BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

28
9 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu natural science yang secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam ini. Patta Bundu (2006:9) menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud dengan kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu sendiri.Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat sekolah SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah. Definisi IPA menurut H.W. Fowler (Salirawati, 2008:20) yakni ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi,disamping itu juga membiasakan siswa untuk melakukan pengamatan yang ada dilingkungan sekitar . Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan. IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus, siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang sebenarnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi. Menurut Trianto, (2012:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

9

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu natural

science yang secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science

artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science secara

harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-

peristiwa yang terjadi di alam ini. Patta Bundu (2006:9) menjelaskan secara tegas

bahwa yang dimaksud dengan kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia

adalah IPA itu sendiri.Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat sekolah

SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah

menengah.

Definisi IPA menurut H.W. Fowler (Salirawati, 2008:20) yakni ilmu yang

sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan

didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi,disamping itu juga membiasakan

siswa untuk melakukan pengamatan yang ada dilingkungan sekitar .

Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa

mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki

kemampuan proses penemuan. IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan

manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus,

siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang

sebenarnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis

dan tidak terjadi miskonsepsi.

Menurut Trianto, (2012:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

10

tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya Menurut Carin dan Sund

(Trianto, 2012:153) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan

tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan merupakan kumpulan data

hasil observasi dan eksperimen.

Menurut Abruscato, Jseph dan Derosa, Donald A (2010:6), Sains adalah:

“Science is the name we give to group of process through wich we

can systematically gather information about the natural world.

Science is also the the knowledge the use of such process. Finally,

science is characterized by those values and attitudes processed by

people who use scientific process to gather knowledge”.

Menurut Trianto (2012:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori

yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala – gejala alam, lahir

dan berkembang melalui metode ilmiah, seperti observasi dan eksperimen, serta

menuntut sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Menurut Trianto, (2012:137) IPA dipandang sebagai proses, produk, dan

prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan

pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai

produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam

sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi

pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang

dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode

ilmiah (scientific method).

Berdasarkan beberapa uraian pengertian sains diatas yang telah dikemukakan

oleh para ahli, simpulan dari penulis bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari

tentang alam semesta baik makhluk hidup maupun benda mati yang didapatkan

dengan cara observasi atau eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin

tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya sehingga dapat menarik kesimpulan.

Menurut Trianto, (2012:153) bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama,

yakni:

a. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

11

hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah

baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

b. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah.

c. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari- hari.

Menurut Depdiknas, (2003:3) hakikat dan tujuan pembelajaran IPA

diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling

ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur,

terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.

5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis

induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip

sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari

keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam

teknologi.

Menurut Trianto, (2012:141) merujuk pada hakikat IPA, maka nilai-nilai IPA

yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut:

a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis

menurut langkah-langkah metode ilmiah.

b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,

mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan

masalah.

c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan

masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam

kehidupan.

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, simpulan bahwa tujuan

pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki sikap ilmiah, menerapkan metode

ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta untuk meningkatkan

keimanan dan mewjudkan rasa syukur kepada Tuhan atas keindahan alam yang telah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

12

Tuhan berikan. Dengan demikian, menurut Trianto, (2013:143) semakin jelasnya

bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan

proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,

teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif

terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses

belajar mengajar IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip, atau teori saja. Untuk itu

perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara

aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-

idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat

pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki

tangga tersebut. Dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk

ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori

yang berlaku secara universal.

Tujuan pembelajaran IPA diterapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD). Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, standar isi

adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria

tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran,

dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu. SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri

atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku

secara nasional; kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus

dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun

indikator kompetensi.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan standar

minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

13

dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja

ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. SK dan KD untuk mata

pelajaran IPA siswa kelas 4 semester II secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 di

halaman berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau

bentuk suatu benda.

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah gerak

suatu benda.

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan

bahwa gaya (dorongan dan

tarikan) dapat mengubah bentuk

suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas

dan bunyi yang terdapat di

lingkungan sekitar serta sifat-

sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi

alternatif dan cara

penggunaannya.

8.3 Membuat suatu karya/model

untuk menunjukkan perubahan

energi gerak akibat pengaruh

udara, misalnya roket dari

kertas/baling-baling/pesawat

kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi

bunyi melalui penggunaan alat

musik

9.Memahami perubahan kenampakan permukaan

bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan

kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan perubahan

kenampakan bumi.

