BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS …
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS …
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:250)
berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,
kesannya). Degeng (Adryana, 2008:7) mengemukakan bahwa pengukuran
keefektifan pembelajaran harus selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan
pembelajaran, yakni kecermatan penguasan perilaku, kecepatan unjuk kerja,
kesesuaian dengan prosedur, kualitas unjuk kerja, kualitas hasil akhir, tingkat alih
belajar dan tingkat retensi.
Kualitas sangat menentukan keberhasilan dalam mengajar, karena guru
yang baik harus mampu membimbing peserta didik secara individual sehingga
peserta didik menguasai bahan pelajaran sepenuhnya. Kualitas pembelajaran
ditentukan oleh unsur-unsur belajar. yang perlu diperhatikan adalah
mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebtuhan dan
kreativitas peserta didik secara individual sehingga dapat menghasilkan tingkat
penguasaan bahan yang hampir sama pada semua peserta didik yang berbeda-beda
bakatnya. Pembelajaran yang berkualitas tinggi adalah jika peserta didik belajar
bahan-bahan pelajaran yang disampaikan secepat kemampuan mereka dan tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang telah ada sebelumnya.
7
8
Menurut Yusufhadi (Miarso, 2004:536), efektivitas pembelajaran adalah
yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para peserta didik,
melalui prosedur pembelajaran yang tepat. Menurut Gaff dalam (Miarso, 2004:536)
pembelajaran yang efektif meliputi bagaimana membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar. Eggen dan Kauchak (1998) mengemukakan bahwa
efektifitas pembelajaraan ditandai dengan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran, khususnya dalam pengorganisasian dan penemuan informasi. Oleh
karena itu, semakin aktif peserta didik dalam pembelajaran maka semakin efektif
pula pembelajaran yang dilaksanakan. Pendapat lain menurut Sumadi
Suryabrata(1990: 8), bahwa efektivitas diartikan sebagai tindakan atau usaha yang
membawa hasil.
Menurut Usman(1990:22) efektvitas merupakan faktor yang menentukan
keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar. Adapun menurut Surya
(Agsha: 2015) bahwa keefektifan program pembelajaran di tandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut : (1) Berhasil menghantarkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. (2) Memberikan pengalaman belajar yang
atraktif, melibatkan peserta didik secara aktif sehingga menunjang pencapaian
tujuan instruksional. (3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar
mengajar.
Adapun kriteria efektivitas meliputi: (1) kemampuan dalam mengelola
pembelajaran dengan baik; (2) aktivitas peserta didik selama pembelajaran baik;
(3) respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran positif; dan (4) hasil
belajar peserta didik tuntas secara klasikal. Kriteria keefektifan adalah ketuntasan
belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 % dari
9
jumlah peserta didik telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.
(Nurgana, 1985:63)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat dikatakan
efektif apabila ditandai dengan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran,
pemberian pengalaman belajar yang atraktif, dan pencapaian hasil belajar setelah
kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran matematika
sehingga membantu peserta didik mencapai tujuan belajar.
Berdasarkaan beberapa pendapat para ahli diatas, maka indikator efektivitas
pembelajaran pada penelitian ini yaitu :
a. Keaktifan Belajar
Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat
berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sudirman 2001:98).
Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas.
Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para peserta didik
belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam menciptakan
interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi
dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan
belajar peserta didik. Sebab segala keaktifan peserta didik dalam belajar sangat
menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan peserta didik selama proses
pembelajaran akan berpengaruh terhadap daya ingat peserta didik terhadap
pelajaran yang diberikan. Menurut Vernon Magnesen
(http://www.buatskripsi.com) ingatan yang diperoleh dari belajar melalui membaca
sebesar 20 %, mendengar sebesar 30%, melihat sebesar 40%, mengucapkan sebesar
10
50%, melakukan sebesar 60% dan gabungan dari melihat, mengucapkan,
mendengar dan melakukan sebesar 90%.
Untuk dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar
mengajar guru dapat melakukannya dengan keterlibatan peserta didik secara
langsung baik secara individual maupun kelompok, penciptaan peluang yang
mendorong peserta didik untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan
peserta didik atau memberi tugas kepada peserta didik untuk memperoleh informasi
dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan peserta didik dalam
merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran.
Keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah
satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. (Sudjana,
2010:21) Peserta didik dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri
perilaku seperti : (1) Adanya keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan
dan permasalahannya; (2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk
berpartsipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar; (3)
Penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar-mengajar sampai mencapai keberhasilannya; (4)
Memiliki sikap kemandirian dalam belajar.
