BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakekat Pembelajaran Pengertian ......Menurut teori Gestalt pembelajaran...

33
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakekat Pembelajaran 2.1.1 Pengertian pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Syaiful Sagala (2011: 61). Pengertian pembelajaran menurut corey dalam Syaiful Sagala (2011: 61) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus menurut Syaiful Sagala (2011: 42) adalah sebagai berikut: 1. Menurut teori behaviorisme pembelajaran adalah suatu usaha guru menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. 2. Menurut Teori Kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. 3. Menurut teori Gestalt pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna), bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa. 4. Menurut Teori Humanistik pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajari sesuai dengan minat dan kemampuannya.(Sugandi 2002: 24).

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakekat Pembelajaran Pengertian ......Menurut teori Gestalt pembelajaran...

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1 Hakekat Pembelajaran

    2.1.1 Pengertian pembelajaran

    Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun

    teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

    merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai

    pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Syaiful Sagala (2011: 61).

    Pengertian pembelajaran menurut corey dalam Syaiful Sagala (2011: 61)

    menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang

    secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku

    tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi

    tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

    Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus menurut Syaiful Sagala

    (2011: 42) adalah sebagai berikut:

    1. Menurut teori behaviorisme pembelajaran adalah suatu usaha guru menekankan

    perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur.

    2. Menurut Teori Kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami

    apa yang sedang dipelajari.

    3. Menurut teori Gestalt pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata

    pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya

    (mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna), bantuan guru diperlukan

    untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.

    4. Menurut Teori Humanistik pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada

    siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajari sesuai dengan minat

    dan kemampuannya.(Sugandi 2002: 24).

  • 7

    Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan

    materi pelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah

    mengoorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh kemudahan

    dalam berinteraksi dalam lingkungannya.

    2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran

    Menurut Darsono (2002: 24) ciri-ciri pembelajaran adalah:

    a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

    b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

    belajar.

    c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang

    bagi siswa.

    d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan

    menyenangkan bagi siswa.

    e. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik

    maupun psikologis.

    Ada tiga cirri khas yang terkandung dalam siste pembelajaran menurut Oemar

    Hamalik yaitu:

    1. Rencana , ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan

    unsur-unsur system pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

    2. Saling ketergantungan (independence), antara unsur-unsur sistem

    pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat

    esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem

    pembelajaran.

    3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak di

    capai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang di buat oleh

    manusia dan sistem yang alami (natural).

  • 8

    Ciri-ciri pembelajaran adalah rencana atau usaha yang dilakukan secara sadar

    dengan menyiapkan bahan belajar yang ditata secara khusus agar dapat menarik

    perhatian serta memotivasi agar siswa siap meneriman pelajaran baik secara fisik

    maupun psikologi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan .

    2.1.3 Komponen-komponen Pembelajaran

    Pembelajaran bila ditinjau dari pendekatan sistem maka dalam prosesnya akan

    melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah:

    1. Pencapaian Kompetensi

    Kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

    yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga

    ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik

    dengan sebaik-baiknya. Pendapat senada juga diungkapkan Soemarsono

    dalam Arikunto (2005: 133), bahwa kompetensi merupakan tujuan yang

    menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang

    harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan

    dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.

    Istilah kompetensi dalam kurikulum berbasis kompetensi dimaksudkan adalah

    seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang

    sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

    tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Secara umum, pengertian kompetensi

    dikaitkan dengan pengetahuan,keterampilan, perilaku dan nilai-nilai yang

    dimiliki peserta didik sesudah mengikuti pendidikan

    2. Materi pelajaran

    Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses

    pembelajaran,karena materi pelajaran akan member warna dan bentuk dari

    kegiaatan pembelajaran. Materi pelajarn yang komprehensip, terorganisasi

    secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga

    terhadap intensitas proses pembelajaran.

  • 9

    3. Subjek Belajar

    Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama

    karena berperan sebagai subjek karena siswa adalah individu yang melakukan

    proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran

    diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk

    itu dari pihak siswa diperlukan partisifasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

    4. Strategi Pembelajaran

    Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses

    pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan

    pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih,

    model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan

    teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk

    menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan

    tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi

    pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.

    5. Media Pembelajaran

    Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan guru dalam proses

    pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Sebagai

    salah satu komponen sistem pembelajaran media pembelajaran berfungsi

    untuk meningkatkan peranan strategi pembelajaran. Sebab media

    pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran

    disamping komponen waktu dan metode mengajar.

    6. Komponen Penunjang

    Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah

    fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan

    semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan

    mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Sehingga sebagai salah satu

    komponen pembelajaran guru perlu memperhatikan, memilih dan

    memanfaatkannya.

  • 10

    2.2 Hakekat Pembelajaran Kontekstual

    2.2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

    Pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu metode

    pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

    menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

    kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

    kehidupannya mereka menurut Wina Sanjaya (2011: 255).