10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan

Pengaruhnya terhadap daratan.

10.1 Mendeskripsikan berbagai

penyebab perubahan lingkungan

fisik (angin, hujan, cahaya

matahari, dan gelombang air

laut).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

14

10.2 Menjelaskan pengaruh

perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara

pencegahan kerusakan

lingkungan (erosi, abrasi, banjir,

dan longsor)

11. Memahami hubungan antara sumber daya alam

dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan

lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara

sumber daya alam dengan

teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak

pengambilan bahan alam

terhadap pelestarian lingkungan

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

2.1.2 Pendekatan Inquiry

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inquiry berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan

manusia untuk mencari atau memahami informasi. Inkuiri merupakan perluasan

proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Menurut Trianto (2009:166)

menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan sepenuh hati. Dengan syarat sasaran utama pembelajaran

inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,

(2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, (3)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

15

mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses

inkuiri.

Menurut Trianto, (2009:166) kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya

kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Aspek sosial dikelas dan suasana terbuka yang mengundang

siswa berdiskusi.

2. Inkuiri berfokus pada hipotesis.

3. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Untuk menciptakan kondisi seperti itu peranan guru adalah sebagai berikut:

1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah

berfikir.

2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami

kesulitan.

3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka

buat.

4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

kelas.

5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan

yang diharapkan.

6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi

kelas.

7. Rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai

siswa.

Menurut Sanjaya (2006:197) Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama

dalam pendekatan inkuiri, yaitu:

1. Pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima

pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka

berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu

sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari

dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self

belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri

menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi

sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

16

3. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran

adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,

logis dan kritis atau mngembangkan kemampuan intelektual

sebagai bagian dari proses mental. Dengan demkian, dalam

metode inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi

pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan

kemampuan yang dimilikinya secara optimal.

Sementara itu menurut Sagala, (2004) pendekatan inkuiri merupakan

pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa

yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa

lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan

masalah.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat diambil disimpulkan bahwa pendekatan Inquiry adalah

pendekatan yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa

berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang

pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan

masalah yang dihadapi.

2.1.2.1 Langkah-langkah Pendekatan Inquiry

Menurut Trianto, (2009:172) langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran

Inkuiri yaitu:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan: kegiatan inkuiri

dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk

meyakinkan bahwa pertanyaan tersebut dituliskan dipapan

tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

Rumusan masalah merupakan arah yang dicapai dalam

pembelajaran. Perumusan masalah harus sesuai dengan materi

yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPA.

2. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau

solusi permasalahan yang dapat diuji. Untuk memudahkaan

proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

17

hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih

salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang

diberikan. Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan

kemampuan siswa. Mengumpulkan, mengolah dan

menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-buktinya

dengan arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.

3. Mengumulkan Data.

Hipotesis yang digunakan untuk menununtun proses

pengumpulan data. Data yang sudah dianalisis kemudian

disimpulkan dengan mengkaji hipotesis yaitu benar atau salah.

Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat, maka langkah ini

dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila

perlu mengulang langkah ketiga.

4. Analisis data.

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah

dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh.

Faktor terpenting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran

„benar‟ atau „salah‟. Setelah memproleh kesimpulan dari data

percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telh

dirumuskan.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat

kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Dalam upaya menanamkan konsep, misalnya kosep IPA pokok bahasan yang

saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran

akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif

dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dan

bimbingan guru. Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan

mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen &

Kauchak, (Trianto, 2009:172). Adapun tahapan proses pembelajaran inkuiri disajikan

pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

18

Tabel 2.2

Tahap Pendekatan Inquiry

Fase Perilaku guru

1. Menyajikan

pertanyaan atau

masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi

masalah dituliskan dipapan tulis.

Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk curah pendapat dalam membentuk

hipotesis.

Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis mana yang menjadi priorits

penyelidikan.

3. Merancang

percobaan

Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk menentukan langkah-langkah yang

sesuai dengan hipotesis yang akan

dilakukan.

Guru membimbing siswa mengurutkan

langkah-langkah percobaan.

4. Melakukan

percobaan untuk

memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan

5. Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberikan kesempatan pada tiap

kelompok untuk menyampaikan hasil

pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan.

