BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf ·...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu warisan leluhur. Karya sastra dibagi menjadi dua yaitu karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra lisan salah satunya yaitu folklor. Folklor merupakan warisan leluhur yang tersebar dalam kehidupan masyarakat dari mulut ke mulut. Sedangkan karya sastra tulis dapat berupa puisi, prosa ataupun cerita pendek. Folklor adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun diantara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun disertai contoh dengan gerak isyarat atau alat bantu pengingat (Danandjaja, 1997 : 2). Folklor yang berupa karya sastra yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan adalah bentuk relatif tetap atau dalam bentuk baku disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama disebut juga dengan cerita rakyat (Danandjaja, 1997 : 4). Potter (dalam Endraswara 2009:28) sedangkan Yadnya (dalam Endraswara 2009:28) menjelaskan bahwa folklor adalah bagian kebudayaan yang bersifat traditional, tidak resmi, dan nasional. Folklor adalah karya agung masalalu, baik lisan ataupun tertulis yang amat berharga bagi generasi mendatang. Endraswara ketika menjadi editor buku “Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk dan Fungsi” mengatakan bahwa folklor memang sangat luas cakupannya, ritual-ritual

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan salah satu warisan leluhur. Karya sastra dibagi

menjadi dua yaitu karya sastra lisan dan karya sastra tulis. Karya sastra lisan salah

satunya yaitu folklor. Folklor merupakan warisan leluhur yang tersebar dalam

kehidupan masyarakat dari mulut ke mulut. Sedangkan karya sastra tulis dapat berupa

puisi, prosa ataupun cerita pendek.

Folklor adalah sebagian dari kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan

diwariskan secara turun-temurun diantara kolektif macam apa saja secara tradisional

dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun disertai contoh dengan

gerak isyarat atau alat bantu pengingat (Danandjaja, 1997 : 2). Folklor yang berupa

karya sastra yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan

adalah bentuk relatif tetap atau dalam bentuk baku disebarkan diantara kolektif

tertentu dalam waktu yang cukup lama disebut juga dengan cerita rakyat (Danandjaja,

1997 : 4).

Potter (dalam Endraswara 2009:28) sedangkan Yadnya (dalam Endraswara

2009:28) menjelaskan bahwa folklor adalah bagian kebudayaan yang bersifat

traditional, tidak resmi, dan nasional. Folklor adalah karya agung masalalu, baik lisan

ataupun tertulis yang amat berharga bagi generasi mendatang.

Endraswara ketika menjadi editor buku “Folklor Nusantara: Hakikat, Bentuk

dan Fungsi” mengatakan bahwa folklor memang sangat luas cakupannya, ritual-ritual

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

2

dapat saja diformat sebagai folklor. Kisah-kisah mistis banyak dikaitkan dengan

folklor. Bahkan di setiap wilayah ritual ini menjadi ciri folklor yang berkembang

luas. Sejauh ritual itu ada folklor yang masih berkembang luas. Folklor juga sering

berkaitan dengan sejarah para leluhur.

Senada dengan apa yang diutarakan Endraswara di atas bahwa folklor dapat

berkaitan dengan sejarah dan ritual-ritual. Salah satu folklor yang berkaitan dengan

hal tersebut adalah Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Cerita tersebut dituturkan

secara lisan dan masih terpelihara dengan baik di tengah-tengah masyarakat Desa

Majasto. Desa Majasto merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tawangsari,

Kabupatan Sukoharjo.Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya dapat digolongkan

sebagai cerita lisan atau folklor.Permasalahan yang mendasari Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya sangatlah unik, yang di dalamnya terdapat sejarah runtuhnya

kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan

masyarakat Desa Majasto baik dari segi agama, pola pikir maupun ekonomi. Cerita

tersebut terlahir dari cerita rakyat yang kemudianmelahirkan kepercayaan yang masih

diyakini dan dihormati oleh masyarakatnya, terutama masyarakat di lingkup daerah

yang sifatnya masih tradisional. Bagi sebagian besar masyarakat Desa Majasto, Cerita

Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya masih cukup dihormati dan dipercaya oleh warga

sekitar, utamanya kepercayaan mengenai cara pemakaman yang mana liang kuburnya

hanya sedalam lutut orang dewasa atau sekitar 50-70 cm. Makam tersebut adalah

makam yang tanahnya tidak berbau sehingga dinamakan Makam Bumi Arum.

