BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Pengertian ...eprints.umm.ac.id/56740/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Pengertian ...eprints.umm.ac.id/56740/3/BAB II.pdf ·...
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menjadikan seseorang
atau kelompok untuk belajar. Menurut Kimble dan Garmezy, pembelajaran
adalah perubahan tingkah laku yang bersifat relatif tetap dan merupakan
hasil dari proses belajar yang dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu,
menurut Rombepajung pembelajaran adalah proses seseorang memperoleh
keterampilan melalui pengalaman, pengajaran serta pelajaran. Pembelajaran
membutuhkan proses yang relatif tetap dan merubah perilaku. Dalam proses
tersebut terjadi proses mengingat informasi-informasi yang telah diterima,
kemudian disimpan di dalam memori dan selanjutnya diaplikasikan pada
tindakan dalam merespons peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungannya.1
Pembelajaran juga dapat berarti sebuah proses. Proses di sini
maksudnya adalah proses mengatur dan mengorganisir lingkungan yang ada
di sekitar peserta didik sehingga dapat mendorong peserta didik tersebut
dalam melakukan proses belajar. Dalam proses pembelajaran ini, peran
seorang guru atau pembimbing sangatlah penting, karena dalam belajar
tentu akan ditemukan beberapa permasalahan seperti adanya peserta didik
yang lambat dalam mencerna materi pelajaran. Maka dari itu, pendidik
dituntut untuk dapat mengatur strategi dalam pembelajaran sesuai kondisi
yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.2
Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai upaya dalam
membelajarkan seseorang melalui berbagai strategi, metode serta
pendekatan yang telah diprogram untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang
1 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), hal. 18-19. 2 Fitrah, “Belajar dan Pembelajaran”, Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Vol. 3 No. 2,
2017, Hal. 337.
11
memberikan stimulus kepada seseorang agar dapat belajar dengan baik guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan.3 Dari pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah aktivitas belajar mengajar antara
guru dan murid atau pengajar dan peserta didik yang di dalamnya terjadi
transfer ilmu atau pertukaran informasi guna mendapatkan tujuan yang
dirancang sebelumnya.
2. Proses Pembelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor
41 tahun 2007 Standar Proses Pembelajaran memberi syarat proses
pembelajaran, yakni sebagai berikut:
a. Perencanaan Proses Pembelajaran
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, sekiranya perlu
dilakukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik dan sistematis serta tujuannya pun dapat terwujud
sesuai dengan rencana. Dalam perencanaan ini, terdapat beberapa hal
yang perlu dipersiapkan, seperti silabus dan RPP yang di dalamnya
memuat berbagai indikator. Indikator-indikator tersebut di antaranya
adalah identitas mata pelajaran atau mata kuliah, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, serta sumber belajar.
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Terdapat beberapa syarat dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
yaitu rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran,
dan pengelolaan kelas. Setiap syarat tersebut harus dipenuhi berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang telah dibuat dalam peraturan. Seperti halnya
beban kerja guru yakni mencakup perencanaan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar peserta didik,
membina dan membimbing peserta didik, dan lain sebagainya.
3 Abdul Majid,....................., (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), hal. 109-110.
12
c. Pendekatan Proses Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran ini terdiri dari dua jenis yaitu
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa dan
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru. Pendekatan
pembelajaran tersebut meliputi model pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran dan keterampilan mengajar.
Pendekatan pembelajaran adalah bagian dari skenario pembelajaran yang
nanti akan dilaksanakan oleh pendidik atau guru dalam menyusun serta
memilih berbagai strategi pembelajaran.4
3. Metode dan Model Pembelajaran
a. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru
atau pendidik agar peserta didik dapat belajar seluas-luasnya untuk
mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Metode yang tepat dapat
memfungsikan peserta didik untuk belajar sendiri sesuai student active
learning. Beberapa metode pembelajaran yang sering digunakan antara
lain metode ceramah, metode diskusi, metode kerja kelompok, metode
demonstrasi, bermain peran, dan socio drama.
b. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah alat bantu untuk mendeskripsikan benda
atau contoh agar memudahkan pendidik dalam menjelaskan objek dalam
pembelajaran. Beberapa model pembelajaran antara lain picture and
picture, jigsaw, number heads together, examples non examples, dan
skrip kooperatif.5
4. Ayat-Ayat tentang Proses Pembelajaran
a. QS. Al-Ankabut (29): 19-20
لك على ٱلله يسير قل سيروا في ٱلرض ٩١أو لم يروا كيف يبدئ ٱلله ٱلخلق ثم يعيده ۥ إن ذ
٠٢ٱلخلق ثم ٱلله ينشئ ٱلنشأة ٱل خرة إن ٱلله على كل شيء قدير فٱنظروا كيف بدأ
4 Abdul Majid,.................., (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012)., hal. 117-126. 5 Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hal. 212-214.