Standar Kompetensi (SK) yang digunakan pada penelitian ini SK 10. Memahami

Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Kompetensi Dasar

yang digunakan (KD) 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan

lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, gelombang air laut) untuk siklus I.

Siklus II menggunakan SK 10. dan (KD) Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir dan longsor)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

19

Pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup (BSNP No 41, 2007).

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran.

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai.

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan

metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang

dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan

dalam tentangTopik/tema materi yang akan dipelajari dengan

menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari

aneka sumber.

b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain.

c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta

antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber

belajar lainnya.

d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

20

e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi

untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun

tertulis.

c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif.

e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar.

f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok.

g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja

individual maupun kelompok.

h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,

festival,serta produk yang dihasilkan.

i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan

peserta didik.

b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber.

c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman

yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.berfungsi

sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan

peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar.

e. Membantu menyelesaikan masalah.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

21

f. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil eksplorasi.

g. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

h. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir guru:

a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran.

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

Dari tahapan pembelajaran inkuiri menurut penerapan Eggen & Kauchak,

(Trianto, 2009:172) disimpulkan bahwa suasana kelas yang nyaman merupakan hal

penting, karena pertanyaan-pertanyaan berasal dari siswa agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik. Kerjasama guru dengan siswa, siswa dengan siswa

diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau tiga

lebih siswa yang bekerja sama dalam berpikir, bertanya, akan lebih baik hasilnya jika

dibandingkan bila siswa bekerja sendiri. Dan peranan guru memonitor pertanyaan

siswa, memerlukan aturan penting yaitu: (1) pertanyaan harus dapat dijawab “ya”

atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab

pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan, (2) pertanyaan harus disusun

sedemikian rupa sehingga tidak mengarahkan guru memberikan jawaban pertanyaan,

tetapi mengarahkannya jawaban sendiri.

Menurut (BSNP No 41, 2007) sehingga disimpulkan perencanaan kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: (1) Dalam kegiatan eksplorasi: (a) guru

akan menggunakan pendekatan Inkuiri yang sesuai dengan penelitian. (b) guru akan

memfasilitasi media dan sumber belajar sesuai dengan materi yang sudah

disampaikan pada awal pendahuluan dan melibatkan peserta didik aktif dalam setiap

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

22

kegiatan pembelajaran. (2) Dalam kegiatan elaborasi: (a) siswa dibimbing guru dalam

membentuk kelompok. (b) Siswa mendapatkan pertanyaan dari guru sesuai dengan

materi yang diajarkan. (c) siswa difasilitasi perlengkapan percobaan dan kemudian

siswa mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing untuk menemukan

jawaban sementara dari beberapa pertanyaan yang disampaikan, akan tetapi tugas

guru disini yaitu membimbing siswanya untuk mengarahkan jawaban tetapi tidak

memberikan jawabannya secara langsung agar siswa menemukan sendiri jawabannya

dengan kelompoknya. (3) Dalam kegiatan konfirmasi: (a) Guru memberikan umpan

balik atau penguatan kepada siswa dengan cara guru bertanya “jadi hari ini kita sudah

belajar mengenai apa saja anak-anak”. (b) Kemudian bertanya kepada siswa “siapa

yang masih belum jelas mengenai pembelajaran kita pada hari ini”. (c) Guru memberi

motivasi belajar kepada siswa yang masih mengalami kurang atau belum

berpastisipasi aktif dalam pembelajaran. (d) Guru memberikan reward berupa bintang

yang terbuat dari kertas yang kenyataannya membuat siswa menjadi senang sehingga

berlomba-lomba dalam kelompok menjadi yang terbaik dalam menyelesaikan

pertanyaannya secara kelompok tersebut. Dan selanjutnya dalam kegiatan penutup

guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran pada hari ini

dan siswa membuat rangkuman dicacatannya serta memberikan pengayaan tindak

lanjut berupa remidi.

2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry

Menurut Amien (Suryanti, 2009:142) pendekatan inkuri sebagai strategi

pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

2. Menciptakan suasana akademik yang mendukung

berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3. Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif.

4. Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan

ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.

5. Mengembangkan bakat individual secara optimal.

6. Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

23

Manfaat pendekatan inkuiri sebagai pembelajaran yaitu:

1. Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan

siswa aktif.

2. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada

siswa.

