berbagai aspek pembuatan desain dan juga materi
promosi lainnya.
c) Psikografi
Hal ini menyangkut status masyarakat dalam kelas sosial. Selain
itu, tentunya juga berkaitan dengan gaya hidup berikut kepribadian.
Maka dalam sebuah desain tentunya juga harus menyesuaikan kelas
sosialnya dengan gaya hidup yang seperti apa. Jangan sampai
sebuah desain menjadi hambar karena tidak sesuai psikografinya.
6) Warna
Secara naluriah manusia menggunakan dan mempersepsikan warna
dengan suatu konsep. Terkadang banyak yang tidak sadar bahwa
warna mempunyai makna yang bisa dipetakan. Banyak yang
menggunakan warna karena dasar kesukaan saja, dan kurang
13
mempertimbangkan berbagai aspek penting lainnya. Warna juga bisa
digunakan untuk memperkuat nilai pesan yang hendak disampaikan
melalui desain. Karena pilihan warna mengindikasikan preferensi sifat
dan sikap yang dimiliki bisinis/perusahaan bersangkutan.
7) Bentuk
Bentuk merupakan bagian integral dalam desain. Jika warna
mengkomunikasikan nuansa dan makna, maka bentuk adalah
simbolisme yang mewadahinya. Bentuk mempunyai arti secara
universal, dan bisa dirunut hingga ke dalam batas kesadaran alam
pikir manusia. Bentuk adalah hal yang menyusun persepsi akan dunia
baik secara visual maupun secara psikologis. Bentuk digunakan untuk
menegaskan pesan yang hendak disampaikan, sehingga pemilihan dan
penggunaan bentuk yang tepat amatlah vital dalam menentukan
berhasil tidaknya penyampaian pesan tersebut.
8) Tipografi
Tipografi, berkaitan dengan penggunaan teks dalam desain, termasuk
pemilihan font(huruf), ukuran, peletakan dan berbagai atribut lainnya.
Dalam hubungannya dengan desain komunikasi visual, huruf dan
tipografi adalah elemen penting yang sangat diperlukan guna
mendukung proses penyampaian pesan verbal maupun visual.
9) Gender
Sebagaimana semua hal di dunia ini, desain komunikasi visual juga
erat kaitannya dengan masalah gender. Gender di sini mengacu pada
14
preferensi seksual mana yang akan ditampilkan dan dijadikan orientasi
suatu desain. Hal ini tentunya amat terkait dengan golongan gender
manakah yang menjadi publik desain tersebut. Hal yang amat jelas
terlihat adalah pilihan warna, semisal warna-warna pastel lebih
cenderung cocok dengan gender perempuan, sedangkan warna tegas
lebih mengacu pada gender laki-laki. Dalam melakukan
pengembangan desain, masalah identifikasi orientasi gender ini sangat
penting untuk ditegaskan sejak awal, sehingga ada semacam
konsistensi dan korelasi antara beragam produk desain.
b. Proses Perancangan Desain Grafis
1) Konsep
Konsep adalah hasil kerja berupa pemikiran yang menentukan tujuan-
tujuan, kelayakan dan segment/audience yang dituju. Konsep bisa
didapatkan dari pihak non-grafis, antara lain : ekonomi, politik,
hukum, budaya, dan lain-lain, yang ingin menterjemahkan ke dalam
bentuk visual. Oleh karena itu, desain grafis menjadi desain
komunikasi visual karena dapat bekerja untuk membantu pihak yang
membutuhkan solusi secara visual.
2) Media
Untuk mencapai kriteria ke sasaran/segment yang dituju, diperlukan
studi kelayakan media yang cocok dan efektif untuk mencapai
tujuannya.
15
3) Ide
Untuk mencari ide yang kreatif diperlukan studi banding, literature,
wawasan yang luas, diskusi, wawancara agar desain bisa efektif
diterima audience dan membangkitkan kesan tertentu yang sulit
dilupakan.
4) Data
Data berupa teks atau gambar terlebih dahulu harus dipilah dan
seleksi. Apakah data itu sangat penting sehingga harus tampil atau
kurang penting sehingga bisa ditampilkan lebih kecil, samar atau
dibuang sama sekali. Data bisa berupa data informatif atau data
estetis. Data informatif bisa berupa foto atau teks dan judul. Data
estetis bisa berupa bingkai, background, efek grafis garis atau bidang.