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik ataupun dengan peserta didik
itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif,
dimana masing-masing peserta didik dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada hasil belajar
11
peserta didik. Agar mendorong peserta didik dalam rangka pencapai tujuan
pembelajaran maka ciri yang harus tampak dalam proses pembelajaran yakni
(Sudjana. 2010:25) : (1) Menciptakan situasi kelas yang menantang peserta didik
melakukan kegiatan belajar secara bebas, tetapi terkendali; (2) Guru tidak
mendominasi pembicaraan; (3) Guru menyediakan dan mengusahakan sumber
belajar bagi peserta didik; (4) Kegiatan belajar peserta didik bervariasi; (5)
Hubungan antara guru dengan peserta didik sifatnya harus mencerminkan
hubungan manusiawi bagaikan hubungan bapak anak, bukan hubungan pimpinan
dengan bawahan; (6) Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan
yang mati, tetapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan peserta didik; (7)
Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari hasil yang diperoleh tetapi juga dilihat
dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik; (8) Adanya
keberanian peserta didik mengajukan pendapatnya atau gagasannya, baik kepada
guru ataupun peserta didik lainnya; (9) Guru harus senantiasa menghargai pendpat
peserta didik terlepas dari benar atau salah.
Dengan belajar aktif peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajaran tidak hanya mental akan tetapi melibatkan fisik. Dengan cara
ini peserta didik merasa suasana yang lebih menyenangkan sehingga akan menarik
perhatian peserta didik dalam belajar.
b. Hasil Belajar
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Debdikbud (Jalbaria, 2008:7)
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
12
keterampilan. Menurut Djamarah (2000: 25) hasil belajar diartikan sebagai hasil
akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai peserta didik selama
mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat
pengetahuan peserta didik bertambah dari hasil sebelumnya. Sehingga hasil belajar
merupakan gambaran umum mengenai besarnya tingkat penguasaan dan
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Nasution
(2003:141-142) mengemukakan bahwa ”Belajar terjadi bila ada hasilnya yang
dapat diperlihatkan”. Belajar terjadi hanya dapat diketahui bila ada sesuatu yang
diingat dari apa yang dipelajari itu”.
Mawar (Jalbaria, 2008:7) bahwa hasil adalah sesuatu yang diperoleh dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun
kelompok. Hasil tersebut tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
pernah melakukan sesuatu kegiatan. Hanya keuletan dan optimisme diri yang dapat
membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu, wajarlah pencapaian hasil yang
optimal harus dengan jalan keuletan kerja. Dari beberapa pengertian hasil yang
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil merupakan suatu kegiatan
yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun berkelompok
dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar ialah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar.
Sedangkan menurut Mulyasa (2008) hasil belajar ialah prestasi belajar peserta didik
secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan
prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu
13
dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar peserta
didik yang mengacu pada pengalaman langsung.
Salah satu kriteria dari keberhasilan belajar diantaranya terjadi perubahan
pada diri individu yang belajar dan dapat diukur. Nasution (Jalbaria, 2008:7)
menyatakan bahwa ”Setelah proses belajar mengajar diselesaikan perlu diukur
apakah tujuan-tujuan dalam pembelajaran tercapai”. Hasil belajar meliputi
kemampuan berpikir yaitu menggunakan otak, kemampuan dalam keterampilan
yaitu kecekatan menggunakan alat indra dan kualitas kepribadian seseorang.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar di atas, maka dapat
dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan yang
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang menyatakan kemampuan yang
dimiliki peserta didik, seberapa jauh kemampuan berfikir, mengetahui dan
mengingat apa yang telah dipelajari yang ditunjukkan melalui prestasi belajarnya.
c. Respon Peserta didik
Respon peserta didik digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai
pembelajaran yang digunakan. Respon peserta didik adalah tanggapan peserta didik
terhadap penerapan metode Question Student Have. Metode yang baik dapat
memberi respon yang positif bagi peserta didik setelah mereka mengikuti kegiatan
pembelajaran. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 75% peserta
didik terhadap jumlah aspek yang dinyatakan.
14
2. Pembelajaran Matematika
Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaiman proses belajar yang dialami oleh
peserta didik sebagai peserta didik. Sekarang timbul pertanyaan apakah belajar itu
sebenarnya?