3. Membantu dalam ingatan dan transfer pada situasi belajar yang

baru.

4. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga

mereka dapat memperoleh informasi pembelajaran yang

cukup.

5. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif

sendiri, bersifat jujur, obyektif dan terbuka.

6. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional yaitu guru

yang menguasai kelas.

Menurut Sanjaya, (2008:206) adapun kelemahan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan inkuiri, diantaranya:

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2. Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan

waktu yang telah ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi

pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap

guru.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Reigeluth dalam Keller, (2008:137) menyebutkan bahwa hasil

belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari

penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek

yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga

berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Menurut Agus Suprijono, (2009:5) hasil belajar adalah pola – pola perbuatan,

nilai – nilai, pengertian – pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan.

Menurut Anni, (2005:120) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

24

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek

perubahan perilaku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan

belajarnya.

Purwanto (2013:44) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan

dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Menurut Winkel, (Purwanto 2013:45) mendefinisikan hasil belajar sebagai

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi Bloom (aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik).

Purwanto (2013:46) mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan

pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar.

Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil

belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar

yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya.

Menurut Patta Bundu (2006: 17), hasil belajar adalah tingkat penguasaan

yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar. sesuai dengan tujuan

pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, aspek afektif

berkaitan dengan penguasaan nilai-nilai atau sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil

belajar, sedangkan aspek psikomotorik yaitu berkaitan dengan keterampilan-

keterampilan motorik yang dimiliki oleh siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:251) hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi :

1. Dari sisi siwa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih

baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.

2. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

25

Menurut Nana Sudjana (2004:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi

oleh dua faktor utama yakni:

1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik

dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah

ialah kualitas pengajaran.

Caroll (Nana Sudjana 2004:40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh lima faktor, yakni:

a. Bakat pelajar

b. Waktu yang tersedia untuk belajar.

c. Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran.

d. Kualitas pengajaran.

e. Kemampuan individu.

Dari beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar.

Taksonomi Tujuan Belajar domain kognitif (Benyamin S. Blom,1956)

Kategori dari Taxonomi

1. Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam

memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling

rendah tingkatannya.

2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan

pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang

baru kedalam skema yang telah ada kedalam pemikiran peserta didik.

3. Mengaplikasikan (aply): mencakup penggunaan suatu prosedur guna

menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup dua

macam proses kognitif: menjalankan dan mengimplementasikan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

26

4. Menganalisis (Analyze): menguraikan suatu permasalahan atau objek ke

unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-

unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam

menganalisis: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat.

5. Mengevaluasi (evaluate): membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria

dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam

kategori ini: memeriksa dan mengritik.

6. Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi satu bentuk

kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini,

yaitu: membuat, merencanakan dan memproduksi.

Rumusan Tujuan belajar Domain afektif dari David Krathwohl

Kategori dari taxonomi.

1. Menerima kemampuan murid melihat fenomena atau stimull: aktivitas,

texbook, musik, usaha menimbulkan, memelihara dan mengalahkan perhatian

murid tingkat terendah.

2. Menjawab pastisipasi aktif dari murid. Tidak sekedar melihat fenomena tetapi

mereaksinya termasuk disini interes mencari dan menyenagi sesuatu.

3. Menilai: kemampuan meletakkan nilai terhadap obyek, fenomena atau tingkah

laku. Penilaian dari hal yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

Penilaian berdasarkan internalasi juga sikap dan apresiasi.

4. Organisasi: menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan pertentangan,

membangun sistem nilai yang konsisten. Tekanan pada perbandingan

hubungan dan sintesa nilai-nilai. Meliputi juga konsep nilai filsafat hidup.

5. Karakterisasi dari nilai atau kelompok nilai: individu mengkontrol tingkah

lakunya hingga tercermin. Tingkah lakunya menjadi konsisten dan

prediktabel. Disini meliputi pola umum dari menyesuaikan pribadi, sosial dan

emosi.

Rumusan Tujuan belajar Domain Psikomotor

Kategori dari Taxonomi:

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

27

1. Persepsi: menunjukkan kepada proses kesadaran akan adanya perubahan

setelah keaktifan: melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, membau, serta

gerak dari urat syaraf kita.

2. Kesiapan: menunjukkan langkah lanjut setelah adanya persepsi: kemampuan

dalam membedakan, memilih, menggunakan tepat dalam membuat respon.