13
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. Katakanlah: Berjalanlah di (muka) bumi, maka
perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari
permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dengan melakukan perjalanan di muka bumi, seseorang akan
menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang
terhampar dan beragam maupun dari peninggalan-peninggalan terdahulu
yang masih tersisa. Ayat di atas adalah pengarahan untuk melakukan riset
mengenai asal usul kehidupan lalu menjadikannya bukti.6
B. Pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
1. Pengertian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan terdiri dari dua kata yaitu Islam
dan Kemuhammadiyahan. Menurut hukum syara’, Islam ialah
melaksanakan kelima rukun Islam. Dalam Hadits riwayat Muslim,
Rasulullah bersabda bahwa yang dimaksud Islam adalah, “Engkau
mengakui bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad
itu utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa
Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah jika engkau mampu.” Sedangkan
secara bahasa, Islam berasal dari kata “aslama” yang artinya menyerah,
maksudnya menyerah akan kehendak Allah SWT. Penyerahan di sini
bersifat mutlak dengan mematuhi perintah-perintah Allah dan menjauhi
larangan-laranganNya.
Selain itu, Islam juga berasal dari kata “silmun” yang artinya damai,
maksudnya damai dengan Allah dan makhlukNya, terutama sesama
manusia. Damai dengan Allah berarti taat kepadaNya, tidak
6 Rohmalina Wahab,....................., (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hal.227-228.
14
memusuhiNya, tidak durhaka kepadaNya. Taat kepada Allah adalah
dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala
laranganNya. Kemudian, damai dengan manusia artinya hidup rukun
dengan mereka, tidak melakukan kejahatan kepada mereka, dan selalu
berbuat baik kepada mereka. Dalam Islam tidak hanya diajarkan tentang
Ukhuwah Islamiyah, tetapi juga diajarkan Ukhuwah Insaniyah.7
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Islam
adalah agama Allah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam kitab suci al-Qur’an dan
Hadits, yang di dalamnya berisi petunjuk bagi seluruh umat manusia
untuk menjalani kehidupannya dengan jalan menaati segala perintahNya
dan menjauhi segala laranganNya.
Sedangkan Kemuhammadiyahan berasal dari kata Muhammadiyah.
Secara etimologi, kata “Muhammadiyyah” berasal dari kata
“Muhammad” ditambah dengan akhiran “yak nisbah” menjadi
Muhammadiyah dan kemudian disederhanakan menjadi Muhammadiyah
yang berarti pengikut nabi Muhammad SAW yang setia, mencintai,
mengidolakan, mengamalkan, dan memperjuangkan misi dan ajaran-
ajarannya (sebagaimana) tertera dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta
jejak-jejak perjuangannya dalam berdakwah dan membangun
peradaban.8
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mata kuliah al-Islam dan
Kemuhammadiyahan merupakan suatu materi yang berisi mengenai
keislaman yang mencakup aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, serta
kemuhammdiyahan itu sendiri.
2. Tujuan Kurikulum AIK:
7 Tim Dosen Agama Islam IKIP Malang,........, (Malang: Penerbit IKIP Malang, 1990), hal. 24-26.
8Tim Penulis Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, (Yogyakarta: Majelis Pendidikan Tinggi
Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2016), hal. 1-2.
15
a.Memberikan pemahaman tentang ajaran Islam yang dapat
menumbuhkembangkan kekuatan iman dan amal sholeh.
b. Memberikan keterampilan membaca dan memahami al-Qur’an dan al-
Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam.
c. Memberikan keterampilan beribadah yang berdasarkan kepada al-
Qur’an dan al-Hadits.
d. Memberikan pemahaman tentang Muhammadiyah sebagai gerakan
Islam, dakwah dan tajdid (pembaharuan).
e. Memberikan guideline untuk berperilaku positif (berakhlak karimah)
dalam kehidupan yang berdasar pada nilai-nilai keislaman dan
kemuhammadiyahan.