Berbagai ahli mendefinisikan belajar sesuai aliran filsafat yang dianutnya,
antara lain sebagai berikut : Cronbach (Riyanto, 2009:5) menyatakan bahwa belajar
itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut
Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu
yaitu menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara
mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mecoba sesuatu, mendengar, dan
mengikuti arah tertentu. Menurut George (Sudjana, 2010:5) belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditujukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada diri
individu yang belajar. Jadi belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru seperti peningkatan
pengetahuan, kecakapan, daya fikir, sikap, kebiasaan dan lain-lain secara
keseluruhan sebagai hasil proses pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Sedangkan mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan
peserta didik yang bertujuan agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan,
15
keterampilan dan sikap sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam
pembelajaran. Hudojo (2005:71) mengatakan bahwa mengajar tidak hanya sekedar
mengatakan, memerintahkan atau membiarkan peserta didik belajar sendiri, tetapi
mengajar memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencari, bertanya,
menebak, menalar bahkan mendebat. Menurut Sardiman (2011:47) mengajar pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondsi atau system
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses
belajar. Jadi mengajar merupakan suatu kondisi yang sengaja direncanakan untuk
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencari, bertanya, menebak,
menalar agar peserta didik dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan matematika menurut Jerome Bruner (Suherman 2003:
43), mengatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses
pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam
pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-
konsep dan struktur-struktur. James dalam kamus matematikanya (Suherman,
2003:16) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis dan geometri. Menurut Johnson dan Rising (Suherman, 2003:19)
matematika sebagai pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logis,
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
akurat representasinya dengan simbol dan padat. Sehingga dapat dikatakan bahwa
matematika adalah suatu pola berpikir mengola logika, baik secara kuantitatif
16
maupun secara kualitatif yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan jelas
yang representasinya dengan bahasa simbolis.
Pembelajaran matematika bagi para peserta didik merupakan pembentukan
pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika,
para peserta didik dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstraksi). Peserta didik diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat
untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-
persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan
penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya.
sehingga pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi belajar mengajar
pelajaran matematika yang dilakukan antara peserta didik dan guru yang mana,
proses tersebut merupakan sebagai suatu sarana atau wadah yang berfungsi untuk
mempermudah berfikir didalam ilmu atau konsep-konsep abstrak.
3. Metode Question Student Have
Question Students Have merupakan suatu metode yang dikembangkan
untuk melatih peserta didik agar memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya
(Suprijono, 2009:127). Pertanyaan adalah stimulus yang mendorong peserta didik
untuk berpikir dan belajar.
Metode ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari
tentang keinginan dan harapan peserta didik sebagai dasar untuk memaksimalkan
potensi yang mereka miliki. Pembelajaran ini menekankan pada peserta didik untuk
17
aktif dan menyatukan pendapat dan mengukur sejauh mana peserta didik
memahami pelajaran melalui pertanyaan tertulis. Tujuan peserta didik bertanya
adalah untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap
suatu topik, peserta didik lebih aktif, peserta didik harus belajar secara maksimal
dan mengembangkan pola pikir sendiri. Metode ini menggunakan sebuah teknik
untuk mendapatkan partisipasi peserta didik melalui tulisan. Hal ini sangat baik
digunakan pada peserta didik yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan,
keinginan dan harapan-harapannya melalui percakapan. (http://www.referensimakalah.com)
Metode pembelajaran Question Students Have dapat diartikan
sebagai pertanyaan yang dimiliki peserta didik. Intinya dalam
pembelajaran diminta partisipasi setiap peserta didik untuk mengungkapkan
pertanyaan yang dimilikinya tentang materi pelajaran yang kurang dipahami.
Dalam pembelajaran rasa ingin tahu dalam suatu materi yang dipelajari dapat
dituangkan secara tertulis. Dengan demikian guru dapat mengetahui hal yang tidak
dipahami peserta didik dan dapat menimbulkan partisipasi peserta didik untuk
mengungkapkan pertanyaan dalam pembelajaran. Guru akan menjelaskan kembali
jawaban dari pertanyaan tersebut sehingga pemahaman peserta didik terhadap
materi menjadi lebih baik.
Metode ini membagi peserta didik menjadi berkelompok sehingga dengan
peserta didik berkelompok hampir tidak mungkin bahwa salah satu peserta didik
akan diabaikan dan sulit juga bagi peserta didik untuk tidak aktif, sehingga dengan
kelompok yang sedikit diharapkan peserta didik dapat berpartisipasi dan berperan
secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky yang mengatakan bahwa:
Jika hari ini anak mampu bekerjasama, esok dia akan mampu mengerjakan sesuatu
18
secara mandiri. Kerjasama melalui belajar kelompok di mana anak saling
berinteraksi dengan bertanya dan mengemukakan pendapat adalah fondasi sukses
di kemudian hari. Berbicara (talk) adalah sentral untuk pengembangan sosial dan
pertumbuhan intelektual.