Makam Kyai Ageng Sutawijaya merupakan tempat yang dianggap suci dan

dihormati, masyarakat mengunjungi untuk mendoakan arwahleluhurnya, tetapi tidak

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

3

sedikit masyarakat yang datang mengunjungi makam untuk memohon doa restu,

berkah, keselamatan, dan rejeki. Keberadaan makam Kyai Ageng Sutawijaya berada

di Makam Bumi Arum Majasto dipercaya sebagai leluhur masyarakat Majasto dan

merupakan keturunan dari Brawijaya V. Kyai Ageng Sutawijaya merupakan murid

dari Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Pandanaran, atas perintahnya merakalah akhirnya

Kyai Ageng Sutawijaya bertapa di bukit Majasto yang kemudian membangun sebuah

masjid di bukit Majasto sebagai tempat ibadah untuk melakukan syair Islam bagi

masyarakat sekitar.(Sub Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Sukoharjo 2001: 7)

Penelitian tentu mempunyai manfaat, baik manfat secara teoritis maupun

praktis, sehingga dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

mampu menggunakan dan memanfaatkan teori folklor untuk dapat mengetahui

bentuk dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya,

fungsi cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya, makna/penghayatan cerita rakyat

Kyai Ageng Sutawijaya bagi masyarakat pendukungnya. Dengan demikian

penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan mengenai pendekatan teori

folklor bagi perkembangan sastra dan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu bagi

penelitian selanjutnya.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

4

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat mendokumentasikan Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya sebagai salah satu aset lisan Nusantara.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keberadaan

makam Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang folklor

cerita Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari

sehingga dapat menambah wawasan tentang fungsi bagi masyarakat.

Penelitian terhadap makam Kyai Ageng Sutawijaya dengan kajian folklor

belum pernah dilakukan, adapun penelitian sebelumnya yang meneliti Makam Bumi

Arum Majasto adalah :

a. Wisata Religi Makam Bumi Arum Majasto, (studi kehidupan sosial religi

peziarah dan masyarakat Desa Majasto). Oleh Saleh, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2010.

b. Kompleks Masjid Ki Ageng Sutawijaya Majasto Tawangsari Sukoharjo

Jawa Tengah, (tinjauan historis). Oleh Anik Tri Wahyuni Jurusan Sejarah

dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab, Universitas Islam Negri Sunan

Kalijaga Yogyakarta Tahun 2007.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah

“CERITA RAKYAT KYAI AGENG SUTAWIJAYA DI DESA MAJASTO

KECAMATAN TAWANGSARI KEBUPATEN SUKOHARJO (Sebuah

Tinjauan Folklor)”

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk dan isi cerita Kyai Ageng Sutawijaya di Desa Majasto,

Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimanakah fungsi folklor cerita Kyai Ageng Sutawijaya bagi masyarakat

Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo?

3. Bagaimanakah makna/penghayatan masyarakat Desa Majasto, Kecamatan

Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo terhadap keberadaan cerita rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan sebagian

berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk dan isi cerita Kyai Ageng Sutawijaya di Desa

Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

2. Menemukanfungsi folklor cerita Kyai Ageng Sutawijaya bagi masyarakat

Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

3. Menemukanmakna/penghayatan masyarakat Desa Majasto, Kecamatan

Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo terhadap keberadaan cerita rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

6

D. Batasan Masalah

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka

permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada usaha mendiskripsikan Cerita Rakyat

Kyai Ageng Sutawijaya untuk keperluan dokumentasi, bentuk, fungsi,

makna/penghayatan cerita bagi masyarakat pendukungnya, selain dinamika

perkembangan Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya, perlu mendeskripsikan

masyarakat Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo sebagai

pemilik dan pendukung cerita rakyat tersebut.

E. Teori

1. Hakikat Folklor

Folklor merupakan gabungan dari folk dan lore.Folk sama artinya dengan

sekelompok orang dan lore artinya adat atau tradisi. Folk adalah sekelompok orang

yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat

dibedakan dari kelompok-kelompok lainya. Ciri-ciri pengenal tersebut antara lain

berupa warna kulit yang sama, mata pencarian yang sama, bahasa yang sama, taraf

pendidikan yang sama, dan agama yang sama. Ciri pengenal yang lebih penting lagi

adalah bahwa mereka memiliki suatu tradisi yaitu kebudayaan yang telah mereka

warisi turun-temurun.Sedangkan Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagaian kebudayaan

yang diwariskan turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai

dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Alan Dundees (Danandjaja

1997:1).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

7

Folklor mengandung arti keyakinan atau kisah-kisah lama (tradisional)

mengenai rakyat, sekaligus juga bisa dimengerti sebagai studi atas kisah atau

keyakinan rakyat. Folklor adalah hasil kebudayaan kolektif yang tersebar dan

diwariskan turun temurun di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam

versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan

gerak isyarat atau alat membantu pengingat (Danandjaya 1997 :2).