3. Program dan Materi Pendidikan AIK
Adapun materi AIK ini diberikan melalui perkuliahan reguler dan
program sertifikasi selama empat semester. Dalam program reguler dibagi
menjadi tiga tingkatan yang disesuaikan dengan pemahaman dasar
keagamaan mahasiswa setelah diadakan tes pengelompokan. Tingkatan
tersebut terdiri dari mubtadiah, mutawassithah, dan mutaqaddimah.
Materi yang dipelajari pada setiap tingkatan yakni mencakup teori dan
praktek/P2KK, aqidah dan ibadah, kemuhammadiyahan, akhlak dan
muamalah. Sedangkan untuk program sertifikasi, materi yang harus
ditempuh meliputi P2KK untuk seluruh mahasiswa dan pembinaan baca
tulis al-Qur’an untuk kelas mubtadiah.
4.Strategi Pembelajaran AIK
AIK merupakan suatu pendidikan di mana ia lebih diorientasikan
sebagai materi pengembangan kepribadian. Para mahasiswa dibina dan
dibimbing untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia serta mampu
menjalani kehidupannya di bumi sebagai hamba Allah dan khalifatullah.
Strategi pembelajaran AIK diharapkan mengacu pada hal-hal berikut:
a. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk
menemukan pemecahan atas berbagai persoalan secara mandiri dan
berpedoman kepada nilai-nilai Islam.
16
b. Dosen sebagai pembimbing, pengarah, penasehat, dan fasilitator serta
pemberi feedback.
c. Menerapkan metode pembelajaran aktif.
d. Kelas tidak hanya sebagai sarana untuk saling tukar menukar informasi
dan penyampaian materi oleh dosen kepada mahasiswa, tetapi lebih dari
itu harus dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengamalkan nilai-nilai
keislaman yang telah dipahami oleh setiap individu.
e. Memanfaatkan berbagai fasilitas elektronik dalam pembelajaran.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu tahap yang dilakukan untuk menilai
efektifitas saat berlangsungnya proses pembelajaran. Beberapa aspek yang
dievaluasi adalah:
a. Kehadiran mahasiswa.
b. Penguasaan materi (UTS dan UAS).
c. Keaktifan.
d. Tugas kuliah, seminar, diskusi, dan kuliah ahad pagi.
e. Penerapan materi AIK dalam sikap, tabiat dan akhlak.9
C. Perilaku Keagamaan
1. Pengertian Perilaku Keagamaan
Kata perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah
tindakan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap,
tidak hanya badan atau ucapan.10 Sedangkan kata perilaku dalam kamus
sosiologi artinya sama dengan action yakni rangkaian atau tindakan.11
Dalam kamus antropologi berarti semua perbuatan (tindakan) manusia
9 Bagian Pengajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan,..........., (Malang: UMM Press,
2017), hal. 2-4.
10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. 1, hal. 671.
11 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. 7.
17
yang timbul karena adanya dorongan, baik dorongan organisme,
lingkungan atau hasrat kebudayaan.12
Perilaku merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang
untuk merespon sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya
nilai yang diyakini. Perilaku yang ada pada diri seseorang tersebut tidak
muncul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang
mengenai dirinya, yakni dorongan untuk melakukan sesuatu dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.13 Pengertian perilaku menurut
Hasan adalah suatu aktivitas yang dibuat oleh individu yang dapat
disaksikan dalam bentuk kenyataan sehari-hari.14
Dari beberapa penjelasan mengenai perilaku, maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku merupakan tindakan yang nyata pada diri seseorang yang
muncul sebagai respon terhadap stimulus yang didapatkannya. Perilaku
dapat terjadi secara spontan tanpa melalui adanya pembentukan
sebelumnya pada jiwa seseorang, tetapi ia dapat juga terjadi melalui
pembentukan atau pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.
Sedangkan keagamaan sendiri berasal dari kata agama, pengertian
agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu sistem yang
mengatur tentang kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan beserta
kaidah-kaidah yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia
serta lingkungannya. Kata keagamaan mendapat imbuhan ke dan an, yang
berarti suatu tindakan yang berkaitan dengan agama.15
Agama merupakan sebuah pengalaman batiniah yang sifatnya
individual. Ketika seseorang merasakan sesuatu yang bersifat tidak kasat
mata (ghaib), maka hanya diri sendirilah yang dapat memberikan
informasi yang lengkap. Agama sendiri berhubungan dengan kehidupan
rohani yang sangat mendalam, maka permasalahan yang terkait dengan
12 Ariyono Suyono, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademi Persindo, 1985), hal. 315. 13 Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Ofset, 2010), hal. 11. 14 Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Al-Husna, 1996), hal. 21. 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,..........., (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 11.