Silberman (2007:13-14) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan
menggunakan tipe Question Student Have (QSH) adalah :
a. Guru menjelaskan materi kepada peserta didik
b. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok.
c. Guru memberikan potongan kertas kepada setiap peserta didik.
d. Guru meminta peserta didik untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang
berkaitan dengan materi yang telah disampaikan atau yang berhubungan
dengan kelas.
e. Membagikan potongan kertas tersebut keseluruh kelompok searah jarum jam.
Ketika masing-masing potongan kertas dibagikan kepada peserta didik
berikutnya, dia harus membacanya dan memberikan tanda centang pada
potongan kertas itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang
dihadapi peserta didik yang membacanya.
f. Ketika semua potongan kertas peserta didik kembali padanya pemiliknya, tiap
peserta didik harus meninjau semua pertanyaan kelompok.
g. Memerintahkan peserta didik untuk berbagi pertanyaan mereka secara suka
rela, sekalipun pertanyaan mereka itu tidak mendapatkan suara (tanda conteng)
paling banyak.
h. Beri respon kepada pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan:
1) Jawaban langsung secara singkat
19
2) Menunda jawaban sampai pada waktu yang tepat atau waktu membahas
topik tersebut
3) Menjelaskan bahwa pelajaran tidak akan sampai membahas pertanyaan
peserta didk tersebut. Jawaban secara pribadi dapat diberikan diluar kelas.
4) Mengumpulkan semua potongan kertas. Potongan kertas tersebut mungkin
berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dijawab pada pertemuan
mendatang.
Metode ini bisa divariasi dengan tidak menuliskan pertanyaan, mintalah
peserta didik menuliskan harapan dan atau perhatian mereka terhadap pelajaran
yang dipelajari. Diharapkan setelah peserta didik menuliskan harapannya guru
dapat mengetahui dan bisa memperbaiki pembelajaran.
Menurut Hartono (2008) metode pembelajaran Question Students Have
memiliki kelebihan yakni: (1) Pelaksanaan proses pembelajaran ditekankan pada
keaktifan belajar peserta didik dan keaktifan guru dalam menciptakan lingkungan
belajar yang serasi dan menantang pola interaksi peserta didik; (2) Peserta didik
termotivasi dalam belajar dan peserta didik akan mendapat kemudahan dalam
menerima dan memahami materi yang diajarkan karena terjadi timbal balik antara
guru dan peserta didik; (3) Mendapat partisipasi peserta didik melalui tulisan,
sehingga sangat baik bagi peserta didik yang kurang berani mengungkapkan
pertanyaan, keinginan, dan harapan-harapan melalui percakapan; (4) Peserta didik
tidak hanya mendengarkan tetapi perlu membaca, menulis, berdiskusi dan
mendorong peserta didik untuk berfikir dalam memecahkan suatu soal dan menilai
penguasaan peserta didik tentang bahan pelajaran, membangkitkan minat peserta
didik sehingga akan menimbulkan keinginan untuk mempelajarinya juga menarik
20
perhatian peserta didik dalam belajar; (5) Dapat menjaga perhatian peserta didik
agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, memperkuat dan memperlancar
stimulus respon peserta didik, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan
mampu memberi kesan yang mendalam pada diri peserta didik; (6) Guru lebih
mengetahui dimana letak ketidak pahaman peserta didik, karena semua peserta
didik sudah mengajukan pertanyaan dan akan didiskusikan.
Adapun kelemahan metode pembelajaran Question Students Have yaitu: (1)
Memakan waktu yang banyak; (2) Peserta didik mengalami kesulitan dalam
menuliskan pertanyaan terhadap materi yang kurang dipahami; (3) Dimungkinkan
tidak semua pertanyaan dari peserta didik dapat dibahas dalam satu kali pertemuan,
karena keterbatasan waktu, sehingga membutuhkan jam tambahan; (4)
Keberhasilan dalam usaha mengembangkan kesadaran dan keterampilan
bekerjasama dalam kelompok memerlukan waktu yang cukup lama; (5) Tidak
semua materi pelajaran bisa digunakan metode pembelajaran Question Students
Have, misalnya: pada materi pelajaran singkat karena tidak terlalu banyak
pertanyaan yang akan diajukan peserta didik.