Brunvand (dalam Hutomo, dalam Nyoman Kutha Ratna, 2011: 102)

membedakan folklor menjadi tiga macam, yaitu Folklor lisan (verba folklor), Folklor

setengah lisan (partly verba folklor), Folklor bukan lisan (nonverbal folklor). Secara

praktis ketiganya dapat dikenali melalui bentuk masing-masing yaitu oral (mentifact),

sosial (socifact), dan material (artifact). Folklor lisan terdiri atas :

1) Ungkapan tradisional (pepatah, peribahasa, semboyan)

2) Nyanyian rakyat (lir-ilir, bubui bulan, jamuran, dan lain sebagainya)

3) Bahasa rakyat (dialek, ulukan, sindiran, bahasa rahasia, bahasa remaja,

dan lain sebagainya)

4) Teka-teki (berbagai bentuk tanya jawab pada umumnya untuk mengasah

pikiran)

5) Cerita rakyat (mite, legenda, sage)

Folklor setengah lisan, diantaranya:

1) Drama rakyat (ketoprak, ludruk, wayang kulit, langendria, arja)

2) Tari (srimpi, maengket, pendet)

3) Upacara (kelahiran, perkawinan, kematian)

4) Permainan dan hiburan rakyat (sembunyi-sembunyian, teka-teki)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

8

5) Adat kebiasaan (gotong royong, menjenguk orang sakit)

6) Pesta rakyat (sekaten, pesta kesenian Bali)

Folklor nonlisan, diantaranya:

1) Material (mainan, makanan, arsitektur, alat-alat music, pakaian, perhiasan,

obat-obatan, dan sebagainya)

2) Bukan material (bunyi music, bunyi gamelan, bunyi isyarat)

Penelitian folklor menurut Danandjaja meliputi tiga tahap yaitu penelitian

terhadap objek penelitian yang meliputi :

a. Tahap Pra penelitian di Tempat

Tahap ini merupakan tahap sebelum melakukan tahap penelitian,

yakni peneliti terjun langsung ke daerah yang akan dijadikan objek

penelitian dalam bentuk folklor maka harus mengadakan persiapan

yang matang. Ini akan lebih meminimalisir hambatan yang akan

terjadi saat penelitian.

b. Tahap Penelitian di Tempat Sesungguhnya

Tahap ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang harmonis

dengan informan, maka sebagai peneliti harus jujur, rendah hati dan tidak

bersikap menggurui. Sikap yang demikian membuat informan dengan

cepat menerima dan memberikan semua keterangan yang diperlukan.

Peneliti saat berada di lapangan harus bersikap jujur, rendah hati, dan

tidak sombong ataupun menggurui, sehingga tercipta hubungan yang

harmonis dengan informan. Cara yang digunakan untuk memperoleh

bahan folklor di tempat adalah melalui wawancara dengan informan dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

9

melakukan pengamatan. Sikap penulis dengan informan harus sopan agar

informan akan menerima peneliti dengan baik dan memberikan

keterangan selenggap-lengkapnya untuk data penelitian.

c. Cara Pembuatan Naskah Folklor Bagi Kearsipan

Sebelum kita membuat naskah bagi kerasipan maka harus

dipastikan bahwa folklor tersebut diakui dan dipercaya oleh masyarakat.

Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya diakui keberandaannya dan

dipercaya masyarakat sekitar. Folkor adalah sebagian kebudayaan yang

diwariskan secara turun temurun dan jika folkor itu belum di akui atau

dipercaya oleh masyarakat, maka bukan termasuk cerita rakyat.

Masyarakat Desa Majasto sebagai pemilik cerita tersebut masih

melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang timbul

karena adanya cerita tersebut.

Menurut Danandjaja setiap naskah koleksi folklor harus

mengandung tiga bahan teks bentuk folklor yang di kumpulkan, konteks

teks yang bersangkutan, pendekatan dan penilaian informasi serta

pengumpulan folklor. James Danandjaja, (1984) menerangkan bahwa

folklor terdiri dari dua bentuk yaitu folklor lisan dan folklor sebagian

lisan. Adapun bentuk folklor lisan terdiri dari :

a) Bahasa rakyat, yaitu bentuk folklor Indonesia yang termasuk dalam

bahasa rakyat berupa logat atau dialek bahasa-bahasa Nusantara.

b) Ungkapan tradisional, yakni dalam bentuk folklor semacam ini

adalah peribahasa(peribahasa yang sesungguhnya, peribahasa tidak

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

10

lengkap kalimatnya, peribahasa perumpamaan) dan ungkapan

(ungkapan yang mirip peribahasa).

c) Pertanyaan tradisional, yakni lebih dikenal sebagai teka-teki

merupakan pertanyaan yang bersofat tradisional dan mempunyai

jawaban yang tradisional pula.