18
agama sulit untuk diteliti dengan seksama terlepas dari adanya pengaruh
subjektifitas.16
Secara umum, ada sebagian orang yang memaknai agama sebagai
sebuah keyakinan atau kepercayaan. Secara sosiologi, agama sekaligus
menjadi sistem perhubungan serta interaksi sosial. Lebih jelasnya, agama
dimaknai sebagai sistem pengertian, simbol, dan ibadah yang
menimbulkan sebuah kekuatan bagi para pemeluknya untuk menghadapi
berbagai tantangan hidup yang dialami.17
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
keagamaan adalah segala bentuk tindakan atau sikap yang dilakukan oleh
seseorang yang didasarkan pada nilai-nilai agama atau berhubungan
dengan kepercayaannya kepada Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk
ibadah sehari-hari, seperti sholat, puasa, membaca al-Qur’an serta
pergaulan dengan orang lain.
Perilaku keagamaan juga dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku
manusia yang berhubungan dengan keyakinan terhadap agama yang
dianutnya. Perilaku keagamaan seseorang tidak hanya berhubungan
dengan hal-hal atau aktivitas yang nampak saja, tetapi juga berhubungan
dengan aktivitas yang tidak nampak, yang sulit dikaji secara empiris. Oleh
karena itu, perilaku keagamaan seseorang akan meliputi berbagai sisi atau
dimensi.18
Perilaku keagamaan seseorang terkait erat dengan pokok-pokok
ajaran Islam yaitu tauhid (akidah), syariah dan akhlak. Ketiga pokok ajaran
Islam tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Akidah
merupakan intisari Islam dan dasar bagi syariah dan akhlak. Suatu perilaku
tidak dapat dikatakan bernilai Islam tanpa adanya akidah (kepercayaan
terhadap Allah). Tidak ada syariah dan akhlak tanpa akidah Islam.
16 Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulis, 2002) hal. 52.
17 Abdul Aziz Alyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Jakarta: Sinar
Baru, 1988), hal. 29. 18 Ali Noer, Pengaruh Pengetahuan Berjilbab dan Perilaku Keagamaan Terhadap
Motivasi Berjilbab Mahasiswi PAI Universitas Islam Riau, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1 No. 2, 2016,
hal. 180.
19
Keberagamaan di dalam Islam tidak hanya terwujud dalam bentuk
ibadah ritual semata, tetapi pada aktivitas lainnya juga. Islam merupakan
sebuah sistem yang menyeluruh, maka umat Islam pun dianjurkan untuk
beragama secara menyeluruh. Maka dari itu, perlu adanya konsep yang
dapat memahami mengenai berbagai dimensi dalam Islam. Salah satu
konsep yang digunakan oleh sebagian besar ahli psikologi dan sosiologi
adalah konsep religiusitas rumusan C.Y Glock dan R. Stark.
2. Dimensi keberagamaan
Glock dan Stark membagi lima dimensi keberagamaan, yaitu
dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan (ritualistik), dimensi
penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial),
dimensi pengetahuan agama (intelektual). Meskipun tidak sepenuhnya
sama, dimensi keyakinan dapat disandingkan dengan akidah, dimensi
praktik agama dengan syariah, kemudian dimensi pengamalan dengan
akhlak.
Pertama, dimensi keyakinan atau akidah menununjukkan
kepercayaan atau keyakinan terhadap agama yang dianut tersebut. Dalam
agama Islam, dimensi ini berhubungan dengan kepercayaannya kepada
Allah, malaikat, kitab-kitabNya, Rasul, hari kiamat, serta qadha dan qadar.
Kedua, dimensi peribadatan atau syariah yang mencakup perilaku
ketaatan, kepatuhan dan berbagai hal yang menunjukkan seberapa tinggi
komitmennya terhadap agaman. Dalam agama Islam, dimensi ini termasuk
pelaksanaan shalat, puasa, haji, membaca al-Qur’an, dan lain-lain.
Ketiga, dimensi pengamalan atau akhlak, dimensi ini terkait dengan
sejauh mana seorang muslim bertindak atau berperilaku yang
berlandaskan pada ajaran-ajaran Islam. Pengamalan ini menunjukkan
hubungan seseorang dengan dunianya, terutama dengan sesama manusia.