3. Merespon terpimpin: dengan perpsepsi dan kesiapan, mengembangkan

kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan

4. Mekanisme: penggunaan sejumlah skiill dalam aktifitas kompleks meliputi 1,

2, 3,.

5. Respons yang kompleks menggunakan sikap dan pengalaman 1,2, 3 dan 4,

penggunaan perencanaan tes, menggunakan model.

Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran

terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.

Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan

menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes

Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah seperangkat

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang

sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut

mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti

(2008:4) :

1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

a. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal

soal maupun jawabannya.

b. Tes Lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya

dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

28

penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak

menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

c. Tes Unjuk Kerja

Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai

indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

a. Tes Esei (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan

gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara

mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes

diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi

memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata

pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

c. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk

menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut

dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

3. Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan

a. Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program

pengajaran dimulai.

b. Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung.

c. Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara

keseluruhan (total).

d. Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat

kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan

sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai bisa

dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di

akhir program pengajaran (post-test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan

psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif.

Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19 – 3-31) yaitu:

a. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang

sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta

didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

29

b. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang

diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek

kepribadian peserta didik.

c. Angket

Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh

informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket

sikap (Attitude Questionnaires).

d. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

Work Sample Analysis digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan

tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa

informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa

berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

e. Task Analysis (Analisis Tugas)

Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu

tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa

daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

f. Checklists dan Rating Scales

Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi

dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan

data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format

yang dipergunakan.

g. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik

dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,

perkembangan belajar dan prestasi siswa.

h. Komposisi dan Presentasi

Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.

i. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan

untuk individu maupun kelompok.

Hasil belajar dalam ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa. Bentuk tes yang dipakai

untuk mengukur hasil belajar siswa adalah bentuk soal pilihan ganda dengan empat

pilihan jawaban pada setiap nomornya. Tes diberikan sebelum tindakan, setelah

tindakan siklus I, dan setelah tindakan siklus II.

2.1.4 Hubungan Pendekatan Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

30

Pendekatan inkuri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana

atau jalan apa yang harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada

penemuan-penemuan. Pendekatan Inquiry mengutamakan menyelesaikan

permasalahan dengan cara mencari jawaban sendiri dan bekerjasama didalam

kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajarannnya.

Menurut Piaget (Sliman, 2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai

pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol mencari jawaban atas pertanyaan

sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain, membandingkan apa yang

mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Pada pendekatan Inquiry

diperoleh beberapa temuan bahwa Inquiry dapat memberikan pengalaman siswa dan

memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan, proses pembelajaran lebih

menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses

pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari jawabannya

dengan bantuan alat peraga yang konkret atau nyata. Pendekatan Inquiry,

menugaskan siswa untuk menemukan jawabannya bersama kelompoknya sehingga

saling membantu. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian

dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Adanya rasa ingin tahu merupakan daya

untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga mampu berbagi pengetahuan

belajar dengan yang lain. Penerapan pendekatan Inquiry dapat membangkitkan

keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang

menyenangkan sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata

pelajaran IPA juga meningkat. Melalui pendekatan Inquiry guru akan membantu

mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya. Jika model ini sering digunakan secara teratur berarti berguna

untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus

memecahkannya. Pendekatan Inquiry merupakan proses pembelajaran yang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

31

menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk memecahkan satu

masalah yang dibatasi oleh satu disiplin ilmu.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

1. Armi Maulani. 2013.dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Model

Pembelajaran CTL untuk meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”.Hasil Penelitiannya adalah

Peningkatan keaktifan dapat dilihat dari peningkatan presentase skor angka

keaktifan belajar siswa terhadap IPA sebesar 75.Pra siklus menunjukkan

hanya sisanya sebanyak 20 siswa atau 83,33% kurang aktif terhadap IPA.Pada

siklus I siswa yang aktif terhadap IPA yaitu sebanyak 13 siswa atau 54,17%

sedangkan yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 11 siswa atau 45,83%.