d) Sajak dan puisi rakyat, yakni folklor lisan yang memiliki

kekhususan, kalimatnya tidak berbentuk bebas, tetapi terikat. Sajak

dan puisi rakyat merupakan kesusastraan yang sudah tertentu

bentuknya, baik dari segi jumlah larik maupun persajakan yang

mengakhiri setiap lariknya. Yang termasuk ke dalam jenis adalah

peparikan, rarakitan, wawangian, serta tembang berpupuh (sinom,

dhandanggula, dan seterusnya) juga termasuk mantra.

e) Cerita prosa rakyat, yaitu jenis folklor yang banyak diteliti oleh para

ahli. Menurut Bascom (1965:44), dalam Danandjaja, 1984:50),

cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu mite

(myth), legenda (legenda, dan dongeng (folklor)

f) Nyanyian rakyat menurut Bruvand (1963 : 130, dalam Dhanandjaja,

1984 : 141) adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri

atas kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan diantara anggota

kolektif tertentu, berbentuk tradisional serta mempunyai banyak

varian.

Folklor berbentuk sebagian lisan antara lain mempunyai kepercayaan rakyat,

yang sering kali juga disebut takhayul. Takhayul adalah kepercayaan yang oleh orang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

11

berpendidikan Barat dianggap sederhana, bahkan pander, tidak berdasarkan logika,

sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Danadjaja,

1984 : 153).

2. Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat yang pada umumnya dianggap sebagai cerita fiktif semata,

ternyata kadang-kadang dipandang mengandung kebenaran faktual. Sastra rakyat

dalam arti folklor tidak mempunyai naskah seperti adanya. Kelisanan ini adalah salah

satu ciri penting dari cerita rakyat. Cerita rakyat sebagai cerita lisan terdapat baik di

masyarakat, yang tan-aksara, maupun dari masyarakat yang beraksara. Pada

masyarakat tan-aksara pemeliharaan cerita lisan itu lebih baik daripada

masyarakat beraksara. Pada orang-orang yang tan-aksara, cerita lisan berlangsung

pada jantung lingkungan yang menimbulkannya, belum digali oleh hal lain, fungsinya

yang utama belum diambil alih oleh dokumen tertulis seperti halnya dalam

masyarakat yang telah menghargai tulis-menulis (Vansina, 1972:2 dalam Rusyana,

1981:16).

Ciri lain dari cerita rakyat adalah ketradisiannya. Cerita rakyat sebagai bagian

dari folklor merupakan bagian dari persediaan cerita yang telah lama hidup dalam

tradisi suatu masyarakat. Cerita rakyat merupakan cerita yang telah diceritakan

kembali diantara orang-orang yang berada dalam beberapa generasi, sehingga cerita

rakyat berkenaan dengan masa lalu. Cerita rakyat sebagai bagian dari folklor

mengandung survival, yaitu sesuatu yang masih terdapat dalam budaya masa kini

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

12

sebagai peninggalan dari masa-masa sebelumnya (Winick,1956: 517 dalam Rusyana,

1981:17).

Cerita rakyat sebagai bagian yang diturunkan dari generasi ke generasi dan

disebarkan pada sesama anggota masyarakat, bersifat anonim yaitu tidak diketahui

siapa yang menciptakannya. Secara keseluruhan cerita rakyat diartikan sebagai

cerita lisan yang telah lama hidup dalam tradisi suatu masyarakat. Dengan kata lain

cerita rakyat adalah cerita lisan yang berkembang pada generasi dalam suatu

masyarakat (Rusyana, 1981:17).

Cerita rakyat adalah suatu karya sastra yang lahir dan berkembang dalam

masyarakat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif tetap, atau dalam

bentuk baku disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup

lama.(Danandjaja,1997:4).

3. Ciri-Ciri Cerita Rakyat

Danandjaja (1997 : 3-4) berpendapat bahwa cerita rakyat selalu mengalami

perubahan dari jaman ke jaman, bahkan akan berbeda dari penutur satu dengan

penutur yang lain, meski mereka dari kelompok yang sama.Cerita rakyat mempunyai

beberapa ciri yang membedakan dari kesusastraan secara tertulis, sebagai berikut :

1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan dari

mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2. Cerita rakyat memiliki versi yang berbeda-beda karena penyebarannya secara

lisan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

13

3. Cerita rakyat bersifat tradisional dan disebarkan dalam bentuk relatif tetap

atau dalam bentuk standar disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu

yang cukup lama.

4. Cerita rakyat anonim karena pengarangnya tidak diketahui lagi, maka cerita

rakyat telah menjadi milik masyarakat pendukungnya.

5. Cerita rakyat selalu menggunakan bentuk berpola yaitu menggunakan kata-

kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan mempunyai

pembukaan dan penutupan yang baku. Gaya ini berlatar belakang kultus

terhadap peristiwa dan tokoh utamanya.