Contoh dimensi ini dalam Islam yaitu perilaku jujur, suka menolong,
20
mudah memaafkan, tidak menyakiti orang lain, tidak mencuri, serta
mematuhi berbagai aturan-aturan Islam.19
3. Bentuk Perilaku Keagamaan
Adapun bentuk dari perilaku keagamaan antara lain seperti:
a. Shalat
Pengertian shalat secara bahasa berarti do’a. sedangkan menurut
istilah yakni suatu ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan-
perbuatan tertentu, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan syarat-syarat yang mengikutinya. Allah berfirman dalam al-
Qur’an surat at-Taubah ayat 103 yang artinya:
ره يهم بها وصل عليهم إن صلتك سكن لهم والله خذ من أموالهم صدقة تطه م وتزك
سميع عليم
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka
dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”.
Dalam melaksanakan shalat, seseorang harus memuji
kemahasucian Allah, memohon perlindunganNya, berserah diri,
memohon petunjuk serta ampunan dari segala dosa.20
b. Puasa
Puasa merupakan ibadah yang dapat menanamkan rasa kebersamaan
dengan orang-orang fakir dalam menahan lapar dan kebutuhan pada
makanan. Puasa dapat menimbulkan kesadaran untuk menolong orang
lain, melatih kesabaran, menumbuhkan rasa simpati serta meningkatkan
ketakwaan kepada Allah. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus,
tetapi lebih kepada bagaimana menahan diri dari keinginan-keinginan
yang haram dan perbuatan dosa. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat
al-Baqarah ayat 183 yang artinya:
يام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون يا أيها ال ذين آمنوا كتب عليكم الص
19 Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hal. 76-81. 20 Abdul Haris, dkk, Materi Keislaman dan Ibadah, (Malang: UMM Press, 2017), hal. 127.
21
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”.
c. Membaca al-Qur’an
Membaca al-Qur’an adalah fardu kifayah yang merupakan ibadah
yang utama. Membaca al-Qur’an memiliki berbagai keutamaan, antara
lain dapat menenangkan jiwa, mendapatkan ganjaran pahala dari Allah,
serta al-Qur’an yang sering dibaca kelak akan menjadi syafaat bagi
pembacanya di hari kiamat.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa bentuk perilaku
keagamaan dan pelaksanaan ibadah semacam itu merupakan kebutuhan
setiap manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan sudah
menjadi kewajiban sebagai manusia.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku keagamaan
seseorang, seperti yang diungkapkan oleh Graham terdapat enam faktor
yaitu: faktor lingkungan, faktor pribadi, jenis kelamin, sosial ekonomi,
tingkat pendidikan, dan agama orang tua.21 Berikut ini adalah beberapa
faktor yang mempengaruhi perilaku keagamaan seseorang yang terkait
dengan pendidikan:
a. Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dalam
lingkup kehidupan, pendidiknya adalah kedua orang tua. Pendidikan di
dalam keluarga merupakan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan
seseorang.22
Perkembangan agama berjalan dengan berbagai unsur kejiwaan
sehingga sulit untuk diteliti secara jelas, karena hal-hal yang berkaitan
dengan kejiwaan adalah sesuatu yang sangat pribadi dan rumit. Melalui
unsur-unsur dan tenaga kejiwaan agama itu berkembang. Dalam hal ini
21 Warsono Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 1991), hal. 199-200.
22 Wens Tanlain, dkk, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1998, hal. 41
22
begitu pentingnya peran keluarga dalam menanamkan jiwa keagamaan
pada anak.23
Bahkan dalam Islam pun, Rasulullah SAW telah menekankan bagi
para orang tua tentang tanggung jawab mendidik anak dan menanamkan
nilai-nilai agama sejak kecil. Menurut Rasulullah SAW peran orang tua
dapat membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Maka dari itu,
pendidikan dalam keluarga harus dilakukan dengan penuh rasa kasih
sayang. Karena inilah yang menjadi sumber kekuatan yang mendorong
orang tua untuk tetap semangat dalam mendidik serta membimbing anak-
anaknya.
Pendidikan dalam keluarga memiliki pengaruh yang besar bagi
perkembangan perilaku anak-anak, terutama dalam membentuk
kebiasaan, seperti dalam hal berbicara, makan, berinteraksi dengan orang
lain, dan masih banyak lagi. Maka dalam hal ini orang tua harus menjadi
teladan yang baik bagi anak-anaknya, karena anak cenderung akan
meniru apa yang mereka lihat dari kedua orang tuanya, oleh karena itu
memberi contoh kebiasaan yang baik sejak dini adalah hal yang
penting.24
b. Pendidikan Sekolah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang ada pada masyarakat
untuk menyeimbangkan diri dengan perkembangan saat ini. Maka dari
itu, lembaga-lembaga khusus yang menyelenggarakan tugas
kependidikan, seperti sekolah sengaja dibuat. Sekolah juga merupakan
pendidikan lanjutan dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para
orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.