    Pembelajaran kontekstual adalah sebuah metode pembelajaran melibatkan

    para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran

    akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. (Chaedar

    Alwasilah, 2011: 35) .

    Pembelajaran kontekstual dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan

    filosofi konstruktivisme yaitu filisofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak

    hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan dibenak pikiran

    mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi

    fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat

    diterapkan (Sugandi, 2004: 41).

    Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja , dan

    kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembalajaran kontekstual cukup

    mudah. Secara garis besar langkahnya yaitu mengembangkan pemikiran bahwa

    anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkontruksi

    sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, antara lain:

    a. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuri untuk semua topic

    b. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

    c. Ciptakan masyarakat belajar

    d. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

    e. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

    f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan

  • 11

    Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan

    yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan lain dan dari konteks

    yang lainnya, sehingga siswa memahami makna dari materi tersebut dengan konteks

    keseharian mereka.

    2.2.2. Penerapan Pembelajaran Kontekstual

    Menurut Sofan Amri dkk (2011:83). Penerapan pendekatan pembelajaran

    kontekstual kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum, bidang studi apapun,

    dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran kontekstual

    dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya berikut ini: kembangkan

    bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan

    mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

    1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik

    2. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan jalan bertanya

    3. Ciptakan komunitas belajar

    4. Hadirkan model senbagai contoh pembelajaran

    5. Lakukan refleksi diakhir pertemuan

    6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

    Sedangkan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual menurut

    mudiastuti dalam Wina Sanjaya (2011: 256). Terbagi menjadi beberapa rangkaian

    kegiatan yaitu:

    a. Perencanaan Pembelajaran

    Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan

    dalam proses pembelajaran/interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan

    sumber belajar pada suatu lingkungan belajar . Kegiatan perencanaan pembelajaran

    oleh guru meliputi penyusunan perangkat pembelajaran antara lain: Progam

    Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana Pembelajaran,

    Buku Siswa serta Instrumen Evaluasi, yang mengacu pada format pembelajaran

    kontekstual.

  • 12

    b. Evaluasi Pembelajaran

    Kegiatan evaluasi dalam pembelajaran kontekstual mengacu pada prinsip

    penilaian yanga sebenarnya (authentic assessment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan

    selama dan sesudah proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan

    berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses, kinerja

    dan produk.

    c. Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual

    Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual guru harus memegang

    beberapa prinsip pembelajaran berikur ini.

    1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental.

    2. Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung.

    3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.

    4. Mempertimbngkan keragaman siswa (disfersity of student) .

    5. Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelegence) siswa.

    6. Melakukan teknik-teknik bertanya (questioning).

    7. Menerapkan penilaian authentic (authentic assessment).

    8. Strategi Pembelajaran yang Berasosiasi dengan Pembelajaran Kontekstual

    1. Pengajaran Berbasis Masalah

    Pengajaran berbasis masalah (Problem-based learnin) adalah suatu

    pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

    konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan

    memecahkan masalah , serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

    esensial dari materi pelajaran.

    2. Pengajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

    mengembangkan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.

  • 13

    3. Pengajaran Berbasis Inkuiri

    Merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar melalui

    keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dan

    guru mendorong siswa untuk melakukan percobaan yang memungkinkan siswa

    untuk menemukan sendiri prinsip-prinsip atau konsep-konsep.

    4. Pengajaran Berbasis Proyek/tugas

    Merupakan strategi pembelajaran komperhensif dimana lingkungan belajar

    siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah

    authentik (Nurhadi dkk, 2003: 55-78).

    2.3. Pengertian Inquiri

    Inquiri dapat diartikan sebagai proses bertanya , menyelidiki dan mencari tahu

    jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang telah diajukan. Pertanyaan ilmiah dalam

    hal ini adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan

    terhadap obyek pertanyaan. Melalui penyelidikan tersebut akan diperolah data yang

    diperlukan untuk menjawab pertanyaan. Tentunya, penyelidikan yang dilakukan

    harus relevan dengan pertanyaan atau masalah yang akan dijawab.

    Menurut Sofan Amri (2011: 84) menyatakan inquiri merupakan begian inti

    dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan

    yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,

    tetapi hasil dari menemukan sendiri, guru harus merancang kegiatan yang merujuk

    pada kegiatan yang menemukan.

    Inquiri adalah pembelajaran yang membiasakan siswa untuk membuktikan

    sesuatu mengenai materi pelajaran dilakukan dengan penyelidikan oleh siswa itu

    sendiri dengan bimbingan guru. (Syaiful Sagala 2011: 198).

    Sund and Trowbridge (1973) mengemukakan ada tiga macam metode inquiri

    sebagai berikut:

    1. Inquiry terpimpin (quide inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai

    dengan yang dibutuhkan. Pedoman – pedoman tersebut biasanya berupa

  • 14

    pertanyaan –pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan

    terutama bagi siswa yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan

    dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar

    perencanaan dibuat guru dan siswa tidak merumuskan permasalahan.