Pada siklus II siswa yang aktif terhadap IPA sebanyak 23 siswa atau

95,83%.Sedangkan siswa yang kurang aktif terhadap IPA sebanyak 1 siswa

atau 4,17%. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan sebagai berikut : pra

siklus siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM =70

)sebanyak 6 siswa atau 25,00% sedangkan yang belum mencapai KKM

sebanya 18 siswa atau 75,00%.Pada siklus I siswa yang mencapai KKM 14

siswa atau 58,33% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM 10 siswa

atau 41,67%. Pada pembelajaran siklus II siswa yang mencapai KKM

sebanyak 22 siswa atau 91,67% sedangkan yang belum dapat mencapai KKM

sebanyak 2 siswa atau 8,33%. Berdasarkan data hasil penelitian diatas dapat

disimpulkan bahwa jika dalam proses pembelajaran guru memiliki

kelemahan pada persentase belajar pada siklusI belum terpengaruh

sepenuhnya CTL dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa

sehingga pada pelaksannan siklus II dengan menggunakan CTL secara

keselurahan yang ebelumnya merefleksi hasil siklus sebelumnya dan

solusinya dengan menggunakan model pembelajaran CTL berpengaruh pada

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

32

proses pembelajaran maka dapat disimpulakan dengan menggunakan model

CTL sangat berpengaruh dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA

siswa kelas 4 SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

2. Ngadinah, 2012. Dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan keaktifan dan

hasil pembelajaran tematik dengan tema peristiwa melalui pendekatan

kontekstual/contextual teaching and learning (CTL) bagi siswa kelas I

semester 2 SDN 2 Kalangan kecamatan tujungan kabupaten Blora tahun

pelajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya adalah Peningkatan keaktifan dapat

dilihat dari peningkatan presentase skor angka keaktifan belajar siswa

terhadap IPA sebesar pada siklus I prosentase sekitar 5,6% hanya ada 6 siswa

yang aktif dalam pembelajaran kelompok dari jumlah siswa sebanyak 36 dan

pada siklus II menacapai 91,7% terdapat peningkatan keaktifan sebanyak 33

siswa. Dan hasil belajar siswa terkhususnya mata pelajaran IPA dengan KKM

60 pada siklus I yaitu 75% dari 27 siswa yang tuntas dan ada 9 siswa yang

belum tuntas. Kemudian hasil belajar pada siklus II mengalami 88,89% masih

ada 4 siswa yang mengalami tidak tuntas.

3. Penelitian dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan inkuiri juga

dilakukan oleh Budi Suwiji dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas

Belajar IPA Tentang Perubahan Energi Melalui Pendekatan Inkuiri Siswa

Kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2 Tahun

2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas

belajar IPA tentang perubahan energi yang diupayakan melalui pendekatan

inkuiri siswa kelas IV SD Negeri Tumbrep 02 Bandar Batang Semester 2

tahun 2011/2012. Hal ini terlihat pada kondisi pra siklus, hanya 10 % dari

seluruh siswa saja yang kreatif untuk mengajukan pertanyaan ketika guru

melaksanakan pembelajaran. Setelah ada tindakan yang berupa 8 aktivitas

pembelajaran yang tercermin melalui 3 aspek yakni rasa ingin tahu, toleransi

terhadap resiko dan keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan,

nampak ada peningkatan kreativitas siswa yakni pada siklus 1 aspek rasa

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

33

ingin tahu tercapai oleh 80 %, di siklus 2 naik menjadi 90 %. Aspek oleransi

terhadap resiko di siklus 1 mencapai 75 %, siklus 2 90 %, dan pada aspek

keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan dari 85 % di siklus 1 naik

menjadi 95% di siklus 2. Berdasarkan indikator keberhasilan tindakan sebesar

80%, maka pemberian tindakan yang berupa penggunaan pendekatan inkuiri

dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil. Saran bagi guru hendaknya

dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan pembelajaran inkuiri,

karena seluruh langkah-langkah inkuiri dapat meningkatkan kreativitas belajar

siswa.