Tugas desainer adalah menggabungkan data informatif dan data estetis
menjadi suatu kesatuan yang utuh. Tujuan desain grafis adalah untuk
mengkomunikasikan karya secara visual, oleh karena itu jangan
sampai estetika mengorbankan pesan/informasi.
5) Visualisasi
Setelah data disortir dengan skala prioritas, kini dapat ditentukan
unsur-unsur grafis yang cocok. Pemilihan unsur grafis dapat
ditentukan dari konsep analisa dan strategi yang telah diputuskan
sebelumnya. Jika konsep unsur grafis sudah didapatkan dari proses
analisa dan strategi, tentu pekerjaan akan lebih mudah dan terarah.
16
6) Produksi
Setelah desain selesai, maka desain sebaiknya lebih dahulu diproofing
(print preview sebelum cetak mesin). Jika warna dan komponen grafis
lain tidak ada kesalahan, maka desain siap diperbanyak.
2. Buku
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi
satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari
sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman.
a. Sejarah Perkembangan Buku
Pada zaman kuno, tradisi komunikasi masih mengandalkan lisan.
Penyampaian informasi, cerita-cerita, nyanyian, do’a-do’a, maupun syair,
disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Karenanya, hafalan
merupakan ciri yang menandai tradisi ini. Kemudian terpikirlah untuk
menuangkannya dalam tulisan. Maka, lahirlah apa yang disebut sebagai
buku kuno.
Buku kuno ketika itu, belum berupa tulisan yang tercetak di atas
kertas modern seperti sekarang ini, melainkan tulisan-tulisan di atas
keping-keping batu (prasasti) atau juga di atas kertas yang terbuat dari
daun papyrus. Papyrus adalah tumbuhan sejenis alang-alang yang banyak
tumbuh di tepi Sungai Nil.
Mesir merupakan bangsa yang pertama mengenal tulisan yang
disebut hieroglif. Tulisan hieroglif yang diperkenalkan bangsa Mesir
17
Kuno bentuk hurufnya berupa gambar-gambar. Mereka menuliskannya di
batu-batu atau pun di kertas papyrus. Kertas papyrus bertulisan dan
berbentuk gulungan ini yang disebut sebagi bentuk awal buku atau buku
kuno.
Selain Mesir, bangsa Romawi juga memanfaatkan papyrus untuk
membuat tulisan. Panjang gulungan papyrus itu kadang-kadang mencapai
puluhan meter. Hal ini sungguh merepotkan orang yang menulis maupun
yang membacanya. Karena itu, gulungan papyrus ada yang dipotong-
potong. Papyrus terpanjang terdapat di British Museum di London yang
mencapai 40,5 meter.
Kesulitan menggunakan gulungan papyrus, di kemudian hari
mengantarkan perkembangan bentuk buku mengalami perubahan.
Perubahan itu selaras dengan fitrah manusia yang menginginkan
kemudahan. Maka, pada awal abad pertengahan, gulungan papyrus
digantikan oleh lembaran kulit domba terlipat yang dilindungi oleh kulit
kayu yang keras yang dinamakan codex.
Perkembangan selanjutnya, orang-orang Timur Tengah mengguna-
kan kulit domba yang disamak dan dibentangkan. Lembar ini disebut
pergamenum yang kemudian disebut perkamen, artinya kertas kulit.
Perkamen lebih kuat dan lebih mudah dipotong dan dibuat berlipat-lipat
sehingga lebih mudah digunakan. Inilah bentuk awal dari buku yang
berjilid.
18
Di Cina dan Jepang, perubahan bentuk buku gulungan menjadi
buku berlipat yang diapit sampul berlangsung lebih cepat dan lebih
sederhana. Bentuknya seperti lipatan-lipatan kain korden.
Buku-buku kuno itu semuanya ditulis tangan. Awalnya yang
banyak diterbitkan adalah kitab suci, seperti Al-Qur’an yang dibuat
dengan ditulis tangan.
Di Indonesia sendiri, pada zaman dahulu, juga dikenal dengan buku
kuno. Buku kuno itu ditulis di atas daun lontar. Daun lontar yang sudah
ditulisi itu lalu dijilid hingga membentuk sebuah buku.