    2. Inquiry bebas (free inquiry) , pada metode ini siswa melakukan penelitian

    sendiri bagaikan seorang ilmuan. Peserta didik harus dapat

    mengidentifikasikan dan merumuskan brbagai topik permasalaahn yang

    hendak diselidiki.

    3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru

    memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk

    memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan

    prosedur penelitian.

    Metode inquiri adalah sebuah metode pembelajaran yang mampu

    menciptakan siswa yang cerdas dan berwawasan . Dengan metode ini siswa dilatih

    untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan suatu masalah

    secara ilmiah. Dalam proses inquiri guru dalam hal ini hanya bertindak sebagai

    fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari

    pengetahuan, dan bukan dijejali dengan pengetahuan.

    Tujuan utama pembelajaran melalui metode inquiri adalah menolong siswa

    untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan

    memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin

    tahu mereka.

    Menurut Wina Sanjaya (2007) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang

    menjadi ciri utama dari metode inquiri, yaitu:

    1. Metode inquiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal

    untuk mencari dan menemukan, artinya metode inquiri menempatkan siswa

    sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran ,peserta didik tidak hanya

    berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,

  • 15

    tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi

    pembelajaran itu sendiri.

    2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

    menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

    diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) . Guru bukan

    sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta

    didik. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan teknik

    bertanya, karena dalam proses pembelajaran dilakukan melalui proses Tanya

    jawab antara guru dan siswa.

    3. Tujuan dari penggunaan metode inquiri adalah mengembangkan kemampuan

    berpikir secara sistematis ,logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan

    intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam

    pembelajaran inquiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi

    pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang

    dimilikinya.

    Beberapa pengertian inkuiri dapat diketahui bahwa para ahli memiliki cara

    yang berbeda-beda dalam mendefinisikan pengertian inkuiri. Tetapi secara umum

    dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses untuk memperoleh

    informasi melalui obsevasi atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah

    dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis.

    2.3.1 Tahapan-Tahapan Pembelajaran Inquiri

    Gulo dalam Wina Sanjaya (2007) menyatakan, bahwa kemampuan yang

    diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inquiri adalah sebagai berikut.

    a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan

    Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

    Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut

    dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan

    hipotesis.

  • 16

    b. Merumuskan Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan

    yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru

    menanyaakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari

    semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan

    permasalahan yang diberikan.

    c. Mengumpulkan Data

    Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang

    dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.

    d. Analisis Data

    Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

    menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji

    hipotesis adalah pemikiran yang ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh

    kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah

    dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat

    menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan.

    e. Membuat kesimpulan

    Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

    sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

    Tabel 2.1

    Pembelajaran Inquiri

    Fase Perilaku Guru 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah

    Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

    2. Membuat hipotesis

    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru

  • 17

    membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

    3. Merancang percobaan

    Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

    4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

    Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

    5. Mengumpulkan dan menganalisis data Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

    6. membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

    Sedangkan Menurut Syaiful Sagala (2011: 89)

    1. Observasi

    Guru mengkondisikan siswa mengidentifikasi agar siap untuk melaksanakan

    proses pembelajaran

    2. Bertanya

    Guru dan siswa melakukan tanya jawab terhadap materi pembelajaran untuk

    mengajukan hipotesis sementara.

    3. Mengajukan dugaan

    Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan

    permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas

    penyelidikan.

    4. Pengumpulan data

    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untukmmenentukan langkah-

    langkah percobaan yang sesuai dengan hipotesis.

  • 18

    5. Penyimpulan

    Guru membimbing siswa menyimpulkan inti dari pembelajaran

    Tujuan dari penggunaan metode inquiri adalah untuk mengembangkan sikap ,

    keterampilan dan kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah,

    mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara cermat, tanggap dan nalar,

    mengembangkan sikap ingin tahu yang lebih dalam dan meningkatkan pengetahuan

    kognitif, afektif serta psikomotorik.

    2.3.2 Prinsip-Prinsip Penggunaan Inquiri

    Menurut wina sanjaya (2007) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan

    seorang guru dalam menggunakan metode inquiri yaitu:

    a. Berorintasi pada pengembangan intelektual

    Maksudnya adalah dalam model pembelajaran ini selain berorientasi kepada

    hasil belajar. Karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan

    menggunakan metode inquiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat

    menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas

    mencari dan menemukan sesuatu.

    b. Prinsip interaksi

    Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi , baik interaksi

    antara siswa dengan siswa , interaksi siswa dengan guru, maupun interaksi

    antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti

    menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur

    lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan

    (directing) agar peserta didik bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya

    melalui interaksi mereka.