4. Teori Belajar Pendukung Metode Question Student Have
Terdapat beberapa teori pendukung metode Question Student Have
a. Teori Belajar Piaget dan Pandangan Konstrutivisme
Keterkaitan dengan teori belajar konstrutivisme, Piaget yang dikenal
sebagai kostrutivis pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran anak melalui kegiatan akomodasi dan asimilasi sesuai dengan skemata yang
dimilikinya. Dalam hal ini, belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan
21
skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar
tersusun secara hirarkis.
b. Teori Belajar Jerome S.Bruner
Jerome S.Bruner terkenal dengan pendekatan penemuannya, Ia
mengungkapkan 4 dalil penting dalam pembelajaran matematika. Keempat dalil
tersebut adalah (1) dalil penyusunan, (2) dalil notasi, (3) dalil pengkonstratan dan
keanekaragaman dan (4) dalil pengaitan. Namun demikian, dinatara dalil tersebut
yang paling erat kaitannya dengan pendektan problem posing adalah dalil
penyusunan dan dalil pengaitan.
1) Dalil penyusunan
Pada dalil dikatakan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisifasi aktif
dalam memahami konsep, prinsip, aturan, dan teori. Hal ini dapat diperoleh melalui
pengalaman dalam melakukan eksperimen atau percobaan yang memungkinkan
siswa untuk memahami konsep, teori, aturan, dan prinsip itu sendiri.
2) Dalil pengaitan
Adapun kaitannya dengan pendekatan problem posing yaitu dengan
pendekatan ini yaitu dapat dilakukan dengan cara melibatkan siswa secara aktif
untuk menkonstruksi dan mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan matematika
sesuai dengan situasi yang diberikan. Misalnya, siswa menyusun dan mengaitkan
ide-ide yang disediakan dengan skemata yang dimiliki oleh siswa.
22
5. Materi Ajar Faktorisasi Suku Aljabar
1) Istilah-Istilah pada Bentuk Aljabar.
a. Suku Banyak
Misalkan Bonar dan Ayu membeli alat-alat
tulis dikoperasi sekolah, mereka membeli 5
buku tulis, 2 pensil dan 3 pulpen. Jika kita
misalkan :
Buku tulis = x
Pensil = y
Pulpen = z
Maka belanjaan Bonar dan Ayu dapat dinyatakan dalam bentuk aljabar 5x
+ 2y + 3z. Kita memperoleh suku tiga, dengan suku pertama 5x (untuk buku tulis),
suku kedua 2y ( untuk pensil) dan suku ketiga 3z (untuk pulpen).
Suku banyak memiliki nama-nama yang berbeda, bergantung pada jumlah
suku yang dimilikinya. Contoh suku banyak dan namanya diberikan pada tabel
berikut:
Nama Suku Banyak Contoh
Suku dua (Binomial) 5h + 2f 8c + 2 c2 +3c
Suku tiga (Trinomial) 3h + 2f + m 52 + 36w + 4 c2 – 5c + 2
Suku banyak yang lain (dapat memiliki suku-suku yang tak terbatas) :
c4 + r2 + 2c + 5 +z 2x3 + 4x2 + 8t + z - 3 3c2 + 3f + 3h + 2m + 2x - 5
Suku Banyak
Suku banyak (Polynomial) adalah bentuk aljabar yang memiliki “banyak” suku.
Suku-suku tersebut dipisahkan dengan tanda (-) atau (+).
23
Bila suku banyak hanya memiliki satu suku, maka disebut (Monomial) Suku
satu, dan tidak termasuk dalam suku banyak. Berikut contoh suku satu.
7h, 3x2z, 6cdr
b. Variabel
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui
nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya
dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ... z.
Contoh :
Suatu bilangan jika dikalikan 5 kemudian dikurangi 3, hasilnya adalah 12.
Penyelesaian :
Misalkan bilangan tersebut x, berarti 5x – 3 = 12.
c. Konstanta
Suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat
variabel disebut konstanta.
Contoh :
Tentukan konstanta pada bentuk aljabar 2x2 + 3xy + 7x – y – 8
Penyelesaian :
Konstanta adalah suku yang tidak memuat variabel, sehingga konstanta dari
2x2 + 3xy + 7x – y – 8 adalah –8.
d. Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu suku pada
bentuk aljabar.
24
Contoh :
Tentukan koefisien x pada bentuk aljabar 2x2 + 6x – 3
Penyelesaian :
Koefisien x dari 2x2 + 6x – 3 adalah 6.
2) Penjumlahan dan Pengurangan
Pak Srianto seorang tengkulak beras yang sukses di desa Sumber Makmur.