Perkembangan perbukuan mengalami perubahan signifikan dengan
diciptakannya kertas yang sampai sekarang masih digunakan sebagai
bahan baku penerbitan buku. Pencipta kertas yang memicu lahirnya era
baru dunia perbukuan itu bernama Ts’ai Lun. Ts’ai Lun berkebangsaan
Cina. Hidup sekitar tahun 105 Masehi pada zaman Kekaisaran Ho Ti di
daratan Cina. Penemuan Ts’ai Lun telah mengantarkan bangsa Cina
mengalami kemajuan. Sehingga, pada abad kedua, Cina menjadi
pengekspor kertas satu-satunya di dunia.
Sebagai tindak lanjut penemuan kertas, penemuan mesin cetak
pertama kali merupakan tahap perkembangan selanjutnya yang signifikan
dari dunia perbukuan. Penemu mesin cetak itu berkebangsaan Jerman
bernama Johanes Gensleich Zur Laden Zum Gutenberg. Gutenberg telah
berhasil mengatasi kesulitan pembuatan buku yang dibuat dengan ditulis
tangan. Gutenberg menemukan cara pencetakan buku dengan huruf-huruf
19
logam yang terpisah. Huruf-huruf itu bisa dibentuk menjadi kata atau
kalimat. Selain itu, Gutenberg juga melengkapi ciptaannya dengan mesin
cetak. Namun, tetap saja untuk menyelesaikan satu buah buku diperlukan
waktu agak lama karena mesinnya kecil dan jumlah huruf yang
digunakan terbatas. Kelebihannya, mesin Gutenberg mampu
menggandakan cetakan dengan cepat dan jumlah yang banyak.
Gutenberg memulai pembuatan mesin cetak pada abad ke-15.
Teknik cetak yang ditemukan Gutenberg bertahan hingga abad ke-20
sebelum akhirnya ditemukan teknik cetak yang lebih sempurna, yakni
pencetakan offset, yang ditemukan pada pertengahan abad ke-20.
b. Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun
lontar. Menurut Ajib Rosidi (sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara
garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur,
yaitu usaha penerbitan buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan
umum (termasuk sastra dan hiburan), dan usaha penerbitan buku agama.
Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku
sekolah dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang
menulis buku pelajaran, umumnya mereka hanya sebagai pembantu atau
ditunjuk oleh orang Belanda.
Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-
buku agama Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan
20
buku-buku agama Kristen umumnya dilakukan oleh orang-orang
Belanda.
Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada masa itu
dikuasai oleh orang-orang Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam
usaha penerbitan buku berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku bacaaan
yang murni dilakukan oleh pribumi, yaitu mulai dari penulisan hingga
penerbitannya, hanya dilakukan oleh orang-orang Sumatera Barat dan
Medan. Karena khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan
tersebut, pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan
Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha penerbitan yang dilakukan
kaum pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi
Balai Pustaka.
Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai
bermunculan. Sebagian besar berada di pulau Jawa dan selebihnya di
Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka
ingin mengambil alih dominasi para penerbit Belanda yang setelah
penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha di
Indonesia.
Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih
dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian
pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha
penerbitan buku nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku
21
kertas bagi para penerbit buku nasional sehingga penerbit diwajibkan
menjual buku-bukunya denga harga murah.
Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas
mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga
buku. Dengan adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan
penerbitan nasional dapat meningkat denganc epat. Menurut Ikatan
Penerbit Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950, penerbit yang menjadi
anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965 naik menjadi
600-an lebih.
Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah
satu akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru
pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter. Sejak akhir
tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya 25%
penerbit yang bertahan, situasi perbukuan mengalami kemunduran.
c. Buku di Era Modern
Di era modern sekarang ini perkembangan teknologi semakin
canggih. Mesin-mesin offset raksasa yang mampu mencetak ratusan ribu
eksemplar buku dalam waktu singkat telah dibuat. Hal itu diikuti pula
dengan penemuan mesin komputer sehingga memudahkan untuk setting
(menyusun huruf) dan lay out (tata letak halaman). Diikuti pula
penemuan mesin penjilidan, mesin pemotong kertas, scanner (alat
pengkopi gambar, ilustrasi, atau teks yang bekerja dengan sinar laser
hingga bisa diolah melalui computer), dan juga printer laser (alat
22
pencetak yang menggunakan sumber sinar laser untuk menulis pada
kertas yang kemudian di taburi serbuk tinta).