Penelitian yang telah diuraikan walaupun berbeda akan tetapi masih

berhubungan dengan penelitian ini. (1) menggunkan model CTL, prosentase

keaktifan pada pra siklus menunjukkan skor angka hanya 75, sisa 20 siswa atau

83,33% kemudian siklus I ada 13 siswa atau 54,17% siswa yang kurang aktif

terhadap IPA 11 atau 45,83%. Dan pada akhirya dengan menggunakan model

CTL pada siklus II mengalami pningkatan sebanyak 23 siswa atau 95,83%

sehingga model pembelajaran CTL dapat memberi pengaruh peningkatan

keaktifan dan hasil belajar IPA. Penelitian (2) pada pra siklus prosentase 5,6%

hanya ada 6 siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran yang berjumlah 36 siswa

dan pada siklus kedua mencapai 91,7% terdapat peningkatan keaktifan sebanyak

33 siswa. Dan hasil belajar siswa terkhususnya mata pelajaran IPA dengan KKM

60 pada siklus I yaitu 75% dari 27 siswa yang tuntas dan ada 9 siswa yang belum

tuntas. Kemudian hasil belajar pada siklus II mengalami 88,89% masih ada 4

siswa yang mengalami tidak tuntas. Sehingga dengan menggunakan model CTL

dapat mempengaruhi keaktifan dan hsil belajar siswa terutama pada siklus II

meningkat. Penelitian (3) hasil penelitian menunjukkan pada pra siklus hanya ada

10% dari seluruh siswa saja yang kreatif. Peningkatan kreativitas nampak pada

siklus II menjadi 90%, aspek toleransi siklus I resiko di siklus I mencapai 75%,

siklus II 90%, dan pada aspek keterbukaan terhadap pengalaman dan pengetahuan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

34

dari 85% di siklus I naik menjadi 95% di siklus II. Berdasarkan indikator

keberhasilan tindakan sebesar 80%, maka pemberian tindakan yang berupa

penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA kelas IV SD berhasil.

Sebagai guru hendaknya dalam pembelajaran IPA menerapkan pendekatan

pembelajaran inkuiri, karena seluruh langkah-langkah inkuiri dapat meningkatkan

kreativitas belajar siswa. Berdasarkan hasil – hasil penelitian di atas menunjukkan

bahwa pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa. Dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini. Pada

penelitian ini menekankan penerapan pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar IPA

2.3 Kerangka Berfikir

Kegiatan belajar mengajar guru yang sudah menerapkan sistem pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan standar kompetensi namun akan tetapi pada kenyataannya

masih terdapat keprihatinan mengenai keaktifan dan hasil belajar di SD N Bugel 01

yang masih sedikit lebih berpusat pada guru, siswa cenderung sedikit tidak aktif.

Siswa merasa bosan sehingga respon siswa selama pembelajaran ada yang hanya

diam saja, bermain sendiri. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan berjalan

dengan baik, apabila guru dapat menerapkan pendekatan Inquiry yang melibatkan

siswa secara aktif, salah satunya dengan pembelajaran Inquiry. Dalam pendekatan

Inquiry guru berperan sebagai fasilitator. Selain itu siswa akan tumbuh kreativitas dan

keterampilan dalam belajar. Disamping itu, dapat menumbuhkan sikap dan antusias

siswa dalam menerima materi, karena siswa dilibatkan secara langsung, sehingga

belajar siswa menjadi bermakna. Oleh karena itu, dalam pembelajaran selanjutnya

tentang KD 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor) dengan harapan dapat meningkatkan keaktifan dan

hasil belajar.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

35

Keterampilan Menjawab

pertanyaan guru

Skor Sikap

Hasil belajar KKM 75

Skor Tes

Tes Formatif

6. membuat Kesimpulan

Pendekatan Inquiry

Menanggapi hasil pekerjaan

siswa lain

Mempresentasikan hasil

pekerjaan

Mencari informasi yang

perlu diperlukan untuk

memecahkan masalah.

Lembar

Observasi Membuat catatan berdasarkan

materi.

Menjawab pertanyaan guru

Mengajukan pertanyaan pada

guru.

KD 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik

1.Menyimak pertanyaan

2. membuat hipotesis

4. Melakukan Percobaan

3. Mendemonstrasikan kegiatan

abrasi oleh air

Pengukuran

Keterampilan

5. Mengumpulkan dan

menganalisi data

Keterampilan

Mengajukan pertanyaan

pada guru.

Keterampilan Mencari

informasi yang perlu

diperlukan untuk

memecahkan masalah.

Keterampilan Membuat

catatan berdasarkan

materi.

Keterampilan

Mempresentasikan hasil

pekerjaan

Keterampilan

Menanggapi hasil

pekerjaan siswa lain

Lembar

Observa

si

Skor keterampilan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16868/2/T1_292011310_BAB II...SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat

36

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut: peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPA di duga dapat

diupayakan melalui pendekatan Inquiry Siswa Kelas 4