  • 19

    c. Prinsip bertanya

    Peran guru yang harus dilakukan dalam mengembangkan model inquiri

    adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab

    setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses

    berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap

    langkah inquiri sangat diperlukan.

    d. Prinsip belajar untuk berpikir

    Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta ,akan tetapi belajar adalah

    proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi

    seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah

    pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya

    cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk

    berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering dan

    hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung

    oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang

    dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsure estetika melalui proses belajar yang

    menyenangkan dan mengairahkan.

    e. Prinsip keterbukaan

    Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan . Segala sesuatu

    munkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk

    mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.

    Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

    berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.

    Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada

    siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran

    hipotesis yang diajukannya.

  • 20

    2.3.3. Langkah Pembelajaran Kontekstual Dengan Metode Inquiri

    Pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode inquiri terdiri dari

    beberapa langkah sebagai berikut:

    Langkah pertama

    Orientasi

    1. Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan

    2. Guru menyampaikan gambaran kegiatan pembelajaran yang menggunakan

    metode inquiri.

    3. Guru melakukan motivasi/apersepsi yaitu mengaitkan materi yang hendak

    dipelajari dengan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

    Langkah kedua

    Merumuskan masalah

    1. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki

    motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah

    yang hendak di kaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan

    sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan

    dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik

    yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.

    2. Masalah yang yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang

    jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong siswa agar dapat

    merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sebenarnya sudah ada,

    tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawaban tersebur secara pasti.

  • 21

    Langkah ketiga

    Merumuskan hipotesis

    1. Guru mengajukan berbagai pertanyaan yang mendorong siswa untuk dapat

    merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan

    kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

    Langkah keempat

    Mengumpulkan data

    1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

    berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

    2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi bertukar

    pendapat.

    Langkah kelima

    Menguji hipotesis

    1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

    berpikir rasionalnya yaitu membuktikan kebenaran jawaban yang diberikan

    bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data

    yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Langkah keenam

    Merumuskan kesimpulan

    1. Akhir dari pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan temuan yang

    diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

    2.3.4 Kesulitan –Kesulitan Implementasi metode Pembelajaran Inquiri

    Metode pembelajaran inquiri merupakan salah satu metode pembelajaran

    yang dianggap baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu metode baru, dalam

    penerapannya terdapat beberapa kesulitan.

    Pertama ,metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang

    menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang

    sama pentingnya ,yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah

  • 22

    terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang

    lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk

    mengubah pola mengajarnya. Bahkan ada guru yang menggangap metode

    pembelajaran inquiri sebagai metode yang tidak mungkin dapat diterapkan karena

    tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia . Memang untuk

    mengubah suatu kebiasaan bukanlah pekerjaan mudah, apalagi sifat guru yang

    cenderung konvensional, sulit untuk menerima pembaharuan-pembaharuan.

    Kedua , sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada

    dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka

    guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah

    terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola mereka dengan

    menjadikan belajar sebagai proses berpikir . Mereka akan sulit manakala diajak

    memecahkan suatu persoalan. Mereka akan sulit manakala disuruh bertanya .

    demikian juga dengan menjawab pertanyaan. Mereka akan mengalami kesulitan

    untuk menjawab setiap pertanyaan , walaupun pertanyaan itu sederhana. Biasanya

    siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan jawaban dari suatu

    pertanyaan.

    Ketiga ,berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak

    konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran

    sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan

    kemampuan berpikir melalui pendekatan student active earning atau yang kita kenal

    dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi

    (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem

    ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif. Tentu

    saja hal ini bisa menambah kebingungan guru sebagai pelaksana dilapangan. Guru

    akan mendua hati, apakah ia akan melaksanakan pola pembelajaran dengan

    mengunakan inquiri sebagai metode pembelajaran yang menekankan pada proses

    belajar, atau akan mengembangkan pola pembelajaran yang diarahkan agar siswa

    dapat mengerjakan atau menjawab soal-soal hafalan.

  • 23

    2.3.5 Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiri

    1. Keunggulan

    Metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang banyak

    dianjurkan oleh karena metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

    a. Metode pembelajaran inquiri merupakan metode pembelajaran yang

    menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afekrif dan psikomotor

    secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih

    bermakna.

    b. Metode pembelajaran inquiri dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar

    sesuai dengan gaya belajar mereka.

    c. Metode pembelajaran inquiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan

    perkembangan psikologi belajar modern yang menggangap belajar adalah

    proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

    d. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan

    siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang

    memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa

    yang lemah dalam belajar.

    2 Kelemahan

    Disamping memiliki keunggulan, metode pembelajaran inquiri juga

    mempunyai kelemahan, diantaranya:

    a. Jika metode pembelajaran inquiri digunakan sebagai metode pembelajaran,

    maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

    b. metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

    dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

    c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya, memerlukan waktu yang

    panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

    ditentukan.

  • 24

    d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

    menguasai materi pelajaran, maka metode pembelajaran inquiri akan sulit

    diimplementasikan oleh setiap guru.

    2.4 Pengertian Minat Belajar

    Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik

    berupa studi, kerja hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Hal ini karena dengan

    tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan

    sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah

    untuk mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajari.

    Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan suatu hal atau aktivitas,

    tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

    hubungan antara diri sendiri degan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat

    hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crowe and Crowe dalam Djali(2008:

    121) mengatakan bahwa minat berhubugan dengan gaya gerak yang mendorong

    seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan,

    pengalaman yang dirangsan oleh kegiatan itu sendiri. Jadi, minat dapat

    diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai

    suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi

    dalam suatu aktivitas

    Menurut Slameto (2003: 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa,

    diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan.

    Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal

    atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

    “ Definisi secara sederhana lainnya Hillgard dalam Slameto (2010: 57)

    memberi rumusan tentang minat sebagai berikut” interst is persisting to pay

    attention to and enjoy some activity or content” yang berarti bahwa minat adalah

    kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

  • 25

    Menurut Getzel dalam Djemari Mardapi (2008: 106), minat adalah suatu

    disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk

    tujuan perhatian atau perhatian.

    Pemaparan para ahli terhadap minat, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat

    adalah ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan atau

    terlibat terhadap sesuatu hal karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal

    tersebut. Dengan demikian minat belajar dapat kita definisikan sebagai ketertarikan

    dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan terlibat dalam aktivitas

    belajar karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal yang ia pelajari.

    Jika dikaitkan dengan aktivitas belajar, minat belajar merupakan salah satu

    alat motivasi atau alasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Tanpa

    adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia akan ragu-

    ragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar yang optimal atau

    seperti yang diharapkan.

    2.4.1. Indikator Minat Belajar

    Pada umumnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui

    kegiatan kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Sehingga untuk

    mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-

    kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat

    merupakan motif yang dipelajari dan mendorong individu untuk aktif dalam

    kegiatan tertentu. Dengan demikian untuk menganalisa minat belajar dapat

    digunakan beberapa indikator minat sebagai berikut:

    Menurut Slameto (2010: 180) ” suatu minat dapat diekspresikan melalui

    suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal

    dari pada hal lainnya, dapat pula dimanipestasikan melalui partisipasi dalam suatu

    aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk

    memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

  • 26

    Selain itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 132) mengungkapkan

    bahwa minat dapat diekspresikan anak didik melalui:

    1. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya

    2. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan

    3. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya

    tanpa menghiraukan yang lain (fokus)

    Pendapat dari kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar

    siswa dapat dilihat dari bagaimana minatnya dalam melakukan aktivitas yang

    mereka senangi dan ikut terlibat atau berpartisipasi dalam proses pembelajaran serta

    perhatian yang mereka berikan.

    Indikator minat yang digunakan sebagai acuan penelitian untuk mengetahui,

    apakah siswa yang diajarkan berminat untuk mempelajari suatu pelajaran dalam

    artian belajar atau tidak berminat untuk belajar, jika siswa tidak berminat maka

    gurunya hendaknya memberi motivasi atau membangkitkan minat siswa tersebut,

    diantaranya dengan menggunakan variasi gaya mengajar.

    2.4.2. Cara Menumbuhkan Minat Belajar

    Dalam hal belajar apabila seseorang siswa mempunyai minat terhadap

    pelajaran tertentu maka siswa tersebut akan merasakan senang dan dapat memberi

    perhatian pada materi pelajaran sehingga menimbulkan sikap keterlibatan ingin

    belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 81) “Sesuatu yang menarik minat

    dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan

    bersungguh-sunguh dalam belajar”

    Dengan demikian, minat belajar memiliki peranan dalam mempermudah dan

    memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, membantu untuk

    berkonsentrasi serta dapat mengurangi rasa bosan dalam belajar.

    Dalam upaya memperkuat atau menumbuhkan minat dan untuk memelihara

    minat yang telah dimiliki siswa, pihak di luar siswa khususnya guru pun dapat

  • 27

    membantu hal tersebut. Tanner & Tanner (dalam Slameto, 2010: 181)

    mengungkapkan bahwa:

    Para pengajar disarankan untuk berusaha memanfaatkan minat siswa yang telah ada ataupun membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaanya bagi siswa di masa yang akan datang.

    Selain itu menurut Rooijakkers dalam Slameto (2010: 181) “Menumbuhkan

    minat-minat baru dapat pula dicapai dengan cara mengghubungkan bahan

    pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan

    siswa.”

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 133) ada beberapa macam cara yang

    dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik, diantaranya sebagai

    berikut :

    1. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia

    rela belajar tanpa paksaan. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru

    dapat menjelaskan manfaat dari akuntansi dalam kehidupan sehari-hari, serta

    gambaran akan masa depan yang cerah profesi akuntan.