Suatu ketika Pak Srianto mendapatkan pesanan dari pasar A dan B di hari yang
bersamaan. Pasar A memesan 15 karung beras, sedangkan pasar B memesan 20
karung beras. Beras yang sekarang tersedia di gudang Pak Srianto adalah 17 karung
beras.
Misal x adalah massa tiap karung beras.
Nyatakan dalam bentuk aljabar:
a. Total beras yang dipesan kepada Pak Srianto
b. Sisa beras yang ada di gudang Pak Srianto, jika memenuhi pesanan pasar A
saja
c. Kekurangan beras yang dibutuhkan Pak Srianto, jika memenuhi pesanan
pasar B saja.
Alternatif Pemecahan Masalah
a. Total beras yang dipesan kepada Pak Srianto adalah (15x) + (20x) atau (35x)
kilogram beras.
b. Jika Pak Srianto memenuhi pesanan pasar A saja, maka sisa beras adalah 2
karung beras atau 2x kilogram beras.
25
c. Kekurangan beras yang dibutuhkan Pak Srianto untuk memenuhi pesanan
pasar B adalah 3 karung beras atau −3x kilogram beras. (tanda negatif
menyatakan kekurangan)
Pada cerita pengantar tersebut terdapat operasi antara dua bentuk aljabar, yaitu:
1. Penjumlahan (20x) + (15x) = 35x
2. Pengurangan (17x) − (15x) = 2x
3. Pengurangan (17x) − (20x) = −3x
Bentuk 17x − 15x bisa juga ditulis penjumlahan dua bentuk aljabar (17x) + (−15x)
B + B + K - T + B + K
Suku Suku Suku Suku Suku Suku
Bila bentuk aljabar dikelompokkan berdasarkan suku-suku yang sama,
maka akan diperoleh :
( B + B + B ) + (K + K) – T = 3B + 2K – T
Contoh :
1. Tentukan hasil penjumlahan 3x2 – 2x + 5 dengan x2 + 4x – 3.
Penyelesaian:
(3x2 – 2x + 5) + (x2 + 4x – 3)
= 3x2 – 2x + 5 + x2 + 4x – 3 jabarkan
= 3x2 + x2 – 2x + 4x + 5 – 3 kelompokkan suku-suku sejenis
= (3 + 1)x2 + (–2 + 4)x + (5 – 3) opersaikan suku sejenis
= 4x2 + 2x + 2
26
2. Tentukan hasil pengurangan 7a + 4b dari 8a – 6b
Penyelesaian:
(7a + 4b) – (8a − 6b)
= 7a + 4b – 8a + 6b jabarkan
= 7a − 8a + 4b + 6b kumpulkan suku sejenis
= −a + 10b opersaikan suku sejenis
3) Perkalian Bentuk Aljabar
a) Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar
Coba kalian ingat kembali sifat distributif pada bilangan bulat. Jika a, b, dan
c bilangan bulat maka berlaku a(b + c) = ab + ac. Sifat distributif ini dapat
dimanfaatkan untuk menyelesaikan operasi perkalian pada bentuk aljabar.
Perkalian suku dua (ax + b) dengan skalar/bilangan k dinyatakan sebagai
berikut.
Contoh :
1. Jabarkan bentuk perkalian berikut.
a. 2(3x – y)
b. 8(–x2 + 3x)
c. (–4x)(–2y)
Penyelesaian :
a. 2(3x – y) = 2 × 3x + 2 × (–y)
= 6x – 2y
k(ax + b) = kax + kb
27
b. -8(–x2 + 3x) = -8 × (-x2) – 8 × 3x
= 8x2 – 24x
c. (–4x)(–2y) = (-4) × (-2) × xy
= 8xy
4) Perkalian antara bentuk aljabar dan bentuk aljabar
Telah kalian pelajari bahwa perkalian antara bilangan scalar k dengan suku
dua (ax + b) adalah k (ax + b) = kax + kb. Dengan memanfaatkan sifat distributif
pula, perkalian antara bentuk aljabar suku dua (ax + b) dengan suku dua (ax + d)
diperoleh sebagai berikut.
Contoh :
Tentukan hasil perkalian bentuk aljabar berikut.
a. (x + 2) (x + 3)
b. (2x + 3) (x2 + 2x – 5)
Penyelesaian :
a. (x + 2) (x + 3) = x(x + 3) + 2(x + 3)
= x(x) + x(3) + 2(x) + 2(3)
= x2 + 3x + 2x + 6
= x2 + 5x + 6
(ax + b) (cx + d) = ax(cx + d) + b(cx + d)
= ax(cx) + ax(d) + b(cx) + bd
= acx2 + (ad + bc)x + bd
28
Cara II
(x + 2) (x + 3) = x2 + 3x + 2x + 6
= x2 + 5x + 6
b. (2x + 3) (x2 + 2x – 5) = 2x(x2 + 2x – 5) + 3(x2 + 2x – 5)
= 2x3 + 4x2 – 10x + 3x2 + 6x – 15
= 2x3 + 4x2 + 3x2 – 10x + 6x – 15
= 2x3 + 7x2 – 4x – 15
Cara II
(2x + 3) (x2 + 2x – 5) = 2x3 + 4x2 – 10x + 3x2 + 6x – 15
= 2x3 + 4x2 + 3x2 – 10x + 6x – 15
= 2x3 + 7x2 – 4x – 15
5) Pembagian Bentuk Aljabar
Perhatikan uraian berikut.
2x2yz2 = 2 × x2 × y × z2
x3y2z = x3 × y2 × z
x
2
x 3
x
2
x 3
x2
2x
3x
6
2x
3
x2 2x -5
2x
3
x2 2x -5
2 x3
3 x2
4 x2
6 x
-10 x
-15
29
Pada bentuk aljabar di atas 2, x2, y, dan z2 adalah faktor-faktor dari 2x2yz2
sedangkan x3, y2, z adalah faktor-faktor dari bentuk aljabar x3y2z. Faktor sekutu
(faktor yang sama) dari 2x2yz2 dan x3y2z adalah x2, y, dan z, sehingga diperoleh :
Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa jika dua bentuk
aljabar memiliki faktor sekutu yang sama maka hasil bagi kedua bentuk aljabar
tersebut dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana. Dengan demikian, pada
operasi pembagian bentuk aljabar kalian harus menentukan terlebih dahulu faktor
sekutu kedua bentuk aljabar tersebut, kemudian baru dilakukan pembagian.
Contoh :
Sederhanakan bentuk aljabar berikut.
1. 5xy : 2x 3. 8a2b3 : 2ab
2. 6x3 : 3x2 4. (p2q × pq) : p2q2
30
B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode Question Student Have baik digunakan khususnya dalam
pembelajaran matematika. Misalnya yang diungkapkan oleh Neneng (2011:103)
dapat meningkatkan perhatian belajar peserta didik yang dapat dilihat dari hasil
observasi yang menunjukkan bahwa rata-rata presentase perhatian belajar peserta
didik pada siklus I adalah 60% dan setelah dilakukan perbaikan selama
pembelajaran pada silus II maka rata-rata prentase perhatian belajar peserta didik
pada siklus II menjadi 80%. Penerapan pembelajaran aktif teknik Quetion Student
have juga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal tersebut dilihat dari
peningkatan rata-rata tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus. Pada
siklus I nilai rata-ratanya sebesar 56,3 pada siklus II meningkat menjadi 73,9
sehingga pada sikluus II 90% peserta didik sudah mencapai KKM.
Yunida (2014:38) penerapan metode Question Student Have pada kegiatan
pembelajaran matematika peserta didik kelas X IPA 2 SMA Negeri 1 Unggulan
Inderalaya secara klasikal tergolong baik, hal ini terlihat dari nilai rata-rata
keaktifan peserta didik yang diperoleh adalah 10,0381 yang masuk ke dalam
kategori aktif . Penerapan metode Question Student Have juga dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik di kelas X IPA 2 SMA Negeri 1 Unggulan Inderalaya
dengan rata-rata 75,8.
Penelitian yang dilakukan oleh Umi Arifah (083911090) pada tahun 2012
mahasiswi IAIN Walisongo Semarang dengan judul Efektivitas metode pembelajaran
Active Learning tipe Question Student Have (QSH) terhadap hasil belajar peserta didik
pada materi pokok pecahan kelas V semester II di MI Al Khoiriyah 2 Semarang Tahun
31
pelajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang mengambil
sampel seluruhnya adalah 40 peserta didik yang diperoleh dengan cara cluster random
sampling. Dalam uji hipotesis peneliti menggunakan uji t-tes. Berdasarkan uji
perbedaan rata-rata satu pihak yaitu pihak kanan diperoleh thitung = 5,022 dengan taraf
signifikanα = 5% dengan ttabel = 2,021. Karena thitung > ttabel maka signifikan dan
hipotesis yang diajukan dapat diterima. Maka hasilnya dapat dikemukakan bahwa
adanya perbedaan hasil belajar pada materi antara peserta didik yang menggunakan
metode pembelajaran aktif tipe QSH (Question Student Have) dengan peserta didik
yang diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Hal ini membuktikan
bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe QSH (Question Student Have) efektif
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok pecahan di MI Al
Khoiriyyah 2 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merujuk dari penelitian di atas,
di mana letak kesamaannya pada metodenya. Sedangkan perbedaan dari penelitian
di atas terletak pada penggunaan jenis penelitiannya.