6. Cerita rakyat mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif, yaitu sebagai

sarana pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan

terpendam.

7. Cerita rakyat mempunyai sifat-sifat prologis, dalam arti mempunyai logika

tersendiri, yaitu tentu saja lain dengan logika umum.

8. Cerita rakyat menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Dasar anggapan

ini sebagai akibat sifatnya yang anonim.

9. Cerita rakyat bersifat polos dan lugu, sehingga sering kali kelihatan kasar,

terlalu spontan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

14

4. Bentuk Cerita Rakyat

Menurut William R. Bascom dalam Danandjaja (1997 : 50) membagi cerita

prosa rakyat menjadi:

1. Mite merupakan cerita prosa rakyat yang di anggap benar-benar terjadi serta

dianggap suci oleh yang empunya cerita, mengandung tokoh-tokoh dewa atau

setengah dewa. Tempat terjadinya di tempat lain dan masa terjadinya jauh di

masa purba. Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta,

dunia, manusia pertama, terjadinya maut.

2. Legenda adalah cerita yang mengandung ciri-ciri hampir sama dengan

mite, namun legenda bersifat sekuler. Terjadi pada masa yang belum begitu

lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal. Tokoh dalam legenda

tidak disakralkan oleh pendukungnya. Tokoh merupakan manusia biasa yang

mempunyai kekuatan-kekuatan gaib, tempat terjadinya di dunia kita. Legenda

tidak setua mite. Legenda menceritakan terjadinya tempat, seperti : pulau,

gunung, daerah/desa, danau/sungai, dan sebagainya.

3. Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi dan

tidak terikat oleh ketentuan tentang pelaku, waktu dan tempat. Dongeng

hanyalah cerita khayalan belaka.

5. Fungsi Cerita rakyat

Menurut Bascom dalam Danandjaja, 1997 : 19), fungsi cerita rakyat sebagai

folklor adalah sebagai berikut :

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

15

1. Sebagai system proyeksi (projective system) yakni sebagai alat pencerminan

angan-angan suatu kolektif. Fungsi ini dapat diwujudkan salah satunya

dengan sarana pengukuhan tempat keramat.

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata lembaga kebudayaan. Fungsi ini

dapat terwujud oleh lembaga yang pada saat ini terus menggali dan

menyelamatkan kebudayaan yang hampir punah dengan bentuk cagar budaya

ataupun bentuk lainya.

3. Sebagai alat pendidikan anak.

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu

dipatuhi anggota kolektifnya.

6. Mitos

a. Pengertian Mitos

Mitos adalah suatu cerita yang benar-benar menjadi milik mereka yang paling

berharga, karena merupakan suatu yang suci, bermakna dan menjadi contoh model

bagi tindakan manusia. Mitos bukan hanya merupakan pemikiran intelektual dan

bukan hasil logika, tetapi terlebih dulu merupakan orientasi spiritual dan mental yang

berhubungan dengan illahi (Hari Susanto 1987 : 9)

Mitos berpijak pada fungsi mitos tersebut dalam kehidupan manusia. Mitos

buka hanya sekedar cerita mengenai kehidupan dewa-dewa, nemun mitos merupakan

cerita yang mampu memberikan arah dan pedoman tingkah laku manusia sehingga

bersikap bijaksana (Peursen, 1976 : 42).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

16

b. Fungsi Mitos

Mitos merupakan sebuah cerita yang memberikan arahan atau penduan kepada

sekelompok orang. Cerita ini dapat dituturkan tetapi juga dapat diuangkapkan tewat

tarian atau pementasan wayang (Van Peursan, 2007 : 37).

Fungsi mitos menurut Van Peursen, yaitu :

1. Suatu mitos dapat menyadarkan manuasia bahwa kekuatan-kekuatan ajaib,

suatu mitos tidak memberikan bahan informasi mengenai kekutan-kekuatan

itu. Tetapi membantu manusia agar dapat menghayati daya-daya itu sebagai

kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam dan kehidupan sukunya.

2. Mitos memberi jaminan bagi masa kini. Misalnya pada bulan Sura, dilakukan

suatu ritual tertentu atau upacara-upacara dengan berbagai tarian. Karena pada

jaman dahulu bila itu dilanggar akan terjadi suatu bencana entah gagal panen

atau bencana yang lainya.

3. Suatu mitos memberikan pengetahuan tentang dunia, artinya fungsi ini mirip

dengan fungsi ilmu pengetahuan dan filsafat dalam alam pemikiran modern,

misalnya cerita-cerita terjadi langit dan bumi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

17

F. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Cerita Rakyat

Makam Kyai Ageng Sutawijaya. Sumber data utama melalui catatan tertulis maupun

melalui audio dan vidio serta pengambilan foto dan film. (Moleong, 2005:135)

Sumber data dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer

dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui

tentang Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya antara lain Juru Kunci, Pak Lurah

Desa Majasto, Perangkat desa, dan pengunjung makam Kyai Ageng Sutawijaya.