    2. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan

    pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima

    bahan pelajaran. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru dapat

    menghubungkan materi tentang bukti transaksi dengan aktivitas siswa dalam

    kehidupan sehari-hari.

    3. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar

    yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan

    kondusif. Contoh dalam pembelajaran akuntansi yaitu guru memberikan

    kesempatan pada siswa untuk mengutarakan pendapatnya dalam pembelajaran

    akuntansi.

    4. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks

    perbedaan individual anak didik. Contohnya: Guru dapat menggunakan

  • 28

    strategi belajar yang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran akuntansi

    yang tepat.

    Betapa pentingnya untuk menumbuhkan minat belajar pada siswa. Minat

    belajar harus ditumbuhkan dengan cara memberi motivasi pada saat guru

    melaksanakan pelajaran agar masing-masing individu merasa senang untuk

    mengikuti pelajaran sampai selesai. Ada pun pihak lain yang memperkuat

    menumbuhkan minat dan untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.

    2.5 Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar yang masih tersembunyi masih berupa harapan-harapan perilaku

    atau sikap . Hal ini akan diamati bila siswa sudah menunjukkan perilaku sesuai

    dengan kompetensi/tujuan pembelajaran yang diinginkan . Bloom, menggemukakan

    pendapatnya bahwa hasil belajar bisa berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),

    dan keterampilan (psikomotor). Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan

    yang tidak bisa dipisahkan sebagai wujud kompetensi seseorang. Berikut perincian

    ketiga ranah diatas:

    a. Ranah kognitif

    Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

    pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

    b. Ranah Afektif

    Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

    kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, organisasi dan

    karaterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

    c. Ranah psikomotor

    Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

    neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

    Sedangkan menurut Arikunto (1990: 133) mengatakan bahwa hasil belajar

    adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam

    perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur” Oemar Hamalik (2010: 159)

  • 29

    mengemukakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi

    perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Perubahan yang dimaksud tidak hanya

    perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap,

    pengertian dan penghargaan diri pada individu tersebut.

    Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal

    cenderung menunjukkan hasil berciri sebagai berikut.

    1. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa.

    2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.

    3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama

    diingatannya, membentuk perilakunya , bermanfaat untuk mempelajari aspek

    lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan

    pengetahuan yang lainnya.

    4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai hasil yang dicapainya

    maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

    Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

    menerima pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil

    dari apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu

    perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan

    mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan,

    pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

    Menurut Djemari Mardapi (1990: 3), evaluasi dalam pendidikan adalah

    penafsiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa menuju

    kearah tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam kurikulum.

    Hasil penilaian ini pada dasarnya adalah hasil belajar yang diukur. Hasil

    penilaian dan evaluasi ini merupakan umpan balik untuk mengetahui sampai dimana

    proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

    Hasil belajar menurut Tu’u (2004: 75) adalah hasil yang dicapai seseorang ketika

    mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu hasil belajar adalah penguasaan

    pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

  • 30

    ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru kepada

    siswa.

    Berdasarkan hal itu, hasil belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Hasil belajar siswa adalah hasil yang dicapai siswa ketika mengikuti dan

    mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

    2. H a s i l belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena

    bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,

    pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.

    3. H a s i l belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau

    angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa

    dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

    Biasanya hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku daftar nilai

    dan wali kelas serta arsip yang ada dibagian administrasi. Selain itu, hasil

    evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku rapor yang

    disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester atau kenaikan/ kelulusan.

    Dalam kaitannya dengan ukuran prestasi belajar, Mahmud (1989 : 280)

    menegaskan bahwa untuk mengetahui harga dari standar bahan pelajaran

    suatu mata pelajaran dan tingkat prestasi yang dimiliki siswa maka guru menilai

    hasil belajar siswa dengan menggunakan suatu kriteria, guru dan sekolah

    menggunakan nilai huruf. Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai melalui usaha belajar di

    sekolah yang dalam bentuk nilai akhir yang disampaikan pada waktu kenaikan

    kelas, diterima di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf.

    2.5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

    Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang

    lancar dan kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami . Dalam hal ini semangat pun

    kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar.

  • 31

    Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupan

    sehari-hari didalam aktivitas belajar mengajar.

    Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual ilmiah yang

    menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga

    menyebabkan perbedaan perbedaan dalam hasil belajar.hasil belajar merupakan

    hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling

    mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung.

    Menurut Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan

    hasil belajar sebagai berikut:

    A. Faktor dalam (Faktor Internal)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari

    siswa yang sedang belajar meliputi:

    1. Kondisi fisiologis

    Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan

    belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan

    berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga

    akan mempengaruhi hasil belajarnya. Di samping kondisi tersebut yang tidak kalah

    pentingnya adalah kondisi adalah kondisi panca indera, terutama penglihatan dan

    pendengaran . sebagian besar yang dipelajari manusia adalah dengan membaca,

    melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen,

    mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah orang lain. Jadi jelaslah

    diantara seluruh panca indera mata dan telinga mempunyai peranan yang sangat

    penting. Oleh karena itu sangat benar apa yang dikemukakan oleh ahli pendidikan

    Edgar Dale yang mengatakan bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh

    melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar, dan 12% melalui indera lainnya

    (Sutrisno dalam Tu’u, 1990: 40). Sebagai penjelasannya digambarkan dalam

    kerucut pengalaman. Salah satu yang membuktikannya pada puncak kerucut, adalah

    tertulis lambang kata. Hal ini dapat diketahui dan dijumpai pada tulisan-tulisan

    dalam buku, majalah dan media cetak lainny.

  • 32

    Contoh : kalau siswa dapat membaca sopan santun, maka kita mengetahui

    bahwa kata tersebut berarti norma sebagai pedoman bertingkah laku dalam

    pergaulan hidup di rumah, di sekolah dan di masyarakat.

    2. Kondisi Psikologis

    Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses

    belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa factor yang mempengaruhi terhadap

    proses dari hasil belajar yaitu

    a. Kecerdasan

    Telah terjadi hal cukup terkenal bahwa kecerdasan besar peranannya dalam

    berhasil atau tidaknya seorang siswa mempelajari sesuatu atau mengikuti

    suatu program pendidikan. Seorang siswa yang cerdas umumnya akan lebih

    cepat mampu belajar jika dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas,

    meskipun fasilitas dan waktu yang diperlukan untuk mempelajari materi atau

    bahan pelajaran sama.

    Hasil pengukuran kecerdasan dinyatakan dengan angka yang menunjukkan

    perbandingan kecerdasan yang dikenal dengan istilah IQ (Intelligence

    Quotion). Berbagai hasil penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara

    IQ dengan hasil belajar di sekolah. Tinggi rendahnya kecerdasan yang

    dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi

    belajar, termasuk prestasi-prestasinya lain sesuai macam-macam kecerdasan

    yang menonjol yang ada pada dirinya. Hal itu dapat kita ketahui umumnya

    tingkat kecerdasan yang sangat baik cenderung lebih baik angka nilai yang

    dicapai siswa.

    b. Bakat

    Disamping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya

    terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat adalah kemampuan yang

    ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai

    warisan dari orang tua. Bagi seorang siswa bakat itu berbeda dengan siswa

  • 33

    lain. Ada siswa yang berbakat dalam bidang ilmu social, dan ada yang ilmu

    pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di ilmu social akan sukar

    berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat-bakat yang

    dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan dikemabgngkan dalam

    pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya, seorang

    siswa ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan

    aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaliknya bersama orang tuanya

    meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya.

    Sesudah ada kejelasan, baru menentukan pilihan .

    c. Minat dan Perhatian

    Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah

    melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan

    perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada

    pada satu pelajaran tertentu biasanya cenderung memperhatikannya dengan

    baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi

    dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa

    harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran-

    pembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh

    yakin akan berhasil dalam pembelajaran.

    d. Motivasi

    Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

    melakukan sesuatu. Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong

    seseorang untuk belajar. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap

    usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam

    belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan

    memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa

    yang kehilangan motivasi dalam belajar dalam belajar akan member dampak

    kurang baik bagi prestasi belajarnya.

  • 34

    e. Emosi

    Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan

    terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang

    emosional dalam belajar, akan mudah putus asa. Hal ini mau tidak mau akan

    mempengaruhi bagaimana siswa menerima, menghayati pengalaman yang

    didapatnya dalam suatu pembelajaran. Sebagai contoh Amat siswa SLTA

    kelas II mempunyai emosi labil, cepat marah, mudah tersinggung, tertekan

    dan merasa tidak aman, hal ini dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

    Sebaliknya Tuti yang merasa aman, gembiradan bebas,ia dapat dengan mudah

    menerima, menghayati pembelajaran di kelas.

    f. Kemampuan kognitif

    Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif yaitu kemampuan berpikir

    menalar yang dimiliki siswa. Jadi kemampuan kognitif berkaitan erat dengan

    ingatandan berfikir seorang siswa. Sebagai sesuatu yang harus diketahui guru

    adalah bagaimana mengatur factor-faktor itu, berpengaruh dan membantu

    siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal.

    B. Faktor luar ( Eksternal)

    Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat

    mempengaruhi proses dan hasil belajar. Salah satu faktor yang tergolong dari

    faktor luar ini adalah gaya belajar yang dilakukan oleh guru, antaralain

    pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan model pembelajaran. Istilah

    pendekatan dan strategi sering diartikan sama, dan dalam model biasanya

    termasuk di dalamnya ada metode, strategi dan pendekatan yang digunakan.

    Pendekatan (Approach) dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang

    terpola atau terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar

    filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah

    secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola

    tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya

  • 35

    sehingga tindakan-tindakan yang terorganisir dapat berjalan secara konsisten ke

    arah tercapainya tujuan atau teratasinya suatu masalah. Pendekatan mengandung

    sejumlah komponen yaitu tujuan, pola tindakan, metode atau teknik, sumber-

    sumber yang digunakan, dan prinsip-prinsip.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain adalah faktor

    dalam yang diterapkan oleh guru, yaitu pendekatan, strategi , metode, dan model

    pembelajaran. Dan dalam penelitian ini ,peneliti memilih metode pembelajaran

    sebagai variabel yang terdiri dari kondisi fisiologis dan kondisi psikologis,

    sedangkan faktor luar dipengaruhi oleh gaya mengajar akan diteliti, yaitu

    variabel yang mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. Disamping mempengaruhi

    prestasi / hasil belajar siswa, metode pembelajaran juga akan mempengaruhi minat

    belajar siswa. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tiga variabel

    penelitian, yaitu metode pembelajaran, minat belajar, dan hasil belajar. Adapun

    metode pembelajaran yang akan diteliti adalah metode inquiri

    2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan

    Nelasari,Dita (2011), dengan judul penelitian “ Peningkatan Pemahaman

    Konsep Masalah Sosial Melalui Metode Inkuiri Sosial pada Pembelajaran IPS Siswa

    Kelas IV SDN IV Sumberagung Kabupaten Tulungagung”.

    Hasil analisisnya menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

    penerapan metode inkuiri terhadap pemahaman konsep masalah sosial meningkat

    sebanyak 16%.

    Safi,Imam (2011), dengan judul penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Pkn

    Melalui Model Inkuiri Yurisprudensi Pada Siswa Kelas V SDN Sidodadi 02

    Kabupaten Blitar.

    Hasil analisisnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara

    penggunaan model inkuiri terhadap hasil belajar siswa meningkat sebanyak 97%.

  • 36

    2.7 Kerangka Berpikir

    Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan pembelajaran pendekatan

    kontekstual dengan Metode Inquiri sangat memungkinkan siswa dapat terlibat

    langsung dalam proses belajar mengajar sehingga siswa lebih tertarik dengan mata

    pelajaran IPA. Selain itu dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan

    Metode Inquiri siswa juga terlibat aktif pada proses pembelajaran ,sehingga

    memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang

    berkualitas.

    Pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual

    dengan metode Inquiri pembelajaran yang tepat,akan mengurangi kondisi monoton

    bagi siswa, kondisi yang demikian juga mempengaruhi minat siswa terhadap

    pembelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa sehingga siswa dapat

    mengembangkan kemampuan berpikirnya . Salah satu yang dapat digunakan oleh

    guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan pendekatan

    pembelajaran kentekstual dengan Metode Inquiri. Pendekatan pembelajaran

    kontekstual dengan metode Inquri ini, siswa tidak hanya belajar menerima apa yang

    disampaikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar melalui

    pengalaman dari siswa itu sendiri .

    Berdasarkan uraian yang telah di paparkan .maka pelaksanaan pembelajaran

    mengunakan metode pendekatan pembelajaran kontekstual dengan Inquiri pada

    mata pelajaran IPA pada dasarnya adalah untuk melihat efektivitas penggunaan

    pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode Inquiri terhadap minat dan

    hasil belajar siswa.

    Penelitian ini akan membandingkan kelas kontrol dan kelas eksperimen

    dimana kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung atau konvesional

    dengan metode ceramah yang sudah biasa digunakan dalam kelas. Sedangkan kelas

    eksperimen menggunakan model pembelajaran pendekatan kontekstual dengan

    metode Inkuiri. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas

    kontrol harus dipertimbangkan kesetaraan kemampuannya . Untuk pretest diambil

  • 37

    dari alat evaluasi dan angket minat belajar pada kelas uji coba dan hasil pretest

    kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan adanya

    perbedaan yang signifikan.

    Gambar 2.1

    Bagan kerangka berpikir

    Angket

    minat postest Kelas

    kontrol pretest Angket

    minat

    Pembelajaran

    menggunakan

    pelajaran

    konvensional

    Uji beda hasil posttest dan angket

    minat apakah ada pengaruh yang

    signifikan menggunakan

    pendekatan pembelajaran

    kontekstual dengan metode

    inquiri

    Hasil pretest dan angket

    minat tidak boleh ada

    perbedaan yang signifikan

    Angket

    minat

    postest

    Pembelajaran

    menggunakan

    pendekatan

    kontekstual

    dengan metode

    inquiri

    pretest Kelas

    ekperimen

    Angket

    minat

  • 38

    2.8. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian, maka hipotetis penelitian ini

    adalah sebagai berikut: “Pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode

    inquiri, efektif terhadap peningkatan minat dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD

    Negeri Salatiga 12.