C. Kerangka Pikir
Belajar bukan merupakan pengumpulan informasi pasif tetapi menciptakan
pengetahuan secara aktif. Kerja sama dalam proses belajar mengajar dapat
membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Bagaimana guru dapat
membangkitkan perhatian peserta didik, mendorong peserta didik terlibat penuh
dalam proses belajar mengajar, menciptakan lingkungan belajar yang sehat,
sehingga peserta didik dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik dan
hasil yang maksimal.
32
Hasil belajar matematika dipengaruhi oleh kemampuan, keaktifan dan
kulaitas antar komponen pendidikan. Sebagai sarana penunjang, suatu metode
pembelajaran adalah metode yang digunakan dalam belajar mengajar. Semakin
baik pengajar menguasai dan menggunakan metodenya, maka semakin efktif pula
pencapaian tujuan belajar.
Dalam matematika proses belajar tidak hanya sekedar mendengarkan, tetapi
peserta didik juga memperhatikan dan ikut serta secara aktif dalam setiap tingkatan
kegiatan. Perhatian merupakan modal utama peserta didik dalam menyerap
pelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu peserta didik harus dikondisikan pada
proses pembelajaran yang melibatkan mereka secara aktif sehingga perhatian
mereka terfokus pada pelajaran. Salah satu metode yang dapat membuat peserta
didik berada pada kondisi ini adalah dengan mengguakan metode metode Question
Student Have. Dengan mengguanakan metode ini peserta didik dituntut untuk
saling bekerja sama dan berbagi informasi, sehingga informasi yang mereka
peroleh tidak hanya satu arah dan peserta didik juga dituntut untuk lebih aktif dalam
bertaya lewat tulisan karena selam ini peserta didik takut untuk bertanya langsung
kepada guru walau ada materi yang tidak mereka mengerti. Dengan demikian
peserta didik akan memiliki perhatian dan informasi yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
33
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdiri dari hipotesis mayor dan
hipotesis minor.
Hipotesis Mayor
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode Question Student Have dikatakan efektif diterapkan pada
Kondisi Awal
Guru Belum Melaksanakan
Metode Pembelajaran
Question Student Have
- Kurangnya keaktifan belajar peserta didik
- Rendahnya hasil belajar peserta didik
Hasil yang diperoleh
Metode Pembelajaran
Question Student Have
Diatasi dengan
Keaktifan Belajar Peserta
Didik
Diperoleh
Memperhatikan Aktif Bertanya Merespon
Hasil Belajar Peserta
Didik
- Menekankan pada kekaktifan belajar
peserta didik dan guru
- Memberikan motivasi pada peserta
didik dengan adanya timbal balik
antara guru dan peserta didik
- Mendapat partisipasi peserta didik
melalui tulisan
- Melatih peserta didik mendengarkan,
membaca, menulis, berdiskusi dan
mendorong peserta didik untuk
berfikir dalam memecahkan suatu
soal
- Dapat menjaga perhatian peserta
didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran
- Guru lebih mengetahui dimana letak
ketidak pahaman peserta didik
Kelebihan
34
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Galesong Utara apabila minimal keaktifan
peserta didik mencapai 50% dan presentasi belajar klasikal peserta didik lebih besar
dari 70% atau minimal 70% peserta didik memperoleh minimal nilai 72,9 atau
lebih”.
Hipotesis Minor
a. Keaktifan peserta didik menggunakan metode Question Student Have lebih
besar dari 50% (kategori aktif).
b. Hipotesis tentang indikator ketuntasan hasil belajar
1) Rata-rata hasil belajar peserta didik setelah diajar dengan menggunakan
metode Question Student Have dikatakan efektif apabila lebih besar dari
72,9 (KKM).
2) Ketuntasan belajar peserta didik dengan menggunakan metode Question
Student Have secara klasikal lebih besar dari 70%
3) Rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan menggunakan
pendekatan problem posing dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : µg ≤ 0,29 melawan H1 : µg > 0,29
Dimana :
µg = Parameter skor rata-rata gain ternormalisasi