Dengan demikian, peneliti melakukan pengamatan secara langsung dan

wawancara ditempat, hasil pengamatan dan wawancara tersebut berupa catatan

dan rekaman.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitiaan ini adalah referensi maupun buku-buku

yang relevan dangan topik penelitian.

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data

primer dalam penelitian ini adalah segala informasi dari informan yag

menceritakan tentang Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya baik dari pihak

masyarakat sekitar atau masyarakat pendatang serta fungsi Cerita Rakyat Kyai

Ageng Sutawijaya tersebut bagi masyarakat pendatang yang berkunjung di

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

18

tempat tersebut. sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah informasi-

informasi pendukungnya, foto-foto, catatan lapangan, serta hasil referensi tertulis

yaitu buku-buku yang berkaitan dengan cerita rakyat dan sasrta lisan, yang di

jadikan sebagai data pelengkap dalam penelitian.Setelah mendapatkan data lisan

berupa tuturan hasil wawancara, data tersebut kemudian ditranskrip.

G. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian folklor. Sifat penelitian diskriptif

kualitatif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang

memiliki arti lebih dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti menekankan catatan

yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data.

Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

(Moleong, 2007 : 4).

Penelitian cerita rakyat ini dilakukan dengan terjun langsung kelapangan, dan

peneliti secara langsung mendata, memproses dan menganalisinya. Dapat dikatakan

bahwa peneliti adalah kunci utama dalam penelitian, sehingga peneliti harus teliti

agar dapat tercapai penelitian yang akurat tentang Cerita Rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya yang berkembang di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten

Sukoharjo.

Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan tujuan memperoleh gambaran atai

deskripsi dari objek yang dikaji. Karena dalam wawancara nantinya akan terdapat

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

19

rekaman-rekaman, foto-foto lokasi, dan lain-lain. Ciri-ciri terpenting metode

kualitatif adalah sebagai berikut.

1) Memberikan perhatian utama pada makna pesan, sesuai dengan

hakikat objek, yaitu sebagai studi cultural.

2) Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan objek penelitian,

subjek peneliti sebagai instrument utama, sehingga terjadi interaksi

langsung diantaranya.

3) Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek

peneliti sebagai instrument utama, sehingga terjadi interaksi langsung

diantaranya.

4) Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian

bersifat terbuka.

5) Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks budaya masing-

masing.(Ratna (2008: 47-48)

Selain itu dengan penelitian deskriptif kualitatif ini akan memperoleh berbagai

informasi kualitatif dengan deskripsi yang penuh nuansa yang lebih berharga dari

sekedar angka atau jumlah dalam bentuk angka (Sutopo, 1988:9).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari,

Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Peneliti mengambil lokasi Desa

Majasto dengan pertimbangan bahwa Desa Majasto merupakan tempat keberadaan

makam Kyai Ageng Sutawijaya.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

20

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian disamping perlu menggunakan metode yang tepat, peneliti

juga memerlukan memilih teknik yang tepat dan alat pengumpul data yang relevan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

tiga metode sebagai berikut :

a. Teknik Observasi (pengamatan)

Teknik observasi (pengamatan) ini diketahui oleh informan.

Informan dengan sukarela memberikan kesempatan peneliti untuk

mengamati peristiwa yang terjadi.Dalam penelitian lapangan pengamatan

dimanfaatkan sebaik-baiknya. Seperti yang di katakan Guba dan Lincoln

(1981 : 191-193) adalah :

1) Teknik pengamatan ini dapat berlangsung didasarkan atas pengalaman

secara langsung.

2) Teknik ini dapat terlaksana dengan melihat dan mengamati suatu

kejadian kemudian mencatat apa yang telah diamati.

3) Pemanfaatan memungkinkan mencatat peristiwa dalam situasi yang

berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang

diperoleh dari data.

4) Sering kali terjadi keraguan peneliti akan kebenaran data yang didapat.

5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami

situasi-situasi yang rumit.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

21

6) Dalam kasus-kasus tertentu teknik komunikasi lainya tidak

dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat

bermanfaat.

Observasi ini dilakukansecara langsung terhadap peristiwa yang

sesuai dengan kondisi lingkungan di lokasi penelitian yang diamati.