Semua penemuan menakjubkan itu telah menjadikan buku-buku
sekarang ini mudah dicetak dengan sangat cepat, dijilid dengan sangat
bagus, serta hasil cetakan dan desain yang sangat bagus pula. Tak
mengherankan bila sekarang ini didapati berbagai buku terbit silih
berganti dengan penampilan yang semakin menarik. Animo masyarakat
terhadap buku nampak juga mengalami peningkatan. Ini nampak dari
banyaknya buku-buku bestseller yang laris manis diserbu masyarakat.
d. Jenis Buku
1) Komik
Menurut Will Eisner dalam bukunya Graphic Storytelling, komik
adalah tatanan gambar dan balon kata yang berurutan. Scott
McCloud punya pendapat lain, katanya dalam buku Understanding
Comics, komik didefinisikan sebagai gambar yang menyampaikan
informasi atau menghasilkan respons estetik pada yang melihatnya.
2) Cergam
Arswendo Atmowiloto (1986) mengungkapkan bahwa cergam sama
dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi
dan lain-lain.
3) Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,
biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata
23
novel berasal dari bahasa Italia “novella” yang berarti sebuah kisah,
sepotong berita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan
lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural
dan metrikal sandiwara atau sajak.
4) Novelet
Cerita tanggung, untuk dikatakan cerpen dia terlalu panjang, untuk
dikatakan novel terlalu pendek. Jumlah halaman novelet diperkiran
berada di antara 40-50 halaman.
5) Nomik
Nomik adalah singkatan dari novel komik.
6) Antologi (kumpulan)
Secara harfiah antologi diturunkan dari kata bahasa Yunani yang
berarti "karangan bunga" atau "kumpulan bunga", adalah sebuah
kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya
mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak
dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan
karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-
lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang
artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi
juga tergolong antologi. KBBI mendefinisikan antologi sebagai
kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang
pengarang. Antologi dapat pula disebut bunga rampai.
24
7) Dongeng
Dongeng, merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif
dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan
moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan
mahluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia khayalan dan
imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan
secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Dalam satu buku,
bisa terdiri atas satu atau lebih dongeng. Sekarang, banyak buku-
buku dongeng yang merupakan saduran dan disesuaikan dengan
kehidupan masa kini.
8) Biografi
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir
atau mati dan data-data pekerjaan seseorang. Biografi juga bercerita
tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian.
Biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya dinamakan autobiografi.
9) Catatan harian (journal/diary)
Catatan harian adalah buku yang isinya berdasarkan catatan harian
atau catatan harian itu sendiri, misalnya catatan harian Anne Frank.
Buku yang dibuat berdasarkan catatan harian misalnya, Bersaksi di
Tengah Badai karya Wiranto.
25
10) Ensiklopedia
Ensiklopedia adalah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap
cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut
kategori secara singkat dan padat.
11) Fotografi
Karya-karya foto seseorang atau beberapa orang dapat saja dijadikan
buku. Buku jenis ini akan lebih menarik jika disertai keterangan
mengenai objeknya. Untuk kepentingan lain, buku fotografi ini bisa
juga berisi penjelasan mengenai cara atau strategi untuk
menghasilkan foto-foto seperti yang tercetak.
12) Karya ilmiah
Laporan penelitian, disertasi, tesis, skripsi, dan sebagainya.
13) Tafsir
Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-quran
agar maksudnya lebih mudah dipahami. Tafsir harfiah berarti tafsir
kata demi kata, tafsir mimpi adalah penggunaan ciri-ciri modern
untuk menguraikan arti mimpi. Buku yang berisi materi tentang hal
ini dinamakan buku tafsir.
14) Kamus
Kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan,
biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna,
pemakaian, atau terjemahannya. Kamus dapat pula diartikan sebagai
buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun
26
menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya
(KBBI).
15) Panduan (how to)
Disebut juga buku petunjuk, misalnya buku tentang cara membuat
aksesoris, berkebun, memasak, dan sebagainya.
16) Atlas
Kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku. Selain dalam
bentuk buku, atlas juga ditemukan dalam bentuk multimedia,
misalnya Google Earth. Atlas dapat memuat informasi geografi,
batas negara, statisik geopolitik, sosial, agama, serta ekonomi.
17) Ilmiah
Buku yang disusun berdasarkan kaidah keilmiahan. Misalnya, buku
yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan disampaikan dalam
bahasa ilmiah.
18) Teks
Sederhananya adalah buku pelajaran, diktat, modul.
19) Mewarnai
Buku jenis ini identik dengan buku anak-anak, isinya biasanya
berupa garis-garis yang membentuk gambar. Fungsinya, adalah
membantu anak-anak untuk belajar mewarnai objek.
27
e. Media Buku
1) Buku cetak
Buku cetak (printed book) adalah buku yang dicetak pada bahan
kertas dan biasa dijumpai di toko-toko buku. Buku cetak memiliki
kelebihan, antara lain :
a) Bisa dibaca kapan saja dan di mana saja, tanpa perangkat khusus.
b) Lebih terpercaya, karena setiap buku yang dijual memiliki ISBN
(International Serial Book Number), sehingga dapat digunakan
sebagai acuan literatur.
c) Membaca buku cetak tidak membuat mata cepat lelah, selama
buku dibaca dalam posisi dan kondisi yang benar, seperti cukup
cahaya dan membaca tidak terlalu dekat.
d) Buku cetak akan lebih sulit diduplikasi untuk kepentingan
komersil maupun disebarluaskan secara illegal. Beberapa buku
memiliki tanda khusus, seperti stempel, untuk membedakan
antara cetakan asli dan cetakan palsu.
Sementara itu, buku cetak juga memiliki beberapa kekurangan :
a) Harga buku cetak lebih mahal, karena menggunakan bahan baku
kertas. Selain itu buku cetak juga harus mengalami berbagai
proses hingga akhirnya terdistribusi di toko-toko buku.
b) Buku cetak memerlukan tempat untuk menyimpannya, apalagi
apabila buku tersebut berhalaman tebal dan berjumlah banyak.
28
c) Karena berbahan baku kertas, buku cetak memerlukan perawatan
ekstra agar bisa tahan lama. Lembaran halaman buku akan basah
bila terkena air, sobek, luntur dan kerusakan lainnya dapat mudah
terjadi.
2) Buku elektronik/digital
Buku elektronik atau yang biasa dikenal dengan e-book adalah buku
yang dapat dibaca dan diakses melalui perangkat digital seperti
komputer, laptop, dan smartphone. E-book dapat diperoleh secara
gratis dengan cara mendownload dari situs-situs web penyedia e-
book. Biasanya buku elektronik ini tersedia dalam format PDF.
Keunggulan e-book yaitu :
a) Diperoleh dengan lebih murah dan bahkan secara gratis karena
sekarang ini telah banyak penyedia e-book yang dapat diunduh
gratis di internet.
b) Mudah didapatkan tanpa harus pergi ke toko buku.
c) Ramah lingkungan karena buku digital tidak dicetak sehingga
tidak memerlukan kertas.
d) Hemat tempat dan tahan lama. Penyimpanan e-book tidak seperti
buku cetak yang memerlukan tempat. E-book cukup disimpan
dalam perangkat digital.
29
Kekurangan dari buku elektronik di antaranya :
a) Memerlukan perangkat digital dan software untuk mengaksesnya,
sehingga tidak semua orang dapat membaca e-book dikarenakan
keterbatasan sarana serta pengetahuan akan teknologi.
b) Tulisan dalam buku elektronik tidak semua dapat dipercaya
karena semua orang bisa saja menjadi penulis dan penerbit tanpa
melalui editing maupun uji materi.
c) Dengan segala kebebasan dan kemudahan aksesnya, budaya
pembajakan semakin meningkat. Keaslian naskah menjadi
dipertanyakan. Pembaca pun lebih tertarik untuk mengunduh
versi bajakan daripada harus membeli e-book secara legal.
3. Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti ”tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”. Menurut Luhan dalam
Basuki (1992), media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan
sebagai sarana komunikasi dari seseorang kepada orang lain yang tidak ada
di hadapannya.
Menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4), media
merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan
dari komunikator menuju komunikan.
Byron Reeves dan Clifford Nass, melalui tulisan mereka yang
berjudul “The Media Equation : How People Treat Computers, Television,
30
and New Media Like Real People and Places”, memaparkan tentang Teori
Media Ekuasi (The Media Equation Theory) . Berdasarkan teori persamaan
media ini (teori ekuasi), Reeves dan Nass menggambarkan persoalan
bagaimana orang-orang secara tidak sadar bahkan secara otomatis merespon
apa yang dikomunikasikan media, seolah media itu manusia. Teori
persamaan media dari Reeves dan Nass ini mencoba memperlihatkan bahwa
media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu
seperti dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam
situasi face to face. Dalam teori persamaan ini, media dianggap sebagai
bagian dari kehidupan nyata (media and the real life are the same).
a. Media Cetak
Media cetak adalah media berupa tulisan atau gambar dan tulisan yang
dicetak pada lembaran-lembaran kertas. Menurut Rhenald Kasali
(2007:9), iklan media cetak adalah suatu media yang statis dan
mengutamakan pesan-pesan visual. Dari segi format dan ukuran kertas,
media massa cetak meliputi :
1) Koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano)
2) Tabloid (1/2 broadsheet)
3) Majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto)
4) Buku (1/2 majalah)
5) Newsletter (folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8)
6) Buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8)
31
b. Media Elektronik
Media elektronik adalah media penyampaian pesan melalui perangkat
elektronik atau energi elektromekanis. Pesan yang disampaikan dapat
berupa tulisan, gambar, serta audio/suara. Contoh media elektronik :
1) Radio
Radio adalah media yang bersifat auditori (untuk didengar), sehingga
menyampaikan informasi melalui radio relatif lebih sulit dibandingkan
dengan televisi. Ketika menyajikan informasi, pembaca berita harus
bisa menggambarkan peristiwa tersebut secara jelas, sehingga bisa
ditangkap oleh imajinasi pendengar. Inilah yang membuat radio
disebut sebagai theatre of mind.
2) Televisi
Televisi adalah media massa elektronik yang bersifat audio visual
serta memiliki kemampuan memainkan gambar sehingga mampu
menstimulasi pendengaran dan pengelihatan. Jadi, dalam menerima
informasi, khalayak tidak hanya menggunakan satu indera, melainkan
dua indera sekaligus, yaitu mata dan telinga.
c. Media Online
Menurut Vini Winarti Halim (2006 : 27), media online yaitu website atau
situs yang difungsikan sebagai media komunikasi elektronik yang tidak
terikat ruang dan waktu dengan tujuan untuk memberikan informasi
aktual yang dapat diakses oleh publik secara in real time. Sedangkan
menurut Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005 : 20), media online
32
adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis
telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Di dalamnya
terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online,
mail-online, dan lain-lain, dengan karakteristik masing-masing sesuai
dengan fasilitas yang memungkinkan user (pengguna) untuk
memanfaatkannya.
4. Promosi
Promosi berasal dari kata promote dalam bahasa Inggris yang
diartikan sebagai mengembangkan atau meningkatkan. Pengertian tersebut
jika dihubungkan dengan bidang penjualan berarti sebagai alat untuk
meningkatkan omzet penjualan.
Philip Kotler (1997 : 142) mendefinisikan promosi sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen agar membeli.
Menurut Stanton (1993), promosi adalah sinonim dalam penjualan.
Maksudnya adalah memberikan informasi kepada konsumen, menghimbau
dan memengaruhi khalayak ramai. Adapun menurut Saladin (2003),
promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang
didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan
tentang produk perusahaan.
Zimmerer (2002) mengatakan bahwa promosi adalah segala macam
bentuk komunikasi persuasi yang dirancang untuk menginformasikan
33
pelanggan tentang produk atau jasa dan untuk memengaruhi mereka agar
membeli barang atau jasa tersebut yang mencakup publisitas, penjualan
perorangan dan periklanan.
a. Tujuan Promosi
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mem-
pengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang
perusahaan dan bauran pemasarannya. Menurut Fandy Tjiptono (1997),
secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1) Menginformasikan (informing), dapat berupa :
a) Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suat produk baru.
b) Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk.
c) Menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
d) Menjelaskan cara kerja suatu produk.
e) Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan.
f) Meluruskan kesan yang keliru.
g) Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli.
h) Membangun citra perusahaan.
2) Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk :
a) Membentuk pilihan merek.
b) Mengalihkan pilihan ke merek tertentu.
c) Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk.
d) Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga.
34
e) Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga
(salesman).
3) Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas :
a) Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan
dibutuhkan dalam waktu dekat.
b) Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk
perusahaan.
c) Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan.
d) Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk
perusahaan.
Rossiter dan Percy (1993), mengklasifikasikan tujuan promosi
sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut :
1) Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan
(category need).
2) Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk
kepada konsumen (brand awareness).
3) Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude).
4) Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase
intention).
5) Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase
facilitation).
6) Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning).
35
b. Bauran Promosi
Pemasar mengembangkan promosi untuk mengkomunikasikan
informasi mengenai produk mereka dan memengaruhi konsumen untuk
membelinya. Untuk menciptakan dan memelihara keunggulan pembeda
(differential advantage) dari apa yang ditawarkan pesaing, maka
sebagian besar produk dan merek yang berhasil membutuhkan promosi.
Keempat jenis promosi (Peter dan Olson, 2000 : 181-185) adalah :
1) Iklan
Iklan (advertising) adalah penyajian informasi nonpersonal mengenai
produk, merek, perusahaan atau toko yang dilakukan dengan bayaran
tertentu. Iklan ditujukan untuk memengaruhi afeksi dan kognisi
konsumen. Dalam praktiknya, iklan telah dianggap sebagai
manajemen citra (image management), menciptakan dan memelihara
citra dan makna dalam benak konsumen. Walaupun pertama-tama
iklan akan memengaruhi perilaku pembelian konsumen.
2) Promosi Penjualan
Promosi penjualan (sales promotion) adalah rangsangan langsung
yang ditujukan kepada konsumen untuk melakukan pembelian.
Banyaknya jenis promosi penjualan termasuk di dalamnya penurunan
harga temporer melalui kupon, rabat, penjualan multi kardus, kontes
dan undian, perangko dagang, pameran dagang, dan eksibisi.
36
3) Penjualan Personal
Penjualan personal (personal selling) melibatkan interaksi personal
langsung antara seorang pembeli potensial dan seorang salesman.
Komunikasi personal dengan salesman dapat meningkatkan
keterlibatan konsumen dengan produk dan atau proses pengambilan
keputusan.
4) Publisitas
Publisitas (publicity) adalah bentuk-bentuk komunikasi tentang
perusahaan, produk, atau merek si pemasar yang tidak membutuhkan
pembayaran. Kadangkala publisitas dapat lebih efektif daripada iklan
karena konsumen dapat dikatakan telah siap untuk menerima pesan
yang disampaikan.
c. Media Promosi
Media promosi merupakan sarana untuk mengkomunikasikan
informasi tentang suatu produk/jasa kepada konsumen agar terpengaruh
untuk membeli/menggunakannya. Pemilihan media untuk menyampaikan
pesan harus didasarkan tiga faktor penting yaitu :
1) Jangkauan pesan yang ingin disampaikan meliputi besarnya target
konsumen yang ingin dijangkau dalam periode waktu tertentu. Hal ini
akan memengaruhi media placement yang akan dipilih.
2) Frekuensi pesan yang ingin disampaikan adalah berapa kali kegiatan
promosi yang diinginkan dalam satu periode, dengan mempertimbang-
kan jumlah konsumen yang akan dijangkau.
37
3) Dampak komunikasi yang disampaikan merupakan pengaruh yang
diharapkan muncul akibat kegiatan promosi melalui media yang
dipilih.
Dalam media periklanan dikenal istilah above the line media,
below the line media dan through the line media dengan definisi sebagai
berikut :
1) Above The Line Media (Media Lini Atas)
Jenis iklan yang mengharuskan pembayaran komisi kepada biro iklan.
Media lini atas memiliki target audiens yang luas dan bertujuan lebih
untuk menjelaskan sebuah konsep atau ide sehingga tidak ada
interaksi secara langsung dengan audiens. Contoh : tayangan iklan di
media cetak, TV, radio, bioskop, billboard, dan sebagainya.
2) Below The Line Media (Media Lini Bawah)
Jenis iklan yang tidak mengharuskan adanya komisi. Media lini bawah
memiliki target audiens yang lebih terbatas dan bertujuan memberikan
audiens kesempatan untuk merasakan, menyentuh, dan berinteraksi
langsung. Contoh : pameran, brosur, lembar informasi, pamflet, event,
katalog, direct mail, dan sebagainya.
3) Through The Line Media
Through the line media merupakan media lini atas yang terintegrasi
dengan media lini bawah. Contoh : media sosial, seperti Facebook,
Twitter, Instagram, Path, dan sebagainya.