Orang tua tidak bisa 24 jam memberikan waktu mereka untuk
mendidik anak-anaknya. Keterbatasan ilmu dan waktu juga dapat
menjadi faktornya. Orang tua perlu bekerja demi mencukupi kebutuhan
keluarga. Oleh karena itu, sekolah diberi tugas untuk mengajar dan
23 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 25.
24 Alisuf Sabri,......................, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 22.
23
mendidik para murid. Orang tua juga harus selektif dalam memilih
sekolah bagi anak-anaknya. Karena pendidikan di sekolah akan
memberikan pengaruh bagi pembentukan jiwa anak-anak.
Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa
keagamaan anak-anak antar lain sebagai lanjutan pendidikan agama di
keluarga, atau dapat menjadi pembentuk kejiwaan agama pada diri anak
yang tidak mendapatkan pendidikan agama dari keluarga. Dalam hal ini,
peran guru sangat penting dalam memberikan pendidikan agama agar
anak didiknya mampu menerima materi sekaligus menerapkannya dalam
perilaku sehari-hari.
c. Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah lembaga pendidikan yang ketiga. Para pendidik
pada umumnya telah sepakat bahwa lembaga pendidikan yang turut
mempengaruhi perkembangan anak adalah keluarga, sekolah serta
masyarakat. Apabila ketiganya berjalan dengan selaras maka akan
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan jiwa
keagamaan anak. Masyarakat yang dimaksud di sini adalah orang-
orangnya, budaya, karya, sistem, serta pemimpin-pemimpin
masyarakat.25
5. Upaya Pendidik dalam Membina Perilaku Keagamaan Peserta Didik
Guru (pendidik) adalah ibarat orang tua kedua bagi anak, pendidik
merupakan orang tua di sekolah, sehingga memiliki peran yang penting
dalam membina perilaku keagamaan peserta didiknya. Metode atau upaya
yang dapat diterapkan pendidik dalam rangkan membina perilaku
keagamaan peserta didik antara lain:26
a. Menasehati
Cara ini merupakan metode yang sudah sering dibahas dalam
pembinaan Islam. Dengan cara ini, orang yang dinasehati dapat
25 Alisuf Sabri,....................., (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 30.
26 Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim,
(Bandung: Rosdakarya, 2006), hal. 61-92.
24
tersentuh dan terdorong semangatnya untuk melakukan kebaikan atau
berubah ke arah yang lebih baik lagi. Metode ini akan sangat tepat
apabila dilakukan oleh orang yang didengar perkataannya dan
dilakukan di waktu yang tepat, sehingga yang menerima nasehat akan
dengan senang hati mendengarkan.
b. Membiasakan akhlak yang baik
Pendidik perlu mengajarkan peserta didik untuk melaukan
kebiasaan-kebiasaan yang baik ketika di sekolah, sehingga mereka akan
terbiasa melakukannya dalam kesehariannya. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengajarkan anak-anak mengucapkan kata-kata yang sopan dan
baik seperti yang diajarkan oleh agama. Peserta didik juga perlu
diajarkan sopan santun terhadap guru dan orang yang lebih tua, dan
masih banyak lagi kebiasaan baik yang bisa diajarkan.
c. Memberi reward and punishment
Apabila pembinaan keagamaan tidak berhasil dengan metode
nasehat dan pembiasaan, pendidik dapat menggunakan metode reward
and punishment. Reward diberikan utuk memotivasi peserta didik agar
lebih bersunguh-sungguh, sedangkan punishment diberikan agar peserta
didik memiliki efek jera atas kesalahan yang diperbuat.
d. Memberikan teladan yang baik
Upaya yang keempat ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan
memberi tauladan yang baik kepada peserta didik baik dari perkataan
maupun perbuatan yang sesuai dengan tuntutan agama Islam. Cara ini
dapat memberikan pengaruh yang besar karena pada dasarnya anak
lebih cepat memahami sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat.
Mereka akan meniru apa yang dilakukan orang tua mereka, maka sudah
sepatutnya untuk memberi contoh yang baik.