Teknik observasi (pengamatan) digunakan untuk mengetahui data yang

berhubungan dengan cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya, sikap

masyarakat dan perilaku interaksi sosial antar anggota masyarakat. Selain

teknik observasi, digunakan teknik pencatatan. Teknik pencatatan

digunakan untuk menyusun data dan informasi yang diperoleh dari hasil

pengamatan mengenai cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Kegiatan

observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi

dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi

dengan kegiatan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian dan tahap

kedua sebagai penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan bahan dan

data yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Objek yang

diamati atau diobservasi meliputi:

1. Kondisi fisik lokasi penelitian, yang meliputi letak dan kondisi

geografis desa beserta pembagian wilayah dan jumlah penduduknya.

2. Kondisi sosial masyarakat desa yang meliputi pendidikan, mata

pencaharian masyarakat, dan kehidupan keagamaan. Proses

observasi dimulai dengan melakukan survei awal yaitu melakukan

pengamatan langsung terhadap masyarakat Desa Majasto, dan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

22

dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan subjek yang berkaitan

dengan objek atau sasaran penelitian.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber. Wawancara

dalam penelitian ini bertujuan menyimpulkan keterangan yang ada pada

kehidupan dalam suatu masyarakat serta pendirian mereka merupakan

suatu alat pembantu metode observasi langsung. (Koentjaraningrat, 1983 :

129).Wawancara dalam keadaan informal, yakni dalam suasana santai,

pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam

kehidupan sehari-hari. Wawancara dilakukan secara terstruktur namun

terdapat pengambangan.Pada metode ini pertanyaan diajukan secara lisan,

pengumpul data bertatap muka dengan narasumber. (Sanapiah Faisal,

2008 : 52).

Dalam hal ini memilih informan yang dianggap menguasai dan

dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang jelas. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun informan yang di

anggap menguasai dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data antara

lainJuru Kunci, Pak Lurah Desa Majasto, Perangkat desa, dan pengunjung

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

23

makam Kyai Ageng Sutawijaya. Langkah-langkah yang digunakan dalam

teknik wawancara adalah.

1. Menentukan lokasi.

2. Menentukan informan yang akan dijadikan sebagai sumber

informasi.

3. Menentukan waktu wawancara.

4. Membuat daftar pertanyaan wawancara. Memilih informan yang

dianggap menguasai dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data

yang jelas. Informan yang dipilih adalah juru kunci, modin dan

sesepuh desa, karena secara umum mereka yang mengetahui secara

pasti tentang folklor cerita Kyai Ageng Sutawijaya.

c. Content Analysis

Suatu metode pengumpulan data versi tulis dengan cara mencari buku-

buku, dokumen yang relevan dengan cerita rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya, membaca buku hasil penelitian atau sumber informasi lainya

yang berhubungan dengan topik pembahasan yang nantinya dapat

membantu proses pengumpulan data dan pembahasan masalah yang

terkait.Pengumpulan data perlu mencantumkan data hasil wawancara

maupun pengamatan, karena untuk mendapatkan perbedaan-perbedaan

yang terdapat yang terdapat di dalam hasil wawancara untuk di ambil data

yang paling akurat. Mencatat data hasil wawancara dan pengamatan perlu

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

24

diperhatikan perbedaan antara data sebenarnya dengan hasil interpretasi

sebagai seorang peneliti.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini cerita lisan mengenai cerita rakyat Kyai Ageng

Sutawijaya yang berada di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten

Sukoharjo ini dijadikan sebagai populasi penelitian karena terlait dengan cerita asal-

usul cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya. Daerah tersebut memiliki populasi yang

tinggi. Dalam penentual sampel dalam populasi tersebut digunakan cara purposive

Sampling (penentuan sampel). Dalam Purposive Sampling subyeknya didasarkan atas

diri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri

sifat populasi itu sendiri (Hadi, 1982: 29) Populasi dalam penelitian ini adalah

penduduk Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian secara

langsung yang mewakili populasi secara keseluruhan. (Subroto, 1992: 25). Adapun

sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive

sampling. Maksud dari sampling ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi

dari berbagai macam sumber dan bangunannya (Moleong, 2007:224).

Tujuan dari teknik sampling seperti yang dikatakan oleh Moleong,(2007:224)

adalah :

a. Merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks unik.

b. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori

yang muncul.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

25

Metode pengumpulan dan sampel menggunakan teknik purposive

sampling.Dalam purposive sampling subyeknya didasarkan atas dari atau sifat-sifat

tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan ciri-ciri sifat populasi itu

sendiri (Hadi, 1982:29). Sampel dalam penelitian ini informan yang dianggap bisa

mewakili pendapat dan keterangannya. Masyarakat yang berhubungan dengan

upacara adat dipilih beberapa sampel untuk mewakili kelompoknya sebanyak 6

informan.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara untuk mendapatkan hasil penelitian yang

sistematis dari hasil perolehan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Perolehan data tersebut diorganisasi menjadi satu untuk dipakai dan

interpretasikan sebagai bahan temuan untuk menjawab permasalahan penelitian

(Milles dan Huberman dalam Rohidi 1992:95). Analisis data merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari pengumpulan data. Data dan informasi yang berhasil

dikumpulkan secara berkelanjutan ditafsirkan maknanya. Data dianalisis dengan

teknik analisis deskriptif, yakni analisis yang dilakukan untuk memaparkan data

hasil kualitatif. Analisis ini tidak berkaitan dengan angka-angka akan tetapi

berkaitan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data yang diperoleh dari penelitian

berupa teks lisan dan foto tentang folklor makam Kyai Ageng Sutawijaya. Data

tersebut kemudian diolah menjadi sebuah teks tulis dan dianalisis sesuai dengan

rumusan masalah yang akan dianalisis. Dalam menganalisis data peneliti

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

26

menggunakan tiga komponen yaitu seleksi data, penyajian data, dan penyimpulan

data.

a. Seleksi Data

Seleksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan,

dan abstraksi data kasar yang ada pada lapangan. Proses ini

berlangsung selama penelitian. Seleksi data dimulai sejak peneliti

mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan

kasus, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan tentang

pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data

berlangsung, data reduction berupa catatan-catatan singkat,

memutuskan tema dan batasan-batasan permasalahan.

b. Pemaparan Sajian Data

Teknik pemaparan hasil analisis data merupakan langkah terakhir

setelah analisis data. Teknik pemaparan hasil analisis data adalah

cara merangkai data-data yang telah terkumpul, melewati proses

analisis data sehingga menjadi kesimpulan deskriptif yang disusun

secara sistematis dan kronologis. Teknik pemaparan ini dimaksudkan

untuk mendeskripsikan kesimpulan mulai dari bagian awal hingga akhir,

sehingga masing-masing bagian dari pokok kajian penelitian dapat

dilihat sebagai suatu sistem, saling mengisi, dan melengkapi. Hasil

analisis penelitian ini berusaha mendapatkan kesimpulan tentang

suatu masalah yang sedang diteliti berdasarkan berbagai informasi

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

27

yang terkait dengan masalah tersebut. Penelitian ini diharapkan akan

memperoleh hasil penelitian mengenai bentuk atau isi cerita rakyat,

fungsi penghayatan masyarakat terhadap folklor.

c. Penarikan Kesimpulan

Penyimpulan data, diperoleh setelah peneliti melakukan wawancara

dengan narasumber tentang folklor cerita makam Kyai Ageng Sutawijaya

di Desa Majasto dan mendeskripsikannya ke dalam tulisan. Langkah

terakhir dalam proses analisis data adalah melakukan penarikan

kesimpulan (verifikasi). Pada penarikan kesimpulan peneliti harus

melampirkan foto–foto dan konfigurasi-konfigurasi yang semua

merupakan satu kesatuan yang utuh, yang ada kaitannya dengan alur,

sebab akibat dan proposi masalah yang sedang dikaji yaitu folklor

cerita rakyat Kyai Ageng Sutawijaya.

6. Validitas Data

Kualitas dan keabsahan data dalam penelitian dapat ditingkatkan kualitasnya

dengan memakai sistem triangulasi data yaitu, teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagian pembandingan terhadap data lain. Triangulasi data adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu (Moleong,

1989:79). Triangulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

28

data yang berbeda (Patton dalam Sutopo, 1988:32). Dengan demikian kebenaran data

yang satuakan diuji atau dibandingkan dengan data yang lain dari sumber data yang

lain, sehingga bisa dihasilkan data yang valid.

Langkah kerja teknik ini adalah membandingkan balik tingkat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif. Menurut Patton dalam Moleong, 2007:331, Hal itu dapat dicapai dengan

cara :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dan apa yang

dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan

menengah atau tinggi, orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Sebelum penulis terjun langsung ke lapangan, penulis melakukan survai

lapangan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mencari informan yang

tersebar di Desa Majasto, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian

yang dilakukan di lapangan, mendapatkan berbagai informasi tentang Kyai Ageng

Sutawijaya, tetapi banyak kesamaan data yang didapatkan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0111014_bab1.pdf · kerajaan Majapahit.Cerita rakyat tersebut sangat mempengaruhi perkembangan ... masyarakat

29

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Batasan Masalah

E. Teori

F. Sumber Data

G. Metode dan Teknik

H. Sistematika Penulisan

BAB IIPEMBAHASAN

A. Profil Masyarakat Desa Majasto

B. Isi dan Bentuk Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

C. Fungsi Cerita Rakyat Kyai Ageng Sutawijaya

D. Makna/Penghayatan Masyarakat

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN